Kualitas Pendidikan Di Papua Berdasarkan Sustainable Development Goals [PDF]

  • Author / Uploaded
  • widhi
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KUALITAS PENDIDIKAN DI PAPUA BERDASARKAN SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs) KHUSUSNYA QUALITY EDUCATION (JOLA) Pendidikan adalah suatu hal yang mutlak bagi warga negara Indonesia. Pendidikan adalah jalan yan terbaik untuk meningkatkan taraf kehidupan sebuah generasi tak terkecuali di Indonesia. Sebagai contoh di suatu daerah terpencil masih banyak dijumpai kondisi di mana anak-anak belum terlayani pendidikannya. Angka putus sekolah yang masih tinggi. Juga masalah kekurangan guru, walaupun pada sebagain daerah, khususnya daerah perkotaan persediaan guru berlebih. Sarana dan prasarana yang belum memadai. Itulah sederat fakta-fakta yang menghiasai wajah pendidikan kita di daerah terpencil. Permasalahan pendidikan terutama pendidikan di daerah Papua pada umumnya yang mana masyarakat pasti akan berasumsi bahwa masalahnya adalah infrastruktur namun kenyataannya ini adalah asumsi yang salah dimana Papua memiliki banyak gedung sekolah. Setiap daerah terpencil di papua seperti daerah-daerah yang berada di pegunungan tengah Papua sudah memiliki gedung sekolah dan bentuknya adalah bangunan baru. Jadi jika ditafsir bangunan menjadi penghambatnya itu tidaklah benar. Masalah pendidikan di papua sendiri adalah minimnya sumber daya guru atau tenaga pengajar yang mana tingkat ketidakhadiran guru di Papua mencapai rata-rata 82%, dalam hal ini ada beberapa alasan mengapa guru-guru tersebut tidak hadir atau tidak aktif dalam kegiatan belajar mengajar yaitu dikarenakan para guru tersebut merasa tidak betah untuk mengajar di Papua serta jarak sekolah dan tempat tinggal guru sangatlah jauh. Dengan jarak yang begitu jauh maka mengakibatkan guru atau tenaga pengajar tidak hadir ke sekolah dan proses pembelajaran pun ikut terhambat. Pendidikan menjadi kunci dasar dari pembangunan sebuah negara itu sendiri. Sebuah negara tidak bisa berdiri tanpa adanya pendidikan, dimana masyarakatnya tidak bisa berkembang dan hanya akan dibodohi oleh negara lainnya. Oleh karena itu kita harus selalu memperhatikan



dan



mementingkan



pendididkan



di



negara



kita.



Tidak



hanya



menyelenggarakan pendidikan saja, akan tetapi kita harus memperhatikan kualitas pendidikan dan aspek lainnya seperti infrastruktur pendidikan, kurikulum pendidikan, kualitas tenaga pendidik dan lainnya yang mendukung keberhasilan sebuah pendidikan. Karena dalam melaksanakan sebuah pendidikan dibutuhkan kesiapan baik secara fisik maupun non fisik, persiapan fisik yang dimaksudkan adalah kesiapan infrastruktur pendidikan seperti gedung



sekolah dan lainnya. Sedangkan persiapan non fisik adalah kemampuan guru, kurikulum yang digunakan, psikologi anak dan lainya. Kedua aspek ini harus terpenuhi guna menunjang pelaksanaan pendidikan yang maksimal dan berkualitas. Banyak kegiatan yang diadakan dalam mengembangkan proses pembelajaran di Papua. Kegiatan yang dilakukan dalam upaya meningkatkan kualitas Pendidikan papua yaitu menerapkan program satu atap atau sering disebut Program SATAP, kemudian ada program Sarjana Menddik di Daerah Terdepan Terluar Tertinggal (SM3T), dan yang terakhir yaitu Program Baca, Tulis, Hitung (Calistung). Didalam menjalankan program tersebut terdapat juga beberapa hambatan dalam meningkatkan kualitas Pendidikan di Papua yaitu akses dimana lokasi geografis yang ada di Papua sangat rumit sehingga guru atau peserta didik harus menempuh jarak yang cukup jauh agar sampai disekolah, sedangkan mutu yang dimaksud adalah kualitas dari tanaga pengajar tidak menggembirakan dan juga bangunan atau Gedung di Papua rata-rata adalah bangunan peninggalan Belanda. Dan adat istiadat yang dimaksud adalah banyak adat istiadat dari dulu bahwa dimana jika anak laki-laki diwajibkan membantu orang tua nya dikebun sedangkan anak perempuan diwajibkan bekerja di dapur, dimana hanya anak kepala suku saja yang boleh menempuh pendidikan di sekolah. Maka dari inilah banyak peserta didik yang tidak hadir karena peraturan yang diadakan daerah setempat dan kurangnya kepercayaan terhadap gender perempuan bahwa pendidikan tidak membedakan gender.