Pengaruh Sustainable Development Goals [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Pengaruh Sustainable Development Goals (SDDGs) terhadap Pengembangan Wilayah di Indonesia Isu lingkungan global (pengaruh thd dunia) Salah satu tujuan pembangunan berkelanjutan yang berpengaruh terhadap dunia yaitu jaminan kualitas pendidikan yang inklusif dan adil dan memberikan kesempatan belajar bagi seluruh anak di dunia. Sejak tahun 2000, terdapat kemajuan besar dalam pencapaian target pendidikan dasar di seluruh dunia. Angka partisipasi pada negara berkembang mencapai 91% pada tahun 2015. Pada tahun yang sama, persentase anak-anak yang tidak dapat sekolah menurun hingga 50 %. Peningkatan signifikan juga terjadi pada tingkat melek huruf, selain itu jumlah anak perempuan yang bersekolah juga bertambah. Dibandingkan dengan seluruh negara berkembang lainnya, Afrika membuat kemajuan terbesar dalam peningkatan jumlah anak-anak yang bersekolah di tingkat dasar. Dari yang awalnya 52 % pada tahun 1990, mencapai 78 % pada tahun 2012. Selain Kota Paris, Kota Porto Alegre di Brazil juga menjadi salah satu kota inspirasi bagi banyak kota di dunia dalam melakukan program partisipasi. Program partisipasi di Porto Alegre bertujuan untuk mengatasi ketimpangan yang cukup besar di Kota Porto Alegre dimana sepertiga warganya belum memiliki akses air bersihm pendidikan, pelayanan kesehatan, dan masih tinggal di daerah-daerah kumuh perkotaan. Metode penganggaran untuk menentukan 20% anggaran kota berasal dari proses partisipasi warga, dimana nantinya akan dilakukan musyawarah dengan warga di 16 wilayah untuk membahas proyek apa yang paling dibutuhkan warga. Selain itu, dilakukan pula pemilihan warga-warga yang akan mengawal setiap usulan warga. Hasil usulan terpilih nantinya akan dilaksanakan oleh pemerintah kotam sedangkan untuk proyek yang belum disetujui nantinya akan dilaksanakan pada tahun-tahun berikutnya. Proses partisipasi tersebut secara tidak langsung menimbulkan banyak dampak positif, salah satunya yaitu peningkatan investasi ke wilayah-wilayah miskin dan kumuh berupa berbaikan sarana-prasarana, ketersediaan sekolah, fasilitas air minum, listrik, dan prasarana jalan. melalui partisipasi pula, angka kematian balita dan kemiskinan mulai turun secara signifikan. Tujuan pembangunan berkelanjutan lain yang berpengaruh pada perkembangan wilayah di dunia yaitu tujuan ke 16 yang terkait dengan perdamaian, keadilan, dan kelembagaan yang tangguh. Di Prancis khususya kota Paris, pemerintah setempat mengeluarkan sebuah program partisipasi dimana program tersebut memungkinkan 2,2 juta penduduknya untuk dapat mengusulkan dan memilih program serta kegiatan yang didanai oleh pemerintah. Hasilnya, lebih dari 41 ribu penduduknya memberikan suara mereka untuk



9 proyek yang dibuat pemerintah. Proyek dengan suara terbanyak yaitu proyek lingkungan hidup berupa penghijauan gedung. Selanjutnya yaitu proyek pembangunan kebun belajar di sekolah dasar, dan proyek terakhir yaitu pengubahan lahan terlantar dan kumuh di pinggiran kota menjadi ruang seni, pameran, aula pemutaran film, dan sejenisnya. Dikota lain, yaitu Kota Reikjavik , yang merupakan ibu kota Islandia, Eropa Utara. Sebagai kota besar dengan jumlah penduduk lebih dari 120 ribu jiwa, Reikjavik memerankan tiga fungsi sekaligus, yaitu pemerintahan, perdagangan, dan pariwisata. Pada tahun 2009, sebuah program terobosan bernama “Reykjavik Yang Lebih Baik” (Betri Reykjavik) dicetuskan oleh para tokoh masyarakat sebagai sebuah cara untuk membuka partisipasi langsung dari setiap warga kota. Melalui Betri Rekjavik, warga memiliki kesempatan secara langsung untuk mengajukan beragam usulan, memperdebatkannya serta mengusulkan prioritas bagi para wakil mereka yang duduk di DPRD kota. Hanya berselang satu tahun atau pada 2010, platform ini kemudian diadopsi oleh pemerintah kota yang baru memenangi pemilu. Selama empat tahun, hampir 70 ribu atau lebih dari separuh warga kota telah menggunakan platform ini untuk mengajukan hingga 1.800 usulan pembangunan menurut mereka. Dari jumlah tersebut, sebanyak 450 usulan menjadi pertimbangan resmi dan 350 di antaranya telah disetujui dan sedang dilaksanakan oleh pemerintah kota. Platform ini telah memungkinkan munculnya interaksi langsung antara warga dan wakil mereka di parlemen, yang memungkinkan mereka mempengaruhi pengambilan keputusan pembangunan secara langsung bagi kota mereka. Platform ini kemudian diadopsi di Inggris, Balkan, dan sejumlah negara lain. Aplikasi tujuan pembangunan berkelanjutan juga terjadi di Alaska, Amerika Serikat. Terwujudnya tujuan SDGs ke 10 yaitu berkurangnya kesenjangan antar wilayah dilakukan membuat program Tunjangan Tunai Tanpa Syarat bagi semua warganya. Setiap tahunnya, seluruh warga akan menerima dana secara perseorangan. Sumber dana program tersebut berasalah dari pendapatan sumber daya alam daerah, yaitu minyak. Pemerintah sadar apabila suatu saat minyak dapat habis dan tidak berkelanjutan sehingga pemerintah memutuskan untuk mengelola dana daerah hasil minyak dalam 3 bentuk, yaitu untuk biaya operasional pemerintah (APBD), untuk tabungan abadi, dan yang terakhir untuk dibagikan kepada setiap warganya setiap tahunnya. Selain itu, beberapa kota di Belanda juga menyita perhatian publik dunia. Kota–kota di Belanda itu adalah Utrecht, Groningen, Tilburg, dan Wageningen merancang program jaminan sosial baru yaitu Basic Income. Pada Januari 2016, pemerintah kota melaksanakan uji coba Basic Income bekerja sama dengan Universitas Utrecht. Uji coba akan diadakan selama beberapa tahun untuk mengetahui dua hal, yaitu apakah akan ada pengurangan



partisipasi kerja (jam kerja, jumlah pekerja, produktivitas), serta kemudahan sistem, apakah akan lebih sederhana dibandingkan dengan sistem dan mekanisme jaminan sosial pada periode sebelumnya. Salah satu alasannya adalah sistem perlindungan sosial yang ada dipandang sudah tidak memadai dan terlalu rumit, sehingga banyak kelompok warga yang tertinggal (khususnya mereka yang menganggur, setengah menganggur, ibu rumah tangga, dan pekerja lepas). Dampaknya adalah kemiskinan dan ketimpangan. Pada tahun 1981, lembaga kajian ilmiah pemerintah Belanda bernama WRR, menerbitkan laporan perihal berbagai pilihan kebijakan yang perlu ditempuh oleh pemerintah. Salah satunya adalah Basic Income. Di masa lalu, sebuah kota di Kanada, Dauphin di Manitoba, telah menguji coba jaminan tunai ini, antara tahun 1974 dan 1979. Programnya disebut sebagai Mincome. Ekonom Kanada Evelin L. Forget dalam penelitiannya tahun 2011 “the Town with no Poverty” menemukan bahwa program itu berhasil menurunkan kemiskinan dan masalah lainnya. Memang terjadi dampak yaitu menurunnya jam kerja, namun hal ini lebih banyak ditemukan pada anak muda, yang ternyata mengalokasikan waktunya lebih untuk belajar atau bersekolah dan ibu rumah tangga, yang banyak memberikan waktunya untuk mengurus anak dan rumah tangga.