Landasan Sosial Pendidikan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Landasan Sosial Pendidikan Sosiologi merupakan disiplin ilmu yang mempelajari hubungan antarmanusia dengan kelompok dan struktur sosialnya. Objek penelitian sosiologi adalah tingkah laku manusia dalam kelompok, yang pada akhirnya memiliki sudut pandang sebagai hakikat manusia dan kebudayaan. Secara sosiologis, pendidikan berarti pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Secara sosiologis pula, manusia hidup berkelompok menjadikan sosial budaya sebagai aspek terdekat.



Landasan Sosial Pendidikan berarti menggali konsep pendidikan dan kemudian ditransformasikan pada masyarakat dan kebudayaan. Sosiologi Pendidikan meliputi tiga hal yang menjadi cakupan bahasannya, yaitu : 1. Manusia sebagai makhluk sosial 2. Kontrol sosial dan pendidikan 3. Kebudayan dan pendidikan 4. Sebagai kontrol sosial, sekolah berperan penting sebagai lembaga yang menggunakan tindakan positif dan negatif, memperkenalkan anak pada tokoh, transmisi kebudayaan, dan mengadakan kumpulan sosial. Fungsi sosial budaya bagi pendidikan antara lain :







Mewujudkan masyarakat yang cerdas







Transmisi budaya







Pengendalian sosial







Meningkatkan iman dan takwa kepada Tuhan YME







Analisis kedudukan pendidikan dalam masyarakat



Konsep Pendidikan : 1. Sekolah dan Masyarakat tak bisa dipisahkan 2. Perlu badan kerja sama antara sekolah dan tokoh masyarakat 3. Proses sosialisasi anak perlu ditingkatkan 4. Dinamika kelompok dimanfaatkan untuk belajar 5. Kebudayaan menyangkut keseluruhan cara hidup Dampak konsep pendidikan :







Nilai sosial-budaya







Kesadaran aspirasi pandangan hidup







Dinamika ilmu pengetahuan dan teknologi



1. Pendahuluan Dari judul pembahasan, tersirat dua pertanyaan. Pertama, bagaimana relevansi pendidikan sebagai sebuah konsep hubungannya dengan masyarakat kebudayaan? Kedua, apakah kondisi sosial dan budaya sangat mempengaruhi pendidikan? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, bisa ditempuh dengan dua hal: pertama, menggali konsep pendidikan dan kemudian ditransformasikan pada masyarakat dan kebudayaan. Kedua, menangkap dinamika masyarakat dan kebudayaan yang berkembang kemudian menjadikannya sebagai pengayaan khazanah pendidikan. Dengan melakukan dua upaya di atas, paling tidak dapat memberikan deskripsi yang hidup. Secara sosiologi, pendidikan berarti pewarisan budaya (transmission of culture) dari generasi tua kepada generasi muda agar hidup masyarakat berkelanjutan. Atau dengan kata



1.



2. 3. 4.



lain masyarakat mempunyai nilai-nilai budaya yang ingin disalurkan dari satu generasi ke generasi lainnya. Agar identitas masyarakat itu tetap terpelihara. Nilai-nilai itu sendiri bersifat intelektual, seni, politik, ekonomi, dan lain-lain. Sosial budaya merupakan bagian hidup manusia yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari. Setiap kegiatan manusia hampir tidak akan pernah lepas dari unsur sosial budaya. Sebab sebagian terbesar dari kegiatan manusia dilakukan secara kelompok. Artinya bahwa kegiatan tersebut dilakukan hubungan antar individu, antar masyarakat, individu dengan masyarakat, dan masyarakat dengan individu. Aspek sosial melekat pada diri individu yang perlu dikembangkan dalam perjalanan hidup peserta didik agar menjadi matang. Di samping tugas pendidikan untuk mengembangkan aspek sosial, karena aspek tersebut sangat membantu dalam upaya meningkatkan dan mengembangkan dirinya. Maka segi sosial ini perlu diperhatikan dalam proses pendidikan. (Made Pidarta: 1997: 151) Pada kenyataannya, bahwa masyarakat mengalami perubahan sosial yang sangat cepat, maju, dan memperlihatkan gejala desintegratif. Perubahan sosial yang cepat itu meliputi berbagai kehidupan dan merupakan masalah bagi semua institusi sosial, seperti industry, agama, perekonomian, pemerintahan, keluarga, dan lai sebagainya, masalah itu juga dirasakan oleh dunia pendidikan. (Abu Ahmadi, 1982: 14) Tidak hanya perubahan sosial, budaya pun berpengaruh dalam dunia pendidikan. Kita sekarang hidup di tengah revolusi yang mengubah cara kita hidup, berkomunikasi, berpikir, dan mencapai kesejahteraan. Perubahan ini tentunya sangat berpengaruh terhadap dunia pendidikan. Maka akan terjadi banyak perubahan dalam kehidupan masyarakat sebagai akibat langsung dari era globalisasi ini baik itu dalam segi ekonomi maupun politik, sosial, dan budaya. Beberapa persoalan tersebut antara lain: Ekonomi nasional akan semakin terintegrasi ke dalam ekonomi global. Globalisasi ekonomi yang ditandai dengan perdagangan bebas menyebabkan perekonomian suatu negara menjadi saling tergantung. Dalam era global, interaksi antar bangsa dan antar negara akan berlangsung semakin intensif, dan transparan. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama teknologi komunikasi dan informasi, berlangsung amat cepat. Tantangan membangun masyarakat yang berpengetahuan.



2. Pengertian Sosial Pendidikan Sosiologi, sebagai suatu cabang dari ilmu pengetahuan, memiliki lapang penyelidikan, sudut pandang metode, dan susunan pengetahuan. Objek penelitian sosiologi adalah tingkah laku manusia dalam kelompok. Sudut pandangnya ialah memandang hakikat masyarakat, kebudayaan, dan individu secara ilmiah. Sedangkan susunan pengetahuan dalam sosiologi terdiri atas konsep-konsep dan prinsip-prinsip mengenai kehidupan sosial, kebudayaan, dan perkembangan pribadi. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompokkelompok dan struktur sosialnya. Artinya bahwa mempelajari bagaimana manusia berhubungansatu dengan yang lainnya dalam kelompoknya dan susunan unit-unit masyarakat atau sosial disuatu wilayah serta kaitannya dengan lainnya. (Hamdani Ali, 1986:192). Sosiologi merupakan ilmu yang membahas tentang interaksi atau hubungan dan pergaulan antara manusia yang satu dengan yang lainnya dalam kelompok dan struktur sosialnya.



Kegiatan Pendidikan merupakan proses interaksi antara dua individu antar dua generasi, yang memungkinkan generasi muda mengembangkan diri. Kegiatan pendidikan terjadi di masyarakat. Sosiologi pendidikan merupakan analisis ilmiyah tentang proses sosial dan polapola interaksi sosial didalam sistem pendidikan. (Tirtarahadja, 2005:95). Sosiologi pendidikan adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang membahas proses interaksi sosial anak-anak mulai dari keluarga, masa sekolah, sampai dewasa serta dengan kondisi-kondisi sosio-cultural yang terdapat dalam masyarakat dan negaranya. (Abu Ahmadi, 1982:18).



3. Sosiologi Sebagai Landasan Pendidikan 3.1 Sosiologi dan Pendidikan Dalam proses sosial, ketika manusia melakukan interaksi sosial, manusia tidak terlepas dari konteks sosial yang disebut “ Lingkungan Sosial “. Ibnu Khaldun dalam Kitab Muqaddimah (2004 : 525-526) mengatakan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Pernyataan ini mengandung bahwa seorang manusia tidak bisa hidup sendirian dan eksistensinya tidaklah terlaksana kecuali dengan kehidupan bersama. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam kehidupan. Pendidikan adalah proses pengembangan pribadi ( mencakup pendidikan diri sendiri, pendidikan lingkungan, dan pendidikan oleh orang lain atau guru dalam semua aspeknya [ mencakup aspek jasmani, akal dan hati ). Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang bersifat formal. Fungsi sekolah menurut Wuradji (1998) : 1) Sekolah sebagai kontrol sosial Yaitu memperbaiki kebiasaan-kebiasaan jelek pada anak-anak, baik ketika di rumah maupun di masyarakat. 2) Sekolah sebagai perubahan sosial Yaitu menyeleksi nilai-nilai agar menghasilkan warga negara yang baik dan menciptakan ilmu serta teknologi baru. 3.2 Kontrol Sosial dan Pendidikan Kontrol sosial dalam arti luas, setiap usaha atau tindakan dari seseorang atau suatu pihak untuk mengatur prilaku orang lain. Sekolah memegang peranan penting dalam sosialisasi anak-anak. Ada 4 cara yang dapat digunakan sekolah, yaitu : a) Transmisi Kebudayaan, termasuk norma-norma, nilai-nilai, dan informasi melalui pengajaran secara langsung. b) Mengadakan perkumpulan sosial. c) Memperkenalkan anak-anak dengan tokoh-tokoh yang dapat dijadikan sebagai model yang dapat ditiru. d) Menggunakan tindakan positif dan negatif. Aspek-aspek kebudayaan seperti adat-istiadat yang disampaikan turun-temurun dalam bentuk aslinya, tapi banyak juga yang mengakui perubahan terutama dalam masyarakat modern. Adapun UU RI no.20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 54 ayat 1 yang berbunyi : 1) Peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perorangan, kelompok, keluarga, organisasi, profesi, dan pengusaha serta organisasi kemasyarakatan dalam penyelanggaraan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan.



2) Masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber pelaksana dan pengguna hasil pendidikan. 3.3 Kebudayaan dan Pendidikan Antara pendidikan dan kebudayaan terdapat hubungan yang sangat erat dalam arti keduanya berkenaan dengan suatu hal yang sama, yaitu nilai-nilai. Sutan Takdir Ali Syahbana (1992) mengungkapkan bahwa konfigurasi budaya indonesia asli dibangun oleh 3 jenis nilai yaitu religius, solidaritas, dan etnis. Pada dasarnya ada 3 cara yang dapat diidentifikasi, yaitu informal (dalam kelurga), nonformal (dalam masyarakat)dan formal (di sekolah). Lembaga sosial yang lazim digunakan sebagai alat transmisi dan transformasi kebudayaan adalah pendidikan, utamanya sekolah dan masyarakat. (Tirtarahardja, 2005:100).



4. Fungsi Sosial Budaya Terhadap Pendidikan 1. Mewujudkan masyarakat yang cerdas Mewujudkan masyarakat yang Pancasilalis yaitu yang memiliki cita-cita, demokratis dan beradab. 2. Transmisi budaya Membentuk generasi baru menjadi orang-orang dewasa yang berbudaya, terutama budaya nasional. 3. Pengendalian Sosial Untuk melindungi kesejathteraan individu dan kelompok 4. Meningkatkan Iman dan Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa Untuk membuat anak-anak mengembangkan kata hati dan perasaannya taat terhadap aturanaturan agama yang dipeluknya. 5. Analisis kedudukan Pendidikan dalam masyarakat. Menganalisis hubungan sosial antara pendidikan dengan berbagai aspek masyarakat. 5. Dampak Konsep Pendidikan  Konsep Pendidikan • Keberadaan sekolah tidak dapat dipisahkan dengan masyrakat. • Perlu dibentuk badan kerjasama antara sekolah dengan tokoh-tokoh masyarakat. • Peroses sosialisasi siswa-siswi perlu ditingkatkan. • Dinamika kelompok dimanfaatkan untuk belajar. • Kebudayaan menyangkut seluruh cara hidup dan kehidupan manusia.  Hasil Proses Pendidikan Memperoleh nilai-nilai sosial budaya Memperoleh aspirasi pandangan hidup, cita-cita nasional dan tanggung jawab. Memperoleh dinamika ilmu pengetahuan teknologi dan ekonomi. http://maulanabdulaziz.blogspot.co.id/2012/12/landasan-sosial-pendidikan.html



http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Perubahan%20Sosial%20dan%20Pendidikan_1.pdf http://tegalkab.go.id/bappeda/data/kda/2008/04.%20Sosial%20dan%20Budaya%201%20Sekolah%2 0dan%20Agama.pdf



Pengaruh Kebudayaan Terhadap Pendidikan. Pengaruh Kebudayaan Terhadap Pendidikan. A. Pengertian Kebudayaan Kata ”kebudayaan” berasal dari (bahasa Sansekerta) buddayah yang merupakan bentuk jamak dari kata “budhi” yang berarti budi atau akal. Kebudayaan diartikan sebagai “hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal”. Menurut Koentjaraningrat , kebudayaan adalah keseluruhan manusia dari kelakuan dan hasil yang harus didapatkannya dengan belajar, dan semua itu tersusun dalam kehidupan masyarakat. Senada dengan Koentjaraningrat adalah apa yang didefinisikan oleh Selo Soemardjan dan Soelaeman Soenardi, dia merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, cipta, dan rasa masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat.



Menurut R Linton dalam bukunya The Cultural Background of Personality, ( dalam harsojo.1986) bahwa kebudayaan, adalah konfigurasi tingkah laku yang dipelajari dan hasil tingkah laku yang unsur pembentukannya didukung dan diteruskan oleh anggota masyarakat tertentu. “Kebudayaan” dalam bahasa Inggris disebut culture. Sebuah istilah yang relatif baru karena istilah ‘culture’ sendiri dalam bahasa Inggris baru muncul pada pertengahan abad ke-19. Sebelum tahun 1843 para ahli anthropologi memberi arti kebudayaan sebagai cara mengolah tanah, usaha bercocok tanam, sebagaimana tercermin dalam istilah agriculture dan holticulture. Hal ini dapat dimengerti karena istilah culture berasal dari bahasa Latin colere yang berarti pemeliharaan, pengolahan tanah pertanian. Dalam arti kiasan kata itu juga diberi arti “pembentukan dan pemurnian jiwa”. Susanna K. Langer (dalam Jusuf Amir Feisal.1995) menyatakan apa yang dimaksud dengan kebudayaan adalah ekspresi simbolis dari kebiasaan atau perkembangan rasa. Yang dimaksud rasa disini bukan hanya rasa senang dan tidak senang, tetapi meliputi emosi, sensasi, maupun segala sesuatu yang dapat dirasakan, seperti irama perhatian dan tegang tidaknya pikiran, ketegangan dan kesantaian badaniah yang dapat dikurangi oleh sikap mental dan berbagai macam kegiatan gambaran (imagination), rasa humor yang terdapat pada seseorang dan sebagainya. Dengan kata lain kebudayaan merupakan ekspresi pola rasa yang merupakan hasil keseluruhan budi dan daya masyarakat yang bersifat simbolis. Hendropuspito mengemukakan bahwa kebudayaan ialah keseluruhan pola kelakuan lahir dan batin yang memungkinkan hubungan sosial diantara anggota suatu masyarakat . Dari berbagai pengertian kebudayaan tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai arti kebudayaan adalah keseluruhan kelakuan manusia secara lahir dan batin yang pembentukannya didukung dan diteruskan oleh anggota masyarakat tertentu melalui proses pembelajaran sehingga terjadi hubungan sosial diantara anggota suatu masyarakat dan menghasilkan ekspresi simbolis dari kebiasaan sosial mereka. Pendidikan didefinisikan sebagai suatu proses untuk memanusiakan manusia. Pendidikan dalam arti luas adalah



usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya, yang berlangsung sepanjang hayat. Menurut Handerson (dalam uyoh sadulloh. 2007) pendidikan dalam arti luas merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan, sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir. Langeveld (dalam Hasbulloh.1999) pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, dan perlindungan serta bantuan yang diberikan kepada anak tertuju pada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas kehidupannya sendiri. Pengaruh itu datangnya dari orang tua atau orang dewasa atau yang dicipatakan oleh orang dewasa seperti: sekolah, buku, dan lain sebagainya. Pendidikan dalam arti sempit yaitu pengajaran yang diselanggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Pendidikan adalah segala pengaruh yang diupayakan sekolah terhadap anak atau remaja yang diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan dan tugas-tugas sosial mereka. Sedangkan dalam UUD No.20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara Dari berbagai pengertian pendidikan tersebut, dapat diperoleh pengertian pendidikan adalah suatu proses perkembangan pada anak yang dilakukan oleh orang dewasa atau pendidik baik melalui pendidikan formal maupun non formal secara sadar dan terencana dengan tujuan agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Dalam pembahasan makalah ini, kami berusaha untuk mengkrucutkan pembahasan pada pengaruh kebudayaan terhadap pendidikan di sekolah dengan bersandar pada beberapa teori yang mendukung pembahasan ini. Pembahasan Menurut Tilaar (dalam A. malik fajar. 2005) Proses kebudayaan adalah proses humanisasi. Sementara itu Pranarka (dalam Rasjidi.1980) perangkum buku strategi kebudayaan menjelaskan bahwa humanisasi atau memanusiakan adalah karakter utama kebudayaan. Menurut Hendropuspito kebudayaan manusia pada hakikatnya adalah kebudayaan sosial. Manusia bersama manusia lain menciptakan kebudayaan dengan suatu tujuan. Terkait dengan proses humanisasi dalam pendidikan di sekolah maka tujuan dari proses humanisasi bersandar pada tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 (dalam Darmaningtiyas. 1999) adalah:”Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Rasjidi mengemukakan pendidikan adalah sarana proses kemanusiaan dan saran akulturasi. Oleh karena itu keberhasilan untuk mengembangkan kepribadian peserta didik, sangat didukung oleh komponen di dalam proses pendidikan. Komponen merupakan bagian dari suatu sistem yang memiliki peran dalam keseluruhan



berlangsungnya suatu proses untuk mencapai tujuan sistem. Sedangkan untuk mengembangkan komponen tersebut diperlukan komponen kebudayaan agar proses pendidikan sesuai dengan pengamalan pancasila. Edward B. Tylor dalam karyanya "Primitive Culture" (dalam supriyoko. 2003) menulis kebudayaan mempunyai tiga komponen strategis, yaitu sebagai tata kehidupan (order), suatu proses (process) , serta bervisi tertentu (goals), Masih menurut Tylor, tidak ada proses pendidikan tanpa kebudayaan dan tanpa adanya masyarakat; sebaliknya tidak ada kebudayaan dalam pengertian proses tanpa adanya pendidikan. Sementara itu Theodore Brameld dalam karyanya “Cultural Foundation of Education” (dalam Supriyoko. 2003) menyatakan adanya keterkaitan yang erat antara pendidikan dengan kebudayaan berkenaan dengan satu urusan yang sama, dalam hal ini ialah pengembangan nilai.



Komponen kebudayaan memberikan kontribusi pada komponen pendidikan antara lain dalam hal : 1. Tujuan pendidikan Kebudayaan memberikan pengaruh pada pembentukan Tujuan pendidikan. Adapun tujuan pendidikan tersebut dapat dilihat dalam kurikulum pendidikan yang terjabar mulai dari: tujuan nasional (UUD 1945), tujuan pembangunan nasional dalam sistem pendidikan nasional, tujuan institusional (dalam lembaga pendidikan), tujuan kurikuler (tiap bidang studi pelajaran/ kuliah), tujuan instrukisonal (standar kompetensi dan kompetensi dasar). Dengan demikian terlihat bahwa tujuan pendidikan itu semuanya bersumber pada Pancasila dan UUD 1945. Pengaruh kebudayaan pada tujuan pendidikan bertumpu pada pembangunan nasional. Pembangunan nasional yaitu pengamalan pancasila. Sedangkan tujuan pembangunan nasional adalah membangun masyarakat Indonesia yang adil dan makmur sebagaimana yang di amanahkan dalam pembukaan UUD 45. 2. Peserta didik Anak bukanlah seorang dewasa, sebab itu anak memiliki sifat kodrati kekanak-kanakan yang berbeda dengan sifat hakikat kedewasaan. Anak memiliki sifat ketergantungan yang besar kepada orang lain yang dewasa. Untuk itu perlu dipahami mengenai beberapa hal dari peserta didik, yaitu: latar belakang budaya peserta didik, tingkat kemampuan peserta didik, hambatan peserta didik, dan penguasaan bahasa peserta didik. Oleh karena itu Pendidikan harus memperhatikan perbedaan individual, memberikan perhatian khusus pada anak didik yang memiliki kelainan (berkebutuhan khusus), dan penanaman sikap bertanggung jawab kepada peserta didik.



3. Pendidik Salah satu unsur pendidikan adalah pendidik. Pendidik dalam lingkungan sekolah di sebut sebagai guru. Terkait



dengan kebudayaan, guru membantu peserta didik dalam proses trnasformasi nilai-nilai kehidupan. Adapun nilainilai yang ditransformasikan mencakup nilai-nilai religi, nilai-nilai kebudayaan,nilai-nilai sains dan teknologi, nilainilai seni, dan nilai-nilai ketrampilan. Nilai – nilai yang ditransformasikan tersebut dalam rangka mempertahankan, mengembangkan, bahkan kalau perlu mengubah kebudayaan yang lebih baik dan maju. 4. Isi pendidikan (Kurikulum) Isi pendidikan berkaitan dengan tujuan pendidikan. Untuk mencapai tujuan pendidikan perlu disampaikan isi/ bahan yang disebut kurikulum kepada peserta didik. Macam-macam isi pendidikan adalah terdiri dari pendidikan agama, moral, social, intelektual, keterampilan dan jasmani. Kurikulum adalah serangkaian mata ajar dan pengalaman belajar yang mempunyai tujuan tertentu, yang diajarkan dengan cara tertentu dan kemudian dilakukan evaluasi. (Badan Standardisasi Nasional SIN 19-7057-2004 tentang Kurikulum Pelatihan Hiperkes dan Keselamatan Kerja Bagi Dokter Perusahaan) Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan. Dalam pengembangan kurikulum tidak bisa terlepas dari tata kehidupan masyarakat setempat. Oleh karena itu keadaan sosial budaya dan agama memberikan pengaruh yang besar. Keadaan sosial budayalah yang sangat berpengaruh pada diri manusia, khususnya sebagai peserta didik. Sikap atau tingkah laku seseorang sebagian besar dipengaruhi oleh interaksi sosial yang membuat sseeorang untuk bertingkah laku yang sesuai dengan kondisi lingkungan dan masyarakat sekitar. Agama yang membatasi tingkah laku kita juga sangat besar pengaruhnya dalam membuat suatu kurikulum.



5. Metode Pendidikan. Kebudayaan memberikan kontribusi pada metode pendidikan terutama dalam pemanfaatan hasil karya manusia berupa tekonologi dan kesenian. Perkembangan teknologi dapat menunjang kelancaran proses pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan kesenian melatih para peserta didik untuk berfikir kreatif dan inovativ. 6. Evaluasi Pemantauan keseluruhan hasil belajar siswa merupakan panduan untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa. Kebudayaan berkontribusi untuk mengetahui sejauh mana peserta didik mampu mencerminkan sikap yang tercermin dalam pengamalan pancasila. Seperti sikap jujur dan adil dalam pelakasanaan ujian, kemampuan bermusyawarah dalam memecahkan permasalahan. Kesimpulan Dalam proses pendidikan usaha untuk proses mengembangakan kepribadian anak seharusnya dilakukan oleh orang dewasa secara sadar dan terencana dengan tujuan agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,



akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Kebudayaan memberikan kontribusi pada pendidikan dalam komponen pendidikan antara lain: tujuan pendidikan, peserta didik, pendidik, kurikulum, metode pendidikan, Evaluasi. Dalam proses pendidikan bertumpu pada pembangunan nasional yaitu mewujudkan pengamalan nilai-nilai pancasila dan berusaha untuk membangun masyarakat Indonesia yang adil dan makmur sebagaimana yang tercermin dalam pembukaan UUD 45.



DAFTAR PUSTAKA Amir Feisal, Jusuf. Reorientasi pendidikan Islam. 1995. Jakarta: Gema Insanis Press. Darmaningtyas, Pendidikan Pada dan setelah Krisis ( Evaluasi Pendidikan di masa Krisis ).1999.Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Harsojo. Pengantar Antropologi. 1986. Jakarta Binacipta. Hendropuspito. Sosiologi Sistematik. 1989. Yogyakarta. Kanisius. Hasbullah, dasar-dasar ilmu pendidikan.1999. jakarta. Raja Grafindo Persada. Hasbullah. Dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta. Penerbit: PT RajaGrasindo Persada Mudyahardjo, Redja. Pengantar pendidikan. Sebuah strategi awal tetang dasar-dasar pendidikan pada umumnya & pendidikan di Indonesia. 2001.jakarta. Raja Grafindo Persada. Fadjar,A malik. Holistik Pemikiran Pendidikan.2005.jakarta. Raja Grafindo Persada. Rasjidi,M. Startegi Kebudayaan &pembaharuan Pendidikan Nasioanal. 1980.jakarta Bulan Bintang. Surydi dan H.A. Tilaar. Analisa kebijakan pendidikan suatu pengantar. 1994. Bandung PT.Remaja Rosdakarya. Soemardjan, selo dan Soelaeman Soenardi. 1964. Setangkai Bunga Sosiologi. Jakarta:Yayasan Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Sadullah, Uyoh M.pd. Pengantar Filsafat pendidikan.2007. Bandung. Alfabeta Sumber internet Supriyoko. Sistem pendidikan Nasional dan peran budaya dalam pembangunan berkelanjutan. Makalah seminar pembangunan nasioanl VIII. Denpasar. 2003. Format PDF. di askses pada tanggal 15.mei. pkl.13.48. www.bsn.or.id/SNI. di akses pada tanggal 18.mei pkl 13.57



http://ridho-insight.blogspot.co.id/2011/06/pengaruh-kebudayaan-terhadap-pendidikan.html



http://digilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_ips_009855_sukadi_chapter2a.pdf http://lib.unnes.ac.id/19821/1/3201408046.pdf



http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/196303111989011AYI_BUDI_SANTOSA/masyarkat_pedesaan/viii.pdf https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0C CAQFjABahUKEwjZqsWGjJbJAhUBTY4KHSzkBLQ&url=https%3A%2F%2Frhinoe.files.wordpress.com% 2F2010%2F10%2Fkampungnaga.docx&usg=AFQjCNFVac5XGcESEhJXfOeAXJgMGgUwgA&sig2=njcVqHGGs2MpE5G8b6ztSQ&bv m=bv.107467506,d.c2E https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&uact=8&ved=0C C0QFjADahUKEwjZqsWGjJbJAhUBTY4KHSzkBLQ&url=http%3A%2F%2Fetd.repository.ugm.ac.id%2Fd ownloadfile%2F77954%2Fpotongan%2FS2-2015-342139chapter1.pdf&usg=AFQjCNHdazl8ytS0X6H35QP3T12VR9Z6Bw&sig2=M5xFSYOxf0BFImKXA4GUQ&bvm=bv.107467506,d.c2E