Lampiran Untuk Sertifikasi Desain [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

INSPEKSI LAPANGAN CALON LOKASI BENDUNGAN GONGSENG KABUPATEN BOJONEGORO DAN BENDUNGAN PIDEKSO KABUPATEN WONOGIRI TANGGAL 16 - 18 JANUARI 2013 Sesuai dengan surat permintan inspeksi dari Kepala BBWS Bengawan Solo No. : UM.01.11An/249 tentang Permohonan Sertifikasi Persetujuan Desain Bendungan Gongseng dan Pidekso, pada tanggal 16 sampai dengan 18 Januari 2013 Tim Balai Bendungan telah melakukan inspeksi ke calon lokasi Bendungan Gongseng Kabupaten Bojonegoro dan calon lokasi Bendungan Pidekso Kabupaten Wonogori. Inspeksi dilakukan oleh Tim inspeksi Balai Bendungan yang terdiri dari : 1. 2. 3. 4. 5.



Ir. Achmad Zubaidi, M.Tech Ir. Zainuddin, ME Ir. Soedaryanto, M.Sc Anissa Mayangsari, ST, M.PSDA Cristina Dwi Yuliningtyas, ST



Dalam melaksanakan inspeksi, Tim Balai Bendungan didampingi oleh Petugas dari BBWS Bengawan Solo serta Tim Konsultan Bendungan Gongseng yaitu PT. Ika Adya Perkasa dan Tim Konsultan Bendungan Pidekso yaitu PT. Mettana : Jasa konsultansi yang dilaksanakan oleh PT. Ika Adya Perkasa adalah : Review FS (Studi Kelayakan) dan DD (Desain Rinci) Bendungan Gongseng, sedang untuk PT. Mettana adalah: Review FS (Studi Kelayakan) dan DD (Desain Rinci) Bendungan Pidekso. Setelah dilakukan peninjauan ke lapangan, pada tanggal 18 Januari 2013, dilakukan diskusi hasil inspeksi lapangan. Pada kesempatan tersebut juga dibahas konsep desian Bendungan Gondang yang dilaksankan oleh PT. Gracia Widyakarsa dan konsep desain Bendungan Tukul yang dilaksnakan oleh PT. Global Parasindo. KESIMPULAN DAN SARAN I. UMUM Dalam pelaksanaan pekerjaan Review Studi Kelayakan dan penyiapan Desain Rinci bendungan, hendaknya memperhatikan hal-hal sbb: A. Penggunaan istilah waduk Menurut PP 37 Tahun 2010 tentang Bendungan, waduk adalah wadah buatan yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan. Oleh karenanya penamaan pekerjaan “Detil Desain Waduk Gongseng dan Waduk Pidekso” adalah tidak tepat, karena yang didesain dan dibangun bukan waduknya tetapi bendungannya. B. Maksud dan tujuan pekerjaan studi. Sampai saat ini masih sering dijumpai laporan pekerjaan studi yang tidak spesifik/jelas maksud dan tujuan pekerjaan dilakukan, sehingga sasaran akhir studi sering menjadi kabur.



Disarankan, maksud dan tujuan pekerjaan studi dibuat lebih jelas/spesifik. Berikut disajikan satu contoh maksud dan tujuan pekerjaan yang lebih spesifik: - Maksud : (1). Melakukan Review Studi kelayakan; (2). Menyiapkan Desain Rinci Bendungan …………………; (2). Membantu proses sertifikasi persetujuan desain bendungan. - Tujuan : (1). Memperoleh pilihan alternatif pembangunan bendungan yang terbaik yang layak ditinjau dari aspek teknik, lingkungan dan ekonomi; (2). Memperoleh desain bendungan yang aman, selaras dengan lingkungan dengan tetap memperhatikan kelayakan ekonomi; (3). Memperoleh sertifikat “Persetujuan Desain” dari Menteri Pekerjaan Umum. C. Sertifikat Keahlian Bendungan Sesuai PP no 37 th 2010 tentang Bendungan (psl 6) dan PP 28 th 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi (lihat psl: 11; 15; 32), tenaga ahli konstruksi/konsultan untuk penyiapan desain bendungan, harus memilki Sertifikat Keahlian Bendungan Besar. D. Review Studi Kelayakan 1. Didalam laporan pekerjaan review, seharusnya disajikan hasil kaji ulang terhadap studi kelayakan yang ada dan usulan penyempurnaannya. 2. Kaji ulang studi kelayakan, semestinya paling tidak dilakukan terhadap: - Data yang digunakan, bandingkan dengan data terkini; - Asumsi-asumsi yang digunakan, bandingkan dengan kondisi sekarang; - Kecukupan lingkup pekerjaan survai dan investigasi; - Kecukupan dalam studi pemilihan alternatif dan pemilihan terakhir - Hasil analisis dan evaluasi kelayakan proyek - Kemantapan desain pendahuluan (basic design) ditinjau berdasar NSPM terbaru - Kelengkapan lingkup laporan studi kelayakan - Dan lain-lain 3. Isi laporan (utama) studi kelayakan, paling tidak mencakup : - Informasi kondisi umum daerah proyek, termasuk latar belakang proyek, seperti data situasi ekonomi nasional, target sektoral yang didukung, informasi lokasi dan daerah sekitarnya, - Sasaran proyek, - Analisis urgensi proyek, - Perumusan alternatif dan pemilihan akhir, termasuk perbandingan secara rinci berbagai macam alternatif yang potensial, - Klas bahaya bendungan, - Desain teknis pendahuluan (basic design) dan analisis kelayakan teknis, - Perkiraan biaya proyek, - Rencana implementasi - Instansi pelaksana dan pengaturan kelembagaan - Evaluasi kemantapan teknis, kehandalan ekonomi dan keuangan, serta dampak sosial dan lingkungan. - Risiko proyek yang mungkin timbul - Identifikasi keterkaitan dengan pengembangan sumber daya air lainnya - Kesimpulan dan saran. 4. Akurasi hasi studi: menurut KP Irigasi 1986. tingkat akurasi studi kelayakan: untuk biaya 90%, rekayasa teknik 70%.



5. Sebagai referensi lihat bahan tayang mata ajar “Studi Kelayakan Bendungan” untuk Diklat Perencanaan Bendungan Tkt Lanjutan di Batam th 2012 E. Tahapan survai dan investigasi 1. Tahapan survai dan investigasi dalam perencanaan bendungan, seharusnya melalui tahap: a. Survai dan investigasi pemilihan lokasi bendungan, dilakukan pada masing-masing alternatif lokasi bendungan; b. Survai dan investigasi awal, dilakukan secara tipikal berdasar peta geologi umum dan rencana tata letak bendungan, untuk menunjang penyiapan basic design (saat studi kelayakan); c. Survai dan investigasi rinci, dilakukan berdasar evaluasi hasil survai investigasi awal, untuk menunjang penyiapan desain rinci. F. Investigasi Geoteknik. 1. Investigasi fondasi a. Secara umum investigasi fondasi pada lokasi bendungan dilakukan untuk mengetahui: - Sifat fisik dan teknik pondasi utamannya kuat dukung, permeabilitas/ angka Lugeon, dll. - Keberadaan struktur geologi - Batas galian fondasi, - Rencana perbaikan pondasi, b. Investigasi pada cekungan waduk/daerah genangan, dilakukan untuk: - Kemungkinan adanya potensi bocoran di dasar calon waduk - Kemungkinan adanya potensi bocoran dan ketidakstabilan di bukit/lereng sekeliling waduk Oleh karenanya lingkup investigasi termasuk uji lapangan dan laboratorium harus mencukupi untuk menunjang kebutuhan tersebut diatas pada huruf a dan b, sesuai tahap investigasi. 2. Investigasi material a. Tujuan investigasi untuk mengetahui dan menentukan: - Kualitas material timbunan dan agregat beton, yang mencakup klasifikasi teknik, sifat fisik, sifat teknik, termasuk tanah ekspansif, dispersif,dll. - Ketersediaan cadangan matrial yang memenuhi syarat. - Kondisi yang berkaitan dengan: penggalian, lokasi, jalan masuk, jarak, status, perlunya konservasi, dll. b. Pemetaan daerah sumber galian (quarry & borrow area). Daerah sumber galian perlu dipetakan dengan skala detil kemudian dilakukan investigasi dengan bor mesin/sumuran uji/bor tangan dan pengambilan contoh uji/sample. c. Kerapatan titik investigasi: - Tahap studi kelayakan: titik investigasi dengan interval grid 150~200m; 1 sampel uji untuk setiap 25.000 m3 material timbunan; - Tahap desain rinci: titik investigasi dengan interval grid 50~100m; 1 sampel uji setiap 10.000~25.000 m3 material timbunan; minimal 3 titik investigasi dan 3 sampel untuk setiap lokasi sumber galian.



d. Pada prinsipnya setiap sumber material timbunan (lempung, pasir, random, batu) harus diambil sampelnya dan dilakukan uji sifat fisik dan sifat tekniknya. e. Material inti: Uji kuat geser dilakukan dengan metode Triaxial BP (back pressure) untuk memperoleh parameter kuat geser c dan φ pada kondisi uu dan cu. Tekanan yang diterapkan saat uji harus sesuai dengan tinggi rencana bendungan. Selain uji sifat fisik dan sifat teknik, lakukan pula uji dispersif (minimal 2 metode) dan swelling. f. Pasir: untuk memperoleh nilai kepadatan relatif, sampel pasir harus diuji dengan meja getar. g. Material random: uji kuat geser dilakukan sesuai dengan ukuran butiran (berbutir halus/kasar) dan sifat material random (bersifat non kohesif/kohesif). h. Parameter desain tidak dibenarkan diambail dari nilai rata-rata atau nilai tengah hasil uji, tetapi digunakan nilai terkecil (untuk desain konservatif) atau maksimal sebesar nilai 80% yang terpenuhi. i. Bagi material batu yang saat desain rinci belum dapat uji, parameter desain yang digunakan hendaknya diambil nilai yang konserfatif. G. Survai Topografi. 1. Persyaratan teknis untuk pekerjaan pengukuran, hendaknya mengacu pada Standar Perencanaan Irigasi bagian Pengukuran Topografi PT-02. 2. Referensi koordinat pengukuran sebaiknya menggunakan sistem koordinat nasional/Bakosurtanal. 3. Patok BM hendaknya dipasang pada tanah yang keras dan pada lokasi yang aman dari gangguan pelaksanaan pembangunan dan vandalisme, dilengkapi dengan deskripsi BM sebagaimana disyaratkan pada PT-02 diatas. 4. Daerah yang diukur, antara lain: lokasi bendungan, sumber galian, jalan akses, daerah genangan, penyimpanan material, tempat pembuangan material, dll. 5. Pengukuran as/poros bendungan, hendaknya juga dilengkapi dengan pengukuran beberapa potongan melintang sungai dihulu dan dihilir as bendungan. 6. Pada ujung as bendungan hendaknya dipasang patok-patok semi permanen yang tidak mudah rusak. H. Hidrologi 1. Pada tahun 2012, Balai Bendungan telah mengeluarkan Peta Isohit Curah Hujan Wilayah Indonesia Bagian Barat. Hasil analisis curah hujan desain, hendaknya dikontrol dengan peta tersebut; bila hasil analisis lebih kecil dari curah hujan dari peta isohit, gunakan nilai curah hujan dari peta isohit. 2. Durasi hujan kritis, hendaknya dicari dengan coba-coba yang menghasilkan durasi yang menghasilkan muka air banjir tertinggi di waduk. 3. Untuk menyusun ERH (Effectif Rainfall Hyetograph), hendaknya lebih dulu distribusi hujan disusun dalam bentuk genta (bell shape). Lihat Panduan Perencanaan Bendungan Urugan volume II bagian Analisis Hidrologi. 4. Bila dalam analisis banjir desain menggunakan metode UH (Unit Hdrograph) sintetis, lakukan kalibrasi terhadap parameter yang digunakan untuk analasis, dengan menggunakan data debit sungai. Bila kalibrasi tidak dapat dilakukan, lakukan analisis banjir desain dengan menggunakan beberapa metode UH. Kemudian bandingkan nilai banjir desian yang diperoleh dengan banjir desain bendungan-bendungan lain dalam grafik Creager.



I. Klas bahaya bendungan Dalam laporan desain harus dijelaskan klas bahaya bendungan berdasar jumlah penduduk terkena risiko apabila terjadi keruntuhan bendungan (lihat Pedoman penentuan klasifikasi bahaya bendungan) J. Desain Tubuh Bendungan Desain rinci tubuh bendungan harus didesain berdasar hasil survai investigasi rinci dan parameter desain hasil uji lapangan dan atau laboratorium. Bagi parameter desain yang ujinya belum dapat dilakukan (seperti uji large scale test), harus diambil nilai parameter yang konservatif dan pada awal pelaksanaan konstruksi harus segera dilakukan uji. K. Bangunan pelimpah pelimpah 1. Sebelum dilakukan uji model, pastikan perhitungan banjir desain dan desain pelimpah telah dilakukan dengan benar. 2. Untuk penggunaan kolam olak USBR tipe III, agar diperhatikan kecepatan aliran air masuk kolam olak (incoming velocity) tidak boleh > 50 feet/s atau 16 m/dt. Bila ternyata lebih besar, gunakan USBR tipe II yang akan memerlukan kolam olak yang lebih panjang. 3. Elevasi lantai kolam olak, harus dibawah elevasi tailwater dikurang tinggi loncat air d2. 4. Desain struktur dinding kolam olak, hendaknya memperhitungkan gaya dinamis air/pulsating force (lihat Hydraulic Design of Spillways EM 1110-2-1603 USARMY). 5. Agar peredaman energi di kolam olak lebih efektif, pertimbangkan membuat kolam olak lebih lebar dari pada saluran luncur. L. Uji model hidraulik. 1. Bila kecepatan aliran air disaluran luncur >25 m/dt, periksa kemungkinan terjadinya kavitasi dan perlunya system airasi. 2. Uji model dilakukan untuk mengetahui pola aliran (dasar tetap), pola gerusan (dasar gerak) dan penyempurnaan desain. 3. Skala model, tidak boleh lebih kecil dari 1:50 (sangat disarankan 4, dengan asumsi friction hanya terjadi dibagian bawah plug. O. Kelengkapan dokumen desain Menurut PP No. 37 tentang Bendungan, dalam pengajuan permohonan Persetujuan Desain, ada beberapa persyaratan baru yang harus dilampirkan dalam permohonan, yaitu: - Metode Pelaksanaan (pasal 25). - Laporan “Evaluasi Keamanan Bendungan” (pasal 144). 1. Metode -



pelaksanaan, paling tidak berisi mengenai cara: Pengelakan aliran sungai, Penggalian dan perbaikan fondasi Penimbunan tubuh bendungan Pemasangan peralatan hidromekanikal, termasuk keterkaitannya dengan rencana pelaksanaan “plugging”. 2. Laporan “Evaluasi Keamanan Bendungan” Sebelum dikeluarkannya peraturan/pedoman mengenai hal tersebut, laporan evaluasi dapat berupa Ringkasan Desain + evaluasinya, yang isinya menjelaskan secara ringkas mengenai: pekerjaan survai investigasi dan desain, lengkap dengan parameter desain yang digunakan dan cara memperolehnya, serta evaluasi/perbandingan hasil perhitungan desain dengan SNI dan Pedoman yang berlaku. Contoh daftar isi Laporan Ringkas desain, disajikan pada lampiran2. 3. Laporan final (Final Report) desain rinci, diserahkan ke Balai Bendungan dalam bentuk hard copy dan soft cppy , paling tidak terdiri laporan-laporan sbb: a. Laporan utama (Main report): menjelaskan seluruh lingkup pekerjaan mencakup aspek teknik dan non teknik; nota desain (design note ) dapat dimasukkan dalam laporan ini atau bila laporan terlalu tebal sebiknya dipisahkan; lengkapi laporan ini dengan gambar sket dan gambar desain bangunan/komponen pokok bendungan. b. Laporan Ringkas : berisi ringkasan desain dan evaluasi keamanannya; c. Kreteria desain; d. Investigasi geologi teknik (dan mekanika tanah); e. Laporan penunjang: Survai Topografi; f. Analisis Hidrologi;



g. Nota perhitungan (design calculation): lengkapi dengan gambar sket untuk setiap bagian/komponen yang dihitung; h. Gambar desain: gambar yang diperkecil dalam kertas ukuran A3 harus dapat dibaca dengan jelas. perhatikan ketebalan garis dan ukuran huruf, ikuti standar penggambaran KP-07 dan B0 KP Irigasi 1986; i. Spesifikasi teknik; j. Metode pelaksanaan; k. Rencana anggaran biaya pelaksanaan konstruksi; l. Dan lain-lain. P. Izin pelalaksanaan konstruksi bendungan Pelaksanaan konstruksi bendungan baru dapat dimulai setelah Pembangun Bendungan/BBWS memperolah “Persetujuan Desain” dan “Izin Pelaksanaan Konstruksi Bendungan”. Permohonan Izin pelaksanaan konstruksi bendungan dapat diajukan bersamaan dengan permohonan Persetujuan Desain, dengan persyaratan tambahan berupa: (1). Laporan studi pembebasan tanah dan pemukiman kembali/LARAP. (2). Bukti telah dibebaskannya areal tanah/lahan di lokasi pembangunan bendungan dan sumber material (quarry dan borrow area) II. BENDUNGAN GONGSENG Perhatikan Saran Umum angka I A. GEOLOGI TEKNIK 1. Laporan Geologi dan Peta Geologi/Geoteknik Pengamatan secara visual di lapangan menunjukkan bahwa litologi maupun geomorfologi rencana lokasi Bendungan Gongseng secara umum cukup memadai untuk bendungan tipe urugan. Namun demikian, berdasarkan laporan dan peninjauan lapangan disarankan beberapa hal sebagai berikut: a. Evaluasi teknis dan non-teknis terkait dengan pemilihan lokasi bendungan seyogyanya ditampilkan dalam bentuk Tabel (Matriks). b. Keberadaan “knob-knob” pada bukit tumpuan kanan disarankan agar dikaji lebih rinci mengenai genesanya, akibat struktural ataukah erosional. Demikian pula mengenai kelandaian lerengnya yang kemungkinan ditempati oleh koluvial atau material longsoran yang tidak stabil. c. Orientasi struktur perlapisan di lokasi bendungan tidak/belum tercermin di dalam peta geologi. Disamping untuk evaluasi dan klarifikasi butir b) di atas, orientasi perlapisan ini penting untuk diketahui mengingat peta geologi regional mengindikasikan bahwa lokasi bendungan berada pada sayap hilir dari antiklin Kalimati. d. Periksa kembali apakah laporan hasil evaluasi dan kajian geologi/geologi teknik di lokasi bendungan dan cekungan waduk telah mengadopsi dan memperhatikan ketentuan-ketentuan sbb: (1). Pada tahap desain rinci, peta geoteknik di lokasi bendungan digambarkan dengan skala 1 : (1.000 – 5.000) dan di cekungan waduk 1 : (5.000 – 10.000) tergantung kompleksitas kondisi geotekniknya.



(2). Di lokasi bendungan, cakupan areal investigasi geoteknik rinci minimal mencakup areal sebagai berikut: 8 H x (4 H + L), dimana L = panjang bendungan dan H = tinggi bendungan.



4H



4H L



2H



2H



4H



4H



(3). Peta Geoteknik hendaknya mengakomodasikan data-data sebagai berikut: --



Dileniasi keaneka-ragaman jenis batuan dan tanah berdasarkan kesamaan sifat fisik dan/atau mekaniknya yang diperoleh dari uji lapangan (in situ) maupun uji laboratorium, antara lain mengenai kuat massa batuan (rockmass strength), dll.



--



Sedangkan keragaman tanah penutup (overburden) digambarkan sesuai dengan genesanya seperti alluvial, koluvial, residual soil, talus, scree, dll. disertai data-data teknis spt. C, Ø, γn, ωn, SG, dll. Data-data geoteknik tsb. hendaknya digambarkan/dicantumkan di dalam peta dan penampangnya.



-- Kondisi geohidrologi seperti rembesan, mata air, sumur/sumur artetis (kalau ada) gully erosion, saluran, batas genangan waduk, konfigurasi muka air tanah, batas galian fondasi, dll. -- Kondisi geodinamik seperti ketidak stabilan lereng, longsoran, rayapan (creep), rock fall, dll. (4). Penampang geologi/geoteknik hendaknya digambarkan dengan “natural scale” serta mengikuti garis-garis penampang baku sepanjang dan memotong (longitudinal dan transversal) as-bendungan, sepanjang saluran pelimpah dan saluran/terowongan pengelak. Selain itu, penampang geologi/geoteknik hendaknya juga menginformasikan data stratigrafi dan struktur geologi berikut sifat-sifat fisik-mekaniknya, penampang Lugeon, batas-batas galian fondasi, konfigurasi muka air-tanah, dll. (5). Koluvial yang memotong “nose” didalam peta-geologi lokasi bendungan (Gbr. 34), bila ditinjau berdasarkan genesanya dinilai kurang rasional sehingga perlu diperiksa kembali keberadaannya. Demikian pula keberadaan koluvial-koluvial lainnya. 2. Material Konstruksi a. Terdapat ketidak cocokan lokasi borrow area yang dilaporkan berada di daerah hilir bendungan, sementara di dalam Tabel berada di kolam waduk. Periksa mana yang benar?



b.



Ketersediaan material konstruksi sesuai peruntukannya merupakan hal yang krusial, namun belum tercermin kepastiannya di dalam laporan. Oleh karena itu perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: -



Laporan tentang material konstruksi seyogyanya terpisah dengan laporan lainnya.



- Laporan hendaknya menginformasikan/dilengkapi dengan data-data mencakup a.l: status kepemilikan lahan (quarry dan borrow area) dan kepastian pembebasannya, jarak angkut dan aksesibilitasnya, hasil uji laboratorium maupun in situ serta analisa dan evaluasi mengenai kualitas dan kuantitas (QQ) sesuai peruntukannya, dll. - Segera dikirimkan ke Balai Bendungan. c.



Khusus untuk borrow area disarankan agar kuantitasnya dievaluasi dengan sistem “grid” antara bor-tangan dengan sejumlah test pit. Kualitas material untuk inti bendungan hendaknya juga mencakup uji swelling dan dispersivitas minimal menggunakan 2(dua) metoda. Berhubung belum adanya waktu untuk peninjauan ke lokasi borrow area, Proyek/Konsultan agar mengisi/melengkapi Tabel Data Borrow Area, terlampir (Lampiran 2).



3. Pemboran, antara lain mencakup hal-hal sbb.: a.



Segmen kotak pemboran (core box) yang kosong hendaknya diisi dengan potongan bambu atau kayu dan dibubuhi keterangan apakah “loose” (tidak terambil) atau diambil sebagai sampel untuk uji laboratorium, dll.



b.



Perlu klarifikasi atau check ulang mengenai log pemboran yang nilai “RQD”-nya dinilai “terlalu kecil” dibandingkan yang tampak pada foto-nya (contoh Hole No. GBT-10).



c.



Tidak dilaporkan mengenai besarnya tekanan maksimum yang diijinkan pada setiap kedalaman uji Lugeon. Agar dijelaskan dalam laporan desain.



B. REVIEW FS 1. Perhatikan Saran Umum diatas khususnya angka I. D. 2. Material batu akan diambil dari sumber galian yang lokasinya cukup jauh dari bendungan. Dalam review FS, kaji dampak transportasi material lewat jalanan umum, dari sumber galian ke lokasi bendungan. Hitung berapa frekwensi penganngkutan/rit per hari, bagaimana dampaknya terhadap lalulintas umum dan penduduk yang tinggal di sepanjang jalan. 3. Untuk lahan quarry area yang berupa tanah hutan/milik Kementerian Kehutanan, agar segera diselesaikan izin pinjam pakainya. Kepastian akan proses ini harus sudah selesai sebelum sidang pleno 4. Pembangunan bendungan hendaknya terintegrasi dengan rencana pengembangan wilayah jangka panjang dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), yang saling mendukung dengan master plan pola pengelolaan SDA. Hal ini terkait juga dengan sumber material yang akan digunakan untuk pembangunan bendungan. C. DESAIN 1. Perhatikan Saran Umum (I.A sampai dengan P)



2. Klas bahaya bendungan, agar dijelaskan dalam laporan desain. 3. Laju sedimentasi waduk= 1,48 mm/th, nilai ini terlalu kecil dibanding nilai laju sedimentasi waduk-waduk di P.Jawa. Periksa kembali metode dan parameter perhitungannya. 4. Periksa kembali rencana pemasangan dinding bata merah sementara pada dinding pembatas di dalam konduit, utamanya kekuatannya menahan beban kerja selama pengelakan. 5. Zonasi bendungan agar disesuaikan dengan ketersediaan dan sifat material, apakah material random bersifat free drain atau cenderung berubah seperti sifat tanah (kedap air). 6. Lakukan uji gradasi material random, dapatkah berfungsi sebagai filter untuk untuk material zona inti. 7. Sarana pengeluaran darurat, lihat saran umum I.M. III.



BENDUNGAN PIDEKSO



Perhatikan Saran Umum diatas (angka I) dan saran untuk bendungan Gongseng yang masih relevan. A. GEOLOGI TEKNIK 1. Umum Investigasi geologi teknik yang dilakukan belum cukup rinci untuk menunjang desain rinci bendungan dan “Laporan Penunjang Geologi Teknik dan Mekanika Tanah” untuk pekerjaan “Review FS dan DD Waduk Pidekso, Kab. Wonogiri” yang dikirimkan ke Balai Bendungan belum layak/dapat digunakan sebagai bahan kajian. Masih diperlukan investigasi geologi teknik rinci dan perbaikan laporan. 2. Investigasi Geologi/Geologi Teknik: idem saran yang sama untuk bendungan Gongseng huruf A.1.d angka (1) s/d (5). 3. Material Konstruksi Didalam pembangunan bendungan, ketersediaan material konstruksi sesuai peruntukannya merupakan hal yang krusial, namun belum tercermin di dalam laporan Oleh karena itu disarankan hal-hal sebagai berikut: -



Laporan tentang material konstruksi seyogyanya terpisah dengan laporan lainnya.



-



Laporan hendaknya menginformasikan/dilengkapi dengan data-data mencakup a.l: status kepemilikan lahan (quarry dan borrow area) dan kepastian pembebasannya, jarak angkut dan aksesibilitasnya, hasil uji laboratorium maupun in situ serta analisa dan evaluasi mengenai kualitas dan kuantitas (QQ) sesuai peruntukannya, dll.



-



Kuantitas borrow area hendaknya dievaluasi dengan sistem “grid” antara bortangan dengan sejumlah test pit. Kualitas material untuk inti bendungan hendaknya juga mencakup uji swelling dan dispersivitas minimal menggunakan 2(dua) metoda. Berhubung belum adanya waktu untuk tinjauan ke lokasi borrow area, Proyek/Konsultan agar mengisi/melengkapi Tabel Data Borrow Area, terlampir (L2).



-



Kuantitas quarry area hendaknya dievaluasi secara cermat dengan menambahkan beberapa titik pemboran. Walaupun kualitasnya secara megaskopik dinilai baik, namun perlu uji laboratorium sesuai peruntukannya, termasuk uji petrografi untuk mengetahui mineraloginya.



4. Pemboran a. Lokasi titik-titik pemboran hendaknya ditentukan berdasarkan tata-letak bendungan dan kondisi geologinya. Oleh karena itu, seyogyanya pemboran dilakukan setelah pemetaan geologi rinci. b. Lokasi di dalam Log Pemboran untuk pembangunan bendungan hendaknya ditulis sesuai dengan tata letak bendungan atau bagian-bagian bendungan seperti bukit tumpuan kanan, as-bendungan, spillway, tunnel, dll; atau sesuai dengan peruntukannya seperti borrow area, quarry area, dll. c. Nilai RQD pada setiap core pemboran hendaknya dievaluasi dan dicantumkan pada Log-Pemboran untuk mengetahui gambaran kualitas batuannya, terutama untuk batuan fondasi dan quarry area. d. Segmen kotak pemboran (core box) yang kosong hendaknya diisi dengan potongan bambu atau kayu dan dibubuhi keterangan apakah “loose” (tidak terambil) atau diambil sebagai sampel untuk uji laboratorium, dll. e. Perlu diingatkan bahwa uji SPT sebenarnya hanya cocok untuk material tak terkonsolidasi (kecuali yang mengandung bongkah-bongkah batuan), terutama cocok untuk material pasir/pasiran. Itupun juga tergantung peruntukannya. Oleh karena itu, SPT yang dilakukan pada batuan keras perlu dipertanyakan. f. 5



Evaluasi kembali hasil pemboran TP1 s/d TP6.



Tinjauan Lapangan a. Pengamatan secara visual di lapangan menunjukkan bahwa litologi maupun geomorfologi rencana lokasi bendungan Pidekso secara umum cukup memadai untuk bendungan tipe urugan. Namun untuk bahan kajian, evaluasi teknis dan nonteknis terkait dengan pemilihan lokasi bendungan hendaknya dicantumkan di dalam laporan dan seyogyanya disarikan dalam bentuk Tabel (Matriks). b. Struktur sesar yang dilaporkan memotong as-bendungan disarankan untuk dikaji lagi keberadaannya. Selain tidak ditopang oleh kondisi geomorfologi dan topografinya, metode pemboran dan log-bornya juga diragukan.



B. REVIEW FS Perhatiakan Saran Umum diatas diatas khususnya angka I.D dan saran untuk Bendungan Gongseng. C. DESAIN 1. Perhatiakan Saran Umum I A s/d P. 2. Laporan desain, secara umum masih perlu banyak perbaikan. 3. Klas bahaya bendungan, agar dijelaskan dalam laporan desain.



4. Tubuh bendungan, direncanakan memiliki tinggi 35,0 m, dengan material timbunan inti berupa tanah lempung, bahu (shoulder) berupa material random tanah, kemiringan lereng hulu 1:2,2 hilir 1:2,0. Disarankan: a. Untuk bendungan urugan tanah, lazimnya diiperlukan kemiringan lereng yang lebih landai dari 1:2,0. Mengingat bendungan ini cukup tinggi dan di lapangan tersedia cukup material batu, sebaiknya dipertimbangkan timbunan material random pada shoulder dikombinasi dengan zona timbunan batu. b. Tebal zona inti sebaiknya tidak kurang dari 40% tinggi bendungan. c. Material filter dan transisi akan diambil dari endapan sungai. Pastian volume ketersediaan mencukupi, lakukan anlisis gradasi, periksa kesesuaiannya dengan kreteria desain filter sesuai material yang dilindungi, periksa kandungan lumpurnya, lakukan uji kepadatan relative serta uji sifat fisik dan sifat teknik lain yang terkait dengan persyaratan material filter dan agregat beton.. 5. Desain Bendungan Pidekso direncanakan dilengkapi dengan emergency spillway. a. Gunakan istilah yang benar, pelimpah darurat (emergency spillway) atau pelimpah tambahan (auxiliary spillway), untuk memahami istilah ini lihat Design of Small Dam halaman 354, 355. b. Bila memang pelimpah darurat, beri penjelasan apa dasar pertimbangannya. c. Bila digunakan konstruksi fuse plug, harus didesain dapat runtuh saat terjadi banjir besar. 6. Pemasangan blankit untuk pengendalian rembesan di fondasi, penetapan kebutuhan panjangnya dan tebalnya agar mengacu pada standar dari USBR, dan perhatikan rembesan yang melewati samping blanket. 7. Blankit yang diletakkan di dasar bendungan merupakan lapisan lemah. Periksa stabilitas lereng bendungan dengan bidang longsor berbentuk baji melewati lapisan blanket. Bidang longsoran tubuh bendungan supaya dicek kembali dengan bentuk baji, bidang longsoran adalah melalui titik terlemah yaitu melewati blanket. 8. Kondisi dan kombinasi pembebanan yang ditinjau harus mengacu pada Pedoman Analisis Dinamik Bendungan Urugan. 9. Konduit harus diletakkan diatas fondasi batuan yang kuat dan stabil. Penetapan lokasi konduit agar harus didasarkan pada hasil penyelidikan geoteknik. 10. Sarana pengeluaran darurat, lihat saran umum I.M. 11. Desain dan uji model hidraulik pelimpah, perhatikan Saran Umum diatas pada huruf J dan K. 12. Dihulu lokasi rencana bendungan, terdapat 2 bendung yang areal irigasi berada dihilir bendungan. Desain bendungan agar memfasilitasi kebutuhan air untuk kedua daerah irigasi tersebut. IV. Diskusi Desain Bendungan Gondang, 18 Januari 2013 1. Perhatikan saran Tim Balai Bendungan pada inspeksi lapangan tanggal 8 Juni 2012.. 2. Perhatikan Saran Umum diatas (angka I) dan saran untuk bendungan Gongseng yang masih relevan. 3. Klas bahaya bendungan, agar dijelaskan dalam laporan desain. 4. Geologi teknik: perhatikan saran II A. 5. Material:



-



Material inti/random memiliki nilai IP dan LL yang cukup tinggi, lakukan uji kembang susut (swelling test) dan uji dispersif (minimal 2 metode). - Klasifikasi material agar dikoreksi, kategori MH tertulis masuk dalam golongan clay, seharusnya lanau - Perlu diklarifikasi apa yang dimaksud dengan material “tanah” terkait dengan klasifikasi tanah berdasar ukuran butiran. - Untuk klasifikasi material, gunakan klasifikasi menurut standar USCS. - Hasil uji plastisitas agar diplot kedalam grafik A-line USCS. - Material inti agar diseleksi kembali, untuk setiap sumber galian paling tidak harus terdapat 3 titik penyelidikan dan uji proctor. - Agar dibuat spesifikasi teknis gradasi filter dan transisi sesuai material yang dilindungi. - Lakukan uji meja getar untuk mengetahui kepadatan relative material pasir. 6. Hidrologi: perhatikan saran umum angka I H. 7. Tinggi jagaan agar dihitung dengan mempertimbangkan elevasi muka air normal, banjir dan PMF. 8. Perhatikan agar material inti tidak terbawa aliran rembesan (erosi internal) masuk ke lapisan fondasi. Untuk fondasi, yang perlu diperhatikan bukan sekedar nilai daya dukung dan permeabilitasnya saja, tetapi juga fracture yang dapat mengakibatkan terhanyutnya material inti. 9. Periksa kembali lebar zona filter. Zona filter yang lebar biasanya digunakan untuk melindungi material inti yang bersifat dispersive. Tetapi bila material inti tidak bersifat dispersive zona filter tidak perlu terlalu lebar, karena dapat menjadi zona lemah dan mahal. 10. Analisis rembesan agar diperiksa kembali, khususnya perhitungan keamanan terhadap piping dengan metode exit gradient . Cari bidang terlemah untuk mendapatkan exit gradient tertinggi. 11. Kondisi dan kombinasi pembebanan yang ditinjau harus mengacu pada Pedoman Analisis Dinamik Bendungan Urugan. 12. Beban gempa yang harus diperhitungkan dalam desain bendungan adalah OBE dan MDE/MCE serta RIE untuk bendungan tinggi > 100 m dan tampungan > 500 juta m3. Untuk beban MDE, bila dalam perhitungan stabilitas lereng dengan metode pseudo static diperoleh factor keamanan < 1, keamanan bendungan perlu diperiksa ulang dengan menggunakan metode analisis dinamik. 13. Sarana pengeluaran darurat, lihat saran umum I.M. 14. Saluran irigasi yang terpotong tubuh bendungan agar difasilitasi sehingga berfungsi seperti semula. Disarankan bila mungkin dengan percabangan pada pipa pembawa sebelum oulet irigasi karena elevasi sawahnya yang lebih tinggi dari pada oulet irigasi. V. Diskusi Desain Bendungan Tukul 18 Januari 2013 1. Perhatikan saran umum huruf I dan saran untuk bendungan Gongseng, bendungan Pidekso dan Bendungan Gonggang yang masih relevan. 2. Bendungan Tukul didesain cukup tinggi, perlu kecermatan ekstra dalam penyiapan desainnya. 3. Perhatikan saran Tim Balai Bendungan pada saat inspeksi lapangan sebelumnya. 4. Desain dan uji model hidraulik pelimpah, perhatikan Saran Umum diatas pada huruf J dan K.



Lampiran 1: Daftar isi Laporan Ringkas dan evaluasinya. Paling tidak mencakup hal-hal sbb: I.



PENDAHULUAN 1.1. Umum: nama bendungan; lokasi (sungai, wil administrasi, bujur+lintang); tipe dan ukuran; manfaat utama; 1.2. Pembangun/pemrakarsa pembangunan 1.3. Konsultan perencana 1.4. Maksud dan tujuan pekerjaan 1.5. Studi yang pernah dilakukan dan laporan yang ada 1.6. Izin dan persetujuan yang sudah diperoleh 1.7. Klas bahaya bendungan 1.8. Data teknis: Isi sesuai format dari Balai Bendungan dan lengkapi dengan peta lokasi. peta situasi bendungan dan pot melintang bendungan.



II.



KRETERIA DESAIN, STANDAR DAN PEDOMAN 2.1. BEBAN: (khususnya banjir desain (Q1000/ 1/2PMF/PMF), beban gempa (OBE, MDE/MCE, RIE) dan periode ulangnya. 2.2. SNI dan Pedoman yang digunakan: sajikan yang terkait langsung/pokok 2.3. Standard an Pedoman asing



III.



SURVAI TOPOGRAFI 3.1. Patok referensi koordinat pengukuran 3.2. Lokasi dan jenis pengukuran yang pernah dilakukan 3.3. Lokasi dan jenis pengukuran yang dilakukan sekarang 3.4. Gambaran umum kondisi topografi proyek. 3.5. Evaluasi: kecukupan (properly) pekerjaan survai topografi.



IV.



INVESTIGASI GEOLOGI TEKNIK DAN GEMPA 4.1. Investigasi yang pernah dilakukan 4.2. Investigasi yang dilakukan saat ini 4.3. Geologi regional: Fisiografi, Stratigrafi, Struktur geologi,dll. a. Geologi teknik fondasi Tapak bendungan b. Bangunan pelimpah dan pengambilan c. Waduk dan lereng sekelilingnya d. Saluran Pengelak (lengkapi dengan peta geologi teknik, profil melintang dan memanjang, dll) 4.4.



Material konstruksi a. Lempung b. Pasir c. Kerikil d. Material random e. Agregat beton (ket: sesuaikan dengan tipe bendungan dan kondisi lapangan; masingmasing material jelaskan: lokasi sumber galian, status lahan, jarak, volume cadangan dan kebutuhan, prasarana transportasi, diperlukan/tidak restorasi



bekas galian; investigasi yang dilakukan dan hasilnya; buat table-tabel ringkasan). 4.5. 4.6.



Beban gempa: beban gempa yang diperhitungkan (OBE, MDE, RIE), cara memperoleh/menetapkan parameter/koefisien gempa, koef gempa termodifikasi (sesuai posisi titik yang ditinjau). Evaluasi: kecukupan investigasi geologi teknik dan evaluasinya.



V.



ANALISIS HIDROLOGI 5.1. Data yang tersedia dan metode analisis yang digunakan 5.2. Curah hujan desain 5.3. Banjir desain 5.4. Tinggi jagaan: berdasar kondisi muka air normal, Q1000, PMF. 5.5. Laju sedimentasi waduk: metode yang digunakan, hasilnya. 5.6. Evaluasi: ketepatan metode dan prosudur analisis serta kewajaran hasilnya



VI.



TUBUH BENDUNGAN 6.1. Zonasi tubuh bendungan: termasuk lebar masing-masing zona, lebar puncak bendungan, beri gambar pot melintang. 6.2. Penentuan tinggi puncak bendungan: berdasar 6.3. Parameter desain: cara penetapan nilai parameter, besaran nilai parameter yang digunakan dalam analisis. 6.4. Analisis stabilitas lereng 6.5. Analisis rembesan 6.6. Analisis deformasi 6.7. Perbaikan fondasi 6.8. Instrumentasi 6.9. Evaluasi: kewajaran zonasi dan parameter desain, ketepatan metode dan prosudur analisis serta kewajaran hasilnya yang dapat langsung membandingkan masing-masing hasil analisis dengan angka keamanan yang disyaratkan oleh SNI dan pedoman



VII.



BANGUNAN PELENGKAP 7.1. Bangunan pelimpah (desain dan model test) 7.2. Bangunan pengambilan 7.3. Sarana pengeluaran darurat 7.4. Evaluasi: ketepatan metode dan prosudur analisis serta kewajaran hasilnya yang dapat langsung membandingkan masing-masing hasil analisis dengan angka keamanan yang disyaratkan oleh SNI dan pedoman. (ket: desain hidrolis, rembesan, structural serta operasional)



VIII. PERALATAN HIDROMEKANIK-ELEKTRIK (dapat dibahas dalam bab tersendiri atau langsung disatukan dengan masing-masing jenis bangunan pelengkap dalam bab VI) IX.



SISTEM PENGELAKAN SUNGAI 7.1. Banjir desain 7.2. Cofferdam (sementara, hulu, hilir)



7.3. 7.4. 9.1.



X. XI. XII.



Saluran pengelak (conduit/terowong/bukaan semetara) Konsep plugging Evaluasi: ketepatan metode dan prosudur analisis serta kewajaran hasilnya yang dapat langsung membandingkan masing-masing hasil analisis dengan angka keamanan yang disyaratkan oleh SNI dan pedoman.



PERKIRAAN BIAYA METODE DAN JADWAL PELAKSANAAN KONSTRUKSI KESIMPULAN DAN SARAN: simpulkan sudah amankah desain bendungan untuk dikonstruksi atau masih perlu analisis lanjutan dan investigasi tambahan yang lebih rinci



LAMPIRAN (lampirkan gambar bagian-bagian pokok bendungan)



Lampiran 2: DESKRIPSI BORROW AREA LOKASI: . . . . . . . . . . . .



STATUS: . . . . . . . . . . . . ..



PROYEK : . . . . . . . . .



JARAK DARI LOKASI BENDUNGAN dan AKSESIBILITAS: . . . . . . . . . . . (Peta Lokasi Terlampir) PENGAMAT: . . . . . . . . . . . . . . .



TGL/BLN/THN: . . . . . . . . . . . . . . .



PEMBORAN: . . . . . . . . . . . . . . . . . .



TEST PIT: . . . . . . . . . . . . . . . . LAIN-LAIN: . . . . . . .



Observasi Lapangan: 1.



Lebar singkapan/Penyebaran/Ketebalan : . . . . . m / . . . . . . m /. . . . . . m



2.



Posisi topografi



3.



Kemiringan lereng: datar / landai (….o)/ curam (….o)



4.



Vegetasi



: lebat / jarang / gundul



5.



Jenis Tanah



: alluvial, koluvial (longsoran, scree, slope wash), residual



6.



Warna / Kedalaman zona akar : . . . . . . . . . . . . . . / . . . . . . . . . . .



7.



Perlapisan



8.



Sementasi/Reaksi dengan HCl : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . / . . . . . . . . . . . . . . . . . .



9.



Moisture



: lembah, palung, teras sungai; kaki, lereng, puncak bukit, LL



: tak, samar, jelas, tebal, tipis, sedang : kering / lembab / basah / jenuh



10. Permeabilitas / Kedalaman Air Tanah : kedap , rendah , sedang , tinggi /. . . . . . . . . . 11. Partikel kasar : bundar / tanggung / runcing / lunak / medium / keras 12. Gradasi



: baik / gap / buruk



Estimasi Fraksi Butiran (volume) 1. Bolder ( > 30 cm) 2. Kobel ( 7,5 – 30 cm) 3. Gravel (4,75 – 7,5 cm)



:......% :......% :......%



4. Pasir (0,075 – 4,75 cm) : . . . . . . % 5. Lanau/Lempung



:......%







Dry Density : lemah, sdg, kuat.







Dilatancy



: tak, pelan, cepat







Toughness



: lemah, sdg, kuat



Nama : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Simbol (USCS): . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . SAMPEL No.: . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Disturbed . . . . . . . / Undisturbed . . . . . . FOTO No.: . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .