Polio [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

POLIOMYELITS



Om Swastyastu



A. Anatomi Fisiologi Sistem Saraf Sistem saraf merupakan suatu organ yang berfungsi untuk menyelenggarakan kerjasama yang rapi dalam organisasi dan koordinasi kegiatan tubuh. Sistem saraf sebagai salah satu sistem koordinasi bertugas menyampaikan rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh tubuh.



tiga komponen yang harus dimiliki oleh sistem saraf, yaitu : • Reseptor, • Penghantar impuls, • Efektor,



Sistem saraf memiliki beberapa fungsi dalam tubuh manusia, diantaranya :



• Fungsi kewaspadaan Membantu mengetahui perubahan-perubahan yangterjadi disekitar untuk disampaikan ke alat indera. • Fungsi integrasi Menerima pesan(input data) sensorik dari lingkungan luar, interpretasi oleh CNS, mengatur informasi dan mengintegrasikan dengan informasi yang telah ada untuk menentukan jenis respon yang akan diberikan



• Fungsi koordinasi. Setelah dari otak informasi yang sudah terintegrasi untuk mengirimkan pesan/ perintah pada otot-otot dan kelenjar-kelenjar, menghasilkan gerak dan sekresi terorganisasi.



System saraf terdiri atas • system saraf pusat (CNS) Sistem saraf pusat merupakan pusat pengaturan informasi.Seluruh aktivitas tubuh dikendalikan oleh sistem saraf pusat. • system saraf perifer (PNS ) Sistem saraf tepi terdiri atas sistem saraf sadar dan sistem saraf tidak sadar.Sistem saraf sadar meliputi sistem saraf kepala (kranial).Sedangkan, sistem saraf tidak sadar dibagi menjadi dua macam, yaitu saraf simpatik dan parasimpatik.



Definisi • Penyakit polio disebut juga Infantile paralysis adalah penyakit infeksi paralisis yang disebabkan oleh virus. agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang di namakan poliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut, menginfeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke system saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan.



Epidemiologi • akhir tahun 2005 jumlah kasus polio liar mencapai 303 pada 46 kabupaten di 10 provinsi di pulau Jawa dan Sumatra. Selain itu pada tahun 2005 di Indonesia juga ditemukan KLB circulating vaccine derived poliovirus (cVDPV) di empat kabupaten di pulau Madura Jawa Timur, dilaporkan VDPVs sebanyak 46 kasus.



Countinue… • Setelah dilakukan upaya penguatan imunisasi rutin dan tambahan (PIN) yang intensif, jumlah kasus virus polio liar menurun. Pada tahun 2006 hanya ditemukan dua kasus.



Etiologi Penyakit Polio disebabkan oleh infeksi polio virus yang berasal dari genus Enterovirus tipe 1 (Brunhilde), tipe 2 (Lansing) dan tipe 3 (Leon) dan family Picorna viridae. Epidemik yang luas dan ganas biasanya disebabkan oleh virus tipe 1, epidemik yang ringan oleh tipe 3, kadang-kadang menyebabkan kasus yang sporadik. Semua tipe menyebabkan kelumpuhan.



Countinue… • Virus ini menular melalui feses atau sekret tenggorokan orang yang terinfeksi. Sifat dari virus polio yaitu stabil terhadap Ph asam selama 1-3 jam. Tidak aktif pada suhu 56⁰C selama 30 mnt. Virus ini dapat hidup dalam air untuk berbulan-bulan dan bertahun-tahun dalam deep freezer. Masa inkubasi biasanya antara 7-10 hari, tetapi kadang terdapat kasus dengan masa inkubasi 3-35 hari.



Patofisiologi • Polio akut disebabkan oleh asam ribonukleat kecil (RNA) virus dari kelompok enterovirus dari keluarga picornavirus. Inti RNA beruntai tunggal dikelilingi oleh protein kapsid tanpa amplop lipid, yang membuat virus polio tahan terhadap pelarut lemak dan stabil pada pH rendah. Enterovirus dari polio menginfeksi saluran usus manusia terutama melalui jalur fecal-oral (tangan ke mulut). Virus-virus berkembang biak di mukosa saluran pencernaan orofaringeal dan rendah selama 1-3 minggu pertama masa inkubasi.



Countinue… • Setelah fase awal pencernaan, virus mengalir ke kelenjar getah bening leher dan mesenterika dan kemudian ke dalam aliran darah Hanya 5% dari pasien yang terinfeksi memiliki keterlibatan sistem saraf selektif setelah viremia. Setelah fase awal pencernaan, virus mengalir ke kelenjar getah bening leher dan mesenterika dan kemudian ke dalam aliran darah Hanya 5% dari pasien yang terinfeksi memiliki keterlibatan sistem saraf selektif setelah viremia.



pathway



Klasifikasi • Poliomyelitis terbagi menjadi empat bagian yaitu: – Poliomyelitis – Poliomyelitis – Poliomyelitis – Poliomyelitis



asimtomatis abortif non paralitik paralitik



Poliomyelitis asimtomatis • Gejala klinis : setelah masa inkubasi 7-10 hari, tidak terdapat gejala karena daya tahan tubuh cukup baik,maka tidak terdapat gejala klinik sama sekali.



Poliomyelitis abortif • Gejala klinisnya berupa panas dan jarang melibihi 39,5 derajat C,sakit tenggorokkan,sakit kepala,mual,muntah,malaise,dan faring terlihat hiperemi.Dan gejala ini berlangsung beberapa hari.



Poliomyelitis non paralitik • Gejala klinis:hamper sama dengan poliomyelitis abortif,gejala ini timbul beberapa hari kadang-kadang diikuti masa penyembuhan sementara untuk kemudian masuk dalam fase kedua dengan demam,nyeri otot. Khas dari bentuk ini adalah adanya nyeri dan kaku otot belakang leher,tulang tubuh dan anggota gerak.Dan gejala ini berlangsung dari 2-10 hari. Poliomielitis non-paralitik (gejala berlangsung selama 1-2 minggu).



Poliomyelitis paralitik • Gejala klinisnya sama seperti poliomyelitis non paralitik.Awalnya berupa gejala abortif diikuti dengan membaiknya keadaan selama 1-7 hari.kemudian disusun dengan timbulnya gejala lebih berat disertai dengan tandatanda gangguan saraf yang terjadi pada ekstremitas inferior yang terdapat pada femoris,tibialis anterior,peronius.sedangkan pada ekstermitas atas biasanya pada biseps dan triseps.



Tanda dan Gejala • • • • • • • • • •



Sensasi yang abnormal Kesulitan bernapas Kesulitan menelan Retensi urin Sembelit Mengeluarkan air liur (ileran) Sakit kepala Turun naik suasana hati Nyeri dan kejang-kejang otot Kelumpuhan.



Pemeriksaan Diagnostik



• • • •



Pemeriksaan Darah Viral Isolation ( isolasi virus polio ) Uji Serologi Cerebrospinal Fluid ( CSF)



Penatalaksanaan • Poliomielitis asimtomatis Tidak perlu perawatan khusus karena belum terdapat tanda gejala • Poliomielitis abortif  – Diberikan analgesic dan sedative – Diet adekuat – Istirahat sampai suhu normal untuk beberapa hari, sebaiknya dicegah aktivitas yang berlebihan selama 2 bulan kemudian diperiksa neuroskeletal secara teliti. 



• Poliomielitis non paralitik Sama seperti abortif, Selain diberi analgesic dan sedative dapat dikombinasikan dengan kompres hangat selama 15-30 menit, setiap 2 – 4 jam. • Poliomielitis paralitik  – Perawatan dirumah sakit – Istirahat total – Selama fase akut kebersihan mulut harus dijaga – Kolaborasi dengan fisioterafi atau Akupuntur



Komplikasi • Melena • Dilatasi lambung akut dapat terjadi mendadak selama stadium akut • Dilatasi lambung akut dapat terjadi mendadak selama stadium akut • Ulkus dekubitus dan emboli paru • Hiperkalsuria • Kontraktur Sendi • Skoliosis • Kelainan Telapak kaki



Prognosis • Jika tidak menyerang otak dan korda spinalis, kemungkinan akan terjadi pemulihan total. Jika menyerang otak atau korda spinalis, merupakan suatu keadaan gawat darurat yang mungkin akan menyebabkan kelumpuhan atau kematian (biasanya akibat gangguan pernafasan).



Asuhan Keperawatan



Om Santih, Santih, Santih



TERIMAKASIH………….