Kti Polio [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KARYA TULIS ILMIAH “ POLIO ”



DISUSUN OLEH : Kelompok 11 Kelas C Marwia Aulia Zulkifli Amalia Putri Tuwo



N20116053 N20116118



Monica Tri Yudana Putri



N20116168



Annisa Ulfa Dayana



N20116228



2019



Kata Pengantar Segala puji bagi Allah yang telah memberi kita kesempatan, kesehatan, waktu luang serta fasilitas sehingga penyusun mampu merampungkan karya tulis ilmiah ini tanpa ada kesulitan yang berarti. Salam serta shalawat kepada suri tauladan sekaligus nabi terakhir yang diutus untuk seluruh manusia, Muhaammad SAW. Yang telah berjuang maksimal demi agama Islam ini. Karya tulis ilmiah ini dibuat sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Penyakit Tropis dan Traumatologi Bencana di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tadulako. Ucapan terimakasih penyusun haturkan kepada seluruh pihak yang telah berperan dalam pembuatan makalah ini. Namun, sebagai manusia yang tak terlepas dari kesalahan, penyusun memohon maaf yang sebesar-besarnya jika dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan, baik itu ejaan, kekurangan huruf, kesalahan kalimat, ataupun format dll. Untuk itu, saran serta kritik yang membangun sangat penyusun harapkan sebagai pertimbangan pembuatan karya tulis selanjutnya. Terlepas dari itu semua, besar harapan penyusun, karya tulis ini dapat membantu dalam perkuliahan Penyakit Tropis dan Traumatologi Benca sebagai referensi bagi teman-teman mahasiswa maupun dosen. Sekian.



Palu, 16 September 2019



Tim Penyusun



i



Daftar Isi Kata Pengantar..............................................................................................i Daftar Isi.......................................................................................................ii BAB I Pendahuluan .....................................................................................1 A. Latar Belakang............................................................................................1 B. Tujuan...........................................................................................................3 1. Tujuan Umum........................................................................................3 2. Tujuan Khusus......................................................................................3 C. Manfaat.........................................................................................................3 BAB II Hasil dan Pembahasan.....................................................................5 A. Pengertian Polio..........................................................................................5 B. Epidemiologi Polio.......................................................................................5 C. Etiologi Polio................................................................................................6 D. Faktor Penyebab Penyakit Polio...............................................................7 E. Masa Inkubasi Polio....................................................................................8 G. Mekanisme Penularan Polio......................................................................9 H. Diagnosis......................................................................................................9 I.



Dampak Penyakit Polio.............................................................................10



J. Upaya Pencegahan, Pengobatan, dan Rehabilitasi Polio ....................10 1. Upaya Pencegahan......................................................................10 2. Upaya Rehabilitasi........................................................................11 K. Hasil Temuan Terbaru...............................................................................13 BAB III Penutup .........................................................................................15 A. Kesimpulan................................................................................................15 B. Saran.......................................................................................................... 16



ii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Poliomielitis adalah penyakit menular akut yang disebabkan oleh virus dengan predileksinya merusak sel anterior masa kelabu sumsum tulang belakang (anterior horn cells of the spinal cord) dan batang otak (brain stem); dengan akibat kelumpuhan otot-otot dengan distribusi dan tingkat yang bervariasi serta bersifat permanen. Pertama sekali ditemukan oleh Jacob Heine (1840) yaitu seorang ortopedikberkebangsaan Jerman, dimana ia mengidentifikasi berbagai gejala dan gambaran patologi dari penyakit ini. Pada tahun 1890,



Medin



seorang



dokter



anak



berkebangsaan



Swedia



mengemukakan berbagai data epidemiologi penyakit Poliomielitis. Atas jasa kedua sarjana ini, maka Poliomielitis disebut juga sebagai penyakit Heine-Medin. Tahun 1908, Landsteiner dan Popper berhasil memindahkan penyakit ini pada kera melalui cara inokulasi jaringan sumsum tulang belakang penderita yang meninggal akibat penyakit Poliomielitis. Tahun 1949 Enders, Weller dan Robbins dapat menumbuhkan virus ini pada sel-sel yang bukan berasal dari susunan syaraf,



sehingga



memungkinkan



ditelitinya



patogenesis



dan



perkembangan vaksin polio. "Polio" adalah virus yang paling ditakuti abad ke-20 di dunia yang



menghasilkan



permulaan



program



inisiatif



global



untuk



pemberantasan polio pada tahun 1988. Sebagian polio positif yang diakibatkan oleh enterovirus RNA ini dikenal dengan kemampuannya untuk mempengaruhi sebuah bagian dari sumsum tulang belakang, dan mengakibatkan terjadinya Acute Flaccid Paralysis (AFP) atau dapat menyebabkan kematian jika otot pernapasan atau tenggorokan mendapat lumpuh tetapi untungnya tidak banyak kasus yang terjadi. Terdapat tiga serotypes dari virus polio, di dunia kasus infeksi dari 1 per 200-2000 kasus tergantung pada jenis serotype virus. Tingkat fatality biasanya dari 5 hingga 10% dalam kasus-kasus lumpuh. World 1



Health Organization (WHO) 27 tahun yang lalu telah mencapai keberhasilan luar biasa dalam mengurangi jumlah polio di negaranegara endemik, dari 125 negara di penjuru dunia hanya ada 3 negara termasuk Pakistan, Afghanistan, dan Nigeria, di mana Wild Polio Virus (WPV) transmisinya belum terputus walaupun angka kasus terjadinya polio telah turun di bawah angka 99% dibandingkan dengan 350.000 kasus baru per tahun. Kemudian pada bulan Mei 2012, World Health Assembly (WHA) mendeklarasikan bahwa eradikasi polio adalah salah satu isu kedaruratan kesehatan masyarakat dan perlu disusun suatu strategi menuju eradikasi polio. Indonesia telah berhasil menerima sertifikasi bebas polio bersama dengan negara anggota WHO di South East Asia Region (SEAR) pada bulan Maret 2014, sementara itu dunia masih menunggu negara lain yang belum bebas polio yaitu Afganistan,



Pakistan



dan



Nigeria.



Untuk



mempertahankan



keberhasilan tersebut dan untuk melaksanakan strategi menuju eradikasi polio di dunia, Indonesia melakukan beberapa rangkaian kegiatan yaitu Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio, penggantian vaksin trivalent Oral Polio Vaccine (tOPV) ke bivalent Oral Polio Vaccine (bOPV) dan introduksi Inactivated Polio Vaccine (IPV). Pada akhir tahun 2020 diharapkan penyakit polio telah berhasil dihapus dari seluruh dunia. Upaya membebaskan



Indonesia



dari



penyakit



polio,



Pemerintah telah melaksanakan Program Eradikasi Polio (ERAPO) yang terdiri dari pemberian imunisasi polio rutin, pemberian imunisasi masal pada anak balita melalui Pekan Imunisasi Nasional (PIN) dan surveilans Acute Flaccid Paralysis (AFP). Surveilans AFP merupakan pengamatan dan penjaringan semua kelumpuhan yeng terjadi secara mendadak dan sifatnya flaccid (layuh), seperti sifat kelumpuhan pada poliomyelitis (Dinkes Jateng, 2014). Untuk memutus transmisi polio virus maka ditetapkanlah Pekan Imunisasi Nasional (PIN) yaitu 13-17 September 1995 dan 18- 22 Oktober 1995. PIN juga dilaksanakan 2



pada tahun 1996 dan 1997. Program ini menghasilkan cakupan vaksinasi terhadap lebih dari 22 juta anak usia di bawah 5 tahun (mewakili sekitar 100% populasi sasaran). B. Tujuan 1. Tujuan Umum Adapun tujuan umum dari penulisan KTI yaitu untuk mengetahui dan lebih mengenali terkait penyakit polio, sehingga dapat memberikan wawasan terkait polio. 2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penulisan KTI yaitu : a. Untuk mengetahui pengertian polio b. Untuk mengetahui Epidemiologi polio c. Untuk mengetahui Etiologi polio d. Untuk mengetahui Faktor yang dapat menyebabkan penyakit e. f. g. h. i. j.



polio Untuk mengetahui Masa Inkubasi Polio Untuk mengetahui Gambaran klinis Untuk mengetahui Mekanisme Penularan Untuk mengetahui Diagnosis Untuk mengetahui Dampak penyakit Untuk mengetahui Upaya pencegahan, pengobatan dan



rehabilitasi k. Untuk mengetahui Hasil temuan penyakit polio C. Manfaat Adapun manfaat dari penulisan KTI yaitu : 1. Agar masyarakat dapat dapat mengetahui pentingnya informasi mengenai penyakit polio. 2. dapat mengetahui pengertian polio 3. dapat mengetahui Epidemiologi polio 4. dapat mengetahui Etiologi polio 5. dapat mengetahui Faktor yang dapat menyebabkan penyakit polio 6. Dapat mengetahui Masa Inkubasi Polio 7. Dapat mengetahui Gambaran klinis 8. Dapat mengetahui Mekanisme Penularan 9. Dapat mengetahui Diagnosis 10. Dapat mengetahui Dampak penyakit 11. Dapat mengetahui Upaya pencegahan, pengobatan dan rehabilitasi 12. Dapat mengetahui Hasil temuan penyakit polio



3



4



BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengertian Polio Poliomyelitis (polio) adalah penyakit menular yang sangat berbahaya. Penyakit ini disebabkan oleh Virus polio yang berasal dari genus Enterovirus dan family Picorna viridae. Virus ini menular melalui kotoran (feses) atau sekret tenggorokan orang yang terinfeksi. Virus polio bisa masuk melalui tetesan cairan seperti ludah, batuk ataupun bersin sehingga menyebabkan infeksi. Hal ini dapat terjadi dengan mudah



bila



tangan



terkontaminasi



atau



benda-benda



yang



terkontaminasi dimasukkan ke dalam mulut. Virus polio berkembang biak di tenggorokan dan usus selama 4 sampai 35 hari, kemudian akan dikeluarkan melalui tinja selama beberapa minggu kemudian. Dalam beberapa kondisi, infeksi virus ini dapat menyebar ke aliran darah dan menyerang sistem saraf (Hutagalung, 2015). B. Epidemiologi Polio Pada tahun 1988, menteri kesehatan dari berbagai negara anggota World Health Organization (WHO) menyerukan gerakan eradikasi polio. Hasil dari gebrakan ini adalah menurunnya insidens polio lebih dari 99% pada tiga regional WHO (Amerika, Pasifik Barat, dan Eropa) dan mendapat sertifikasi bebas polio. Program intensif untuk eradikasi polio di Asia Tenggara dengan menggunakan trivalent OPV (tOPV) menyebabkan penurunan angka kejadian polio (Satari dkk, 2017). Tahun 2012 disebut sebagai titik balik bagi negara- negara endemis polio. Kasus baru infeksi virus polio liar berkurang dari perkiraan 350.000 kasus di 125 negara (pada tahun 1988) menjadi hanya 748 kasus di tahun 2000, dan kurang dari 250 kasus di lima negara pada tahun 2012 (Satari dkk, 2017). India dinyatakan telah berhasil menghentikan transmisi virus polio liar di tahun 2011.Saat ini, hanya tinggal dua negara yang masih endemis



polio,



yaitu



Pakistan



dan Afganistan.



Nigeria



yang



sebelumnya juga termasuk negara endemis, sudah tidak melaporkan 5



lagi kasus polio liar sejak 24 Juli 2014 dengan didukung oleh surveillance AFP yang baik (Satari dkk, 2017). Poliomielitis adalah suatu penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan oleh virus. Penyakit ini tersebar di seluruh dunia dan manusia



merupakan



Poliomielitis



sedikit



satu-satunya lebih



banyak



reservoir untuk poliomielitis. menyerang



anak



laki-



laki



dibandingkan anak perempuan, dan lebih sering dialami oleh anakanak yang tidak mendapatkan vaksinasi, terutama bagi mereka yang tinggal di daerah yang penduduknya padat dan dengan sanitasi yang buruk (Pontoh dkk, 2015). Poliomielitis disebabkan oleh infeksi dari genus enterovirus yang dikenal dengan poliovirus. Terdapat tiga serotipe dari poliovirus, yaitu: poliovirus tipe 1 (Brunhilde/PV1), tipe 2 (Lansing/PV2), dan tipe 3 (Leon/PV3). Transmisi penyakit ini sangat mudah lewat oral-oral (orofaringeal) dan fekal-oral (intestinal). Polio sangat infeksius antara 7-10 hari sebelum dan sesudah timbulnya gejala, tetapi transmisinya mungkin terjadi selama virus berada di dalam saliva atau feses (Pontoh, 2015). C. Etiologi Polio Virus penyebab polio pertama kali ditemukan di tahun 1909 oleh Karl Landsteiner dan Erwin Popper, dua orang dokter dari Austria. Virus polio (VP) adalah virus RNA ultra mikroskopik yang termasuk genus Enterovirus, dalam famili Picornaviridae. Virus singlestranded 30% terdiri dari virion, protein mayor (VP1 sampai 4) dan satu protein minor (VPg). Virus terdiri dari 3 serotipe yaitu serotipe 1, 2, dan 3 masing-masing disebut juga serotipe Mahoney, Lansing, dan Leon. Perbedaan ketiga jenis strain terletak pada segmen nukleotida. Virus polio serotipe 1 adalah antigen yang paling dominan dalam membentuk antibodi netralisasi. Serotipe 1 adalah yang paling paralitogenik dan sering menimbulkan KLB, sedangkan serotipe 3 adalah yang paling tidak imunogenik (Satari, 2017). Poliovirus masuk kedalam tubuh melalui mulut, menginfeksi sel yang pertama ditemuinya, yaitu di faring dan mukosa saluran cerna. 6



Virus ini masuk dan berikatan dengan immunoglobulin-like receptor, yang dikenal sebagai reseptor poliovirus atau CD 155, pada membran sel. Di dalam sel-sel saluran cerna, virus ini bertahan selama sekitar 1 minggu, kemudian menyebar ke tonsil, jaringan limfoid saluran cerna dan kelenjar limfa mesenterik dan servikal dimana virus ini berkembang biak. Selanjutnya, virus ini masuk ke dalam aliran darah. Poliovirus dapat bertahan dan berkembang biak dalam darah dan kelenjar limfa untuk waktu lama, kadang-kadang hingga 17 minggu (Pontoh, 2015). D. Faktor Penyebab Penyakit Polio Virus polio dapat menular melalui kontak langsung dengan orang yang sudah terinfeksi, atau melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. Orang yang membawa virus polio dapat menyebarkan virus tersebut melalui feses atau melalui udara saat orang yang sudah terinfeksi tersebut batuk atau bersin. Ketika virus memasuki mulut seseorang, virus tersebut akan berjalan masuk ke saluran pencernaan, dimana virus tersebut akan mulai menggandakan diri. Dalam beberapa kasus, virus juga bisa memasuki pembuluh darah dan menyebar ke sistem saraf. Orang yang sudah terinfeksi dengan virus dapat menyebarkan virus polio tersebut bahkan sebelum gejala muncul sampai beberapa minggu setelahnya. Orang yang terinfeksi polio dan tidak mengalami gejala apapun tetap bisa menularkan polio kepada orang lain.



E. Masa Inkubasi Polio Masa inkubasi virus polio biasanya memakan waktu 3-6 hari, dan kelumpuhan terjadi dalam waktu 7-21 hari. Kebanyakan orang terinfeksi (90%) tidak memiliki gejala atau gejala yang sangat ringan dan biasanya tidak dikenali. Pada kondisi lain, gejala awal yaitu demam, kelelahan, sakit kepala, muntah, kekakuan di leher dan nyeri di tungkai (Satari dkk, 2017). 7



F.



Gambaran Klinis Polio Gejala klinik bermacam-macam dan digolongkan sebagai berikut: 1. Jenis asimtomatis Setelah masa inkubasi 7-10 hari, tidak terdapat gejala klinik sama sekali karena daya tahan tubuh cukup baik. Jenis ini banyak terdapat waktu epidemi. 2. Jenis abortif Timbul mendadak langsung beberapa jam sampai beberapa hari. Gejala seperti infeksi virus lainnya, yaitu: malaise, anoreksia, nausea, muntah, nyeri kepala, nyeri tenggorokan, konstipasi dan nyeri abdomen. 3. Jenis non-paralitk Gejala kliniknya hampir sama dengan poliomielitis abortif, hanya nyeri kepala, nausea, dan muntah lebih hebat. Terdapat tandatanda rangsangan meningeal tanpa adanya kelumpuhan. Suhu bisa naik sampai 38-39o C disertai nyeri kepala dan nyeri otot. Bila penderita ditegakkan, kepala akan terjatuh kebelakang (head drops). Bila penderita berusaha duduk dari sikap tidur maka kedua lututnya ditekuk dengan menunjang kebelakang dan terlihat kekakuan otot spinal (tripod sign). 4. Jenis paralitik Gejala kliniknya sama seperti pada jenis non-paralitik, kemudian disertai kelumpuhan yang biasanya timbul 3 hari setelah stadium



preparalitik. G. Mekanisme Penularan Polio Polio menyebar melalui kontak orang ke orang. Ketika seorang anak terinfeksi virus polio liar, virus masuk ke dalam tubuh melalui mulut dan berkembang biak di usus. Ini kemudian dibuang ke lingkungan melalui faeces di mana ia dapat menyebar dengan cepat melalui komunitas, terutama dalam situasi kebersihan dan sanitasi yang buruk. Virus tidak akan rentan menginfeksi dan mati bila seorang anak mendapatkan imunisasi lengkap terhadap polio. Polio dapat menyebar ketika makanan atau minuman terkontaminasi oleh feses. Ada juga bukti bahwa lalat dapat secara pasif memindahkan virus polio dari feses ke makanan. Kebanyakan orang yang terinfeksi virus 8



polio tidak memiliki tanda-tanda penyakit dan tidak pernah sadar bahwa mereka telah terinfeksi. Orang-orang tanpa gejala ini membawa virus dalam usus mereka dan dapat “diam-diam” menyebarkan infeksi ke ribuan orang lain (Kemenkes, 2019). H. Diagnosis Diagnosis poliomielitis paralitik ditegakkan berdasarkan anamnesis yaitu adanya kelumpuhan flaksid yang mendadak pada salah satu atau lebih anggota gerak dengan refleks tendon yang menurun atau tidak ada pada anggota gerak yang terkena, yang tidak berhubungan dengan penyebab lainnya, dan tanpa adanya gangguan sensori atau kognitif. (Pontoh, A, 2015) Virus polio dapat diisolasi dan dibiakkan dari bahan hapusan tenggorok pada minggu pertama penyakit, dan dari tinja sampai beberapa minggu. Bila pemeriksaan isolasi virus tidak dapat dilakukan, maka dipakai pemeriksaan serologi berupa tes netralisasi dengan memakai serum pada fase akut dan konvalesen. Selain itu bisa juga dilakukan pemeriksaan complement fixation (CF). (Pontoh, 2015) Diagnosis laboratorik biasanya berdasar-kan ditemukannya poliovirus dari sampel feses atau dari hapusan faring. Antibodi dari poliovirus dapat didiagnosis, dan biasanya terdeteksi di dalam darah pasien yang terinfeksi. Hasil analisis cairan serebrospinal yang diambil dari pungsi lumbal didapati adanya peningkatan jumlah leukosit serta protein juga sedikit meningkat. Dapat juga dilakukan pemeriksaan khusus yaitu kecepatan hantar saraf dan elektromiografi.4 (Pontoh, , I.



2015) Dampak Penyakit Polio Penyakit polio (Poliomyelitis) tersebut dinilai berbahaya karena dapat menyebabkan komplikasi, kerusakan otak yang menyebabkan kelumpuhan pada organ dalam, kelumpuhan pada kaki, otot-otot dan bahkan kematian (polio bulbar).



Beberapa komplikasi yang sering



ditemukan, yaitu: equinus foot (club foot), deformitas, gangguan



9



pergerakan sendi, skoliosis, osteoporosis, neuropati. dan komplikasi akibat tirah baring lama (Pontoh, 2015) Prognosis tergantung pada beratnya penyakit. Pemulihan motorik pada poliomielitis umumnya cukup baik. Pada kasus polio spinal, bila sel-sel saraf rusak total maka kelumpuhan dapat menetap. Prognosis buruk pada bentuk bulbar. Kematian biasanya terjadi karena kegagalan fungsi pusat pernapasan atau infeksi sekunder pada jalan napas (Pontoh, 2015) J. Upaya Pencegahan, Pengobatan, dan Rehabilitasi Polio 1. Upaya Pencegahan UU Kekarantinaan Kesehatan memiliki tujuan melindungi masyarakat dari penyakit dan/atau faktor risiko kesehatan masyarakat yang berpotensi menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat; mencegah dan menangkal penyakit dan/atau faktor risiko kesehatan masyarakat yang berpotensi menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat; meningkatkan ketahanan nasional di bidang kesehatan masyarakat; dan memberikan pelindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat dan petugas kesehatan. Kegiatan kekarantinaan kesehatan tidak hanya dilakukan pada manusia melainkan juga pada alat angkut seperti kapal, pesawat udara dan kendaraan darat; dan barang seperti produk, hewan, tumbuhan, jenazah dan abu jenazah yang berpotensi menimbulkan bahaya kesehatan dan menyebar lintas wilayah dan lintas negara. Kekarantinaan dilakukan di pintu masuk negara seperti pelabuhan, bandar udara dan pos lintas batas darat negara. UU Kekarantinaan Kesehatan juga mengatur kepada setiap orang yang datang dari negara yang mengalami KKMMD, pejabat karantina Kesehatan melakukan penapisan, pemberian kartu kewaspadaan kesehatan, pemberian informasi tentang cara pencegahan, pengobatan, dan pelaporan suatu KKMMD, dan pengambilan spesimen dan sampel.



10



Penyakit polio dapat dicegah melalui vaksinasi. Vaksinasi merupakan salah satu tindakan kekarantinaan kesehatan melalui peningkatan kekebalan tubuh secara aktif. Berperilaku yang mendukung hidup bersih dan sehat seperti penggunaan jamban sehat, cuci tangan pakai sabun, penggunaan air bersih dan gizi seimbang (Yuningsih, 2018). 2. Upaya Rehabilitasi Menurut Pontoh (2015) upaya rehabilitasi medik pada penderita polio, yaitu terdiri dari : a. Fase akut (< 2 minggu) Ditekankan tindakan suportif dan upaya pencegahan kerusakan



sel-sel



kornu



anterior



medula



spinalis



yang



permanen serta mencegah kecacatan, yang meliputi: - Istirahat di tempat tidur (sebaiknya dirawat di rumah sakit) dan diet yang adekuat - Aktivitas fisik dan trauma dihindari selama fase preparalitik - Karena adanya demam dan nyeri otot, diberikan obat analgetik dan kompres hangat untuk mengurangi nyeri dan spasme otot - Posisi tidur diatur yang nyaman bagi anak dan cegah kontraktur, kalau perlu dengan splinting. Pada awalnya otototot terasa nyeri, sehingga anak menolak untuk meluruskan tungkainya. Secara lembut dan pelan luruskan lengan dan tungkainya sehingga anak berbaring dalam posisi yang baik. Buat lengan, pinggul (hip, dan tungkai selurus mungkin. Berikan penyokong pada kaki. Untuk mengurangi nyeri, letakkan bantalan di bawah lutut. b. Fase subakut (2 minggu - 2 bulan) Latihan pasif atau latihan aktif yang ringan dapat mulai diberikan. Pada akhir fase ini, penderita bisa di latih berdiri. c. Fase penyembuhan (2 bulan – 2 tahun) Pada fase ini dilakukan pemeriksaan manual muscle test (MMT) pertama, untuk menentukan pemberian jenis ortosis pada anggota gerak dengan kekuatan otot