Kumpulan Puisi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PESAN OMBAK PADJADJARAN Sebuah Kado Ulang Tahun



GRATIS! Tidak untuk diperjualbelikan.



2



Penulis : Acep Iwan Saidi Agus Syafaat Ahmad Fatoni Amar Faishal Andy Rosadi Arys Hilman Asep Budi Setiawan Asep Ganjar Purnama Asep Nugraha Asep Solehuddin Allayubi Baban Banita Belarus Achmad Sopandi Benny A. Boy H.K. Dani Irawan Defri Maulana Deni A. Fajar Diana Djarlis Gunawan Djarot P. Putro Era Fiyantiningrum Erfan Zainuri Erna Agustina Godi Utama Guspika Iim I. Padmanegara Imam Djauhari Iman Budiman



Iwan Ogan Apriansyah J.S. Nugroho Karolina L. Dalimunte Kartawi M. Zayyad Mohamad Syafari Firdaus Mona Sylviana Obay Moch. Sobari Piet Setiyono Rahym Asyik Fajar Ramdhan Taufik Rudi Triaswanto Sahruni Hosna Ramadhan Seno M. Abdi Suhandi Tanudi Tata Hartana Tati Haryaty Taufik J. Wibowo Teddy A.N. Muhtadin Tjung Ariping Toing Ansyori Waway Tiswaya Wiwin Midawati W. Yana Supriatna Yanuar Novara Yuni Utaminingsih



Pustaka Sastra



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



3 Pesan Ombak Padjadjaran Sebuah Kado Ulang Tahun Penulis



:



Editor Gambar sampul Perwajahan Penerbit



: : : :



Tanudi, Era Fiyantiningrum, Piet Setiyono, Karolina L.D., dkk. Gelanggang Seni Sastra Teater dan Film Universitas Padjadjaran Bandung Eka Budianta Taufik Fatahillah Adi Nugroho Pustaka Sastra, Jakarta



Dicetak oleh Percetakan PT Penebar Swadaya, Jakarta Cetakan Pertama, Jakarta, 1993 (c) Gelanggang Seni Sastra Teater dan Film UNPAD Buku ini dilindungi Undang-undang Hak Cipta. Tidak diperkenankan memperbanyak, menerjemahkan, dan mengutip seluruh atau sebagian isi buku tanpa ijin dari penerbit, kecuali untuk kutipan ilmiah.



Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) PESAN Ombak Padjadjaran: sebuah kado ulang tahun: gelanggang seni sastra teater dan film Universitas Padjadjaran Bandung/Tanudi ... (et al.); editor, Eka Budianta. -- Cet. 1. -- Jakarta: Pustaka Sastra, 1993. xx + 170 hlm.: 18 cm. ISBN 979.8464-O1-X 1. Puisi Indonesia II. Budianta, Eka



I. Tanudi 811



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



4



DAFTAR ISI Klik pada huruf yang dicetak tebal, maka Anda akan dibawa ke halaman yang bersangkutan



Sambutan Lurah GSSTF Pengantar Editor Oleh Eka Budianta Pesan Ombak Padjadjaran: Dari sebuah tepi ke Pelabuhan-pelabuhan harapan oleh: Ade Kosmaya Cerita Tim Kerja Biodata Penulis Biodata Pengantar Apresiasi Biodata Editor Acep Iwan Saidi Lagu Ceurik Dalem Boncel Yang Kudus dan yang Profan Laut, Suatu Pagi Agus Syafaat Jatinangor Ibu Senja Pematang Fragmen Mengenang Ibu September Sajak untuk Piet



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



5 Ahmad Fatoni Antara yang Melata Kan Sampai Amar Faishal Untuk Orang-orang Tercinta Andy Rosadi 'Suara Alam' Malam Kelabu Arys Hilman Suryakencana Asep Budi Setiawan Bunga Bakung Musim Buah `kan Segera Tiba Yang Tersisa di Bulan Juni Album Si Pemancing yang Pandir Pagi di Kantin Cemara Asep Ganjar Purnama Kontemplasi Angin I Kontemplasi Angin II Metropolitan Suatu Malam Setidaknya Bayang-bayang Elang Asep Nugraha Kereta II Diam-diam Perjalanan Terdampar "Juli" "White Rose" Doa Menulis Sajak



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



6



Asep Solehudin Allayubi (Puisi 1) Harapan Pilihan Baban Banita Air Mata Surat kepada Tuhan Benuaku Memoriam Istriku Belarus Achmad Sopandi Sehelai Daun Sirih Untukmu Bocah Benny A Kita Ada Jendela Terakhir yang Kutemui Boy H.K. Katamu Kataku Antara , dan Dani Irawan Lahir II Lahir III Yang Ada Obsesi Kemarahan Defri Maulana S. Mimpi Aku Datang Padamu Deni A. Fajar Pada Hari Ulang Tahun Pesan Ombak



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



7 Dialog Sepi Di Ruang Tunggu Sajak Mbeling Tentang Kemerdekaan I Sajak Mbeling Tentang Kemerdekaan II Sajak Mbeling Tentang Kemerdekaan III Sukasrana Diana Kepada O, Potret Diri Luka Cinta Pagi Basah di Jalan Hasanudin Djarlis Gunawan Duli Perpisahan yang Indah Djarot P. Putro Aku Datang untukmu Aku dan Punyaku Generasiku II Tetapkan Hati Kita Bersaudara Aliran Sungai Era Fiyantiningrum Per Malinconico Luna The Last Note of Freedom Tempe Goreng Erfan Zainuri Malam Ini Ayah Ibu Erna Agustina Hari Bukan Lamunan di Sebuah Sore Sepintas



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



8



Godi Utama Survival Sisir Phobia Gusfika Sakit Hati Jalan Merdeka Enam Empat Mari Kencing di Tembok Iim I. Padmanegara Poret Perkawinan dalam Album Hitam Putih Akulah Angin Engkaulah Api Tafakur Usai Perbincangan Imam Budiman Pembahaya Imam Djauhari Aksioma 2 Iwan Ogan Apriansyah Reportase. 1999 Si Pahit Lidah Obituari J.S. Nugroho Solitude Nyi Bandung Priangan 1993 Karolina L. Dalimunte Sakit Asmara Sajak II Buat Era Tersayang Kartawi Lukisan di Taman Orasi Senja compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



9 Peta Gelap Laut M. Zayyad Teka-teki Santai Awam Abjad Tertukar Mohamad Syafari Firdaus Rinduku Episode Kematian Seseorang Telah Mati di Pembaringan Hamlet Ozon Mona Sylviana Kita 3 Hari Sebeium Syawal 30.10.91 Obay Moch. Sobari Yanthie (Puisi 11) Piet Setiyono Kangen Senja di Muara Baru Malam di Pengalengan Tentang Laut Tentang Hujan Bagi Nyanyian Rahym Asyik Fajar Anak Moyangku Orang Pelaut Anak Moyangku Orang Pelaut: refleksi 20 abad Roti Pagi Ramdhan Taufik Kabar



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



10 Kumbakarna Memilih Black Night Apologi Rudi Triaswanto Lebaran Kota Kembang Tefekur Saat Nol Sahruni H. R. Cerita Laut dari Gelap Adalah Debu Lorong I Lorong II Lorong III Seno M. Abdi Opuscula Dua Kau Cari Aku Aku Rindu Pulang Pengaduan Suhandi Legenda Sebuah Perahu Persahabatan Tarian Kanak-kanak Desa Biarkan Burung-burung Bernyanyi Tanudi Di Tepi Sungai Lewat Temanku Cintamu Tata Hartana Kabar Burung Lelah I Lelah II



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



11



Taty Haryaty Sepetik Nada Tertinggal Nota untuk Mink Aku Berjaga Taufik J. Wibowo Kumau Diam-diam Kutimang Cinta Lagu Cinta Surat Cintaku Duka Purnama Teddy A.N. Muhtadin Malam Kota Kembang Kepada Kabut Depan Diorama Pasar Malam Tjung Ariping Kubur Matahari Transparan Kau Masih di Sini Toing Ansyori Doa Monolog Malam Ramadhan Waway Tiswaya Setelah Berjalan Hujan pun Luruh Lagu Kota Kembang Ziarah Wiwin Midawati W. Wajahmu Sesalku dalam Sunyi Sebuah Hasrat



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



12 Yana Supriatna Si Burik Ayam Jagoku Introspeksi Demo-Demoan Yanuar Novara Ton DLT I Ratap Yuni Utaminingsih (Puisi I) Sebelas Kurang Sepuluh Hari Ini (Puisi III) Sampul belakang



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



13



SAMBUTAN LURAH GSSTF Sebagai sebuah organisasi yang ada dalam lembaga pendidikan, jelasnya Universitas Padjadjaran, Gelanggang Seni Sastra Teater dan Film (GSSTF) mengalami perulangan di mana keanggotaannya masuk terus masuk dan setelah menempuh perjalanan akademik keluar terus keluar. Hal ini dapat dimaklumi karena selama sebagai mahasiswa, menjadi ada di GSSTF bisa dianggap sebagai pemenuhan kebutuhan dalam proses selanjutnya, lalu saatnya dirasa harus melangkah ke luar bukan semata pergi tetapi juga memberikan kesempatan pada generasi setelahnya. Di samping itu tentu saja terdapat sekian banyak alasan lain-lain untuk hal itu. Dengan keanggotaan yang mengalir, jelas unsur umur tak lagi menjadi tolok ukur yang baku dalam menentukan kedewasaan berpikir dan aktivitasnya, dikarenakan kurang komunikasi antar generasi anggota. Tapi tentu saja tetap ada pembocoran pengalaman dari satu masa ke masa berikutnya. Seperti melalui antologi puisi ini kami berusaha membuka katup komunkiasi yang selama ini kecil guna pembocoran pengalaman yang bisa bernilai abadi. Selain itu secara umum antologi puisi dari GSSTF Unpad diterbitkan dengan maksud mengembangkan kreativitas, khususnya dalam bidang penulisan sastra dalam bentuk puisi. Diharapkan terbitnya antologi puisi GSSTF Unpad dapat menjadi suatu tonggak yang membantu dalam pembukaan wawasan pemahaman terhadap kesenian. Adapun tujuan khusus dari penerbitan antologi ini adalah dalam rangka mewujudkan media pengekspresian diri bagi anggota GSSTF Unpad untuk memberikan sumbangan bagi perkembangan sastra dan kesenian pada umumnya. Akhirnya, terima kasih sebanyaknya kepada kawan-kawan dan kawan yang telah membantu terwujudnya buku ini; dan tak lupa kepada yang memilikinya.



Lurah GSSTF,



Iman Budiman



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



14 PENGANTAR EDITOR Kekuatan bangsa Indonesia terletak dalam perasaannya. Betulkah begitu? Kumpulan puisi karya para cendekiawan Universitas Padjadjaran, Bandung, ini sedikit banyak mendukung pernyataan itu. Baik para dosen, maupun mahasiswa dengan penuh semangat menyumbangkan karya-karyanya. Dan dalam waktu singkat terkumpul lebih dari 350 judul sajak yang semuanya memperlihatkan adaanya gelora perasaan yang besar. Gelora. Ya, gelora inilah yang penting dan memberi kita alasan untuk menamakan kumpulan ini Pesan Ombak Padjadjaran. Gelombang perasaan dan visi kaum cendekiawan memang tak akan ada hentinya sepanjang jaman. Dahsyatnya gelora menentukan sampai sejauh mana dan sampai kapan ia dapat dirasakan, disaksikan, dan diikuti! Apabila gelora ombak itu besar, maka ia akan mengayunkan siapa saja, sejauh mungkin, atau sedalam-dalamnya ke dasar perenungan. Tetapi bila geloranya kecil, enteng-enteng saja, maka kita pun tahu pesan apa yang dibawa oleh si ombak. Pesan Ombak Pajajaran merupakan pergumulan kalangan pencinta sastra, seni, teater dan film yang sedang berbakti di Universitas Padjadjaran. Pesan itu sengaja dimunculkan, sebagai tanda bahwa mereka mempunyai perhatian kepada almamaternya. Semula, kumpulan ini dimaksudkan sebagai kado hari ulang tahun sematamata. Tetapi kado semacam ini tidak akan berhenti pada kesempatan yang terbatas. Kado semacam ini akan membawa pesan, yang mungkin akan bertahan agak lama. Bahkan kalau bisa: selamalamanya. Itulah kelebihan kado yang berupa puisi. Berita bagus bisa basi dalam sesaat. Barang-barang dan peralatan bisa rusak, dan tidak berfungsi. Puisi akan berusaha hidup terus. Mereka menandakan adanya penyair yang hidup di suatu tempat, di suatu jaman. Raja boleh berganti, konglomerat boleh bangkrut, dan para jendral pensiun terlupakan. Tetapi aneh, penyair dipersilakan hidup terus, sepanjang dan sejauh mana pun selama sajaknya memberi sentuhan. Daya sentuh puisi inilah yang menjadi ukuran pertama bila kita memilih sajak. Dari sekian ratus puisi yang ditulis, tidak semuanya dapat



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



15 dimuat. Kemampuan berbahasa, memilih jenis-jenis perasaan, dan kemauan untuk membagi pengalaman hidup, visi, serta harapan tiaptiap orang berbeda. Tugas editor yang utama adalah memilih karyakarya itu sehingga dapat disajikan kepada kalangan seluas mungkin, dan selama mungkin. Selayaknya apabila setiap puisi dipilah-pilah seperti mengkoleksi permata untuk sebuah pesta. Cuma bedanya, kalau masakan harus disesuaikan antara yang satu dan yang lain, sedangkan puisi ini leluasa. Rasa yang satu tidak akan merusak lainnya. Bahkan semakin macam-macam, diperkaya. Universitas adalah tempat terindah untuk menulis, terlepas dari hasilnya. Dalam hal puisi, misalnya, banyak sajak yang bagus justru lahir di.luar kampus. Hat ini menunjukkan bahwa masyarakat masih merupakan sumber inspirasi utama. Perpustakaan, buku-buku, kuliah, ceramah dan diskusi ilmiah, agaknya kurang dipakai sebagai inspirasi. Dalam kumpulan ini, hal itu sangat kelihatan. Kita melihat bukan hanya bakat, tetapi juga besar kecilnya perhatian kaum cendekiawan terhadap masyarakat, dan dunia ilmu pengetahuan mereka. Kesan umum menunjukkan bahwa bakat alam tampak lebih penting bagi para penulis puisi dalam buku ini daripada referensi bahan maupun teknis penulisan. Padahal, apabila mau, para dosen dan mahasiswa dapat menggali lebih jauh ilmu masing-masing, meramu pengetahuan akademis, dan menggarapnya dengan teknik-teknik perpuisian modern yang dapat diambil dari sastra internasional. Ini lebih menguntungkan teristimewa bagi yang mempelajari sastra Rusia, Jepang, Inggris, jurnalistik, dan sebagainya. Untungnya, bakat mereka yang besar memberikan hiburan dan pengharapan bahwa apabila dikembangkan, beberapa akan dapat menjadi penyair terkemuka. Nama-nama Taufik J. Wibowo, Agus Syafaat, Mohamad Syafari Firdaus, Piet Setiyono, Asep Nugraha dan Iim I. Padmanegara dapat dipertaruhkan sebagai penyair-penyair yang baik. Alangkah baiknya kalau masing-masing mereka melanjutkan dengan menulis kumpulan puisi sendiri. Bila mendapat kesempatan, sosok dan kekuatan mereka masing-masing tentu akan lebih kelihatan. Kemampuan merumuskan masalah, tampak menonjol dalam karya beberapa sarjana, maupun mereka yang pada waktu menulis puisi-



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



16 puisi ini masih mahasiswa. Kalau nanti dunia mengisiku dengan katakata semu, akan kuisi ujung penaku dengan darah, tulis Yuni Utaminingsih. Pemyataan ini kuat dan bagus. Bila kita dapat menciptakan ungkapan seperti itu, sebetulnya sedikit banyak telah punya dasar untuk menulis saja. Hanya terkadang sayang, dari ungkapan-ungkapan singkat itu tercermin bahwa banyak calon penyair bernafas pendek. Jadi sayang, bakat-bakat yang besar acapkali tidak sampai dikembangkan. Sebaliknya, ada pula yang memberi kesan bemafas panjang (Iwan Ogan Apriansah, Wiwin Midawati W., Djarot P. Putro). Karya-karya mereka mengisyaratkan bahwa berpuisi juga termasuk "bekerja keras" bagi yang menekuninya. Apabila hal itu dilengkapi dengan pengalaman membaca, dan latihan teknis menghemat kata, sajaksajak mereka dapat lebih efektif di masa datang. Kekuatan teknis yang menonjol dapat dilihat pada Asep Nugraha: jangan biarkan langit mencintaimu. Disambung dengan: Jangan biarkan laut menipumu, dalam puisi White Rose. Imaji-imaji ciptaan Asep Nugraha memperlihatkan pemahamannya yang baik pada dunia puisi dan kekuatan kata. Contoh lariknya lagi: Seperti lebah yang mereka-reka bunga/ kemarau mengaduk-aduk padang pasir/mendirikan bukit demi bukit dan memusnahkannya. Hal ini berbeda benar dengan gambaran yang diberikan oleh Seno M. Abdi dalam Aku Rindu Pulang. Pernyataan ingin kutumpahkan rindu/pada lubang kunci dan/daun-daun pintu terasa bukan membebaskan imajinasi pembaca, tapi justru membatasi, atau rnungkin membubarkan angan-angan kita. Tentu saja, peran puisi bukan hanya memanjakan angan-angan pembaca atau pendengarnya, tapi juga mengganggu, merombak dan kalau perlu menghancurkan. Oleh sebab itulah sengaja ditampilkan karya-karya yang aneka ragam. Kita tidak dapat menghakimi, mana yang lebih baik: menutup pintu, atau membuka jendela. Bagi beberapa penyair, kegiatan menulis sajak bisa dilakukan seperti usaha "mengamankan diri", mengurung diri, masuk ke dalam ruang, menutup dan mengunci pintu rapat-rapat. Tetapi ada juga yang berprinsip bahwa menulis sajak adalah berbagi rahasia, membuka jendela, membiarkan angin dari luar masuk, dan bermacam aroma merebak keluar ruangan. Prinsip "membuka jendela"



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



17 ini cenderung membagikan, menambah-nambah pembaca dengan kata-kata, ilmu pengetahuan, dan ungkapan baru. Karolina L. Dalimunte dan J.S. Nugroho memperlihatkan kemampuan untuk "membuka jendela" itu dengan sajak-sajak bagus dan sederhana. Dalam puisinya Nyi Bandung, J.S. Nugroho menulis: ijinkan perjaka sangkuriang/ kembali menetek kesucian/di kelembutan dadamu. Dengan kata Sangkuriang, ia membuka kunci untuk pemandangan yang lebih luas daripada bait-bait sajak itu sendiri, yakni sebuah legenda. Kemampuan untuk membuka pengetahuan yang luas, referensi yang dalam, clan perasaanperasaan yang universal ini amat diperlukan bagi penyair yang ingin menjangkau lingkungan penikmat seluas-luasnya. Dalam kesempatan apa pun, kesederhanaan tetap merupakan kekuatan yang mempesona. Sajak-sajak sederhana Sahruni H.R, Erna Agustina, Benny A, Imam Djauhari dan Ahmad Fatoni bisa bagus, tetapi juga bisa sebaliknya. Contoh paling pas untuk memperlihatkan sapk yang kelewat sederhana adalah Antara yang Melata. Ibarat sebuah bangunan, sajak Ahmad Fatoni itu terlalu sedikit memperlihatkan sosoknya. Orang belum merasa mendapat jenndela terbuka, tetapi baru dipersilakan mengintip-intip saja. Bilakah lebih baik dari kamu adalah ungkapan yang membuat orang mengintip, siapa kira-kira yang mengucapkannya. Secara keseluruhan, buku ini pun dapat diibaratkan bagaikan jendela yang hampir terbuka, atau pintu yang mau tertutup. Para penulisnya masih memberikan teka-teki besar, apakah mereka akan mengembangkan bakat, dan terus menulis untuk menyumbangkan karya-karya bagi bangsanya. Sambil menunggu jawaban yang muncul dari mereka masingmasing, marilah kita sambut antologi Pesan Ombak Padjadjaran ini dengan gembira. Semoga kehadirannya dapat mendorong lahirnya sastrawan-sastrawan besar Indonesia di masa datang. Sementara yang sudah pasti, buku ini merupakan sumbangan penting dari Universitas Padjadjaran, bukan hanya untuk dunia kesusasteraan Indonesia, tetapi juga untuk memperkaya perpustakaan, dan khasanah kebudayaan. Jakarta, 7 Oktober 1993 EKA BUDIANTA



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



18 UCAPAN TERIMA KASIH Gelanggang Seni Sastra Teater dan Film (GSSTF) Universitas Padjadjaran mengucapkan terima kasih kepada: Rektor Universitas Padjadjaran Bpk. Prof. Dr. Maman P. Rukmana Pembantu Rektor III Universitas Padjadjaran Bpk. dr. Abdullah Himendra Kang Hikmat Gumelar H. Bpk. Jeihan Sukamto Bpk. Eka Budianta Bpk. Ade Kosmaya Bpk. F. Rahardi Mas Ridlo Eisy POMA Universitas Padjadjaran Presidium SEMA Universitas Padjadjaran Bpk. A.M. Kuslan Kel. Darto Trisamudro Kel. Sukimo Ira Lenteng Agung Vena Florentina Evelyn Lidya Dahlan Para Sahabat, Teman dan sejumlah Saudara Atas segala bantuan sehingga Antologi Puisi "Pesan Ombak Padjadjaran" GSSTF dapat terbit, semoga amal baiknya mendapat balasan Tuhan Yang Maha Pecinta.



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



19 PESAN OMBAK PADJADJARAN Dari sebuah tepi ke pelabuhan-pelabuhan harapan Sebagaimana ombak, bergumpal dalam suatu keutuhan kebersamaan bergulung menderu dan mendebur, pecah bersama dalam keindahan. Seperti mutiara meluncar, bunga berserakan atau bahkan seperti percikan api di pegunungan dalam gua kobong pembakaran. Pesan Ombak Padjadjaran, walaupun bemama ombak tapi ia bukanlah ombak biasa. Ia ombak yang menyerobot dari ceruk terdalam melewati dinding-dinding hati dalam gua penuh stalaktit dan stalakmit yang menjaring dan membeningkannya. Ombak itu menjadi bening dalam irama debur yang memercik menjadi pecahan mutiara. Mudahmudahan saja. Puisi merupakan gelombang perasaan yang menderu menjadi ombak dan sajak-sajak adalah pecahan mutiara ratnanya. Dalam puisi rasa harus menjadi mutiara, artinya ia bukan sekadar letupan emosi-emosi yang liar mencari jalan pembebasan, tetapi ia merupakan sumber daya kejujuran emotif yang akhirnya memberi dampak efektif berupa makna. Baik bagi pemiliknya, penyair, maupun bagi penerima yaitu sang pembaca. Pesan Ombak Padjadjaran, sebagai puisi sudah seharusnya datang dari kejujuran. Sebagai gelombang rasa positif berpadu dengan renungan yang mendalam menjadi sebuah nyanyian yang selaras antara suasana dan nadanya. Nyanyian ini yang bermakna puisi akan terngiang ahadi pada telinga-telinga halus, menjadi perbendaharaan makna dalam hidup yang selalu menjadi penghibur dan pemuas kehutuhan batiniahnya. Kelebihan yang dimiliki Pesan Ombak Padjadjaran, para penyaimya merupakan orangorang yang bertapa di lingkungan dunia ilmu, di lingkungan dunia akademis. Mudah-mudahan hal ini akan memberi kacamata yang dapat memandang luas dan toreh pemikiran renungan dalam. Keindahan puisi, sekali lagi: Berada pada wawasan luas, renungannya mendalam melalui pengucapan yang tepat dan plastis. Karya puisi adalah karya intuitif, inilah yang diharapkan akan terbaca pada Pesan Ombak Padjadjaran. Penciptaan puisi kreatifitas sekadar numpang lewat, bukan kerja kerajinan merangkai katakata. Penciptaan puisi merupakan kerja series, penciptaan keindahan. Dalam ruang lingkup kerja seni, puisi



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



20 merupakan keindahan itu sendiri, sebuah sistem intuitif yang hulat. Temyata konsekuensi penciptaan puisi tidak terja in keutuhannya oleh siapa penyairnya, tetapi lebih berkemungkinan didasari oleh sandaran apa dan bagaimana proses penciptaannya. Kekurangan variasi masalah/ persoalan yang digarap pada Pesan Ombak Padjadjaran membuktikan hal itu. Lingkungan pendidikan, tingkat pendidikan tidak menjadikan ukuran dalam penciptaan puisi. Hubungan manusia dengan manusia dalam ruang lingkup aspek yang beragam tidak banyak terbaca, belum banyak direnungi para penyair kampus, masih terkesan ter-"kurung batok", batok (tempurung) yang mengurung diri pada diri sendiri. Kehidupan pemberangkatan awal para penyair mewarnai pemberangkatan awal Pesan Ombak Padjadjaran. Acep Iwan Saidi, bertempur dengan logika puisi dan sarana retorika. Boy H.K., bertempur dengan diri sendiri, penuh titik sendu dan tanda baca, gambaran emosi yang deras meluncur, pada: kolai....!!!!, katamu kataku, dll. Persoalan cinta, sepi dan kenangan-kenangan pribadi menyebar pada sajak para penyair calon ilmuwan ini. Di samping hal yang mineur, hal yang positif pada Pesan Ombak Padjadjaran lebih banyak memberi harapan. Penyair-penyair yang telah disebut-sebut Eka Budianta pada pengantar antologi ini memang menjanjikan harapan, asalkan tidak berhenti pada antologi ini besar kemungkinan akan memperkaya bendahara sastra kita. Agus Syafaat, selain dapat mengangkat pengalaman pribadi ke tingkar yang lebih luas, memberi kekayaan batiniah kepada pembaca lain melalui sajak Ibu. Ekspresi intuitifnya diangkat oleh diksi yang imajinatif, seperti:... kerinduan itu perlahan berjamur... Lalu mimpi memanjang membuka pintu dan jendela .... (larik: 1,2 dan 3) Rinduku menghijau berakar pada waktu (larik 1 bait 2). Pada Agus Syafaat usaha pengucapan intuitif itu tidak hanya pada keketatan diksi tetapi dipertahankan juga pada pencarian ungkapan imajinatif yang segar, tersebar pada sajak: Jatinangor, Secarik Nota, Senja Pematang dan pada sajak lainnya. Erfan Zainuri. Anehnya pada sajak yang berlingkungan dekat, keluarga, nafasnya yang pendek mencuatkan masalah hubungan manusia dalam keluarga itu menjadi milik semua orang, sederhana,



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



21 menyentuh dan puitis, tetapi manakala mengucapkan masalah lain segera menjadi klise (Pergi), dan terlalu mempribadi dan tak terucapkan (Tinggal, Gerbang I, Gerbang II, Suara dan tak berbekas). Baban Banita, meskipun memulai dengan dirinya, ia memulainya dengan kajian diri. Daya renungannya menjanjikan kedalaman nilai di kemudian hari. Merenungkan sesuatu, merupakan kewajiban penyair dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa penyair berusaha membiasakan diri dalam hal ini, yang belum disebut Eka Budianta antara lain: Kartawi, M. Zayyad, Rudi Triaswanto, Seno M. Abdi, Teddy A.N. Muhtadin dan Tata Hartana. Keistimewaan lain dari Kartawi dan kawan-kawannya tadi, renungan dan tangkapannya diucapkan dengan kesederhanaan baik bentuk maupun pilihan kata yang tidak mengada-ada, Begitu lugas dan sederhana, sehingga kejujuran dan kebersihan sajak dapat terlihat. Ini merupakan modal kepenyairan yang sehat. Kedewasaan dalam memperlakukan bahasa menolong persoalan menjadi terbaca dengan mudah, tentu dalam arti estetis. Sajak M. Zayyad Tapak, tampak seperti permainan retoris belaka, karena dalam kesederhanaan pengucapannya banyak mengulang sebuah kata. Namun rupanya di balik itu didasari oleh renungan terhadap kehidupan dari garis agamawi maupun prilaku orang di Nusantara umumnya. Akhir kata, dari segala kemungkinan kekurangan penggalian dalam dan keluasan wawasan Pesan Ombak Padjadjaran barulah lngkah awal yang akan menuju ke pelabuhan-pelabuhan harapan yang akan dicapainya. Langkah itu akan menjadi panjang dan cepat menjalani garis-garis dunia yang menunggunya, menggetarkannya, mengalunkannya. Irama ombak akan selalu bersambung berjajaran ke tepian membawa pesan-pesan puitis Sang Penyair ke keabadian. Selamat! Bandung, 7 Oktober 1993



Ade Kosmaya



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



22 CERITA TIM KERJA Bermula dari tradisi Gelanggang Seni Sastra Teater dan Film (GSSTF) menyediakan buku khusus yang digunakan anggotanya sebagai media ekspresi dalam bentuk puisi, timbul niatan untuk menerbitkan antologi puisi seperti yang akhimya dicetuskan oleh Agus Syafaat pada satu pertemuan anggota di pertengahan tahun 1992. Sayangnya Agus sendiri tak sempat merealisasikannya disebabkan kesibukan-kesibukan yang menumpuk sehingga keinginan itu mengambang selama berbulan-bulan, sampai pada Januari 1993 Asep Nugraha berinisiatif untuk benar-benar mewujudkan hal itu. Dengan bantuan beberapa kawan, disebarlah pemberitahuan puisi sebagai bahan antologi. Langkah awal dalam mewujudkan buku ini mulai dijejakkan, tapi tak berlanjut karena Asep harus menjalani Kuliah Kerja Nyata sebagai bagian perkuliahan yang tak dapat ditawar-tawar lagi seperti keinginan atas terbitnya buku ini yang juga tak dapat ditawar-tawar lagi. Maka begitulah, untuk tetap mewujudkannya dibentuk Tim Pelaksana Penerbitan Antologi Puisi yang terdiri dari empat orang, di mana cara kerja tim ini merupakan penerusan dan penyempurnaan rencana kawan-kawan lain yang telah lebih dulu bekerja. Di sini Tim menambahkan rencana menawarkan pihak Universitas sebagai lembaga pendidikan untuk secara langsung terlibat dalam pengembangan sastra, yang disambut baik terutama dengan turunnya Ade Kosmaya untuk memberi kata pembaca. Selanjutnya, hasil dari surat yang telah dikirimkan ternyata lumayan rumit karena tak semua membalasnya dengan mengirimkan puisi, sementara puisi sebagai isi antologi tetap harus tersedia. Untuk itu Tim - dengan bantuan kawan dan kawan-mendatangi orang ke orang untuk mengumpulkan puisi-puisi, yang setelah diperoleh sedapat mungkin diketik ulang oleh Tim. Sampai di sini, yang jadi masalah berikutnya adalah siapa yang akan mengedit puisi yang terkumpul? penerbit mana yang akan dipilih?, dan tentu saja bagaimana pendanaan dari seluruh kerja ini? Dalam kesulitan menghubungi orang-orang yang dianggap berkompeten untuk mengedit naskah atau mencari penerbit untuk buku ini, Tim mendapat bantuan yang luar biasa banyaknya dari



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



23 Hikmat Gumelar. Berkat usaha dan dorongannyalah, Tim menghubungi Pustaka Sastra untuk menjadi penerbit. Hal ini sekaligus juga mengatasi masalah lain yaitu orang yang disepakati sebagai editor, sebab bersamaan dengan pembicaraan dengan pihak penerbit, diadakan juga hubungan awal dengan Eka Budianta yang kemudian setuju untuk mengedit naskah mentah. Dalam penyeleksian ini Eka Budianta meloloskan setidaknya satu puisi dari tiap orang yang mengirim, tapi tetap mempertimbangkan hal-hal yang harus diperhitungkan hingga tetap ada nama-nama yang akhimya tidak ikut tercantum dalam buku ini. Berikutnya, yang membuat Tim betul-betul pusing dan uring-uringan adalah masalah dana yang tak kunjung berhawa bagus; senantiasa seret walau proposal sudah diefektifkan dan usaha-usaha lain dikerjakan. Dana tak tersedia sementara bahkan kerja yang sudah mulai dilakukan pun selalu menyedot dana yang lumayan banyak yang terus ditalangi oleh kocek pribadi dan bahkan mempertaruhkan uang perkuliahan. Bagaimana pun ngototnya untuk tetap berkepala dingin, terasa benar kesulitan ini membuat pikiran dan hati nyeri serta ngilu dan lelah untuk meyakinkan banyak pihak tentang makna antologi ini; tidak saja buat GSSTF, tidak hanya untuk individu-individu yang namanya tercantum di antologi, tidak sekadar mengembangharumkan nama sekolahan. Bukan! Sama sekali bukan. Ini adalah kerja yang langsung dalam kancah sastra, tak berpihak pada keuntungan macam apa pun. Hal-hal yang tersimpan terus dan terus dalam kepala-kepala yang berkeras ingin terus dingin dan sabar sepertinya terakumulasi sedikit demi sedikit, suasana kerja yang terus diburu dead-line bulan, hari, jam, dan mungkin bahkan detik-detiknya, semua itu menumpukkan ketegangan yang seringkali terlontar dalam bentuk-bentuk kesalahpahaman yang untungnya tak pernah berlangsung dalam hitungan hari. Mungkin saja hal itu karena Tim terus berkeras kepala bahwa biar apa pun yang terjadi, prioritas tetap pada terbitnya antologi. Jadi, dana terus dicari baik ke Universitas, ke Presidium Senat Mahasiswa, maupun ke donatur-donatur yang tak mengikat, sembari melakukan banyak hal. Dalam urusan ini Tim banyak dibantu oleh Kartawi, Sahruni, Hikmat Gumelar, dan kawan-kawan lain.



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



24 Sepertinya, nyaris lengkap segala hambatan pembuatan buku ini terungkap. Kesusahan lain merupakan masalah teknis dan nonteknis seperti misalnya naskah yang harus ditik ulang yang tiba-tiba menjadi tumpukan besar, karena partisipasi anggota yang muncul belakangan, dalam satu hari sebelum tanggal seluruh naskah mentah yang berjumlah tiga ratus halaman harus diserahkan pada penerbit; atau stress yang luar biasa ketika data-data di hard disk terhapus; atau kejemuan yang sangat saat menghadap orang dari satu meja di satu ruang beralih pada orang di meja lain, beralih pada orang di ruang lain, dan seterusnya, dan selanjutnya; atau kebingungan Mochammad Firdaus yang mengerjakan pengetikan terakhir karena data sempat meloncat-loncat akibat virus yang menempel; atau stempel yang nyaris selalu hilang hingga beberapa surat harus menunggu stempel baru; atau yang lainnya. Lewat segala yang telah terceritakan tadi, pada akhirnya antologi ini berhasil diterbitkan. Harapan bahwa tujuan dan maksud yang mengawali lahirnya buku ini sebagai ikut sertanya GSSTF dalam kancah perkembangan dunia puisi selalu melekati buku ini. Inilah kado ulang tahun untuk sembilan tahun usia GSSTF, dari anggotanya untuk semua.



Tim Pelaksana: Piet Setiyono Karolina L. Dalimunthe Tanudi Era Fiyantiningrum



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



25



BIODATA PENULIS



ACEP IWAN SAIDI Anak Bogor yang lahir tanggal 9 Maret 1969 ini gemar menulis essei, cerpen dan puisi. Kini kuliah di Fakultas Sastra, Jurusan Indonesia, Unpad. AGUS SYAFAAT Lahir tanggal 1 7 Agustus 1969. Menyelesaikan SD, SMP dan SMA di Jakarta. Kini kuliah di Jurusan Sastra Indonesia Unpad. Aktif di GSSTF sejak tahun 1989. AHMAD FATONI Lahir di Jakarta tanggal 1 September 1974. Menyelesaikan SD, SMP dan SMA di Jakarta. Kini kuliah di Fakultas Sastra, Jurusan Asia Timur (Jepang) Unpad. AMAR FAISHAL Lahir di Gresik (Java Timur) beberapa tahun setelah lahirnya Orde Baru. Mengaku tak pemah berkelahi sepanjang riwayatnya menjadi anak sekolahan. Sejak tahun 1987 mendalami ilmu komunikasi di Unpad, dan sejak tahun 1992 ikut bergiat dalam Yayasan Riska Budaya. ANDY ROSADI Lahir di Bandung tanggal 22 Pebruari 1974. Riwayat pendidikannya dimulai di SD Angkasa XII Lanud Sulaeman, SMPN Sayati Bandung dan SMAN Soreang Bandung. Kini kuliah di PAAP Unpad, Jurusan Marketing. ARYS HILMAN Anak Bandung ini sedang menyelesaikan pendidikannya di Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) Unpad. ASEP BUDI SETIAWAN Pemuda yang dilahirkan di Tasikmalaya tanggal 13 Mei 1966 ini menyenangi sastra sejak duduk di bangku SMA. Masuk Fakultas Sastra, Jurusan Sastra Sunda Unpad sejak tahun 1986. Meraih gelar



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



26 sarjana tahun 1991. Sekarang bekerja pada Dinas Pariwisata DT. II Kuningan sejak Juni 1992. Kegiatannya yang lain, mengurus Sanggar Pelangi dan siaran di sebuah radio daerah. Obsesinya menjadi Dirjen Puisi. ASEP GANJAR PURNAMA Lahir di Bandung tanggal 26 juli 1964. Riwayat pendidikan formalnya dimulai di SD Ayudia Bandung, dilanjutkan ke SMPN 9 Bandung dan SMA Kemah Indonesia Bandung. Sekarang menjadi warga Fakultas Sastra, Jurusan Sastra Sunda, Unpad. ASEP NUGRAHA Lahir di Garut tanggal 21 Juli 1971. Menyelesaikan SD, SMP dan SMA di Garut. Sekarang kuliah di Fakultas Sastra, Jurusan Asia Timur (Jepang) Unpad. Masih ikut orangtua di Kecamatan Tarogong, Kabupaten Garut. ASEP SOLEHUDDIN ALLAYUBI Menghabiskan masa kanak-kanak dan masa remajanya di Cirebon hingga tahun 1990. Kuliah di Jurusan Editing, Fakultas Sastra, Unpad. Baik hati dan loyal terhadap pekerjaan, terutama jika itu menyenangkan orang lain. BABAN BANITA Lahir di Sumedang tanggal 22 Desember 1969. Riwayat pendidikannya (hingga SMA) diselesaikan di Sumedang. Kuliah di Fakultas Sastra, Jurusan Sastra Indonesia, Unpad. BELARUS ACHMAD SOPANDI Lahir di Bandung tanggal 22 Juni 1968. Riwayat pendidikannya dimulai dari SD Depok I, SMP II Depok dan SMA 38 Lenteng Agung. Sarjana lulusan Unpad ini tercatat sebagai alumnus Jurusan Jumalistik, Fikom. BENNY A. Lahir di Jakarta tanggal 22 November 1973. Mulai kuliah di Jurusan Sastra Arab, Fakultas Sastra, Unpad sejak tahun 1992. BOY H.K. Lahir di Bandung tanggal 23 Mei 1968. Agamanya Islam. Sekarang sedang dalam masa pengembaraan dalam berseni.



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



27



DANI IRAWAN Lahir di Bandung 22 Desember 1969. Sarjana lulusan PAAP Unpad tahun 1993 ini sampai saat ini masih setia "kuliah" di GSSTF. Kegiatannya yang lain, aktif di organisasi kemahasiswaan dan RT/RW. Tinggal di Jalan Yupiter IV No.8 Margahayu Raya Bandung. DEFRI MAULANA S. Lahir di Garut tanggal 16 April 1973. Menghabiskan masa SD-nya di Garut dan Jakarta. SMP dan SMA diselesaikan di Jakarta. Kini kuliah di Fakultas Sastra, Jurusan Sastra Indonesia, Unpad. Hobinya mencari keramaian dan menemukan harapan. DENI A. FAJAR Lahir di Holis Kota Bandung tanggal 30 Nopember 1968. Kini kuliah di Fakultas Sastra, Jurusan Sastra Sunda. Selain aktif di GSSTF, beraktivitas pula di Tepass Unpad. DIANA Lahir di Bandung pada tanggal 19 Januari 1969. Sarjana jebolan Jurusan Sastra Indonesia Unpad tahun 1992 ini sekarang menjadi editor di sebuah penerbit di Bandung. DJARLIS GUNAWAN Lulusan Fakultas Sastra Unpad ini sekarang menjadi dosen di almamaternya. DJAROT P. PUTRO Lahir di Klaten pada tanggal 30 Januari 1971. Lulus dari SD Persit KCK Cendrawasih Jayapura tahun 1984. Lulus SMPN I Merauke tahun 1987, dan SMAN 2 Klaten tahun 1990. Kini kuliah di Jurnalistik Fikom Unpad angkatan 1990. ERA FIYANTININGRUM Lahir tanggal 13 Januari. Hobinya nulis puisi dan cerpen. Era mengaku sebagai peminum kopi yang baik, gemar masak dan akrab dengan perangkat dapur. Saar ini sedang gemar merajut dan sedang mencari guru yang sedapat mungkin gratis untuk mengajari macam-macam rajutan.



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



28



ERFAN ZAINURI Lahir di Bandung tanggal 2 November 1972. Menyelesaikan SD, SMP dan SMA di Majalaya. Kini tercatat sebagai mahasiswa PAAP Unpad. Hobi utamanya jalan kaki dan kesenian. ERNA AGUSTINA Menulis puisi entah sejak kapan. Yang jelas mulai aktif di GSSTF sejak menjadi warga Jurusan Sastra Rusia, Fakultas Sastra, Unpad. Tinggal di Kompleks Taman Bukit Lagadar, Jalan Damar I No. 106-B, Cimahi Selatan. GODI UTAMA Lahir tanggal 4 April 1973 di Jakarta. Melewati masa sekolahnya di taman kanak-kanak selama setahun, sekolah dasar 6 tahun, sekolah menengah (SMP dan SMA) selama 6 tahun. Saat ini tercatat sebagai mahasiswa di FASA Unpad Bandung. GUSPIKA Lahir di Bandung tanggal 18 Agustus 1962. Sarjana Akuntansi lulusan Unpad ini sekarang menjadi pegawai di OTO Bappenas. Semasa aktif di GSSTF termasuk seorang instruktur dan sutradara yang penyabar dan suka tertawa. IIM I. PADMANEGARA Dibesarkan di bumi Parahyangan. Selalu mencoba mengenal tanah lain, hingga sekarang. IMAM DJAUHARI Anak Bandung ini ulang tahun tanggal 2 Maret. SD, SMP dan SMA diselesaikan di kota kelahirannya. Kini kuliah di Fakultas MIPA, Jurusan Fisika, Unpad. IMAN BUDIMAN Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra Unpad ini lahir di Bandung tanggal 6 Maret 1970. Tahun 1983 lulus dari SDN Cibeber, kemudian pada tahun 1986 lulus dari SMPN Cibeber, dan lulus dari SMAN I Bandung pada tahun 1989.



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



29



IWAN OGAN APRIANSYAH Lahir di Baturaja tanggal 17 April 1972. Menyelesaikan SD dan SMP di kota kelahirannya. SMA diselesaikan di Bengkulu. Kini is menjabat sebagai Ketua HIMA Gelanggang Sastra Indonesia Unpad. J.S. NUGROHO Lahir di Bandung tanggal 27 September 1972. Sekarang kuliah di Fakultas Sastra, Unpad. Puisi-puisinya belum pemah dipublikasikan. KAROLINA L. DALIMUNTE Lahir di Bandung tanggal 17 September. Lulusan SMA VII Bandung ini sekarang menjadi mahasiswa di Fakultas Psikologi Unpad. Sering hidup nomaden, walau secara resmi tinggal di Jalan Manglayang I No.23, Cilengkrang II, Ujung Berung 40615 KARTAWI Lahir di Cirebon tanggal 15 Maret 1968. Menyelesaikan SD, SMP dan SMA di Cirebon. Sampai saat ini masih kuliah di Fakultas Sastra Unpad. MOHAMAD SYAFARI FIRDAUS Lahir di Bandung tanggal 26 Maret 1973. Lulus dari SUN Jatayu II pada tahun 1985, dari SMP I pada tahun 1988, dan lulus dari SMA XV pada tahun 1991. Mencoba menulis puisi, cerpen dan naskah drama. Kini kuliah di Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Unpad. MONA SYLVIANA Lahir tanggal 16 Mei 1972. Gemar menulis puisi, cerpen dan berteater. Kini menjadi mahasiswa Humas Fikom Unpad. Tinggal di Jalan Sentosa No.85 B KPAD Geger Kalong, Bandung. M. ZAYYAD Lahir di Lombok tanggal 10 Desember 1972 dengan nama A. Zhiyad. Sejak tahun 1991, ketika masuk Universitas Padjadjaran, berubah nama menjadi M. Zayyad. Memenuhi buku hariannya dengan puisi sejak SD.



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



30



OBAY MOCH. SOBARI Anak Jakarta kelahiran 16 April 1966 ini adalah pemain teater Sunda Kiwari. la aktif pula di Studi Klub Teater Bandung. Lulus dari Unpad lewat Jurusan Sastra Daerah. PIET SETIYONO Lahir di Tegal tanggal 3 Juni, dan tetap tinggal di sana hingga tamat SMA pada tahun 1991. Menulis puisi semenjak tahun 1988, sebelumnya hanya menjadi pembaca puisi. Semenjak menjadi mahasiswa Jurusan Statistik, FMIPA, Unpad belajar juga menulis cerpen dan bermain drama. RAHYM ASYIK FAJAR Lahir dan dibesarkan di Bandung. Sejak tahun 1987 kuliah di Jurusan Jumalistik Fikom Unpad Bandung. RAMDHAN TAUFIK Lahir di Bandung tanggal 24 November 1970. Riwayat pendidikannya diselesaikan di Bandung dan Cikampek. Kini kuliah di Fikom, Jurusan Jurnalistik Unpad. Di GSSTF aktif di teater. RUDI TRIASWANTO Lahir di Bandung 24 Februari 1971. SD diselesaikan di Garut dan Tasikmalaya. SMP di Tasikmalaya dan Bandung, sedangkan SMA di SMAN 4 Bandung. Kini kuliah di Fakultas Sastra, Jurusan Sastra Indonesia. SAHRUNI HOSNA RAMADHAN Lahir di Ujung Pandang tanggal 14 Oktober 1974. Menyelesaikan SD, SMP dan SMA di Jakarta. Kini kuliah di Fakultas Sastra, Jurusan Sastra Jerman Unpad. Selain aktif di GSSTF, tercatat pula sebagai aktivis di Masjid Salman Bandung. SENO M. ABDI Lahir di Bandung tanggal 19 Juni. Tidak tahu dari siapa mendapat gen seni dalam keluarganya. Yang jelas mahasiswa Jurusan Jurnalistik, Fakultas Ilmu Komunikasi Unpad ini gemar menulis puisi dan cerpen. Sebagian waktunya dihabiskan di Radio Kontinental Bandung sebagai pembawa acara "Kisi-kisi Hati Miniatur Sastra dan Budaya". Sekali-kali



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



31 aktif juga main teater. Terakhir main sendiri dalam monolog berjudul "Kematian Tanpa Kata-kata". Aktif di Yayasan Riska Budaya, yang didirikan bersama lima orang kawannya. SUHANDI Lahir di Bandung tanggal 30 Oktober 1967. Setelah tamat SMA melanjutkan ke Universitas Padjadjaran Bandung. Mulai menulis puisi sejak tahun 1986, namun aktif menulis di Pikiran Rakyat dan Mitra Desa sejak tahun 1989. TANUDI Lahir di Indramayu pada tanggal 9 Februari 1972. Riwayat pendidikannya dari SD hingga SMA diselesaikan di Indramayu. Lulus dari Jurusan Editing, Fakultas Sastra Unpad Bandung pada bulan Agustus 1993. TATA HARTANA Mahasiswa D3 Jurusan Sastra Inggris, Fasa Unpad Bandung ini tinggal di Komplek Pasirpogor Blok RJ 20, Buah Batu, Bandung. TATY HARYATY Lahir di Jakarta tanggal 20 Maret 1974. Menyelesaikan SD, SMP dan SMA di Jakarta. Sekarang kuliah di Fakultas Sastra, Jurusan Sastra Jerman Unpad Bandung TAUFIK J. WIBOWO Lahir pada Senin Kliwon tanggal 5 September 1966 di RS Bhayangkara Solo. Belajar teaser dan menulis (apa raja) se jak SMP. Tahun 1985 kuliah di FISIP Unpad, hanya sarnpai selesai kuliah teori. Tahun 1990-1992 menjadi wartawan Vista FMTV. Sejak Nopember 1992 hingga sekarang menjadi wartawan tabloid mingguan berita dan opini De Tik. TEDDY A.N. MUTADHIN Lahir di Rancaekek Kabupaten Bandung tanggal 9 Pebruari 1968. Menyelesaikan pendidikannya di SDN Sukamanah (1980), SMPN Rancaekek (1983) dan SMA Rancaekek Kab. Bandung (1986). Hingga akhir 1991 menjadi mahasiswa di Fakultas Sastra, Jurusan Sastra Sunda, Unpad.



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



32



TJUNG ARIPING Lahir di Bandung pada tahun 1971. Menyelesaikan sekolah dasar dan sekolah menengah (SMP dan SMA) di Bandung. Saar ini kuliah di Fakultas Sastra, Jurusan Sastra Indonesia Unpad. TOING ANSYORI Lahir di Lampung tanggal 15 Oktober 1970. Sekolah dasar diselesaikan di Lampung dan Jambi, SMP di Jambi dan Padang, sedangkan SMA diselesaikan di SMA II Padang. Aktivitas yang selama ini telah ditekuninya antara lain Teater/Sastra Nan Tongga/Taman Budaya Padang. Kini kuliah di Fakultas sastra, Jurusan Asia Timur (Jepang), Unpad. WAWAY TISWAYA Sarjana lulusan Fakultas Sastra Unpad ini sekarang menjadi staf pengajar di almamaternya. Kegiatannya menulis dimulai sejak tahun 1982. Tulisannya berupa analisis kebahasaan, sajak dan cerpen, dipublikasikan pada Pikiran Rakyat, Merdeka, Sinar Harapan, Kompas, Majalah Hai dan Majalah Ria Film. la banyak menulis tentang perenungan dan pemikiran nilai hidup dan kehidupan yang bermanfaat bagi orang lain dan dirinya sendiri. WIWIN MIDAWATI W. Anak Bandung kelahiran 2 Januari 1972 ini gemar menulis puisi sejak kelas IV SD, dan sampai sekarang masih terus menulis. Tinggal di Jalan Jawa No.36 Pav. Bandung. YANA SUPRIATNA Lahir di Kuningan tanggal 2 April 1974. Kini kuliah di Fakultas Hukum Unpad. YANUAR NOVARA Lahir di kota dingin Takengon tanggal 5 Januari 1972. Menyelesaikan SD dan SMA di kota kelahirannya. Kelas II SMA pindah ke Banda Aceh. Hobinya membaca dan jalan-jalan. Kini kuliah di Fakultas Sastra, Jurusan Sastra Indonesia, Unpad.



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



33



YUNI UTAMININGSIH Lahir tanggal 2 Juni. Sudah gemar menulis puisi, main teater dan bersenandung sejak di sekolah lanjutan. Sejak tahun 1989 kuliah di Jurusan Sastra Rusia, Fakultas Sastra, Unpad.



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



34



BIODATA PENGANTAR APRESIASI



ADE KOSMAYA lahir di Bandung. Menulis puisi sejak duduk di bangku SMA (tahun 1960an) hingga sekarang. Puisi-puisinya menggunakan dua bahasa, bahasa Sunda dan bahasa Indonesia. Belum pernah mengirimkan puisinya pada majalah sastra, baik Horison maupun Sastra, cukup di media massa Kota Bandung. Sejak tahun 1960 menjadi anggota Studi Klub Teater Bandung. Aktif sebagai aktor dan sutrada. Ade Kosmaya adalah pencipta embrio sekaligus "bidan" kelahiran GSSTF UNPAD. Tercatat pula sebagai Ketua HISKI Bandung dan anggota Juri Puisi LBSS (Lembaga Bahasa dan Sastra). Pengalamannya yang berkesan hingga kini adalah ketika memerankan Laertes/Tumenggung Jalu Wuyung dalam Hamlet di bawah arahan Jim Lim dan Suyatna Anirun. Pernah menang dalam kejuaraan deklamasi se-Indonesia setelah seleksi ketat di tingkat propinsi, pada tahun 1962 di Denpasar. Kejuaraan itu diikuti pula oleh Amoroso Katamsi (sebagai Juara II) dan Kusno Sudjarwadi (III). Pengalaman berkesannya yang lain adalah ketika menjadi sarjana dibimbing oleh bukan sarjana (Ajip Rosidi).



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



35



BIODATA EDITOR



EKA BUDIANTA adalah sastrawan Indonesia kelahiran Jawa Timur pada tahun 1956. Mulai bersajak ketika bersekolah di Malang, 1972. Saat itu untuk pertama kalinya ia mengumpulkan sajak-sajaknya yang kemudian beredar di kalangan teman-temannya sesama remaja. Judulnya Bunga Desember. Kumpulan sajaknya Cerita di Kebun Kopi (Balai Pustaka, 1981) menjadi bacaan sekolah menengah, sedangkan Sejuta Milyar Satu (Penerbit Arcan, 1984) mendapat pujian khusus dari Dewan Kesenian Jakarta. Buku kumpulan puisinya antara lain Bel (Penerbit Puisi Indonesia, 1977), Tonggak 4 (Gramedia, 1987), Walking Westward in the Morning (bersama: Sapardi Djoko Damono, Soebagio Sastrowardojo, Arifin C. Noer, Linus Suryadi AG, Taufiq Ismail dan Toety Herati), Catatan Gunung Sahari (Pustaka Sastra, 1993), Dari Negeri Poci (Pustaka Sastra, 1993), dan Rumahku Dunia (Puspa Swara, 1993). Selain menulis puisi dan essei kebudayaan Eka Budianta juga menerbitkan buku Menggebrak Dunia Mengarang, Mengembalikan Kepercayaan Rakyat, Mempertimbangkan Republik dan Menggebrak Dunia Wisata yang diterbitkan oleh penerbit yang dikelolanya hingga saat ini PUSPA SWARA. Penyair yang pemah menjadi wartawan Majalah Tempo dan penyiar radio BBC ini mendapat pendidikan pada Fakultas Sastra Universitas Indonesia (1975-1979) dan Los Angeles Trade Technical College (1988-1981). la pemal mengajar satra Indonesia di International School of London, Inggris ( 1988-1989). Pada tahur 1990 mendapat Fulbright Visiting Scholarship untuk mengajar bahasa Indonesia dan Jawa di Cornell University di Ithaca, New York. Sebagai aktivis ia mendapat Ashoka Fellowship atas kegiatannya di bidang kesenian dan pendidikan Sejak April 1993 bekerja sebagai Information Officer untuk Program Pembangunan PBE (UNDP) di Jakarta.



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



36



Acep Iwan Saidi LAGU CEURIK DALEM BONCEL -catatan buat Widaningrum Malam menangis, Wida Menjalani dosa tiada terampunkan Lalu aku terpuruk pada sebuah tanya Tak berjawab, surgakah yang terseka dari telapak kaki bunda Bisaku hanya menatap hatimu yang basah Duka tak pernah punah. Wida, bila lain aku sempat bertanya, dari siapakah duka ini tiba: Bunda atau Yang Esa? Kamar hanya gundah Di luar angin merintih Burung hantu dari jauh Langit tanah berdesah-desah Sayup-sayup kudengar nyanyi kinanti Berselang maskumambang padang demi padang Berdengung dari rumput ke rumput tanpa henti Jauh ke tepi-tepi bumi Wida, lara kembara ini bersenandung di setiap lubang seruling.



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



37



Acep Iwan Saidi YANG KUDUS DAN YANG PROFAN -kepada Y. B. Mangunwijaya Yang kudus itu sepi Waktu berujud puisi Lalu penyair merelakan Tubuhnya jadi kurban persembahan Maka apakah yang profan Saat usai pembakaran: Mungkin an gin sedang coba mengarti mengepakkan sayapnya menjatuhkan sehelai daun Menguning pelataran Tapi ada yang tetap berkata, berkata Ia masih punya makna Acep Iwan Saidi LAUT, SUATU PAGI Bulan mengubur diri Dalam laut pagi Tanggalkan gelisah pada ombakombak berarak beriak demikianlah samudera, Mencipta legenda duka.



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



38



Agus Syafaat JATINANGOR Maka akulah arca yang terpahat dari aksara membusuk di musim semi. Langit retak pada bola mataku, lalu tumbuh kota-kota sunyi di mana dedaunan gugur sebelum menguning dan burung-burung menanggalkan sayapnya Kubaca kembali gemetar purba di sekujur tubuh seperti adam yang tersesat di tengah rimbun lampu-lampu. Dan perlahan hari-hari berserak meninggalkanku di persimpangan, ketika mulutku terbata mengeja mimpi chandra chandra hingga bibirku letih berdarah Di ujung-ujung rambutku tertanam luka. Aku pun bersiap menjadi prasasti bagi matahari yang menulis sebuah hari kemarin menjadi kenangan berlumut. – Matahari yang bukan milikku, matahari yang membakar almanak menjadi puisi hitam, seperti kata-kata usang dari bibirmu, seperti gambar-gambar buram pada matamu, seperti lukisan koyak pada telapak tanganku Maka akulah arca. Batu hitam yang terkapar pada etalase museummu. Juli, 1993



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



39



Agus Syafaat IBU Demikianlah, kerinduan itu perlahan berjamur melekati batang jarum jam. Lalu mimpi memanjang membuka pintu dan jendela hingga dapat kulihat kanak-kanak berlarian bersama angin di antara bunga-bunga rumput, sementara burung-burung menjauh meraba horison. Ketika matahari senja melukis jingga di pelepah padi, kuhisap nafas yang dulu pernah kau hisap, Ibu. Seperti sungai mengenangkan mata air, seperti daun mengenangkan ranting. Rinduku menghijau berakar pada waktu, tapi mataku tak lagi percaya pada apa yang diberitakan almanak. Maka kubiarkan angin menerbangkan lembarnya satu-satu, menjadi hujan yang memeram daun-daun di pojok halaman. Hanya matamu yang jernih mampu jadi silhuet di sepanjang matahari Aku hanya percaya pada doamu. Doa yang mendetakkan jantungku, doa yang menghembus kelopak mataku, doa yang melukis langit biru Inilah anakmu, Ibu, yang menulis prosa bagi usia yang memutih, agar suatu ketika dapat kubacakan usiaku dengan lantang dalam keteduhan pelukanmu. Juli, 1993 Agus Syafaat SENJA PEMATANG Berjalan di sela catatan ilalang



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



40



sempurna kesunyian. Hanya angin merintih mengibarkan kerudungmu jadi bianglala Waktu memucat pematang menjelma senja sehelai daun gugur tanpa doa sehelai hati berdoa tanpa kata "Mungkin hampir gerimis," bisikmu hampir menangis 1992 Agus Syafaat MENGENANG IBU Ibu yang bermata telaga kini telah menjadi penghuni sebuah album tua milik anaknya Hari-hari kemarin pun perlahan terbingkai kenangan berdebu: pagar bambu, pohon jambu, dan rumah kayu di kota beludru Lalu, dari negri jauh, sehelai surat pun tiba mencari alamat seorang anak yang pergi "Anakku, anakku, benarkah waktu telah mengkhianati kita?”



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



41



1993 Agus Syafaat FRAGMEN masih kucium aromamu, adiati pada pasir dan bilur-bilur ombak tapi ketika matahari berlayar ke tepi kutahu pada gelap rindu kan berserak bayangmu kian berlari ke cakrawala pekat menembus awan dan bintang-bintang tapi di karang, jejakmu tetap melekat maka kepada lautmu aku berpulang Agus Syafaat SEPTEMBER Dari helai kerudungmu, September menguap melepas tetes-tetes gerimis di dahimu. Dingin merayap mendaki daun-daun teh. Lalu kabut membangun senja di pelipismu Adakah kau dengar detakku? Adakah kau dengar mimpiku? Mungkin tidak. Kau tak mendengar apa-apa. Hanya ilalang patah ketika kau melangkah dan sekuntum mawar dalam hujan



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



42



pada instrumental muram. Karena helai kerudungmu, jendela terbuka menangkap sepi. Di luar, jalan setapak menyusun sepinya sendiri. Agus Syafaat SAJAK UNTUK PIET Sebentar lagi hujan akan menjaring pohon-pohon dalam basah. Sebentar lagi semuanya hanya akan menjadi jarak-mimpi, harapan, dan sebuah masa lalu yang kian lusuh. Sebentar lagi kita hanya terkenang dalam sebuah sajak Piet, mau ke mana kita? Entahlah. Ah, kita selalu yakin pada sebuah entah. Tapi kenapa? Entahlah. Entahlah Sementara kita masih terus berjalan menadahkan hari-hari dalam tempurung kepala yang sesak. Kau tahu, gedung-gedung tua itu masih menggoda kita dari jendelanya angin keluar dalam alkohol Piet, mau ke mana kita? Sebentar lagi malam akan pasrah dilubangi sepi



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



43



Ahmad Fatoni ANTARA YANG MELATA Dan mereka menjawab: lapar... ya, kami lapar! Haus.. . ya, kami haus! sujud... ya, kami sujud Bilakah lebih baik dari kamu. 1993 Ahmad Fatoni KAN SAMPAI 1 sosok itu menyala, begitu panasnya waktu batasi jarak pandang bukan alasan satu harapan 2 detik jam-jam dinding merobek-robek ingatan merah pipi itu daun-daun jendela terbuka



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



44



3 Ada kawan Ada lawan Ada adik Ada kakak tak sebesar kakak mengharapkannya 4 lorong gelapnya sempat terlewati, demikian terangnya dan teriak pengakuan pengharapan keterbukaan Amar Faishal UNTUK ORANG-ORANG TERCINTA Dengan tangan yang kesemutan Kau lambaikan juga akhirnya, beberapa kali Katamu, "Ingat, pakai mantelmu selalu bila udara dingin mulai mengendus di mulut - hidungmu". Usai itu, tubuhmu semburat di jalan raya luluh oleh aspal, hilang disaput fatamorgana Hujan deras lewat selokan kau pergi Berhenti di ketiak sungai Lantas para pemancing itu datang Dengan gelak tawa mereka melempar umpan Kau beringsut Matamu mengerlingku



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



45



Gigimu yang hanya kenal batubata menjelma bagai prisma membelah cahaya jadi pecahan warn-warna Aku terisak saat kembali kau mengerlingku. Juli 1993 Andy Rosadi 'SUARA ALAM' Dunia adalah suatu impian nyata namun tidak abadi suatu jalan terbentang di sana dan kita dapat berjalan di dalamnya kita bebas berjalan dengan satu atau dua kaki namun kadang kita berbesar hati, tergoda nafsu jalan yang lurus jadi berkelok jalan datar jadi menurun dan mendaki Suatu saat nanti, kita akan tersentak bangun dari mimpi panjang dan akan saling bertanya: di manakah ini? apakah ini suatu kenyataan? lalu sebagian yang lain berkata: "kembalikan aku ke dalam mimpi, biarkan kami bermimpi selamanya" Teriakannya hanya suatu penyesalan abadi Tidak ada suatu kekuatan pun yang menandingi-Nya Margahayu, April ‘93



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



46



Andy Rosadi MALAM Malam dulu, Suara yang datang berisikan kedamaian menenangkan hati yang sedang resah tak ada alasan untuk bertentangan Malam kini, Suaranya bising berisikan kedamaian meneriakkan hati yang selalu gelisah jauh dari keseimbangan Malam nanti, Mungkin tak akan ada suatu kejelasan Margahayu, Juli '93 Andy Rosadi KELABU Aku duduk di antara orang-orang baik mereka mengira aku orang baik lalu, aku berdiri di antara orang-orang tidak baik mereka mengira aku orang tidak baik Aku berkaca pada ajal yang kutinggal ternyata aku berada pada "arah" yang berlainan putih bercampur hitam



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



47



dan menjadi "kelabu" aku dekati pandai besi tubuhku kotor dan berdebu lalu, aku dekati penjaja minyak wangi namun harumnya tak dapat menepis debu kelabu tetap kelabu tidak akan kembali putih tapi apakah itu abadi? entahlah. aku hanya dabat mengikuti waktu Margahayu, Juli ‘93 Arys Hilman SURYAKENCANA Sungguh. Terasa lebur tubuh-tubuh kabut Dalam menulangresapanmenggetarkan Seakan ingin menangis (justru teriak kebahagiaan) Lembah. Tak lepas angan. Tak sudi pulang. Karena rindu tak jua terlunaskan. (kabutnya kini di jiwaku) (1992) Asep Budi Setiawan BUNGA BAKUNG Kalau pagi datang. Ketahuilah Bunga bakung depan rumah sudah mengembang



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



48



Seperti di Karangnunggal. Suatu pagi Saat gerimis mulai menyirami bumi Napas sesak. Ketahuilah Yang menyudutkan hati pada kerinduan Tak menakut-nakuti lagi Untuk memantulkan muka di cermin "Aku seolah melihat kebaruan masa silam." Cirapih, 14-15/11/91 Asep Budi Setiawan MUSIM BUAH `KAN SEGERA TIBA gadis itu datang sore hari melempar senyum ke sana kemari angin rnenggerai rambutnya dan menepis duka di matanya waktu telah membuatnya ranum seperti rnangga depan rumahnya ranting-rantingnya patah disambar badai sebelum akhirnya berdaun dan berbunga kemudian gadis itu berucap ramah: "Sebentar lagi musim buah tiba!" Sekeloa, 31391 Asep Budi Setiawan YANG TERSISA DI BULAN JUNI



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



49



baru saja kaulepas dari mimpiku pergi tanpa pamit, dengan jejak kuat yang tak hendak kugenggam erat biarlah, Juni ini masih tersisa sebentar senja, sebentar pula malam akan tiba dan aku tinggal tunggu esok: "di taman ini kelopak lain segera terbuka" Sekeloa, 91290 Asep Budi Setiawan ALBUM Melihat potretmu pada album merah jambu Seolah aku terlempar pada kemahaluasan masa lalu Saat rumput bergoyang dipermainkan cahaya bulan Tak ada awan. Tak ada angin Alam begitu hening Kita lena mengembara Bersama onggokan awan Memberi senyum pada siapa saja tersua : Jalan lempang dan terbentang Dan kita memang tak bisa menolak sapa bintang Mataku basah. Saat kakimu terjaring bumi Yang tak jua mau kompromi Maka salam terakhir itu pun kaulambaikan Dan alam begitu hening



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



50



Cirapih, 14-15/11/91 Asep Budi Setiawan SI PEMANCING YANG PANDIR akulah pancing tanpa kail. Sia-sialah akulah kail tanpa umpan. Sia-sia jugalah karena kau senantiasa terjaga maka biarlah kolam tetap tergenang dan air menjadi batas misteri namun aku akan senantiasa menaruh harapan : kepadamu! Cirapih, 13292 Asep Budi Setiawan PAGI DI KANTIN CEMARA Pagi ini pun kubuka di Kantin Ccmara Dengan sepiring nasi dan segelas air bening Sambil iseng menulis sajak-sajak kosong Tentang mimpi atau khayalan melambung Baru aku tahu Di sini para mahasiswa berkumpul Mengisi perutnya Melepas tawa Dan sesekali membetulkan letak tas penuh buku Sambil ngomong Tentang pacar, film baru, atau ibu kos yang cerewet memang jadi teringat kampung sendiri



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



51



Ema dan abah selalu menanti "Anak kita bakal jadi orang, ya?" Tanpa peduli berapa rupiah untuk makan dan jajannya Sekeloa, 31391 Asep Ganjar Purnama KONTEMPLASI ANGIN I hendaknya kasih itu seperti wujud angin dia tercipta tanpa makna tanpa hati dan kata namun, ada terasa! Asep Ganjar Purnama KONTEMPLASI ANGIN II menerjemahkan bahasa angin yang mengelus lembut di bawah pohon di terik mentari aku merasa ditelanjangi kuakui selama ini kasihku berpilih pamrih dan haus terima kasih Asep Ganjar Purnama METROPOLITAN SUATU MALAM rembulan jatuh ke pangkuan sedu sedan mengadu:



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



52



tak ada lagi malam di metropolitan! Asep Ganjar Purnama SETIDAKNYA setidaknya jadilah kuncup biar tak jadi bunga sebab kuncup lebih nyata dari tiada dan bunga akhir dari yang nyata Asep Ganjar Purnama BAYANG-BAYANG ELANG tatkala kecil aku suka mengejar bayang-bayang elang sambil berharap mentari tak terlalu membakar kulitku, tapi baru kali ini aku mengerti aku bersama burung elang berpayungkan awan dalam terik matahari Asep Nugraha KERETA II Satu stasiun lagi, katamu kita akan sampai di tujuan sebuah kota yang menunggu hujan reda ingatlah stasiun terakhir yang tenggelam stasiun kota hitam, dimana setiap warna tak memantul dan waktu tak tertafsirkan -bersama burung-burung kereta menghitung kota demi kota



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



53



gubuk-gubuk dan tebu yang geme tar gelap di lorong-lorong sunyi dingin. Satu stasiun lagi, katamu kita akan sampai di tujuan. Mungkin rel di sepanjang kota ini telah berkarat tapi kereta akan terus laju dengan kecepatannya yang dahsyat melintasi rawa-rawa murung, menjauhi mendung. Satu stasiun lagi, katamu bimbang ketika kereta berhenti di stasiun tak berpenghuni kau teriaki penjaga, namun di sana hanya ada peron retak dan sumur-sumur kering. Tak ada yang menunggu orang-orang telah pergi menuju kota lain kita harus segera pergi, katamu tanpa peluit kau tinggalkan stasiun menuju kota lain. Satu stasiun lagi Tuhan, pintamu kita telah berdoa Dalam ribuan mil kereta yang membara. Januari `93 Asep Nugraha DIAM-DIAM Diam-diam mimpi meninggalkan segala tidur dan sebuah kolam sunyi memungutnya sebagai mahkota sedang angin menulis sajak pada riak-riak kecil



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



54



bersama daun gugur yang diasingkan pepohonan jtng 593 Asep Nugraha PERJALANAN Barangkali hanya jengkrik yang merindukanku sunyi dan rembulan di ujung cemara meninggalkan jejaknya untukku tak sepatah pun kau berucap ketika kukatakan bahwa waktulah yang telah menyalakan kota-kota. angin dan nafas begitu akrab, jalan setapak makin menanjak sesekali kau beringsut mendekap bunga yang bermekaran dalam gelap kau menangis, ketika langit mengisyaratkancahaya dan burungburung akan tiba. Jan `93 Asep Nugraha TERDAMPAR Seperti lebah yang mereka-reka bunga kemarau mengaduk-ngaduk padang pasir mendirikan bukit demi bukit dan memusnahkannya setiap hari, sebelum dan sesudah matahari lengah tak seekor pun unta mampu melewatinya gemuruhlah yang ada anginlah yang berkuasa lalu aku bertanya "Dimana kendaraanku?" Malam mendekap tiba-tiba. Tak sempat peta itu terbaca dan bulan hanya terang tanpa mau berkata-kata



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



55



aku menyeru "Tunjukkan parlnku apa kutuju!" (katanya malam telah pagi lagi) Tapi ini negeri baru, tiara, kokok ayam dering wekker atau suara adzan aku harus bertanya, belajar menafsirkan gambar dan kata-kata tapi pada siapa! sebab barangkali akulah yang pertama terdampar di negri tan pa bendera ini. Mei ‘93 Asep Nugraha "JULI" Bila tercium wangi iejakmu pada beribu rnawar mekar di keningmu di sini. Di bawah matahari kehilangan pagi kau menjadi bantal bagi tidurku Atau bila pohonan melepas daun untuk senja yang memburu riwayat di sini. Pada ikal batang padi kau menjelma musim yang dirayakan semesta 20793, rwbg Asep Nugraha WHITE ROSE jangan biarkar langit mencintaimu lewat beribu. jejak tercecer sisa kemarau



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



56



di wajahmu, ya di wajahmu tubuh-tu.buh kedinginan menemukan selimut Jangan biarkan taut menipumu, jelita meski tiap hujan menguyupimu di hatimu, ya di hatimu bunga-bunga ros putih bermekaran 20783, rwbg Asep Nugraha DOA MENULIS SAJAK bahkan maut telah merebut inginmu menjalari saat yang tak tercatat dalam hitungan aku hanya mengigau kau herbisik-bisik pada enau sebagai ciri kita belumlah mati Juli '93 Asep Solehuddin Allayubi Berapa hari lagi kan kulihat para nelayan duduk di kursi: berjejer mereka menggunakan jala yang berbeda mereka siap menangkap ikan dari Sang mulut yang mempunyai banyak ikan



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



57



Asep Solehuddin Allayubi HARAPAN Di permukaan laut ini Aku menggigil: berkeringat dingin menumpuk-numpuk masa lalu mencangkuli gundukan sesal Ada yang menghenyakkan lamunan menggambarkan impian manis Aku harus menaiki bukit untuk menjerit menaiki gunung untuk menepuk dada yang mulai bertulang Asep Solehuddin Allayubi PILIHAN yang jauh di depan membuat keruh air kolam pada raut mukamu, sahabat tinggalkan saja dan mengalirlah: karena,hati tidak akan terulati,-



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



58



ikan beria,hati tidak akan terulati,ikan beria,dan ganggang bak gadis perawan yah kita tahu pada laut hidup akan berakhir 14 Agustus 1993 Baban Banita AIR MATA tanpa air mata kutatap wajah mayatku di sana ada air mata Aku heran, siapa sehenarnya yang menangis. Baban Banita SURAT KEPADA TUHAN Hanya cucuran keringat tanp a arti di sini. Tidak seperti ombak itu, selalu setia pada alar-Mu.



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



59



Baban Banita BENUAKU Aku berdiri di benua mati segala yang berjalan adalah mayat dengan dengus napas api abadi mungkin aku akan ikut mengalir, terbakar bila sepi terus bersama peri Datanglah kapal Nuh sebab terus di sini kan segera mati Bawa aku dalam wangi layarmu menuju benua putih; Din. Baban Banita MEMORIAM ISTRIKU Takan kudengar lagi napasmu telah mengendap di dinding merah, sunyi Seharusnya kau duduk di ranjang ini setelah menyeduh kopi sambil rnerenda kautemani aku membuat bait-bait puisi Ah, mungkin sunyi. jadi temanku sepanjang tepi Di luar musim bunga selalu mekar menjanjikan banyak aroma yang membuat darah berlari



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



60



berpacu liar Seharusnya kau di sini rnendekapku dengan selimut yang paling lembut Bukan di sana, di negri sunyi kau begitu muda. Belarus Ahmad Sopandi SEHELAI DAUN SIRIH Manis jejakmu jauh menapaki rindu melemparkan malam di atas pucuk cemara membulatkan bulan separuh purnama di pagi ini Belarus Achmad Sopandi UNTUKMU BOCAH tularkan kasih pada pelita mungil kita berbagi sekerat roti di gubug dekat kandang jepati bertaman binar murni matamu: bocah katakan temanmu telah kembali dari pengembaraan para sanyasin menyendiri tak berbagi menangkupkan karma ini, berabad silam jangan takut kegelapan lorong kumuh ini dunia memang berbagi dengan pujangga



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



61



menghamparkan sutra wanginya sejuta puja, tapi kita hanyalah manusia dengan dada kasih menganga kemarilah berbagi kehangatan malam bersama; bocah kuisi wadah sabunmu tidak dengan sekeping uang hanya bangku di jiwaku untukmu, ambilah gula-gula manis di dalamnya semoga Benny A KITA Di bawah barisan pohon rindang kita pertama berjalan Dengan baju putih bersih ini bertaman kita pertama berjalan Dengan rasa asing ini kita pertama berjalan Mau dan malu mengiringi kita waktu pertama berjalan Pernah dalam marah kita juga tetap berjalan Waktu engkau diam kita tetap juga berjalan Hari ini, esok itu, lusa nanti kita tetap berjalan Sampai akhir ajal ‘kan menjelang



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



62



‘93 Benny A ADA Ada yang memisahkan kita, jam dinding ini Ada yang mengisahkan kita, bisik-bisik sunyi malarn ini Ada, tapi tak ada kucium wangi harummu sebelum pergi tak ada ... ‘93 Benny A JENDELA TERAKHIR YANG KUTEMUI Ku belah pekik malam yang terakhir tertinggal bintang satu untukku juga sepotong bulan yang malu jendela terakhir yang kutemui belah tanpa keping jendela terakhir yang kutemui pecah tan pa suara dan bulan bintang yang pemalu tak pernah ku tahu ‘93



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



63



Boy H.K KATAMU KATAKU buat Kolai Tak sedikit manusia menganggap dirinya benar Aneh! ... ? Apa yang kulakukan, dibilang “Gila!!" Apa yang kukatakan, dibilang "Mabuk!!" Marah, Luka atau kecewa, bagiku "Tak perlu!!" Aku tak perduli pada mereka Biar aku disebut brengsek Biar aku dibilang pemabuk Aku adalah aku yayaya... Boy H.K ANTARA



,



DAN (RINA)



Diam adalah bahasaku Dengan diam hatiku bicara Dengan diam akalku bicara



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



64



Bacalah suara hati ini yang terkungkung dalam diri yang menggugah jiwa, lalu menjelma sebagai naluri Aku tahu: tentangmu Aku sadar, bahkan terjaga bagai dari sebuah mimpi Dirimu: tak akan datang Kesadaranku adalah ketika langkah terhenti saat berjalan ke arahmu Kurasakan sesuatu... "Tak mungkin!"... sebab Aku tak mau: Menyakiti kaumku Bdg, 93 Dani Irawan LAHIR II Aku seperti sungai mengalir Yang tak punya tempat untuk mengalir, Tak punya waktu untuk berhenti. Dan bila aku sampai di taut yang luas Aku selalu bergelora menyimpan



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



65



segala peristiwa... Di situ aku bcrjalan menuju diriku sendiri. Seperti aku menuju ke sebuah daerah Yang telah menjadi tampau... Dan aku melahirkan diriku kembali di situ... Dani Irawan LAHIR III Kelahiran berkali-kali itu mengucap pada diriku: Aku orang ramai yang ditulis oleh jalanan Dan aku telah menjadi bahasa Yang telah membaca Setiap orang yang datang padaku Dani Irawan YANG ADA Aku lihat dewa-dewa cinta berkeliaran di ujung telunjukku Tapi lalu terhampar kuku-kuku hitam di depan hidungku Sehingga aku tertegun sesaat dalam diam... Walau tetap masih dapat kulihat tarian dewa-dewaku menyapaku: "Usunglah bulan dalarn genggaman napasmu"; Danjangan biarkan keringat menetes pada bumi menjadi darah...



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



66



Maaf... Barangkali aku memang terlalu asing pada bumi ini... Namun aku tak pernah asing pada diri ini... Dani Irawan OBSESI KEMARAHAN Semula.. . Kujadikan kau sebagai lautku Dari kerasnya karang yang membatu di kepalamu Kemudian kan kugulung selaksa ombak di nadimu... Sehingga nampak sebuah dermaga bagai fatamorgana dalam mimpiku Namun selalu saja ingin kuhamparkan semua mimpi ini menjadi sebuah kemarahan... Defri Maulana S. MIMPI Dan matahari bangkit, la telah berdiri di persimpangan jalan. bersih dan berseri, kepalanya bertopi, kakinya bersandal jepit. Di tangannya berpuluh berita penting diapit dan diajaknya bermain dengan waktu



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



67



"Koran.. Koran.. bacalah berita kali ini, pak..." Panas tak dirasa la terus memburu pembaca berita. Matahari mulai galak menginjak kepalanya Ia duduk di bawah pohon, menghitung uang siang ini... dan ia pun tersenyum... Dibacanya sebuah puisi pada salah satu korannya "Tidurlah, kau di atas bumi yang subur ini Tidurlah, dan raih mimpi-mimpimu... sampai kau tahu bahwa negrimu penuh dengan mimpi-mimpi..." la pun ikut bermimpi di atas rumput yang teramat kering. Agustus 92 merdeka, bung! Defri Maulana S KU DATANG PADAMU Aku datang padamu, kala rnalam merangkak dan bulan telanjang bulat menari di atas daun jambu. Padamu... kukirim seikat rindu tanda kemesraan 'kan tiba.



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



68



Kini aku ada di wajahmu menunggu senyum, berharap ciuman... "plak"... sebuah tendangan jitu, tepat di wajahku. Desember 92 Deni A. Fajar PADA HARI ULANG TAHUN Detik ini, pagi menantang sisa usia O, anak muda berjanjilah pada matahari-Nya Karena pengampunan (mungkin) tertinggal di ceceran waktu Carilah tekad dalam tumpukan kegagalan Lalu jadikan cemeti agar esok pagi Tak menagih janji pada hati. Deni A. Fajar PESAN OMBAK ombak pun gelisah dalam deburnya "terlalu berahi laut mencumbu bulan" bisiknva di pantai, pesannya disampaikan angin pada nelayan "sebentar lagi datang badai!" dan perahu pun semakin kuat tertambat



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



69



Deni A. Fajar DIALOG SEPI Mencoba menerjemahkan sepi yang kekal itu angin yang lewat pun akan sia-sia memahami kita karena di padang ini hanya kita berdua: batu dan ilalang yang berdialog lewat diam. Deni A. Fajar DI RUANG TUNGGU Jangan bertanya tentang sakit atau siapa yang akan dipanggil lebih dulu bersabarlah: kita ini hanya pasien! Deni A. Fajar SAJAK MBELING TENTANG KEMERDEKAAN I "Mari Bung rebut kembali!" SAJAK MBELING TENTANG KEMERDEKAAN II Merdeka! Merdeka! Dan Merah Putih pun berkibar di mana-mana Juga di sini, di punggung bukit yang sunyi Yang penghuninya belum bisa baca dan nulis!



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



70



SAJAK MBELING TENTANG KEMERDEKAAN III Di kolong jembatan sekelompok gelandangan menyetel transistor dan melantunkan sebuah syair: "Dosakah hamba memuja tuan dalam mimpi, hanya dalam mimpi." Hanya itu, lalu sepi karena baterenya soak! Deni A. Fajar SUKASRANA Sukasrana! Sukasrana! kenapa disesali pariah di dada darah yang mengalir adalah luatmu berlayarlah bersama istirahmu bawa hatimu dari pekat bayang-bayang Somantri, Sukasrana! Sukasrana! jangan senandungkan Pangkur jangan mirnpikan Kurusetra karena Pangkur kehilangan sernangat perang dan pahlawan tak lagi lahir di Kurusetra yang tinggal hanyalah jeritan kematian sia-sia para ksatria!



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



71



Diana KEPADA O, Malam-malam yang karib bersamamu tak pernah melahirkan mimpi-mimpimu Asa yang pernah kau tancapkan di pijakan hari hanya melahirkan segurat garis tanpa harga sia-sialah kau cakar dunia: kukumu patah! Pulanglah mentari masih milikrnu 23 Desember'87 Diana LUKA CINTA Sebab aku terjerat cintamu dik, aku biarkan panahmu nancap di sayapku kutampung setiap kegetiran tetes kegetiran dari luka sayapku. Duniaku pecah menjadi tetes-tetes keperihan. Tapi tak ingin berikan punggungku pada matahari biar luka tetap basah mendarah sebab kering akan memecah luka dalam wujud yang lebih mengerikan Aku biarkan panahmu sobek duniaku sebab aku ada dalam jerat cintamu dik, Agustus '91



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



72



Diana POTRET DIRI melesat aku ke langit melarut dalam cakrawala mengepak sayap nuju titik entah di mana Okt'90 Diana PAGI BASAH DI JALAN HASANUDDIN Pagi basah di Jalan Hasanuddin tapak hujan menggurat di dedaunan sepotong dahan merapuh jatuh pada pijakan seruas mimpi pupus dalam hempasan kenyataan Pagi basah di Jalan Hasanuddin matahari belum mau berbagi hangat segurat makna baru ketemukan: mimpi telah usai! Pagi basah di Jalan Hasanuddin Tapak hujan menggurat dedaunan Sepotong mimpi aku tinggalkan, sebab hidup adalah kenyataan: bersandar pada matahari, bernafas dalam keyakinan



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



73



Januari ‘91 Djarlis Gunawan DULI Lampu terang Kupu terbang Cantik Senyum riang Tengah malam Di sudut pintu Mewah Beralas busa indah Kau terengah Dalam dekapan Tubuhmu telanjang Kakimu telentang Dalam kegelapan Kau gantungkan tubuhnya Laju menderu Dalam bulatan Djarlis Gunawan PERPISAHAN YANG INDAH (diangkat dari sebuah cerita lama) Kanda sedih saat ini Tulisan dinda tak hati-hati Kanda muak dinda tersakiti Dinda lepas bebas memilih ganti Kanda tak marah walau sesenti Tapi bila dinda menghina diri



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



74



Pasti kanda peringati Pada saat ini Jangan dinda ganggu lagi Kanda takkan mendekati Janganlah dinda menyesali Ini semua pasti kan terjadi Ingatkan sekali lagi Kanda pergi untuk mencari ganti Atau mungkin mengunci diri Kanda mohon maaf sepenuh hati Cahaya bulan dan mentari Semoga dinda terang di hati Tak kanda harapkan berselisih Jangan lagi dinda merasa sunyi Jangan lagi dinda bersedih hati Berserilah sepanjang hari Cimahi September 1977; dg Djarot P. Putro AKU DATANG UNTUKMU Kadang kau harus bicara tentang rasa sakitmu Menunggu mukjijat adalah kesakitan juga. Tidak seluruhnya salah Rasa sakit cukup menenangkan, katamu Kita mengalaminya, dan mimpi itu akan hilang



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



75



Jangan kau kejam atau manis aku hanya ingin kau dengar Aku datang untuk menarik ucapan-ucapanku yang pernah merusak hari-harimu. Kau bukan jahat. Kita hanya salah menilai dirimu Meskipun benar kau jahat. itu tidak penting. Selidiki ... apakah kau masih manusia? Bandung, Juni 1993 Djarot P. Putro AKU DAN PUNYAKU Ternyata aku memikirkannya hidup sebagai mayat Budak peradaban dan peradatan ini, aku dan punyaku Penyebab segala penderitaan setiap langkah dan pikiran diikat erat lekat Gerak gelombang dalam cita mengatakan: aku dan punyaku yang meletakkan belenggu Bandung, Mei'91



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



76



Djarot P. Putro GENERASIKU II Kesunyian telah menggigitmu Bayangan kau peluk pergi dalam kehangatan malam mencekam kau nikmati kesendirianmu dengan canda-canda segarmu Kau tertawa lepas, tiada ikhlas membuang bayang mengganti angan Kau tidak mau diketahui dalam kedukaan. Generasiku, kenapa kau mengigil Saat malam semakin membara menyelimuti seturuh tubuhmu merentangkan tangan dan kakimu terbang menuju planet kesepian, tanpa polisi, tanpa tentara selalu bicara cinta Dirimu bagai elang lintasi padang ilalang Sedang kita tahu, hidup tak semudah melintasi padang ilalang pribadi harus tetap terpelihara rapi meski kita menghormati kesendirian. Tuhan menyayangimu, seperti kita menyayangi makhlukNya Andai kau tahu itu...



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



77



Djarot P. Putro TETAPKAN HATI Andaikan bulan itu disembunyikan sedikit oleh awan jika angkasa raya menampakkan kesuraman dan kegelapan malam sernakin kental menutup segala pandanganrnu Tetapkan hati dan hasratmu terus maju walau merangkak sebelum fajar, jalan itu pasti terlihat dart kemenangan pasti tiba. Bandung, 1991 Djarot P. Putro ALIRAN SUNGAI Sungai mengosongkan airnya mengalir ke perut taut Terus-menerus sungai mengisi dengan air yang baru Merintangi aliran itu adalah perjuangan Kita bisa merasakannya. Untuk mengerti memang sulit dan menghanyutkan Maret, 1991



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



78



Djarot P. Putro KITA BERSAUDARA Lihatlah teratai air menembus pori-pori daun, basah Kita semua bersaudara hasrat hati menjadi teratai bersatu dengan air jernih, keruh, dan kotor tidak takut layu mati Era Fiyantiningrum PER MALINCONICO LUNA Pagi ini, cintaku diam-diam kutanam anyelir pada kebun kita dengan diam pula `kan kunanti musimnya merekah Juni-Juli 93 Era Fiyantiningrum THE LAST NOTE OF FREEDOM* Bedah semua kata dan gantikan maknanya tapi bukan kata sakti



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



79



: kesetiaan ! * "The Last Note of Freedom" adalah judul lagu yang dinyanyikan David Coverdale, 1990 Era Fiyantiningrum TEMPE GORENG tiap sore ditandai sepiring tempe goreng dan akhirnya gizi tak lagi diminati karena bosan. tapi tempe goreng terus ada, peduli apa orang-orang berdemo, tempo goreng terus ada. karena tempo goreng sudah ritual, karena tempe goreng sudah siklus 130292 Erfan Zainuri MALAM INI (buat adikku) adikku malam ini kita sendiri dan masing-masing tak perduli Tapi ini aku, tiap menit menorehkan sebuah luka yang mengantar rindu buatmu 29-7-93



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



80



Erfan Zainuri AYAH IBU Bu, ini aku hadir Tapi kau tak kusua Ayah, ini aku datang Tapi kau tak ada Ayah Ibu, ini aku di sini Kau takan pernah teraih Erna Agustina HARI Suatu pagi di sebuah hari aku terjatuh, bukan karena batu, tapi kakiku salah melangkah Erna Agustina BUKAN LAMUNAN DI SEBUAH SORE bukan lamunan di sebuah sore saat ku giring seekor anak itik kepada induknya... alangkah bahagia! bukan pula lamunan di sebuah sore



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



81



ketika itu, seekor kambing tengah gelisah, menanti anaknya yang tak kunjung tiba, sehabis bermain... kasihan! berteriaklah kalian... karena itu yang bisa dilakukan! Erna Agustina SEPINTAS dia kembali aku hanya tersenyum Siapa lagi selanjutnya... Padahal aku tak menanti tapi aku yakin dia pasti berlalu. Godi Utama SURVIVAL kubacokkan golok ke kepalanya crok, crak, crok, sampai tak terhingga lalu kudorong tubuh kejang-kejang itu ke celah sambungan gerbong kereta pasir yang sedang melaju dengan kecepatan sedang huh. aku pun berseru "tuhan, ternyata jahat itu enak juga, ya?!" terali besi sekelilingku membiaskan cahaya buram, tersenyum haru



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



82



Agustus '93 Godi Utama SISIR PHOBIA kekusutan ini; setidaknya membuatku: lebih berbahagia, biar susah papa; lebih aman bersahaja, biar lorong-lorong ghetto terus tak ramah; lebih hidup, biar sesak papas bercampur sampah; lebih tertutupi, terlindungi dari cakar-cakar halusmu, biar darahku tak pernah tercegah lihat. sisir phobic-lah aku; biar biar kusut asal slamet? Agustus `93 Guspika SAKIT HATI dengan sekantung kerinduan kutinggal tempat kelahiran rupanya aku tak pernah bisa merasa cukup terlalu banyak tangan yang kutengadahkan sementara tangan yang lain kukepalkan rupanya aku telah hilang kepala



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



83



dilahap ulu hati sendiri terlalu banyak darah di sini sementara otak tak bisa buat perhitungan dan ... aku pergi! Februari 1985 Guspika JALAN MERDEKA ENAM EMPAT ada kesan tersimpul saat kita berkumpul ada kesan tersirat saat kita berdekat ada yang tersingkap saat kites berdebat meski ada yang tercincang kala kita berbincang lantang toh kita bisa senang dan berdada lapang meski ada yang teriris ketika ketemu birokratis toh kita tak menangis karena kita memang humoris



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



84



(ini hati tak terkibuli selalu ingin pergi) (ini hati tak terkibuli selalu ingin kembali) Februari 1985 Guspika MARI KENCING DI TEMBOK suatu malam sehabis hujan di sebuah gedung tempat anak-anak muda aspal basah tembok basah tiba-tiba aku ingin kencing maklum dingin kukencingi tembok basah dekat tempat parkir : “Apa salahnya kencing di tembok, tak terlihat bekasnya apa salahnya tak kencing di WC buang-buang waktu!” suatu malam sehabis hujan air membasahi tembok air tak membasahi sebuah jiwa' yang terus berteriak: " Masa mau kencing saja harus memperhitungkan nurani! "



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



85



Maret 1988 Iim I. Padmanegara POTRET PERKAWINAN DALAM ALBUM HITAM PUTIH (in nomine patris et filii et spiritus sancti amen benedict vos omnipotens deus, pater et filius et spiritus sanctus amen) lalu adam dan eva pun jadi mempelai bagi segala yang bernama cinta sebab cinta, merempahi zaman dengan sejuta wangian bunga musim semi tapi adam adalah kekasih yang tak peka membiarkan sebuah tulang rusuknya dicuri eva dan dipersembahkan pada segala yang bernama tuba di atas meja granit hitam yang telanjang, di taman kini hanya ada sekuntum kembang plastik pada pot yang telah retak



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



86



dan di sudut sana gaun pengantin terkoyak dan terurai iadi anvaman sarang laba-laba VII -1993 Iim I. Padmanegara AKULAH ANGIN ENGKAULAH API* "akulah angin, engkaulah api!" katamu dengan mata basah berahi kita pun lantas bugil menanggalkan peradaban saat kabut memagut pucuk rumputan di hening surga dalam lena melankolia kita menemukan perjalanan yang bukan lagi perjalanan sebab jarak seakan telah membeku dalam engsel-engsel waktu "akulah angin, engkaulah api kehembus kobarmu lumat aku dalam pijar nyalamu pekikmu terhempas dipuncak ekstase V - 1993



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



87



*Catatan: " Akulah Angin Engkaulah Api" adalah judul buku karya Anne Maria Schimme Iim I. Padmanegara TAFAKUR USAI PERBINCANGAN dari arah mata angin yang berbeda kau-aku bertemu di noktah persimpangan ini diprogram jadwal dan waktu mata kita kabur oleh air mata payau menatap tetes pasir waktu dalam tabung-tabung gelas yang kian menipis membuka gapura kau-aku menciptakan bejana tempat sungai-sungai dari segala arah mata angin bermuara kau-aku menyusuri ke hulu menziarahi mata airnya mengumpulkan memori-memori purba yang tak tercatat dalam manuskrip apa yang kita dapatkan dari pokok-pokok muda yang luruh sebelum sempat mekar merekah? kau-aku sama-sama tensesat dalam belantara kabut rawa-rawa pikir hujan menjadikan mata kita kian basah berkaca-kaca bahkan terpejam nyaris kekal! dan agaknya waktu tak pernah cukup buat menyembuhkan luka dari tingkap-tingkap tandan duka kita lihat masih ada tunas-tunas hijau muda tersisa lantas dengan sejuta ekstase kau-aku memetiknya sebelum jadi abadi



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



88



pagi siang telah kita habiskan, di sini dipertemukan program jadwal dan waktu dan sebelum sadar dari bius anggur kehidupan lonceng-lonceng telah memanggil dari reruntuk kemegahan cahaya senja kau-aku lalu melangkah pulang melewati titian panjang arah sejarah buat belajar setia pada janji. sebelum sempat berbenah sebelum sempat mengucap kata berpisah segalanya telah mengkristal dalam hening yang sakral 25/IV/1993 Iman Budiman PEMBAHAYA : Aku ketika; keinginan t'lah menjadi nisan Apa tetap hidupku tuk menunggu? Sementara kepastian takkan usai Dan aku belum seperempat abad masih; kutinggal dalam nisan Meski terasing mengambang Mencari peperangan Menghancurkan kesunyian ini api kukobarkan



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



89



Menggali kapak-kapak terkubur 'Tuk membunuh nisan-nisan Biar tak tercium bau kematian Imam Djauhari AKSIOMA 2 Benih cinta tumbuh di jaman Adam berkecambah di jaman Ibrahim bertunas di jaman Yusuf berbunga di jaman Isa berbuah di jaman Muhammad Musim cinta tak mengenal musim tumbuh di segala musim tumbuh jadi pohon yang tak pernah tumbang oleh akar-akar benalu oleh akar-akar lumut biru oleh amarah angin musim oleh amarah hujan musim pohon itu -pohon cinta- tetap tumbuh, tapi sering pohon itu berhenti berbuah apabila musim kering datang di hati. Iwan Ogan Apriansyah REPORTASE 1999 I Matahari terbakar berjelaga pekat, jejak mesiu masih terdengar.



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



90



Sementara ibu-ibu ke pasar menyandang senapan anak-anak bermain-main kantongi granat bapak-bapak memanggui mortir don bazoka Karena diri tak iogi berharga manusia bukan lagi manusia tanah tak lagi tanah kita langit juga bukan lagi langit kita. II Kami adalah bagian dari saksi sebab kami rasakan bagaimana muka kami diludahi kami rasakan punggung kami dilecut kami rasakan tubuh kami disayat kami rasakan betapa sakitnya leher kami dicekat dan kami rasakan telinga kami dilaknat. III Kami hanya dapat menjadi cacing di dalam tanah, membuat lorong-lorong kami menjadi tikus di bawah tanah, membangun lorong-lorong kami menjadikan diri kami sendiri penghuni bawah tanah, penghuni lorong-lorong kami mengumpulkan keringat kami sendiri dari pori-pori tanah dari tulang-tulang menciut dari air mata



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



91



ibu-bapak kami. Kami akan bangkit dari bawah tanah kami karena luka telah mengebalkan semangat kami dera telah membatukan tubuh kami siksa telah menempa otot-otot kami kami akan datang dengan genderang perang dari bawah tanah jiwa kami. Matahari masih berjeliaga karena manusia membakarnya jejak mesiu terus mengiang. Jatinangor, 25 Jun 1993. Iwan Ogan Apriansyah SI PAHIT LIDAH* Akulah si Pahit Lidah aku jadikan batu-batu sebuah legenda aku lahir dari dalam mulut gua dan aku datang dengan kebinasaan Akulah si Pahit Lidah di jagad ini aku disegani karna lidahku pahit dan menebar petaka Tidak! aku bukan sebuah petaka aku takkan membatukan putri



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



92



aku juga takkan membatukan raja bila mereka mendengarkan seruanku Tapi mereka tak menghiraukanku baginda di singgasana belum tahu siapa aku si Pahit Lidah yang akan melegenda, atau merekalah yang akan kulegendakan :hai! raja. Dan kau juga, putri! aku kutuk kalian jadi batu. Kalian angkuh dan kaku. Dan kalian semua! dengarkan kalau aku bicara jangan kalian seperti baginda kalian karna keangkuhan adalah milikku Ingat! Akulah si Pahit Lidah penghuni gua dan belantara aku benci keangkuhan aku benci kekuasaan yang kaku Sekali lagi Ingat! akulah si Pahit Lidah aku akan datang untuk melaknat aku selalu ada untuk menyumpahi aku takkan pernah tak ada akulah si Pahit Lidah si raja legenda akulah si Pahit Lidah



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



93



maharaja semua legenda akulah si Pahit Lidah lidahku lidah bertuah akulah si Pahit Lidah sekali aku bicara semua akan terjelma akulah si Pahit Lidah sumpah adalah makananku serapah adalah minumanku aku lahir karna ada petaka tapi akulah petaka akulah si Pahit Lidah sebuah petaka bagi penguasa sebuah legenda yang mungkin ada Bila ada petaka, aku akan datang panggillah aku : si Pahit Lidah, dari sebuah legenda. Jatinangor, 22 Juli 1993. * Legenda kota Baturaja, Sumsel, Sebuah cerita lisan rakyat. Iwan Ogan Apriansyah OBITUARI : dan berita mengering kita seperti akasia akarnya mengkhianati trotoar di jalan-jalan kota



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



94



kita menjadikan diri kita manekin berdiri dalam etalase-etalase toko yang tak pernah milik kita kita tak pernah menjadi diri kita : memang, berita telah lama mengering dan kita masih bekukan diri sampai mati di perapian. GSSTF. 20 Juli 1993 J.S. Nugroho SOLITUDE Ketika panen tiba petani-petani jadi patung-patung hitam berhala dengan parang tajam menyabit nasib memangkas air mata hingga kering tandas tak bersisa Tembang Pangkur dan puji-pujian. melantunkan warna hitam dan bening air mata yang di antara kering jerami dan langkah kaki, ;Dewi Sri oh Dewi Sri Kapan Gusti berbaik hati pada kami. Wahai dupa dan kembang mawar mengabarkan kematian yang panjang di bawah temaram sinar bulan



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



95



J.S. Nugroho



Bandung, 1993



NYI BANDUNG Berapa lama lagi Kau akan melacurkan dirimu bersama bunga-bunga di taman alun-alun kota Luka lama di wajahmu semakin mengoreng tapak hitam di langkahmu semakin menghitam! Jahit dan benahilah mengalir kebaya dan jaritmu pasang dan kencangkanlah sanggul hitam manismu bergayalah walau kau telah menjanda. Nyi Bandung ijinkanlah perjaka sangkuriang kembali menetek kesucian di kelembutan dadamu. perkenankan Aki lengser menembang di antara jentring kecapi dan gelik suling yang mengalun lembut di antara deru bising teknologi di antara sumpek polusi asap



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



96



industri. J.S. Nugroho



Bandung 1993



PRIANGAN 1993 Gelik suling yang menyayat adalah jerit kepedihan tatkala teknologi memperkosa keperawananmu Jentring kecapi adalah irama sepi di antara gemuruh mesin industri yang mengganti anggun kebayamu. Wahai priangan si jelita keperawananmu telah terkoyak kesucianmu telah dirusak makeup peradaban telah mengubah ayu paras aslimu Tak ada lagi gembala bernyanyi di antara semilir angin siang hari tak ada lagi anak-anak mandi dan bermain di pinggir kali. Kini kau tak ubahnya seorang janda tua yang menderita dengan luka peradaban terpahat dalam di antara jelita masa lalumu.



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



97



Bandung 1993 Karolina L. Dalimunte SAKIT ASMARA Aku mencarimu, tapi tak kutemui aku mengejarmu, tapi tak kudapat Berlari, menyeruak lautan kepala menyingkap sudut sepi dan gelap tapi kau tak kutemui tapi kau tak kudapati Embun telah meleleh dan mengkristal di ujung-ujung rambutku Wahai : "Cinta yang sekuat maut" jangan terbenam bersama senja dan lenyap bersama bayang kutunggu kau kutunggu kau agar dapat kulihat wajahmu dan kau tau hatiku 11 luli 1993, full dedicate 2:F



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



98



Karolina L. Dalimunte Amsal 1 : 20-22a Hikmat berseru nyaring di jalan-jalan, di lapangan-lapangan is memperdengarkan suaranya, di depan pintu-pintu gerbang kota is mengucapkan kata-katanya. "Berapa lama lagi, hai orang yang tak berpengalaman, kamu masih cinta kepada keadaanmu..." Hikmat jadi Hikmat saat bicara dengan orang lain Karolina L. Dalimunte BUAT ERA TERSAYANG Jiwa samurai, tidak ada kesempatan kedua kecuali kematian kalau begitu, jiwaku akan hidup selamanya, karena rinduku pada anak yang bertanya tentang ayah ibunya Kartawi LUKISAN DI TAMAN Kita tak dapat lagi menghirup harapan dalam taman



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



99



yang sesak insektisida sebab wajahmu memburam digerogoti ulat-ulat kenangan. 1993 Kartawi ORASI SENJA Aku sekedar memandangi asap yang menyentuh wilayah tak terduga saat itu cinta mungkin hanya tentang dengung talkin atau suara yang mengambang jauh menyentuhmu. 1993 Kartawi PETA GELAP LAUT Begitu jaring diangkat lauk-pauk, dan kapal-kapal mencari pantai tempat berhenti bisa berarti apa saja kelasi menanam benih penyair digantung sunyi atau Nabi Musa menemukan Tuhan dalam mimpinya "Jangan kau tinggalkan aku! " gumam Harun Pergilah, selama masih ada. Tuhan



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



100



dalam apa saja "Jangan kau tinggalkan aku! " gumam Harun orang-orang memuja sapi di tepi, laut makin surut dengan borok-borok memanjang "Musa mana, Tuhan mana?" begitu pemuja sapi memulainya Harun diam. Harun diam. Laut makin surut kelasi mabuk di kedai dengan para pelacur. M. Zayyad TEKA-TEKI SANTAI Kubuka per-masa teka-teki santai murah harganya di kaki lima Mendatar: merpati patah sayap mimis berbau amis penadah peti mati Menurunnya orang mengadu pada Tuhan nya orang berakal dan berfikiran Masih banyak teka-teki santai murah harganya di kaki lima Januari 1993



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



101



M. Zayyad AWAM Saya memahat kata-kata bagai relief dalam semedi hu ha hu ha Saya tarik nafas hu ha hu ha seperti berdzikir Tadi ada lautan ceria Kini satu per satu bertanya duka tapi tak ada bendera sungkawa Kembali hu ha hu ha berdzikir Terakhir kali, saya tertegun. Bandung, 10 Desember 92 M.Zayyad ABJAD TERTUKAR Drs. Anu Kepala Penelitian Biologi Manusiawi Ir. Una Kasie Hukum Pidana dan Perdata Kapan Merata Mang Anu Una tetap Satpam



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



102



Desember 1990 Mohamad Syafari Firdaus RINDUKU rinduku telah menggigilkan malam hujan hanya gerimis. Sebagian bersembunyi di atap-atap jelaga. Hening terjaga memburu seonggok mimpi rinduku kemudian menjegal bulan tinggal sepotong. Terpaku di tiang-tiang keberangkatan. 1993 Mohamad Syafari Firdaus EPISODE KEMATIAN adalah keharuan itu yang telah menidurkan setiap bongkahan senja. Dicuri dari seiris gerimis yang tak sempat kumengerti. daun-daun bergoyang, jatuh di tengah padang mati! (Tak ada lagi yang kudengar, selain bisikan cintamu yang manis di keabadian!) 1993



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



103



Mohamad Syafari Firdaus SESEORANG TELAH MATI DI PEMBARINGAN Seseorang telah mati di pembaringan terjaring oleh reruntuhan musim kembang tepian telaga menggusur mimpi-mimpi tentang pertemuan sebuah kamar kosong dengan senyum perempuan; “Kau cukup mengantarku sampai di sini, sayang," ucapnya. Dan lampu teras pun padam ditiup lambaian kamboja. di atas lintas, guruh telah melantunkan alunan doa: "Berikan musim kembang itu untuk kasihnya!" (memang, sebelum kau sempat bernyanyi untuk mengenang kasihmu yang kemarin sore telah pergi.) Bandung, 8 Juli 1993 Mohamad Syafari Firdaus HAMLET akan tetap kuhuru pedang Laertes denganrobekan dadaku atau air mata ini akan tetap jatuh di pangkuan orang-orang tersayang: "O, Ophelia, kawani aku berdandan dalam kematian! "



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



104



Mohamad Syafari Firdaus



1993



OZON Ini adalah berita tentang kuyupnya perjalanan angin tegak terpaku bagai air mancur yang menyerm nyembur di setiap ujung kering kelabu berpeluhkan tubuh bocah-bocah berkep tanpa mantel dan baju hangat seperti pelarian burung-burung yang patah sayap tiba di pucuk dahan dan mati hari ini, tanpa embun setetes pun! ya, sejarah adalah tinggal sejarah yang dicatat dalam buku harian tanah retak sementara rumah-rumah adalah tempat yangteramat sesak untuk jadi pembaringan langit adalah pesona kengerian paling takjub antara keluasan yang tak pernah kosong dengan para nazar, dengan para pemburu balon-balon udara dan masa kecil hari ini seolah orang tua yang menunggu usia! O, ranting-ranting kayu penggurat doa doakanlah masa sisamu dengan tarian pada penguasa belantara biarlah dia menentukan kehendakmu asal saja daun-daun kepunyaanmu tetap hijau tetap semesta! Bandung, 10 Juli 1991



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



105



Mona Sylviana KITA indonesia, semerah apa darahmu? tidakkah ia mengental dalam kebesaran sejarah? menggumpal dalam pertikaian materi? mengering dalam keberhasilan dan kemapanan semu? atau berubah dalam fase-fase lain seperti kotak merah, kuning, dan putih yang berisi tangis dan uang rintih dan uang kematian dan senjata darah dan kekuasaan??? Mona Sylviana



23.03.1992



3 HARI SEBELUM SYAWAL Kawan ... Waktu yang menemani kita telah mewarnai kanvas dengan putih dan hitam Sekarang dengan tinta merah kutuliskan:



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



106



Maafkan atas tinta hitamku! Mona Sylviana 30.10.91 Kamu yaitu kemacetan, penggusuran, korupsi, penindasan, dan kematian yang tiap saat mengaliri denyut sungai-sungai yang mengering Tak ada tetes cinta lagi, karena hatimu telah berakar beton dan berpucuk antena parabola yang tak mungkin kugapai. Obay Moch. Sobari YANTHIE Perih hatiku mendengar suaramu perih lukaku kaugores kembali sedikit demi sedikit kau kibaskan kapak kesakitan Agar tak ingat masa kerinduan. Jangan, kau tak boleh masuk! Obay Moch. Sobari Aku rindu buah kasih Tuhan dan ingin bergumul menjadi keimanan Rindu belaiannya selalu mengusap di kejauhan namun sulit



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



107



menjadi ada, menjadi penebal kasihmu.



24 Mei 92



Piet Setiyono KANGEN - bagi mamanda pasti. seperti kematian kerinduan padamu. mengintip kemudian tiba-tiba menikam dari kegelapan. pagi ini, aku sekarat. di bibir kepastian pecah aroma lumpur, ilalang bunga-bunga tebu, padi meliuk-liuk di ambang senja dengan ibu berkebaya. “nak, di pematang pojok desa di mana dulu engkau menangisi kepergian layanganmu aku menunggumu!” margahayu vi-93 Piet Setiyono SENJA DI MUARA BARU berjalan di antara riuh ombak, pada bibirmu. sepiku berlari bersama dendang nelayan



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



108



menepi terasing di ujung belantara kota, di sini senja muram melipat hari di kening. dan nelayan bersiap dengan sampan patah tebar jala, memeram luka. muara baru 1992 Piet Setiyono MALAM DI PENGALENGAN -puji malam menggigil didekap kabut, Bulan memucat dihimpit awan dan kita asing satu lama lain. : aku menjelma ladang teh siap petik yang lelah menunggumu.



santosa 1992



Piet Setiyono TENTANG LAUT 910 -tis belajarlah diam pada laut, pada kedalamannya tersimpan galau segala topan. berita parau nelayan di bibir ombak adalah bilangan tak hingga



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



109



dalam luka kita. Piet Setiyono



gelatik 93



TENTANG HUJAN -kenangan kukenangkan pertemuan-pertemuan kita, pada hujan senja temaram. Segala nyeri kepedihan terlukis di kaca-kaca jendela basah dan buram, di luar kamar barangkali jejeran cemaran kaku kedinginan, lelawa mendekap erat dedaunan dan laron-laron bersiap terbang... (bagaimana denganmu, masihkah menginginkan waktu berjalan ke belakang dan membiarkan aku berdiri usang terbenam di rawa-rawa penantian?) kukenang pertemuan-pertemuan kita, pada hujan senja temaram. gelatik 93 Piet Setiyono BAGI NYANYIAN -evelyn bis melaju, bis melaju melecut rindu menderu rinduku (lewat Cicaheum, aku gagap



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



110



menghitung kilometer demi kilometer trotoar dan pohon-pohon lenyap langit pun mengisyaratkan gelap cahaya) "satu jam lagi," katamu dan aku demam dalam rangkulan senja di Garut kota. -datim vii-93 Rahym Asyik Fajar ANAK MOYANGKU ORANG PELAUT terombang ambing antara angan dan angin akulah si pelaut kutaburkan benihku di lautan, kasih dari Tuhan, kuwariskan keraguanku Rahym Asyik Fajar ANAK MOYANGKU ORANG PELAUT :refleksi 20 abad anak-anakku lahir dari sebuah kamar yang sempit dan ganas seperti sebuah mesin sperma kucecerkan mereka di mana-mana anak-anakku lahir dari gelora syahwat yang dahsyat kubuat berbangsa-bangsa agar saling berbunuh-bunuhan anak-anakku adalah juga musuh-musuhku sebab mereka, seperti setiap yang terkutuk, dibesarkan di lautan.



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



111



Rahym Asyik Fajar



Juni 1993



ROTI PAGI kesepian ini, dengung yang berlangsung setiap pagi lalu kulalui juga hari-hari yang nonsens hidup, desahmu pedih, Cuma menunggu-nunggu kematian jadi biarkan dirimu jadi kotak surat itu ---penampung sejuta kepedihan atau menjadi kentang atau mengembang jadi rembula tetapi matahari telah berubah menjadi makhluk-makhluk yang asing lain lagi ketika pintu menutup dan membuka tak sengaja, pada suatu pagi ketika sesuatu melintas meruntuhkan kepercayaan yang lama kubangun pagi itu, aduhai, adakah yang lebih indah! ketika kubangun hari dengan kopi dan musik dangdut koran dan roti pagi, dari tangan yang hangat. Juni 1993 Ramdhan Taufik KABAR Terselip kabar bahwa aku bermimpi menepikan ombak mengeraskan karang



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



112



Terdengar kabar; aku menulis sajak sambil mimpi 13 Feb '93 Ramdhan Taufik KUMBAKARNA MEMILIH Ini hari-hari terasa singkat begitu banyak yang lenyap Aku sudah bicara maka aku tidur bukan pada keengganan beranjak tapi pilihanku begini Ini hari-hari penuh darah begitu banyak yang mati Jangan ganggu aku kalau pandanganmu cuma satu Ini hari-hari penuh siasat ada kabar: Kumbakarna pergi dan mati 16 Feb ‘92 Ramdhan Taufik APOLOGI Setiap kupandangi langit aku melihat kau menunggu dan benda-benda yang dulu kau sentuh



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



113



kini mengerang dan berkata, "Kemanakah engkau ketika dibutuhkan?" Lalu angin berhenti mengelus daun. Jangan pandangi aku seperti itu! Ini rinduku, ini jiwaku, ambillah! Kembaliannya buat kau. Ramdhan Taufik BLACK NIGHT Lelaki-lelaki di pinggir jalan menggariskan hari-hari pada kerikil dan beling Menari sampai mampus segala benak. Lelaki-lelaki pinggir malam mencoretkan ujung jari pada tembok kebekuan Lelaki-lelaki pinggir dendam menjahit luka dengan luka 14 Juni '92 Rudi Triaswanto LEBARAN air mata gembira air mata haru. Bandung, Syawal 1412 H



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



114



Rudi Triaswanto KOTA KEMBANG lewat lorong gelap becek-bau air kencing: bergentayangan kanibal-kembangkembang! Bandung, 1993 Rudi Triaswanto TEFEKUR 1 air-mata kebodohan menggulir, menitik, menyusur berkelok-kelok sungai: temukan Samudera-Luas-Dalam. Bandung, 1993 Rudi Triaswanto SAAT NOL Kujejaki gunung kabut. yang kudapati hanya: menggigil rimbunan bohon teh. Kususuri pantai putih.



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



115



Pasir, pasir, dan pasir: Gelisah digoncang ombak; Semrawut dikacau angin laut; dan Mengerang dibakar bara matahari. Bandung, 1993 Sahruni H.R. CERITA LAUT DARI GELAP senyap sudut laut ditinggal siang. Badai porla matamu menenggelamkan matahari yang berlayar senyap sudut taut rindu doa karang. Dari langit rintik-rintik malam semakin deras :kau laut melepas gelombang pasang Sahruni H.R. ADALAH DEBU kita tak lagi membuka lembar-lembar buku harian hurufnya memang berharap. Pada meja jarum jam menggugat cerita tentang hidup



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



116



kita adalah arti kita adalah debu koyak pada kepasrahan. Sahruni H.R. LORONG I lewat lorong pagi ketika awan bersandar pada langit embun di rambut ilalang menangisi perjalanan. Diam-diam kaututup jendela. Pada matamu berjuta-juta daun luruh Sahruni H.R. LORONG II awan berputar burung gereja pulang membawa penat jendelamu terkunci. Berjuta-juta daun terkubur Sahruni H.R. LORONG III pada lorong malam burung hantu mengembangkan doa malam. Gerhana bertengger di jendela. Gelap



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



117



Seno M. Abdi OPUSCULA DUA Tuhan, luka yang menyayat pada jam bungkuk di dinding saat abad dibagi empat itu karena hari kemarin yang nakal menghujam hari esok begitu dalam 190693 Seno M. Abdi KAU CARI AKU kau sentuhkan nafasmu pada usia yang disesatkan perjalanan di situ kau mencari Aku yang diam tenang-tenang di dasar hatimu kau mencari-cari arah waktu padahal Akulah kala yang detakkan jarum-jarum jam di benakmu kau masih juga bertanya-tanya soal nasi



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



118



padahal, tanpa kau tahu Akulah padi yang menyembul di nadi-nadi Dan kau akan terus gelisah jika tak kau pasangkan pintu buat rumah yang kupasangkan di kalbumu (200693) Seno M. Abdi AKU RINDU PULANG ingin kutumpahkan rindu pada lubang kunci dan daun-daun pintu yang ditunggui ibu setiap waktu dan kulunaskan rasa kehilangan di hati bapak yang menghitam di lubang-lubang jendela Seno M. Abdi PENGADUAN aku mabuk, Tuhan podn, botol sunyi ke sembilan kutenggak segala air mata anak-anak borok, asma dan gangguan bronchus di



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



119



nafas airnya membawaku terbang lalu hilang bersama sampah pabrik-pabrik yang dimuntahkan kegelisahan para pekerjanya Suhandi LEGENDA SEBUAH PERAHU sungai telah terbendung sebuah telaga kian menjelma rindu arungi bersama tinggal satu ketakutan lagi bersemayam di dalam dada jika nanti fajar cepat datang sedang perahu baru setengah jadi lewat kata kau membunuh malam dan mencipta sebuah pagi maka perahu tak. pernah jadi pelayaran pun lama harus tertunda Suhandi



April 1993



PERSAHABATAN Tak akan lepas Kegelapan dari malam Walau bulan selalu sadar



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



120



Mengusiknya Suhandi



Oktober 1992



TARIAN KANAK-KANAK DESA Mereka menari di jalan sempit Tubuh meliuk bergoyang Seperti ular Seiring sore menggelar tembang Tawa mereka membelah hari Nyanyi mereka membasuh sunyi Tari mereka menepis sepi Mereka masih punya dunia Meski bukan lagi di tanah lapang Seperti saat sebelum hilang Desember 1991 Suhandi BIARKAN BURUNG-BURUNG BERNYANYI Biarkan burung-burung bernyanyi Di satu batang cemara Senandungkan sanubari yang terhempas Biarkan mereka bersuara Demi keadilan Walau sukar diwujudkan Desember 1990



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



121



Tanudi DI TEPI SUNGAI Kita sama di tepi sungai Aku di sisi sini Kau sebaliknya Kita sama menatap Aku ke hilir tempat nanti berpijak Kau ke hulu sumber segala jejak Dan kita sama sadar Tak mungkin berpadu Sebab sungai memang tak pernah merupakan lingkaran Tanudi LEWAT TEMANKU buat A Katamu lewat temanku kau mau ambil jejak pijakku untuk kau hias di sudut kamar Kataku lewat temanku Jangan Jangan kau turut hatimu nanti aku bagai laba-laba merajut tali buat menjebak dan merenung lama



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



122



Tanudi CINTAMU Cintamu adalah api yang meninggalkan jelaga Cintamu adalah angin yang menerbangkan debu Cintamu adalah. air yang memecah batu Cintamu biarlah kukecup selamanya ibu Tata Hartana KABAR BURUNG Seekor burung centil membisiki telingaku, katanya: tetanggaku "kecelakaan" si Ebeg main pelet dosenku cakep tapi judes celana dalam temanku bolong pejabat anu korupsi murid privatku naksir aku penganggur Monyong! ! Apa peduliku?! (diam-diam aku mencatatnya di kertas bekas bungkus kue serabi) 150389



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



123



Tata Hartana LELAH I aku terbata, Nik di sela rentanya langkahku memburu bayangmu mengais cintamu nafasku satu-satu, Nik didera hasratku sendiri saat putihmu kian jauh meninggalkanku Tata Hartana LELAH II terperangkap aku antara jaga dan mimpi padahal telah kusisir semua rusuk jalan tapi yang kutemui cuma sebongkah tanda tanya bubat 051189 Taty Haryaty SEPETIK NADA TERTINGGAL . waktu itu kita masih mengekalkan jam jam yang terpisah



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



124



di antara jejak-jejak kaki sepi. "Mengalirlah," katamu. aku pun mengalir menuju bidukmu yang memanggul lagu hitam budak-budak kehidupan. Dan kita berpisah saat malam tak lagi mampu mengikat mimpi-mimpi yang berontak menemui hari esok Taty Haryaty NOTA UNTUK MINK barangkali tak ada api tersisa pada arang di pelipis kita sebagai tanda bahwa kita pernah menjadi sepasang sayap yang ingin memeluk lagit Taty Haryaty AKU BERJAGA aku berjaga sepanjang malam menunggui ranjangku agar tak seorang pun menikamkan belati ke jantungnya



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



125



Taufik J. Wibowo KUMAU DIAM-DIAM kumau diam-diam saja menghampirkan perahu ke pesisir menambat penat :sambutlah uluran tambang sebentar 'kan kita ikat erat-erat di batu karang kumau diam-diam saja menyisir pasir basah menyimak lagu ombak :melangkah, mari! kita berpesta, menari-nari meningkahi kecipak riak kumau diam-diam saja kita bersama lautan dan sepotong rembulan ‘90 Taufik J. Wibowo KUTIMANG CINTA Kutimang-timang saja cinta Dalam kegaguan pusaran peradaban



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



126



Kutimang-timang saja cinta tak kugelegakkan biar tumpah-ruah Di jalanan riuh rendah biarlah is kuninabobokan di Pinggiran got-got comberan busuk Di bacin tong sampah pasar induk Biarlah ia kucangking dalam tidurTidur ayam di lorong-lorong gelap-pengap Yang tak memungkinkan mimpi menyeruak Kutimang-timang saja cinta Jangan kauusik nyenyak tidurnya



1191



Taufik J. Wibowo LAGU CINTA Matamu dara Macan kumbang di gelap hutan Menyobek sepi lelaki :Pelor-pelor telah muntah Lewat moncong senapan-senapan Malam gelisah milik siapa? Lelaki yang sepi gampang Tertikam selintas pandang :Tubuh-tubuh perkasa Ambruk tak berdaya Pelor-pelor menembus dada



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



127



Tak ada yang harus disalahkan Atas pertemuan antara manusia; Tak pula saat yang mempertemukan :Anyir darah pekat di hawa Dongeng Kurusetra bernyata Benar dara Nyala cinta tak pernah dipaksa :Kalah-menang siapa mematra? 0987 Taufik J. Wibowo SURAT CINTAKU Surat cintaku tergilas roda kereta api di jalur dua stasiun Gambir tercacah-cacah, mampir di sesak perkampungan sepanjang Jatinegara, Klender, Cakung, Tambun, hingga Kroya, Palur, Ciroyom Bandung menjumput coklat Lumpur Karawang-Bekasi terpercik air racun kali Ciliwung Surat cintaku berkelana sepanjang perjalanan roda kereta-kereta menjemput stasiun-stasiun menguak desa-desa kota-kota terus tertatih entah sampai di mana tak kunjung letih menyambangi segala perih Surat cintaku berlari memintasi



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



128



jaman demi jaman, menggerogoti hari-hari senantiasa enggan menyambut uluran tawaran rumah-rumah istirah terbatas membalas senyum kawanan dara Surat cintaku terus gentayangan menjelma luka-luka ziarah 0292 Taufik J. Wibowo DUKA PURNAMA kukirim sejumput duka bagimu, nona dari bilik purnama pesisir selatan jawa teriring salam dari segerombol perempuan yang menanti jemputan lelaki di warung minuman mereka : "apa sih makna percintaan yang sesungguhnya, mas?" tanya mereka sembari menyeruput bir di gelasnya. carita, 010693 Teddy A.N. Muhtadin MALAM KOTA KEMBANG



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



129



pintu-pintu ditutupkan gerimis menguncinya sejak pagi antrian usai jalanan selapang hati inilah malam rindu perih rindu pulang gema takbir lamat-lamat Teddy A.N. Muhtadin KEPADA KABUT Kabut dienyahkan surya tak setetes hinggap; di daunan di jembatan di atap gedung-gedung bertingkat Lalu kemana? Temyata hanya berita kau datang hanya berita kau pulang Nyaris bangkit untuk sirna Namun hutan, sawah, gunung, juga malam masih menyanyikan lagu rindu selamat datang kepadamu Teddy A.N. Muhtadin DEPAN DIORAMA PASAR MALAM dipisahkan dinding kaca



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



130



patung-patung kecil itu menyeret-nyeret masa kanakku dalam antrian "pegang, pegang tanganku erat-erat," katamu, ibu malam itu, jiwaku mengembang bersama korsel komidi putar, tarian ular, dan singa dari hutan afrika tenanglah. jangan cemas ibu telah kutaklukan rumah hantu tanpa setetes keringat jatuh kukangkangi langit luas dengan ombak banyu dan riang tawa "ya, kau hebat dan pintar anakku tapi malam sudah larut. kasihan ayahmu menggigil sendirian di rumah pulanglah! " (kubang selatan iv/108) Tjung Ariping KUBUR MATAHARI Semestinya tak perlu ada senja bagi kita saat matahari dikebumikan tanpa nisan sebab Kaligula di sana masih setia



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



131



mencari bulan koyak dan Kumbakarna harus ambruk ditusuk panah Rama Mei `93 Tjung Ariping TRANSPARAN Pada langit yang mengelupas ada cerita yang diikat waktu (tenang bulan yang menggelepar) saat huruf-huruf namamu menghiasi daun-daun yang jatuh setelah berabad-abad istirahat dalam bingkai yang meluruh April '93 Tjung Ariping KAU MASIH DI SINI Ketika aku terbaring kau masih di sini Seperti mimpi-mimpi tak berujung yang membingkaikan rindu pada sepi yang paling runcing gelap di luar membawamu mengembara melewati bulu-bulu mataku yang meranggas



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



132



kaku! Masih juga kau di sini menjadi nisan yang tak berhuruf Ketika aku terbangun April ‘93 Toing Ansyori DOA "Tuhan kuasamu atas segala sesuatu." Tuhanku kuyakini firmanMu itu. Karena itu kuseru saja namaMu tanpa kecurigaan sedikit pun pada waktu dan ruang yang Kau rentang. Tuhanku Aku yakini itu tentang suatu kisah sebutir debu yang dirangkum gurunMu, kuyakini ini itu adalah setetes air pada lautMu. Tuhanku dalam doa yang mewakili pengakuan pada kursiMu atas langit dan bumi, gunung dan debu, yang hidup dan yang mati kuminta beri aku kekuatan untuk secuil tempat pada rentang waktu yang Kau cipta. Tuhanku beri aku seberkas cahaya dari matahariMu yang agung untuk menapaki peta kelam ini. Tuhanku dalam doa yang mewakili batas ketidakmampuanku kuminta cermin untuk membedakan setan dan nafsu, kekuasaan manusia dan kebenaran.



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



133



Toing Ansyori MONOLOG MALAM RAMADHAN Ya Allah Hanya lewat air matalah segalanya dapat kuungkapkan: Beningnya heningMu Sejuknya sapaan kabut tika mulut sekalian jiwa berucap Alhamdulillah sehabis sahur. Lembutnya sapuan fajar di langit timur, adalah rahasiaMu kurasakan itu. Adalah air mata yang menetes dari heningMu. Sapaan demi sapaan kurasakan adalah air mata yang menitik bukan karena kedukaanku bukan kesakitan penyebabnya karena Beningnya heningMu kau menyingkap rahasia Lembutnya menelanjangi aku. Ya Ramadhan hausku bukan karena air Laparku bukan karena makanan. Ya Ramadhan laparku tak terucap hausku tak terbilang. Ya Ramadhan kau singkapkan segala kekosongan ini dari setiap tarikan nafas keseharianku. Ya Ramadhan Hanya air matalah yang dapat mengungkapkan semua ini Ya Ramadhan aku begitu bisu kelu lidahku karena heningmu.



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



134



Waway Tiswaya SETELAH BERJALAN Setelah berjalan merangkaki hari demi hari hingga dua puluh tahun berlalu aku harap tak perlu lagi Kau menyediakan hari untukku. Percuma keringat berjatuhan menyiram lelah tubuhku hari-hariku berlalu tak punya kenang pupus begitu saja keluhku bicara kepadaMu, Tuhan bukanlah aku lupa kasih yang Kauberikan gelap menjerat langkahku gulita jalanku lebih tahu Engkau tentang aku yang parah hingga detik ini mau Kauapakan aku silakan Waway Tiswaya



tsm. `83



HUJAN PUN LURUH dan hujan pun luruh mengisak ketika angin kudus



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



135



menayangkan atma seorang gadis naik ke langit dan hujan pun semakin deras menumpahkan duka ketika arakan mengantarkannya ke pintu rumah fana. 1983 Waway Tiswaya LAGU KOTA KEMBANG dalam sepi malammu, tarian dewi masih sempat menghibur dewa tamunya taman-taman gamang tak terjaga dalam deru gemuruhmu, tentram masih kekal harum kembangmu tetap terjaga aku pun lena bergayut di dadamu nop. 83 Waway Tiswaya ZIARAH langkah sendu mendekati pintu gerbang duka. Kami menjengukmu engkau terpisah dari kesementaraan engkau nyenyak. Kami rindu



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



136



menaburkan bunga menyirammu agar tetap segar kami kirimkan nyanyian hati pada sepimu agar engkau terlena dalam tenang di lantai-Nya tetapkan matamu pada cahaya yang abadi mengalirkan kasih dari samudera Maha : nyenyaklah engkau dalam pelukan Nya 1983 Wiwin Midawati W. WAJAHMU Kupandang wajah-wajah kumuh wajah duka dan hampa kutatap satu-satu kupalingkan wajahku hatiku menjerit jiwaku meronta tak ada satu keteduhan di matanya tak ada satu kelembutan abadi yang ada hanya sebersit kebohongan dan kemunafikan Kapankah kan kugapai wajah-wajah suka Secerah matahari pagi? Kapankah kan kudapat senyum tanda



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



137



kasih yang suci murni? Kan kucari wajah-Mu kan kugapai tangan-Mu kuikuti terbangnya burung-burung pagi kuikuti desir angin senja ini untuk kutemukan wajah-Mu wajah yang penuh keteduhan dan berseri wajah-Mu Kasih... Maret 1987 Wiwin Midawati W. SESALKU DALAM SUNYI Kuraih dan terpercik kusentuh air beku kudekap air berbatu Tertegun aku sejenak senyap menyelusup nadiku menjerat putus asaku sia-sia senyumku kama tak tahu makna beningmu Juni 1991



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



138



Wiwin Midawati W. SEBUAH HASRAT Bila daratan enggan terima dan langit tak angkat bicara biar laut yangmenjadi tambatan jiwa Januari 1992 Yana Supriatna SI BURIK AYAM JAGOKU Entah kenapa... Tak pernah ngokok lagi Padahal dulu kokoknya paling nyaring di Desa Konon mati kekenyangan. Yana Supriatna INTROSPEKSI lama sudah benih kita tanam Sayang buah tak kunjung jua Tinggal rindang belaka Peneduh tatkala gerimis datang



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



139



Sayang tak bikin kenyang Gemuk namun flu Yana Supriatna DEMO-DEMOAN Hati-hatilah kawan! Cuma itu pintaku Sebab di jalan banyak Batu! Yanuar Novara TON Pada malam kemarau taman-taman retak halaman hati gersang tandus tanpa kata menyirami dingin rasa yang meronta pada api menyala. Yanuar Novara DLT I ombak nyiur Pasir, dan Perahu memanggilku di kedalaman dangkal



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



140



Yanuar Novara RATAP Duduk diam pada tepi muram Sendiri menangis sepi mematahkan ranting lalu, Pergi, Sendiri kemana menanti malam kembali di bawah Pucuk pohon Jambu Yuni Utaminingsih SEBELAS KURANG SEPULUH HARI INI Kalau nanti dunia mengisiku dengan kata-kata semu, akan kuisi ujung penaku dengan darah. Yuni Utaminingsih Peduli apa omongan orang bijaksana mereka arif, cuma karena banyak berpikir Peduli apa omongan orang pintar mereka pandai, cuma karena bertanya Sebodo amat sama para filsuf ngocol, ngocol, ngocol melulu tentang hakikat sampai berbuih ludah di ujung mulut mereka



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



141



Sementara yang paling nikmat cuma mandi dan tiduran. Apa mereka juga tau ya? 29 Mei 1992 Yuni Utaminingsih tak ada cinta berikutnya, yang kini ada harus cukup untuk sekarang dan besok GSSTF, 22-3-92



PERLU JASA PENERJEMAH? Kunjungi: http://penterjemah.tripod.com atau http://translator.co.nr



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com



142 GSSTF UNPAD___________________________________________



PESAN OMBAK PADJADJARAN Sebagai komunitas, kampus merupakan tempat pergulatan pemikiran, pengasahan daya kritis, pembangunan obsesi, pelatihan daya kepekaan, atau pendewasaan kecendekiaan dalam menangkap realitas. Dari kampus pula bisa lahir pembaruan-pembaruan. Itulah kekuatan kampus. Ia bisa menangkap sesuatu yang terlepas, bahkan merefleksikan dan mensosialisasikannya. Ada sejuta lebih cara yang bisa dilakukan. Ada yang lewat "parlemen jalanan", penelitian, terjun langsung mernbantu masyarakat, tapi bisa juga lewat puisi. Melalui puisi, sekelompok cendekiawan Universitas Padjadjaran yang tergabung dalam GSSTF, mencoba menangkap realitas. Ada yang berupa gumam, tapi ada juga yang mengetengahkan pemikiran: mengajak kita merenung, turut memikirkan, bahkan mengajak bertindak. Sebagai kado ulang tahu, Pesan Ombak Padjadjaran dapat menjadi penggugah kesadaran batin kita. Ia hadir sebagai curahan semangat, olah pikiran, cetusan perasaan, dan obsesi. Inilah bahan renungan untuk kalangan universitas: tidak saja untuk GSSTF, Universitas Padjadjaran, tapi untuk seribu lebih kampus di Indonesia. Juga untuk Anda yang mencintai ilmu pengetahuan, menghargai kreativitas, berpikir rasional dan ilmiah. Hikmat Kurnia



ISBN 979-8464-O1-X



PUSTAKA SASTRA JI. Gunung Sahari III/7 Jakarta 10014, Indonesia



compiled into PDF eBook by Tata Danamihardja – http://panjalu.multiply.com