KTI Lengkap [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KARYA TULIS ILMIA AKHIR STUDI KASUS TENTANG ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.L KHUSUSNYA NY.K DENGAN MASALAH KURANG PENGETAHUAN TENTANG ASAM URAT DI KAMPUNG HOLTEKAM



Oleh:



Oleh: MARIATI ,S. Kep 2019086026052



PROGRAM PENDIDIDKAN PROFESI NERS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS CENDERAWASIH JAYAPURA 2020



HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI Yang bertanda dibawah ini menyatakan bahwa Laporan yang berjudul : KARYA TULIS ILMIA AKHIR STUDI KASUS TENTANG ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.L KHUSUSNYA NY.K DENGAN MASALAH KURANG PENGETAHUAN TENTANG ASAM URAT DI KAMPUNG HOLTEKAM Dipersiapkan dan disusun oleh : MARIATI Nim : 209086026052 Telah disetujui sebagai Laporan dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima



Pembimbing I



Pembimbing II



Fransisca B.Batticaca,S.Pd.,Ns.Sp.Kep.Kom NIP: 19621026198802 2 001



Sulistiyani, S.Kep,.Ns,.M.Kep NIP: 198310132005012001



i



HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI



Diajukan Oleh: MARIATI Dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima. Tim Penguji Ketua Penguji



Fransisca B.Batticaca,S.Pd.,Ns.Sp.Kep.Kom : NIP: 19621026198802 2 001



(..............)



Anggota Penguji : Anggota I



:



Sulistiyani, S.Kep,.Ns,.M.Kep NIP: 198310132005012001 Mengetahui, Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih



Fransisca B.Batticaca,S.Pd.,Ns.Sp.Kep.Kom NIP: 19621026198802 2 001



ii



(……….....)



HALAMAN NASKAH PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIA AKHIR STUDI KASUS TENTANG ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.L KHUSUSNYA NY.K DENGAN MASALAH KURANG PENGETAHUAN TENTANG ASAM URAT DI KAMPUNG HOLTEKAM



Yang Dipersiapkan dan Disusun Oleh : MARIATI NIM : 2019086026052 Telah di pertahankan di depan Dewan Pengujian pada tanggal Laporan Ini Telah Disetujui Oleh :



Pembimbing I,



Fransisca B.Batticaca,S.Pd.,Ns.Sp.Kep.Kom Pembimbing II,



Tgl…………………………



Sulistiyani, S.Kep,.Ns,.M.Kep



Tgl………………………….



iii



KARYA TULIS ILMIA AKHIR STUDI KASUS TENTANG ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.L KHUSUSNYA NY.K DENGAN MASALAH KURANG PENGETAHUAN TENTANG ASAM URAT DI KAMPUNG HOLTEKAM JAYAPURA Mariati¹, Fransisca B.Batticaca², Sulistiyani ³ 1. Mahasiswa Program Profesi Ners Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih. 2. Dosen Progam Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih. INTI SARI . Latar belakang: Usia lanjut dikatakan sebagai tahap terakhir perkembangan dari kehidupan manusia. Usia lanjut merupakan seorang laki-laki atau perempuan yang berusia 60 tahun atau lebih, baik secara fisik masih berkemampuan (potensial) ataupun karena sesuatu hal tidak mampu lagi berperan secara aktif dalam pembangunan (tidak potensial). Tujuan keperawatan:Mampu memberikan tindakan asuhan keperawatan keluarga khususnya kepada Ny.K. Metode Penulisan menggunakan studi kasus dengan pendekatan asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi. Hasil: Didapatkan beberapa masalah keperawatan yang muncul, baik masalah keperawatan fisik maupun masalah psikososial. Permasalahan kesehatan Ny.K pada keluarga Tn. J yaitu Asam Urat pada lansia. Diagnosis keperawatan yang diangkat oleh penulis adalah nyeri akut dan kurang pengetahuan keluarga terkait asam urat. Hal ini nampak dari saat pengkajian klien mengatakan sering merasakan nyeri dan keram di area kaki dan juga respon keluarga yang tidak mengetahui bahwa Ny.K memiliki resiko Asam Urat lebih tinggi, tidak mengetahui tanda dan gejala asam urat yang dialami oleh Ny.K dan kebiasaan Ny.K selalu mengomsumsi emping, tempe, tahu. Kesimpulan: Asam urat adalah asam yang berbentuk kristal-kristal yang merupakan hasil akhir dari metabolisme purin (bentuk turunan nukleoprotein), yaitu salah satu  komponen asam nukleat yang terdapat pada inti sel-sel tubuh.  Kata Kunci : Asam Urat, Pengetahuan Referensi : ( 2000- 2018)



iv



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN........................................................................



ii



KATA PENGANTAR....................................................................................



iii



DAFTAR ISI...................................................................................................



iv



BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang .......................................................................................



6



1.2. Tujuan Penulisan ....................................................................................



8



1.3. Manfaat Penulisan ..................................................................................



9



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Lansia ........................................................................................



10



2.2. Konsep Penyakit asam urat ....................................................................



16



2.2. Peran Perawat .........................................................................................



31



2.3. Konsep asuhan Keperawatan..................................................................



35



BAB III METODE STUDI KASUS 3.1. Pengkajian...............................................................................................



44



3.2. Diagnosa keperawatan.............................................................................



55



3.3. Intervensi Keperawatan...........................................................................



56



3.4. Implementasi Keperawatan Evaluasi......................................................



60



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengkajian...............................................................................................



44



4.2. Diagnosa keperawatan.............................................................................



55



4.3. Intervensi Keperawatan...........................................................................



56



4.4. Implementasi Keperawatan Evaluasi......................................................



60



BAB V PENUTUP 3.1. Kesimpulan..............................................................................................



67



3.2. Saran .......................................................................................................



67



v



DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... ............................................................................................68 LAMPIRAN ................................................................................................... ......................................................................................................................69



vi



KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan anugerahNya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Karya tulis ilmiah yang berjudul : “Asuhan Keperawatan Keluarga Tn.L Khususnya Ny.K Dengan Masalah Kurang Pengetahuan Tentang Asam Urat Di Kampung Holtekam” Karya tulis ilmiah ini disusun guna memenuhi salah satu syarat dalam untuk menperoleh gelar Ners (Ns) di Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Cenderawasih. Dengan terlaksanakannya pembuatan karya tulis ilmiah ini tidak lepas dari dukungan dan partisipasi berbagai pihak, sehingga pembuatan laporan penelitian ini dapat berjalan dengan baik dan benar, oleh karena itu tidak lupa peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan karya tulis ilmiah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan baik isi maupun tata tulisannya, sehingga masih terdapat kekurangan yang disebabkan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh peneliti. Untuk itu, kritik serta saran yang bersifat membangun sangat diharapkan dalam pengembangan penulisan karya tulis ilmiah ini. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya saya sampaikan kepada berbagai pihak yang telah terlibat dalam memberikan dukungan kepada saya, baik secara materil maupun moril dalam membantu penyusunan Karya Tulis Ilmia ini. Terlebih khusus ucapan terima kasih saya sampaikan kepada: Demikian karya tulis ilmiah ini dibuat. Akhir kata, penulis berharap semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua



Jayapura,



Desember 2020



Penulis vii



BAB I PENDAHULUAN



1.1. LATAR BELAKANG Usia lanjut dikatakan sebagai tahap terakhir perkembangan dari kehidupan manusia. Usia lanjut merupakan seorang laki-laki atau perempuan yang berusia 60 tahun atau lebih, baik secara fisik masih berkemampuan (potensial) ataupun karena sesuatu hal tidak mampu lagi berperan secara aktif dalam pembangunan (tidak potensial). Lanjut usia menerima berbagai perubahan yang terjadi dengan tulus, mampu beradaptasi dengan keterbatasan yang dimilikinya, bertambah bijak menyikapi proses kehidupan yang dialaminya. (Abdul Dkk 2015). Penyakit asam urat adalah salah satu tipe penyakit arthtritis radang pada persendian. Penyakit ini dianggap sebagai penyakit yang banyak diderita oleh orang-orang dengan status golongan atas seperti, sehingga pada lansia hiperurisemia yag lama dapat merusak sendi, jaringan lunak dan ginjal. Pada fase lanjut, akan terjadi erosi tulang rawan, proliferasi sinovia dan pembetkan panus,erosi kistik tulang serta perbahan asam urat sekunder. Selanjutnya, terjadi tofus dan fibrosis serta anklikosis pada tlang kaki. Adanya asam urat pada sendi kaki menimbulkan respon lokal, sistemik dan psikologik dan respon inflamasi lokal menyebabkan kompresi saraf sehingga menimbulkan respon nyeri akut (Carter 1992 ; Selamiharja, 2015). Asam urat pertama kali diteliti leh dokter belanda. Di dunia suku bangsa yang paling tinggi prevalensinya pada orang maori di Australia. Penyakit Gout didunia mengalami kenaikan jumlah penderita hingga dua kali lipat antra tahun 19902010. Pada lansia di Amerika serikat penyakit Gout mengalami peningkatan dan mempengaruhi 8.3 juta (4%) orang Amerika. Sedangkan Prevalensi hiperurisemia juga meningkat dan mempengaruhi 21% orang (Jaliana, 2018) Berdasarkan data yang diperoleh dari WHO (World Health Organization) menyatakan penderita sendi di Indonesia mencapai 81% dari populasi, hanya 24% yang pergi ke dokter sedangkan 71% cenderung langsung mengonsusmsi obat-



1



obatan anti pernyeri yang dijual bebas. Angka ini menempatkan Indonesia sebagai Negara paling tinggi menderita radang sendi jika dibandingkan dengan negara Asia lannya, seperti Hongkong, Singapura, Malaysia dan Taiwan. Prevalensi penyakit persendian berdasarkan diagnosis nakes tertinggi di Bali (19,3%) di ikuti oleh Aceh (18,3%), Jawa Barat (17,5%) dan Papua (15,4 %). Hasil survei WHO-ILAR Copcord (World Health Organization-International League of Associations for Rheumatology Community Oriented Program for Control of Rheumatic Disease) di pedesaan Sulawesi Utara dan Manado menemukan hubungan asam urat menahun dengan pola konsumsi dan gaya hidup, diantaranya konsumsi alkohol dan kebiasaan makan makanan kaya purin. Selain itu, kebiasaan minum obat jenis diuretika (hidroklorotiazide), yaitu obat untuk menurunkan tekanan darah tinggi dapat meningkatkan kadar asam urat serum (Muniroh et al, 2015). Faktor-faktor resiko yang diduga mempengaruhi penyakit ini adalah diet, BB dan gaya hidup. Faktor resiko yang menyebabkan orang terserang penyakit asam urat adalah usia, asupan senyawa purin berlebihan. Konsusmsi alkohol belebih, kegemukan, hipertensi dan penyakit jantung, obat-obatan tertentu (terutama diuretika) dan gangguan fungsi ginjal merupakan salah satu penyebab meningkatnya asam Urat. Peningkatan kadar asam urat dalam darah atau hiperuricemia menurut suatu penelitian juga merupakan salah prediktor kuat terhadap kematian karena kerusakan kardiovaskuler (Andry. Dkk 2015). Gejala awal Asam urat hanya menyerang satu sendi dan berlangsung selama beberapa hari. Gejala yang akan timbul adalah nyeri yang hebat dirasakan pada malam hari. Gejala lain adalah sendi yang terserang akan membengkak dan kulit diatasnya akan berwarna merah atau keunguan, kencang, licin, terasa hangat dan nyeri jika digerakan, serta muncul benjolan pada sendi( tofus). Nyeri ini akan berlangsung selama beberapa hari hingga sekitar satu minggu, lalu menghilang (Untari & Wijayanti, 2017). Dampak pada lansia hiperurisemia yang lama dapat merusak sendi, jaringan lunak dan ginjal. Diperkirakan sekitar 75% penderita asam urat artritis akan mengalami kecacatan akibat kerusakan pada tulang dan ganggan pada persendian. Kelainan pada sendi metatarsofalangeal terjadi akibat ditemukan penimbunan



2



kristal pada sendi membran sinovia dan tlang rawan artikular. Pada fase lanjut, akan terjadi erosi tlang rawan, proliferasi sinovia dan pembetkan panus,erosi kistik tulang serta perbahan asam urat sekunder. Selanjutnya, terjadi tofus dan fibrosis serta anklikosis pada tlang kaki. Adanya asam urat pada sendi kaki menimbulkan respon lokal, sistemik dan psikologik. Respon inflamasi lokal menyebabkan kompresi saraf sehingga menimbulkan respon nyeri akut (Hari, 2018) Terapi herbal dapat dimanfaatkan sebagai solusi selain obat utmuk menurunkan asam urat berlebih pada tubuh dikarenakan kandungan vitamin, protein, mineral dan karbohidrat. Pada keperawatan komplementer ada terapi herbal dimana jahe mempunyai banyak manfaat yaitu dapat menurunkan rasa nyeri. Kompres jahe memiliki kandungan enzim sikoloksigenasi yang dapat mengurang peradangan pada penderita asam urat, selain itu jahe juga memiliki efek farmakologis yaitu rasa panas, dimana senyawa dapat meredakan rasa nyeri, kaku dan spasme otot atau terjadinya vasodilatasi pembulu darah ( Hari, 2018). Pengetahuan merupakan



hasil “tahu” penginderaan manusia melalui suatu



obyek tertentu. Proses penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan



raba. sebagian besar



pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang . Berdasarkan pengalaman ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2014). Peran perawat sangat penting ditengah-tengah lansia, dimana perawat akan memeberikan perawatan secara khusus, memberikan penyuluhan kepada lansia tentang menjaga kesehatan tubuh dalam aktivitas sehari-hari, serta memberikan asuhan keperawatan secara tepat kepada klien asam urat dan memberikan penyuluhan tentang pentingnya hidup sehat, asupan bergizi untuk proses penyembuhan. Perawat memberikan perawtan yang efektif. Perawat meggunakan keahlianya dalam berfikr kritis melalui proses keperawatan. Perawat membuat keputusan ini sendiri atau berkolaborasi dengan klien atau keluarga. Sebagai caring dan sebagai advokat perawat berfungsi sebagai penghubung antara klien dan kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien (Stanley, dkk 2007).



3



Berdasarkan hasil studi pendahuluan tanggal 20 November 2020 di Kampung Holtekam RT 02 ditemukan satu lansia yang memiliki peningkatan Asam Urat berdasarkan hasil pemeriksaan menggunakan alat test asam urat, dan kusioner sebagai alat ukur pengetahuan lansia. Hal inilah yang menarik peneliti untuk melakukan studi kasus tentang Asam Urat pada lansia di Kampung Holtekam RT 02.



1.2 Tujuan Penelitian 1.2.1



Tujuan Umum Mampu



memberikan tindakan



asuhan keperawatan kepada



mandiri kepada Ny.K 1.2.2 Tujuan Khusus a)



Mampu melakukan pengkajian terhadap lansia dengan asam urat atau asam urat pada Ny.K



b)



Mampu menegakan diagnosis keperawatan sesuai dengan prioritas masalah.



c)



Mampu melakukan rencana tindakan dan rasional dalam praktek nyata sesuai dengan masalah yang diprioritaskan



d)



Mampu melakukan



implementasi dalam praktek nyata sesuai



dengan masalah yang telah diprioritaskan e)



Mampu menilai dan mengevaluasi hasil dari tindakan yang telah dilaksanakan pada Ny. K dengan masalah asam urat



1.3 Manfaat Penelitian 1.3.1. Bagi Mahasiswa Hasil studi kasus ini diharapkan untuk mahasiswa keperawatan agar lebih memahami lagi tentang asam urat dan melakukan tindakan keperawatan bagi tiap lansia di Kampung Holtekam. 1.3.2. Bagi Keluarga Sebagai bahan masukan bagi keluarga untuk lebih memperhatikan tentang masalah kesehatan keluarga khususnya lansia dengan asam urat.



4



1.3.3. Bagi Puskesmas Sebagai bahan masukan bagi puskesmas untuk lebih memperhatikan tentang asuhan keperawatan keluarga khususnya pada lansia dengan asam urat di Kampung Holtekam



5



BAB II TINJAUAN TEORI 2.1



Konsep dasar keluarga a. Pengertian Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga mempunyai ikatan emosional, dan mengembangkan dalam interelasi sosial, peran dan tugas. (Allender, 2010). Keluarga adalah dua atau lebih indvidu yang berasal dari sekelompok keluarga yang sama atau yang berbeda dan saling mengikutsertakan dalam kehidupan yang terus menerus, biasanya bertempat tinggal dalam satu rumah, mempunyai ikaatan emosional dan adanya pembagian tugas antara satu dengan yang lainnya. (Mary, 2010) Jadi kesimpulannya keluarga adalah dua orang atau lebih yang tinggal bersama dalam satu atap (serumah) karena hubungan darah, perkawinan, atau adopsi, ikatan emosional yang mempunyai peran masing – masing dalam keluarga. b. Tipe Keluarga Keluarga memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial, maka tipe keluarga juga akan berkembang mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan maka perawat perlu mengetahui berbagai tipe keluarga (Jalina, 2017). 1) Tradisional a) The nuclear family (keluarga inti): Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak. b) The dyad family: Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam satu rumah. c) Keluarga usila: Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua 6



dan anak sudah memisahkan diri. d) The childless family: Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan karena mengejar karir / pendidikan yang terjadi pada wanita. e) The extended family: Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah seperti nuclear family disertai paman, tante, orang tua (kakek nenek), keponakan. f) The single – parent family: Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak, hal ini yang terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian atau karena ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan). g) Commuter family: Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja di luar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pada saat “weekends” atau pada waktu – waktu tertentu. h) Multigenerational family: Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah. i) Kin – network family: Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan dan saling menggunakan barang – barang dan pelayanan yang sama. Contoh : dapur, kamar mandi, televii, telepone, dan lain – lain. j) Blended family: Duda atau janda (karena perceraian) yang menikh kembali dan membesarkan anak dari hasil perkawinan atau dari perkawinan sebelumnya. k) The single adult living alone / single – adult family: Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan (separasi) seperti : perceraian, atau ditinggal mat



7



c. Fungsi keluarga 1.  Fungsi Ekonomi: menurut Stanhope Dan Lancaster 2012 pendapatan keluarga merupakan faktor yang sangat penting dan harus tersedia di dalam keluarga fungsi ekonomi keluarga berkaitan juga dengan pola konsumsi keluarga, pengelolaan keuangan, penyediaan Perumahan asuransi dana pensiun dan tabungan .fungsi ekonomi keluarga ialah keluarga memperoleh sumber-sumber penghasilan dan pengaturan penggunaan penghasilan dalam memenuhi kebutuhan keluarga, serta menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga di masa depan yang dalam prosesnya fungsi ekonomi ini mampu membagikan kerangka keluarga misalnya Ayah sebagai pencari uang untuk kebutuhan dan ibu bertugas mengurus anak 2. Fungsi Reproduksi: fungsi reproduksi keluarga merupakan sebuah bentuk jaminan keberlangsungan antara generasi keluarga dan masyarakat, yaitu memberikan anggota baru kepada masyarakat. bahan dan pembentukan keluarga dibuat untuk mengendalikan perilaku seksual dan reproduksi. 3.  Fungsi Sosialisasi sosialisasi merupakan fungsi keluarga untuk menanamkan nilai-nilai yang ada di keluarga terhadap anggota keluarga yang dimilikinya. keluarga memiliki harapan dalam memberikan jaminan perlindungan untuk anak-anaknya agar dapat masuk dalam lingkungan sosial yang ada di sekitarnya. fungsi sosialisasi dimulai saat lahir dan berakhir pada saat kematian. fungsi sosialisasi adalah proses Sepanjang Hidup ketika individu secara berkelanjutan B modifikasi perilaku mereka sebagai respon terhadap keadaan yang terpola secara sosial yang mereka alami. 4. Fungsi Afektif.  merupakan pembentukan struktur dan pembatasan yang menciptakan rasa memiliki antar sesama anggota keluarga dan menciptakan identitas sebagai bagian dari keluarganya. efektif merupakan kemampuan keluarga dalam memelihara lingkungan keluarga yang saling asuh atau saling menyayangi.



8



5.  Fungsi Perawatan kesehatan keluarga merupakan tempat mempelajari konsep kesehatan, promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan pencegahan penyakit, dan manajemen penyakit. fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan yang memberdayakan sumber daya keluarga dan berbasis keluarga fungsi perawatan kesehatan keluarga bukan hanya sebagai fungsi esensial dan dasar keluarga, tetapi fungsi yang mengembang fokus sentral dalam keluarga agar keluarga berfungsi dengan baik dan sehat. d. keluarga sebagai klien keluarga sebagai klien yaitu melihat keluarga sebagai keseluruhan individu yang terdapat di dalam keluarga titik pendekatan ini menggambarkan bahwa keluarga merupakan tampilan keluarga yang terlihat dan individu-individu anggota keluarga menjadi latar belakang keluarga. Fokus dari keluarga sebagai klien adalah bagaimana individu anggota keluarga berdampak pada keluarga secara menyeluruh. cara pandang perawat dalam menerapkan pendekatan keluarga sebagai klien memerlukan kemampuan perawat dalam merespon ekspresi verbal dan nonverbal seluruh anggota keluarga saat terdapat anggota keluarga yang sakit. rumusan diagnosis keperawatan yang akan ditegakkan tidak lagi berfokus pada kebutuhan anggota keluarga sebagai individu namun dampak masalah kesehatan pada salah satu anggota keluarga pada seluruh anggota keluarga.(Mary, 2015) e. keluarga sebagai sistem keluarga dilihat sebagai suatu sistem Interaksi yang mempengaruhi keluarga secara menyeluruh tidak hanya sebagai Bagian kecil dari keluarga. keluarga sebagai sistem berfokus pada individu dan keluarga sebagai suatu kesatuan di saat yang bersamaan. pendekatan ini menggambarkan jika salah satu anggota keluarga sakit akan berdampak pada seluruh anggota keluarga.



9



f. Keluarga lansia tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal dan berakhir dengan pasangan lain meninggal. tugas-tugas perkembangan keluarga  lansia antara lain mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan, menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun mempertahankan lingkungan perkawinan menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan, mempertahankan Ikatan Keluarga antargenerasi, meneruskan untuk memahami eksistensi  mereka ( penelaahan dan integrasi hidup)



2.2. Konsep Lanjut Usia 2.2.1. Definisi Menurut Hidayat, usia lanjut adalah hal yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir dengan kematian (Supraba, 2015). Menurut Hawari (2016) Usia lanjut merupakan seorang laki-laki atau perempuan yang berusia 60 tahun atau lebih, baik secara fisik masih berkemampuan (potensial) ataupun karena sesuatu hal tidak mampu lagi berperan secara aktif dalam pembangunan (tidak potensial). Di negara-negara maju seperti Amerika Serikat usia lanjut sering didefinisikan mereka yang telah menjalani siklus kehidupan diatas usia 60 tahun (dalam Juwita, 2013). Menua (menjadi tua) adalah suatu proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi seorang yang frail dengan berkurangnya sebagian besar cadangan sistem fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan kematian (Sayem, 2018). Lansia atau usia lanjut merupakan tahap akhir dari siklus kehidupan manusia dan hal tersebut merupakan bagian dari proses kehidupan yang tidak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap individu (Sayem 2018). Tahap usia lanjut menurut teori Erik Erikson tahun 1963 dalam Sayem 2018 merupakan tahap integrity versus despair, yakni individu yang sukses dalam melampauin tahap ini akan dapat mencapai



10



integritas diri (integrity), lanjut usia menerima berbagai perubahan yang terjadi dengan tulus, mampu beradaptasi dengan keterbatasan yang dimilikinya, bertambah bijak menyikapi proses kehidupan yang dialaminya. Sebaliknya mereka yang gagal maka akan melewati tahap ini dengan keputusasaan (despair), lanjut usia mengalami kondisi penuh stres, rasa penolakan, marah dan putus asa terhadap kenyataan yang dihadapinya (Setiati et al., 2009). Sehingga perubahan yang terjadi pada lansia sangat penting untuk diperhatikan dalam kondisi yang sehat ataupun sakit dan dapat memenuhi setiap kebutuhan yang dibutuhkan oleh lansia. 2.2.2. Batasan Usia a. menurut organisasi kesehatan dunia(WHO), ada empat tahap yaitu: 1) usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun 2) Lanjut usia( elderly) usia 60-70 tahun 3) Lanjut usia tua ( old) usia 75-90 tahun 4) Usia sangat tua (very old) usia>90 tahun b. menurut Hurlock : 1) earlyold age (usia 60-70 tahun) 2) advanced old age (usia > 70 tahun) Di Indonesia batasan usia lanjut adalah 60 tahun ke atas, terdapat dalam UU no 13 tahun 1998 tentang kesejatraan lanjut usia. Menurut UU tersebut dia atas lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas, baik pria maupun wanita (Padila, 2013) 2.2.3. Teori Mengenai Proses Menua Berbagai penelitian eksperimental dibidang gerontologi dasar selama 20 tahun terakhir ini berhasil memunculkan teori baru mengenai proses menua. Beberapa teori tentang penuaan yang dapat diterima saat ini, antara lain : a.



Teori radikal bebas Teori radikal bebas pertama kali diperkenalkan oleh Denham Harman pada tahun 1956, yang menyatakan bahwa proses menua adalah proses yang normal, merupakan akibat kerusakan jaringan oleh radikal bebas. Radikal bebas



11



adalah senyawa kimia yang berisi elektron tidak berpasangan. Karena elektronnya tidak berpasangan, secara kimiawi radikal bebas akan mencari pasangan elektron lain dengan bereaksi dengan substansi lain terutama protein dan lemak tidak jenuh. Sebagai contoh, karena membran sel mengandung sejumlah lemak, ia dapat bereaksi dengan radikal bebas sehingga membran sel mengalami perubahan. Akibat perubahan pada struktur membran tersebut membran sel menjadi lebih permeabel terhadap beberapa



substansi dan



memungkinkan substansi tersebut melewati membran secara bebas. Struktur didalam sel seperti mitokondria dan lisosom juga diselimuti oleh membran yang mengandung lemak, sehingga mudah diganggu oleh radikal bebas. Sebenarnya tubuh diberi kekuatan untuk melawan radikal bebas berupa antioksidan yang diproduksi oleh tubuh sendiri, namun antioksidan tersebut tidak dapat melindungi tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas tersebut (Sayem 2018). b.



Teori imunologis Menurut Potter dan Perry (2006) dalam (Marta, 2012) penurunan atau perubahan dalam keefektifan sistem imun berperan dalam penuaan. Tubuh kehilangan kemampuan untuk membedakan proteinnya sendiri dengan protein asing sehingga sistem imun menyerang dan menghancurkan jaringannya sendiri pada kecepatan yang meningkat secara bertahap. Disfungsi sistem imun ini menjadi faktor dalam perkembangan penyakit kronis seperti kanker, diabetes, dan penyakit kardiovaskular, serta infeksi. dengan substansi lain terutama protein dan lemak tidak jenuh. Sebagai contoh, karena membran sel mengandung sejumlah lemak, ia dapat bereaksi dengan radikal bebas sehingga membran sel mengalami perubahan. Akibat perubahan pada struktur membran tersebut membran sel menjadi lebih permeabel terhadap beberapa substansi dan memungkinkan substansi tersebut melewati membran secara bebas. Struktur didalam sel seperti mitokondria dan lisosom juga diselimuti oleh membran yang mengandung lemak, sehingga mudah diganggu oleh radikal bebas. Sebenarnya tubuh diberi kekuatan untuk melawan radikal bebas berupa 12



antioksidan yang diproduksi oleh tubuh sendiri, namun antioksidan tersebut tidak dapat melindungi tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas tersebut (Jalina, 2017). c. Teori DNA Repair Teori ini dikemukakan oleh Hart dan Setlow. Mereka menunjukkan bahwa adanya perbedaan pola laju perbaikan (repair) kerusakan DNA yang diinduksi oleh sinar ultraviolet (UV) pada berbagai fibroblas yang dikultur. Fibroblas pada spesies yang mempunyai umur maksimum terpanjang menunjukkan laju DNA repair terbesar dan korelasi ini dapat ditunjukkan pada berbagai mamalia dan primata (Jalina, 2017). d. Teori genetika Teori sebab akibat menjelaskan bahwa penuaan terutama di pengaruhi oleh pembentukan gen dan dampak lingkungan pada pembentukan kode genetik. Menurut teori genetika adalah suatu proses yang secara tidak sadar diwariskan yang berjalan dari waktu ke waktu mengubah sel atau struktur jaringan. Dengan kata lain, perubahan rentang hidup dan panjang usia ditentukan sebelumnya (Putri, 2013). e. Teori wear-and-tear Teori wear-and- tear (dipakai dan rusak) mengusulkan bahwa akumulasi sampah metabolik atau zat nutrisi dapat merusak sintensis DNA, sehingga mendorong malfungsi organ tubuh. Pendukung teori ini percaya bahwa tubuh akan mengalami kerusakan berdasarkan suatu jadwal. Sebagai contoh adalah radikal bebas, radikal bebas dengan cepat dihancurkan oleh sistem enzim pelindung pada kondisi normal (Putri, 2013). 2.2.4 Perubahan Pada Lanjut Usia Banyak perubahan yang dikaitkan dengan proses menua merupakan akibat dari kehilangan yang bersifat bertahap (gradual loss). Lansia mengalami perubahanperubahan fisik diantaranya perubahan sel, sistem persarafan, sistem pendengaran, sistem penglihatan, sistem kardiovaskuler, sistem pengaturan suhu tubuh, sistem 13



respirasi, sistem gastrointestinal, sistem genitourinari, sistem endokrin, sistem muskuloskeletal, disertai juga dengan perubahan-perubahan mental menyangkut perubahan ingatan atau memori (Putri, 2013). a.



Perubahan pada Sistem Sensoris Pada lansia yang mengalami penurunan persepsi sensori akan terdapat keengganan untuk bersosialisasi karena kemunduran dari fungsi-fungsi sensoris yang dimiliki. Indra yang dimiliki seperti penglihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman dan perabaan merupakan kesatuan integrasi dari persepsi sensori (Jalina, 2017)



b.



Perubahan pada Sistem Integumen Pada lansia, epidermis tipis dan rata, terutama yang paling jelas diatas tonjolantonjolan tulang, telapak tangan, kaki bawah dan permukaan dorsalis tangan dan kaki. Penipisan ini menyebabkan vena-vena tampak lebih menonjol. Poliferasi abnormal pada sisa melanosit, lentigo, senil, bintik pigmentasi pada area tubuh yang terpajan sinar matahari, biasanya permukaan dorsal dari tangan dan lengan bawah. Sedikit kolagen yang terbentuk pada proses penuaan, dan terdapat penurunan jaringan elastik, mengakibatkan penampilan yang lebih keriput. Tekstur kulit lebih kering karena kelenjar eksokrin lebih sedikit dan penurunan aktivitas kelenjar eksokrin dan kelenjar sebasea. Degenerasi menyeluruh jaringan penyambung, disertai penurunan cairan tubuh total, menimbulkan penurunan turgor kulit. Massa lemak bebas berkurang 6,3% berat badan per dekade dengan penambahan massa lemak 2% per dekade. Massa air berkurang sebesar 2,5% per dekade (Jalina, 2017).



c.



Perubahan pada Sistem Muskuloskeletal Otot mengalami atrofi sebagai akibat dari berkurangnya aktivitas, gangguan metabolik, atau denervasi saraf. Dengan bertambahnya usia, perusakan dan pembentukan tulang melambat. Hal ini terjadi karena penurunan hormon esterogen pada wanita, vitamin D dan beberapa hormon lain. Tulang-tulang trabekulae menjadi lebih berongga, mikro-arsitektur berubah dan sering patah baik akibat benturan ringan maupun spontan (Jalina, 2017).



14



d.



Perubahan pada Sistem Neurologis Berat otak menurun 10–20 %. Berat otak ≤ 350 gram pada saat kelahiran, kemudian meningkat menjadi 1,375 gram pada usia 20 tahun, berat otak mulai menurun pada usia 45-50 tahun penurunan ini kurang lebih 11% dari berat maksimal. Berat dan volume otak berkurang rata-rata 5-10% selama umur 20-90 tahun. Otak mengandung 100 juta sel termasuk diantaranya sel neuron yang berfungsi menyalurkan impuls listrik dari susunan saraf pusat. Pada penuaan otak kehilangan 100.000 neuron per tahun. Neuron dapat mengirimkan signal kepada sel lain dengan kecepatan 200 mil per jam. Terjadi penebalan atrofi cerebral (berat otak menurun 10%) antara usia 30-70 tahun. Secara berangsur-angsur tonjolan dendrit di neuron hilang disusul membengkaknya batang dendrit dan batang sel. Secara progresif terjadi fragmentasi dan kematian sel. Pada semua sel terdapat deposit lipofusin (pigment wear and tear) yang terbentuk di sitoplasma, kemungkinan berasal dari lisosom atau mitokondria (Jalina, 2017).



e.



Perubahan Psikologis perubahan psikologis pada lansia meliputi short term memori, frustasi,kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi kematian, perubahan keinginan, depresi, dan kecemasan ( Maryam dkk, 2018)



f.



Perubahan Sosial 1)



peran :post power syndrom, single woman, dan single parent.



2)



keluarga : kesendiri, kehampaan



3)



teman : ketika lansia meninggal, maka muncul perasaan kapan akan meninggal



4)



abuse : kekerasan bentuk non verbal



5)



masalah hukum : berkaitan dengan perlindungan aset dan kekayaan pribadi yang dikumpulkan sejak masih muda



6)



pensiun : kalau PNS akan ada tabungan.



7)



ekonomi : kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang cocok bagi lansia



8)



rekreasi : untuk ketenangan batin



9)



keamanan : jatuh dan terpeleset 15



10)



politik : kesempatan yang sama untuk terlibat dan memberikan masukan dalam sistem politik



11)



agama: melakukan ibadah



12)



panti jompo : merasa di buang atau di asingkan.



2.2.5. Masalah-masalah Pada Lanjut Usia Secara individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah fisik baik secara fisik-biologik, mental maupun sosial ekonomis. Dengan semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami kemunduran terutama di bidang kemampuan fisik, yang dapat mengakibatkan penurunan pada perananperanan sosialnya. Hal ini mengkibatkan pula timbulnya gangguan di dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya sehingga dapat meningkatkan ketergantunga yang memerlukan bantuan orang lain. Lanjut usia tidak saja di tandai dengan kenunduran fisik, tetapi dapat pula berpengaruh terhadap kondisi mental. Semakin lanjut seseorang, kesibukan sosialnya akan semakin berkurang hal mana akan dapat mengakibatkan berkurangnya integrasi dengan lingkungannya. Hal ini dapat memberikan dampak pada kebahagiaan seseorang (Stanley, 2017). Pada usia mereka yang telah lanjut, sebagian diri mereka masih mempunyai kemanpuan untuk bekerja. Permasalahannya yang mungkin timbul adalah bagaiman memfungsikan tenaga dan kemampunan mereka tersebut di dalam situasi keterbatasan kesempatan kerja. Masalah – masalah pada lanjut usia di kategorikan ke dalam empat besar penderitaan lanjut usia yaitu imobilisasi, ketidakstabilan, gangguan mental, dan inkontinensia. Imobilisasi dapat disebabkan karena alasan psikologis dan fisik. Alasan psikologis diantaranya apatis, depresi, dan kebingungan. Setelah faktor psikologis, masalah fisik akan terjadi sehingga memperburuk kondisi imobilisasi tersebut dan menyebabkan komplikasi sekunder (Watson, 2015). Faktor fisik yang menyebabkan imobilisasi mencakup fraktur ekstremitas, nyeri pada pergerakan artrithis, paralis dan penyakit serebrovaskular, penyakit kardiovaskular yang menimbulkan kelelahan yang ekstrim selama latihan, sehingga terjadi ketidakseimbangan. Selain itu penyakit seperti parkinson dengan gejala 16



tomor dan ketidakmampuan untuk berjalan merupakan penyebab imobilisasi. Masalah yang nyata dari ketidakstabilan adalah jatuh karena kejadian ini sering dialami oleh lanjut usia dimana wanita yang jatuh, dua kali lebih sering dibanding pria (Jalina, 2017). Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat kejadian, yang mengakibatkan seseorangmendadak terbaring dan terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka yang akibat jatuh dapat menyebabkan imobilisasi (Jalina, 2017). Gangguan mental merupakan yang sering terjadi sehubungan dengan terjadinya kemerosotan daya ingat. Beberapa kasus ini berhubungan dengan penyakit – penyakit yang merusak jaringan otak, sehingga kebanyakan masalah turunnya daya ingat lanjut usia bukanlah sebagai akibat langsung proses penuaan tetapi karena penyakit. Sebagian besar lanjut usia memerlukan perawatan karena menderita gangguan mental. Konfusi (kebingungan) adalah masalah utama yang memfunyai konsekuensi untuk semua aktivitas sehari – hari. Lanjut usia yang mengalami konfusi tidak akan mampu untuk makan, tidak mampumengontrol diri, bahkan menunjukkan perilaku yang agresif sehingga lanjut usia memerlukan perawatan lanjutan untuk mengatasi ketidakmampuan dan keamanan lingkungan tempat tinggal lanjut usia secara umum. Bantuan yang di berikan adalah melalui petugas panti dan dukungan keluarga. Insiden inkontinensia biasanya meningkat pada lanjut usia yang kehilangan kontrol berkemih dan defekasi. Hal ini berhubungan dengan faktor akibat penuaan dan faktor nutrisi seperti yang telah di jelaskan diatas adalah efek dari imobilisasi. Inkontinensia lebih banyak diderita oleh perempuan dari pada laki-laki. Wanita yang melahirkan anak dengan otot dasar panggul yang lemas, menjadi penyebab inkontinensia. Pada laki-laki, penyebab umumnya adalah pembesaran kelenjar prostat dan diperlukan prosedur bedah untuk menangani kondisi tersebut (Jalina, 2017).



17



2.3. KONSEP PENYAKIT ASAM URAT 2.3.1. Definisi asam Urat Asam urat adalah asam yang berbentuk kristal-kristal yang merupakan hasil akhir dari metabolisme purin (bentuk turunan nukleoprotein), yaitu salah satu komponen asam nukleat yang terdapat pada inti sel-sel tubuh.   Secara alamiah, purin terdapat dalam tubuh kita dan  dijumpai pada semua makanan dari sel hidup, yakni  makanan dari tanaman (sayur, buah, kacang-kacangan) atau pun hewan (daging, jeroan, ikan  sarden). (Jalina, 2017). Asam urat adalah asam berbentuk kristal yang merupakan produk akhir dari metabolisme atau pemecahan purin (bentuk turunan nukleoprotein), yaitu salah satu komponen asam nukleat yang terdapat pada inti sel-sel tubuh. Secara alamiah purin terdapat dalam tubuh dan dijumpai pada makanan dari sel hidup, yaitu makanan dari tanaman (sayur, buah dan kacang-kacangan) maupundari hewan (daging, jeroan, ikan sarden) setiap orang memiliki asam urat dalam tubuh, karen ap[ada setiap metabolisme normal dihasilkan asam urat (Dhalimarta S, 2015) Asam urat adalah salah satu penyakit yang disebakan oleh metabolisme abnormal purin yang ditandai dengan meningkatnya kadar asam urat dalam darah. Peradangan sendi pada asam urat bersifat menahun dan umumnya setelah terjadi serangan asam urat berulang, sendi yang terserang bisa menjadi bengkok atau cacat. Hampir 20% penderita asam urat juga mengidap batu ginjal (Junaidi, 2015) 2.3.2. Penyebab Asam Urat Menurut Malya (2015), faktor-faktor yang berperan dalam perkembangan asam urat adalah faktor yang menyebabkan terjadinya hiperurisemia diantaranya adalah : 1.



Gangguan konsentrasi pembentukkan asam urat yang berlebih : a. Asam urat primer : Akibat pembentukkan langsung asam urat yang berlebih. 18



b. Asam urat sekunder : Ekskresi asam urat berkurang akibat proses penyakit atau pemakaian obat-obatan. 2.



Menurut Carter (dalam Arina Malya, 2015) penyebab dari asam urat: a. Diet tinggi purin b. Konsumsi minuman beralkohol c. Pengaruh obat-obatan terhadap kadar asam urat dengan efek yang ditimbulkannya dapat menghambat ekskresi asam urat dalam ginjal (seperti: aspirin, diuretik). d. Penimbunan asam urat sering terjadi pada penyakit dengan metabolisme asam urat abnormal dan kelainan metabolik dalam pembentukan purin dan ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal.Beberapa factor lain yang mendukung, seperti: Faktor genetik seperti gangguan metabolisme purin yang menyebabkan asam urat berlebihan (hiperuricemia), retensi asam urat, atau keduanya.



2.3.3. Ciri-Ciri Asam Urat Berdasarkan subkomite The American Rheumatism Association yang menetapkan kriteria diagnostik untuk asam urat adalah : a. Adanya kristal urat yang khas dalam cairan sendi. b. Thopus terbukti mengandung kristal urat berdasarkan pemeriksaan kimiawi dan mikroskopik dengan sinar terpolarisasi. c. Lebih dari sekali mengalami serangan artthritis akut. d. Terjadi peradangan secara maksimal dalam satu hari. e. Oligorthritis (jumlah sendi yang meradang kurang dari f. Kemerahan di sekitar sendi yang meradang. g. Sendi metatarsophalangeal pertama (ibu jari kaki) terasa sakit atau membengkak. h. Serangan unilateral (satu sisi) pada sendi metatarsophalangeal pertama. i. Serangan unilateral pada sendi tarsal (jari kaki). j. Thopus (deposit besar dan tidak teratur dari natrium urat) di kartilago artikular (tulang rawan sendi) dan kapsula sendi. 19



k. Hiperuricemia (kadar asam urat dalam darah lebih dari 7,5 mg/dL). l. Pembengkakan sendi secara asimetris (satu sisi tubuh saja). m. Serangan arthritis akut berhenti secara menyeluruh. n. Ketika terjadi serangan arthritis akut, penderita diberikan terapi untuk mengurangi peradangannya. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan obat analgesikatau NSAID, kortikosteroid, tirah baring, atau dengan pemberian kolkisin. o. Setelah serangan akut berakhir, terapi ditujukan untuk menurunkan kadar asam urat dalam tubuh. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan kolkisin atau obat yang memacu pembuangan asam urat lewat ginjal (misal probenesid) atau obat yang menghambat pembentukan asam urat (misal allopurinol). 2.3.4. Gejala Klinis Asam Urat Pada umumnya lokasi munculnya serangan rasa nyeri, bengkak, merah, panas bila diraba, dan terganggunya fungsi sendi hanya pada satu tempat, yakni pada pangkal ibu jari kaki (70-80%). Meskipun demikian serangan ini bisa juga terjadi pada persendian lain seperti pergelangan kaki, punggung kaki, lutut, siku, pergelangan tangan, tangan atau jari tangan. Pada tahap yang lebih parah (timbunan kristal urat atau tophi semakin banyak) selain bisa menyebabkan hancurnya struktur sendi juga bisa merusak struktur jaringan di bawah kulit. Tophi tampak seperti benjolan kecil berwarna pucat yang muncul pada daun telinga, bagian punggung lengan, bagian samping mangkok sendi lutut, dan pada tendon achilles. Bila kadar asam urat darah tidak terkontrol, tophi bisa makin membesar dan menyebabkan kerusakan sendi serta koreng. Koreng yang muncul bisa mengeluarkan cairan kental sperti kapur yang mengandung kristal MSU (monosodium urat monohidrat).



20



2.3.5. Macam-Macam Pemeriksaan Asam Urat a. Pemeriksaan Holistik Pemeriksaan holistik adalah pemeriksaan yang menyeluruh dimana pemeriksaan dilakukan dari kapan terjadinya nyeri, bagaimanam dapat terjadinya nyeri. Setelah itu dilihat riwayat kesehatan, baru di tegakkan diagnosis (Pusdiknas, 1980). b. Pemeriksaan Enzimatis Pemeriksaan enzimatis adalah pemeriksaan asam urat dengan prinsip uric – acid yang bereaksi dengan urease membentuk reaksi H2O2 dibawah katalisis peroksiadase dengan 3,5 didorohydroksi bensensulforic acid dan 4 aminophenazone memberikan reaksi warna violet dengan indikator Quinollmine (Bishop L. Michael). 2.3.6. Pengobatan Dan Pencegahan Asam Urat 1. Pencegahan Asam urat Ada berbagai langkah upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah asam urat yaitu : a)      Mengatur pola hidup dengan baik dan teratur. b)      Menggurangi kebiasaan buruk yaitu bagi perokok aktif. c)      Menghindari konsumsi yang mengandung lemak jenuh. d)     Jangan mandi pada malam hari. e)      Berolahraga yang rutin minimal 2-3 kali dalam seminggu. Pencegahan lain yaitu tidak memakan makanan yang terdapat ditabel ini karena makanan yang ada di dalam tabel mengandung asam urat . N O 1. 2.



KADAR PURIN NAMA MAKANAN PER 100 GRAM BM Hati, ginjal, jantung, limpa, paru- 150 -18 mg purin paru, otak, sarden, kaldu daging, Daging, ikan, kerang, kacang- 50 - 150 mg purin kacangan, buncis, kembang kol,



21



SARAN tidak boleh disantap harus dibatasi



3.



bayam, asparagus, Melinjo /emping, daun melinjo, dan jamur Sayuran, buah-buahan, susu atau 0 - 15 mg purin keju, telur, dan serealia



Sangat disarankan



2.3.7. Pengobatan Asam urat Pengobatan asam urat ada 2 yaitu : a. Pengobatan medis Obat-obatan yang digunakan untuk pengobatan asam urat yaitu : 1) Allopurinol mengontrol tingkat asam urat dan mencegah serangan 2) Prednisone 3) Nonsteroid, obat obatan anti inflamasi dan nyeri 4) Indomentacin b. pengoabatan mandiri keperawatan 1) Sendi diistirahatkan ( imobilisasi pasien) 2) Kompres dingin 3) Diet renda purin 2.3.8. Patofisiologis Asam Urat Adanya gangguan metabolisme purin dalam tubuh, intake bahan yang mengandung asam urat tinggi dan sistem ekskresi asam urat yang tidak adekuat akan menghasilkan akumulasi asam urat yang berlebihan di dalam plasma darah (hiperuricemia), sehingga mengakibatkan kristal asam urat menumpuk dalam tubuh. Penimbunan ini menimbulkan iritasi lokal dan menimbulkan respon inflamasi. Hiperuricemia merupakan hasil : 1) Meningkatnya produksi asam urat akibat metabolisme purin abnormal. 2) Menurunnya ekskresi asam urat. 3) Kombinasi keduanya. Saat asam urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain, maka asam urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam-garam urat yang berakumulasi atau menumpuk di jaringan konektif diseluruh tubuh, penumpukkan ini disebut tofi. Adanya kristal memicu respon inflamasi akut dan 22



netrofil melepaskan lisosomnya. Lisosom tidak hanya merusak jaringan, tapi juga menyebabkan infalamasi. Pada penyakit asam urat akut tidak ada gejala gejala yang timbul. Serangan ini meliputi hanya satu tulang sendi. Serangan pertama ini sangat nyeri yang menyebabkan tulang sendi menjadi lunak dan terasa panas, merah. Tulang sendi metatarsophalangeal biasanya yang paling pertama terinflamasi, kemudia kaki, tumit lutut, dan tulang sendi pinggang. Banyak faktor yang berperan dalam mekanisme serangan asam urat. Salah satunya yang telah diketahui peranannya adalah konsentrasi asam urat dalam darah. Mekanisme serangan asam urat akan berlangsung melalui beberapa fase secara berurutan, sebagai berikut : 1.



Presipitasi kristal monosodium urat.



2.



Respon leukosit polimorfonukuler (PMN).)



Menurut Michael A. Charter asam urat memiliki 4 tahapan klinis : a. Stadium I : Kadar asam urat darah meningkat tapi tidsk menunjukkan gejala atau keluhan (hiperurisemia asimtomatik). b. Stadium II : Terjadi pembekakan dan nyeri pada sendi kaki, sendi jari tangan, pergelangan tangan dan siku (acut arthtritis asam urat). c. Stadium III : Kebanyakan orang mengalami serangan asam urat berulang dalam waktu kurang dari 1 tahun jika tidak diobati (intercritical stadium). d. Stadium IV : Timbunan asam urat terus meluas selama beberapa tahun jika tidak dilakukan pengobatan hal ini dapat menyebabkan nyeri, sakit, kaku serta pembengkakan sendi nodular yang besar (cronic asam urat).



23



2.2.8. Patway Diet tinggi purin



Peningkatan pemecahan sel



Asam urat dalam serum



Katabolisme purin



Asam urat dalam sel keluar



Tidak disekresi melalui urin



Asam urat dalam serum meningkat (hiperurisemia)



Kemampuan ekskresi asam urat terganggu/menurun



Penyakit ginjal (glomerulonefritis dan gagal ginjal)



Hipersaturasi asam urat dalam plasma dan garam urat di cairan tubuh



Peningkatan asam laktat sebagai produk sampingan metabolisme



Konsumsi alkohol



Terbentuk kristal monosodium urat (MSU)



Dibungkus oleh berbagai protein (termasuk IgG)



Merangsang neutrofil (leukosit PMN)



Di ginjal



Di jaringan lunak dan persendian



Terjadi fagositosis Kristal oleh leukosit



Penumpukan dan pengendapan MSU



Terbentuk fagolisosom



Pembentukan batu ginjal asam urat



Pembentukan tophus



Merusak selaput protein kristal



Proteinuria, hipertensi ringan, asam urat & pekat



Respon inflamasi meningkat



Terjadi ikatan hydrogen antara permukaan Kristal dengan membran lisosom



Penumpukan dan pengendapan MSU



Resiko ketidakseimbangan volume cairan Hipertermi



Nyeri hebat Gangguan rasa nyaman Gangguan pola tidur Kerusakan integritas jaringan



Pembesaran dan penonjolan sendi Deformitas sendi



Membrane lisosom robek, terjadi pelepasan enzim dan oksida radikal kesitoplasma (synovial) Peningkatan kerusakan jaringan



Kontraktur sendi 24



Kekakuan sendi



Fibrosisi dan / atau ankilosis tulang



Hambatan mobilitas fisik



2.2.9. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Laboratorium a.



Didapatkan kadar asam urat tinggi dalam darah yaitu >6 mg%.Normalnya pada pria 8 mg% dan pada wanita 5 mg%



b.



Pemeriksaan caian tofi sangat penting untuk pemeriksaan diagnosa yaitu cairan berwarna putih seperti susu dan sangat kental



c.



Pemeriksaan darah lengkap



d.



Pemeriksaan urea dan kreatinin



2.2.10 Komplikasi Komplikasi yang serig terjadi akibat asam urat arthtritis antara lain : a. Erosi, deformitas dan ketidakmampuan aktivitas karena inflamasi kronis dan tofi yang menyebabkan degenarasi sendi b. Hipertensi dan albuminuria c. Kerusakan tubuler ginjal yang menyebabkan gagal ginjal kronik



2.3



Peran Perawat dalam Ranah Keperawatan Lansia a. Perawat sebagai Direct Care Giver Peran perawat dalam hal ini memberikan perawatan langsung kepada lansia diberbagai situasi kondisi. Umumnya, lansia sering menunjukkan gejala khas namun terasa sulit dimengerti ucapannya yang menjadi tantangan bagi perawat dalam menentukan diagnosis dan penangan yang tepat. Oleh karenanya, perawat sebagai penyedia perawatan harus mengatahui segala proses penyakit dan gejala yang biasa terlihat pada lansia mencakup pengetahuan tentang faktor risiko, tanda dan gejala, penangan medis yang biasa dilakukan, rehabilitasi, serta perawatan yang dibutuhkan pada akhir usia (Jalina, 2017). b. Perawat sebagai Advokator Perawat dalam hal ini bertindak memihak atau memastikan lansia untuk mendapatkan haknya, pelayanan yang layak, memperkuat otonomi klien dalam pengambilan keputusan, dan mendidik orang lain mengenai stereotip negative dari 25



penuaan (Miller, 2012). Contoh kecilnya seperti menjelaskan prosedur medis atau perawatan kepada anggota keluarga pada tingkat unit. Selain itu, perawat juga dapat membantu anggota keluarga untuk memilih panti werdha terbaik bagi anggota keluarga yang dicintainya atau mendukung anggota keluarga yang berada dalam peran pengasuhan. Hal yang perlu diingat, apapun situasinya peran advokator tidak berarti membuat keputusan untuk lansia, tetapi memberdayakan mereka untuk tetap independen dan bermartabat bahkan dalam situasi sulit sekalipun (Jalina, 2017). c. Perawat sebagai Edukator Perawat yang berperan sebagai edukator memiliki kewajiban untuk memberi informasi mengenai status kesehatan klien kepada klien serta keluarga klien dan membantu klien mencapai perawatan diri sesuai kemampuannya (Potter, Perry, Stockert & Hall, 2013). Hal ini dapat dilakukan dengan cara menunjukkan prinsip, prosedur, dan teknik dalam pemeliharaan kesehatan kepada lansia. Menurut Tabloski (2014), perawat dapat melakukan edukasi mengenai beberapa hal kepada lansia seperti deteksi penyakit, memberikan edukasi tentang penuaan yang sehat, pengobatan terhadap penyakit, dan rehabilitasi kepada lansia serta keluarganya. Selain itu, perawat edukator dapat juga berpartisipasi dalam ranah pendidikan hingga memberikan pelatihan untuk perawat. Memberikan edukasi kepada lansia menjadi tantangan tersendiri bagi perawat. Hal ini dikarenakan lansia mengalami cognitive aging yang mempengaruhi proses belajar (Miller, 2012). Sehingga, perawat perlu menyesuaikan metode dan bahan edukasi agar edukasi yang diberikan dapat dimengerti dengan baik oleh lansia. Apabila lansia tidak dapat di berikan edukasi, maka edukasi diberikan kepada keluarganya. Namun, jika lansia masih memiliki kognitif yang baik, terdapat lima hal yang perlu dilakukan agar edukasi yang diberikan dapat dipahami dengan baik menurut Miller (2012), antara lain: 1) Memberikan waktu yang cukup untuk lansia menyerap informasi, artinya pemberian informasi dilakukan dengan tidak terburu-buru



26



2) Memberikan sejumlah kecil informasi dalam beberapa sesi, artinya tidak diberikan banyak informasi pada satu pertemuan 3) Membuat rujukan kepada perawat untuk melakukan perawatan di rumah dengan salah satunya follow up pengajaran yang diberikan 4) Membuat lingkungan pembelajaran nyaman dengan menghilangkan berbagai hal yang dapat menjadi distraksi. 5) Mengaitkan informasi yang diberikan dengan pengalaman masa lalu klien agar mudah diserap klien. d. Perawat sebagai Manajer Perawat sebagai manajer bertanggung jawab dalam memberikan lingkungan yang positif serta profesional di rumah sakit atau komunitas agar terwujudnya pelayanan yang berkualitas. Selain itu, perawat sebagai manajer juga harus mampu memimpin dan mengelola tim klinis yang dibentuk. Mauk (2014), mengemukakan bahwa perawat manajer dalam keperawatan lansia perlu memiliki kemampuan dalam beberapa hal antara lain: 1) Membangun dan meningkatkan kemampuan serta keterampilan anggota tim keperawatan lansia. Dalam hal ini, seorang perawat lansia harus memiliki standar dalam memberikan asuhan keperawatan kepada lansia. Standar tersebut antara lain, pengetahuan dan keterampilan untuk menjaga kesehatan lansia, mencegah penyakit, mengelola penyakit kronis yang kompleks, penurunan fungsi fisik dan mental, hingga perawatan paliatif (ANA, 2010 dalam Touhy & Jett, 2014). Sehingga, manajer perlu memfasilitasi pelatihan atau workshop agar kemamuan anggota tim dapat meningkat 2) Menentukan prioritas dan tujuan yang realistis, dapat terukur serta memiliki batasan waktu 3) Membuat keputusan dalam menyelesaikan masalah baik masalah internal antar anggota tim dan masalah klien. 4) Mendelegasikan tugas kepada seseorang yang dianggap dapat menjalankan tugas dengan baik.



27



5) Mampu memberikan dorongan, arahan yang jelas, dan harapan terhadap stafnya. e. Perawat sebagai Praktisi Independen Praktisi independen artinya perawat melakukan praktik keperawatan secara mandiri. Menurut Tabloski (2014), parameter praktik keperawatan dapat berbeda di setiap negara namun perawat harus memiliki kode etik profesi dan standar praktik keperawatan yang berlaku untuk menunjukkan kompetensi perawat. Menurut Undang-Undang No. 38 tahun 2014, untuk membuka praktik keperawatan mandiri, perawat harus memiliki Surat Izin Praktik Perawat (SIPP) yang berlaku selama STR masih berlaku. Contoh praktik mandiri dalam keperawatan lansia ialah membuka praktik perawatan luka, menerima kontrol perawatan untuk lansia, dan lain-lain. f. Perawat sebagai Konselor Perawat lansia sebagai konselor bertugas membantu pasien mengidentifikasi dan mengklarifikasi masalah kesehatan dan memilik tindakan-tindakan yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut [ CITATION Pot13 \l 1033 ]. Contoh peran ini, yaitu perawat membantu mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah kesehatan lansia melalui konsultasi kesehatan berkelanjutan, membantu keluarga pasien memutuskan apakah perlu lansia dimasukkan ke panti, memberikan arahan terkait biaya perawatan lansia yang sesuai dengan kebutuhan dan lain-lain. Seperti halnya pada peran sebagai advokator, seorang perawat konselor tidak membuat keputusan untuk klien namun membiarkan klien memilih keputusan terbaiknya. g. Perawat sebagai Kolabolator Kolaborasi atau bekerja dalam upaya gabungan dengan semua pihak yang terlibat dalam perawatan perlu mengembangkan rencana yang dapat diterima bersama demi tercapainya tujuan bersama [ CITATION Pot13 \l 1033 ]. Contoh peran ini, seperti praktisi perawat berada pada tim perawatan berbasis ah yang berkolaborasi dengan dokter untuk memberikan layanan perawatan primer kepada pasien lansia yang berisiko tinggi [ CITATION Tou14 \l 1033 ].



28



h. Perawat sebagai Peneliti Perawat peneliti adalah pemimpin dalam memperluas pengetahuan dalam bidang keperawatan dan disiplin perawatan kesehatan lainnya. Tugas mereka adalah memberikan bukti praktik untuk memastikan perawat memiliki bukti terbaik untuk mendukung praktik mereka. Selain itu perawat peneliti juga menyelidiki masalah untuk memperluas asuhan keperawatan, mengurangi atau memperluas cakupan praktik keperawatan [ CITATION Pot13 \l 1033 ]. Contoh peran ini, yaitu perawat mengembangkan penelitian mengenai metode perawatan yang cocok untuk pasien lansia dengan penyakit kronik tertentu, membantu mengembangkan teori keperawatan modern yang sesuai dengan kondisi saat ini, dan lain-lain 2.4. Pengetahuan 2.4.1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil “tahu” penginderaan manusia melalui suatu obyek tertentu. Proses penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan



raba. sebagian besar



pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang . Berdasarkan pengalaman ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari



pada perilaku yang tidak



didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2014). 2.4.2. Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmojo (2014) ada enam tingkatan dalam pengetahuan, yaitu: a.



Tahu (know) Tahu adalah tingkatan paling rendah. Tahu diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk mengingat



29



kembali suatu yang spesifik dari



seluruh badan yang dipelajari atau



rangsangan yang telah diterima. Untuk mengukur tingkatan kognitif ini dipergunakan kata kerja menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, dan sebagainya. b.



Memahami (comprehention) Memahami



adalah



kemampuan



untuk



menjelaskan



dan



menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahuinya. Pada tingkatan ini, individu yang



bersangkutan harus dapat menjelaskan,



menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap materi atau substansi yang dipelajari. c.



Aplikasi (application) Aplikasi adalah kemampuan mengumpulkan materi yang dipelajari beberapa hukum-hukum, rumus, metode, dan sebagainya pada kondisi nyata.



d.



Analisis (analysis) Analisis adalah kemampuan menjabarkan materi atau objek kedalam komponen-komponen dalam struktur organisasi tersebut, yang terkait satu sama lain.



e.



Sintesis (synthesis) Sintesis atau formulasi meletakan



atau



menghubungkan bagian-bagian ke dalam suatu bentuk



keseluruhan yang baru. f.



menunjukan kepada kemampuan untuk



Evaluasi (evaluation) 30



Evaluasi adalah kemampuan melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu objek atau materi. Evaluasi ini dilaksanakan pada krikteria yang telah ada atau krikteria yang telah disusun. 2.4.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Menurut Notoatmojo (2014), ada tiga faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu: a.



Umur Umur



merupakan periode penyesuaian terhadap pola-pola



kehidupan yang baru dan harapan baru. Pada masa ini merupakan usia produktif masa bermasalah. Masa ketegangan emosi, masa keterampilan, sosial, masa komitmen, masa cara hidup, masa kreatif. Pada dewasa ini ditandai oleh adanya perubahan “fisik dan mental”, semakin bertambah umur seseorang semakin akan mempengaruhi tingkat pengetahuannya. b.



Pendidikan Tingkat



pendidikan



merupakan



salah



satu



faktor



yang



mempengaruhi pengetahuan seseorang untuk mudah menerima ide dan teknologi baru. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan bertambah pengalaman yang mempengaruhi wawasan dan pengetahuan. Adapun tujuan yang hendak dicapai melalui pendidikan alat untuk mengubah pengetahuan (pengertian, pendapat, konsep-konsep) sikap dan pengetahuan serta menambah tingkah laku atau kebiasaan baru. c.



Pekerjaan



31



Pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan sehari-hari untuk memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari dimana semua bidang pekerjaan umumnya diperlukan adanya hubungan sosial antara satu dengan yang lainnya, setiap orang harus dapat bergaul dengan teman



sejawat walaupun dengan atasan sehingga orang yang



hubungan sosialnya luas maka akan lebih tinggi pengetahuannya dibandingkan dengan orang yang kurang hubungan sosial dengan orang lain. Menurut Yoisangajhi (2016) menjelaskan bahwa orang tua yang tidak bekerja seperti ibu rumah tangga banyak menghabiskan waktu dirumah daripada diluar rumah sehingga dalam segi pengetahuan lebih rendah dibandingkan dengan orang yang memiliki pekerjaan. d.



Agama Menurut KBBI Agama adalah suatu ajaran dan system yang mengatur tata keimanan atau kepercayaan dan peribadatan Kepada Tuhan yang Maha Kuasa, Serta lingkunganya. Dalam setiap ajaran Agama dalam memahami nilai-nilai agama yang baik dapat mengontrol mempengaruhi tingkat kepercayaan.



2.4.4. Klasifikasi Pengetahuan Terdapat tiga macam pengetahuan menurut Keraf dalam (Sabrina 2017 ), yaitu: a. Tahu Bahwa 32



“Tahu bahwa” adalah



pengetahuan tentang informasi



tertentu; tahu bahwa sesuatu terjadi dan memang demikian adanya, bahwa apa yang dikatakan memang benar. Seseorang yang memiliki pengetahuan jenis ini ialah ia yang memang memiliki informasi yang lebih akurat melebihi orang lain atau ketika orang lain tidak memiliki informasi seperti yang dimilikinya. b. Tahu Bagaimana Pengetahuan jenis ini menyangkut bagaimana melakukan sesuatu. Hal ini berkaitan dengan keterampilan atau kemahiran teknis dalam melakukan sesuatu, belajar dari praktek yang mencakup manajemen, teknik, organisasi, kompeter dan sebagainya. c.



Tahu Akan/Mengenai Pengetahuan jenis ini adalah sesuatu yang diketahui secara spesifik akan sesuatu atau seseorang dari hasil penilaian melalui pengalaman atau pengenalan pribadi yang langsung dilakukan dengan objek tersebut.



d. Tahu Mengapa Pengetahuan jenis ini lebih mendalam dari jenis “tahu bahwa” karena “tahu mengapa” berkaitan dengan penjelasan sehingga jauh lebih kritis dengan mengaitkan serta dapat menyusun hubungan – hubungan antara berbagai informasi yang ada. Lebih dari itu, dengan “tahu mengapa” subjek dapat mencari lebih jauh serta



33



dalam untuk memperoleh informasi baru yang akan mengungkapkan mengapa sesuatu terjadi sebagaimana adanya.



34



2.5. Konsep Asuhan Keperawatan lansia dengan asam urat Langkah-Langkah Asuhan Keperawatan Keluarga Pengkajian a. Pengumpulan data Hal-hal yang perlu dikumpulkan datanya dalam pengkajian keluarga (Padila, 2012) adalah : 1. Data umum 2. Nama kepala keluarga 3. Alamat dan telepon 4. Pendidikan kepala keluarga 5. Komposisi keluarga dan genogram 6. Tipe keluarga 7. Suku bangsa 8. Agama 9. Status sosial ekonomi keluarga 10.



Aktivitas rekreasi keluarga



b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga 1. Tahap perkembangan keluarga saat ini 2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi 3. Riwayat keluarga ini 4. Riwayat keluarga sebelumnya c. Pengkajian lingkungan 1. Karakteristik rumah 2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW 3. Mobilitas geografis keluarga 4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat d. Struktur keluarga 1. Sistem pendukung keluarga 2. Pola komunikasi keluarga



35



3. Struktur kekuatan keluarga 4. Struktur peran 5. Nilai atau norma keluarga e. Fungsi keluarga 1. Fungsi afektif 2. Fungsi sosialisasi 3. Fungsi perawatan kesehatan 4. Fungsi reproduksi 5. Fungsi ekonomi f. Stres dan koping keluarga 1. Stressor jangka pendek dan panjang 2. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor yang dikaji sejauhmana keluarga berespon terhadap stressor 3. Strategi koping yang digunakan 4. Strategi adaptasi disfungsional g. Pemeriksaan fisik h. Harapan keluarga Diagnosa keperawatan Jenis diagnosa ada 3 (Padila, 2012) : 1. Aktual 2. Resiko 3. Potensial Diagnosa keperawatan keluarga menurut Intansari (2010) : 1. Perubahan proses keluarga 2. Perubahan biaya kesehatan 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh 4. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh 5. Perubahan peran orang tua 6. Perubahan pola eliminasiAntisipasi kehilangan 7. Konflik pengambilan keputusan 8. Perilaku pencarian pelayanan kesehatan 36



9. Tidak efektif koping keluarga 10.



Resiko trauma



11.



Isolasi sosial



Kriteria prioritas masalah (Padila, 2012) : Kriteria Sifat masalah : 1. Aktual 2. Resiko 3. Potensial Kemungkinan untuk diubah : 4. Mudah 5. Sebagian 6. Tidak dapat Potensial dicegah 7. T inggi 8. Cukup 9. Rendah Menonjolnya masalah : 10. Segera ditangani 11. Ada masalah tapi tidak perlu ditangani 12. Masalah tidak dirasakan



Skala 3 2 1



Bobot 1



2 1 0



2



3 2 1



1



2 1



1



0



Rencana keperawatan Rencana keperawatan berdasarkan domain kognitif, psikomotor, dan afektif (Padila, 2012) a. Untuk mengubah domain kognitif: 1) Memberi pujian pada kekuatan individual dan keluarga 2) Menawarkan informasi atau pendapat 3) Menawarkan pendidikan kesehatan 4) Mengeksternalisasi masalah b. Untuk mengubah domain psikomotor 1) Mendorong anggota keluarga untuk menjadi pemberi perawatan 2) Mendorong penggantian pemberi perawatan dalam keluarga 3) Memasukkan ritual kesehatan dalam kebiasaan keluarga



37



c. Untuk mengubah domain afektif 1. Memvalidasi/menormalkan respons emosional 2. Menceritakan pengalaman saat anggota keluarga sakit 3. Menggambarkan kekuatan dukungan keluarg.



38



BAB III METODE PENULISAN 3.1. Konsep Penelitian



Data Primer - data yang diperoleh dalam studi kasus ini adalah klien mengatakan nyeri kram pada jari-jari kaki dan tangan dari pemeriksaan asam urat didapatkan hasil 10,9 Data sekunder - dalam status kesehatan klien 3 bulan terakhir sedang mengomsumsi obat asam urat



Proses keperawatan - studi



kasus



ini



menggunakan



pendekatan asuhan keperawatan yang



terdiri



diagnosa,



dari



pengkajian, intervensi,



implementasi dan evaluasi.



Outcome diharapkan setelah dilakukan asuhan keperawatan tentang asam urat peningkatan asam urat menurun dan klien dapat mempertahankan asam urat dalam batas normal



39



3.2.



Rancangan Studi kasus Studi kasus menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan dimana data variabel-variabel yang termasuk variabel dependen dan dimana data variabel-variabel yang termasuk variabel dependen dan variabel independen yang dikumpulkan dalam waktu bersamaan( Notoatmodjo, 2005 dalam Yusuf, 2018). Hasil yang diharapkan adalah melihat asuhan keperawatan gerotik pada pasien dengan Asam urat di Panti Bina Lansia Pos 7 Sentani pada tahun 2019.



3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1



Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2012). Menurut Nursalam (2013) populasi adalah subjek yang memenuhi krikteria yang telah ditetapkan. Jumlah populasi Kampung Holtekam pada tahun 2019 sebanyak 47 lansia dan populasi yang berada di Kampung Holtekam RW 02 berjumlah 6 Lansia



3.3.2



Sampel Sampel adalah sebagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang digunakan untuk penelilitian ( Sujarweni, 2014). Sampel dalam studi kasus ini adalah berjumlah 1 orang.



3.3.3



Kriteria Inklusi dan Eksklusi a. Kriteria Inklusi -



Pasien bersedia menjadi subjek dari studi kasus



-



Pasien dengan kesadaran komposmentis



-



Pasien lansia



b. Kriteria Eksklusi -



Pasien pulang atau meninggal sebelum 6 hari dari pengambilan data atau 5 hari pengambilan data



-



Pasien pindah ke panti lain



40



3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian a. Waktu Studi kasus dilaksanakan pada tanggal 02-Desember-2019 b. Tempat Studi kasus ini dilaksanakan Kampung Holtekam tepatnya di RW 02RT 02. 3.5 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen penelitian 3.5.1



Instrumen Penelitian Alat pengumpulan data dirancang oleh peneliti, untuk mendapatkan informasi yang diinginkan peneliti menggunakan beberapa instrument yang berupa formulir pengkajian, alat tulis dan alat pemeriksaan.



3.5.2



Cara Pengumpulan Data Teknik pengambilan data adalah cara yang digunakan oleh penelitian dalam mengumpulkan data penelitiannya. Metode pengumpulan data sebagai berikut : a. melakukan observasi b. melakukan data melalui dikumentasi c. wawancara d. angket e. pemeriksaan fisik



3.5.3



Cara Pengolahan Data Di dalam penelitian ini peneliti menggunakan desain penelitian studi kasus dengan pendekatan asuhan keperawatan yaitu penelitian dengan cara mengumpulkan data



yang dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan,



intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan 3.6 Etika Penelitian Keperawatan 1. Tanpa Nama (Anonimity) Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek peneliti dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya



41



menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang di sajikan. 2. Kerahasiaan dan Privacy (confidentiality and privacy) Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi dan kebebasan dalam memberikan informasi. Setiap orang berhak untuk tidak memberitahukan apa yang di ketahuinya kepada orang lain. 3. Menghormati harkat dan martabat manusia Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subjek penelitian untuk mendapatkan informasi



tentang tujuan peneliti melakukan penelitian



tersebut. Di samping itu juga peneliti memberikan kebebasan kepada subjek untuk memberikan informasi



(berpatisipasi). Sebagai ungkapan peneliti



menghormati harkat dan martabat subjek penelitian. 4. Keadilan dan keterbukaan (Justice and inclusiveness) Prinsip keterbukaan dan adil perlu di jaga oleh peneliti dengan kejujuran,keterbukaan dan kehati-hatian . untuk itu lingkungan penelitian perlu di kondisikan sehingga menemui prinsip keterbukaan, yakni dengan menjelaskan prosedur penelitian. 5. Manfaat (Harms) Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal mungkin bagi masyarakat pada umumnya,dan subjek penelitian dan khususnya bagi peneliti.



42



BAB IV LAPORAN KASUS KELOLAHAN 4.1. Pengkajian Keluarga Tn. J Merupakan keluarga inti yang terdiri dari Tn. J dan Ny.K . Tn. J sebagai kepala keluarga ,berusia 60 tahun, pekerjaan Tn. J Swasta, dan istrinya Ny. K berusia 43 tahun yang bekerja sebagai ibu rumah tangga, pasangan suami isti ini berasal dari Tn. J dari Makasar sedangkan Ny. K dari Jawa. Bahasa yang di gunakan sehari hari adalah Bahasa Indonesia. Keluarga Tn.J bertempat di RT 02 RW 02 Jalan Empang Kota Jayapura Papua di rumah panggung dengan lantai papan dan lingkungan cukup kotor. Di karenakan samping -samping rumah ada kendang ayam, Rumah keluara Tn. J memeliki ventilasi dan pencahayaan yang cukup memeliki jamban Sumber air bersih dari PAM tetapi untuk keperluan minum menggunakan air gallon. Kehidupan tangga sekitar cukup baik, keluarga yang bermasalah adalah Ny. K. hail pemeriksaan Ku : Baik, Kesadaran: CM, konjungtiva tidak anemis, sklera ikterik, rambut hitam campur putih, lurus distribusi merata, hidung telinga dan leher tidak ada keluhan, kaki dan lutut terasa nyeri ektermitas tidak ada kelainan :TD: 140/80 mmHg, Nadi: 64x/menit, RR: 22x/menit, SB: 34,4 oC, pada saat kunjungan klien mengeluh lutut dan kaki terasa nyeri, tangan klien belum memahami tentang asam urat .hasil pemeriksaan asam urat 8,8 mg/dl penyakit yang pernah diderita Ny.K malaria 4 tahun lalu. Tindakan yang sudah dilakukan yaitu mengkaji keluhan klein, pemeriksaan tanda -tanda vital, dan pemeriksaan asam urat, Pendidikan kesehatan tentang Asam Urat. 4.2. Diagnosis Keperawatan Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan dan dilakuakan analisa kasus, didapatkan beberapa masalah keperawatan yang muncul, baik masalah keperawatan fisik maupun masalah psikososial. Permasalahan kesehatan Ny.K pada keluarga Tn. J yaitu Asam Urat pada lansia. Diagnosis keperawatan yang diangkat oleh penulis adalah nyeri akut dan kurang pengetahuan keluarga terkait asam urat. Hal ini nampak dari saat pengkajian klien mengatakan sering merasakan nyeri dan keram di area kaki dan juga respon keluarga yang tidak mengetahui bahwa Ny.K memiliki resiko Asam Urat lebih tinggi, tidak mengetahui tanda dan gejala asam urat yang dialami oleh Ny.K dan kebiasaan



43



Ny.K selalu mengomsumsi emping, tempe, tahu. Masalah ini menjadi stressor bagi keluarga karena asam urat dapat mempengaruhi aktivitas dan kesehatan Ny.K sehari-hari. Masalah kesehatan yang dialami oleh Ny.K dapat diatasi dengan pendekatan asuhan keperawatan keluarga pada lansia. 4.3. Intervensi Keperawatan Berdasarkan diganosa keperawatan keluarga lansia khususnya Ny. K dengan nyeri akut sehingga dilakukan rencana keperawatan untuk mengatasi nyeri dengan tujuan tanda-tanda vital dalam rentang normal, status sirkulasi dalam rentang normal. Intervensi keperawatan meliputi 1. Manajemen nyeri 2. Pendidikan kesehatan : proses penyakit 3. Manajemen Lingkungan : Kenyamanan a.



Lakukan pengkajian nyeri komprehensif



b.



Tentukan akibat dari pengalaman nyeri



c.



Ajarkan prinsip manajemen nyeri



d.



Dukung istirahat/tidur untuk membantu penurunan nyeri



e.



Libatkan keluarga dalam modalitas nyeri Berdasarkan diagnosa keperawatan keluarga Tn.J dengan defisiensi



pengetahuan sehingga dilakukan rencana keperawatan untuk mengatasi kurang pengetahuanpada keluaga Tn. J dengan tujuan Keluarga mampu mengenal masalah Pengetahuan tentang proses penyakit asam urat, Kemampuan memutuskan tindakan dan keyakinan keluarga untuk meningkatkan atau memperbaiki kesehatan, Kepercayaan mengenai kesehatan : merasakan Kemampuan melakukan : Berpartisipasi dalam memutuskan perawatan kesehatan, Partisipasi keluarga dalam perawatan professional.



Intervensi keperawatan meliputi: 1. Pengajaran : proses penyakit asam urat 2. kaji tingkat pengetahuan terkait dengan proses penyakit



44



3. Diskusikan gaya hidup yang diperlukan untuk mencegah komplikasi seperti mengajarkan rebusan jahe untuk mengatasinyeri 4. Edukasi keluarga tentang proses penyakit asam urat 5. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan 1.4. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Implementasi untuk mengatasi masalah nyeri dilakukan sebanyak 4 kali. Implementasi pertama dilakukan pada hari minggu, 03/11/2020,pukul 11.00 WIT. Implementasi yang pertama: a. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif b. tentukan akibat dari pengalaman nyeri c. ajarkan prinsip manajemen nyeri d. dukung istirahat/tidur untuk membantu penurunan nyeri e. libatkan keluarga dalam modalitas nyeri evaluasi: S: klien mengatakan sendi kaki tangannya selalu sakit dan kesemutan O: TTV : TD 140/80 mmHg, N 64x/Menit,R 22x/Menit, SB : 34,4 °C A: Nyeri akut belum teratasi P: intervensi dilanjutkan 1,2,3,4, dan 5 Implementasi kedua untuk mengatasi masalah kurang pengetahuan keluarga mengenai asam urat. kunjungan pertama pada tanggal 03/11/2020 1.



Mengkaji tingkat pengetahuan terkait dengan proses penyakit



2.



Mendiskusikan gaya hidup yang diperlukan untuk mencegah komplikasi



Kunjungan kedua pada tanggal 15/11/2020 1.



Mengedukasi keluarga tentang proses penyakit asamurat



45



2. Mendiskusikan pilihan terapi atau penangananseperti mengajarkan terapi relaksasi untuk mengurangi nyeri dan mengajarkan tentang rebusan jahe untuk mengurangi nyeri



Evaluasi keperawatan kunjungan pertama: S :  Keluarga mengatakan tidak mengetahui tentang akibat dari penyakit Ny. K jika tidak diobati.  Keluarga mengatakan tidak mengetahui mengenai penyakit Ny.K O : keluarga bertanya tentang kondisi keadaan Ny. K A : defisiensi pengetahuan belum teratasi P : intervensi di lanjutkan, 1,2,3 Evaluasi kunjungan ke dua S:  keluarga mengatakan iya, saya sudah mengerti,  Keluarga mengatakan sudah mengetahui cara pencegahannya O : tampak keluarga belum mempraktekkan apa yang diajarkan A : defisiensi pengetahuan belum teratasi P : intervensi di lanjutkan 1,2,3



46



BAB V PEMBAHASAN 5.1. Pembahasan Studi Kasus Asuhan Keperawatan pada Ny. K Kampung Holtekam merupakan kampung yang terletak di pantai Holtekam yang bertempat di distrik Muara Tami RW 02 RT 02, mulai dari tanggal 26 Oktober 2020 penulis melakukan studi kasus kepada para lansia di Kampung Holtekam khususnya RW 02 RT 02. Selama melaksanakan asuhan keperawatan keluarga Tn. J pada klien Ny.K dengan Gout Atritis (Asam Urat) penulis dapat mengetahui bahwa asuhan keperawatan keluarga dalam penerapannya secara komprehensif yaitu bio, psiko, social dan spiritual serta perbandingaan antara teori dan kasus nyata di lapangan. Data yang diperoleh dari hasil studi kasus pada Ny.K ditemukan adanya peningkatan asam urat dan kurang pengetahuan tentang asam urat. 5.1.1. Pengkajian Pengkajian merupakan cara awal bagi perawat untuk melakukan asuhan keperawatan, dimulai dari pegumpulan data, melakukan pengelompokkan data subjektif dan objektif yang kemudian dikaitkan antara masalah satu dengan masalah yang lain sehingga didapatkan masalah yang dihadapi klien. Proses pengkajian pada Ny. K dilakukan pada tanggal 29 Oktober 2020 di RT. 02/RW. 02 Kampung Holtekam Distrik Muara Tami, penulis menemukan adanya keluhan utama yaitu kurang pengetahuan keluarga tentang penyakit Gout Atritis (Asam Urat).yaitu Ny. K Menyatakan sering merasa nyeri, kesemuta, dipergelengan kaki dan tangan Ny. K menyatakan susah tidur dan sering terbangun pada saat tidur dikarenakan nyeri. Menurut Dokter Spesialis Penyakit Dalam di Rumah Sakit Awal Bros Batam, dr. Ani Yeo, SpPD menyatakan kadar normal asam urat dalam darah 7,0 sampai 7,2 mg/dl bagi laki laki , dan 5,7 sampai 6,7 mg/dl pada perempuan. Dalam keadaan yang melebihi normal itu, maka terbentuk kristal monosodium urat yang mengerap di sendi. Hal ini yang menyebabkan timbulnya nyeri sendi dan pembengkakan, kesemutan pada penderita.



47



Berdasarkan ulasan diatas, Ny. K memiliki kesesuaian dengan teori yaitu sama-sama muncul pada keluhan utamanya, Nyeri dan hasil tes gout atritis ( asam urat) 8,8 mg/dl serta klien sulit tidur malam dan sering terbangun pada malam hari karena nyeri Kurangnya pengetahuan keluarga tentang kesehatan dapat menjadi masalah serius karena keluarga tidak dapat menjalankan 5 tugas keluarga oleh sebab itu perlu di lakukan edukasi pada keluarga. Sehingga dengan pemberian pendidikan kesehatan mampu memberikan pengertian dan pemahan tentang penyakit Gout Atritis ( Asam Urat). 5.1.2. Diagnosa Keperawatan Dari hasil pengkajian individu dan keluarga di dapat diagnosis Nyeri, gangguan pola tidur dan kurangnya pengetahuan keluarga dalam mengenal masalah penyakit Gout Atritis ( Asam Urat). Penulis menegakkan diagnosa ini karena pada saat pengkajian penulis mendapatkan data dari Ny K mengatakan Nyeri di kaki dan tangan dan hasil pemeriksaan Gout Atritisn( Asam Urat 8,8 mg/dl, sulit tidur malam dan sering terbangun



pada malam hari karena Nyeri serta didukung juga dengan



pernyataan keluarga pasien kurang mengetahuai tentang Gout Atritis ( Asam Urat) dan perawatannya. karena pada pengkajian keluarga Tn. J mengatakan kurang mengetahui asam urat karena yang mereka ketahui bawah nyeri di bagian kaki dan tangan. disebabkan karena sudah umur dan karena sering di empang sehingga nyeri. 5.1.3. Intervensi Nyeri akut (NANDA, 2015) pada Ny. K Nyeri, gangguan pola tidur dan Kurangnya pengetahuan keluarga tentang dalam mengenal masalah kesehatan dengan keluarga yang menderita gout atritis (Friedman, 2010). Rencana tindakan yang akan penulis lakukan yaitu berikan pendidikan kesehatan mengenai akibat lanjut dari Gout Atritis ( Asama Urat), pengertian, penyebab, tanda dan gejala, makanan yang tidak boleh dimakan dan makanan yang boleh dimakan .tentukan pola tidur / aktifitas klien, jelaskan pentingkanya tidur yang cukup, penyakit, tekanan psikologis, monitor partisipasi dalam kegiatan yang melelahkan selama terjaga untuk mencegah penat yang



48



berlebihan, anjurkan klien untuk menghindari makanan sebelum tidur dan minuman yang mengganggu tidur 5.1.4. Implementasi Nyeri, gangguan pola tidur Kurangnya pengetahuan keluarga tentang dalam mengenal masalah kesehatan dengan keluarga yang menderita Gout Atritis ( Asam Urat). Tindakan yang telah lakukan yaitu memerikan pendidikan kesehatan mengenai akibat lanjut dari Gout Atritis (Asam Urat) pengertian, penyabab, tanda dan gejala, pencegahan. Dan pemeriksaan evaluasi asam urat. 5.1.5. Evaluasi Tahap evaluasi merupakan suatu penilaian terhadap proses keperawatan yang telah dilakukan. Dengan kata lain, evaluasi merupakan suatu bentuk perbandingan antara hasil–hasil yang diperoleh dengan kriteria hasil yang telah dibuat sebelumnya pada tahap intervensi. Kegiatan evaluasi meliputi pengkajian status kesehatan keluarga, membandingkan respon keluarga dengan kriteria hasil dan menyimpulkan hasil kemajuan masalah dan kemajuan pencapaian tujuan keperawatan keluarga. Sehingga keluarga dapat mengenal tentang penyakit Gout Atritis (Asam Urat) dan perawatan menggunakan teknik non farmakologi untuk mengurangi batuk (Priatna, 2014) Kriteria Hasil : Keluarga dan klien mengerti tentang penyakit Gout Atritis (Asam Urat) dan menerapkanya cara pola hidup yang sehat untuk mengurangi kekambuhan. Sehingga, antara fakta dan teori sama yaitu memberikan penjelasan kepada keluarga tentang penyakit Gout Atritis (Asam Urat) meliputi : pengertian, tanda dan gejala, penyebab,Pencegahan.



49



BAB VI PENUTUP 1.1. KESIMPULAN Asam urat adalah asam yang berbentuk kristal-kristal yang merupakan hasil akhir dari metabolisme purin (bentuk turunan nukleoprotein), yaitu salah satu komponen asam nukleat yang terdapat pada inti sel-sel tubuh.   Secara alamiah, purin terdapat dalam tubuh kita dan  dijumpai pada semua makanan dari sel hidup, yakni  makanan dari tanaman (sayur, buah, kacang-kacangan) atau pun hewan (daging, jeroan, ikan  sarden). (indriawan,2009). 1.2. SARAN 1.2.1. Bagi Mahasiswa Hasil laporan ini diharapkan bisa digunakan sebagai penambah wawasan dan menjadi acuan penulis khususnya dalam penatalaksanaan pada anggota keluarga dengan gangguan system muskuloskeletal : gout atritis pada asuhan keperawatan keluarga lainnya. 1.2.2. Bagi kesehatan Untuk mencegah kasus asam urat yang minimal penganan di harus Lebih meningkatkan kualitas dalam menerapkan asuhan keperawatan melalui pendidikan yang lebih bermutu melalui praktek profesional mahasiswa agar mahasiswa mampu mengaplikasikan dan menerapkan asuhan keperawatan yang telah dikuasainya dan mahasiswa dapat berpikir kreatif, dinamis, inovatif, dan memiliki kepribadian yang tinggi dalam menegakan asuhan keperawatan dan tanggap terhadap masalah kesehatan yang ada di masyarakat. 1.2.3. Bagi klien lansia Dapat memandirikan klien jika terdapat gejala yang muncul agar dapat mengurangi nyeri yang dirasakan dengan menggunakan rebusan air daun salam untuk menurunkan kadar asam uat dalam tubuh.



50



DAFTAR PUSTAKA Hari (2018). Asuhan keperawatan pasien asam urath. D3 keperawatan. file:///D:/HARI %20SUSANTO%20-%20152303101061_.pdf Anggun dkk (2018). Konsep Geriatrik, Gerontologi, Dan Lansia Serta Peran Perawat Lansia Nanang (2018) . Asuhan Keperawatan lansia asam urat. politeknik keperawatan. file:///D:/SKRIPSI%2520LENGKAP.pdf Muniroh et al 2015, Minyak Atsiri Kunyit Sebagai Anti Radang Pada Penderita Asam urat Arhtritis dengan diet tinggi purin, Makara-Kesehatan, Vol. 14, No.2, pp. 58 Andry.,dkk 2015, Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kadar Asam Urat Pada Kerja Kantor Di Desa Karang Turi Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes,JournalKeperawatanSoedim Depkes R.I., (2018). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, (2006).Profil Kesehatan 2005. Jakarta. Duvall, E.M., (1997), Marriage and Family Development, Philadelphia; J.B. Lippincott Company. Endah, Rika, Nurhidayah. (2008). Ilmu Prilaku Dan Pendidikan Kesehatan Untuk Keperawatan.Jakarta : USU Press. Intansari (2010).Proses Keperawatan: NANDA, NOC  &  NIC. Penerbit: PT. BukuKita, Jakarta. Misnadiarly.(2008). Penyakit Malaria pada Balita, Orang Dewasa, Usia Lanjut. Pustaka Obor Populer, Jakarta. Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas; Konsep dan Aplikasi.Jakarta : Salemba Medika. Padila.(2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga.Jogjakarta : Nuha Medika.



51



Rahmawati, dwi& hartono. (2012).Penyakit Malaria. Yogyakarta: Nuha Medika. Slameto.(2006). Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Sudiharto.(2007). Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan Keperawatan Transkultural. Jakarta:EGC



52