Kumpulan Puisi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Kumpulan kata kata terbaru puisi terbaik 04.22 lia bae



SILAHKAN SCROLL KEBAWAH UNTUK MELIHAT YANG LAINNYA



LELAH MENGADU Kepada siapa aku mengadu.. Melihatmu merampas lembaran hidup, katamu.. Melihatmu menenteng koper bertuliskan penguasa Perih tak menentu di hati ini Padahal langit kita sama.. Tak ada yang lebih hebat dan kuat Tapi..kekuasaan menjadi senjata ampuhmu! Sangar bengismu tak lebih dari sebuah pancingan Yang bertahta atas dukungan palsu…. Murkamu menandingi skenario Pilatus! Air tangannya kau simpan, bahwa kau ikut munafik.. Entah dunia sudah lelah menegurmu Kau tetap saja jatuh… Aku Mohon Memanggil namamu Tak kudengar suaramu Lembayung nafas cintamu Tak terpatri dalam jiwaku Mengalun sendu pilu Meneriaki dengan pelan: ya sudahlah… Tinta kesabaranku telah habis Tak berbekas dalam lembaran asa Terurai menorah duka Usangnya jiwaku turut mendukung Pun telaga harapan jadi kering Ditimba emosi egoisme Nadir terbang dibawa angin Tak kuasa aku menahannnya Tak kuat aku mengenggamnya (sembari hati memohon)



Sempat Berlari Berlari… Mengangkat muka menatap asa Menyernitkan dahi tanda tak siap Tegang berusaha tergaris sudah Mengucuri wajah elok Dalam sebuah harapan Berlari…. Tapak-tapak tak berbentuk cepat Menyisahkan naluri bertahan Tegar kuat mendaki Saat tak mampu lagi Berlari… Kian beringas mencari takdir Untaian nafsu bertaburan Menginjak…mengisi pelan penuh tanya Inikah arti hidup?? Dimakan gelora nafsu yang kian kilat Rasa Tidur Terus merayu mata yang sudah lemah Yang menutup kelopak Seiring berpindah alam Meretas bangkit dan bangun Membakar kemelut hati Bertahan namun tak sanngup Terjerat godaannya yang selalu membelai Membawa jiwa ke alam sana Untuk Tetap Hidup Mengejar tujuan jauh disana… Menunggu kami tetap tiba dan sampai Beragam jiwa melantunkan nada Gembira bahwa kami pun bisa Bentara hidup kian terasa Mengalun begitu cepat yang merekah Pun membahana dalam syair ria Melawan nikmat yang hanya sesaat ada Inilah kami..tetap berdiri di dalam



Bersembunyi namun tetap dihormati Terlepas dan dicintai dunia!



Duka di Ufuk Senja Terkenang pada masa lampau Hidup yang tampak galau Yang sempat layu Dosa insan yang bau Kau didera tuk menghalau Palang hina tempatmu… Arek-arek itu mengelilingi-Nya Menuntun berdandankan kebejatan Kelaliman mengitarinya dengan mesra Saat dunia ingin menangis peluh Teriring kembang flamboyan pun gugur Derai mata yang tak malu datang Menatap tubuh rapuh dibalut selempengan kotoran Melepuh di sekujur tubuh Terpampang kisah penuh pilu Tragis memang… Melalang duka kian kuat Pun mulut tak berhenti berucap Salibkan Dia… Salibkan Dia!! Mengantar amukan dunia yang penuh makian Kerikil tajam menjadi saksi tanya Cadas pun ikut bergeming Tak perlu hidup yang baik Raja siang tak lagi kuat bersinar Ingin menyembah-Nya pula Dihadapan singgasana duka Golgota… Ronamu berbekas merah kemilauan Bercampur dengan debu mengepul Meletup meracik nada emosi Berbekas pada tapak-tapak bengis Melantunkan pada puncak nyanyian dosa Memeluk tubuh bersimbah darah mendidih Mengelas niat yang tak luntur Yang menjerit atas kelaliman penguasa Tertetak pada bulu paku yang enggan bercerita Bilur pun mulai merengek Menuntut perak itu Naif tirai kepalsuan yang terbuka…



Serak suara menggoda tawa.. Membingkis cemoohan.. Terpekur dalam ketakberdayaan Saat awan kumulus mengawal pergi Lolongan bertaubat benci pun bersahut-sahut Saat raga lemah tak kuat melawan Saat perih mulai menangis Dengan hati tersayat teriris Pada jiwa yang berlagak sadis Bermuka iblis… Riuh pun tak mau menepi Pada tempat yang sepi Muslihat datang menanti Untuk sebuah kematian suri Meski sang waktu tak mau berhenti Yang terurai pada bayang semu.. Bergurau pada cinta lama yang pernah pudar Bertahan dalam kubangan olokan Dijarah oleh maut Terekam jejak pahit yang tak mau hilang Basi menghimpit bumi Menelanjang rupa-Mu Melucuti cinta-Mu Didekap perak berumur muda Bukan sekedar mengemis cinta Bukan menggenggam mawar pada seutas harapan Yang enggan bertanya .. Cinta yang bersemi, bermekaran Menetas kesejukan berirama kasih Mengisi kekeringan dengan air suka Mengalun syahdu… Tuk tebus yang tak tahu diri… Cinta tak seperti embun yang melekat pada dinding jendela Yang menguap terkena bias mentari Palang hina tertancap sudah Menjulang nyata atas bukit kala Memberi aura simfoni pada pelupuk senja Seraya merekah pada Kuasa-Nya… Terbingkai dalam memori CINTA Camkanlah…Ingatlah…Tentang AKU! Dia Ada Tuhan… Sudikah engkau mengecup keningku Saat aku masih punya setitik keringat Biar kutahu Engkau masih mencintaiku…



Debu yang Berbicara Dari debu yang melekat ini.. Sudah kotor tubuhku…menjijikkan! Meramu senyum benci yang ikut tertawa Mencampakkan raga layu ini Dari debu yang melekat ini… Yang kau taburkan dengan mesra Mengatakan aku layak mati Yang kau berikan dengan cuma-cuma Meski aku menolaknya Dari debu yang melekat ini… Mengawali terakan hidup Menemani lolongan yang merayap jauh Mengintip diriku yang berharap kaku Jangan memangsaku lagi!! Dari debu yang melekat ini.. Melihatmu puas ratapanku kini Ranyum membusuk hatimu yang kulihat Akhiri hidupku saja!!



Kalah Tuhan… Ada titipan harapan dari hati berduka Lelah mengemis di tepi cemoohan jurang itu Mengapa senyummu Kau lekatkan pada bibir mereka Sakit terasa melihat-Mu kini Beri kami hidup!



Sumpah Sejati Kami butuh sumpah… Berlari mengejar mimpi yang lalu ada Tak usang merekam jejak indah Atas nama sumpah yang tertatih Entah kapan terpenuhi nanti Tolonglah jiwa-jiwa yang meratap Butuh sumpahmu!



Kami tak butuh sampah… Berserakan karena dosamu kaku Muak karena nyaring suaramu Tertidur bau yang segera bangkit Pada tetesan darah yang menangis Tanya pada dirimu kini Candamu hanya dosa berdentang Memangggil ‘tuk masuk nerak Tak takut panas, katamu dulu Karena sampahmu mudah terbakar Hingga menjadi abu yang melayang Kau katakan sumpah pada dunia Berdiri menggendongnya, tak sulit bagimu… Saat kalah kau buang! Ingat, kami butuh sumpah Yang takkan menjadi sampah!



Agama Kita Mengapa harus ada kekerasan… Tak ada niat tuk bersatu Mungkin karena diri yang kaku Selalu tak pasti menunggu waktu Yang tak ingin masuk pada pintu Janganlah selalu risau Apalagi memegang pisau!! Karena akan membekas bau Tak seperti orang rantau Yang membela agamamu Harus dibalas dengan damai Agar tampak hidup santai Kamu yang mengajarkan mencintai Meski lawan selalu mengintai Yang merobek kasih teruntai Memang terasa pedas Saat semuanya was-was Tak muncul yang ganas Pun hati jangan ikut panas Kita hidup untuk bersatu dalam damai Jangan ada risau untuk silau



Mengapa harus ada kekerasan? Katamu…kamu adalah agama “Aku penjaga manusia”!!! 08/10/12 Melawan Dia Mana keadilan… Diri dirajam dengan murah Tak ada untung..tak adil, begitu katanya Mana nasehatmu..hanya sebatas gumaman? Mengapa harus ada dia… Dia yang selalu melawan adamu… Kata mereka kamu baik Aneh..atau karena sudah capeh, mungkin Yang mereka kenal, tak ada lelah ragamu Tentu angkuh bukan ajaranmu Lalu.. Mengapa harus ada dia? Mungkin bulan malu-malu datang Karena engkau lebih memilih cahaya surya.. Yang kadang baik, kadang tak baik.. Seakan hidup terasa ganas.. Dibalut kata yang semakin panas.. Kekerasan..itulah dia.. Agama yang keras Inikah pertanda hilangmu Terombang oleh kemunafikan Berharap cinta tak lekas usai Yang tak berlari dari hadapanmu Karena kita semua tetap berdiri.. Melawannya! 02/10/12 Retak Yang sudah retak Mudah untuk hancur Hanya membentuk kepingan Tanpa tajam! Tak semuanya indah Pada angan dibawanya kabur Seolah sudah lelah Belalah hak adanya!



Kapan ada kebaikan? Yang selalu diajari Meski tak pernah diikuti Sudah salah jalan Kata mereka..ini aneh Rapuh sudah membentang Ingin sendu pada menang Tak ada sunyi Berharap tak ada lagi hari esok… 11/10/12 Dosa Kemarin Pada senja yang mengemis kemarin Kutukan yang mungkin akan terjadi Pada diri berdosa…mungkin sudah salah jalan Darah bergeming karena ingin bebas Enggan memencar karena malu Sudah salah jalan pada mereka Salah arah tak pasti Hampa tertancap pada jalan ini Kata mereka: engkau sudah tak layak lagi Sekarang.. Di saat pagi mulai beranjak pelan Masih ada bekas dosa kemarin Yang urung pergi secepatnya Karena ia akan terus melekat Seraya menaruh benci bila ditinggal pergi Inikah pengorbanan yang sudah salah jalan??



Cangkir Kasih Seperti cangkir… Menampung manisnya suka hidup Meski tertutup pahitnya sedih Ada pegangan pada raga lemah Bahwa takkan ada kata jatuh Mungkin sudah retak bagimu Yang kala melukaimu Tapi… Kita bersaudara… Turut merasakan keduanya! Seperti cangkir… Saat tak berisi asa



Dibuang layak tak tentu Mengukir cerita lama yang sudah usang Kita tak pantas bersuara seperti ini Seperti cangkir… Mudah retak karena sudah tak mampu berbuat Pun muak tuk melanjutkannya.. Ia sakit terjatuh Tapi tak ada kisah itu buat kita kini… Kasih… Kujadikan cangkir ini sebagai kisah kita Tanda semuanya belum usai… Ia masih ada diantara kita Bagiku..cangkir ini adalah hidupku Karena engkau selalu ada bagiku… Cangkir, untukmu kami selalu berharap! 9/10/12 Aku dan Dia Saat aku tak punya, Dia selalu memberiku yang terbaik Saat aku jatuh, kutahu Dia yang menggendongku Saat aku tertawa puas, “nanti kuambil”, katanya Saat aku sedih, “nanti dulu”, menyadarkanku Saat aku letih, “ini, seteguk air cukup untukmu” Tetapi… Saat aku lemah,”dimanakah Engkau?” Saat aku sedih, “cepat tolonglah aku!!” Saat aku tertawa puas,”ini yang kuharapkan” Saat aku jatuh,”mengapa harus diriku” Saat aku tak punya,”mengapa bukan mereka” Dalam hati, kusujud,”maafkan aku Tuhan”. 25/09/12 Pilu Langkah menatap pilu Mengalun merangkai sendu Kabut pekat menyelimuti Sembari memohon peluh Utopia dibawa pergi Direbut mimpi sejumput… 02/03/11



Tentang Harapan



Mimpi malu-malu pergi Tak sanggup menggoda lagi Meski malam telah dilahap Hidup akan selalu siap Gelora mulai lelah Yang punya banyak salah Karena sudah tak mampu Duka pun tak dapat disapu Cucuran sudah menyatu Pada hari berhembus waktu Masih punya harapan Untuk raga masa depan 04/05/12 Perih! Hari ini… Kau lukiskan kisah baru Menghapus duka bersatu Atas nama cinta kita Kemarin… Kau bawa simpul senyum manisku Senyum yang menjadi milik kita kala Senyum pertanda dunia terasa kecil Meski pada akhirnya berakhir derai mata Hari ini.. Kucoba mengingatnya kembali Meski senyummu masih melekat Pertanda kumasih sayang padamu Separuh jiwaku kau bawa pergi Kau letakkan di luar hatimu Mungkin tak boleh masuk lagi Karena kutahu tak bisa kurangkai lagi… Kemarin… Masih ada sapaan manismu Masih ada belaian mesramu Meski kau bawa semuanya Siang, masih ada semuanya Tak sadarkah engkau?



Malam ini tak berbekas lagi… Perih! 8/10/12 Dilema Cinta Janjimu dimakan waktu Egomu menelan asa bersatu Lewat impian berbalut cinta Rayuanmu hanya muslihat semata Memang terasa pedas Saat kau merasa puas Melihat jiwaku mengemis Terukir hati sepi teriris Jiwaku memoles harapan Menunggu sebuah jawaban Semuanya tak berarti Membuatku harus menanti Mimpi memeluk jejak Terbingkai naluri pembajak Tirai kepalsuan terbuka Menebarkan cinta terluka Untukmu, penghuni jiwa kelam ini… 03/03/12 Prolog Embun menyapa bumi Mentari tak kunjung menyinari Pagi menggusurnya pergi Raga tak terkulai Saat semuanya dimulai Di awal pagi ini 04/03/12 Hari Ini Pagi.. Membentangkan harapan Meski masih mengantuk Agar terus berjalan Hati-hati tak terantuk Siang.. Separuh raga telah terbang



Nafas yang kian terengah-engah Meski berbuat yang berbalut karang Untuk tetap berbagi kisah Malam.. Terasa beban terasa berat Masih pula ada yang lupa Tak ingin ada yang mencegat Masih ingin esok terus menyapa.. 21/03/11 Pilu Langkah menatap pilu Mengalun merangkai sendu Kabut pekat menyelimuti Sembari memohon peluh Utopia dibawa pergi Direbut mimpi sejumput… 02/03/11 Ratapan Kami Telaga harapan terasa hampa Ditimba dibawa egoisme semata Saat dunia tertawa melihat kami Hati kami tersayat duri Menorehkan asa yang mulai redup Mengais suka tak didapat Bingar terdengar di ujung sana Melalang menghantui jiwa kami Menukikkan hati berpoleskan hasrat mati Ratapan ikut mengerudungi Tak terdengar sayup bahagia Maut menunggu kami Terus menyapa, merayu bersamanya Entah apa yang terjadi Saat suara kami dibisukan Terkulai saat diri merayap Sendiri.. Berdekut memeluk nyawa gelap Tertetak sampai mati Kami mencecit kegelisahan Merana…



Rona pun terus mengeluh Mengerang meminta pada Sang Khalik Akhiri hidup ini saja Pada batas usia senja! Tak berguna gelar kami!



03/03/12 Malam Kudus Hembusan angin memeluk jiwa Sunyi mengerudunginya Terpantul hati ingin menyapa Saat pekatnya memanggil-manggil Berkanjang dalam ria Terdengar sayup-sayup membahana Belaian mesra kini nyata Menghapus laska harapan terukir Menggoreskan nadir penuh asa Menidurkan senyap agar tak bangun Seraya menunjuk terang di bintang itu Bau sengat mengerudunginya Sederhana nan megah terpesona Beralaskan palungan cinta mesra Berdandankan kasih sampai akhir Hembusan kasih memeluk jiwa Tak ragu melihatnya Membelai insan Lantas… Siapkah hati kita Di Malam Kudus ini? Hanya gempita menyambut-Nya? 24/12/2011 Bintang Lihat itulah dia… Menangguk kebesaran nama-Nya Diikat oleh tangan-Nya Ditempatkan seolah dipaku erat Merana.. Sendiri… Berdiri dalam panaroma alam Disoraki teman-temannya



Diiringi kidung semesta luar Berkilau benderang dipikulnya Itulah dia… Tataplah ia selagi ia masih di sana! 24/12/2011 Tetap Kuat Pada awal harapan ini Kurangkaikan kata bermakna Bukan tak berarti Bukan hal yang fana Saat semuanya telah layu Ditelan usangnya sang waktu Saat aku terus dirayu Saat aku melangkah sayu Pada awal harapan ini Kubulatkan tekad Mengais rejeki berkalungkan nasib Tak menentu berjalan Dalam lembaran mimpi untuk bisa direbut…. 12/12/2011 Cinta Yang Pergi Kemanakah engkau cinta Saat semua insan ingin bersemayam di balik kisahmu Saat tangan-tangan kuat saling terikat erat Saat kaki-kaki masih dapat berlangkah Dengarlah teriakan duka disana Menjerit memaku diri Sudah cukupkah engkau ada Pergi tak berbekas… Kembalilah bersama nyawa kami! 18/1/2012 Ia Telah Pergi Kawan.. Tak ada lagi cerita manis yang akan kita rajut lagi Tak ada senyumanmu lagi Dibawa pergi melawan waktu yang perlahan berhenti Pada kisah kita dahulu dan kini Kawan..



Sudikah engkau berdendang lagi Kan kudengar untuk kurekam Kan kutulis syair lagumu pada buku kita Bahwa kisah kita tak pernah berakhir Kawan… Jalan kita berbeda… Takkan ada yang berbeda di antara kita Bersama kita arungi jalan ini! 26/1/2012 Maaf Tak banyak kata tuk mencintainya Tak banyak waktu tuk menjalaninya Raga pemisah menjadi pertanda putus Kukorbankan kebebasanku tak hanya untuknya Bahkan malu-malu menjamahku.. Pupus sudah harapanmu Terlena pada buaian semata Mengingkarinya dengan ria Meski gundah datang tanpa diundang Terbelah pada ketakutan akan cinta palsu Sudikah kita pulih Ditengah hantaman gelombang takdir Dan dentuman sayup duka terus terdengar 28/1/2012 Berlari Berlarilah pada jalan itu.. Teruslah berlari Semuanya unya tujuan Terimalah dan angkatlah muka! Sandarlah pada kakimu… Sudahkah ia kuat dan terus berlari…. 29/01/2012 Tangan yang Erat Tangan-tangan terangkai membusur Membentuk jalinan harapan Menyebarkan ego yang berbau miris Meski tak saling kenal Kata hati yang berkata kemudian Mari dan melambaikan satu!



Tangan-tangan seperti sayap Mengepakkan rasa bersama Terbang mencari tangan lain meski tak kuat lagi Ada cerita saat rapuh genggaman yang erat tadi Yang bersembunyi pada jemari kaku 13/02/2012 Tertawa Tertawalah Luapan hati mengalahkan senyuman Bukan pada emosi semata Tak ada batas Sampai engkau puas 14/2/2012 Dia Sudah Kalah Gundah menerpa wajah ini Saat kaki-kaki mulai enggan merangkak lagi Saat kepala tak cukup menengadah Tubuh terkulai rapu saat merayap Dimanakah kekuatan itu?? Kekuasaan pun mengenggamnya erat Ditambal lewat kepingan-kepingan nafsu Tak ada yang dapat dirubah Janji dibawannya pergi menjauh Pun mengelana di alam sana Menguap di tengah karatnya kursimu Kembali tentu tak tak mungkin Yang ingin mendepak hati pertiwi Dimanakah keadilan?? Saat mata mulai rabun damai Kami ditinggal pergi bujangan Direngkuh amarah bertaubat pembajak Ah…sudahkah keadilah dibunuh tanpa ada pengakuan dosa??? 14/02/2012 Hilang Bersama Senja Kisah itu berakhir di pembatas gelap dan terang Meninggalkan kisah bermemori kelam yang harus berakhir Saat bulan ingin menutup tawa siang Menebarkan bahwa ia sudah ada dalam kegelapan Disana ia berujar terus Karena ia hanya mengolok Pada sosok yang terpaku Tak percaya ia tlah dikhianati



Matanya ayu bahwa ia telah menang Dimanakah janji itu.. Hilang saat usia mulai senja… 21/2/2012 Mendung Mendung…. Katakan padanya… Aku tetap cerah tuk mencintanya… 28/12/2012 Mama Mama.. Kata yang takkan rapuh oleh zaman Waktu pun menjaganya Dunia tak sanggup membalas cintamu Kau mengajari tuk mencinta Untuk menggapai surga di bawah telapak kakimu… 14/3/12 Yang Tak Terdengar Satu rintihan, satu duka Menanti dibawah payung kesetiaan Karena hujan kelaliman tak pernah berhenti Mengguyur lepas penuh pada ikhtiar baik Mungkin mereka lupa pada asalnya Satu rintihan Beban tak kunjung pergi Yang dirayu oleh nasib itu Saat harta berbicara banyak Satu duka, Berteriak tak ada guna Tak didengar rintihan ini 16/3/2012 Itu Tanah Kami Tanah itu.. Saksi pertanda kami ada Bukan untuk siapa.. Untuk kami



Dari kami… Milik kami Kelahiran kami berada di dalamnya Tanah itu… Pusaka yang kami jaga hingga mati Tak ada cemas karena dia milik kami Yang memberi kami hidup Untuk kami terus ada bersamanya Tanah itu… Perintis jalan yang sarat provokasi Mungkin tak akan direbut lagi hingga darah kotor menjadi saksi Tak ada lagi yang menangis melihatnya! 20/3/2012 Selagi Masih Ada Selagi masih ada… Kubulatkan tekad untuk terus berjuang Membungkus jiwa berani agar tetap kuat Membuang waktu yang tak tetap Sambil menanti dini… Selagi masih ada…. Jiwa tak ingin pergi jauh Raga ikut bergeming bekerja Kesempatan tak datang dua kali Meski hidup hanya satu kali 20/3/2012 Satu Adat Terbalut dalam satu adat Bahasa ikut menyatukan beragam kata Cukup untuk membatu pada pahatan itu Membahana “gendang” bersahutan Meniti mengais pada harkat Mengggulung nadi hawa baru Dalam dekapan Congka Sae Wae Mokel bertabuh di ufuk timur Melambai Selat Sape ‘tuk tetap bersatu Bukan memetas pada yang hilang Merebut apa yang mesti dimiliki Memeluk senja dingin memeluk kopi pahit



Serasa terus bersama meski harus pergi Entah mengapa ia menjerit Tak cukup kuat melepas suka yang sudah lama di genggam Tak puaskah derita mengekor entah…. Kisah mendendam pilu Membekas… Menjejaki tanah Nuca Lale 21/3/2012 Hujan Ia kembali menjenguk …. Meski kedatangannya sedikit menutup kesalahannya Entah ada senang dan sedih Ia bertahan lama Atau.. Hanya sekadar melihat ukiran senyuman palsu ini.. 26/03/2012 Kesetiaan Entah mengapa, tiba-tiba angin bertanya pada daun bermuka retak itu, “Manakah yang lebih baik, mencintai atau menghargai?” Daun pun menjawab,” Aku tak tahu. Tanyakan pada tanah basah itu yang selalu ditiduri tapi tak pernah marah.” 3/5/2012 Mereka Punya Mimpi Mereka punya mimpi… Saat berlaksa niat meletup Merangkul benih kembang misi Melantunkan pujangga panggilan Sembari bertekuk memoles hati Mengatup tangan pada Khalik Dalam ribuan kasih terukir harap Tuk merobek duka pilu Dalam remang menabur kasih Berkelana… Membawa sejumput cita Mereka punya mimpi Meski peluh membungkus jalan itu Debu membelai drama panjang itu Yang usang tak miris pergi Saat mereka terus berlari



Tak ada kata lemah Lelah pun malu-malu hilang Saat kisah dikecup damai Asa pun lenggang merangkul nadi Menggenggam binar tawa meriah Mereka punya mimpi… Pergi berselubungkan imamat Tak pupus saat mulai bimbang Tak layu dimakan bertubi cobaan Saat hawa lain mulai merengek Niat terus merangkak pelan Mereka punya mimpi.. Saat ini.. Disini.. Sudah terjawab! Dipeluk putih menyilang Masih menunggu fajar syair kisah nanti Dalam memori baru.. 14/4/2012 Aura Cita Di aura sepiku ini… Engkau hadir membawa harapan: Ada cita di tempatmu ini… 6/5/2012 Kisah di Akhir Cinta Di akhir ceritamu.. Kau gariskan jejak bertabur cita Dalamnya kau beri rasa Karena kita saling menabur cinta Di akhir tawamu…. Kau simpulkan sukamu dalam cangkir itu Saat sore menyapa serabut mimpi kita…. Di akhir mimpimu… Kau harapkan apa yang kau inginkan Meski semuanya kadang tak adil… Di akhir semuanya.. Hanya ada jiwa kita… 8/5/2012



Tetap Mampu Kemarin ia datang… Kemarin ia pergi,, Kemarin pula ia mati… Kemarin ia bagaikan mimpi Yang tak akan pernah kembali Kemarin ia bagaikan hujan Yang tak akan kembali ke asalnya Kemarin ia bagaikan air Yang tak akan pernah kembali ke hulu Sekarang ia berdiri… Dalam jejak berkatung asa Bernostalgia dalam suka Untuk esok lebih baik… 17/12/2010 Ia Tetap Ada Terbentang kisah di permadani langit Mengukir kisah di ujung nadir Melewati beribu asa Mencari arti hidup Berkelana di padang imamat Bertabur bintang cita berbalut perak Menggapai murni hati Lika-liku nan pedas tergores Merangkai tapak jari lelah Mengurai jejak firdaus Pun sarat kerikil berduri… Sayup-sayup kekhalisan terdengar Melambai-lambai di usia senja Ada kisah pilu disana Menuntaskan drama hidup Simfoni bergema indah Menembusi kesepian Rita Mengalun nada di cakrawala Mengukir nama Emanuel… 6/9/2011 Lelap



Terlelap pada pagi ini.. Seraya memohon ‘tuk pulang Melihat kawanan tawa disampingku Membuatku menahan ragu tuk malu Terlelap pada pagi ini.. Karena ada tawa malam tadi Mata terus memaksaku Tak ada niat untuk melanjutkanna Terlelap pada pagi ini Ada salah mendera Ada rindu untuk bangun Namun.. Sudah ada kata “terlanjur” 21/5/2012 Masih Ada Mengangkat tangan bersama angin Seraya meminta tuk bersamanya Sudah tak berucap pergi.. Melambai… Ada disana! Ada selembar harapan Yang bisa kita tulis Tentang kisah dunia yang ikut bergeming Yang memaksa kita tuk selalu merangkulnya… 24/8/2012 Kami yang Berlari Biarkan kami tetap pergi Tak mau berhenti berlari Sekarang saat untuk memulai Dengan hati penuh damai Karena kami punya harapan tinggi Meski keringat ini terus berderai Melawan duka dengan santai Agar tak menyapa lalai Disini kami tetap berdiri seraya berlari…. 28/8/2012 Tentang Kita Kisahkanlah duniaku



Agar dunia tahu siapa diriku Kisahkanlah duniamu Agar dunia dapat mengenalmu Kisakanlah dunia mereka Agar dunia dapat mencintai mereka Karena jiwa-jiwa takkan rapuh Saat genggaman sudah kuat Pada tapak bergambar kita Meski kita berbeda rasa Tetap bernaung dalam wajah dunia 29/8/2012 Hilang Lagi Satu kisah hilang.. Candanya tlah hilang Mencari angan yang lebih pantas Bukan suka yang didapat… Bebas! Itu pilihan berkaca hati Melepas cerita kini… Kawan.. Kisah kita tak selalu sama Ada yang pergi… Kisah kita berajkhir malam ini Saat kita harus lebih siap Perlahan meraih impian kita yang berbeda Tak disesalkan sesaat Pada waktu yang murung pergi Baik untuk kita 10/9/2012 Cinta Ini Bukan jiwa ini yang mengatakan cinta Tetapi hati iniyang sudah mengatakannya dahulu Kalau aku pantas untuk mencintaimu Bukan raga yang menyakinkanku Tapi batin ini yang menyuruhku Kalau aku harus mencintaimu Karena selalu ada rasa ini Selalu terbayang dalam hiduo ini Tuk mencintaimu…



13/9/2012 Untuk Hidup Kamu jatuh… Jatuh kering… Aku pungut Aku bakar… Tak lama kita bersama Kamu gugur tanda telah siap Menjadi ati untuk hidup Telah memberi warna Bersama yang lain 15/9/2012 Yang Terlupakan Ombak tertawa melihatku Tak berani menyapanya Membawanya.. Tak lelah menenggukknya Mungkin tak seperti pasir Yang selalu membentuk kasih Lewat bulirnya yang indah Kesana kemari kuberjalan Di senja yang mulai rapuh Dibayangi untuk melihat rona tuanya Menyusuri pasir –tak bersalahSeakan ia jauh dariku Tak mengapa diri ini lugu Mungkin lain kali… 16/9/12 Terulang Kembali Sudah ada cerita lama Yang kembali terulang Ketika aku butuh panutan Untuk kisah panjang ini Bukan rahasia lagi kisah tadi Semuanya berakhir dengan cerita akhir Memang sudah jalan mereka Yang mesti kupikir lagi Yang kembali terjadi… 17/9/2012 Kata yang Salah



Salah kata terucap Pada bibir menutup canda Yang selalu tertawa meringis Bukan itu… Mungkin sudah berakhir Cerita kita yang panjang Tak menghiasi hari kita lagi Ada hampa disini Menemaniku yang berharap lebih Sekaan dunia sudah mati Hanya kata yang terucap Rasa ini telah gugur Sungguh sial… Sesal penuh gundah Berharap mereka kembali, para bidadariku… 18/9/2012 Hati yang Berkata Pada bingkisan rindu Kuucapkan selumat kasih berpita mesra Masiha ada hati untuknya yang kugambar polos Di pagi ini… Mungkin ada coretan pada hati Tergores menodai munajat cinta Seakan ikut tersenyum Untuk tulisan bergambar hati Tak tetahankan rindu ini Tak mampu kuungkapakn kini Selalu terbayang wajahmu Meski kita tak pernah tersenyum saat melihat Merangkul pusaran waktu agar berlari cepat Ada setetes rindu Melegakan harapatn untuk bersama selamanya 21/9/2012 Yang Kucintai Tuhan.. Dalam sujudku penuh harap Berbakti penuh syukurku Berada di jalan ini..



Ada suka yang menggendongku Yang mengusik dukaku Ada duka yang meramu sukaku Masih ada di jalan ini.. Itu sudah, cukup bagiku Meski kadang aku menentang-Mu Engkau tetap mengasihiku Engkau ada dan hadir dalam diri yang lain Meski kusalah pada mereka Salahkah aku Tuhan?? Jatuh aku pada deritaku Susah kubangkit berdiri Kutahu cintamu begitu kuat Memeluk erat diriku Katakanlah kepada mereka.. Aku lebih mencintai-Mu.. 24/9/2012 Cinta Buram Puaskah kamu melihatku kini Terlena tak bertepi di depanmu Senyum menggunuung bengis dihatimu Amu membenciku, itu pasti.. Terlalu lebih aku berharap Kisah yang sudah usang Yang mesti kita buang Agar aku tak menjadi kotor Beri aku waktu sesaat ‘tuk kembali mengenalmu dulu ‘tuk darah menjadi saksi Antara yang hidup dan yang mati Tidak untuk seperti kini Senyumku bukan untuk janjiku Hanya kata yang terucap Agar semuanya kembali terulang Bencilah aku…. Agar kutahu kamu masih mencintaiku Agar kamu tahu aku masih mengharapkanmu! 24/9/2012



Kita Tetap Satu Tuhan… Mengapa harus secepat ini Bintang malam ini mengingatkanku Pada sosok kuat berjiwa penakluk Yang sudah lahir lagi di alam sana Pergi dan tak kembali pulang.. Kata satu bintang seolah mendekapku Satu diantara insan berkalung kasih Yang setia menjaga malam Malam berkabut gelap, tandanya.. Agar tak kecapaian melawannya Kawan…. Kau tinggalkan luka mendalam Dari yang yang terdalam Meski kita terlahir dari dunia kelam Tapi tak sampai dendam Kau lukiskan kisahmu penuh arti Seolah semuanya sudah mengerti Tentang hidup dan derita ini Yang kita rajut disini Tapi..kau tak ada lagi kini.. Mungkin mimpinu telah kau raih Tak sebesar menurut kami Adalah tanda kasih darimu Sedikit waktu bersamamu.. Semuanya hanya terkenang Dalam curahan bintang terang Yang selalu menjaga malam Dari hati yang terdalam Selamat jalan kawan… 26/9/2012 Yang Terbaik Jalan ini masih panjang Saat harus dimulai lagi Sesaat tak ada waktu untuk diam Bergerak! Meraih, tidak mudah! Jalan ini masih panjang



Ada suka dan duka menanti Yang siap dibelai Lembut! Jalan ini masih panjang Mereka pun bangga Yang mencintai semua orang Bukan satu orang saja Jarang ada yang punya… Jalan ini masih panjang Ada bahagia menunggu Yang selalu merindu langkah sayu Pasti! Ini yang terbaik dari yang terbaik Antara sekujur tubuh dan perjuangan Ada derai mata Yang mengalir Derai pertanda masih bisa Saat raga mulai lelah Tak ada sedikit pun jua yang membantu Mereka pun tahu dimana letak harta itu Carilah! Pinta mereka 27/9/2012 Cinta Terdalam Sejak kumenemukanmu kala itu.. Dunia ikut begembira puas Melihatku bahagia penuh pesona Di balik senyumnya Sejak kumenemukanmu. Dunia juga merasa iri Karena cintaku padanya berkurang Perhatian pada yang lain Sekarang… Kau meninggalkanku sendiri Membiarkanku merana berdiri Menatap kisah lalu yang penuh arti Sekarang…. Tak ada lagi candamu Senyummu ikut terbang kesana



Ternyata dunia kita berbeda… Coba kau tanyakan pada dunia… Apa yang ia rasakan sekarang.. Mungkin “aku akan pergi” jawabnya.. 27/9/12 Pintu Maaf Nada hidup terukir pada kata-kata Berbaris menuju pintu maaf Yang sedang menunggu: berubah Pada jalan yang salah.. Tuhan, ampuni kami… Pada raga yang bisu Dunia hampa dihadapannya Berbulir dosa mengandung malu Bukan pada tempat yang layak Melantunkan pujian berujung hinaan Seraya ikut menyalibkan-Nya Petuah tak luput mencecar Enggan mendengar muakan langkah Yang sudah salah jejak Tak pantas untuk dilihat Karena seorang pun tak tahu Dibumi mana ia berada Hingga ia harus bertobat!! Selalu ada niat tuk mencintai Tak kenal aral meski punya mimpi Yang sudah salah jejak… Tuhan… Pintu maafmu berharap terus terbuka Terimalah sesal ini.. 27/9/2012 Pengakuan Dosa Doa.. Pada diri rapuh Sembari mencari hidup diatas sana Mengembara sambil dipegang Ditentukan penuh rasa.. Syukur, maaf, memohon bercampur



Dalam satu sembah suci Kepada Ilahi… itu Tuhan, lihatlah! Ekaristi.. Ada sembah…ada sabda.. Ada roti kecil Berkumpul, bernyanyi Kasih terajut bahwa Ia hadir Bukan sekadar ramai..tak ada bekas Berkaca pada lembaran lalu…digodok.. Ia puncak segalanya.. Kitab Suci.. Bukan mereka..ada lidah api tertancap Tuhan ada didalamnya.. Deretan kata menjalin nasihat Beri ia tempat Dalam hati Tidak hanya asal omong Berani bertindak…saksi atas drama cinta… 27/9/2012 Ia Masih Ada Suka tak bertepi mengemis Meminta padanya agar berisik sejenak Dalam memori berdingin itu Menari dibalik gunung Bertabut kemilau asa Nan di paku pada tiang puncak itu Mungkin tak terbayangkan Saat semarak mulai bertabuh Dalam balutan selembar abad Membisikkan pada tawa manisnya insan Mengelus pada retaknya yang seakan pudar Saat gerimis membasuh raganya Mengabarkan ia masih ada Secarik nada enggan diam Meneteskan peluh penuh cita Berdandankan sisa waktu yang beranjak pergi Kau ceritakan pada mereka Ada satu cinta tuk dieja Membelai kasih yang dijaja Melepas pekat diusia senja Merangkai hati manja



Pun menyembah pada satu Raja Dibalut dalam aura Gereja Sayup merobek pilu berduka Tak menjala duka lain Tuk mengukir kisah di hari baru Ia masih ada… 30/3/2012 Satu Tanah Raga kuat terkena cambukan caci Karena hati bertabur alam penuh damai Sejuk dengan secangkir kopi panas Dibalik rintik-rintik basah menyapa Kau tertahta dalam balutan lodok Tertata pula dibalik Mandosawu Menemani hawa Rana Mese Berkalung kicauan sangkar Ine Mbele Meski tambang merusak tampanmu Kau lahir saat komodo berdendang Bahwa Liang Bua ikut melantunkan tanah dise Ema Meski jejak Buntal kau ikat pada pinggangmu Enggan melepas seperti saat Motang rua Kau beri mereka kompiang Bongkar pun kau beri tempat Saat tatapan Golo Curu meramaikan pagi Mengingatkan nana dan enu Tuk segera pulang Mengelus pusaran damai bunga Nuca Lale Kau ada.. Karena ada aku, dia, dan mereka yang menjadi kita Terlahir dari satu tanah… 30/3/2012 Teruntuk Dia Wajah-wajah saling memandang Mengajak tangan tuk terus berjabat Dalam lembaran yang mulain Nampak Tak lusuh… tak ada gores Pertanda semuanya baru Untuk satu cinta



Wajah-wajah saling memandang Diterpa angin mata tuk bersama Karena semuanya sama Tak berbeda Inikah namanya cinta?? Lepas beban kala berumur Tak mudah menggenggam abad Mana yang terbaik, mereka kejar Letakkan nyawa, roh tetap ada Untuk satu cinta.. Ini kata hati yang tersembunyi Saat separauh jata terbentuk Tak ada niat gugur Pun mati ditolak… Sembah.. Sembah.. Untuk cinta-Nya… 1/10/12 Antara Kita dan Mereka Kasih.. Pagi hari kukatakan pada mentari Meminjam sinar kasihnya Tuk menyinari dirimu yang mulai bangun Biar tak terlelap dalam dingin Siang hari…. Kukatakan pada debu Biar ia tak melekat pada dirimu Agar cinta kita tak kotor Sore hari.. Saat surya beranjak mengusap gerahnya Malu-malu kukatakan padana Agar ia datang kembali esok Seperti cinta kita tetap ada Malam hari…kuingin meminjam cahaya bulan Meski dunia marah padaku Karna kutahu hanya kita yang bersua dalam terang Berharap bintang pun membelai malam kita Kasih… Satu hari cukup bagiku tuk mencintaimu Siap kumati dalam waktu singkat Asalkan aku mati dalam genggamanmu



Satu hari ada bayangmu di tempat ini Yang terpantul lewat mentari Yang indah saat purnama bulan Dalam bintang yang selalu ada seperti cinta kita.. Abadi!! 8/10/2012 Berpisah Malam pun gugur.. Menyibak derita kawalan gelap Melahirkan pekat di awal suyi Melepas lelah pada hari baru Pagi telah hidup Setetes nafas sudah ada Punya nyali berbuat Masa depan sudah menanti Kini harus berpisah Antara gelap dan terang Antara dingin dan panas Yang sama-sama berjalan dahulu Sudah letih..dipeluk lesu Antara malam dan pagi.. 12/10/2012 Di Senja yang Sama Kala raga pada senja yang sama Tak bertuan yang selalu mengeluh Berteriak kelam agar ia cepat pergi Tak mengapa ia berada di luar Antara benci yang ada Menggertak jantung Berakhir!! Kala raga pada senja yang sama Kapan harus berhenti pada titian kasih Yang enggan bercerita lama Naluri pun mengancam jiwa.. Menyerang… Sakit menunggunya kemarin Usai.. Pada jalan lain, mungkin lebih baik Meski tak boleh santai… 23/10/2012



Wajah yang Berbeda Berserakan.. Satu per satu diluar wajah Selalu tak sama Kepingan bayangan bercampur Sirna…kabut dan kabur Mana yang asli Rentan dibalik senyum yang palsu Wajah mereka…kumpulkan!! 3/11/2012 Diam Tutup mulut yang terus bersuara Bicara, hentikan ia… Menganga bukan kerjanya Segan bukan kisahnya… Tutup mulut yang tak bersuara Hanya sebatas diam yagn tlah diukur Sepantasnya jangan rebut Tenanglah… Mereka akan bersuara lagi.. 3/11/2012 Pujaan Hati Mery… Serpihan lamunan malam tadi mencubitku Saat kau mulai terasa gundah Saat lantunan nada kasihmu Terngiang tak tentu menghukumku Terasa bau, nafasmu kini Yang kini kau tiup biar aku tetap jatuh.. Mery.. Kakiku tak kuat lagi menggendongmu Tuk menelusuri jalan di depan kita “tak pernah mengatakan mati”, katamu dulu Mery.. Cincin yang melekat di jariku ini Pertanda kusayang padamu Hati ini tetap milikmu Menunggumu disini Di awal perjumpaan kita.. 6/11/2012



Hidup di Jalan Ini Jalan ini… Mengenyahkan kebebasan berlangkah Yang merasuk kesendirianku Menggoda hayalanku.. “ia sendirian”, yang terdengar saat ini Mencoba menepis tak ada Jalan ini.. Teriakan kerasukan palsu Pada mereka yang rakus… Inikah Sodom baru.. Pedis memanggil perih… Jalan ini… Tenaga mungkin sudah lenyap Ah..ceroboh pun datang.. Lagukan kidung bahagia, antara jiwa yang pudar Jalan ini…lewatkan lembaran lama.. Mungkin segera usai.. 15/11/2012 Korban yang Terlupakan Membungkuk.. Harus tunduk.. Hormati yang duduk.. Pula tetap tegak Jangan terantuk Agar tak dicambuk Derita pun datang Menunggu diri yang terus mengerang Untuk selalu menentang Menutup suara berang Membakar wajah yang berang Agar kita cepat pulang Dan selalu berwajang riang… Lari… Jangan berada disini Yang menusuk pusaran hati Dari kaki yang berlagak sakti Mengelus kami agar cepat mati Dengan cemeti… Dan tanpa henti!!



23/11/2012



Sesal dan Salah Salah.. Pada daun yang ikut jatuh Katanya sudah lelah Ingin bersama tanah Tak cukup kuat menengadah Salah.. Pada semut yang sudah tak saling menyapa Ego sudah tertancap kini Ingin bersuka sendiri Tak ada kata hidup lagi Salah… Pada dinding retak yang bergambar hati Menggores tawa yang mulai pudar Akh..mulai kalah?? Dan runtuh?? Salah.. Diri yang tak pantas Miris senyum palsu menggoda Yang tak tahu malu Melepas kesucian yan ada dulu Entah masih bertahan sampai kapan… Habislah hidupku!! 23/11/2012 Tak Tahu Diri Memutar waktu yang perlahan mundur Melawan arus angin yang berhembus keras Dulu pernah ada dia Sedih punya sangar sepertinya Yah,,,terlampau kurang penuh tanya Arti sebuah jawaban yang tak kunjung berhenti Membawa sejuta mimpi dari rongsokan diri Memungut kata berlabel tak mampu sendirian Anarki dipegang kuat Aku penguasa,, Sembari mencecar yang benar yang terus disalahkan Yang salah dianggap yang paling baik



Murka menandingi skenario kisah Pilatus Air tangan disimpan dan tak dibuang Menarik tali agat ikut munafik Tak takut pada cemohooan yang bergelora Membayar utang yang belum dilunasi Mengeruk harta untuk menghapus keringat Dasar tak tahu malu! Hanya mau cari untung… Tak sadarkah basi sudah tempat itu Aneh..tak ada kepulanganmu Menengok kuburan perintahnya Cukup sudah yang kau tawari.. 27/11/2012 Mereka yang Timpang Merogoh kuasa menabur nafsu Bergambar pahlawan berjumlah ribuan Bemata dua tapi sinting Terurai menyembah kursi goyangnya Dari sana murkanya terus bersemadi Agar tetap bertahan Menegakkan: tunduklah padaku!! Yang berbaris panjang menyorakimu terus Salah asuhan mungkin jalanmu Salah didik menemanimu kini Busuk rayuanmu tercium menyengat Hingga kau sendiri tak merasakannya, aneh… Matikah terang dari jiwamu?? Lalu.. Peti sudah siap kini.. Kain putih ada di hadapanmu 29/11/2012 Bunda Rita Bunda… Bertahta di puncak angker kala itu Kokoh menyambut mentari pagi Engaku pun membalas dengan sejuta senyuman Karena masih ada kisah yang bisa terukir Memm]bentangkan harapan penjejak Para pemimpi meletakkan di pundakmu Karena engkau selalu kuat



Bunda.. Miris muka kadang kau tawarkan Perlahan tangkasmu mulai hilang Perlahan tawamu sudah gugur Perlahan senyum kecutmu menghampiri Perlahan deritamu kau sebarkan Sudahkah kau terbangkan cintamu dulu?? Biar semua orang tahu tentang kisahmu.. Bunda… Sucimu terasa hentak kaut Dibalut tembok kekuasaan Menjulang pusakamu.. Membara santun tak terelak Dari kisah yang kadang berujung pedih Yang mengguncangmu bundaku… Mereka menyapa. “bundaku sayang, bundaku malang”.. Derap langkahmu perlu kau tanyakan lagi pada pemiliknya… 1/12/2012 Hujan Butir-butir harapan mulai jatuh Menyibak kekacauan hati gersang Menunggu terlalu lama Untuk berujar pasti: tengoklah kami selalu Jangan terlalu penuh Cukup untuk mengisi mulut ini Rona basah pun menampar kami Meski sakit diderita Rona dingin menusuk diri Meski tak punya selimut Lalu.. Beri kami hidup Lewat embun nafasmu… 3/12/12 Tentang Kisah Kita Dia punya cerita Berlangkah menuju cita Melawan serbuan derita Tak sempat berkata Saat harus menutup mata



Kawan… Pada titisan darah yang terselubung harapan ini Kita harus rela tercecer.. Dirimu pun disana Tanda tak ada godaam Tanda kita mati untuk cinta Tanda sakit tak punya tempat Hanya rindu menancap diri kini Agar darah itu selalu mengalir Dia punya cerita… Antara kita… 7/12/12 Sadar Sebelum Waktu Antara kata yang belum terucap Pada serpihan hati yang mengharap penuh Untuk selamanya janji itu Sayang.. Mungkin nafasmu akan berhenti bila kulakukan itu Namun aku tak mau kamu terus menjerit Sayang.. Mulut ini diam merayumu Kata-kata pun mungkin menipumu Lihatlah air dan minyak yang tak pernah bersatu Itulah cinta kita Melodi duka sebelum terlambat bagimu Melawan lonceng kehidupanku yang segera datang 9/12/2012 Bertobat dengan Maaf Hilang pun pergi… Dibawa angin merana menjadi badai Dari kisah yang berawal sepoi Menghantar pada pembasuhan nurani Aku salah… Hilang pun pergi Pada kayu yang harus dibakar Menjadi butiran debu tak melekat Takkan terulang lagi Hampa…



Pukullah aku, katakan yang buruk Aku pantas lenyap darimu Saat dunia ikut bersuka Aku menangis.. Isyaratkan jangan disembah kisah kita Korban hati yang tak bernyawa surga 10/12/2012 Serakah Tak Tentu Suara sumbang pada ratap tangis anak negeri Kala derita dengan semangat pahlawan Yang dibungkam dengan segelintir uang Mendukung parade pembunuhan cinta Oh..manakah jati diri yang dibeli dengan tombak?? Meraung-raung mencari damai yang terus pergi Saat pidato berlabel mas kawin Dibayar dengan setali lima jari Yang membahana menutup derita Yang beradu saat naik pangkat Oh..itukah cerita pemimpin?? Lalu.. Dianggap lewat opini-opini mentereng Tak dihiraukan malah dihina Opini penentang suara berkuasa Yang dibawa Tuhan tapi tak didengar Ah.. Sekiranya Tuhan tahu?? Dari rakyat, itu sudah pasti Oleh rakyat, kalau ada sogok Untuk rakyat, berharap tak cepat habis Terlalu!!! 13/12/2012 Semesta yang Merintih Sudah habiskah tempat untuk menampung dosa?? Yang keluar dari alam jadi hancur Yang tak punya harapan tuk mengubur kematian Yang datang tak terduga siang itu Sudah larikah Tuhan?? (ini juga dosa!) Memaksa semesta alam Flores merintih Menambah luka,perih berantakan.. Siang itu kala ia berbicara lagi



Menggempur bumi yang tak kuat Ah… hanya bisa menatap dan meratap..takut!! Semuanya lahir dari dosa..(mungkin saja, kataku) Yang lupa membalas kebaikan-Nya Pun dusta yang tak mau pergi secepatnya Siang itu kala ia berbicata lagi Memecah sunyi, membelah iman Membentuk puing-puing janji Membasahi tanah yang sudah bersalah Yang terendam luka dara… Cukup katakan itu buruk Ajaran tentu ditelan! Tuk menghalau kata tak pantas Pun masih ada mimpi disana Dan memori kelam yang harus dibilas lagi… 14/12/2012 Tak Lama Gerimis mengundangmu di tempat ini Mengolokku sembari memusuhiku Tak mau ketinggalan, derainya pada daun Menatapku bahagia: engkau berhasil mengelabuinya Engkau pun mengusap sedihmu Melemparnya padaku dengan angkuh Pun kuterima dengan mesra memeluknya Karena kutahu ia akan pergi dariku lagi Karena kutahu engkau masih mencintaiku Ah..seandainya kemarin aku menegurmu Mengenalmu lebih jauh.. Meninggalkan anganku Jatuh bagai kawat perak dari mega itu Harus kumenepi, merangkak ke relung sunyi Untuk tetap bersemadi tanpa guru Menjauh darimu yang ikut terlena pada bualanku Kan menatap hari lalu Mengendus mimpi satu cinta kita Yang harus tak bertahan lebih lama Inikah rasa… yang terus menawar diri Mengelus telapak tangan Berkata: kusayang padamu lebih lama Yang tidak semudah dipandang mata Hanya bibir yang mengikrarkan janji Di depan gereja tua itu…



19/12/2012 Kotaku Ruteng…… Berawan menjadi teman Yang kala tak tentu datang Dikenang saat basah terus menggoda Menghentak diri menyeyat hati Ditemani kopi panas Ruteng.. Kemanakan tajimu bertarung sejati Mungkin telah kau buang percuma Menaruh pada rintihan Enggan bersua pada tawa 20/12/2012 Ia telah Lahir Di malam pekat bertaburan bintang Menguasai jagat yang sudah terlelap Hanya ada satu yang paling terang… Ia telah ada di jagat ini Emanuel telah lahir, ada cinta yang datang Dibawah palungan kotor dan jijik, Ia tersenyum Ditemani hewan berselimutkan kotoran, ia lahir di tempat yang sederhana Disoraki gembal, pujilah nama-Nya Lagu kemuliaan berlantun kuat Mengeruk nadi yang sempat berhenti Agar selalu bergeming pada awal keselamatan Dengan cara yang sederhana dan dipinjam Untuk kasih tiada akhir dan tanpa batas Bangunlah.. Sambutlah ia dengan hati putih Sorakkanlah..madah pujian bersama kidung semesta luar Tataplah ke langit, masih ada bintang itu Luruskanlah hati tanpa bergerak! 22/12/2012 Palungan Suci Suci hari yang terlukis indah Tak ada rasa gundah dan resah Memuji dan selalu menyembah



Hanya pada-Nya kita berserah Tak kenal lelah Memohon atas diri yang salah Dia penunjuk sejati arah Agar terus bangkit saat kalah Pun segera menjauh kata gerah Jangan pernah meminta upah Di saat Natal penuh kisah Membunca pada setiap rumah Dia datang pun membawa damai Sungguh kasih menyerebak permai Agar manusia tak lalai Dan tak hanya berandai-andai Untuk sedikit lebih santai Dalam palungan dingin Terngiang bau dan kotor Itu sederhana! Sanggupkah seperti palungan?? 25/12/2012 Tentang Kasih Sang Waktu Waktu.. Yang datang dan pergi Yang lalu dan dan akan datang Yang dikejar dan ditinggal Yang sudah dan belum Yang dikenang dan diimpikan Tapi.. Masih ada kini Yang mengundang lalu tuk pergi Yang menyapa lalu tak kembali Yang bisu kala mengulang dan mengharap Yang diam saat tak bisa bicara Masih ada kini.. Yang mengubur dan menggali waktu Yang suka dalam duka Yang duka dalam suka Masih adakah waktu-waktu Yang harus saling mengejar Yang berhenti sebelum tiba Yang takut sebelum berlangkah Entah sampai kapan ia tetap ada.



Syukur dan terima kasih pada sang waktu… 29/12/2012 Di Akhir Cerita Berlinang kisah pada sang waktu Ada yang melekat, ada yang tetap jatuh Seolah sentakan mampu menjawab Getaran pun menguatkan kisah-kisah Yang sudah keluar tanpa permisi Masih ada hari esok, tak berakhir hari ini Dunia… Dalam dekapan sang waktu yang ikut melihatnya Meraba setiap jejak yang kadang ceroboh Melambai pada akhir waktu kini Meski terus diteriaki agar jangan ditinggal pergi Ah…mungkinkah ada jarak yang terbentang luas antara kita Kan kulewati tanda tanya bahwa kau pernah ada Semesta bisa bernyanyi riang Tak ada lagi munafik diri antara aku dan kamu Berlinang kisah pada wajah sang waktu Sayang..semua akan usai ..jangan ada derai lain Meminta jangan ditinggal sendiri Kidung berlari.. hiruk pikuk mencari tempat tuk bersembunyi Awan kelabu mulai tak menentu pergi Memencar rasa kasihan pada dunia yang terasa bau Mungkin Ia turunkan hujan Membasahi jejak-jejak yang kurang bermakna Dunia.. Biaskan remang-remang cahaya pudar dari dirinya Yang tak dapat dijadikan rahasia lagi Lalu… Recehan perjalanan mulai mencari kawannya Karena tak mau hidup sendiri Semuanya belum usai…. Masih ada hari esok Saat dimulai terbagi dalam linangan kisah Saat semburan langkah untuk tetap kuat Meniti kaki dan tangan bergurau kembali Lihatlah ke depan dan mereka ada disana Ambillah tawa dan buanglah sedih! 31/12/12 SATU TANAH



Tentang sang waktu yang enggan berbicara kini Kisah yang mengundang tanya pada diri Sudah bertahan tapi tak lama berada… Dalam taburan suka kala itu Semuanya dalam satu asa Membubung tinggi agar tak mudah lepas Erat! Mengikat jiwa-jiwa yang kuat perkasa Untuk selalu bersama Mereka… Ada semangat yang tak mudah luntur Ada tawa yang selalu bertutur Ada cinta yang tak ada kata menjamur Tetap bersatu melawan perbedaan bagai bermain catur Untuk kasih agar mudah diatur Menggenggam peluh untuk disembunyikan sementara Tanda ada semangat membara Satu! Bersama! Hapus perbedaan, kata mereka… Dunia masih ikut tersenyum Melihat deraian sukacita yang terus bersuara Membahana kalau tak ada cerita lain Lalu… Tembak naluri mereka! Adegan kejam tak bertabiat mulai menyindir rasa itu Datang, duduk, diam sendiri… Tutup mulut pada kaum yang terus bersuara Kobarkan derita yang terus dilalap api kematian Tak ada waktu luang untuk mereka… Perih tak menentu diterima hati Padahal langit kita sama Kebahagiaan seolah sudah menjadi milik penguasa Yang disogok dengan rupiah Merampas harta yang sejak dahulu dijunjung tinggi Tanpa merasa bersalah oleh topeng mayoritas…. Mendendangkan lagu requiem pada negeri impian Manakah keadilan?? Lenyap atau ikut dikuburkan bersama pahlawan?? Ketika alam menyapa dengan penuh kekudusan Mengenang parade tentang hujan kemarin Yang diderita tapi tak dicerita



Manakala nyawa-nyawa tak bersalah ditutup kisahnya Karena mereka kecil dan harus dibasmi!! (ini keadilan dalam satu?) Lantunkan litani kekuasaan satu… Bahwa satu tetaplah satu dari kesatuan Bahwa satu harus terbungkus rapi dalam bingkai itu Bahwa satu adalah cerita baru untuk keberagaman Satu jangan diadu Satu adalah aku dan engkau Antara kita dalam satu waktu Bergegaslah!! Siaplah karena masih ada pintu… Satu bangsa… Satu tanah… Satu bahasa… Engkau ada… Karena ada aku, dia, dan mereka Terlahir dari satu tanah… Memulai Kini Berlayar tanpa batas di usia kini Mengayuh terus melawan arus Mencecar karang bertandas amukan Menghadang ombak yang selalu memuji Ingin sampai pada pelabuhan waktu Tak ada bahaya! Mulai hari ini.. Ada gelora menyambut cita Yang telah lama pada lembaran kemarin Disana menunggu diri yang terus berharap Tak ada lamunan yang seolah tak berdaya Untuk salinan waktu yang kadang menggerutu Mulai hari ini.. Ada sebaran kata untuk bertindak Ada jalanan yang membakar semangat Melukai untuk sebuah kesembuhan Semoga tak berakhir di usia kemarin yang berlalu Mungkin belum sanggup mengucap kata Kala nafas terengah Untuk yang sementara, masih ada kemungknan Bertemu atau berpisah…. 1/1/2013



Masih Ada Langkah sayu mendendam asa Membunca pusaran hidup yang selalu ada Bumi menangis saat ia dijual paksa Saat ia terus mengais duka Membungkam cerita lama Coba tanya pada dunia Saat ia kehilangan muka Masihkah ia diam tak berkata Menunggu datangnya derita Masih adakah cerita cinta Dalam hati yang bertabur rasa Ia juga tak buta Karena ia punya mata! Dalamnya ada tanda luka Sekakan ia tak mampu ‘tuk bicara Menghancurkan kisah antara kita Dalam tanah tempat segala berada Membungkus sayu nyawa meronta Mestikah ada celaka? Jangan… tak perlu berpura-pura Mestikah ia tak bernyawa? Tidak.. Ia seperti manusia… Mestikah ia digoda? Tidak… ia tak mau dimanja Ia masih ada.. Ia tetap setia… Biarkan ia bahagia bersama kita! 4/3/2013 Dari gelap seiring tawa mengakak Dari tangan yang terus menyentak Dari waktu yang terus berdetak Secuil kasih yang dibunuh mati Ada duri menemani Ada air yang dibuang atas nama dosa Kejam…Dolorosa tak sanggup menanggung… Segumpal darah adalah saksi! 06/03/13 Janji adalah janji Kala pikiran baru dimulai Berlalu agar cepat pergi Sesuai kata kata Berkaca pada nurani Agar dapat dimengerti



Janji adalah bukti Keluar tanpa melati Tentu ada yang berisi Untuk selalu memberi Karena tak dapat hidup sendiri Janganlah tuli, karena ada aksi ada reaksi…. Janji adalah potensi Kesempatan tak datang dua kali Hanya untuk merubah diri.. Tanpa membeli! Jangan pernah kembali Biar tak usah berhenti…… Janji bukan duri Yang dapat menusuk hingga mati Yang memunculkan ironi Tak hanya bisa bermimpi Yang harus digapai dini hari Jangan ada iri Janji bukan tragedi Bukan pula ambisi dan benci Tak menjadi anak tiri Tetap mencari tanpa mencuri…… 06/03/13 Saat kematian sesaat menjadi tumpuan Penghalang jiwa-jiwa yang lagi bersuara Mendera dalam langkah pelan Melupakan janji-janji kemarin di pohon cemara Sambil mengangkat tangan: aku bisa….. Tak ada lagi kemesraan antara angan dan kelakuan Mengerut karena tak direstui tuannya Sejauh tubuh tetap tak mau pergi



/Puisi



o



jenis jenis dan arti puisi



o



unsur intrinsik puisi dan jenis puisi, ciri puisi



o



puisi tentang narkoba



o



puisi pramuka



o



puisi sumpah pemuda



o



puisi sakit hati



o



puisi selamat pagi



o



puisi lama dan puisi baru



o



puisi karya ws rendra



o



contoh puisi bebas



o



Contoh Puisi Lama, Ciri ciri dan Pengertiannya



o



contoh puisi kontemporer



o



puisi cinta sedih



o



puisi lucu



o



puisi tentang keluarga



o



puisi sahabat jadi cinta



o



puisi perpisahan cinta



o



puisi pelangi



o



puisi kekecewaan



o



puisi karya amir hamzah



o



contoh puisi modern



o



puisi tentang agama



o



puisi untuk anak sd tentang sampah



o



puisi tentang orang tua



o



puisi tanah air nasionalisme



Deze site gebruikt cookies van Google om services te leveren, advertenties te personaliseren en verkeer te analyseren. Informatie over je gebruik van deze site wordt gedeeld met Google. Als je deze site gebruikt, ga je akkoord met het gebruik van cookies.MEER INFORMATIEIK SNAP HET