Kumpulan Laporan Praktikum Sifat Fisik Produk Pertanian (TIP - 201) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KUMPULAN LAPORAN PRAKTIKUM SIFAT FISIK PRODUK PERTANIAN (TIP – 201)



Disusun Oleh : Nama



: Tressia Febri Anggreni



NPM



: E1G018051



Kelompok



: 3 (Tiga)



Shift



: Rabu, 13.00-15.00



Nama Dosen



: 1. Prof. Dr. Ir. Yuwana, M.Sc 2. Dr.Yazid Ismi Intara, S.P., M.Si



Coas



: 1. Agnesia Frisca Damayanti ( E1G016032)



PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BENGKULU 2019



HALAMAN PENGESAHAN



LAPORAN PRAKTIKUM SIFAT FISIK PRODUK PERTANIAN (TIP-201)



Oleh: Tressia Febri Anggreni / E1G018051



Telah menyelesaikan praktikum dan melaksanakan ujian responsi Pada tanggal : Dosen Pembimbing 1



Dosen Pembimbing 2



Prof. Dr. Ir. Yuwana, M. Sc



Dr.Yazid Ismi Intara, S.P., M.Si



NIP. 131 627 025



NIP. 132 308 079



Mengetahui, Koordinator



Prof. Dr. Ir. Yuwana, M. Sc NIP. 131 627 025



KATA PENGANTAR



Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan taufik-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Kumpulan Laporan Pratikum Sifat Fisik Produk Pertanian ini. Kami berterimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Sifat Fisik Produk Pertanian ini yaitu Bapak Prof. Dr. Ir. Yuwana, M.Sc dan Bapak Dr.Yazid Ismi Intara, S.P., M.Si yang telah memberikan kami praktikum ini dan dengan cepat kami menyusun laporannya. Serta berterimakasih kepada Coas mbak Agnesia Frisca Damayanti yang telah membantu kami dalam praktikum dan kelompok 3 yang telah berkontribusi secara maksimal. Oleh karena itu kami sampaikan terima kasih atas waktu, tenaga dan fikirannya yang telah diberikan. Ucapan terima kasih juga penulis tuturkan kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun laporan ini dan juga ucapan permohonan maaf kepada semua pihak jika didalam penulisan laporan ini masih terdapat banyak kesalahan.



Bengkulu,



Mei 2019



Penulis,



Tressia Febri Anggreni



DAFTAR ISI



DAFTAR LAMPIRAN



DAFTAR GAMBAR



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan-bahan hasil pertanian mempunyai bentuk dan ukuran yang tidak seragam, maka dari itu diperlukan ilmu untuk mengukur dan menganalisa bentuk dan ukuran bahan hasil pertanian untuk mengklasifikasinya kedalam keseragaman bentuk. Dalam dunia industri penanganan hasil pertanian merupakan salah satu komponen penting dalam proses pasca panen penanganan ini dapat dilakukan dengan teknik grading atau sortase sehingga diperlukan pengetahuan tentang karakteristik bahan tersebut, selain itu dalam penanganan hasil pertanian dibutuhkan juga beberapa alat dan mesin yang bisa mempermudah proses penanganan. Mesin-mesin yang akan di buat berdasarkan karakteristik dari bahan itu sendiri khususnya memperhatikan karakteristik hasil pertanian dari sisi bentuk. Pengetahuan tentang atribut sifat fisik dari produk pertanian sangat dibutuhkan bagi para agroindustrian agar memudahkan dalam mengenal dan mengetahui tentang produk yang akan dikemas atau dipasarkan. Di dalam pratikum kali ini juga akan membahas tentang bagaimana cara perhitungan dari atribut-atribut fisik yang harus diamati di dalam produk pertanian sebagai seorang agroindustrian. Konsumen tertentu memiliki penerimaan tertentu mempertimbangkan karakteristik fisik. Bentuk dan ukuran berat dan warna yang seragam menjadi pilihan konsumen. Untuk mencegah kerusakan seminimal mungkin, diperlukan pengetahuan tentang karakteristik watak sifat teknik bahan hasil pertanian yang berkaitan dengan karakteristik fisik, mekanik dan termis. Oleh sebab itulah kami melakukan praktikum mengenai karakteristik fisik produk pertanian untuk klasifikasi standar bentuk dan ukuran produk hasil pertanian.Hal tersebutlah yang melatarbelakangi kami untuk melakukan praktikum atribut sifat produk pertanian.



1.2 Tujuan Acara ini bertujuan mempelajari atribut fisik produk pertanian dan pengukurannya.



cara



BAB II TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik fisik hasil pertanian akan mempengaruhi bentuk dan ukuran berat atau volume.Konsumen tertentu memiliki penerimaan (aseptabilitas) tertentu mempertimbangkan karakteristik fisik. Bentuk dan ukuran berat dan warna yang seragam menjadi pilihan konsumen. Untuk mencegah kerusakan seminimal mungkin, diperlukan pengetahuan tentang karakteristik watak atau sifat teknik bahan hasil pertanian yang berkaitan dengan karakteristik fisik, mekanik dan termis (Ishak, 2009). Mempelajari bentuk dan ukuran bahan pangan sangat dipelajari untuk mensortasi buah atau sayur. Aplikasi tentang bentuk dan ukuran suatu bahan hasil pertanian sangat dibutuhkan didalam proses pengolahan, penyimpanan dan pengemasan bahan hasil pertanian. Contohnya untuk merancang alat dan bangunan, untuk penanganan hasil pertanian dan sebagai standarisasi mutu. Bentuk dan ukuran ini juga dapat memudahkan dalam proses pengemasan. Semakin kecil bentuk dan ukuran suatu bahan hasil pertanian maka akan memudahkan dalam proses penyimpanan dan pengemasan (Silaban, 2011). Kedua bahan pangan tersebut memiliki beberapa sifat yang sama, yaitu mudah rusak karena mempunyai tekstur lunak, kadar air (KA) tinggi, adanya komponen zat-zat dan enzim yang masih aktif. Hal tersebut di indikasikan oleh adanya perubahan-perubahan fisiologis secara spontan yang disertai perubahan fisik, kimia dan mikrobiologi maka dari itu, perlu diketahui cara-cara penanganan untuk mempertahankan mutunya melalui proses pengolahan lebih lanjut (Fitriani, 2011). Dalam proses pengolahan suatu bahan hasil pertanian, bentuk dan ukuran suatu komoditi merupakan parameter yang penting didalam penilaian. Bentuk dan ukuran merupakan 2 hal yang tidak dapat dipisahkan pada suatu obyek. Pada umumnya bentuk dan ukuran ini digunakan untuk menggambarkan obyek secara fisual. Dalam penggolongan tingkat mutu (grading) biasanya ukuran dan bentuk merupakan faktor mutu yang pertama kali di lihat. Ukuran adalah jenis khusus dari fungsi non negatif yang diperpanjang dan bernilai real (Kubrusly, 2007). Beberapa kriteria yang termasuk dalam ukuran ialah : 1.Bobot :Bobot suatu bahan dapat diukur dengan berbagai jenis neraca sejak yang halus sampai kasar, tergantung kepada tingkat ketelitian pengukuran yang di kehendaki. Dimana bobot suatu bahan tersebut dapat di catat sebagai bobot total, bobot rata-rata, dan bobot persatuan tertentu. Dalam bentuk acuan dikenal beberapa istilah yang dapat digunakan untuk memeriksa suatu objek. Adapun istilah dan perian objek dari bentuk acuan dapat dilihat di tabel 1.1 (Mohsenin, 1980)



Tabel 1.1 Istilah dan deskripsi objek dari bentuk acuan Bentuk



Deskripsi



Bundar (Round)



Menyerupai bentuk bulatan (spheroid)



Oblate



Datar pada bagian pangkal dan pucuk atau puncak



Kerucut (Conic)



Meruncing ke arah bagian puncak



Bujur telur (Ovate)



Bentuk seperti telur dan melebar pada bagian pangkal



Berat



sebelah



atau Poros yang menghubungkan pangkal dan puncak



miring (Lopsided)



tidak tegak lurus melainkan miring



Bujur telur terbalik (Obovate)



Seperti telur terbalik



Bulat panjang (Elliptical)



Menyerupai bentuk elips (bulat panjang)



Kerucut terpotong (Truncate)



Kedua ujungnya mendatar atau persegi



Tidak seimbang (Unequal)



Separuh bagian lebih besar daripada yang lain



Ribbed



Pada potongan melintangnya sisi-sisinya menyerupai sudut-sudut



Teratur (Regular)



Bagian horizontalnya menyerupai lingkaran



Tidak teratur (Irregular)



Potongan



horizontalnya



sama



sekali



tidak



menyerupai lingkaran



Kebundaran (Roundness) Kebundaran adalah suatu ukuran ketajaman sudut-sudut dari suatu benda padat. Nilai kebundaran suatu bahan berkisar 0-1. Apabila nilai kebundaran suatu bahan hasil pertanian mendekati 1, maka bentuk bahan tersebut mendekati bundar. Gambar 1.1. Penentuan Ap dan Ac untuk menghitung roundness Ada beberapa metode untuk mengestimasi kebundaran suatu benda diantaranya adalah : Roundness (Rd) =



𝐴𝑝 𝐴𝑐



dimana : Ap = luas permukaan proyeksi terbesar dalam posisi bebas Ac = luas permukaan proyeksi terkecil yang membatasinya Roundness (Rd) =



βˆ‘π‘Ÿ 𝑁𝑅



dimana : r = jari-jari lengkungan



N = jumlah sudut yang ada R = jari-jari lingkaran-dalam maksimum Kebulatan (Sphericity) Kebulatan dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara diameter bola yang mempunyai volume yang sama dengan objek dengan diameter bola terkecil yang dapat mengelilingi objek. Seperti halnya nilai kebundaran, nilai kebulatan suatu bahan juga berkisar antara 0-1. Apabila nilai suatu kebulatan bahan hasil pertanian mendekati 1, maka bahan tersebut mendekati bentuk bola (bulat). Dengan menganggap volume objek sama dengan volume elips dengan tiga buah sumbunya masing-masing a, b, dan c, maka kebulatan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : dimana :π‘†π‘β„Žπ‘’π‘Ÿπ‘–π‘π‘–π‘‘π‘¦



=



1 π‘Ž.𝑏.𝑐 ⁄3



π‘Ž



a = sumbu terpanjang (sumbu mayor) b = sumbu terpanjang normal terhadap a (sumbu intermediate) c = sumbu terpanjang normal terhadap a dan b (sumbu minor)



Sumbu-sumbu tersebut tidak harus selalu berpotongan satu sama lain pada suatu titik. Dalam definisi yang lain kebulatan dapat juga dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :𝑑i⁄



𝑑c



dimana : di = diameter lingkaran terbesar di dalam objek dc = diameter lingkaran terkecil yang membatasi objek Penentuan di dan dc untuk menghitung sphericity



Pengukuran dimensi sumbu Untuk objek-objek yang berukuran kecil seperti biji-bijan, garis besar proyeksi dari setiap objek dapat diukur dengan menggunakan sebuah alat pembesar photo (photographics enlarger), namun cara sederhana juga dapat pula dilakukan dengan metode proyeksi dengan menggunakan OHP (Overhead Projector). Adapun cara penggunaan pengukuran dimensi sumbu menggunakan OHP adalah sebagai berikut : ο‚·



Bahan (biji-bijian) diletakan di atas OHP untuk diproyeksikan



ο‚·



Kertas milimeter blok dipasangkan pada layar, sehingga proyeksi bahan berada di atas kertas milimeter blok tersebut



ο‚·



Buatlah pola pada kertas milimeter blok sesuai dengan batas garis tepi dari bahan



ο‚·



Setelah dilakukan penjiplakan pola (tracing) maka sumbu a, b, dan c dari bahan dapat diukur. Sumbu a adalah sumbu terpanjang (sumbu mayor), sumbu b adalah sumbu pertengahan (sumbu intermediate) dan sumbu c adalah sumbu terpendek (sumbu minor).



Kemiripan terhadap benda-benda geometri Selain membandingkan dengan bentuk standar, penentuan bentuk bahan hasil pertanian dapat juga ditentukan dengan melihat kemiripan dengan benda-benda geometri tertentu, seperti bulat memanjang (prolate spheroid), bulat membujur (oblate spheroid), dan kerucut berputar atau silinder. Adapun definisi dari masing-masing bentuk tersebut adalah sebagai berikut : ο‚·



Bulat memanjang (prolate spheroid) adalah bentuk yang terjadi apabila sebuah bentuk elips berputar pada sumbu panjangnya. Salah satu contoh dari bentuk ini adalah buah lemon (sejenis jeruk sitrun).



ο‚·



Bulat membujur (oblate spheriod) adalah bentuk yang terjadi apabila sebuah elips berputar pada sumbu pendeknya. Salah satu contohnya adalah buah anggur.



ο‚·



Kerucut berputar atau silinder adalah bentuk yang menyerupai kerucut atau silinder (tabung). Contohnya adalah wortel atau mentimun.



BAB III METODOLOGI 3.1.Alat dan Bahan 3.1.1. Alat



3.1.2. Bahan



1. Jangka Sorong



1. Apel



2. Platform Scale



2. Kedondong



3. Pisau



3. Jeruk nipis



4. Planimeter



4. Alpukat



5. Pycnometer



5. Jagung



6. Gelas Ukur



6. Biji padi



7. Gelas Piala



7. Kacang kedelai 8. Kacang tanah



3.2.Prosedur Kerja a.



Ukuran dan Bentuk



Mengadakan pengukuran diameter mayor, diameter minor, diameter pertengahan dan sperisitas jeruk, apel, alpukat dan mangga. 1. Mencari area maksimun terproyeksikan, mengukur diameter terpanjang sebagai diameter mayor dan diametre terpendek sebagai diameter pertengahan. 2. Mencari area minimun terproyeksikan, mengukur diameter terpendek sebagai diameter minor dan diameter terpanjang sebagai diameter pertengahan 3. Dari diameter-diameter terukur tersebut tentukan sperisitas dengan rumus sperisitas. b. Volume dan Kerapatan Massa Melakukan pengukuran volume dan kerapatan produk yang tenggelam, dengan cara : 1. Menimbang produk di udara dan produk dalam air 2. Berat air yang dipindahkan = berat penimbangan dengan produk yang ditenggelamkan(berat wadah + berat air + beban pemberat) 3. Volume(m3) = berat air yang dipindahkan(kg)/ kerapatan(berat)air (kg/m3). Dan Kerapatan massa = berat produk diudara/volume buah (kg/m3). c. Produk yang tidak tenggelam 1. Menimbang botol dengan teliti lalu memasukan cairan kedalam botol. 2. Menutup tempat botol kemudian tekan hingga cairannya keluar. 3. Mengeringkan cairan yang keluar dari botol. 4. Mnegosongkan botol, kemudian memasukan gabah kedalam botol kemudian menimbang kembali.



5. Mengisi botol hingga penuh sehingga cairan terdorong dari lubang ketika tutup dipindahkan. 6. Menimbang lagi botol dan volume gabang dengan rumus VS =



( π‘€π‘π‘“βˆ’π‘€π‘ )βˆ’ (𝑀𝑝𝑓𝑠 βˆ’π‘€π‘π‘  ) 𝑃𝑓



Dimana : VS = Volume gabah (m3) Wp = berat pycnometer kosong (kg) Wpf= berat pycnometerb berisi penuh cairan (kg) Wps= berat pycnometer berisi gabah (tanpa cairan) (kg) Wpfs= berat pycnometer terisi gabag dan cairan (kg) pf



= kerapatan massa cairan, (g/cm3)



7. Kerapatan massa gabah = berat gabah di udara / volume gabah (kg/m3) d. Luas Permukaan Pada acara ini akan dilakukan penentuan luas permukaan jeruk nipis. 1. Sebelum memakai planimeter harus dikalibrasi dahulu, kalibrasi melakukan dengan membuat area bujur sangkar dan mencatat angka tera alat, mengelilingkan jarum tersebut mengikuti garis pembatas area bujur sangkar hingga ke titik awal, selanjutnya membaca lagi tera alat, selisih pembacaan ini (A misalnya), identik dengan luasan 1cm2 atau 0,0001 m2 2. Jeruk nipis dikulit dengan menyayat tipis-tipis kulitnya dengan pisau dan mengumpulkan sayatan-sayatan tersebut .Setiap sayatan diukur luasannya dengan cara menggunakan kertas milimeter block, yang kemudian menghitung luasnya. e. Porositas Produk Biji-bijian Pada acara ini akan dilakukan pengukuran porositas gabah. Sampel gabah ditaruh ditanki 2, kran 2 ditutup dan udara dialirkan ketanki. P1 = MR1. T1 Pada suatu tinggi air manometer tertentu, kran 1 ditutup dan tekanan pada manometer dibaca P1. Pada kondisi yang demikian menurut hukum gas ideal :



M = M1 + M2



P1V1 = P3V1 = P3V2 RT Dimana :



RT



RT



P1 = tekanan mutlak V1 = volume tanki M = masaa udara R1 = konstanta gas untuk udara T1 = suhu mutlak



Sekarang kran 3 ditutup dan kran 2 dibuka dan tekanan P3 dibaca. Keadaan ini kran 1 dan kran 3 tertutup, massa total udara M, didistibusikan menjadi M1 untuk mengisi tanki dan M2 untuk mengisi ruang pori V2 dalam tanki 2.



BAB IV HASIL PENGAMATAN Hasil Pengamatan A. Ukuran dan Bentuk a. Bahan : Alpukat Pengamatan Diameter (cm) ke Mayor tengah minor 1 2,73 2,11 1,05 2 2,76 2,26 0,88 3 2,67 2,17 1,29 Rata-rata 2,7 2,18 1,07 Bentuk alpukat : Oval



speresit as 0,70 0,66 0,93 0,76



b. Bahan : Apel Pengamatan



Diameter (mm)



Sperisitas



Ke -



Mayor (a)



Minor (b)



Tengah (c)



I



53



49,5



40,5



0,89



II



53



49,8



43



0,91



III



54



46



38



0,84



Rata-rata



53,3



45,7



40,5



0,88



Bentuk apel : bulat c. Bahan : kedondong Pengamatan



Diameter (mm)



Sperisitas



Ke -



Mayor (a)



Minor (b)



Tengah (c)



I



16,25



12,25



10,55



0,75



II



16,75



13,80



9,85



0,82



III



16,70



13,20



9,85



0,78



Rata-rata



16,56



13,20



10,61



0,78



Bentuk Sawo : lonjong d. Bahan : Jeruk nipis Pengamatan



Diameter (mm)



Sperisitas



Ke -



Mayor (a)



Minor (b)



Tengah (c)



I



2,26



1,6



0,62



0,33



II



2,25



1,55



0,81



0,41



III



2,23



1,53



0,91



0,46



Rata-rata



2,24



1,56



0,78



0,40



Bentuk Jeruk nipis : Bulat



B. Volume dan Kerapatan Massa a. Bahan : alpukat pengukuran



berat (grm)



ke-



produk



V wadah+air air



dudara



k



yang



dipindahkan



1



140,93



546,5



0,17



0,17



2



141,41



554,2



0,89



0,89



3



141,48



555,3



0,30



0,30



rata -rata



141,38



552,0



0,45



0,45



b. bahan : kedondong pengukuran



berat (grm)



ke-



produk



wadah+air air



dudara



V



k



yang



dipindahkan



1



157,3



208,3



1,1



1,1



0,98



2



157,3



208,3



1,1



1,1



0,98



3



157,3



208,3



1,1



1,1



0,98



rata -rata



157,3



208,3



1,1



1,1



0,98



V



k



c. bahan : jeruk nipis pengukuran



berat (grm)



ke-



produk



wadah+air air



dudara



yang



dipindahkan



1



48,15



409,4



0,05



0,05



963



2



48,15



409,4



0,05



0,05



963



3



48,15



409,4



0,05



0,05



963



rata -rata



48,15



409,4



0,05



0,05



963



d. bahan : apel pengukuran



berat (grm)



ke-



produk



wadah+air air



dudara



V



k



yang



dipindahkan



1



66,4



414,6



0,9



0,9



0,95



2



66,4



414,6



0,9



0,9



0,95



3



66,4



414,6



0,9



0,9



0,95



rata -rata



66,4



414,6



0,9



0,9



0,95



C. Luas Permukaan Pengamatan



Luas permukaan



ke -



Nama Bahan



Dengan kertas mm block



1



Kulit alpukat



578



2



Kulit kedondong



564



3



Kulit jeruk nipis



270



4



Kulit apel



332



D. Porositas Produk Biji-bijian a. Bahan : Jagung Pengamatan



Berat (gram)



Ke-



Sudut(0)



Awal



Losses



1



35



100



-



2



35



100



1,19



3



28



100



-



Rata-rata



32,6



100



0,39



b. bahan : Biji Padi Pengamatan



Berat (gram)



Ke-



Sudut(0)



Awal



Losses



1



42



100



-



2



44



100



-



3



44



100



-



Rata-rata



43



-



100



c. bahan : kacang kedelai Pengamatan



Berat (gram)



Ke-



Sudut



Awal



Losses



1



35



100



4,7



2



30



100



8,5



3



29



100



15,02



Rata-rata



31,3



100



9,40



d. Bahan : kacang tanah Pengamatan



Berat (gram)



Ke-



Sudut



awal



Losses



1



40



100



28,54



2



36



100



41,29



3



33



100



31,2



Rata-rata



36,3



100



33,6



BAB V PEMBAHASAN Di dalam pratikum mengenai atribut fisik produk pertanian pratikan diharapkan dapat mengetahui tentang arti dari atribut fisik yang ada didalam produk pertanian dan bagaimana cara mengukur dan menghitungnya. Bahan-bahan yang digunakan dalam kegiatan pratikum kali ini antara lain apel, jeruk nipis, kedondong dan alpukat masing-masing bahan berjumlah dua buah. Adapun bahan yang digunakan berasal dari rumpun serealia yaitu jagung, kacang hijau, kacang merah dan padi yang digunakan untuk menghitung produk yang tidak dapat tenggelam. Kegiatan pertama yang dilakukan adalah menghitung sperisitas pada bahan apel, jeruk nipis, jambu biji dan mengga. Pertama-tama bahan yang telah disediakan diukur bagian diameter mayor, tengah dan minor. Setelah didapatkan hasil pengukuran diameter mayor, tengah dan minor selanjutnya dilakukanlah penghitungan untuk menentukan nilai sperisitas dalam bahan itu sendiri. Hasil yang didapatkan antara lain pada buah apel I nilai sperisitasnya adalah 0,88. Jeruk nipis I



masing-masing memiliki nilai sperisitas sebesar 0,40. Pada



kedondong I mempunyai niali sperisitas yang sama yaitu 0,78. Dan yang terakhir adalah nilai sperisitas dari alpukat I masing-masing adalah 0,76. Yang kedua adalah menghitung kerapatan massa dari bahan-bahan yang telah disiapkan. Hal pertama yang dilakukan adalah menimbang masing-masing bahan dan mencari volume dari tiap bahan. Kemudian masukkan kedalam rumus untuk mencari nilai dari kerapatan massa. Adapun hasil yang didapatkan adalah pada bahan apel I 0,45. Untuk nilai kerapatan massa pada jeruk nipis berjumlah 1,043. Kedondong memiliki karapatan massa untuk 0,98. Sedangkan kerapatan massa pada alpukat adalah 0,45. Untuk uji produk yang tidak tenggelam menggunakan bahan yang berbeda dari yang sebelumnya yaitu jagung, kacang hijau, kacang merah dan padi. Kegiatan pertama yang dilakukan adalah mencari nilai dari berat alat pycnometer yang digunakan, berat pycnometer yang berisi air yang penuh, berat pycnometer yang berisi bahan, berat pycnometer yang berisi bahan dan cairan dan juga ketetapan dari kerapatan massa cairan yang bernilai 1000 gram/cm3. Setelah ditentukan, tahapan selanjutnya adalah menghitung produk yang tidak tenggelam berdasarkan dengan data yang telah didapatkan. Hasil yang diperoleh dari perhitungan yang telah dilakukan antara lain untuk mengetahui volume bahan adalah pada jenis jagung bernilai 1,68 Γ— 10-3, kacang hijau 1,775 Γ— 10-3, kacang merah bernilai 1,851 Γ— 103



dan bahan yang terakhir adalah padi yang memiliki nilai adalah 1,621Γ— 10-3. Selanjutnya adalah mengukur luas permukaan kulit bahan yang diteliti dengan



menggunakan millimeter block. Bahan pertama-tama dikupas kulitnya secra perlahan dan



tipis, kemudian kulit bahan tadi diletakkan diatas kertas millimeter block dan dihitung jumlah dari kotak-kotak kecil yang ditutupi oleh kulit. Untuk buah apel 332 cm2, jeruk nipis 270 cm2, kedondong 564 cm2 dan alpukat sebesar 578 cm2. Sifat fisik bahan hasil pertanian merupakan faktor yang sangat penting dalam menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan merancang suatu alat khusus untuk suatu produk hasil pertanian atau analisa prilaku produk dan cara penanganannya. Karakteristik sifat fisik pertanian adalah bentuk, ukuran, luas permukaan, warna, penampakkan, berat, porositas, densitas dan kadar air. (Suharto, 1991) Oleh karena itu, pengenalan dari atribut fisik apa saja yang terdapat didalam suatu produk pertanian harus sangat dikuasai oleh para pratikan dikarenakan hal tersebut sangat penting dalam menjamin kualitas atau mutu dar produk pertanian yang akan dipasarkan.



BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan Dari hasil praktikum acara atribut fisik sifat produk pertanian didapatkan hasil yaitu: Atribut fisik produk pertanian dapat meliputi bentuk, dimensi fisik, ukuran, kerapatan massa, luas permuakaan, volume, dan masih banyak lagi sifat fisik yang dapat dinilai dari suatu produk pertanian untuk menjaga kualitas dari produk itu sendiri. Untuk menghitung nilai dari beberapa sifat fisik produk pertanian telah dimudahkan dengan adanya penggunaan rumus seperti rumus untuk mencari nilai sperisitas dan rumus untuk menentukan volume suatu bahan. 6.2. Saran Disarankan untuk praktikan saat mengupas kulit dari bahan diupayakan untuk tidak putus, karena akan memudahkan penjiplakan pada milimeterblok. Dan disarankan pada praktikan untuk lebih membaca kembali buku penuntun sebelum melakukan praktikum.



DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S., 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Pustaka Gramedia Utama Fitriani, Dini. 2011. Teknologi Pengawetan Pangan. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Lutfy, Stokes. 2007. Fisika Dasar I. Jakarta : Erlangga Ishak, 2009. Penuntun Praktikum Aplikasi Perubahan Kimia Pangan. Makassar : Universitas Makasar Ismanilda. A., 2011. Ilmu Pangan Lanjut. Liberty. Yogyakarta : UGM. Khatir, Rita, 2006. Penuntun Praktikum Fisiologi dan Teknologi Penanganan Pasca Panen. Banda Aceh : Faperta_UNSYIAH Mohsenin, N.N. 1980. Physical Properties of Plant and Animal Materials. Bandung: Penerbit Bina Cipta Silaban, Jansen Bernard. 2011. Karakteristik Fisik Bahan Hasil Pertanian. Jakarta: Erlangga



BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Deformasi dalam mekanika kontinuum adalah transformasi sebuah benda dari kondisi semula ke kondisi terkini. Makna dari β€œkondisi” dapat diartikan sebagai serangkaian posisi dari semua partikel yang ada di dalam benda tersebut. Kebanyakan dari produk pertanian dan bahan makanan akan terdeformasi pada saat dikenai beban. Kelakuan deformasi ini sangat bervariasi dan tergantung dari banyaknya faktor, diantaranya laju pembebanan, pembebanan yang diderita sebelumnya, kadar lengas dan komposisi produk tersebut. Reduksi tingkat kehilangan karena kerusakan, dan pemeliharaan kualitas produk, dimungkinkan dengan cara menerapkan hukum-hukum dan sifat-sifat bahan yang relevan. Pengetahuan akan sifat-sifat bahan pertanian memungkinkan dilakukannya pengembangan disain mesin-mesin dan teknologi proses yang lebih moderen dengan karakteristik kualitas kerja yang lebih sempurna, termasuk tingkat kehilangan yang rendah dan tingkat operasi yang lebih efisien. Untuk keperluan tersebut, pengetahuan tentang mekanika bahan pertanian sangatlah penting. Dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita tidak menyadari bahwa di lingkungan sekitar kita banyak sekali penerapan ilmu fisika. Contoh yang sangat nyata yaitu mengenai elastisitas suatu benda. Kita selama ini mungkin kurang menyadari bahwa ternyata kayu memiliki modulus elastisitas. Modulus elastisitas (E) merupakan pengukuran kemampuan kayu untuk menahan perubahan bentuk atau lentur yang terjadi sampai dengan batas elastisnya. Semakin besar bebannya, semakin tinggi tegangan yang timbul dan semakin besar perubahan bentuk yang terjadi sampai batas elastis . Dalam proses pengemasan suatu produk tentunya sangat amat dipertimbangkan dalam peletakkan produk hasil pertanian tersebut. Dikarenakan suatu bahan produk pertanian tentunya memiliki sifat kekuatan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dengan adanya pengenalan tentang deformasi, tentunya dapat menguragi dampak dari kebusukan produk pertanian dan daya simpan yang lama. Hal itulah yang melatarbelakangi kami untuk melakukan praktikum deformasi.



1.2. Tujuan Tujuan praktikumnya adalah untuk mempelajari elastisitas produk dengan mengadakan pengukuran modulus elastisitas terhadap beberapa jenis produk buah – buahan.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sifat fisik buah dan sayur sering diamati yaitu warna, aroma, rasa, bentuk, berat, ukuran dan kekerasan. Biasanya dalam praktek sehari-hari. Sifat fisik ini diamati secara subjektif, sedangkan berat ditentukan secara objektif dengan menggunakan timbangan sedangkan ujicoba kimia dapat dilakukan terhadap PH, total asam, padatan terlarut (soloble solid), dan vitamin C, apabila buah-buahan menjadi matang, maka kandungan gulanya meningkat, tapi kandungan asamnya menurun. (Winarno, 2002). Bahan pertanian yang bervariasi bentuknya sangat susah dihitung dengan persamaan tiaptiap buah dan sayuran memiliki sifat fisik yang berbeda. Perbedaan tingkat kematangan juga menyebabkan berbedanya sifat fisik dan kimia, fermentasi, radiasi dan perlakuan lainnyadari semua proses. Dan pemanasan merupakan proses yang paling banyak diterapkan. (Almatsier, 2010) Kekerasan adalah ketahanan material terhadap deformasi plastis yang diakibatkan oleh tekanan atau goresan dari benda lain. Kekerasan merupakan sifat suatu logam, yang memberi kemampuan logam tahan terhadap deformasi permanen (bengkok, rusak, atau bentuk yang berubah), ketika suatu beban diterapkan. Pada umumnya, kekerasan menyatakan ketahanan terhadap deformasi dan untuk logam dengan sifat tersebut merupakan ukuran ketahanannya terhadap deformasi plastik atau deformasi permanen. Untuk orang yang berkecimpung dalam mekanika pengujian bahan, banyak yang mengartikan kekerasan sebagai ukuran ketahanan terhadap lekukan. Untuk para perancang bangunan, kekerasan sering diartikan sebagai ukuran kemudahan dan kuantitas khusus yang menunjukkan sesuatu mengenai kekuatan dan perlakuan panas dari suatu logam. Dari uraian singkat di atas maka kekerasan suatu material dapat didefinisikan sebagai ketahanan material tersebut terhadap gaya penekanan dari material lain yang lebih keras. Penekanan tersebut dapat berupa mekanisme penggoresan (scratching), pantulan ataupun ndentasi dari material keras terhadap suatu permukaan benda uji. Untuk melakukan pengujian kekerasan ada 3 metode, yaitu Metode goresan, Metode elastis atau pantulan ( rebound ) dan Metode indentasi (Fauji, 2010). macam-macam teknik pengujian kekerasan (Callister,2007)



Uji kekerasan indentasi menggunakan alat model Leitz Micro Hardness. Perbedaan kekerasan dapat diketahui dari bentuk indentor yang ditekankan pada permukaan material. Alat penguji kekerasan ini memakai indentor berbentuk piramid yang membuat jejakan pada material dengan pembebanan tertentu. Masa penjejakan berlangsung 30 detik dan dapat menghasilkan ketelitian antara 2βˆ’3 ΞΌm. Panjang diagonal jejakan yang diukur pada arah horisontal ditandai sebagai d-1 dan panjang diagonal jejakan pada arah vertikal ditandai sebagai d-2, lalu dihitung d-rerata sebagai panjang diagonal jejakan. Nilai kekerasan material uji dicari pada tabel yang tersedia dengan memproyeksikan d-rerata serta bobot beban yang digunakan atau dapat dihitung berdasarkan rumus Vickers sebagai berikut : 𝐻𝑉𝑁 = 189 π‘₯𝐹π‘₯ 103 d2 HVN = Nilai Kekerasan Vicker’s F = beban tumbukan dalam Newton d= panjang diagonal jejakan dalam Β΅m Nilai kekerasan berkaitan dengan kekuatan luluh atau tarik logam. Hal ini disebabkan selama indentasi (penjejakan) logam mengalami deformasi sehingga terjadi regangan dengan persentase tertentu. Nilai kekerasan Vickers didefinisikan sama dengan beban dibagi luas jejak piramida (indentor) dalam kg/mm2 dan besarnya kurang lebih tiga kali besar tegangan luluh untuk logam-logam yang tidak mengalami pengerjaan pengerasan. Bahan yang digunakan untuk indentor adalah Intan. Intan merupakan bahan yang mempunyai tingkat kekerasan paling tinggi. Kerusakan mekanis disebabkan adanya benturan-benturan mekanis. Kerusakan ini terjadi pada benturan antar bahan, waktu dipanen dengan alat, selama pengangkutan (tertindih atau tertekan) maupun terjatuh. Kerusakan ini juga bisa terjadi akibat kecerobohan dalam



proses pemanenan maupun serangan dari hama penyakit tanaman. Kerusakan mekanis dapat mengakibatkan memar pada permukaan kulit dan jaringan pangan dan memicu kerusakan lebih lanjut akibat tumbuhnya mikroorganisme (Ismanilda, 2011).



BAB III METODOLOGI 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat



3.1.2. Bahan



1. Mollimeter



1. Alpukat 2. Mangga 3. Jeruk 4. Apel



3.2.Prosedur Kerja 1. Sebelum buah diletakkan diatas landasan,baik landasan maupun lengan penopang yang akan bersentuhan dengan sampel dioles dengan tinta/board marker supaya memberikan bekas pada permukaan buah. 2. Lengan penopang diatur se horizontal mungkin dengan memutar beban penyeimbang. 3. Buah diletakkan di landasan. 4. Lengan penopang diturunkan sehingga permukaan bawahnya menyentuh permukaan sampel dan baca posisi petunjuk deformasi pada skala (pembacaan 1). 5. Letakkan pemberat pada tempatnya,tunggu selama 5 detik dan baca posisi penunjuk deformasi pada skala (pembacaan2) 6. Ukur jari-jari kelengkungan buah pada dua permukaan sampel yang menyentuh landasan dan lengan penopang pada dua arah yang saling tegak lurus dengan cara membelah buah. 7. Hitung besarnya Modulus Elastisitas (E) dengan rumus dan pendekatan geometri sbb.



E



:



3 0,338 𝐾 ⁄2 𝐹 (1βˆ’πœ‡ 2 ) 3 𝐷 ⁄2



1



1



𝑅1



𝑅1`



[( +



1⁄ 3



)



+(



1



𝑅2



+



1 𝑅2`



1⁄ 3



)



3⁄ 2



]



Dimana : E= modulus elastisitas (Pa, MPa) F= Gaya (beban), N D= deformasi (m), selisih pembacaan 1 dan pembacaan 2. R1, R’1, R2, R’2 adalah jari-jari kelengkungan sampel (buah) seperti pada gambar. K adalah konstanta yang ditentukan oleh besarnya sudut ΞΈ yang dihitung dari cos ΞΈ sbb : 1 1 1 1 βˆ’ + βˆ’ ) 𝑅1 𝑅1` 𝑅2 𝑅2` Cos πœƒ : 1 1 1 1 ( + + + ) 𝑅1 𝑅1` 𝑅2 𝑅2`



(



Setelah ΞΈ didapat maka harga K dapat dibaca pada tabel berikut. Tabel 4.2. Nilai K ΞΈ



50



55



60



65



70



75



80



85



90



Cos ΞΈ



0,6428



0,5736



0,5000



0,4226



0,3420



0,2588



0,1736



0,0872



0,0000



K



1,198



1,235



1,267



1,293



1,314



1,331



1,342



1,349



1,351



BAB V HASIL PENGAMATAN Bahan : Alpukat (1000 grm) Berat



Berat



produk



massa



(grm)



(grm)



1



247,8



2



Pengamatan



Skala Deformasi



R1



R1’



Ο΄



K



0,95



50



1,198



8,55



0,93



50



1,198



3



4,8



0,90



50



1,198



3,93



7,05



0,92



50



1,198



R1



R1’



Ο΄



K



I



II



( I – II )



1000



32



31



1



4,1



7,8



247,8



1000



30,5



29



1,5



4,7



3



247,8



1000



30,5



29,5



1



Rata-rata



247,8



1000



31



29,8



1,16



ke-



Cos Ο΄



Bahan : alpukat ( 500 grm) Berat



Berat



produk



massa



(grm)



(grm)



1



277,9



2



Pengamatan



Skala Deformasi



Cos



I



II



( I – II )



500



30,5



30



0,5



4,95



5,05



0,99



50



1,198



277,9



500



32



31,5



0,5



3,1



10,06



0,97



50



1,198



3



277,9



500



30



29,5



0,5



4,8



10,7



0,97



50



1,198



Rata-rata



277,9



500



30,83



30



0,5



4,28



9,9



0,976



50



1,198



ke-



Ο΄



Modulu elasitas Alpukat (1000 grm) No



K



1



1,198



2



1,198



3



1,198



Rata-rata



1,198



F



E(Pa) 30,493 Γ— 105



49,21



Modulu elasitas Alpukat (500 grm) No



K



F



E(Pa)



1



1,198



2



1,198



3



1,198



57,461 Γ— 105



Rata-rata



1,198



57,461 Γ— 105



57,461 Γ— 105 44,22



57,461 Γ— 105



3



E1



=



0,338 𝐾2 𝐹 (1βˆ’ πœ‡ 2 ) 3



{



𝐷2



1 𝑅1



+



1



1



3 β€²}



𝑅1



3 0,338 (1,3492 ) π‘₯ 49,21π‘₯ (1 – 0,252 )



= =



{



3 (0,001)2



0,03125 + 0,0345 0,0010781125



1



}3



0,338 Γ— 1,536 Γ— 49,21 Γ—(0,9375) Γ—3,936 3,16Γ—10βˆ’5 5



= 30,493 Γ— 10 Pa 3



E2



=



0,338 𝐾2 𝐹 (1βˆ’ πœ‡ 2 ) 3 𝐷2



1



1



1



{ 𝑅1 + 𝑅1β€² }3



3



0,338 (1,3492 ) π‘₯ 44,22 π‘₯ (1 – 0,252 )



= =



3 (0,001)2



{



0,03795 + 0,03345



0,338 Γ— 1,536 Γ— 44,22 Γ—(0,9375) Γ—8,254 3,16Γ—10βˆ’5 5



= 57,461 Γ— 10 Pa



0,0012694275



1



}3



BAB V PEMBAHASAN Elastisitas adalah sifat benda atau bahan yang dapat kembali ke bentuk semula. Terdapat dua macam benda berdasarkan sifat elastisitasnya, yaitu benda elastis dan benda plastis. Benda elastis adalah yang benda yang dapat kembali ke bentuk semula jika gaya luar yang diberikan pada benda dilepaskan, contohnya karet. Sementara itu, benda plastis adalah benda yang tidak dapat kembali ke bentuk semula jika diberikan gaya meskipun gaya tersebut telah dihilangkan, contohnya plastisin dan tanah liat. Pada praktikum kali ini,kami melakukan percobaan untuk menentukan deformasi suatu bahan. Bahan yang kami hitung deformasi nya adalah alpukat yang masing-masing dilakukan dua kali pengulangan. Sebelum produk merah diletakkan di landasan Mollimeter, kami mengoleskan tinta pada landasan dan diatas landasan, pengolesan tinta ini bertujuan untuk memberikan bekas pada permukaan buah, lalu melakukan perhitungan pula untuk mencari modulus elastisitas rata-rata nya menggunakan rumus seperti yang dituliskan di buku petunjuk praktikum sifat fisik produk pertanian. Setelah melewati perhitungan, kami mendapatkan nilai deformasi pada percobaan produk alpukat untuk beban massa 1000 gram yaitu 30,493 Γ— 105 Pa, dengan berat produk rata-rata 247,8 gram , lalu skala I dan II yaitu 31 dan 29,8 sehingga didapatkan nilai deformasi sebesar 1,16 dengan R1 3,93 dan R1’ yaitu 7,05 nilai cosΟ΄ 0,92 sehingga nilai Ο΄ adalah 50 dan didapatkan niali K yaitu 1,198. untuk beban massa 500 gram yaitu 57,461 Γ— 105 Pa, dengan berat produk rata-rata 277,9 gram , lalu skala I dan II yaitu 30,83 dan 30 sehingga didapatkan nilai deformasi sebesar 0,5 dengan R1 4,28 dan R1’ yaitu 9,9 nilai cosΟ΄ 0,976 sehingga nilai Ο΄ adalah 50 dan didapatkan niali K yaitu 1,198. Modulus elastisitas atau modulus Young merupakan ukuran kekakuan suatu material. Semakin besar harga modulus ini maka semakin kecil regangan elastis yang terjadi pada suatu tingkat pembebanan tertentu atau dapat dikatakan material tersebut semakin kaku (stiff). Modulus elastis suatu material ditentukan oleh energi ikat antar atom-atom, sehingga besarnya nilai modulus ini tidak dapat dirubah oleh suatu proses tanpa merubah struktur bahan. Berdasarkan literature yang pratikan dapatkan menurut Giancoly (2001) yaitu hampir semua bahan memiliki sifat elastisitas (elasticity). Sifat elastis atau elastisitas adalah kemampuan suatu benda untuk kembali kebentuk awalnya setelah gaya luar yang diberikan pada benda tersebut hilang. Sedangkan, benda yang plastis adalah benda yang tidak kembali kebentuk semula saat gaya dilepaskan. Hasil dari percobaan yang pratikan dapatkan berbanding lurus dengan pendapat yang dikemukakan oleh Giancoly.



BAB IV PENUTUP 6.1. Kesimpulan Dari praktikum deformasi ini dapat ditarik kesimpulan bahwa: Setiap bahan produk pertanian memilki elastisitas atau kelenturan yang berbeda-beda tergantung dengan bahan yang diamati. Dalam pengamatan kali ini, alpukat memiliki tingkat kelenturan yang lebih tinggi dibandingkan dengan bahan amatan yang lainnya. 6.2. Saran Sebaiknya dan seharusnya kenyaman pada saat melaksanakan kegiatan pratikum harus sangat diperhatikan, salah satu faktor penyebab ketidaknyaman tersebut adalah karena peralatan yang tidak lengkap di dalam laboratorium sehingga membuat pratikan kebinggungan untuk melaksanakan kegiatan praktikum karena keterbatasan peralatan tersebut.



DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S., 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Pustaka Gramedia Utama Callister.2007. Materials Science and Engineering An Introduction. USA : John Wiley & Sons, Inc. Fauji. 2010. Pengetahuan Sifat Logam (Fisik & Mekanik). Jakarta : Pustaka Gramedia Utama Ismanilda. A., 2011. Ilmu Pangan Lanjut. Liberty. Yogyakarta : UGM Winarno,F.G.2002. Kimia Pangan dan Gizi.Yogyakarta : PT Gramedia Pustaka Umum.



BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Viskositas adalah kekentalan suatu zat cair adalah salah satu sifat cairan yang menentukan besarnya perlawanan terhadap gaya gesar. Viskositas terjadi terutama karena adanya interaksi antara molekul-molekul cairan . Viskositas merupakan ukuran gesekan dibagian dalam suatu fluida. Fluida sebenarnya terdiri atas beberapa lapisan., karena adanya viskositas diperlukan gaya untuk meluncurkan suatu lapisan fluida diatas fluida lainnya . Dalam fluida ternyata gaya yang dibutuhkan (F), sedangkan dengan luas fluida yang bersentuhan dengan setiap lempeng (A), dan dengan laju (V) dan berbanding tebalik dengan jarak antara lempeng (I). Besar gaya (F) yang diperlukan untuk menggerakkan suatu lapisan fluida dengan kelajuan tetap (V) untuk luas penampang keeping H adalah F-AV . Sifat kekentalan produk pertanian adalah sangat penting dalam banyak area pada teknologi makanan. Viskositas merupakan faktor signifikan pada konsentrasi jus-jus dari jeruk terutama dalam produksi konsentrat yang berdensitas tinggi karena menyebabkan operasi tidak efesien untuk produk yang sangat kental tersebut. Lenih jauh konsentat yang sangat kental tidak mudah terekonstutisi. Oleh karena itu, dalam praktek kekentalan produk menjadi faktor yang sangat menentukan baik bagi produsen maupun konsumen. Suatu zat memiliki kemampuan tertentu sehingga suatu padatan yang dimasukkan kedalamnya mendapat gaya tekanan yang diakibatkan peristiwa gesekan antara permukaan padatan tersebut dengan zat cair. Contohnya dalam kehidupan sehari hari adalah ketika sebuah bola dimasukkan ke dalam sebuah wadah yang berisi air apakah air nya akan bertambah atau berkurang ? itulah yang menjadi pertanyaan dalam praktikum ini dan menjadi percobaan kita untuk melihat keadaan yang sebenarnya . Setelah percobaan ini kita harus mengetahui terlebih dahulu dasar dari praktikum supaya percobaan ini bisa mendapat respon yang baik dari praktikan . Hal ini lah yang melatarbelakangi kami untuk melakukan praktikum berjudul viskositas. 1.2. Tujuan Untuk mempelajari sifat air bahan dengan menggunakan kekentalan (viskositas)nya.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA Viskositas adalah sifat fluida yang mendasari diberikannya tekanan terhadap tegangan geser oleh fluida tersebut. Kadang-kadang viskositas ini diserupakan dengan kekntalan. Fluida yang kental (viskos) akan mengalir lebih lama dalam suatu pipa dari fluida yang kurang kental (Prijono,1985). Viskositas suatu zat cairan murni atau larutan merupakan indeks hambatan aliran cairan. Viskositas dapat diukur dengan mengukur laju aliran cairan, yang melalui tabung berbentuk silinder. Cara ini merupakan salah satu cara yang paling mudah dan dapat digunakan baik untuk cairan maupun gas (Bird, 1993). Setiap zat cair mempunyai karakteristik yang khas, berbeda satu zat cair dengan zat cair yang lain. Oli mobil sebagai salah satu contoh zat cair dapat kita lihat lebih kental daripada minyak kelapa. Apa sebenarnya yang membedakan cairan itu kental atau tidak. Kekentalan atau viskositas dapat dibayangkan sebagai peristiwa gesekan antara satu bagian dan bagian yang lain dalam fluida. Dalam fluida yang kental kita perlu gaya untuk menggeser satu bagian fluida terhadap yang lain. Di dalam aliran kental kita dapat memandang persoalan tersebut seperti tegangan dan regangan pada benda padat. Kenyataannya setiap fluida baik gas maupun zat cair mempunyai sifat kekentalan karena partikel di dalamnya saling menumbuk. Bagaimana kita menyatakan sifat kekentalan tersebut secara kuantitatif atau dengan angka, sebelum membahas hal itu kita perlu mengetahui bagaimana cara membedakan zat yang kental dan kurang kental dengan cara kuantitatif. Salah satu alat yang digunakan untuk mengukur kekentalan suatu zat cair adalah viskosimeter ( Lutfy, 2007). Viskositas dapat dinyatakan sebagai tahanan aliran fluida yang merupakan gesekan antara molekul-molkeul cairan satu dengan yang lain. Suatu jenis cairan yang mudah mengalir dapat dkatakan memiliki viskositas yang rendah , dan sebaliknya bahan bahan yang sulit mengair dikatakan memiliki viskositas yang tinggi ( Burhanudin, 2014). Aliran cairan dapat dikelompokkan ke dalam dua tipe. Yang pertama adalah aliran laminar atau aliran kental, yang secara umum menggambarkan laju aliran kecil melalui sebuah pipa dengan garis tengah keci. Aliran lain adalah aliran turbulen yang menggambarkan laju aliran yang besar melalui pipa dengan diameter yang lebih besar ( Dogra, 2009). Apabila zat cair tidak kental maka koefesiennya sama dengan nol sedangkan pada zat cair kental bagian yang menempel dinding mempunyai kecepatan yang sama dengan dinding. Bagian yang menempel pada dinding luar dalam keadaan diam dan yang menempel pada dinding dalam akan bergerak bersama dinding tersebut. Lapisan zat cair antara kedua dinding bergerak dengan kecepatan yang berubah secara linier sampai V. Aliran ini disebut aliran



laminer. Aliran zat cair akan bersifat laminer apabila zat cairnya kental dan alirannya tidak terlalu cepat (Sudarjo, 2008). Pengertian viskositas fluida (zat cair) adalah gesekan yang ditimbulkan oleh fluida yang bergerak, atau benda padat yang bergerak didalam fluida. Besarnya gesekan ini biasa juga disebut sebagai derajat kekentalan zat cair. Jadi semakin besar viskositas zat cair, maka semakin susah benda padat bergerak didalam zat cair tersebut. Viskositas dalam zat cair, yang berperan adalah gaya kohesi antar partikel zat cair (Martoharsono, 2006). Viskositas menentukan kemudahan suatu molekul bergerak karena adanya gesekan antar lapisan material. Karenanya viskositas menunjukkan tingkat ketahanan suatu cairan untuk mengalir. Semakin besar viskositas maka aliran akan semakin lambat. Besarnya viskositas dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti temperatur, gaya tarik antar molekul dan ukuran serta jumlah molekul terlarut. Fluida, baik zat cair maupun zat gas yang jenisnya berbeda memiliki tingkat kekentalan yang berbeda. Pada zat cair, viskositas disebabkan karena adanya gaya kohesi (gaya tarik menarik antara molekul sejenis). Sedangkan dalam zat gas, viskositas disebabkan oleh tumbukan antara molekul. Viskositas dapat dinyatakan sebagai tahanan aliaran fluida yang merupakan gesekan antara molekul – molekul cairan satu dengan yang lain. Suatu jenis cairan yang mudah mengalir, dapat dikatakan memiliki viskositas yang rendah, dan sebaliknya bahan-bahan yang sulit mengalir dikatakan memiliki viskositas yang tinggi (Sarojo, 2009). Lapisan-lapisan gas atau zat cair yang mengalir saling berdesakan karena itu terdapat gaya gesek yang bersifat menahan aliran yang besarnya tergantung dari kekentalan zat cair. Gaya gesek tersebut dapat dihitung dengan menggunakan rumus: G = Ε‹ A (Ginting, 2011). Adapun jenis cairan dibedakan menjadi dua tipe, yaitu cairan newtonian dan non newtonian.



BAB III METODOLOGI 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat



3.1.2. Bahan



1. Viscometer tipe VT-03



1. Teh pucuk 2. Air mineral 3. Big cola



3.2.Prosedur kerja 1. Memasang instrumen pada posisi horizontal sehingga rotor dapat bergantung secara bebas pada lubang penghubung rotor. 2. Memasukkan tangkai rotor ke dalam lubang penghubung secara hati-hati putar rotor berlawanan arah jarum jam sampai rotor benar-benar terpasang dengan kuat. 3. Menyiapkan mangkuk yang tersedia untuk instrumen yang bersangkutan dan memasang rotor di tengah-tengah mengkuk. 4. Menuangkan produk ke dalam mangkuk sampai ketinggian yang ditunjukkan pada tangkai rotor. 5. Menghidupkan mesin rotor sampai putarannya stabil. 6. Membaca angka viskositas yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk. 7. Mengulangi kegiatan tersebut sebanyak 3 kali pengukuran untuk masing-masing sampel produk yang digunakan.



BAB IV HASIL PENGAMATAN A. Teh pucuk Pengamatan ke



Viskositas



1



19



2



18,5



3



17



Rata-rata



18,16



Pengamatan ke



Viskositas



1



0



2



0



3



0



Rata-rata



0



Pengamatan ke



Viskositas



1



90



2



80



3



7



Rata-rata



59



Ukuran pengaduk



berat 477,5 477,5



Besar



477,5 477,5



Ukuran pengaduk



berat 476,6 476,6



sedang



476,6 476,6



Ukuran pengaduk



berat 475,9 475,9



kecil



475,9 475,9



B. Air mineral Pengamatan ke



Viskositas



1



23



2



16



3



14



Rata-rata



17,6



Pengamatan ke



Viskositas



1



0



2



0



3



0



Rata-rata



0



Ukuran pengaduk



berat 86,4 86,4



Besar



86,4 86,4



Ukuran pengaduk



berat -



Sedang



-



Pengamatan ke



Viskositas



1



0



2



0



3



0



Rata-rata



0



Ukuran pengaduk



berat -



Kecil



-



C. Big cola Pengamatan ke



Viskositas



1



22



2



21



3



21



Rata-rata



21,33



Pengamatan ke



Viskositas



1



10



2



9



3



8



Rata-rata



9



Pengamatan ke



Viskositas



1



6



2



4



3



4



Rata-rata



4,66



Ukuran pengaduk



berat 383,8 383,8



Besar



383,8 383,8



Ukuran pengaduk



berat 383,8 383,8



Sedang



383,8 383,8



Ukuran pengaduk



berat 383,8 383,8



Kecil



383,8 383,8



BAB V PEMBAHASAN Konsentrasi larutan, viskositas berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Suatu larutan dengan konsentrasi tinggi akan memiliki viskositas yang tinggi pula, karena konsentrasi larutan menyatakan banyaknya partikel zat yang terlarut tiap satuan volume. Semakin banyak partikel yang terlarut, gesekan antar partikel semakin tinggi dan viskositasnya semakin tinggi pula. Berat molekul solute, viskositas berbanding lurus dengan berat molukel solute, karena dengan adanya solute yang berat akan menghambat atau memberi beban yang berat pada cairan sehingga menaikkan viskositasnya. Tekanan, akan bertambah jika nilai dari viskositas itu bertambah. Semakin tinggi tekanan maka semakin besar viskositas suatu zat cair.Adapun tujuan nya dilakukan pratikum ini yaitu untuk mempelajari sifat alir bahan dengan cara mengukur viskositas nya. Viskositas secara umum dapat juga diartikan sebagai suhu tendensi untuk melawan aliran cairan karena internal friction untuk resistensi suatu bahan untuk mengalami deformasi bila bahan tersebut dikenai suatu gaya. Semakin besar resistensi zat cair untuk mengalir, maka semakin besar pula viskositasnya. Viskositas pertama kali diselidiki oleh Newton, yaitu dengan mensimulasikan zat cair dalam bentuk tumpukan kartu. Zat cair diasumsikan terdiri dari lapisan-lapisan molekul yang sejajar satu sama lain. Lapisan terbawah tetap diam, sedangkan lapisan atasnya bergerak, dengan cepatan konstan sehingga setiap lapisan memiliki kecepatan gerak yang berbanding langsung dengan jaraknya terhadap lapisan terbawah. Perbedaan kecepatan dv antara dua lapisan yang dipisahkan dengan jarak sebesar dx adalah dv/dx atau kecepatan gesek. Gaya per satuan luas yang diperlukan untuk mengalirkan zat cair tersebut F/A atau tekanan geser. Viskositas diartikan sebagai resistensi atau ketidakmauan suatu bahan untuk mengalir yang disebabkan karena adanya gesekan atau perlawanan suatu bahan terhadap deformasi atau perubahan bentuk apabila bahan tersebut dikenai gaya tertentu. Viskositas suatu bahan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu suhu, viskositas berbanding terbalik dengan suhu. Jika suhu naik maka viskositas akan turun dan begitu pula sebaliknya. Hal ini disebabkan karena adanya gerakan partikel-partikel cairan yang semakin cepat apabila suhu ditingkatkan dan menurunkan kekentalannya. Pada praktikum kali ini kami membahas tentang kekentalan suatu bahan ( viskositas). Sampel yang kami gunakan dalam praktikum viskositas ini adalah big cola, air dan teh. Pertama kami pasang instrumen secara horizontal sehingga rotor dapat tergantung secara bebas pada lubang penghubung rotor. Setelah itu kami masukkan tangkai rotor ke lubang penghubung dan diputar rotor berlawanan arah jarum jam sampai rotor benar-benar terpasang



dengan kuat. Kemudian kami memasukkan bahan uji pada mangkuk yang telah di sediakan. Lalu kami menghitung viskositas masing-masing bahan uji sampai tiga kali pengulangan. Kami mendapatkan hasil pengukuran bahan big cola adalah untuk rotor besar 20 cp, 22 cp dan 23 cp, untuk rotor sedang 25 cp, 20 cp, dan 20 cp, dan untuk rotor kecil 80 cp, 80 cp, dan 90 cp. Hasil pengukuran produk air adalah untuk rotor besar 24 cp, 79 cp dan 20 cp sedangkan untuk rotor sedang dan kecil viskositasnya adalah nol (0). Hasil pengukuran produk teh pucuk adalah untuk rotor besar 19 cp, 18 cp, dan 17 cp, untuk rotor sedang 35 cp, 40 cp dan 40 cp, an untuk rotor kecil adalah 80 cp, 70 cp, dan 80 cp dan untuk hasil pengukuran produk susu adalah untuk rotor besar 25 cp, 24 cp dan 21 cp, untuk rotor sedang 50 cp, 45 cp, dan 45 cp dan untuk rotor kecil adalah 120 cp, 110 cp dan 110 cp. Pengaruh kekentalan terhadap kecepatan jatuhnya bola yaitu semakin kental suatu zat cair atau fluida, maka daya untuk memperlambat suatu gerakan jatuhnya bola semakin besar. Sehingga semakin kental suatu zat cair, semakin lambat pergerakan benda yang jatuh didalamnya. Sebaliknya, semakin encer suatu zat cair atau fluida, maka semakin cepat benda yang dijatuhkan kedalamnya. Oleh karena itu dari hasil praktikum yang kami dapatkan viscositas big cola lebih besar dari teh pucuk dan viskositas teh pucuk lebih besar dari air. Berdasarkan literatur yang pratikan dapatkan adalah setiap zat cair mempunyai karakteristik yang khas, berbeda satu zat cair dengan zat cair yang lain. Oli mobil sebagai salah satu contoh zat cair dapat kita lihat lebih kental daripada minyak kelapa. Salah satu alat yang digunakan untuk mengukur kekentalan suatu zat cair adalah viskosimeter ( Lutfy, 2007)



BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan Viskositas adalah suatu cara untuk menyatakan berapa daya tahan dari aliran yang diberikan oleh suatu cairan. Kebanyakan viskometer mengukur kecepatan dari suatu cairan mengalir melalui pipa gelas (gelas kapiler), bila cairan itu mengalir cepat maka berarti viskositas dari cairan itu rendah (misalnya air). Dan bila cairan itu mengalir lambat, maka dikatakan cairan itu viskositas tinggi. Cara mengukur kekentalan (viskositas) sifat alir bahan yaitu dengan menggunakan alat viskometer. Dari percobaan diatas dapat disimpukan bahwa viskositas susu lebih besar dari big cola, viscositas big cola lebih besar dari teh pucuk dan viskositas teh pucuk lebih besar dari air. 6.2. Saran Seharusnya pihak laboratorium lebih memfasilitasi praktikan dengan alat-alat yang memadai.



DAFTAR PUSTAKA Bird, Tony. 1993. Kimia Fisik Untuk Universitas. Jakarta : PT Gramedia. D . Young, Hugh. 2009. Fisika Universitas. Jakarta : Erlangga Dogra. 2006. Kimia Fisika dan Soal-Soal. Malang : Universitas Malang. Ginting, Tjurmin. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Indralaya : LDB UNSRI. Lutfy, Stokes. 2007. Fisika Dasar I. Jakarta : Erlangga Milama,Burhanudin.2014. Panduan Praktikum Kimia Fisika II. Jakarta: UIN-FITK Press Prijono,Arko.1985. Mekanika Fluida. Jakarta : Erlangga. Sudarjo, Randy. 2008. Modul Praktikum Fisika Dasar I. Inderalaya : Universitas Sriwijaya



BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Gaya gesek adalah gaya yang menahan gerak benda agar benda itu dapat berhenti bergerak. Besar kecilnya gaya gesek dipengaruhi oleh kasar licinnya permukaan benda yang bergesekan. Makin halus/licin permukaan gaya gesek semakin kecil Makin kasar permukaan gaya gesek semakin besar. Gaya-gaya yang bekerja antara lain adalah gaya elektrostatik pada masing-masing permukaan. Dulu diyakini bahwa permukaan yang halus akan menyebabkan gaya gesek (atau tepatnya koefisien gaya gesek) menjadi lebih kecil nilainya dibandingkan dengan permukaan yang kasar, akan tetapi dewasa ini tidak lagi demikian. Konstruksi mikro (nano tepatnya) pada permukaan benda dapat menyebabkan gesekan menjadi minimum, bahkan cairan tidak lagi dapat membasahinya (gaya lotus). Demikian juga ketika bergerak di dalam air. Gaya gesekan juga selalu terjadi antara permukaan benda padat yang bersentuhan, sekalipun benda tersebut sangat licin. Permukaan benda yang sangat licin pun sebenarnya sangat kasar dalam skala mikroskopis. misalnya ketika kita mendorong sebuah buku pada permukaan meja, gerakan buku tersebut mengalami hambatan dan akhirnya berhenti, karena terjadi gesekan antara permukaan bawah buku dengan permukaan meja serta gesekan antara permukaan buku dengan udara, di mana dalam skala miskropis,hal ini terjadi akibat pembentukan dan pelepasan ikatan tersebut Jika permukaan suatu benda bergeseran dengan permukaan benda lain, masing-masing benda tersebut melakukan gaya gesekan antara satu dengan yang lain. Oleh karena itu, pengetahuan tentang sifat friksi sangat penting dalam produk pertanian. Terkhusus dalam proses pengolahan produk dan proses pengemasan produk yang harus teliti agar produk terhindar dari kerusakan sampai ke tangan konsumen 1.2.Tujuan Mempelajari sifat fisik produk pertanian dengan mengukur sudut friksi dan koefesien friksi.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA Friksi (gesekan) mempunyai peran yang sangat penting didalam mekanika produk pertanian. Friksi selalu muncul dalam beberapa bentuk selama pergerakan suatu benda dan menentukkan besarnya gaya yang harus diatasi untuk melawan friksi tersebut. Dalam silo dan bangunan penyimpan yang lain, beban vertikal pada dinding di tentukan oleh koefisien friksi. Selama pemindahan produk secara pneumatis, terutama untuk material berkonsentrasi tinggi, friksi antara produk dengan dinding menentukkan besarnya tenaga untuk pemindahan. Bagian-bagian peralatan pemindah bahan, seperti screw conveyor, hanya dapat dikuantifikasi kalau koefisien diketahui. Watak massa produk granular atau biji-bijian sangat ditentukan oleh koefisien friksi. Proses pengepresan dan pemotongan produk pertanian juga dipengaruhi oleh friksi. Proses penggulungan dengan suatu poros yang berputar juga terjadi karena adanya friksi (Yuwana, 2014).



Gaya gesekan adalah gaya yang timbul akibat persentuhan langsung antara dua permukaan benda dengan arah berlawanan terhadap kecenderungan arah gerak benda. Jika sebuah balok yang beratnya W diletakkan pada bidang datar dan pada balok tidak bekerja gaya luas, maka besarnya gaya normal (N) sama dengan besar berat (W). Sesuai persamaan : N=W Gaya normal adalah gaya yang ditimbulkan oleh alas bidang di mana benda di tempatkan dan tegak lurus terhadap bidang itu. N = mg cos Sesuai persamaan di atas jika sebuah benda dengan massanya m, benda pada bidang miring yang lain dengan sudut kemiringan dengan mg cos



( Zaelani, 2006).



maka besarnya gaya normal (N) sama



Gambar : (a) Keadaan benda di bidang datar dan diam. (b) Keadaan benda di bidang miring dengan beberapa gaya ( Sumber : 1700 Bank Soal Fisika, 2006). Gaya gesek yang terjadi jika permukaan benda yang bersentuhan ketika benda belum bergerak disebut gaya gesek statis (fs). Gaya gesek statis maksimum sama dengan gaya terkecil yang dibutuhkan agar benda mulai bergerak. Ketika benda telah bergerak, gaya gesek yang terjadi antara 2 benda tersebut berkurang. Gaya gesek yang bekerja bekerja pada saat benda bergerak adalah gaya gesek kinetik (fk). Ketika sebuah benda bergerak pada permukaan benda lain, gaya gesek yang bekerja berlawanan arah terhadap gerak benda. Hasil eksperimen menunjukkan benda yang kering tanpa pelumas, besar gaya geseknya sebanding dengan gaya normal ( Halliday, 2001 ). Besarnya gaya geesk kinetis biasanya meningkat, ketika gaya normalnya meningkat, biasanya gaya gesekan kinetik fk sebanding dengan besarnya dari gaya normalnya. fk = Β΅ k . N Dimana untuk Β΅k merupakan konstanta koefisien gesek kinetik. Permukaan yang licin akan mempunyai koefisien gesek kinetik lebih kecil. Sedangkan besar gaya gaya gesek statis fs adalah fs = Β΅ s. N Dimana untuk Β΅s adalah koefisien gesek statis. Dalam situasi tertentu gaya gesekan statis aktual dapat mempunyai besar berapapun antara nol dan nilai maksimumnya yang diberikan oleh Β΅s.N dalam lambang fs =Β΅s.N (Alonso, 1944).



Jenis-Jenis Gerak Terdapat 2 jenis gaya gerak gesek, antar 2 benda yang padat saling bergerak lurus yaitu gaya gesek statis dan kinetis yang dibedakan antara titik-titik sentuhan antara benda kedua permukaanya yang tetap atau saling berganti (Giancoli, 2001). Konsep-konsep Gaya gesek Ketika sebuah benda berguling di atas sebuah permukaan ( misalnya bola yang bergerak di atas tanah). Gaya gesekan yang bekerja tetap ada walaupun lebih kecil dibandingkan dengan ketika benda tersebut meluncur di atas permukaan benda lain. Gaya gesek yang



bekerja pada benda yang berguling di atas permukaan benda lain disebut gaya gesek rotasi. Sedangkan gaya gesekan yang terjadi pada permukaan benda yang meluncur di atas permukaan benda lain disebut gaya gesek transilasi (Tipler, 1997).



BAB III METODELOGI 3.1.Alat dan Bahan 3.1.1. Alat



3.1.2. Bahan



1. Bidang luncur



1. Biji jagung



2. Kotak tanpa alas



2. Kacang kedelai



3. Alumunium



3. Kacang



4. Timbangan analitik 3.2.Prosedur kerja 1. Mengatur bidang luncur pada posisi horizontal. 2. Meletakkan kotak tanpa alas pada posisii yang telah ditentukan. 3. Mengisi penuh kotak dengan produk yang akan diukur. 4. Mengangkat pelan-pelan ujung bebas dari landasan sampai kotak tanpa alas meluncur kebawah. 5. Mencatat besarnya sudut luncur (friksi) pada skala. 6. Menghitung koefisien friksi produk. 7. Mengulangi sebanyak 3 kali untuk masing-masing produk.



BAB IV HASIL PENGAMATAN A. Biji jagung Pengamatan ke



Landasan



1 2



kayu



3



Pengamatan ke



Landasan



1 2



Alumunium



3



Koefisien



Berat awal



Loses



Sudut (o)



214,6



12,8



39



0,77



214,6



8,8



38



0,81



214,6



38



38



0,78



Berat awal



Loses



Sudut (o)



214,6



2,5



42



0,74



214,6



-



42



0,74



214,6



2,3



41



0,75



Berat awal



Loses



Sudut (o)



445,5



76,0



34



0,74



445,5



43,5



37



0,74



445,5



45,5



35



0,75



Berat awal



Loses



Sudut (o)



445,5



19



35



0,81



445,5



25,1



37



0,79



445,5



24,2



41



0,75



friksi (cos Ο΄)



Koefisien friksi (cos Ο΄)



B. Kacang kedelai



Pengamatan ke



Landasan



1 2



Kayu



3



Pengamatan ke



Landasan



1 2 3



Alumunium



Koefisien friksi (cos Ο΄)



Koefisien friksi (cos Ο΄)



C. Kacang tanah Pengamatan ke



Landasan



1 2



Kayu



3



Pengamatan ke



Landasan



1 2 3



Alumunium



Koefisien



Berat awal



Loses



Sudut (o)



362,6



29,6



34



0,02



362,6



37,6



36



0,80



362,6



26,0



31



0,80



Berat awal



Loses



Sudut (o)



362,6



3,2



37



0,74



362,6



7,6



36



0,80



362,6



6,2



32



0,84



friksi (cos Ο΄)



Koefisien friksi (cos Ο΄)



BAB V PEMBAHASAN Friksi mempunyai peran penting dalam mekanika pertanian. Friksi selalu muncul dalam beberapa bentuk selama pergerakan suatu benda dan menentukan besarnya gaya yang harus diatas untuk melawan friksi tersebut. Dalam silo dan bangunan penyimpanan yang lain, beban vertikal pada dinding ditentukan oleh koefisien friksi. Koefisien friksi yang kami hasilkan antara alumanium dengan kayu tidak jauh berbeda, namun koefisien friksi yang lebih tinggi dimiliki oleh kayu. Perbedaan koefisien fiksi antara kedua benda tersebut disebabkan oleh perbedaaan kekasaran landasan. Jelas terlihat bahwa permukaan alumanium lebih merata dibandingkan permukaan kayu. Sehinga jelas terbukti menurut teori bahwa semakin kasar permukaan suatu benda, maka kefisien friksi yang dihasilkan akan semakin tinggi. Dalam tranportasi produk pertanian, pengetahuan koeffisien friksi benda sangat dibutuhkan. Misalnya ketika kita mengirim buah kesuatu tempat, saat kita mengunakan landasan yang halus dalam meletakkan kotak buah tersebut, maka akan banyak pergerakan yang akan dialami buah yang berakibat banyak buah yang akan rusak. Tetapi ketika meletkkan buah tersebut dilandasan yang lebih kasar maka pergerakan akan berkurang, karena gaya gesek (friksi) antara kotak buah dengan landasan makin tinggi dibandingkan landasan yang pertama. Pada praktikum friksi ini dilakukan uji terhadap produk dengan menggunakan landasan alumunium dan tanpa alumunium dengam masing-masing dilakukan tiga kali pengulangan. Hasil dari uji pada produk kedelai II didapatkan sudut kemiringan 350, 370 dan 410 dengan cos Ο΄ yaitu 0,81, 0,79, dan 0,81. Hasil dari uji pada produk gabah padi didapatkan sudut kemiringan 370, 360, dan 320 dengan cos Ο΄ 0,74, 0,80, dan 0,84 . Hasil dari uji pada produk jagung didapatkan sudut 420, 420, dan 410 dengan cos Ο΄ 0,74, 0,74, dan 0,75. Dan hasil uji pada produk tanpa alumunium foil yaitu jagung didapatkan sudut 390, 350, dan 380 dengan cos Ο΄ 0,77, 0,81, dan 0,78. Koefisien Friksi adalah gaya yang timbul akibat persentuhan langsung antara dua permukaan benda dengan arah berlawanan terhadap kecenderungan arah gerak benda. Jika sebuah balok yang beratnya W diletakkan pada bidang datar dan pada balok tidak bekerja gaya luas, maka besarnya gaya normal (N) sama dengan besar berat (W).



BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan Gaya gesekan yang terbentuk oleh suatu bahan dapat dipengaruhi juga dengan kondisi alas dari bahan tersebut dan tentunya hal tersebut dapat menimbulkan perbedaan pada sudut dan koefisien sudut yang dihasilkan nantinya.



6.2. Saran Disarankan untuk praktikan untuk lebih kondusif saat koas sedang menjelaskan cara kerja, dan diharapkan praktikan untuk lebih aktif dalam melakukan praktikum.



DAFTAR PUSTAKA



Alonso,



Marcello



dan



Fien



Edward



J.



1994. Dasar-Dasar



Fisika



Universitas



EdisiKedua. Jakarta : Erlangga. Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Jilid 1 (terjemahan). Jakarta : Erlangga. Halliday, dkk. 2001. Fisika Dasar Edisi Ketujuh Jilid 1. Jakarta : Erlangga. Tipler, Paul A. 1991. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta : Erlangga. Yuwana. 2014. Penuntun Praktikum Sifat Fisik Produk Pertanian. Bengkulu : Universitas Bengkulu Zaelani, Ahmad, dkk. 2006. 1700 Bank tidak. Bandung : Yrama Widya.



Soal Bimbingan belajar itu Berbeda apa