KUL II Rekayasa Pembakaran 2018 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAHAN BAKAR DAN BURNER(Lanjutan)



1



PRINSIP REAKSI-REAKSI PEMBAKARAN SEMBARANG BAHAN BAKAR C



+ O2



→ CO2



C



+ 1/2 O2



→ CO



CO + 1/2O2



→ CO2



H 2 + 1/2O2



→H2O



S



+



O2



→SO2



n n Cm Hn + m + O2 = mCO2 + H2 O 4 2



UDARA TEORITIS YANG DIPERLUKAN Basis massa 12 kg karbon memerlukan 32 kg oksigen untuk membentuk 44 kg karbon dioksida atau 8 11 1kg C + kgO2 → kgCO2 3



1kg C +



3



4 kgO2 3







7 kgCO 3



4 11 1kg CO + kgO2 → kg𝐶𝑂2 7 7 1kg 𝐻2 + 8kgO2 → 9kg𝐻2 𝑂 1kg S + 1 kgO2 → 2kg𝑆𝑂2 1kgCm Hn +



m + n/4 32 44m 9n kgO2 → kgCO2 + kgH2 O 12m + n 12m + n 12m + n 3



Basis mol 1kmol C + 1 k𝑚𝑜𝑙 O2 → 1𝑘𝑚𝑜𝑙 CO2 1kmol C +



1 k𝑚𝑜𝑙 2



O2 → 1kmol CO



1 1kmol CO + k𝑚𝑜𝑙 O2 → 1 k𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑂2 2 1 1kmol 𝐻2 + kg𝑚𝑜𝑙 → 1k𝑚𝑜𝑙 𝐻2 𝑂 2 1kmol S + 1 k𝑚𝑜𝑙 O2 → 2𝑘𝑚𝑜𝑙 𝑆𝑂2 n n 1kmol Cm Hn + m + 𝑘𝑚𝑜𝑙O2 = m kmol CO2 + kmol H2 O 4 2 4



Hitung volume minimum udara yang diperlukan untuk membakar 1 kg batubara yang mempunyai komposisi berat sebagai berikut: C= 72,4%, H2= 5,3 %, N2= 1,8 %, O2=8,5%, air =7,2 %, S= 0,9% dan abu= 3,9% 5



Spesifikasi minyak bakar dari analisis laboratorium disajikan dibawah ini:



Unsur Karbon Hidrogen Oksigen Nitrogen Sulfur H2O Abu GCV Bahan bakar



% berat 85,9 12 0,7 0,5 0,5 0,35 0,05 10880 kkal/kg



6



Unsur Berat



Molekul (kg / kg mol)



C



12



O2



32



H2



2



S



32



N2



28



CO2



44



SO2



64



H2 O



18



Dari data analisis dengan jumlah sampel minyak bakar 100 kg, maka reaksi kimianya adalah sebagai berikut: 7



C



+ O2



→ CO2



H 2 + 1/2O2 →H2O S



+



O2



→SO2



Unsur bahan bakar C + O2 → CO2 12 + 32 → 44 12 kg karbon memerlukan 32 kg oksigen membentuk 44 kg karbon dioksida, oleh karena itu, 1 kg karbon memerlukan 32/12 kg atau 2,67 kg oksigen



(85,9) C + (85,9 x 2,67) O2 →314,97 CO2 8



2H2 + O2 → 2H2O 4 + 32 → 36 4 kg hidrogen memerlukan 32 kg oksigen membentuk 36 kg air, oleh karena itu 1 kg hidrogen memerlukan 32/4 kg atau 8 kg oksigen.



(12) H2 + (12 x 8) O2 →(12 x 9 ) H2O S + O2 → SO2 32 + 32 → 64 9



32 kg sulfur memerlukan 32 kg oksigen membentuk 64 kg sulfur dioksida, oleh karena itu 1 kg sulfur memerlukan 32/32 kg atau 1 kg oksigen



(0,5) S + (0,5 x 1) O2 → 1,0 SO2 Oksigen total yang dibutuhkan = 325,57 kg (229,07+96+0,5) Oksigen yang sudah ada dalam 100 kg bahan bakar (ditentukan) = 0,7 kg



10



Oksigen tambahan yang diperlukan = 325,57 – 0,7 = 324,87 kg Jadi, jumlah udara kering yang diperlukan = (324,87) / 0,23 (udara mengandng 23% berat oksigen) = 1412,45 kg udara Udara teoritis yang diperlukan = (1412,45) / 100 = 14,12 kg udara/kg bahan bakar



Jadi, dari contoh diatas terlihat, untuk membakar setiap kg minyak bakar, diperlukan udara 14,12 kg.



11



Perhitungan kandungan CO2 teoritis dalam gas buang Sangat perlu untuk menghitung kandungan CO2 dalam gas buang, karena dapat digunakan untuk menghitung udara berlebih dalam gas buang. Sejumlah tertentu udara berlebih diperlukan untuk pembakaran sempurna minyak bakar, tetapi jika terlalu banyak udara berlebih dapat menyebabkan kehilangan panas dan terlalu sedikit udara berlebih dapat mengakibatkan pembakaran yang tidak sempurna. CO2 dalam gas buang dapat dihitung sebagai berikut:



Nitrogen dalam gas buang = 1412.45 – 324,87 = 1087,58 kg % volum CO2 teortis dalam gas buang dihitung seperti di bawah ini: Mol CO2 dalam gas buang = (314,97) / 44 = 7,16 Mol N2 dalam gas buang = (1087,58) / 28 = 38,84 Mol SO2 dalam gas buang = 1/64 = 0,016



% Volum CO2 teoritis = (MolCO2 x 100)/Mol Total (Kering) = (7,16 x 100) / (7,16 + 38,84 + 0,016) = 15,5%



Perhitungan unsur-unsur gas buang dengan udara berlebih Setelah diketahui kebutuhan udara teoritis dan kandungan CO2 teoritis dalam gas buang, langkah berikutnya adalah mengukur persen CO2 sebenarnya dalam gas buang. Pada perhitungan dibawah diasumsikan bahwa % CO2 terukur dalam gas buang adalah sebesar 10%. % Udara berlebih = [(% CO2 teoritis/CO2 sebenarnya) – 1] x 100 = [(15,5/10 – 1)] x 100 = 55% Udara teoritis yang diperlukan untuk 100 kg bahan bakar yang terbakar = 1412,45 kg Jumlah total pasokan udara yang diperlukan dengan udara berlebih 55% = 1412,45 x 1,55 = 2189,30 kg 13



Jumlah udara berlebih (udara berlebih nyata - teoritis) = 2189,30 – 1412,45 = 776,85 O2 (23%) = 776,85 x 0,23 = 178,68 kg N2 (77%) = 776,85 – 178,68 = 598,17 kg Jumlah kandungan akhir unsur gas buang dengan udara berlebih 55% untuk setiap 100 kg bahan bakar adalah sebagai berikut: CO2 = 314,97 kg H2O = 108,00 kg SO2 = 1 kg O2 = 178,68 kg N2 = 1685,75 kg (= 1087,58 dalam udara + 598,17 dalam udara berlebih)



14



Perhitungan % volum CO2 teoritis dalam gas buang kering Setelah didapat hasil perhitungan jumlah unsur dalam satuan berat, kemudian dapat dihitung jumlah unsur berdasarkan satuan volum sebagai berikut: Mol CO2 dalam gas buang = 314,97 / 44 = 7,16 Mol SO2 dalam gas buang = 1/64 = 0,016 Mol O2 dalam gas buang = 178,68 / 32 = 5,58 Mol N2 dalam gas buang = 1685,75 / 28 = 60,20 % volum CO2 teoritis = (Mol CO2 x 100) / mol total (kering) = (7,16 x 100) / (7,16 + 0,016 + 5,58 + 60,20) = 10% % volum O2 teoritis = (5,58 x 100) / 72,956 = 7,5%



15



Konsep Udara Berlebih Untuk pembakaran yang optimum, jumlah udara pembakaran yang sesungguhnya harus lebih besar daripada yang dibutuhkan secara teoritis. Bagian dari gas buang mengandung udara murni, yaitu udara berlebih yang ikut dipanaskan hingga mencapai suhu gas buang dan meninggalkan boiler melalui cerobong. Analisis kimia gas-gas merupakan metode objektif yang dapat membantu untuk mengontrol udara dengan lebih baik. Dengan mengukur CO2 atau O2 dalam gas buang (menggunakan peralatan pencatat kontinyu atau peralatan Orsat atau beberapa peralatan portable yang murah) kandungan udara berlebih dan kehilangan di cerobong dapat diperkirakan. Udara berlebih yang dibutuhkan tergantung pada jenis bahan dan sistim pembakarannya. 16



Cara yang lebih cepat untuk menghitung udara berlebih adalah dengan menggunakan grafik-grafik, setelah persen CO2 atau O2 dalam gas buang diukur.



Hubungan antara CO2 & Udara Berlebih 17



Hubungan antara oksigen sisa dan udara berlebih



18



Sistim Draft Fungsi draft dalam sistim pembakaran adalah untuk membuang produk pembakaran, yaitu gas buang, ke atmosfir. Draft dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu Natural draft dan Mechanical draft.



Natural draft Natural draft merupakan draft yang dihasilkan oleh cerobong. Hal ini diakibatkan oleh perbedaan berat antara kolom gas panas dibagian dalam cerobong dan kolom udara luar dengan berat dan luas permukaan yang sama. Karena lebih ringan dari udara luar, gas buang cerobong cenderung naik, dan udara luar yang lebih berat mengalir melalui terowongan abu memasuki ruangan menggantikan tempat gas buang yang naik. Draft biasanya dikontrol oleh damper yang dioperasikan secara manual yang menghubungkan boiler dengan cerobong. Tidak digunakan fan atau blower pada sistim ini. Gas hasil pembakaran dibuang pada ketinggian tertentu, 19 sehingga tidak mengganggu masyarakat sekitar.



Mechanical draft Merupakan draft buatan yang dihasilkan oleh fan. Tiga jenis dasar draft yang digunakan adalah: • Balanced draft: Fan (blower) forced-draft (F-D) mendorong udara menuju tungku dan sebuah fan induksi draft (I-D) membuang gas ke cerobong, sehingga menyediakan draft untuk membuang gas dari boiler. Tekanan dijaga antara 0,05 hingga 0,10 inci air di bawah tekanan atmosfir pada boiler dan sedikit positif untuk memanaskan ulang dan pada perlakuan panas tungku. • Induced draft: Fan induksi draft menarik draft yang cukup untuk mengalir menuju tungku, sehingga hasil pembakaran dapat terbuang ke atmosfir. Tekanan udara tungku dijaga pada tekanan sedikit negatif dibawah tekanan atmosfir sehingga udara pembakaran mengalir melalui sistim. • Forced draft: Sistim forced draft menggunakan sebuah fan untuk mengalirkan udara ke tungku, memaksa hasil pembakaran mengalir melalui unit dan kemudian naik ke cerobong.



20



EFISIENSI ENERGI Efisiensi energi dalam pembakaran bahan bakar 1. Pemanasan awal Minyak Bakar Viskositas minyak bakar dan LSHS (Low Sulphur Heavy Stock) meningkat dengan berkurangnya suhu, yang dapat menyulitkan pemompaan minyak. Pada suhu ambien yang rendah (dibawah suhu 25 0C), minyak bakar tidak dapat dipompa dengan mudah. Untuk mengcegah terjadinya hal ini, dilakukan pemanasan awal minyak bakar dengan dua cara: • Memanaskan seluruh tangki. Dalam pemanasan dalam jumlah besar (bulk heating) ini, kumparan steam ditempatkan dibagian bawah tangki, yang keseluruhannya diisolasi; • Minyak dapat juga dipanaskan pada saat dialirkan dengan menggunakan pemanas yang mengalir. Untuk mengurangi kebutuhan steam, tangki sebaiknya diisolasi. Pemanasan dalam jumlah besara diperlukan jika laju aliran cukup tinggi, sehingga penggunakan pemanas yang mengalir tidak mencukupi, atau bila bahan bakar seperti LSHS digunakan. Jika digunakan pemanasan yang mengalir, hanya untuk minyak bakar, dilakukan pada saat minyak bakar keluar dari tangki sampai pada suhu pemompaan. Pemanas mengalir pada dasarnya merupakan sebuah penukar panas dengan steam atau listrik sebagai media 21 pemanasnya.



2 .Kontrol suhu minyak bakar Kontrol suhu termostatis minyak bakar diperlukan untuk mencegah terjadinya pemanasan berlebihan, terutama jika aliran minyak berkurang atau berhenti. Hal ini penting untuk pemanas listrik, karena minyak dapat terkarbonisasi jika aliran sangat berkurang tetapi pemanasnya tetap hidup. Termostat harus ditempatkan pada daerah aliran minyak bakar sebelum pipa pengisapan. Suhu pemompaan minyak bakar tergantung pada jenis minyak bakar yang akan dialirkan. Minyak bakar tidak boleh disimpan pada suhu diatas yang diperlukan untuk pemompaan, karena akan menyebabkan konsumsi energi yang lebih tinggi. Persiapan Bahan Bakar Padat 1. Penggilingan Batubara Ukuran batubara yang benar merupakan salah satu kunci yang menjamin pembakaran yang efisien. Ukuran batubara yang tepat, sesuai dengan sistim pembakaran yang digunakan, dapat membantu pembakaran, mengurangi kehilangan abu dan efisiensi pembakaran yang lebih baik. Ukuran batubara diperkecil dengan penggilingan/crushing dan penghancuran/pulverizing. Penggilingan awal batubara ekonomis digunakan untuk unit yang lebih kecil, terutama untuk unit stoker-fired. Pada sistim handling batubara, penggilingan dilakukan untuk batubara dengan ukuran diatas 6 atau 4 mm. Peralatan yang umum digunakan untuk penggilingan adalah rotary breaker, roll crusher dan hammer mill.



22



Sebelum penggilingan, batubara sebaiknya diayak terlebih dahulu, sehingga hanya batubara yang kelebihan ukuran yang diumpankan ke penggiling, sehingga dapat mengurangi konsumsi daya pada alat penggiling. Hal-hal praktis yang direkomendasikan pada penggilingan batubara adalah: • Penggunaan ayakan untuk memisahkan partikel kecil dan halus untuk menghindarkan terbentuknya partikel yang sangat halus pada penggilingan. • Penggunaan pemisah magnetis untuk memisahkan potongan besi dalam batubara yang dapat merusak alat penggiling. Ukuran batubara yang tepat untuk berbagai jenis sistim pembakaran



23



Pengkondisian Batubara Batubara yang halus menjadi masalah dalam pembakaran karena efek segregasi/ pemisahannya. Terpisahnya partikel halus dari batubara yang lebih besar dapat diperkecil dengan mengkondisikannya dengan air. Air membantu partikel halus menempel pada bongkahan yang lebih besar disebabkan tekanan permukaan air, sehingga mencegah partikel halus jatuh melalui kisikisi atau dibawa oleh draft tungku. Dalam melakukan pengkondisian ini, harus dijaga supaya penambahan airnya merata dan lebih baik dilakukan pada saat batubara di-alirkan atau dijatuhkan. Jika persentase partikel halus dalam batubara sangat tinggi, pembasahan batubara dapat menurunkan persentase karbon yang tidak terbakar dan udara berlebih yang diperlukan untuk pembakaran. Tabel dibawah memperlihatkan tingkat pembasahan, tergantung pada persentase kehalusan batubara. Tingkat pembasahan: kehalusan vs kadar air pada permukaan batubara



24



Pencampuran batubara Dalam hal batubara mengandung partikel halus yang berlebihan, disarankan untuk mencampur bongkahan batubara dengan batubara yang kehalusannya berlebihan, sehingga dapat membantu membatasi tingkat kehalusan pada batubara yang dibakar tidak lebih dari 25%. Pencampuran berbagai kualitas batubara dapat juga membantu pasokan umpan batubara yang seragam ke boiler.



Pengontrolan Pembakaran Pengontrolan pembakaran membantu burner dalam mengatur pasokan bahan bakar, pasokan udara, (rasio bahan bakar terhadap udara), dan menghilangkan gas-gas pembakaran untuk mencapai efisiensi boiler yang optimum. Jumlah bahan bakar yang dipasok ke burner harus sebanding dengan tekanan dan jumlah steam yang diperlukan. Pengontrolan pembakaran juga diperlukan sebagai alat keamanan untuk menjamin bahwa boiler beroperasi dengan aman.



25



Berbagai jenis pengontrol pembakaran yang digunakan adalah: •Pengontrol Hidup/Mati(On/Off): Pengontrol yang paling sederhana, kontrol ON/OFF berarti bahwa burner bekerja pada kecepatan penuh atau OFF. Jenis pengontrol ini terbatas untuk boiler kecil. •Pengontrol tinggi/rendah/ mati (high/low/off): Sistim TINGGI/RENDAH/MATI sedikit lebih rumit, dimana burner memiliki dua laju pembakaran. Burner dapat beroperasi pada laju pembakaran lebih lambat atau dapat dialihkan ke pembakaran penuh sesuai keperluan. Burner dapat juga kembali pada posisi pembakaran rendah pada saat beban berkurang. Pengontrol ini cocok utuk boiler berukuran sedang. •Pengontrol modulasi: Pengontrol modulasi bekerja pada prinsip untuk menyesuaikan kebutuhan tekanan steam dengan cara mengubah laju pembakaran pada seluruh operasi boiler. Motor-motor modulasi menggunakan hubungan mekanis konvensional atau katup listrik untuk mengatur udara primer, udara sekunder, dan bahan bakar yang dipasok ke burner. Modulasi penuh berarti bahwa boiler sedang melakukan pembakaran, dan bahan bakar dan udara secara hati- hati disesuaikan sesuai kebutuhan pembakaran untuk memaksimalkan effesieni termal.



26



PENGERTIAN BURNER DAN API 1 Pengertian Burner secara Kata • Padanan kata burner dalam bahasa Indonesia belum ditemukan yang memberikan memberi pengertian yang sama. • Berdasar kata asli dari bahasa Inggris yaitu burner yang dibentuk oleh kata burn dan akhiran er • To Burn mempunyai arti membakar dan er menunjukan artinya sebagai pelaksana sehingga secara kata burner diartikan alat yang mewujudkan peristiwa membakar sesuatu



27



2 Pengertian Burner secara Teknologi • Peristiwa yang dilangsungkan oleh burner adalah peristiwa pembakaran (combustion) • Peristiwa pembakaran merupakan reaksi antara bahan bakar (fuel) dan oksidator yang umunya digunakan di industri adalah udara (air) • Reaksi pembakaran menghasilkan panas yang diwujudkan dalam bentuk temperatur gas hasil bakar tinggi di atas 800 oC • Gas hasil bakar atau zona reaksi pembakaran dihasilkan dalam bentuk volume yang mempunyai warna yang memijar (warna oranye atau kuning biru) yang disebut lidah api atau flame • Burner secara teknologi didefinisikan sebagai sebuah alat perwujudan, pelokasian, pembentuk dan penahanan flame 28



3. Fungsi Burner • Mencampurkan pasokan bahan bakar dan udara • Mewujudkan terjadinya reaksi pembakaran antara bahan bakar dengan udara untuk memenuhi kriteria fungsi dan lingkungan • Menjaga api (flame) yang terbentuk stabil • Menciptakan karakteristik api yang diperlukan • Mendistribusikan panas pembakaran sesuai dengan karakteristik perpindahan panas yang diinginkan



29



4 Kelengkapan Burner • Perangkat pemasokan dan pendistribusian udara untuk pencampuran yang baik dengan bahan bakar • Perangkat pemasokan dan pendistribusian bahan bakar untuk mendapatkan pencampuran yang baik dengan udara • Perangkat pemulaan pengapian (Ignitor) • Sumber api yang kontinu (pilot flame) • Ruang/alat penambatan api untuk mendapatkan api yang stabil • Ruang penciptaan pencampuran bahan bakar dan udara untuk menghasilkan karakteris api yang diinginkan • Alat monitoring api (nyala atau mati)



30



5 .Konsideran pada Operasi dan Perancangan Burner Geometri dan ukuran burner ditentukan oleh faktor-faktor yang menjadi konsideran ,sehingga burner berfungsi sesuai dengan keperluan proses.



Faktor-faktor konsideran tersebut adalah: 1. Metoda pencampuran bahan bakar dan udara yaitu dengan (a) pencampuran sempurna sebelum terjadi reaksi pembakaran (premixed), menghasilkan premixed flame, Gb.1, dan, (b)pencampuran diikuti langsung dengan reaksi pembakaran menghasilkan diffusion flame, Gb.2. 2. Fasa bahan bakar berupa gas, cair atau padat yang memerlukan teknik pendistribusian bahan bakar yang berbeda menghasilkan rancangan burner berbeda pula 31



Gambar 1. Api dari pembakaran pra campur udara dan bahan bakar gas



32



Gambar 2 . Api dari pembakaran campur pada burner (api difusi) udara dan bahan bakar gas



33



4. Ruang keberadaan api dari burner yang dapat pada (a) ruang terbuka tanpa dinding menghasilkan api dalam ruang bebas (b) ruang tertutup dibatasi dinding menghasilkan api terkungkung 5. Panjang api yang diiinginkan akan memberikan burner dengan flame pendek atau api panjang 6. Aplikasi burner untuk industri atau domestik 7. Susunan api yang memberikan klasifikasi burner flame tunggal atau flame jamak dalam bentuk matrik seperti matrik burner 8. Bentuk flame berupa burner api selinder, api lebar dan tipis 9. Operasi dan perancangan burner dikendalikan oleh fenomena pembakaran bahan bakar dan fenomena pembakaran bergantung pada jenis bahan bakar 34



6 .API (FLAME)



A. Pengertian Api • Api (flame) didifinisikan sebagai volume gas panas hasil dari reaksi pembakaran yang secara visual teramati permukaan batas volume dengan lingkungannya atas perbedaan warna seperti kuning, kemerah-merahan atau biru, Gb. 1 • Warna api terekam oleh mata karena gas ini pada temperatur tinggi memancarkan sinar pada panjang gelombang tampak dari infra red ke ultra violet • Warna kuning kemerah-merahkan dihasilkan oleh pancaran sinar oleh partikel padat bertemperatur tinggi • Warna biru dihasilkan sinar radiasi radikal-radikal gas pada temperatur tinggi



35



Gambar 1.a Bentuk visual api warna kuning kemerahan 36



Gambar 1.a Bentuk visual api warna biru



37



Gambar 1.c Api biru pembakaran gas alam dari burner 38



Gambar 1.d Api kuning kemerahan pembakaran minyak bumi dari burner 39



Gambar 1d Api kemerahan pembakaran batubara burner pulvirasi 40



Kejadian api • Api terbentuk dari pembakaran gas • Pembakaran padatan yang tidak mengandung bahan bakar yang bisa menguap maka pembakaran hanya menghasilkan penyalaan pada permukaan yang disebut pembaraan • Pembakaran batubara yang halus pada permukaan juga terjadi pembaraan tetapi partikel-partikel itu bergerak seperti fluida, sehingga volume gas yang memancarkan cahaya terbentuk berupa flame juga. •Keberadaan api yang terlihat secara visual mengindikasikan bahwa temperatur dalam flame lebih tinggi dari luar flame • Flame yang tidak kelihatan secara visual karena perbedaan warna dengan lingkungan sekeliling sangat sedikit disebut pembakaran flameless, Gb. 2 dan Gb. 3



41



Gambar 3 – Kondisi berapi, flame, (a) dan flameless (b) bahan bakar gas alam



42



Gambar 3 – Deskripsi kondisi berapi, flame, dan flameless 43



Gambar 4 – Kondisi berapi, flame, (a) dan flameless (b) bahan bakar minyak residu 44



DEFINISI TERMINOLOGI TERKAIT DENGAN BURNER Pemahaman dasar-dasar dan teknologi burner sangat dibantu kalau terminologi yang sering digunakan diketahui. Terminologi antara lain diberikan dan didifinisikan pada Tabel 1. Terminologi itu tetap ditulis dalam bahasa Inggris dan diartikan dalam bahasa Indonesia. Tabel 1 Definisi Terminologi Terkait dengan Burner



45



46



47



48



49



50



51



52



53



VARIASI BURNER KOMERSIAL DAN KINERJANYA



Kriteria Kinerja Burner Komersial • turndown ratio (TR), • pilot flame yang baik, • pembersihan yang mudah, • sedikit penyumbatan, • flame yang simetris, • bahan yang bagus, tahan lama, • emisi NOx yang rendah



54



Gambar Contoh penggunan burner untuk boiler tube



55



Contoh-contoh burner komersial dan kinerjanya • Beberapa burner komersial secara fisik diberikan dalam contoh-contoh berikut • Gambar yang diberikan hanya diberikan secara sekilas bukan secara detail • Sistem pembakaran harus mengikuti sistem pembakaran yang ditetapkan untuk burner apakah sistem premix atau sistem diffusion flame atau nozzle mixing flame



56



BURNERS/PREMIX... Untuk pemanasan radiasi tanpa api menabrak material yang dipanaskan



BURNER- Petrochemical Tanpa blok ceramic. Mudah penempatan pada dinding furnace. Perawatan dilakukan tanpa mematikan furnace.Cepat dalam penanggulangan masalah ignitasi. Tipe flame Nozzle mixing untuk mememberikan turndown ratio yang lebar. 57



BURNERS/PREMIX... Ukuran dari 100,000 Btu/hr.ke 4,000,000 Btu/hr.



BURNERS/PREMIX... Untuk pemanasan area tertentu. Ukuran dari 2,100 ke 58,000 Btu/hr.



58



BURNERS/PREMIX... Dapat dipasang pada posisi yang diinginkan tanpa memerlukan tempat khusus. .



SUPERHEAT BURNERS/PREMIX... Menghasilkan panas sampai tingkat temperatur 3000° F (1650° C) dan kecepatan 2500 fps (760 m/sec.). Ukuran 2,000 to 75,000 Btu/hr.



59



MULTI-PORT BURNERS/PREMIX... Menghasilkan flame yang datar pada ujung selinder. Kapasitas pembakaran 3,000 to 100,000 Btu/hr.



1. Ruang bakar secara internal sangat unik untuk flame yang stabil 2. Kinerja stabil pada rentang operasi yang lebar 3. Penyalaan yang sangat cepat 4. Unggul dari burner-burner yang sekelas 5. Cocok untuk produksi seperti pada Annealing, Hardening, Fire Polishing dan lain-lain



60



ULTRA LOW NOx INSPRATOR BURNERS



1. Memberikan bentuk flame datar untuk pemanasan merata 2. Cocok untuk furnace dengan bata tahan api dan ceramic fiber yang ketebalan bervariasi 3. Mudah untuk pemasangan pada furnace baru atau lama untuk penggantian 4. Burner dapat dipasok dengan silencers 5. Secara komersial terbukti pada operasi hari per hari 6. Keandalan tinggi 61



Ultra low NOx Air Staged Burner Burner ini dapat digunakan untuk mengontrol temperatur flame dengan baik, sehingga emisi Nox yang dihasilkan cukup rendah,kurang dari 0,1 lb/million, : Pengontrolan temperatur flame dilakukan dengan cara: 1. Optimisasi pencampuran antara gas cerobong dengan bahan bakar dan udara 2. Pencampuran antara udara pembakar dengan fuel secara bertingkat



62



63



Hot/Cold Air- Combination Fuel Oil & Gas • Aplikasi untuk furnace recuperative • Konstruksi dari stainless steel • Pengendalian bentuk flame dari orifice gas yang bisa disetel • Atomisasi minyak dengan udara atau steam 40 psig (2.76 bars) • Berkemampuan menciptakan bentuk flame yang bervariasi • Udara dengan pemanasan awal untuk menghemat bahan bakar sampai 45 % • Udara yang dapat disetel untuk pengaturan bentuk flame



64



Hot Air Burner Kemampuan: 1. Pembakaran pada kondisi lean hingga rich 2. Rentang kapasitas nominal antara 70000 ton hingga 3.5 MM 3. Kapasitas dapat disesuaikan untuk aplikasi yang spesifik 4. Dilengkapi dengan flame monitor 5. Mampu menangani berbagai jenis bahan bakar, mulai dari gas alam, LP gas, low Btu mixed gas dan minyak distilat.



65



Steam Burner • Tersedia dalam beragam jenis untuk berbagai aplikasi, termasuk burner rendah NOx, burner dengan ekses udara rendah, burner untuk gas dengan Btu rendah, burner untuk start up pada fluidized bed boiler. • Burner ini dapat meningkatkan efisiensi sistem pembakaran,dan sedikit menghasilkan polutan



66



67



High Velocity Gas Burner Kapasitas 375,000 - 3.1MBtu/hr Burner berkecepatan tinggi untuk berbagai gas industri bekerja dengan menggunakan udara pre-heat pada 800F. menggunakan sistem direct spark ignition



KLNG Ultra Low NOx Gas Burner Kapasitas 250,000 - 2.3MBtu/hr Burner berkecepatan tinggi untuk berbagai gas industri menggunakan sistem teknologi untuk mereduksi Nox yang telah dipatenkan menggunakan sistem direct spark ignition



68



Super Velocity Long-Nose Gas Burner Kapasitas 100,000 - 780,000Btu/hr Burner berkecepatan tinggi untuk berbagai gas industri Menggunakan ekstensi (11’-52’) berbahan Alumina/silikon Mempunya tube firing komposit menggunakan sistem direct spark ignition



Silicon Super Velocity Gas Burner Kapasitas 100,000 - 2.5MBtu/hr. Burner berkecepatan tinggi untuk berbagai gas Industri menggunakan sistem direct spark ignition



69



Analisa Orsat Digunakan untuk analisa gas buang: CO, CO2, O2 Prinsip: Menyerap komponen gas secara bergantian melalui penyerap komponen gas tertentu. Gas CO2 diserap dengan larutan kalium hiroksida Gas O2 diserap dengan larutan pirogalol alkalis/ potassium pirogalol Gas CO diserap dengan larutan kupro klorida (Cuprous Chloride) Bagian gas yang tidak terserap adalah nitrogen.



71