Konsep Six Sigma Pada PT Unilever Indonesia TBK: Abstrak [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KONSEP SIX SIGMA PADA PT UNILEVER INDONESIA TBK Anggia Azzahra, Dika Tasya Oktaviani, Erviana Rosanti, Muhammad Hafi Prasetyadhi, Sandy Rahman Hidayat Manajemen Proses Bisnis, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Mercu Buana Jl. Meruya Selatan No.31, Kota Jakarta Barat 11610, telp. (021) 5840816



Abstrak Pada dasarnya, six sigma merupakan metodologi yang diginakan manajemen untuk proses perbaikan dan juga peningkatam suatu proses, serta mengendalikan kualitas secara berkelanjutan. Dalam hal ini, perusahaan yang mampu menerapkan konsep six sigma dengan baik dapat terlihat dari kualitas produknya yang semakin baik. Konsep six sigma ini sangat bermanfaat dan penting untuk mengembangkan bisnis suatu perusahaan. PT Unilever Indonesia Tbk sendiri sudah menerapkan konsep six sigma dengan baik untuk menunjang proses bisnis di perusahaannya. PT Unilever Indonesia Tbk sendiri menerapkan konsep six sigma DMAIC yaitu define, measure, analyze, improve, dan control. Kata Kunci: Six Sigma, Proses Bisnis, Manajemen Proses Bisnis



1. PENDAHULUAN PT. Unilever Indonesia Tbk merupakan perusahaan multinasional yang bergerak dalam bidang manufaktur, pemasaran dan distribusi barang konsumsi termasuk sabun, deterjen, margarin, makanan berbasis susu, es krim, produk kosmetik, minuman berbasis teh dan jus buah. Unilever memiliki lebih dari 400 merek dagang, dengan 14 merek diantaranya memiliki total penjualan lebih dari £1 milliar, yakni: Axe, Dove, Omo, Becel, Heartbrand, Hellmann’s, Knorr, Lipton, Lux, Magnum, Rama, Rexona, Sunsilk, dan Surf.



Unilever N.V. dan Unilever plc,



beroperasi di bawah satu nama dan dipimpin oleh dewan direksi yang sama. Unilever dibagi menjadi empat divisi utama, yakni Makanan, Minuman dan Es Krim, Perawatan Rumah Tangga, dan Perawatan Tubuh. Unilever memiliki pusat riset dan pengembangan di Inggris, Belanda, Tiongkok, India, dan Amerika Serikat. Pada sebuah perusahaan fitur six sigma yang sangat kuat akan melahirkan infrastruktur yang kuat dan berguna untuk memastikan bahwa kegiatan peningkatan performa ini sudah mengantongi berbagai sumber daya yang memang sedang dibutuhkan. Dalam hal ini terdapat berbagai metode six sigma yang digunakan suatu perusahaan salah satunya yaitu metode six sigma DMAIC.



2. LITERATUR TEORI 2.1 Definisi Six Sigma Six Sigma adalah suatu alat manajemen baru yang digunakan untuk mengganti Total Quality Management (TQM), sangat terfokus terhadap pengendalian kualitas dengan mendalami sistem produksi perusahaan secara keseluruhan. Memiliki tujuan untuk, menghilangkan cacat produksi, memangkas waktu pembuatan produk, dan mehilangkan biaya. 2.2 Konsep Six Sigma Six sigma juga disebut sistem komprehensive - maksudnya adalah strategi, disiplin ilmu, dan alat - untuk mencapai dan mendukung kesuksesan bisnis. Six Sigma disebut strategi karena terfokus pada peningkatan kepuasan pelanggan, disebut disiplin ilmu karena mengikuti model formal,yaitu DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control). Six Sigma adalah filosofi berbisnis dengan fokus menghilangkan kesalahan dengan cara mengetahui proses dasar. Terdiri dari metode-metode yang mengintegrasikan prinsip-prinsip bisnis, statistik, dan teknik untuk mencapai hasil yang nyata. Untuk membandingkan dua atau lebih proses yang berbeda dan ingin mengetahui mana yang lebih bagus kinerjanya. Six Sigma adalah disiplin manajemen yang ketat yang secara sistematis menghilangkan kesalahan dan meningkatkan ekonomi proses bisnis.Memiliki tujuan untuk mentrasformasikan: menghilangkan cacat produksi, memangkas waktu pembuatan produk, dan menekan biaya. 2.3 Siklus Six Sigma Metode yang digunakan General Electric dan beberapa organisasi lain untuk meningkatkan proses (termasuk didalamny proses produksi ) diringkas dengan inisial DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control).



1. Fase menentukan masalah (define) Fase ini adalah untuk menentukan masalah, menetapkan persyaratan pelanggan serta membangun tim. Fase ini tidak banyak menggunakan statistik, alat-alat statistik yang sering dipakai pada fase ini adalah diagram sebab akibat dan diagram pareto. Kedua alat statistic tersebut digunakan untuk



melakukan



identifikasi



masalah



dan menentukan



prioritas



permasalahan. Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam menentukan masalah yaitu: -



Spesifik berarti mampu menjelaskan secara tepat apa yang salah, bagian proses mana yang salah dan apa salahnya.



-



Dapat diamati berarti dapat menjelaskan bukti nyata suatu masalah. Bukti tersebut dapat diperoleh dari laporan internal maupun umpan balik pelanggan (feedback).



-



Dapat diukur berarti mampu menunjukkan lingkup masalah dalam suatu ukuran.



-



Dapat dikendalikan berarti masalah harus dapat diselesaikan dalam rentang waktu tertentu. Apabila masalah terlalu besar maka dapat dipecah sehingga dapat dikendalikan.



2. Fase pengukuran (measure)



Fase mengukur tingkat kinerja saat ini, sebelum mengukur tingkat kinerja biasanya terlebih dahulu melakukan analisis terhadap sistem pengukuran yang digunakan. Kualitas harus didesain di dalam produk, bukan diperiksa di dalam produk. Kualitas terbaik dapat dicapai dengan meminimalisir penyimpangan dari target. Produk tersebut harus didesain agar tahan terhadap faktor lingkungan yang tidak dapat dikendalikan. 3. Fase analisis (analyze) Fase analisis (analyze) merupakan fase mencari dan menentukan akar atau penyebab dari suatu masalah. Masalah-masalah yang timbul kadangkadang sangat kompleks sehingga membingungkan antara mana yang akan dan tidak kita selesaikan. Tahapan fase ini, sering diistilahkan PDCIA. PDCA atau yang sering disebut juga dengan Deming Circle/Deming Cycle/Wheel, Shewhart Cycle, control circle/cycle, dan Plan Do Study Act (PDSA) adalah sebuah metode manajemen empat langkah iteratif yang digunakan pada proses bisnis untuk kontrol dan peningkatan berkelanjutan dari proses dan produk. 4. Fase pengembangan (improve) Pengembangan (Improve) adalah fase meningkatkan proses(x) dan menghilangkan sebab-sebab cacat. Pada fase pengukuran (measure) telah dinetapkan variabel faktor (x) dan untuk masing-masing variabel respons(y). Sedangkan pada fase pengembangan i(improve) banyak melibatkan uji perancangan percobaan ( Design of Experiment ) atau disingkat DoE. DoE merupakan suatu pengujian dengan mengubah variabel faktor sehingga penyebab perubahan pada variabel respon diketahui. 5. Fase pengendalian (control) Hal yang terpenting dalam melakukan Six Sigma terletak pada fase ini, CONTROL. Mempertahankan kemenangan memang lebih susah ketika kita



mendapatkannya.



Tujuan



dari



fase



ini



adalah



memastikan



implementasi menyeluruh dapat berjalan baik, sustainable (berkesinambungan). Fase Control ini juga menjadi akhir dari keterlibatan aktif



Tim dalam proyek. Pengendalian (Control) adalah fase mengendalikan kinerja proses (x) dan menjamin cacat tidak muncul kembali Alat (tool) yang umum digunakan adalah diagram kontrol (Control chart): -



Membantu mengurangi variabilitas.



-



Memonitor kinerja setiap saat.



-



Memungkinkan proses koreksi untuk mencegah penolakan.



3. PEMBAHASAN 3.1 Strategi Bisnis PT Unilever Indonesia Tbk PT. Unilever Indonesia Tbk. adalah Perusahaan multinasional yang memasarkan berbagai barang konsumen untuk memenuhi kebutuhan akan nutrisi, kesehatan dan perawatan pribadi sehari-hari dengan produk-produk yang membuat para pemakainya merasa nyaman, berpenampilan baik dan lebih menikmati kehidupan. Pada Differensiasi produk Unilever mempunyai strategi winning with brand and innovation, kuncinya adalah pengembangan produk baru dan tepat guna, terutama pada kategori hair, male grooming, home and personal, serta food and beverages di tahun lalu. Di samping factor keunikan produk, perusahaan yang memiliki keunggulan bersaing juga menerapkan strategi marketing mix yangmeliputi harga yang mampu bersaing, tempat atau lokasi strategis, dan promosi yang memadai.Simpulan yang dapat ditarik dari konsep keunggulan bersaing melalui diferensiasi produk adalah bagaimana perusahaan dapat menciptakan produk unik yang memberikan tingkat keuntungan diatas rata-rata yang mampu diraih oleh industri melalui kombinasi manusia, lingkungan, dan proses. Produk Unilever terus memperkenalkan kemasan-kemasan yang terbaru, tetapi Unilever tetap mempertahankan kualitas produknya. 3.2 Penerapan Konsep Six Sigma Pada PT Unilever Indonesia Tbk Six sigma merupakan sesuatu yang bersifat jangka panjang, inisiatif berpikir yang lebih maju untuk merubah cara yang dilakukan perusahaan dalam bisnis. Hal ini pertama kali dirancang dan ditujukan untuk meningkatkan keuntungan. Dan untuk meningkatkan keuntungan adalah dengan mengurangi hal-hal yang merugikan seperti defect. Dalam hal ini strategi penerapan konsep six sigma pada PT Unilever Indonesia Tbk terbagi menjadi tiga level yaitu: 1. Business level Aplikasi dari the breaktrough strategy pada level bisnis berpusat pada peningkatan secara signifikan terhadap sistem informasi dan ekonomi yang digunakan sebagai kendali dalam bisnis. Sistem ini mengukur timbal balik konsumen dan kualitas supplier adalah contoh dari sistem business level yang mempengaruhi fokus bisnis.



2. Operation level Suatu persoalan operasional merupakan penyederhanaan dari kumpulan masalah yang lebih sulit. Jika perusahaan menyadari bahwa suatu persoalan merupakan rangkaian dari beberapa masalah yang terkait, mereka dapat mulai memecahkannya menjadi komponen yang lebih sederhana. 3. Process level Para Black Belts memberi perhatian pada proses, berusaha untuk mengenali proses yang tidak baik yang mengakibatkan masalah jaminan, masalah fungsional, biaya tenaga kerja yang tinggi, kualitas supplier yang buruk dan kesalahan dalam bentuk, fungsi penyesuaian serta cacat. Terdapat delapan tahap dalam model perbaikan six sigma yaitu identifikasi (recognize), definisi (define), pengukuran (measure), analisis (analyze), perbaikan (improve), control (control), dan standarisasi (standardize). Seringkali dalam proyek six sigma tahap definisi dimasukkan dalam inti dari model perbaikan six sigma sehingga tahapannya menjadi definis, pengukuran, analisis, perbaikan, control atau dalam Bahasa Inggris menjadi Define, Measure, Analyze, Improve, Control (DMAIC). Tahapan ini merupakan tahapan yang berulang dalam bentuk siklus peningkatan kualitas six sigma. Berikut penjelasan dari masing-masing tahapan tersebut yaitu: 1. Tahap definisi (define) meliputi pendefinisian dan pemetaan proses, menentukan input dan output proses serta penentuan karakteristik yang penting bagi kualitas atau karakteristik criticak to quality (CTQ). 2. Tahap pengukuran (measure) mencakup perhitungan biaya akibat kualitas yang buruk (cost of poor quality – COPQ) dan penghitungan kapabilitas proses. 3. Tahap analisis (analyze) mencakup analisis kemampuan proses (process capability analysis) untuk menilai apakah prosesnya mampu atau tidak memenuhi target spesifikasi yang telah ditentukan untuk menentukan metrik yang dapat dijadikan tolak ukur bagi perusahaan. 4. Tahap perbaikan (improve) meliputi penentuan faktor utama penyebab variasi dan pencairan akar penyebab masalah/variasi.



5. Tahap control (control) untuk memastikan bahwa faktor-faktor penyebab variasi terkendali dan tidak terjadi kembali.



4. KESIMPULAN Setiap kegiatan yang dilakukan perusahaan pasti terkait erat dengan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan tersebut. Dalam paradigma baru dikatakan bahwa quality has no cost yang berarti kualitas tidak memerlukan biaya. Dimana penggolongan biaya kualitas ke dalam empat kategori yaitu biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan external adalah sebagai perangkat bagi manajemen atau pihak lain untuk mempermudah melakukan analisis terhadap elemenelemen biaya kualitas baik itu dari segi perilakunya maupun hubungan antar masing-masing elemen dari biaya tersebut serta pengaruhnya terhadap variabel lain di luar biaya kualitas, misalnya dengan tingkat produktivitas dan profitabilitas perusahaan. Dalam penelitian Banuelas et al. (2005) tentang aplikasi Six Sigma untuk mengurangi cacat (defect) diperoleh hasil pengurangan cacat yang cukup signifikan antara sebelum pengunaan metode Six Sigma dan sesudah pengunaan metode Six Sigma yaitu pengurangan presentase cacat sebesar 9,37%.



DAFTAR PUSTAKA Ngatilah, Y. (2018). ANALISIS KUALITAS PADA PRODUK MEJA “IKEA CLASSICAL TABLE” DENGAN METODE SIX SIGMA DI PT. INTEGRA INDOCABINET SIDOARJO. MATRIK: Jurnal Manajemen Dan Teknik Industri Produksi, 9(1), 41–48. Putra, Y. M., (2021). Definisi Konseptual Manajemen Proses Bisnis. Modul Kuliah Manajemen Proses Bisnis. Jakarta : FEB-Universitas Mercu Buana. Nugroho, A., & Kusumah, L.H. (2021). Analisis Pelaksanaan Quality Control untuk Mengurangi Defect Produk di Perusahaan Pengolahan Daging Sapi Wagyu dengan Pendekatan Six Sigma. Jurnal Manajemen Teknologi 20 (1), 56-78. Syafrimaini, & Husin, A.E. (2021). Implementation of Lean Six Sigma Method in High-Rise Residential Building Projects. Civil Engineering and Architecture 9 (4), 1228-1236. Pujangga, G. A. (2018). Penerapan Metode Six Sigma Sebagai Upaya Pengendalian Kualitas Produk dengan Menggunakan Konsep DMAIC. Ratih: Jurnal Rekayasa Teknologi Industri Hijau, 1(2), 10. Tampubolon, S., & Purba, H. H. (2021) Lean Six Sigma Implementation, A Systematic Literature Review. International Journal of Production Management and Engineering 9 (2), 125-139. Saryanto, S., Purba, H., & Trimarjoko, A. (2020). Improve quality remanufacturing welding and machining process in Indonesia using six sigma methods. J. Eur. SystèMes Autom, 53, 377-3 https://accurate.id/marketing-manajemen/six-sigma-adalah/ https://docplayer.info/61712017-Penerapan-sistem-pengendalian-kualitas-pada-proses-fillingproduk-royco-sachet-8-gram-dengan-metode-dmaic-di-pt-unilever-indonesia-tbk-tugasakhir.html