Kultum Sains [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Al-Quran sebagai Kitab Sains Terbesar Peradaban manusia sebagai makhluk penghuni bumi tidaklah statis, melainkan berjalan dinamis dinamis dan akan terus berkembang. Manusia sebagai satu-satunya makhluk yang dibekali akal pikiran yang dengannya mampu merubah setiap peradaban tersebut. Salah satu pemicu berubahnya peradaban manusia adalah kemajuan sains dan teknologi. Tidak dapat dipungkiri bahwa di abad ke-20 teknologi dan sains mendominasi segala lini kehidupan. Di abad ini pula sering disebut sebagai era globalisasi karena kemajuan sains dan teknologinya. Namun, yang sangat menarik pada abad ini adalah ditemukannya fakta-fakta kebenaran ayat-ayat Al-Quran dalam membicarakan sains. Tentu sangat mengejutkan para ilmuwan di abad ini, hasil penelitian mereka yang luar biasa ternyata sudah dibicarakan dalam Al-Quran yang turun beratus-ratus abad yang lalu. Sehingga, banyak dari mereka yang masuk islam (berkat hidayah Allah SWT). Hal ini membuktikan bahwa Al-quran bukanlah buku otobiografi seperti yang dikatakan penulis artikel tentang Evangile (Injil) dalam Encyclopedia Universalis, jilid VI.[1] Di dalam Al-Quran, Allah memerintahkan umat manusia untuk memikirkan, menyelidiki dan merenungkan, penciptaan langit, bumi, gunung-gunung, bintang-bintang-bintang, tumbuhan, benih, binatang, pergantian siang dan malam, manusia, hujan dan pelbagai ciptaan lainnya. Dengan mencermati semua ini, manusia akan semakin menyadari cita seni ciptaan Allah di dunia sekelilingnya, dan pada akhirnya dapat mengenali Penciptanya, yang telah menciptakan seluruh alam semesta beserta segala isinya dari ketiadaan.[2] Gaya Al-Quran yang tidak tertandingi dan kebijaksanaannya yang luar biasa merupakan bukti yang pasti bahwa ini merupakan firman Allah. Di samping itu, Al-Quran mempunyai banyak ciri-ciri mukjizat yang membuktikan bahwa ini merupakan wahyu dari Allah SWT. Salah satu ciri-ciri tersebut adalah fakta bahwa kebenaran ilmiah yang baru kita ungkapkan dengan teknologi abad ke-20 dinyatakan dalam Al-Quran 1.400 tahun yang lalu.[3] Saintis kontemporer semakin meyakini akan kebenaran Al-Quran. Setiap penemuan yang dihasilkan selalu berkorelasi dengan apa yang disampaikan di dalam ayat-ayat Al-Quran. adapun hasil riset yang pernah mereka ungkapkan terkait kebenaran sains dalam al-quran adalah Teori bigbang (Q.S surat al-anbiya : 30), Expanding Universe (Q.S Adz-zariyaat : 47), orbit (Q.S Al-anbiya : 33), lapisan Atmosfer (Q. S Al-fussilat : 12), Relativitas waktu (Q.S Al-hajj :47, As-Sajdah : 5, Al-Ma’arij : 4) dan lain sebagainya. Dengan berbagai landasan yang diuraikan di atas, maka sangat menarik jika mendiskusikan diskursus mengenai Al-Quran sebagai kitab sains terbesar. Dengan demikian maka dalam makalah ini hanya dibatasi oleh dua permasalahan. Pertama, apakah bukti yang diungkapkan Al-Quran sebagai kitab sains ?.kedua, Apakah dengan bukti yang diungkapkan, Al-Quran dapat dikatakan sebagai kitab sains ?. Pembahasan A. Beberapa Penemuan Ilmiah yang Menjadi Bukti Kebenaran Al-Quran 1.400 abad tahun yang lalu Al-Quran diturunkan kepada nabi Muhammad SAW sebagai mukjizat terbesarnya. Dalam konteks sains sebab Al-Quran diturunkan tidaklah terlepas dari konteks masyarakat Arab yang mempunyai banyak takhayul dan kepercayaan yang tidak berdasar menyangkut masalah-masalah ilmu pengetahuan. Karena kekurangan teknologi untuk menyelidiki jagad raya dan alam. Namun, semua takhayul kepercayaan masyarakat Arab ini dihilangkan oleh datangnya Al-Quran. Kemudian di abad ke-20 seiring dengan berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan, para saintis mengungkapkan fakta-fakta kebenaran Al-Quran terkait dengan ilmu pengetahuan. Adapun beberapa fakta-fakta tersebut adalah sebagai berikut:



1.



Big-Bang (pembentukan alam semesta)



Informasi yang diberikan Al-Quran ini sepenuhnya sesuai dengan temuan sains masa kini. Kesimpulan yang dicapai astrofisika saat ini adalah bahwa seluruh alam semesta, bersamaan dengan dimensi materi dan waktu muncul sebagai akibat dari ledakan besar yang terjadi dalam ketiadaan waktu. Peristiwa ini, yang dikenal sebagai “Big Bang”, membuktikan bahwa alam semesta telah diciptakan dari ketiadaan sebagai hasil ledakan satu titik tunggal. Kalangan ilmiah modern sependapat bahwa “Big Bang” adalah satu-satunya penjelasan masuk akal yang dapat dibuktikan untuk permulaan dan pembentukan alam semesta.[4] Berdasarkan teori ‘Big Bang’, seluruh alam semesta pada awalnya dalam satu massa yang besar (Nebula Primer). Lalu ada ‘Big Bang’ (Pemisahan Sekunder) yang menghasilkan pembentukan galaksi. Kemudian galaksi ini terbagi untuk membentuk bintang, planet, matahari, bulan dan lain-lain. Al-Quran mengandung ayat yang berikut ini menjelaskan asal alam semesta :[5] ƒ Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, Kemudian kami pisahkan antara keduanya. dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman? (Q.S. Al-anbiyya : 30)



2.



Expanding Universe (Perluasan alam semesta)[6]



Di dalam Al-Quran yang diwahyukan 14 abad yang lalu, ketika ilmu pengetahuan astronomi masih primitif, perluasan jagad raya digambarkan seperti ini: Dan langit itu kami bangun dengan kekuasaan (kami) dan Sesungguhnya kami benar-benar berkuasa (Q.S Adzdzariyat : 47) Kata langit sebagaimana yang dinyatakan dalam ayat ini, digunakan di berbagai tempat dalam Al-Quran dengan arti ruang dan jagad raya. Sekali lagi di sini, kata tersebut digunakan dalam arti ini. Dengan kata lain, di dalam AlQuran diwahyukan bahwa jagad raya ini “berkembang”. Dan ini merupakan kesimpulan sebenarnya yang telah dicapai oleh ilmu pengetahuan sekarang. Sampai awal abad 20, satu-satunya pandangan yang berlaku di dunia ilmu pengetahuan adalah bahwa “jagad raya mempunyai sifat yang konstan dan telah ada sejak waktu yang tidak terbatas”. Tetapi riset, pengamataan dan perhitungan yang dilakukan dengan teknologi modern, telah mengungkapkan bahwa jagad raya sebenarnya telah dimulai diciptakan terus menerus “berkembang”. 3.



Lapisan Atmosfer



Salah satu fakta mengenai jagad raya yang terungkap di dalam ayat-ayat Al-Quran adalah bahwa langit terdiri dari tujuh lapisan.



Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu (Q.S Al-Baqarah : 29) Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. (Q.S Al-Fushilat :12) Kata “langit” yang muncul dalam banyak ayat Al-Quran, digunakan untuk merujuk kepada langit di atas bumu, maupun keseluruhan jagad raya. Dengan arti kata lain, dilihat bahwa langit bumi atau atmosfer, terdiri dari tujuh



lapisan. Bahkan sekaran gdiketahui bahwa atmosfer baru terdiri dari berbagai lapisan yang terletak di ata satu sama lain. Di samping itu, atmosfer ini sama seperti yang digambarkan Al-Quran. persis tujuh lapisan.[7] Dalam sebuah sumber ilmiah, hal ini diuraikan sebagai berikut:[8] Ilmuwan telah menemukan bahwa atmosfer terdiri dari beberapa lapisan... setiap lapisan memiliki sifat fisik berbeda seperti tekanan dan jenis gas ... setiap lapisan atmosfer terdekat dengan bumi disebut TROPOSFER yang mengandung sekitar 90% massa total atmosfer... lapisan di atas troposfer disebut STRATOSFER ... LAPISAN OZON adalah bagian dari strafosfer desebut MESOSFER.. TERMOSFER berada di atas mesosfer ... Gas terionisasi yang membentuk lapisan di dalam termosfer disebut IONOSFER... Bagian terluar atmosfer bumi dimulai dari ketinggian sekitar 480 km hingga 960 km. Bagian ini disebut EKSOSFER. Jika kita menghitung jumlah lapisan yang disebutkan sumber ini, kita lihat bahwa atmosfer terdiri tepat tujuh lapisan, sebagaimana dinyatakan dalam ayat di atas : 1.



Troposfer



2.



Stratosfer



3.



Ozonosfer



4.



Mesosfer



5.



Termosfer



6.



Ionosfer



7.



Eksosfer



Keajaiban penting lainnya dalam hal ini desebutkan dalam pernyataan “..dan Dia mewahyukan tiap-tiap langit urusannya”, pada ayat ke-12 Surat Fushilat. Dangan kata lain, dalam ayat tersebut, Allah menyatakan bahwa Dia memberi setiap lapisan tugas-tugas sendiri-sendiri. Riset telah mengungkapkan bahwa lapisan-lapisan atmosfer memmpunyai fungsi mengembalikan material atau sinar yang melingkari bumi. Troposfer, 13-15 kilometer diatas bumi, memungkinkan uap air naik dari permukaan bumi untuk dikondensasikan dan dikembalikan ke bumi sebagai hujan.[9] Lapisan Ozon, pada ketinggian 25 km, mengembalikan sinar kosmis dan sinar ultraviolet yang berbahaya ke angkasa. Ionosfer memantulkan siaran gelombang radio dari bumi kembali ke pelbagai tempat lain di bumi, menyerupai satelit komunikasi pasif, dan dengan demikian memungkinkan komunikasi tanpa kabel, siaran radio dan televisi jarak jauh. Lapisan magnestosfer memantulkan partikel radioaktif berbahaya yang dipancarkan maahari dan bintang lain kembali ke ruang angkasa sebelum menjangkau bumi. 4.



Identitas Pada Sidik Jari[10]



Ketika dikatakan dalam Al-Quran bahwa mudah bagi Allah untuk menghidupkan manusia setelah kematian :ditekankan Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna. (Q.S. Al-Qiyamah : 4) Penekanan pada sidik jari memiliki makna sangat khusus, karena sidik jari setiap orang unik bagi dirinya sendiri. Setiap orang yang hidup atau pernah hidup di dunia ini memiliki serangkaian sidik jari yang unik. Itulah sebabnya sidik jari diterima sebagai bukti indentitas yang sangat penting bagi pemiliknya dan digunakan untuk tujuan ini di seluruh penjuru dunia. Namun, yang penting adalah bahwa keunikan sidik jari ini baru ditemukan di akhir abad



ke-19. Sebelumnya orang menganggap sidik jari sebagai lekungan-lekungan biasa tanpa makna khusus. Tetapi dalam Al-Quran, Allah menunjuk sidik jari, yang sedikitpun tidak menarik perhatian orang waktu itu, dan mengarahkan perhatian kita pada arti penting sidik jari, yang baru mampu dipahami di masa kini.



5.



Relativitas Waktu[11]



Relativitas waktu merupakan fakta ilmiah yang sudah terbukti. Ini diungkapkan oleh teori Einstein mengenai relativitas pada tahun-tahun abad ke 20. Sampai saat itu, orang tidak mengetahui bahwa waktu merupakan konsep yang relatif, dan dia bisa berubah sesuai dengan perkembangan lingkungan. Tetapi, ilmuwan besar Albert Einstein secara terbuka membuktikan fakta ini dengan teori relativitas. Dia menunjukkan bahwa waktu tergantung pada massa dan kecepatan. Di dalam sejarah kemanusiaan, tidak ada yang pernah mengungkapkan fakta ini dengan jelas sebelumnya. Tetapi, dengan suatu pengecualian, Al-Quran memasukkan informasi mengenai waktu itu relatif. Beberapa ayat mengenai topik ini berbunyi:



Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janjiNya. Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu. (Q.S. Al-hajj:47)



Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu. (Q.S. As.Sajdah :5)



Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun. (Al-Ma’arij:4)



Di dalam beberapa ayat ditunjukkan bahwa orang mempersepsikan waktu secara berbeda dan kadang-kadang orang mempersepsikan waktu yang sangat pendek sebagai sangat panjang. Percakapan yang berikut ini dari orang-orang yang terjadi ketika hari pengadilan di akhirat merupakan contoh yang baik. “Allah bertanya: “Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi? Mereka menjawab: “kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung! Allah berfirman : “kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentaar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui !” (Q.S Al-Hajj: 112-114).



Fakta bahwa relativitas waktu disebutkan begitu jelas dalam Al-Quran, yang mulai diwahyukan pada tahun 610, merupakan bukti lain bahwa ini merupakan kitab suci.



6.



Angin Yang Mengawinkan



Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya. (Q.S Al-Hijr: 22) kata bahasa arab yang digunakan disini adalah “lawaqih”, yang berarti bentuk jamak dari kata “laqih” dari asal kata “laqaha”, yang berarti untuk menghamili atau mengawinkan. Dalam konteks ini, menghamili berarti bahwa angin mendorong awan bersama-sama meningkatkan kondensasi yang menyebabkan petir dan juga hujan. Penjelasan yang sama ditemukan dalam Al-Quran:



Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan ke luar dari celahcelahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya tiba-tiba mereka menjadi gembira. (Q.S Ar-Rum:48)



Penjelasan Al-Quran benar-benar akurat dan dengan sempurna sesuai dengan data-data hidrologi modern. Fungsi mengkawinkan dari angin ini terjadi dengan cara berikut: Di atas permukaan laut dan samudera, gelembung udara yang tak terhitung jumlahnya terbentuk akibat pembentukan buih. Pada saat gelembung-gelembung ini pecah, ribuan partikel kecil dengan diameter seperseratus mililiter, terlempar ke udara. Partikel-partikel ini, yang dikenal sebagai aerosol, bercampur dengan debu daratan yang terbawa oleh angin dan selanjutnya terbawa ke lapisan atas atmosfer. Partikel-partikel ini dibawa naik lebih tinggi oleh angin dan bertemu dengan uap air di sana. Uap air mengembun di sekitar partikelpartikel ini dan berubah menjadi butiran-butiran air. Butiran-butiran air ini mula-mula berkumpul membentuk awan, kemudian jatuh ke bumi dalam bentuk hujan.[12]



Berdasarkan uraian tentang fakta-fakta sains kontemporer yang mengungkap kebenaran Al-Quran di atas, dapat dimaknai bahwa Al-Quran merupakan kitab sains. Karena pembahasan yang demikian sudah dibicarakan di dalam kitab suci Al-Quran 1400 tahun lalu. Namun, jangan dipahami secara literlijk,bahwa memang benar Al-Quran membicarakan banyak hal terkait dengan sains, tetapi esensi dari diturunkan Al-Quran adalah sebagai petunjuk bagi manusia. Terkait hal ini akan dijelaskan pada pembahasan selanjutnya.



B.



Relevansi Al-Quran Sebagai Petunjuk Bagi Manusia



Sebagaimana yang disebutkan di dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 185 dan surat Al-Isra ayat 9 bahwa AlQuran diturunkan sebagai petunjuk bagi manusia. Di dalam Al-Quran Allah memerintahkan manusia untuk berfikir, merenungi dan menyelidiki setiap kejadian penciptaan jagad raya ini. Sehingga atas petunjuk Al-Quran ini, manusia tergerak untuk melakukan penelitian dan melakukan berbagai eksperimen dalam berbagai bidang keilmuwan. Dalam pembahasan yang kedua ini terjadi kontradiksi dari pembahasan sebelumnya, pada pembahasan pertama tadi dikatakan bahwa dengan berbagai bukti ilmiah yang diungkapkan pada abad ke-20 dapat dikatakan bahwa Alquran merupakan kitab sains. Namun dalam pembahasan ini, dengan mengacu berbagai literatur yang penulis



baca mengatakan bahwa Al-Quran bukanlah kitab sains namun kitab petunjuk bagi umat muslim. Mengapa demikian? Di dalam bukunya yang berjudul Membumikan Al-quran,[13] M. Quraish Shihab mengatakan bahwa Al-Quran adalah kitab petunjuk, demikian hasil yang dapat kita peroleh dari mempelajari sejarah turunnya. Ini sesuai pula dengan penegasan Al-Quran: petunjuk bagi manusia, keterangan mengenai petunjuk serta pemisah antara yang hak dan batil (QS 2:185). Lanjutnya, jika demikian, apakah hubungan Al-Quran dengan ilmu pengetahuan? Berkaitan dengan hal ini, perselisihan pendapat ulama sudah lama berlangsung. Dalam kitabnya, jawahir Al-Quran, Imam Al-Ghazali menerangkan pada bab khusus bahwa seluruh cabang ilmu pengetahuan yang terdahulu dan yang kemudian, yang telah diketahui maupun yang belum, semua bersumber dari Al-quran Al-karim. Al-Imam Al-Syatibi (w.1388), tidak sependapat dengan Al-Ghazali. Dalam kitabnya, Al-Muwafaqat, beliau-antara lain-berpendapat bahwa para sahabat tentu lebih mengetahui Al-Quran apa yang tercantum di dalamnya, tapi tidak seorang pun di antara mereka yang menyatakan bahwa Al-Quran mencakup seluruh cabang ilmu pengetahuan. Kemudian M. Zakir Karim Naik[14] dalam bukunya Alquran and modern science: compatible or incompatible?[15] Mengatakan pula bahwa Al-Quran bukanlah kitab sains tetapi kitab petunjuk atau tanda, yaitu ayat-ayat yang terdapat dalam Al-Quran. Dikatakan pula bahwa ada lebih dari enam ribu ayat-ayat Al-Quran sebagai petunjuk dan tanda, dari sekian ribu ayat tersebut lebih dari seribu ayat yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan. Olehnya pula dikatakan bahwa kebenaran ilmiah yang mencakup berbagai ilmu pengetahunan seperti, Astronomi, Fisika, geografi, geologi, oceanologi, biologi, botani, zoologi, Kedokteran, fisiologi,Embriologi, dan ilmu Pengetahuan umum yang berhasil dibuktikan oleh para ilmuwan pada abad ke-20merupakan fakta-fakta ilmiah yang tercantum dalam ayat-ayat Al-quran sebagai wahyu Allah SWT yang diturunakn 1.400 tahun yang lalu. Ada tiga aspek dalam Al-Quran yang dapat menjadi bukti kebenaran Nabi Muhammad saw., sekaligus menjadi bukti bahwa seluruh informasi atau petunjuk yang disampaikannya adalah benar bersumber dari Allah SWT. Pertama, aspek keindahan dan ketelitian redaksi-redaksinya. Kedua,pemberitaan-pemberitaan gaibnya. Ketiga, isyarat-isyarat ilmiahnya. Aspek yang ketiga inilah yang memperjelas bahwa Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia untuk menggali dan memikirkan ilmu pengetahuan melalui isyarat-isyarat ilmiah di dalam Al-Quran.



Kesimpulan Berdasarkan pemaparan yang telah diuraikan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa : (1). memang benar al-quran memberikan informasi yang banyak terkait dengan ilmu pengetahuan atau sains. Namun, yang demikian tidak memberikan label bahwa Al-Quran adalah kitab sains melainkan kitab petunjuk untuk hamba-Nya. (2). tidaklah tepat jika Al-Quran dikatakan sebagai kitab sains, karena ayat-ayat Al-Quran yang membicarakan tentang sains seperti yang telah diuraikan di atas, hanyalah fakta-fakta ilmiah yang telah dibuktikan kebenarannya di abad ke-20. (3). Al-Quran lebih tepat dikatakan sebagai kitab petunjuk. Karena atas bimbingan dan petunjuk yang diberikan Al-Quran melalui isyarat-isyarat ilmiahnya, manusia dapat menggali dan menyelidiki setiap kejadian penciptaan jagad raya ini, maka tersibaklah seluruh rahasia kebenaran Al-Quran.



Daftar Pustaka Bucaille, Maurice, Dr. The Quran and modern science, penerjemah M. Rasjidi, jakarta 1978. Naik, Zakir Karim, Dr. Alquran and modern science: compatible or incompatible?, distributed by Ahya Multi-media Yahya, Harun, The Qur’an Leads The Way To Science,Inggris: Nikleodeon Books,2002 (terjemahan: Tim Penerjemah Hikmah Teladan, Al-Quran dan Sains,Bandung:Dikra,2004) Yahya, Harun, penerjemah Amdhar Amir, SE, Pesona Al-quran, Jakarta : Rabhani Press, Shihab, M.Quraish, Membumikan Al-Quran, Bandung: Mizan, cet.III, 2009,



[1] Dr. Maurice Bucaille, The Quran and modern science, penerjemah M. Rasjidi, jakarta 1978. Dalam Encyclopedia Universalis, jilid VI, artikel : Evangile (Injil), suatu isyarat kepada perbedaan antara Injil dan Qur-an. Pengarang artikel tersebut menulis: “Pengarang pengarang Injil tidak mengaku-aku, seperti Qur-an, menyampaikan otobiografi (riwayat hidup diri sendiri) yang didiktekan oleh Tuhan kepada Rasulnya secara ajaib.” [2] Harun Yahya, The Qur’an Leads The Way To Science,Inggris: Nikleodeon Books,2002 ( terjemahan: Tim Penerjemah Hikmah Teladan, Al-Quran dan Sains,Bandung:Dikra,2004) hlm. 1 [3] Harun Yahya, penerjemah Amdhar Amir, SE, Pesona Al-quran, Jakarta : Rabhani Press, hlm. 3 [4] Harun Yahya, The Qur’an Leads The Way To Science, op.cit, hlm. 81 [5]Dr. Zakir Karim Naik, Alquran and modern science: compatible or incompatible?, distributed by Ahya Multimedia, hlm.9 [6]Harun Yahya, penerjemah Amdhar Amir, SE, op.cit, hlm. 8 [7] Ibid, hlm.25-26 [8] Harun Yahya, The Qur’an Leads The Way To Science, op.cit, hlm.90 [9] Ibid,hlm.88 [10] Ibid, hlm.95 [11] Harun Yahya, penerjemah Amdhar Amir, SE, op.cit, hlm. 40 [12] [12] Harun Yahya, The Qur’an Leads The Way To Science, op.cit,hlm.100-101 [13]M.Quraish Shohab, Membumikan Al-Quran, Bandung: Mizan, cet.III, 2009, hlm. 58-59 [14] Zakir Abdul Karim Naik (born 18 October 1965) is an Indian public speaker on the subject of Islam and comparative religion. He is the founder and president of the Islamic Research Foundation (IRF), a non-profit organisation that owns the Peace TV channel based in Dubai, UAE. He is sometimes referred to as



a televangelist. Before becoming a public speaker, he trained as a medical doctor.[3] He has written two booklets on Islam and comparative religion. He is regarded as an exponent of the Salafi ideology. (source : wikipedia.com) [15] Dr. Zakir Karim Naik, op.cit, hlm. 8