Kutu Busuk Makalah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH PENGENDALIAN VEKTOR DAN RODEN “Kutu Busuk” Rabu, 29 Maret 2016 Pukul 14.20 WIB/Ruang Kuliah 9



Disusun oleh: Kelompok 3, Kelas E Leni Ika Safitri



152110101122



Bagus Dwi atmoko



152110101127



Erlina Tri Rahayu Utomo



152110101130



Avisyah Damayanty



152110101134



Nur Fitriana



152110101137



Citra Al Karina



152110101138



Alya Fauziyah



152110101141



FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS JEMBER 2017



KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kutu Busuk” dengan tepat waktu. Tidak lupa penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, yaitu : 1. Ibu Rahayu Sri Pujiati, S.KM., M.Kes. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan dorongan kepada penulis sehingga tersusunlah makalah ini. 2. Orang tua kami yang tidak lupa selalu mendoakan kami dan merupakan motivasi terbesar kami sampai saat ini. 3. Rekan-rekan yang menempuh mata kuliah Pengendalian Vektor dan Roden yang telah memberikan dukungan moril. Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, baik dari segi materi maupun penyajiannya. Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan dalam penyempurnaannya dan semoga paper ini dapat memberikan tambahan wawasan bagi kita semua khususnya teman-teman mahasiswa serta bisa menjadi bahan referensi untuk pembelajaran kita bersama.



Jember, 20 Maret 2017



Penulis



2



BAB 1 PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang



1.2 Rumusan Masalah Dalam penyusunan makalah ini penulis mencoba mengidentifikasi beberapa pertanyaan yang akan dijadikan bahan dalam penyusunan dan penyelesaian makalah. Rumusan masalah adalah sebagai berikut: 1. Apa pengertian dari kutu busuk? 2. Pengaruh kesehatan apa yang dapat disebabkan oleh kutu busuk? 3. Bagaimana cara pengendalian kutu busuk?



1.3 Tujuan Tujuan dari penyusunan makalah ini selain untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Pengendalian Vektor dan Roden, juga memiliki tujuan lain yaitu: 1. Mengetahui pengertian dari kutu busuk. 2. Mengetahui pengaruh kesehatan yang disebabkan oleh kutu busuk. 3. Mengetahui cara pengendalian kutu busuk.



3



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Taksonomi Kutu Busuk Kutu busuk adalah salah satu insekta yang termasuk dalam ordo Hemiptera yaitu salah satu jenis serangga yang mengalami metamorfosis tidak sempurna, serta tidak mempunyai sayap. Umumnya binatang ini hidup dari menghisap darah korbannya yaitu manusia atau hewan. Kepinding merupakan serangga kecil dan merupakan hewan nocturnal hematophagous. Kepinding manusia masih berkembang pesat dengan populasi yang banyak khususnya di negara berkembang yang sebelumnya relatif bebas kepinding (Harold J Harlan, 2006). Genus dan spesies kepinding pada umumnya bisa beradaptasi dengan baik di lingkungan manusia. Hewan tersebut dapat ditemukan di daerah iklim di seluruh dunia dan sudah dikenal sejak zaman pra-sejarah. Spesies lainnya termasuk cimex hemipterus, ditemukan di wilayah tropis (termasuk Florida), yang juga mengganggu unggas dan kelelawar dan septocimex baveli ditemukan di wilayah tropis, Afrika Barat dan Amerika Selatan yang mengganggu kelelawar dan manusia. Cimex polasellus dan cimex pipistrella utamanya menyerang kelelawar, sedangkan haemotosiphon inodora, spesies dari Amerika Utara, memangsa unggas (Alameda Country Vector Control Services Distric). 2.1.1 Klasifikasi Kingdom:



Animalia



Filum:



Arthropoda



Classis:



Insecta



Ordo:



Hemiptera



Family:



Cimicidae



Genus :



Cimex



Spesies:



Cimex lectularius, Cimex hemipterus (Jumar. 2000).



4



Nama "Hemiptera" berasal dari bahasa Yunani hemi (setengah) dan pteron (sayap) sehingga jika diartikan secara keseluruhan, Hemiptera berarti "yang bersayap setengah". Nama itu diberikan karena serangga dari ordo ini memiliki sayap depan yang bagian pangkalnya keras seperti kulit, namun bagian belakangnya tipis seperti membran. Sayap depan ini pada sebagian anggota Hemiptera bisa dilipat di atas tubuhnya dan menutupi sayap belakangnya yang seluruhnya tipis dan transparan, sementara pada anggota Hemiptera lain sayapnya tidak dilipat sekalipun sedang tidak terbang (Jumar. 2000). Hemiptera terdiri dari 4 subordo berbeda: Auchenorrhyncha, Coleorrhyncha, Heteroptera, dan Sternorrhyncha. Subordo penyusun Hemiptera sendiri pada awalnya dipisahkan ke dalam 2 ordo berbeda, ordo Homoptera dan ordo Heteroptera/Hemiptera dengan melihat perbedaan pada kedua sayap serangga anggota penyusun kedua ordo tersebut. Kedua ordo tersebut akhirnya dikombinasikan menjadi satu ordo, yaitu ordo Hemiptera yang terdiri dari 4 subordo seperti yang dikenal sekarang dengan subordo Heteroptera memiliki anggota penyusun terbanyak (mencapai 25.000 spesies) di mana anggotanya umumnya adalah kepikkepik sejati besar seperti walang sangit dan kepik pembunuh (Jumar. 2000). 2.1.2 Morfologi Kutu busuk, tubuhnya berbentuk oval, pipih,



dorsoventral,



berukuran 4-6 mm, dan berwarna coklat kekuningan atau coklat gelap. Bersegmen terdiri atas kepala, thorax, dan abdomen berwarna kuning coklat pada larva dan coklat merah pada imago. Sayapnya tidak berkembang (vestigial) dan abdomennya terdiri atas 9 ruas. Cimex betina sedikit lebih besar daripada jantan. Ketika belum menghisap darah ukuran panjang



tubuh bedbug



adalah 4 mm sampai 6 mm dan memiliki



permukaan atas tubuh berkerut. Dan bila sudah menghisap darah tubuhnya memanjang dan membengkak, warnanya menjadi kusam. Telur berwaarna



5



putih dan memiliki panjang sekitar 0.7 mm. Telur baru menetas hampir tidak berwarna. Hidup pada sela-sela perabot rumah tangga seperti kursi, tempat tidur, dan pada sela-sela dinding. Pada sarang burung wallet juga ada, hanya spesiesnya berbeda, kandang ayam juga ada kemungkinan merupakan habitatnya. Penyebarannya cukup luas, banyak didaerha tropic. Menghisap darah pada malam hari atau di ruang gelap pada siang hari (gedung bioskop). Mempunyai bau khas (busuk) sehingga disebut kutu busuk (Djaenudin, 2009; 330).



Gambar 1. Ukuran Tubuh Kutu Busuk Sumber: https://www.cdc.gov/dpdx/bedbugs/index.html 2.1.2 Stuktur dan Fungsi Bagian tubuh kutu busuk terbagi menjadi 3 bagian yaitu: a. Bagian kepala. Terdapat sepasang antenna bersegmen4 buah, sepasang mata faset dan proboscis berbentuk penusuk dan penghisap, jika tidak digunakan dapat dilipat ke bagian ventral. Terdiri atas segmensegmen, terdapat alat-alat mandibula, maxilla, labial groove, labium, labrum epifaring, akar mandible, dan maxilla. (Djaenudin, 2009; 330). b. Bagian thorax. Terdiri dari prosternum, mesosternum, metasternum, mesopleuron dan hemelytra. Terdapat 3 pasang kaki, terdiri atas coxa,



6



trochanter,femur, tibia, tarsus, kuku. Thorax segmen terakhir terdpat stink glands yang bermuara pada coxa kaki terakhir. Stink glands adalah ciri khas bau kutu busuk (cimex) (Djaenudin, 2009; 330). c. Bagian abdomen. Bentuknya pipih dan melebr. abdomennya terdiri atas 9 ruas yang jelas. Hewan jantan dan betina dibedakan pada segmen terakhir. Hewan betina segmen terakhir bilateral simetris (ada organ berlese) pada segmen ke-8 terdapat gonopodia, sedangkan pada jantan berssegmen abdomen terkhir (ke-9) asimetris, karena adanya adeagus. Seluruh tubuhnya tertutup oleh rambut-rambut kasar (seta) dan beberapa rambut halus. Tibia kaki panjang dan tarsinya mempunyai tiga ruas. Kutu busuk dewasa mempunyai sepasang kelenjar bau di ventral toraks, dan yang muda mempunyai kelenjar serupa di dorsal abdomen. Labrumnya kecil dan tidak dapat digerakkan. Labium membentuk suatu tabung yang terdiri atas 4 ruas, dan mengandung stilet maksila dan mandibula yang berguna untuk menusuk dan mengisap (Djaenudin, 2009; 330).



2.2 Jenis-Jenis Kutu Busuk Ada dua macam kutu busuk yang penting, yaitu : Cimex lectularis



Cimex hemipterus



kutu busuk biasa yang terdapat



kutu



di wilayah utama pada dunia



terutama di negara-negara yang



dan



beriklim tropik.



hampir di temukan di



busuk



tropik,



terdapat



seluruh pelosok dunia.



7



Gambar 2. Cimex lectularis



Gambar 3. Cimex hemipterus



Sumber:



Sumber:



http://leopurnawanmikroteknkcimexle



http://leopurnawanmikroteknkcimexlect



ctularius.blogspot.co.id/2014/07/cime



ularius.blogspot.co.id/2014/07/cimex-



x-lectularius-kutu-busuk_14.html



lectularius-kutu-busuk_14.html



2.3 Daur Hidup Tiga tahapan siklus hidup kutu busuk yaitu telur, nimpa dan dewasa, yang sering diebut juga metamorfosis tidak sempurna. Biasanya memiliki penampilan yang sama dengan induknya, namun ukuranya lebih kecil dan tidak bersayap. Fase anakan dikenal dengan nama nimfa. Nimfa ini kemudian melakukan pergantian kulit berkali-kali hingga akhirnya menjadi dewasa tanpa melalui fase kepompong. Dengan kata lain melalui tahap : telur nimfa dewasa. Kutu busuk bertelur 1-5 butir sehari selama 2-10 bulan sampai seluruhnya diletakkan hingga kurang lebih 200 telur. Telur berwarna putih dengan panjang 1 mm dan mempunyai operkulum, Telur disimpan selama 2 bulan per kelompok terdiri dari 10 hingga 50 telur. Telur-telur ini diletakkan pada kasur retak-retak pada tempat tidur, perabot, dinding dan langit langit rumah dan lain-lain. Dalam waktu 3-14 hari pada suhu 23°C, telur akan menetas menjadi nimfa. Nimfa pertama akan berganti kulit menjadi nimfa ke-2, 3, demikian seterusnya sampai nimfa kemudian berganti kulit lagi menjadi instar terakhir. Banyaknya pergantian kulit berbeda-beda tergantung jenis, makanan dan suhu. Rata-rata antara 5-6 kali pergantian kulit. Nimpa terlihat seperti yang dewasa tetapi lebih kecil. Dari telur menetas menjadi kutu busuk kecil yang kemudian tumbuh menjadi kutu busuk 8



dewasa, sambil mengalami beberapa kali penukaran kulit. Laju perkembangan juga tergantung pada suhu dan makanan. (Wikipedia. Hemiptera. 2014). Perkembangan sempurna dari telur menjadi dewasa membutuhkan waktu 5 bulan bahkan lebih, tergantung pada temperatur dan ketersediaannya makanan. Setiap kali akan mengalami penukaran kulit kutu busuk itu harus menghisap darah terlebih dahulu. Kutu busuk dewasa bisa hidup selama 6-12 bulan. Kutu busuk betina tahan hidup tanpa makan darah selama 1 tahun dan juga terhadap suhu rendah (0°C) untuk waktu yang lama (Yudhastuti, 2011).



Gambar 4. Daur Hidup Kutu Busuk Sumber: https://www.cdc.gov/parasites/bedbugs/biology.html 2.4 Reproduksi Seksual pada Kutu Busuk Komitmen yang sungguh-sungguh terhadap fertilisasi internal ditunjukkan oleh kutu busuk. Evolusi menyebabkan ukuran penis jantan membesar sedemikian rupa sehingga tidak dapat lagi dimasukkan ke dalam oviduk betina. Terdapat kantung-kantung terspesialisasi yang berkembang di sepanjang bagian tepi abdomen betina. Jantan meletakkan spermanya dalam kantung-kantung tersebut. Sperma kemudian meliang menembus jaringan betina agar bisa bersatu dengan sel-sel telur dalam ovarium. Proses fertilisasi dari kutu busuk adalah sebagai berikut :



9



a. Kutu busuk jantan mendekati dan menusukkan alat kelaminnya ke dinding abdomen kutu busuk betina b. Sperma kemudian masuk dan menembus jaringan betina c. Kemudian sel sperma bergabung dengan sel-sel telur dalam ovarium (George, 1999).



2.5 Tempat Peristirahatan dan Kebiasaan Hidup Bed bugs serangga pergerakan cepat yang aktif di malam hari. Mereka kebanyakan makan di malam hari ketika hust mereka tertidur. Dengan menggunakan paruhnya yang tajam untuk menembus kulit host, mereka menyuntikkan cairan ludah yang mengandung antikoagulan yang membantu mereka menghisap darah. Nimfa dapat membesar dengan menghisap darah dalam waktu tiga menit, sedangkan bed bug dewasa dapat membesar dengan waktu sepuluh sampai lima belas menit. Mereka kemudian merangkak pergi ke tempat persembunyian untuk mencerna makanan (http://www.webmd.com/). Bed bugs bersembunyi pada siang hari dalam gelap. Bed bugs lebih memilih permukaan kain, kayu, dan kertas. Mereka biasanya tinggal dekat dengan host, meskipun mereka dapat melakukan perjalanan jarak jauh. Bed bugs awalnya dapat ditemukan sekitar jahitan, dan lipatan kasur, kemudian menyebar ke celahcelah di ranjang. Mereka kemungkin bersembunyi di kusen jendela dan pintu, kotak listrik, retakan lantai, tepian furniture, dan di bawah papan taktik dari dinding ke dinding karpet. Bed bugs sering merangkak ke atas untuk bersembunyi di hiasan dinding, lipatan kain, retak di plester, dan cetakan langit-langit (http://www.webmd.com).



2.6 Membedakan Kutu Busuk Jantan dan Betina Segmen paling ujung, pada cimex betina berbentuk bilateral simetris (ada organ berlase) pada segmen ke-8 terdapat gonopoida, sedangkan pada jantan segmen abdomen terkhir (ke-9) asimetris, karena ada adeagus. Cimex betina sedikit lebih besar daripada jantan. Terdapat kantung-kantung terspesialisasi yang berkembang di sepanjang bagian tepi abdomen betina. 10



Gambar 5. Perbedaan Segmen Paling Ujung Kutu Busuk Jantan dan Betina Sumber: http://leopurnawanmikroteknkcimexlectularius.blogspot.co.id/2014/07/cimexlectularius-kutu-busuk_14.html



Gambar 6. Pebedaan Bentuk dan Ukuran Kutu Busuk Jantan dan Betina Sumber: http://leopurnawanmikroteknkcimexlectularius.blogspot.co.id/2014/07/cimexlectularius-kutu-busuk_14.html



11



2.7 Proses Pengawetan Pengawetan hewan terdiri dari 2 macam yaitu Pengawetan Hewan Vertebrata dan Pengawetan Hewan Avertebrata. 1. Pengawetan Hewan Vertebrata (pengawetan ini dilakukan untuk hewan yang memiliki tulang belakang). Berikut merupakan cara pengawetan hewan vertebrata: a. Penangkapan/penentuan jenis hewan yang akan diawetkan. Tahapan ini tergantung pada apa dan tujuan kita dengan pengawetan hewan. Ini. Kita juga harus tetap memperhatikan prinsip-prinsip/kelestarian alam/lingkungan. b. Pematian Hewan. Teknik pematian hewan ini berbeda tergantung jenis hewan apa yang akan kita matikan. Dalam proses pematian ini prinsipnya darah tidak keluar dari organ tubuh, dan dipastikan benar bahwa hewan tersebut benar-benar mati. c. Pengulitan (Skining). Tahapan ini adalah bagaimana caranya kita melepaskan kulit yang melekat pada otot/menempel pada daging hewan tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut tentunya kita harus dilengkapi dengan seperangkat alat bedah yang lengkap dan tajam sehingga proses pengulitan berjalan dengan baik (kilit terkuliti, tidak ada otot/daging yang menempel pada kulit). d. Pengawetan Kulit (Preserving). Pengawetan kulit ini penting dilakukan karena bisa menyebabkan bau busuk bila kita tidak benar-benar memahami tahapan ini. Setelah selesai pengulitan, kita lanjutkan dengan pengawetan kulit dengan cara memberi pengawet kulit (boric acid) yang ditaburkan ke seluruh kulit yang dikuliti (bagian dalam). Setelah itu untuk beberapa hari dikeringkan. Lama pengeringan tergantung jenis hewannya. 2. Pengawetan Hewan Avertebrata (pengawetan ini dilakukan untuk hewan yang tidak memiliki tulang belakang). Tujuannya adalah untuk mempermudah pemahaman morfologi, anatomi, anatomi dan sistematika hewan avertebrata dengan membuat media pendidikan sendiri.



12



Berikut merupakan carapengawetan hewan avertebrata: a. Kegiatan mematikan hewan. Yaitu dengan cara memasukkan hewan avertebrata ke dalam larutan pembunuh seperti alkohol pekat atau larutan formalin 3%. Pada hewan yang melakukan gerakan-gerakan yang kuat sebaiknya tidak langsung dimatikan tapi dilakukan anastesi dahulu. Untuk melakukan anastesi dapat dilakukan dengan menggunakan zat-zat sebagai berikut : -



Menthol,



dengan



cara



menaburkan



kristal-kristal



menthol



padapermukaan air tempat hewan tersebut mengembang. -



Magnesium sulfat, kristal magnesium langsung ditaburkan pada permukaan hewan yang masih basah.



-



Magnesium chlorida, larutan chlorida 7,5% (dilarutkan air yang telah mendidih) kemudian hewan seperti plankton dimasukkan ke dalam larutan tersebut selama 30 detik.



-



Chloral hydrate, digunakan untuk melakukan anastesi hewan air tawar



-



Propylene phenoxetol, dengan cara merendam hewan-hewan yang mau dianastesi lalu ditetesi larutan propylene phenoxetol yang kadarnya tidak melebihi 1%.



-



Ethyl alcohol, untuk anastesi hewan air tawar dengan kadar 10%.



b. Fiksasi Fiksasi adalah suatu proses yang menstabilkan protein penyusun jaringan, sehingga setelah hewan mati jaringan masih tetap seperti kondisi hewan masih hidup. Zat kimia yang umum digunakan untuk fiksasi adalah formaldehyde, ethanol, asam asetat. c. Pengawetan. Hewan yang telah diawetkan disebut spesimen tidak akan mengalami pengkerutan atau rusaknya penyusunnya karena terbebas dari bakteri dan jamur (Muarifin, 2012).



13



BAB 3 METODE KEGIATAN 3.1 Waktu dan Tempat Kegiatan dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 21 Maret 2017. Tempat kegiatan dilaksanakan di lobby Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Jember, Jember.



3.2 Alat dan Bahan ALAT



BAHAN



- Wadah formalin



- Kutu Busuk



- Wadah untuk pengeringan



- Formalin



- Masker



- Figura



- Kacamata - Handcun - Gunting - Isolasi /double tip - Sendok - Polpoin - Tisu



3.3 Prosedur Kegiatan 3.3.1 Persiapan 1. Mencari kutu busuk, nimfa beserta telurnya. Pencarian



kutu



busuk



dilaksanakan



beberapa



hari



dikarenakan dijaman sekarang kutu busuk semakin jarang ditemukan. Setelah mencari beberapa hari, pada hari Kamis tanggal 23 April 2017 di sebuah rumah yang beralamatkan di Desa Purworejo, Rt.2 Rw.1, Kecamatan Wates, Kabupaten Jawa Timur. Kutu busuk ditemukan di kasur berbahan kapuk yang berukuran



14



2x1,5 meter yang sudah lama tinggal dan berkembang biak di kasur tersebut.



Gambar 7. Kasur yang Tempat Berkembang Biak Kutu Busuk Sumber: dokumen pribadi Untuk menangkap kutu busuk butuh ketelitian lebih dikarenakan ukurannya yang sangat kecil dan perilaku kutu busuk yang tidak suka cahaya. Alat dan bahan yang perlu disiapkan untuk menangkap kutu busuk adalah: a. Wadah tertutup/toples b. Sendok c. Handcun d. Senter e. Jas hujan jika diperlukan



15



Cara mencari dan menangkap kutu busuk adalah sebagai berikut: a. Untuk menangkap kutu busuk kita harus memakai handcun untuk mencari-cari kutu dibagian sela-sela kasur, pakailah jas hujan untuk melindungi badan dari lemparan kutu busuk karena kutu busuk yang berukuran kecil maka ditakutkan akan merayap ditubuh dan menghisap darah kita. b. Setelah



memakai



handcun



dan



jas



hujan



agar



mempermudah pencarian kutu busuk bisa menggunakan senter atau tanpa menggunakan senter namun harus dicari saat pagi atau siang hari c. Setelah menemukan kutu maka kutu tersebut bisa langsung diambil dan diletakkan di wadah yang tertutup/toples yang telah disiapkan agar tidak merayap kemana-mana. Untuk menggambil kutu dewasa bisa langsung menggunakan tangan atau bisa juga dengan menggunakan sendok. Untuk mengambil telur kutu juga bisa menggunakan sendok. d. Kutu tersebut kemudian dikumpulkan dan diletakkan toples yang telah di masukkan kapas /kapuk didalamnya agar kutu dapat tinggal seperti di tempat tinggal yang sebelumnya. e. Kemudian toples tersebut di lubangi kecil-kecil agar udara dapat masuk ke dalam toples sehingga kutu tersebut tidak mati. f. Karena jarak blitar-jember sangat jauh maka kutu tersebut dipaketkan lewat jasa pengantar dengan lama pengiriman 1 hari. g. Pada hari Sabtu tanggal 25 April 2017 paket kutu sampai di jember



dan



langsung



kelompok



kami



melakukan



pengawetan. 2. Membeli bahan-bahan yang dibutuhkan seperti formalin, figura.



16



3. Menyiapkan alat yang dibutuhkan seperti wadah formalin, wadah untuk pengeringan, masker, kacamata, handcun, gunting, sendok, polpoin dan isolasi.



3.3.2 Pelaksanaan 1. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan. 2. Memakai alat pelindung diri (masker, kacamata, handcun). 3. Kutu yang diawetkan dapat dibunuh terlebih dahulu maupun tidak. Jika ingin mematikan kutu maka dapat dengan disemprot dengan bahan pembunuh serangga contoh baygon. 4. Menuangkan formalin ke toples/wadah yang tadi menjadi tempat pengumpulan kutu. 5. Rendam ± 30 menit. 6. Buang formalin dari toples/wadah, kemudian kutu busuk ditaruh di tempat pengeringan. 7. Kemudian kutu busuk diangin-anginkan agar tidak basah dan bau formalin hilang. 8. Biarkan hingga kering dan siap digunakan media pengawetan.



17



BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Kegiatan Berdasarkan kegiatan yang kelompok kami lakukan, terdapat 1 jenis kutu busuk yaitu Cimex Lectularis. Terdapat perbedaan antara kutu busuk sebelum direndam ke dalam formalin dengan setelah direndam yaitu tubuh kutu busuk yang diawetkan menjadi keras dan sekidit alot. Kaki-kaki pada kutu busuk yang diawetkan menjadi mengkerut dan bengkok sehingga jika di luruskan akan patah. Tetapi untuk ukuran sebelum dan sesudah direndam formalin tetap sama. Berikut merupakan ukuran panjang dari kutu yang kami teliti: Cimex Lectularis Nimfa



1 cm



Betina



3,5 cm



Jantan



3,7 cm



Selain ukuran, jenis kelamin kutu busuk juga memiliki perbedaan sebagai berikut: Jantan



Betina



Warna abdomen



Lebih terang



Warna kurang terang



Bentuk abdomen



Lebih ramping dan runcing



Lebih bulat dan melebar



Berdasar data diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pengamatan ini adalah untuk mempermudah pemahaman morfologi dan anatomi dari kutu busuk. Terutama hasil yang sangat terlihat yaitu ukuran panjang kutu busuk (yang tergantung jenis dan umurnya) dan perbedaan antara kutu busuk jantan dan betina, Kutu busuk jantan mempunyai abdomennya lebih runcing dan ramping dibanding kecoa betina.



18



4.2 Pembahasan 4.2.1 Gangguan dan Penularan Akibat Kutu Busuk Dermatitis



adalah



berbagai



gangguan



kulit



yang



semua



mengakibatkan ruam, merah gatal. Namun, penyakit dermatitis selalu berhubungan dengan kulit yang bereaksi terhadap kekeringan berat, menggaruk, zat iritasi, atau alergen. Biasanya, substansi yang datang dalam kontak langsung dengan kulit, tetapi kadang-kadang substansi juga datang karena ditelan (seperti alergi makanan). Kutu busuk memakan darah dan memiliki mulut yang secara khusus disesuaikan untuk menusuk kulit manusia. Mereka menyuntikkan air liur selama makan, yang memiliki sifat antikoagulan dan anestesi. Bila diamati benjolan merah dan sering disertai dengan rasa gatal yang sangat intens. Tanda merah adalah akibat dari reaksi alergi terhadap anestesi yang terkandung dalam air liur kutu busuk, yang dimasukkan ke dalam darah tubuh korban. Reaksi terhadap gigitan kutu busuk mungkin muncul dibedakan dari gigitan nyamuk walaupun mereka cenderung berlangsung lama. Sebuah sifat bersama dengan gigitan kutu adalah kecenderungan pola gigitan sekuensial sering selaras dalam deretan tiga. Hal ini mungkin disebabkan oleh kutu busuk yang sedang terganggu sewaktu makan dan relokasi setengah inci atau lebih jauh sepanjang kulit sebelum melanjutkan makan. Atau, penataan gigitan dapat disebabkan oleh kutu busuk berulang kali mencari pembuluh darah. Orang bereaksi secara berbeda terhadap kutu busuk, dan tanggapan individu bervariasi dengan faktor termasuk jenis kulit dan lingkungan. Menurut Studi epidemiologi dan eksperimental hepatitis B dapat ditemukan dengan serangga penghisap darah, seperti nyamuk, kutu busuk gigitan. Ditularkan melalui gigitan serangga pengisap darah ataupun kutu busuk. Kutu busuk dapat menularkan penyakit hepatitis B ketika mereka menggigit penderita dan menghisap darah pada host yang sudah memiliki



19



virus hepatitis / penderita penyakit hepatitis, kemudian kutu busuk tersebut berpindah lagi pada objek lain dan langsung mengisap darah kembali. Pada saat menghisap darah, mulut bekas menghisap darah penderita hepatitis B tadi akan masuk ke dalam jaringan kulit manusia dan virus yang ada di dalamnya akan menyebar dan bercampur dengan darah orang lain yang sehat (Djaenudin,2009).



4.2.2 Pengendalian Kutu Busuk Cara pengendalian yang paling penting adalah menjaga kebersihan lingkungan dengan memelihara kebersihan tempat tinggal. Kutu busuk dapat berpindah dengan mudah tanpa diketahui dari satu tempat ke tempat lainnya, terutama melalui telur yang menempel di pakaian, sprei, koper, barang-barang bekas, dan lain sebagainya. 1. Secara teknis : Bila ditemukan masalah kutu busuk sebelum dilakukan pemeriksaan oleh ahli dan belum dilakukan upaya pengendalian, maka yang harus dilakukan adalah : a. Bila terjadi di kamar hotel, rumah, asrama, jangan memindahkan barang apapun dari kamar, bila hal ini dilakukan. kutu busuk akan mudah menyebar ke tempat lain. Setelah pemeriksaan oleh ahli dilakukan, semua seprei, gorden dan pakaian yang ada harus dikeluarkan (termasuk tempat tidur, jangan memindahkan tempat tidur ke gudang, apalagi memindahkan ke kamar lain, karena akan menyebarkan kutu busuk ke tempat lain). Barang-barang tersebut harus diperiksa dengan teliti sebelum dipindahkan ke tempat lain, terlebih dahulu dimasukkan ke kantong plastik dan ditutup eraterat. b. Dengan cara penjemuran, misalnya menjemur kursi, sofa, kasur dan lain-lain. c. Menyedot serangga, pengobatan panas atau membungkus kasur.



20



2. Secara kimiawi : Menggunakan repellent, obat nyamuk bakar, insektisida, pestisida, jaring nyamuk yang digunakan bersama dangan insektisida pyrethroid sangat efektif dalam menangkis, dan membunuh kutu busuk dan generator asap yang mengandung pyrethroid insektisida. Pengendalian dengan kimiawi ini perlu diulang (biasanya hanya membunuh nimfa dan dewasa) sampai semua telur kutu busuk yang ada menetas dan terkena insektisida dan mati. Tetapi pilihan penggunaan pestisida untuk pengendalian amat terbatas, karena dari beberapa penelitian yang dilaporkan menunjukkan banyak kutu busuk yang sudah resisten (misalnya terhadap DDT, organofosfat dan karbamat). Para propoxur karbamat sangat beracun untuk kutu busuk, namun di Amerika Serikat Environtmental Protection Agency (EPA) telah enggan menyetujui seperti penggunaan indoor karena potensi toksisitas untuk anak – anak setelah paparan kronis. 3. Secara Biologi Dengan ditemukannya musuh-musuh alam kutu busuk, misalnya kecoak, semut, laba – laba (terutama Thanatus flavidus), tungau dan kelabang ataupun binatang yang dikenal dengan nama Reduvius personatus dapat mengurangi populasi kutu busuk, namun pengendalian biologis sangat tidak praktis untuk menghilangkan kutu busuk di lingkungan tempat tinggal manusia. 4. Fisika atau Mekanik termasuk kebersihan Dengan menjaga kebersihan lingkungan, misalnya dengan memelihara kebersihan tempat tinggal. 5. Pengendalian kutu busuk sering memerlukan kombinasi pendekatan pestisida dan non – pestisida. Hal ini karena perlawanan terhadap pestisida telah meningkat secara signifikan dari waktu ke waktu sehingga ada kekhawatiran efek negatif terhadap kesehata dari penggunaan pestisida (Hadi, 2010).



21



4.2.3 Pemberantasan Kutu Busuk Cara hidup kutu busuk sangat sulit di deteksi, oleh karena itu pembasmian tidak dapat dilakukan hanya dengan satu kali perlakuan, terutama pada keadaan yang parah. Deteksi keberadaan kutut busuk secara mendetail (bongkar semua) dan memerlukan waktu beberapa jam untuk melakukannya. Kutu busuk sangat rentan terhadap kelembaban yang tinggi dan suhu 44-45C. Oleh karena itu pemberantasan dapat dilakukan dengan menyiram air panas di tempat persembunyian kutu busuk atau menjemur kasur, tempat tidur atau perabotan rumah lain yang terinfestasi kutu busuk di bawah terik matahari selama beberapa jam (sekitar 4 jam) (Hadi, 2010). Keberadaan kutu busuk dapat dideteksi dengan memperhatikan hal-hal berikut: a. Ditemukannya sisa kulit kepompong, sisa tubuh dan telur b. Kotoran tubuh dapat juga kelihatan seperti warna coklat gelap kecil atau tanda hitam pada seprei, kertas dinding dan pada dinding. c. Baunya yang menyengat. d. Periksa adanya gigitan. Gigitan kutu busuk umumnya mirip dengan bekas gigitan nyamuk dan terdapat pada punggung, lengan, atau kaki e. Saat terbangun di malam hari, coba lihat sekitar tempat tidur dengan bantuan senter. Kutu busuk bergerak cepat dan akan segera melarikan diri saat melihat cahaya. Jika terlihat ada serangga kecil berlarian saat menyalakan senter, kemungkinan besar tempat tidur sudah dikuasai kutu busuk. f. Periksa seprai, selimut, dan kasur akan adanya bercak kemerahan, coklat, atau hitam. Noda ini merupakan darah yang secara tidak sengaja tercecer atau merupakan kotoran kutu busuk. Bekas rangka luar atau telur yang biasanya berada pada lipatan kasur atau celah rangka tempat tidur.



22



Keberadaan kutu busuk bisa pula dilacak dengan cara memasang perangkap



menggunakan



selotip



dua



sisi



(double



tape)



dan



menempelkannya pada sisi kasur, pada rangka tempat tidur, atau di lantai sekitar tempat tidur.



23



BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Hal yang dapat disimpulkan dalam makalah ini adalah: 1.



Cimex pada umumnya hidup di celah – celah kayu, tempat tidur (lipatan), karpet, laci, kursi/sofa, lemari, gorden, hampir semua bagian ruangan dapat merupakan tempat persembunyian Cimex (dan sulit sekali ditemukan, karena cara hidupnya yang amat tersembunyi). Mereka akan keluar pada malam hari/atau siang hari bisa populasinya tinggi, dan keadaan ruang agak gelap, untuk menghisap darah manusia. Cimex dapat berpindah dengan mudah dari satu tempat ke tempat lainnya.



2.



Dampak yang ditimbulkan akibat munculnya kutu busuk antara lain dari dampak kesehatan misal menyebabkan infeksi sekunder akibat garukan di daerah yang digigit kutu busuk mengakibatkan anemia pada anak-anak serta dampak dalam aspek ekonomi misalkan hotel di tuntut oleh para tamu hotel karena banyaknya kutu busuk dalam kamar hotel sehingga banyak hotel yang mengalami kerugian.



3.



Kutu busuk dapat menularkan penyakit hepatitis B ketika mereka menggigit penderita dan menghisap darah pada host yang sudah memiliki virus hepatitis / penderita penyakit hepatitis, kemudian kutu busuk tersebut berpindah lagi pada objek lain dan langsung mengisap darah kembali. Pada saat menghisap darah, mulut bekas menghisap darah penderita hepatitis B tadi akan masuk ke dalam jaringan kulit manusia dan virus yang ada di dalamnya akan menyebar dan bercampur dengan darah orang lain yang sehat. Para ilmuwan menemukan bahwa binatang pengisap darah itu juga menyembunyikan bakteri resistan antibiotik, atau disebut superbug.



4.



Upaya-upaya pengendalian kutu busuk antara lain cara pengendalian yang paling penting adalah menjaga kebersihan lingkungan dengan memelihara kebersihan tempat tinggal.



24



4.2 Saran a.



Hendaknya masyarakat selalu menjaga kebersihan lingkungan serta hygiene perorangan dengan memelihara kebersihan tempat tinggal guna pengendalian agar kutu busuk tidak masuk ke lingkungan tempat tinggal, sedangkan hygiene perseorangan dimaksudkan agar individu tersebut tidak menularkan kutu busuk ke orang lain, serta dengan menjaga menjaga kebersihan perseorangan dapat mencegah dari tertularnya kutu busuk.



b.



Kutu busuk mudah sekali menyebar melalui perpindahan (tas, koper, etc) maka, mak dari itu perlu untuk dilakukan pemeriksaan secara rutin yang dilakukan secara terus – menerus terutama di hotel dan sektor pariwisata.



c.



Bagi pemerintah sebaiknya membuat suatu kebijakan untuk penanganan perkembangbiakan Cimex utamanya pada sektor pariwisata dan perhotelan. Hal ini dimaksudkan agar tidak merugikan bagi para pengunjung yaitu munculnya masalah bagi kesehatan yang dialami, bagi pemilik yaitu kerugian ekonomi berupa adanya tuntutan dari pengunjung maupun berkurangnya pemasukan karena adanya kutu busuk, selain itu adanya kutu busuk juga akan mempengaruhi nama baik tempat wisata ataupun hotel tersebut, sehingga pengunjung menjadi enggan untuk berkunjung karena adanya rasa cemas dan takut terkena serangan kutu busuk.



25



DAFTAR PUSTAKA



Djaenudin, Natadisastra. 2009. Parasitologi Kedokteran : Ditinjau dari Organ Tubuh yang Diserang. Jakarta : EGC George. 1999. Biologi. Edisi ke 2. Diterjemahkan oleh: Damaring Tyas. Jakarta: Erlangga Hadi,



Susi



Soviana.



2010.



Ektoparasit:



Pengenalan,



Identifikasi,



dan



Pengendaliannya. Bogor (ID): IPB Pr http://acvcsd.org/programs-services/bed-bugs/ [21 Maret 2017] http://www.webmd.com/skin-problems-and-treatments/guide/bedbugs-infestation [2017] Yudhastuti, Ririh. 2011. Pengendalian vektor dan rodent. Surabaya: Pustaka Melati.



26