Kti Sri Rahayuni Koreksi 30 Des [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

USULAN KARYA TULIS ILMIAH



AKTIVITAS INFUSA DAUN ANDONG MERAH (Cordyline fruticosa (L.) A. Chevas) TERHADAP Escherichia colli DENGAN METODE KIRBY BAUER



Diajukan Oleh : SRI RAHAYUNI 34180271



PROGRAM STUDI FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL YOGYAKARTA 2020



BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Di negara Indonesis, diare merupakan masalah kesehatan masyarakat yang morbiditas dan mortalitasnya tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan dari tahun 2000-2010 terlihat kecenderungan insiden naik. Pada tahun 2000 penyakit diare 301 orang dari 1000 penduduk, tehun 2003 menjadi 374 dari 1000 penduduk , tahun 2006 naik menjadi 423 dari 1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411 dalam 1000 penduduk (KeMenKes RI.2011). Diare dapat disebabkan oleh berbagai hal diantaranya keracunan makanan atau bahan kimia, efek obat-obatan, defesiensi imun yaitu kekebalan tubuh yang menurun, adanya gangguan penyerapan, infeksi virus terutama rotavirus, infeksi yang disebabkan oleh bakteri salah satunya bakteri Escherichia colli yang dapat ditemukan dalam usus besar manusia (Zikra dkk,2018). Escherichia colli menjadi patogen jika jumlah bakteri ini dalam saluran pencernaan atau berada diluar usus. Escherichia colli ke dalam saluran pencernaan melalui makanan dan minuman yang dikonsumsi sehingga menjadikan penyebab jumlah bakteri meningkat pada saluran pencernaan dan menjadi penyebab yang paling sering menimbulkan penyakit diare (Cohen, 2011).



Asih (2014) melaporkan bahwa ekstrak infusa daun andong merah memiliki aktivitas antihelmintik terhadap cacing Asciridia galli. Dyari dkk (2014) melaporkan bahwa ekstrak daun andong merah menunjukkan aktivitas antitrypanosomal yang cukup besar dan itu bisa menjadi sumber potensial baru senyawa antitrypanosomal. Tukiran (2014) juga melaporkan bahwa dari hasil uji skrining fitokimia terhadap ekstrak heksana, kloroform dan metanol dari tanaman andong memiliki senyawa steroid/triterpenoid, alkaloid, fenolik dan flavonoid. Hasil uji fitokimia yang dilakukan, diketahui bahwa infusa daun andong mengandung saponin, fenol (3,88 mg/ml), flavonoid (18, 40mg/ml), dan tannin (54,86mg/ml) (Asih, 2014). Pada penelitian ini kandungan dari senyawa tanin sangat berperan penting dalam proses penutupan luka karena berfungsi sebagai astringen yang dapat menyebabkan penciutan pori-pori kulit, menghentikan eksudat dan pendarahan ringan.6 Selanjutnya, saponin juga memiliki efek farmakologis yang bermanfaat diantaranya sebagai anti-inflamasi, anti-parasit, dan antivirus. Menurut Bashir dkk (2014) melaporkan bahwa flavonoid memiliki potensi fisiologis yang ditandai sebagai antiinflamatori, antibakteri antialergi, antivirus, antioksidan dan antikanker. Selain itu daun andong (Cordyline fruticosa Linn) juga dapat mengobati obat sakit kepala, diare, disentri, TBC paru, asma, sakit kulit, inflamasi mata, sakit punggung, rematik, dan encok (Wijayakusuma, 1994). Annisa (2012) menyatakan bahwa ekstrak etanol daun andong merah(Cordyline



Fruticosa



L.A



Cheval)dapat



menghambat



pertumbuhan



Escherichia colli dengan diameter hambat rata-rata adalah 13,1 mm ; 11,67 mm; 11,1 mm pada konsentrasi 30%,20%,dan 10%. (Annisa 2012). Purba dkk (2014) menjelaskan bahwa ekstrak etanol daun andong merah dapat menghambat pertumbuhan bakteri Bacillus greus dan bakteri Escherichia colli. Diameter hambat rata-rata dari ekstrak etanol daun andong dalam menghambat bakteri sebesar 7,2 mm ; 6,6 mm; pada konsentrasi 6%, dan 4%. Berdasarkan hal tersebut,maka dilakukan penelitian infusa daun andong merah menggunakan metode difusi cakram dengan konsentrasi yang berbeda yang bertujuan untuk mengetahui apakah adanya perbedaan daya hambat infusa daun andong merah dengan konsentrasi berbeda terhadap bakteri Escherichia colli. B. RUMUSAN MASALAH 1. Apakah infusa daun andong merah (Cordyline Fruticosa L. A Cheval) memiliki aktivitas sebagai antibakteri terhadap bakteri Escherichia colli? 2. Pada konsentrasi berapakah infusa daun andong merah(Cordyline Fruticosa L. A Cheval) efektif terhadap Escherichia colli? C. TUJUAN 1. Untuk mengetahui aktivitas infusa daun andong merah (Cordyline Fruticosa L. A Cheval) sebagai antibakteri terhadap Escherichia colli 2. Untuk mengetahui pada konsentrasi berapa infusa daun andong merah (Cordyline Fruticosa L. A Cheval) efektif terhadap Escherichia colli



D. MANFAAT 1. Manfaat yang di peroleh dari penelitian ini ialah dapat digunakan sebagai refrensi karya tulis ilmiah dan menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi pembaca 2. Menginformasikan kepada masyarakat bahwa infusa daun andong merah dapat digunakan sebagai antibakteri penyebab diare yaitu Escherichia colli 3. Sebagai sumber penelitian ilmiah mahasiswa tentang infusa daun andong merah (Cordyline Fruticosa L. A Cheval) sebagai antibakteri penyebab diare yaitu Escherichia colli



E. KEASLIAN PENELITIAN 1. Jurnal 1 Prida Nurhayati,dkk. 2018. Aktivitas antibakteri ekstrak etanol 96% daun andong merah (Cordyline fruticosa (L.) A. Chevas) terhadap bakteri Klebsiella sp. Persamaan pada penelitian ini terletak pada sampel dan metode uji yang digunakan sedangkan perbedaannnya terletak pada bakteri uji dan sediaan yang dipakai. 2. Jurnal 2



Rizky annisa,dkk. 2012. Aktivitas antibakteri ekstrak dan fraksifraksi daun andong merah (Cordyline fruticosa (L.) A. Chevas) terhadap bakteri penyebab diare. Persamaan Pada penelitian ini ialah sampel dan bakteri yang digunakan sama sedangkan perbedaannya ialah metode dan sediaan yang digunakan. 3. Jurnal 3 Ritson purba, dkk. 2014. Uji bioaktivitas pada ekstrak kasar etanol, fraksi n-Heksan, etil asetat dan etanol-air dari daun



andong



(Cordyline terminalis kunth) Persamaan pada penelitian ini terletak pada sampel yang digunakan sama,sedangkan perbedaannya terletak pada uji yang dlakukan dan metode pengambilan sampel yang dipakai. 4. Jurnal 4 Astri asih,dkk.2014. Antihelmintik infusa daun andong (Cordyline fruticosa (L.) A. Chevas)terhadap Ascaridia galli secara in vitro. Persamaan pada penelitian ini ialah pada sediaan dan sampel yang dipakai sedangkan perbedaan nya terletak pada metode dan media uji yang digunakan.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Tanaman Andong Merah (Cordyline fruticosa (L.) A Cheval) Tanaman andong termasuk suku bawang-bawangan bisa ditanam sebagai tanaman hias di perkarangan, taman, atau kuburan. Andong merah bisa dipakai untuk tanaman pagar atau pembatas di perkebunan teh. Tanaman andong ditemukan didaerah rendah sampai ketinggian 1.900 mdpl (Gunawan et al.,2013). Tanaman andong merah merupakan tanaman perdu dari kelas monocotyledoneae



yang



biasanya



ditanami



sebagai



tanaman



hias



diperkarangan ,taman, maupun kuburan, serta dipakai sebagai tanaman pagar atau pembatas di perkebunanan teh ( Dalimartha,2006).



Gambar 1. Tanaman andong merah ( Amriezuka,2011) Tumbuhan andong merah memiliki klasifikasi sebagai berikut (Depkes 2001): Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Asparagales Suku : Asparagales Marga : Cordyline Jenis : Cordyline fruticosa (L.) A Cheval Daun dari tanaman andong merah ini sering digunakan sebagai obat diare atau disentri. Cara pengolahan daun andong sebagai obat diare yakni secara empiris, daun andong merah segar (60-100g) atau bunga andong kering (10-15g) digunakan dengan cara direbus dengan tiga gelas air sampai air rebusan tersisa satu gelas . Setelah dingin,disaring dan dibagi tiga sama banyak, digunakan sebagai obat diare atau disentri. Diminum pada pagi, siang dan malam hari (Dalimartha, 2006).



Menurut Dalimartha (2009), menjelaskan bahwa tanaman andong mengandung beberapa kandungan senyawa kimia diantaranya yaitu saponin, tanin, flavonoid, dan steroida. Tanin tergolong dalam senyawa polifenol (Desmiaty, 2008). Tanin merupakan senyawa aktif metabolit sekunder yang diketahui mempunyai beberapa khasiat yaitu sebagai astringen, antidiare antibakteri, dan antioksidan. Berasal dari senyawa fenolik yang sukar mengkristal dan dipisahkan serta dapat mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein tersebut (Desmyati et al., 2008). Flavonoid merupakan senyawa metabolit tumbuhan yang sangat melimpah di alam, Quersetin senyawa yang hampir mirip dengan flavonoid yang masih dalam satu kelompok dengan flavonoid, quersetin memiliki lima gugus hidroksil yang mampu merendam radikal bebas DPPH (Latifah,2015). 2. Infusa Infusa adalah sediaan cair hasil penyarian simplisia nabati menggunakan air pada suhu 90oC selama 15 menit . Infusa dibuat dengan cara mencampur simplisisa dengan derajat halus yang sesuai dalam panci dengan air secukupnya, kemudian dipanaskan diatas penangas air selama 15 menit terhitung mulai suhu 90oC sambil sekali-kali diaduk. Campuran disaring selagi panas melalui kain kassa, ditambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infusa yang dikehendaki (Sarwono,2006). Pembuatan infusa merupakan cara yang paling sederhana untuk membuat sediaan herbal dari bahan lunak seperti daun dan bunga. Infusa dapat diminum dalam keadaan panas atau dingin (Tapan, 2004). Khasiat



sediaan herbal umumnya karena kandungan minyak atsiri, oleh karenanya pada pembuatan infus hendaknya menggunakan penutup, agar kandungan minyak



atsiri



tidak



hilang



selama



proses



pembuatan.(Moh



amrun



hidayat.2012) Teknik infusa mempunyai beberapa keuntungan bila dibandingkan dengan teknik pembuatan ekstrak, karena teknik infusa lebih murah, lebih cepat, dan alat serta caranya sederhana. Sedangkan dalam pembuatan ekstrak, kandungan dari bahan tumbuhan dan pelarut yang paling tepat untuk masingmasing kandungan harus diketahui lebih dahulu.Teknik infusa mempunyai



beberapa



keuntungan bila



dibandingkan dengan teknik



pembuatan ekstrak yaitu karena teknik infusa lebih murah, lebih cepat, dan alat serta cara yang digunakan sederhana. Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk membuat sediaan infusa: a. Jumlah simplisia Kecuali dinyatakan lain, infusa yang mengandung bahan berkhasiat keras dibuat dengan menggunakan 10% simplisia. b. Banyaknya air ekstra Umumnya untuk membuat sediaan infus diperlukan penambahan air sebanyak 2 kali bobot simplisia. Air ekstra ini perlu karena simplisia yang digunakan pada umumnya dalam keadaaan kering. c. Cara menyerkai Pada umumnya infus diserkai sekagi panas, kecuali infus simplisia yang mengandung minyak atsiri diserkai setelah dingin. Infus daun sena, infus



asam jawa dan infus simplisia lain yang mengandung lendir tidak boleh diperas. d. Penambahan bahan-bahan lain Penambahan bahan-bahan lain dimaksudkan untuk menambah kelarutan, untuk menambah kestabilan, dan untuk menghilangkan zat-zat yang menyebabkan efek lain. 3. Bakteri Escherichia colli Escherichia coli atau sering disebut dengan E.coli merupakan bakteri fakulatif anaerob, kemoorganotropik, dengan metabolisme tipe fermentasi dan respirasi. Bakteri ini akan tubuh baik pada suhu 37℃ pada media yang mengandung 1% pepron sebagai sumber karbon dan nitrogen. Bakteri ini dapat bertahan hingga suhu 60℃ selama 15 menit dan bertahan selama 60 menit pada suhu 55℃. Escherichia coli menjadi patogen jika jumlah bakteri ini dalam saluran pencernaan atau berada di luar usus. Escherichia coli ke dalam saluran pencernaan melalui makanan dan minuman yang dikonsumsi sehingga menjadikan penyebab jumlah bakteri meningkat pada saluran pencernaan dan menjadi penyebab yang paling sering menimbulkan penyakit diare (Cohen, 2011). Klasifikasi nomenklatur Escherichia coli sebagai berikut : Superdomain : Phylogenetica Filum : Proterobacteria Kelas : Gamma Proteobacteria



Ordo : Enterobacteriales Family : Enterobacteriaceae Genus : Escherichia Species : Escherichia coli (Jawetz et al., 1995). Enterobactericiae merupakan fakultatif anaerob atau aerob yang dapat memfermentasikan karbohidrat, memiliki tekstur antigenik yang komplek, dan menghasilkan beberapa toksin yang mematikan. Escherichia coli menghasilkan tes positif terhadap indol, lisin dekarboksilase, memfermentasikan laktosa dan dapat menghsilkan gas yang ditandai dengan terangkatnya media ke atas. Escherichia coli merupakan penyebab paling banyak penyakit ISK kurang lebih 90% pada wanita muda dan Escherichia coli merupakan penyebab penyakit diare yang paling umum di dunia (Jawetz dkk., 2005). Escherichia coli merupakan salah satu group koliform yang dapat memfermentasikan laktosa dengan menghasilkan asam dan gas pada suhu 44oC, bersifat indol positif dengan penambahan pereaksi kovaks akan terbentuk cincin . Escherichia coli dapat menghasilkan asam dari manitol pada suhu 37oC, bersifat metil merah positif. Pada biakan Escherichia coli bersifat aerob atau fakultatif anaerob dan tumbuh pada pembenihan biasa, misalnya pda biakan cair, agar Mac Conkey dan agar darah. Suhu optimum pertumbuhan adalah 37oC (Juliantiana dkk., 2002). Escherchia coli merupakan golongan bakteri mesofilik yaitu bakteri yang suhu pertumbuhan optimumnya 15-45°C dan dapat hidup pada pH 5,5-8. Escherichia coli akan tumbuh secara optimal pada suhu 27° C.



Escherichia coli biasanya berkolonisasi di saluran pencernaan dalam beberapa jam setelah masuk kedalam tubuh dan membangun hubungan mutualistik. Namun, strain non-patogenik dari Escherichia coli bisa menjadi patogen, ketika adanya gangguan di dalam pencernaan serta imunosupresi pada host (Madigan dkk, 2005).



Gambar 2. Sumber Escherichia coli (Collier, 1998) Ada lima kelompok jalur patogenitas Escherichia coli yang berhasil diidentifikasi sehingga menyebabkan diare, yaitu : a. Escherichia coli Enteropatogenik (EPEC) EPEC penyebab penting diare pada bayi, khususnya di negara berkembang. EPEC sebelumnya dikaitkan dengan wabah diare pada anak-anak di negara maju. EPEC melekat pada sel mukosa usus kecil. Faktor yang diperantarai secara kromosom menimbulkan pelekatan yang kuat. Akibat dari infeksi EPEC adalah diare cair yang biasanya sembuh sendiri tetapi dapat juga kronik. b. Escherichia coli Enterotoksigenik (ETEC) ETEC penyebab yang sering dari “diare wisatawan” dan penyebab diare pada bayi di negara berkembang. Faktor kolonisasi ETEC yang spesifik



untuk manusia menimbulkan pelekatan ETEC pada sel epitel usus kecil. Lumen usus terengang oleh cairan dan mengakibatkan hipermortilitas serta diare, dan berlangsung selama beberapa hari. Beberapa strain ETEC menghasilkan eksotosin tidak tahan panas. c. Escherichia coli Enteroinvasif (EIEC) EIEC menimbulkan penyakit yang sangat mirip dengan shigelosis. Penyakit yang paling sering pada anak-anak di negara berkembang dan para wisatawan yang menuju negara tersebut. d. Escherichia coli Enterohemoragik (EHEC) Menghasilkan verotoksin, dinamai sesuai efek sitotoksinya pada sel Vero, suatu sel hijau dari monyet hijau Afrika. Terdapat sedikitnya dua bentuk antigenic dari toksin. EHEC berhubungan dengan holitis hemoragik, bentuk diare yang berat dan dengan sindroma uremia hemolitik, suatu penyakit akibat gagal ginja akut, anemia hemolitik mikroangiopatik, dan trombositopenia. e. Escherichia coli Enteroagregatif (EAEC) EAEC menyebabkan diare akut dan kronik pada masyarakat di negara berkembang. Bakeri ini ditandai dengan pola khas pelekatannya pada sel manusia. EAEC memproduksi hemolisin dan ST enterotoksin yang sama dengan ETEC.



4. Antibakteri



Antibakteri merupakan zat yang dapat mengganggu pertumbuhan atau bahkan mematikan bakteri dengan cara mengganggu metabolisme mikroba yang merugikan. Mekanisme kerja dari senyawa antibakteri diantaranya yaitu menghambat sintesis dinding sel, menghambat keutuhan permeabilitas dinding sel bakteri, menghambat kerja enzim, dan menghambat sintesis asam nukleat dan protein (Dwidjoseputro, 1980). Salah satu zat antibakteri yang banyak dipergunakan adalah antibiotik. Antibiotik adalah senyawa kimia khas yang dihasilkan atau diturunkan oleh organisme hidup termasuk struktur analognya yang dibuat secara sintetik, yang dalam kadar rendah mampu menghambat proses penting dalam kehidupan satu spesies atau lebih mikroorganisme (Siswando dan Soekardjo, 1995). Antibiotik merupakan obat yang paling banyak digunakan pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Salah satu penyakit infeksi yang sering mendapat terapi antibiotika adalah diare. Antibiotika



adalah



senyawa



kimia



yang



khas



dihasilkan



oleh



mikroorganisme hidup, termasuk turunan senyawa dan struktur analognya yang dibuat secara sintetik dan dalam kadar yang rendah mampu menghambat proses penting dalam mikroorganisme. Pada awalnya antibiotik diisolasi dari mikroorganisme, tetapi sekarang beberapa antibiotik didapatkan dari tumbuhan tingkat tinggi dan binatang (Soekardjo dkk, 2000). Antibakteri yang berspektrum sempit yairtu antibakteri yang hanay dapat bekerja terhadap bakteri tertentu saja, misalnya hanya terhadap bakteri gram negatif saja atau gram positif saja. Antibakteri yang berspektrum luas dapat



bekerja baik pada bakteri gram negatif maupun bakteri gram positif (Talaro,2008). 5. Metode Kirby and Bauer Metode Kirby and Bauer (Kertas cakram) Metode difusi cakram merupakan cara yang paling sering digunakan untuk menentukan kepekaan antibakteri terhadap suatu antibiotik. Cara Kirby Bauer merupakan suatu metode uji sensivitas bakteri yang dilakukan dengan membuat suspensi bakteri pada media BHI (Brain Heart Infusion) cair dari koloni pertumbuhan kuman 24 jam, selanjutnya disuspensikan dalam 0,5 ml BHI cair (diinkubasi 4-8 jam pada suhu 37ºC). Hasil inkubasi bakteri diencerkan sampai sesuai standar konsentrasi kuman. Suspensi bakteri diuji sensivitas dengan meratakan suspensi bakteri tersebut pada permukaan media agar. Disk antibiotik diletakkan diatas media tersebut dan kemudian diinkubasi pada suhu 37° C selama 19-24 Jam. Dibaca hasilnya dengan zona radical yaitu suatu daerah disekitar cakram dimana sama sekali tidak ditemukan adanya pertumbuhan bakteri. Potensi antibiotik diukur dengan mengukur diameter dari zona radical. Zona iradizal adalah suatu daerah disekitar disk yang menunjukkan pertumbuhan bakteri dihambat oleh antibiotik tersebut, tapi tidak dimatikan. Disini akan terlihat adanya pertumbuhan yang kurang subur atau lebih jarang dibanding dengan daerah diluar pengaruh antibiotik tersebut (Jawetz dkk, 2001). Kelebihan dari metoda cakram yaitu dapat dilakukan pengujian dengan lebih cepat pada penyiapan cakram (Listari, 2009). Kekurangannya adalah



ukuran



zona



bening



yang



terbentuk



tergantung



oleh



kondisi



inkubasi,inokulum,dan preinkubasi serta ketebalan medium. Apabila keempat faktor tersebut tidak sesuai maka hasil dari metode cakram disk biasanya sulit untuk diintepretasikan. B. Kerangka teori Escherichia coli dapat menimbulkan penyakit haemorrhagic colitis yang ditandai dengan diare berdarah dan dapat menyebabkan kematian yang akut jika tidak diobati dengan segera. Strain EHEC (Enterohemorrhagic Escherichia coli) memiliki faktor virulensi intimin yang berperan dalam proses penempelan dan pelekatan pada sel epitel saluran pencernaan yang memproduksi hemolisin sehingga menimbulkan diare berdarah (Bonyadian dkk, 2010). Escherichia coli menjadi patogen jika jumlah bakteri ini dalam saluran pencernaan atau berada diluar usus. Escherichia coli ke dalam saluran pencernaan melalui makanan dan minuman yang dikonsumsi sehingga menjadikan penyebab jumlah bakteri meningkat pada saluran pencernaan dan menjadi penyebab yang paling sering menimbulkan penyakit diare (Cohen, 2011). Daun dari tanaman andong merah Cordyline fruticosa (L.) A Cheval ini sering digunakan sebagai obat diare atau disentri. Tanaman andong mengandung beberapa kandungan senyawa kimia diantaranya yaitu saponin, tanin, flavonoid, dan steroida ( Dalimartha 2009). Aktivitas antibakteri dari daun andong merah Cordyline fruticosa (L.) A Cheval ini disebabkan oleh aktivitas dari kandungan tanin.



Teknik infusa yang dilakukan mempunyai beberapa keuntungan bila dibandingkan dengan teknik pembuatan ekstrak, yaitu karena teknik infusa lebih murah, lebih cepat, dan alat serta caranya sederhana (BPOM, 2011). Metode uji yang dilakukan menggunakan metode Kirby Bauer. Metode ini dilakukan dengan meletakkan cakram kertas yang telah direndam larutan uji diatas media padat yang telah diinokulasi dengan bakteri. Pencelupan cakram pada larutan uji hingga seluruh permukaan basah. Pengamatan dilakukan setelah bakteri diinokulasi, pertumbuhan bakteri diamati untuk melihat zona bening disekitar cakram (Molyadi dkk, 2017).



C. Kerangka konsep



Daun andong merah



Infusa daun andong merah



Pengujian dengan metode Kirby Bauer



Gambar 3. Skema kerangka konsep



D. Hipotesis Infusa daun andong merah (Cordyline fruticosa (L.) A Cheval) efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli.



BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian eksperimen B. Populasi dan sampel penilitian 1. Populasi dari penelitian ini adalan infusa daun andong merah (Cordyline fruticosa (L.)A.Chevas) 2. Sampel yang digunakan adalah infusa daun andong merah (Cordyline fruticosa (L.)A.Chevas)dengan konsentrasi 25%, 45% dan 75% C. Variabel 1. Variabel bebas pada penelitian ini adalah infusa daun andong merah (Cordyline fruticosa (L.)A.Chevas). 2. Variabel terikatnya adalah aktifitas antibakteri terhadap pertumbuhan Escherichia coli. D. Definisi operasional



1. Infusa daun andong merah adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstrak simplisia nabati dengan air pada suhu 90o C selama 10-15 menit yang dihitung sejak air mendidih. 2. Metode kirby bauer dilakukan dengan meletakkan cakram kertas yang telah direndam larutan uji diatas media padat yang telah diinokulasi dengan bakteri. 3. Uji aktivitas antibakteri dilakaukan untuk mengukur pada konsentrasi berapa infusa daun andong merah (Cordyline fruticosa (L.)A.Chevas) yang dapat berpotensi menghambat Escherichia coli dengan metode kirby bauer. 4. Escherichia coli adalah bakteri patogen penyebab diare yang akan didapatkan dengan biakan murni. Escherichia coli hidup di usus manusia maupun hewan dan dapat menyebabkan.infeksi usus serius yang mengakibatkan diare, sakit perut, dan demam. E. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2020 Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Farmasi STIKes Surya Global Yogyakarta. F. Instrumen dan metode pengumpulan data 1. Alat Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah timbangan analitik (Acis), jarum ose, cawan petri, pipet tetes, gelas ukur, cawan porselen, Autoklaf(Gea), batang pengaduk, corong, kompor listrik(Maspion), panci infusa, rak tabung reaksi, kapas, gelas beaker, erlenmeyer, kaca



arloji, serbet, bunsen, aluminium foil, kertas saring, disc plate, inkubator, tabung reaksi. 2. Bahan Bahan yang digunakan adalah daun andong merah (Cordyline fruticosa (L.)A.Chevas), bakteri Escherichia coli, aquadest,medium Nutrien Agar, alkohol, Kloramfenikol, larutan H2SO4. G. Metode pengolahan data 1. Determinasi Tanaman Determinasi tanaman ini adalah untuk menetapkan kebenaran sampel tenaman meniran yang berkaitan dengan ciri-ciri makroskopis serta mencocokkan Determinasi



ciri-ciri



morfologis



tanaman



andong



yang merah



ada



dengan



(Cordyline



pustaka. fruticosa



(L.)A.Chevas) dilakukan di Laboratorium Biologi Fakultas MIPA Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. 2. Preparasi sampel Tanaman daun andong merah (Cordyline fruticosa (L.)A.Chevas) yang berasal dari Balong Lor, Bangun Tapan, Potorono, Kec. Banguntapan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Daun andong merah (Cordyline fruticosa (L.)A.Chevas) di sortasi basah kemudian dilakukan pencucian dengan air mengalir dan dibersihkan dari bahan pengotor, setelah itu daun yang telah bersih dikeringkan selama 5-6 hari dibawah sinar matahari. Kemudian daun andong merah (Cordyline fruticosa



(L.)A.Chevas) yang telah dikeringkan ditimbang dengan timbangan analitik untuk mengetahui berat nya. 3. Pembuatan infusa Pembuatan infusa yang mengacu pada literatur BPOM (2011). Simplisia daun andong merah yang telah di rajang ditimbang sebanyak 60 gram untuk konsentrasi 100%, kemudian dimasukkan kedalam panci enamel dan ditambahkan aquadest 600 ml. Selanjutnya dipanaskan diatas penangan air selama 15 menit terhitung dari suhu 90oC sambil sesekali diaduk. Disekai selagi panas melalui kain flannel, ditambahkan aquades secukupnya melalui ampas hingga diperoleh infusa yang dikehendaki (BPOM, 2011). 4. Uji Aktivitas Antibakteri a. Sterilisasi alat dan media yang digunakan Alat-alat gelas yang digunakan dalam penelitian ini disterilkan terlebih dahulu dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121 oC selama 15 menit. Pinset, jarum ose, dan L glass dipijarkan diatas api bunsen dan media disterilkan di autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit. (Aprilia pratiwi asiah et.al.,2019) b.



Pembuatan Media Nutrien Agar Ditimbang sebanyak 10.08 g Nutrien Agar kemudian dilarutkan dengan aquadest sampai 360 ml, diaduk sampai homogen. Media yang telah homogen kemudian disterilkan dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit dan dibiarkan media



sampai cukup dingin. Selanjutnya media nutrient agar yang masih cair dituang sebanyak 18 ml ke dalam cawan petri dibiarkan hingga memadat. (Aprilia pratiwi asiah et.al.,2019) c. Pembuatan larutan standar mc farland Larutan Mc Farland 0,5 digunakan sebagai pembanding kekeruhan biakan bakteri dalam medium cair dengan kepadatan antara 1 x 10 7 sel/ml -1 x 108 sel/ml (Quelab,2005). Larutan H2SO4 1 % sebanyak 9,95 ml dicampurkan dengan larutan BaCl2 1,75% sebanyak 0,05% ml dalam erlenmeyer. Kemudian dikocok sampai terbentuk larutan yang keruh sebagai standar kekeruhan suspensi mikroba uji. (Aprilia pratiwi asiah et.al.,2019) d. Pembuatan suspensi bakteri Bakteri uji yang telah diinokulasi yaitu bakteri Escherichia coli diambil dengan menggunakan ose cukup sekali kemudian disuspensikan kedalam tabung yang berisi 10 ml larutan NaCl 0,9% selanjutnya dibandingkan dengan standar kekeruhan larutan Mc Farland 0,5. (Aprilia pratiwi asiah et.al.,2019) e. Pembuatan kontrol positif Kontrol positif yang digunakan ialah kloramfenikol paper disc murni. (Aprilia pratiwi asiah et.al.,2019) f. Kontrol normal Kontrol normal yang digunakan adalah aquades g. Pembutan infusa konsentrasi 25%



Dibuat dengan menggunakan 25 ml infusa daun andong merah yang dilarutkan hingga 100 ml aquadest. h. Pembutan infusa konsentrasi 45% Dibuat dengan menggunakan 45 ml infusa daun andong merah yang dilarutkan hingga 100 ml aquadest. i. Pembutan infusa konsentrasi 75% Dibuat dengan menggunakan 75 ml infusa daun andong merah yang dilarutkan hingga 100 ml aquadest. H. Analisis data Data yang diperoleh dianalisis menggunakan program statistika metode SPSS,uji analisis varians satu arah (One Way ANOVA ). Taraf kepercayaan yang digunakan yaitu 95% atau α = 0,05.



DAFTAR PUSTAKA



Ahmed, Bahar. Chemistry Of Natural Products. New Delhi: Department of Pharmaceutical Chemistry Faculty of Science Jamia Hamdard. 2007. Departemen Kesehatan RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.Cetakan Pertama. Jakarta : Depkes RI. Halaman. 10-11 Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan sosial RI, 2001.Inventaris Tanaman Obat Indonesia(1). Jilid II, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Bakti Husada, pp :337-8 Dalimartha, Setiawan. 2003. Atlas Tumbuhan Obat Jilid 3. Jakarta: Puspa Swara. Dalimartha, Setiawan. 2006. Atlas Tumbuhan Obat Jilid 4. Jakarta: Puspa Swara



Dalimartha, Setiawan. 2008. Atlas Tumbuhan Obat Jilid 5. Jakarta: PT Pustaka Bunda.. Dalimartha, Setiawan. 2009. Atlas Tumbuhan Obat Jilid 6. Jakarta: PT Pustaka Bunda. Desmiaty, Y, Dkk. 2008. Penentuan Jumlah Tanin Total pada Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk) dan Daun Sambang Darah (Excoecaria bicolor Hassk.) Secara Kolorimetri dengan Pereaksi Biru Prusia. Ortocarpus.Vol 08. 106-109. Gunawan,A., Daniel., dan Purba, R. 2013. Uji Aktivitas Senyawa Antioksidan dari Daun Andong (Cordyline Frutycosa (L.) A. Chev.) dengan Menggunakan Metode DPPH. Prosiding Seminar Nasional Kimia. ISBN : 978-602-19421-0-9 Jawetz, E., Melnick, J. L., Adelberg, E. A., 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Salemba Medika