Lap. Limbah I A [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM PENGOLAHAN AIR PROSES DAN LIMBAH INDUSTRI Analisa Air Proses Industri



Disusun oleh : Nama



: Siti Nuhiyah



NPM



: 14020063



Grup



: 3K3



Dosen



: Octianne D., MT.



Asisten Dosen



: 1. Ika Natalia M., S.ST., MT. 2. Lestari W., S.Pd.



POLITEKNIK STTT BANDUNG 2016



ANALISIS KUALITATIF AIR PROSES INDUSTRI TEKSTIL I. Maksud dan Tujuan - Untuk mengetahui apa saja yang terkandung dalam air proses tekstil. - Agar mengetahui sifat-sifat kandungan dalam air proses tekstil. II. Teori Dasar Pada setiap industri tekstil, air merupakan bahan dasar yang sangat penting. Air tidak hanya sebagai penyedia uap boiler untuk keperluan pemanasan dan pengeringan, tetapi juga sebagai medium pada semua proses basah tekstil, seperti pemasakan, pengelantangan (bleaching), pencelupan, pencapan dan penyempurnaan. Pada umumnya industri tekstil dihadapkan pada 3 masalah utama mengenai untuk proses, yaitu : - penyediaan air dengan kualitas yang cocok untuk proses produk tekstil, - penyediaan air yang tepat untuk boiler dan - pencegahan terjadinya korosi pada logam, saluran pipa serta untuk keperluan rumah tangga industri sehari-hari. Pada umumnya untuk memenuhi



kebutuhan



air



proses



tekstil,



industri



menggunakan air dari sumber alam yang mengandung zat atau mineral yang beragam baik jenis maupun jumlahnya tergantung dari sumber asalnya. Zat yang paling banyak ditemukan dalam air adalah senyawa bikarbonat, sulfat, dan klorida dari kalsium, magnesium dan natrium. Air proses tekstil mempunyai persyaratan tertentu untuk dapat digunakan, sehingga tidak menggangu proses tekstil. Berikut ini adalah beberapa hal yang biasanya ada pada air yang dapat berpengaruh pada proses tekstil. a. Kekeruhan dan warna Kekeruhan dapat terjadi karena adanya partikel besar maupun kecil yang tersuspensi, baik berupa senyawa organic maupun anorganik, misalnya lumpur, pasir kalsium, karbonat, silica, kotoran tumbuhan, lemak, mikroorganisme dan sebagian kebutuhan dalam air dapat menyebabkan endapan-endapan pada pipapipa dan dinding ketel, selain itu juga akan mengganggu hasil proses OBA (Optening Bright Agent) sehingga kain tidak menjadi putih. Warna air terutama karena adanya zat-zat organic yang terlarut atau terdispersi koloidal dan berikatan dengan besi dan mangan.



b. Derajat keasaman (pH) Merupakan kadar asam atau bebas di dalam larutan dengan melihat konsentrasi ion hydrogen (H+) suasana asam di dalam air akan mempengaruhi beberapa proses basah tekstil dan akan merusak beberapa jenis bahan tekstil terutama bahan selulosa. Selain asam, air yang terlalu alkali dapat merusak pipa logam menyebabkan kerapuhan yang dikenal dengan istilah kerapuhan kostik. c. Alkalinitas Alkalinitas adalah kemampuan air untuk mempertahankan pH-nya terhadap penambahan asam. Pada dasarnya ada 3 ion yang menyebabkan alkalinitas yaitu bikarbonat, karbonat dan hidroksida yang berasal dari garam-garam asam lemah dan basa kuat. Alkalinitas dalam air sebagian besar disebabkan oleh adanya bikarbonat karena secara alami berasal dari reaksi karbon dioksida dalam air CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3Jika kadar alkalinitas terlalu tinggi akan menyebabkan karat-karat pada pipa sehingga pada saat proses berlangsung karat-karat tadi akan terbawa air dan menodai bahan tekstil. Jika kadar alkalinitas terlalu rendah dan tidak seimbang dengan kesadahan dalam menyebabkan kerak karbonat pada dinding pipa dan dinding ketel uap, sehingga terjadi pemanasan setempat. d. Kesadahan air Kesadahan air timbul karena adanya garam-garam kalsium dan magnesium yang dapat mengganggu proses basah tekstil. Hal-hal yang terjadi apabila air yang digunakan untuk proses tekstil mengandung kesadahan yang tinggi adalah sebagai berikut : - Air sadah menyebabkan sabun tidak berbuih dan mengendap. -



Pada proses pencucian, endapan ini masuk diantara serat-serat sehingga kain menjadi keras dan kaku, bahkan tidak jarang kain menjadi kelabu. Pada proses pemasakan, garam-garam tersebut membentuk sabun yang tidak larut dan dapat menempel pada kain secara tidak merata yang akan membuat hasil celupan yang tidak rata. Pada proses pencelupan zat warna bejana ion kalsium dapat menyebabkan garam leuko zat warna berubah menjadi zat warna bejana yang mengendap.



e. Besi Garam-garam besi berpengaruh pada beberapa proses industri tekstil. Pada proses pemasakan dan pengelantangan, garam-garam besi selain dapat menyebabkan noda kuning kecoklatan yang mengotori pada bahan tekstil juga dapat memperbesar kerusakan bahan selulosa, karena logam-logam berat berfungsi sebagai katalis dalam penguraian zat pengelantang. Senyawa besi juga dapat tereaksi pada beberapa jenis zat warna sehingga dalam proses pencelupan f.



menghasilkan warna celupan yang tidak sesuai dengan yang dikehendaki. Silikat Adanya silikat di dalam air alam disebabkan adanya degradasi dari batuan yang mengandung silikat, hasil degradasi silikat berbentuk partikel-partikel tersuspensi dalam koloidal. Pada umumnya kandungan silikat dalam air antara 1-30 mg/L untuk kepentingan industri adanya silikat tidak diinginkan, karena akan membentuk kerak (scale) yang sulit dihilangkan sehingga dapat menyumbat pipa-pipa dan melapisi dinding ketel uap bertekanan tinggi. Jika dalam air terdapat kalsium, biasanya kerak tersebut adalah senyawa kalisium silikat. Jika terdapat alumunium dalam air, maka kerak tersebut adalah senyawa aluminon silikat. Adanya endapan tersebut biasanya hampir seluruhnya adalah senyawa silikat padahal senyawa silikat sangat



sulit dihilangkan. g. Klorida Adanya klorida dalam air menyebabkan kesadahan tetap yang dapat mengganggu proses basah tekstil. Kadar klorida yang terlalu tinggi akan menyebabkan peralatan yang terbuat dari besi, karena klorida bersifat korosif. h. Alumunium Bila dalam air terdapat alumunium dan disertai adanya silikat, akan menyebabkan i.



terbentuk alumunisilikat yang dapat melapisi pipa-pipa dan ketel uap. Sulfat Ion sulfat dalam air berikatan dengan ion kalsium atau magnesium yang



j.



menyebabkan kesadahan tetap. Zat organic Adanya zat organic dalam air akan menyebabkan terjadinya bau dan warna yang tidak dikehendaki dalam air proses.



III. Alat dan Bahan a. Alat yang digunakan : - Tabung reaksi - Rak tabung - Penjepit kayu - Penangas air - Pipet tetes b. Bahan yang digunakan :     



   



Larutan contoh uji Analisis Kalsium - CH3COOH 10% - Amonium Oksalat Analisis Magnesium - Quinilizarin- alkali - NaOH 10% Analisis Ferro - Asam Klorida - K3Fe(CN)6 Analisis Ferri - Asam Klorida - KCNS - K4Fe(CN)6 Analisis Alumunium - Na- Asetat - Aluminon Analisis Mangan - H2SO4 4 N - KIO4 pekat Analisis Silikat - HCl - Amonium Molibdat 5% Analisis Klorida - HNO3 4N - AgNO3 0,4N



 



Analisis Sulfat - HCl 4N - BaCl 0,5N Analisis Zat Organik a. H2SO4 10% b. KMnO4 0,01N



IV. Cara Kerja 















Kualitatif Ca 1. Masukkan 2 ml air contoh kedalam tabung reaksi 2. Tambahkan 5 tetes Ammonium Oksalat, kemudian panaskan . 3. Jika terdapat endapan putih,berarti contoh uji mengandung kalsium. Kualitatif Mg 1. Masukkan 2 ml air contoh kedalam tabung reaksi 2. Tambahkan 5-10 tetes Quinaliarin-alkali sampai warna merah 3. Tambahkan 5 tetes NaOH 10% berubah menjadi biru-ungu, kemudian panaskan. 4. Jika terdapat endapan biru berarti air contoh mengandung Mg atau, 5. Pada 2 ml air contoh didalam tabung reaksi 6. Tambahkan NaOH 10% didalam tabung reaksi 7. Tambahkan 5 tetes Magnesan, kemudian panaskan 8. Jika terdapat endapan biru terpisah, maka air contoh mengandung magnesium. Kualitatif Fe2+ 1. Masukkan 1 ml air contoh kedalam tabung reaksi 2. Tambahkan 1 tetes HCl (sebagai pengasam) 3. Tambahkan 2-3 tetes K3Fe(CN)6 (Kalium Ferisianida) 4. Jika terdapat endapan bewarna biru terumbull, berarti air mengandung Fe2+ Kualitatif Fe3+ 1. Masukkan 1 ml air contoh kedalam tabung reaksi 2. Tambahkan 1 tetes KCNS 3. Jika bewarna merah, air mengandung Fe3+ 4. Dilakukan uji penentuan pada air



























Kualitatif Al 1. Memasukkan 2 mL air contoh uji dalam tabung reaksi. 2. Mengasamkan dengan menambah 2 mL HCl 1N 3. Menambahkan 3 mL ammonium asetat 3N. 4. Menambahkan 3 tetes aluminon kemudian diaduk. 5. Jika timbul endapan merah terang menunjukkan adanya ion Al3+. Kualitatif Mn 1. Masukkan 2 ml air contoh kedalam tabung reaksi 2. Tambahkan 2-3 tetes H2SO4 4N 3. Tambahkan sedikit KIO4 padat (bubuk), kemudian panaskan 4. Jika warna air berubah menjadi violet, maka air contoh mengandung Mangan. Kualitatif Si 1. Memasukkan 2 mL air contoh uji dalam tabung reaksi. 2. Menambahkan 2-3 tetes HCl 4N (sebagai pengasam). 3. Menambahkan 2-3 tetes Amonium Molibdat 5%. 4. Memanaskan sebentar jika perlu, kemudian didinginkan. 5. Jika larutan berwarna kuning berarti mengandung silikat. Kualitatif Cl 1. Memasukkan 2 mL air contoh uji dalam tabung reaksi. 2. Menambahkan 2-3 tetes HNO3 4N (sebagai pengasam). 3. Menambahkan AgNO3 0,1N. 4. Jika terjadi endapan putih yang larut dalam amoniak berarti contoh uji mengandung klorida. Kualitatif SO4 1. Memasukkan 2 mL air contoh uji dalam tabung reaksi. 2. Menambahkan 5 tetes HCl 4N. 3. Menambahkan 5 tetes BaCl2 0,5N. 4. Jika terjadi kekeruhan (endapan) putih berarti contoh uji mengandung sulfat. Kualitatif Zat Organic 1. Memasukkan 2 mL air contoh uji dalam tabung reaksi. 2. Mengasamkan dengan 5 tetes H2SO4 10%. 3. Menambahkan 4 tetes KMnO4 0,01N. 4. Adanya zat organic ditunjukkan dengan hilangnya warna KMnO4



V. Data Percobaan No . 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10



Kandungan ion Kalsium (Ca2+) Magnesium (Mg2+) Fero (Fe2+) Feri (Fe3+) Aluminium (Al3+) Mangan (Mn2+) Silikat Klorida (Cl-) Sulfat (SO42-) Zat organic



Perubahan warna / endapan Tidak ada endapan putih Terdapat endapan biru Tidak ada endapan biru Ada endapan biru Warna larutan coklat Warna air tidak berubah menjadi coklat Larutan berwarna kuning Tidak terjadi endapan Terjadi endapan (kekeruhan) putih Warna KMnO4 hilang



Keterangan (-) (+) (-) (+) (-) (-) (+) (-) (+) (+)



VI. Diskusi/Pembahasan Percobaan analisis kualitatif ini menguji apa saja yang terkandung di dalam larutan uji. Kandungan yang diuji meliputi ion kalsium, magnesium, ferro, ferri, aluminium, mangan, silikat, klorida, sulfat dan zat organic. Analisis perlu dilakukan untuk mengetahui kandungan apa saja yang terdapat di dalam air proses. Karena ada beberapa kandungan bersifat merugikan, seperti ion kalsium dan magnesium yaitu menyebabkan kesadahan. Kesadahan air timbul karena adanya garam-garam kalsium dan magnesium yang dapat mengganggu proses basah tekstil. Jika ion kalsium dan magnesium berikatan dengan ion klorida dan sulfat, akan menyebabkan kesadahan tetap. Kesadahan akan membentuk kerak pada ketel yang sukar hilang, memiliki daya hantar panas yang rendah, terjadi pemanasan setempat, membahayakan dinding ketel dan efisiensi penguapan kecil. Untuk ion besi seperti ferro dan ferri juga berpengaruh pada proses basah tekstil, karena menyebabkan warna kekuningan, fero akan larut dalam air dan begitu teroksidasi akan menjadi feri sehingga lama kelamaan akan menimbulkan bintik-bintik yang menyebabkan warna kekuningan. Dengan adanya silikat dalam air proses akan membentuk kerak (scale) yang sulit dihilangkan sehingga dapat menyumbat pipa-pipa dan melapisi dinding ketel uap bertekanan tinggi. Jika dalam air proses terdapat alumunium dan disertai adanya silikat akan menyebabkan terbentuk alumunisilikat yang dapat melapisi pipa-pipa dan ketel uap. Dengan adanya zat organic dalam air proses akan menyebabkan terjadinya bau dan warna yang tidak dikehendaki dalam air proses karena zat organic juga mengganggu pemurnian air dan menghambat pemanasan pada permukaan air. Hasil yang diperoleh setelah dilakukan analisis adalah larutan contoh uji mengandung ion Mg2+, Fe3+, silikat, SO42- dan zat organic. Dengan adanya kandungan ion-ion tersebut maka akan menyebabkan hal-hal yang akan terjadi yang telah dijelaskan sebelumnya. Setelah diketahui kandungan yang terdapat pada contoh uji maka contoh uji masih belum dapat dipergunakan untuk keperluan proses basah tekstil,



karena contoh uji mengandung ion-ion yang dapat mengganggu proses basah tekstil. Sehingga contoh uji perlu diolah kembali agar dapat dipergunakan untuk proses basah tekstil. VII.



Kesimpulan Berdasarkan data percobaan maka pada contoh uji terdapat kandungan ion Mg2+, Fe3+, silikat, SO42- dan zat organic.



VIII.



Daftar Pustaka Rahayu., S.Teks., M.T., Hariyanti dan Budi Handoko., S.ST., M.T. 2006. Bahan Ajar Praktikum Air Proses dan Limbah Industri. Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. G., S.Teks., M.Sc., Dr. Isminingsih. Analisa dan Pengolahan Air untuk IndustriTekstil. Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.



ANALISIS KUANTITATIF SULFAT DALAM AIR I. Maksud dan Tujuan Maksud : Menganalisa adanya zat-zat kimia yang dapat mengganggu proses Tujuan



pemeriksaan dalam pengujian. : Untuk mengetahui kadar sulfat dalam air contoh.



II. Teori Dasar Sulfat banyak terdapat pada air alam, baik dari tanah dalam ataupun air permukaan seperti sungai, danau dll. Apabila pada air tersebut terdapat zat-zat organic, maka akan menyebabkan sulfat tereduksi menjadi sulfida yang berbau dan berbahaya. Penentuan kadar sulfat dalam air dapat dilakukan dengan cara mengendapkan ion sulfat oleh barium klorida dalam suasana asam menjadi barium sulfat yang mempunyai bentuk kristal sama besar dengan menggunakan alat spektrofotometer maka dapat diukur nilai sulfatnya. Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang 420nm setelah 2-10 menit penambahan kristal BaCl2. Analisis kuantitatif sulfat ini akan terganggu apabila warma dan zat tersuspensi dalam larutan contoh jumlahnya sangat besar, kadar zat organic yang cukup tinggi di dalam air menyebabkan barium sulfat tidak mengendap sempurna. Sulfat merupakan senyawa yang stabil secara kimia karena merupakan bentuk oksida paling tinggi dari unsur belerang. Sulfat dapat dihasilkan dari oksida senyawa sulfida oleh bakteri. Sulfida tersebut adalah antara lain sulfida metalik dan senyawa organosulfur. Sulfat didalam lingkungan (air) dapat berada secara ilmiah dan atau dari aktivitas manusia, misalnya dari limbah industri dan limbah laboratorium. Secara ilmiah sulfat biasanya berasal dari pelarutan mineral yang mengandung S, misalnya gips (CaSO4.2H2O) dan kalsium sufat anhidrat (CaSO4). Selain itu dapat juga berasal dari oksidasi senyawa organik yang mengandung sulfat adalah antara lain industri kertas,tekstil dan industri logam. Prinsip penentuan Sulfat secara spektrofotometri adalah dengan mereaksikan ion sulfat yang ada di dalam sampel air dengan larutan BaCl2, sehingga terbentuk suspensi BaSO4. III. Alat dan Bahan a. Alat yang digunakan  Pengaduk magnet  Erlenmeyer 250ml  Spektrofotometer b. Bahan yang digunakan  Pereaksi: Barium Klorida  Pereaksi kondisi : - 50ml gliserol, 30 ml HCl pekat - 300 ml air destilasi, 100 ml etanol 95% atau isopropyl alcohol dan 75 gram NaCl







Larutan contoh uji



IV. Cara Kerja 1. 10 gram kristal BaCl2 2. Dikocok dengan cepat selama 1 jam 3. Segera diukur pada alat spektrofotometer dengan panjang gelombang 410 nm 4. Pengukuran setelah 3 menit V. Data Percobaan a. Larutan standar sulfat No. 1 2 3 4 5 ∑



a=



Konsentrasi (x) 5 10 15 20 25 75



n ( Σ xy )−( Σ x ) ( Σ y ) 2 n ( Σ x 2 ) −( Σ x )



¿



5 ( 38,085 )− (75 )( 2,368 ) 5 ( 1375 )−( 5625 )



¿



190,425−177,6 6875−5625



¿



12,825 1250



¿ 0,0102



Absorbansi (y) 0,361 0,430 0,477 0,535 0,565 2,368



xy 1,805 4,3 7,155 10,5 14,125 38,085



x2 25 100 225 400 625 1375



b=



( Σ y ) ( Σ x 2 )−( Σ x ) ( Σ xy ) n ( Σ x 2 ) −( Σ x )



2



¿



( 2,368 )( 1375 )− (75 )( 38,085 ) 5 ( 1375 )−( 5625 )



¿



3256−2856,375 6875−5625



¿



399,625 1250



¿ 0,3197



Kurva Persamaan Regresi 0.6 f(x) = 0.01x + 0.32 R² = 0.99



0.5 0.4 Absorbansi



0.3 0.2 0.1 0 0



5



10



15



20



Konsentrasi (mg/L)



b. Data larutan contoh uji A = 1,279 y = ax + b 1,279 = 0,0102x + 0,3197 1,279 – 0,3197 = 0,0102x 0,9593 = 0,0102x x



=



0,9593 0,0102



= 94,05 mg/L



25



30



VI. Diskusi/Pembahasan Analisis ini melakukan analisis kuantitatif sulfat dalam air. Analisis ini dapat dilakukan dengan cara menghitung kadar sulfat yang terkandung dalam contoh uji. Penentuan kadar sulfat dalam air dapat dilakukan dengan cara mengendapkan ion sulfat oleh barium klorida dalam suasana asam menjadi barium sulfat yang mempunyai bentuk kristal sama besar dengan menggunakan alat spektrofotometer. Dari alat tersebut akan mendapatkan nilai absorbansi contoh uji kemudian dimasukkan ke dalam persamaan regresi yang kita dapat untuk mengetahui berapa kadar besi di dalam larutan sample uji. Dari hasil pengukuran, didapatkan data bahwa aborbansi contoh uji sebesar 1,279. Jika dimasukkan ke dalam persamaan regresi dengan rumus y = ax + b maka didapatkan hasil sebesar 94,05 mg/L. Hasil ini menunjukkan bahwa contoh uji memenuhi standar air proses karena belum melebihi standarnya yaitu 100 mg/L. Sehingga contoh uji dapat dikatakan kemungkinan kecil tidak akan mempengaruhi proses basah tekstil. VII.



Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa larutan contoh uji mengandung sulfat sebesar 94,05 mg/L.



VIII.



Daftar Pustaka Rahayu., S.Teks., M.T., Hariyanti dan Budi Handoko., S.ST., M.T. 2006. Bahan Ajar Praktikum Air Proses dan Limbah Industri. Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. G., S.Teks., M.Sc., Dr. Isminingsih. Analisa dan Pengolahan Air untuk IndustriTekstil. Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.



ANALISIS KUANTITATIF KANDUNGAN KLORIDA DALAM AIR I. Maksud dan Tujuan Maksud : Mengetahui cara menganalisis kandungan Cl dalam air proses. Tujuan : Mengetahui kandungan Cl yang terkandung dalam air proses. II. Teori Dasar Kadar klorida di dalam air proses tekstil dibatasi oleh standar karena klorida bersifat korosif. Ada dua acara penentuan kadar klorida di dalam air, yaitu cara Argentometri dan Merkurimetri. Cara yang paling sering digunakan adalah cara Agentometri yang dikenal dengan cara Mohr. Pada metoda Mohr, klorida diendapkan oleh AgNO 3 membentuk endapan AgCl yang bewarna putih. AgCl yang terbentuk akan setara (equivalent) dengan kandungan klorida di dalam air. Kalium kromat digunakan sebagai indicator, semua AgCl akan terbentuk lebih dulu sebelum endapan Ag2CrO4 (Ag kromat) yang bewarna merah terbentuk. Kondisi titrasi harus diusahakan dalam suasana netral sampai basa pH antara 7-10. Jika dilakukan dalam suasana asam maka konstanta ionisasi asam kromat kecil sehingga kromat bereaksi dengan hydrogen. Metode ini dapat digunakan untuk konsentrasi koloid sampai 2000 mg/L, untuk konsentrasi yang lebih tinggi sebaiknya dilakukan pengenceran. III. Alat dan Bahan a. Alat yang digunakan  Buret 50 ml  Erlenmeyer 250ml  Pipet Volume 10ml b. Bahan yang digunakan  Air suling bebas klorida  Larutan penitar AgNO3 0,01N  Indikator Kalium Kromat 5%  Larutan contoh uji



IV. Cara Kerja 1. Pipet 10ml contoh air uji kedalam Erlenmeyer 2. Jika contoh berwarna (missal air limbah), tambahkan suspense Al(OH) 3 kemudian kocok dan biarkan mengendap lalu saring dan cuci, campurkan filtrate dengan air cucian. 3. Atur pH sampai pH 7-10 dengan menambahkan H 2SO4 atau NaOH sedikit demi sedikit. 4. Tambahkan indicator Kalium Kromat sebanyak 3 tetes. 5. Titrasi dengan AgNO3 sampai timbul merah kekuningan V. Data Percobaan ml titrasi awal ml titrasi akhir



= 18,8 ml – 26,1 ml = 24,8 ml – 32,0 ml



ml titrasi rata-rata =



7,3+7,2 2



= 7,3 ml = 7,2 ml = 7,25 ml



N penitar = 0,01N BE Cl= 35,5 Kadar Cl- = ml titrasi X N penitar X BE Cl- X = 7,25 ml X 0,01N X 35,5 X



1000 10



1000 10



mg/L



mg/L



= 257,375 mg/L VI. Diskusi/Pembahasan Analisis ini melakukan analisis kuantitatif kandungan klorida di dalam air. Contoh uji perlu dilakukan analisis karena adanya klorida dalam air akan menyebabkan kesadahan tetap yang dapat mengganggu proses basah tekstil. Kadar klorida yang terlalu tinggi akan menyebabkan peralatan yang terbuat dari besi, karena klorida bersifat korosif. Titrasi yang digunakan dalam analisis ini yaitu titrasi argentometri, dimana titrasi argentometri ini dilakukan dengan cara Mohr yaitu indicator yang dgunakan adalah kalium kromat. Pada metoda Mohr, klorida diendapkan oleh AgNO3 membentuk endapan AgCl yang bewarna putih. AgCl yang terbentuk akan setara (equivalent) dengan kandungan klorida di dalam air. Kalium kromat digunakan sebagai indicator, semua AgCl akan terbentuk lebih dulu sebelum endapan Ag2CrO4 (Ag kromat) yang bewarna merah terbentuk. Titrasi dengan cara ini harus dilakukan dalam suasana netral atau dengan sedikit alkalis, pH 7 – 10. Dalam suasana asam, perak kromat larut karena terbentuk dikromat dan dalam suasana basa akan terbentuk endapan perak hidroksida. Hasil yang didapat pada analisis ini adalah kadar klorida yang terkandung dalam contoh uji sebesar 257,375 mg/L. Dengan hasil ini dapat dikatakan bahwa contoh uji tidak bisa digunakan dalam proses basah tekstil karena kadar Cl yang didapat tinggi. Adanya klorida ini dalam air akan menyebabkan kesadahan tetap yang dapat



mengganggu proses basah tekstil. Kadar klorida yang terlalu tinggi akan menyebabkan peralatan yang terbuat dari besi, karena klorida bersifat korosif. Sehingga contoh uji tidak bisa digunakan untuk proses basah tekstil. VII.



Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa larutan contoh uji mengandung klorida (Cl-) sebesar 257,375 mg/L.



VIII.



Daftar Pustaka Rahayu., S.Teks., M.T., Hariyanti dan Budi Handoko., S.ST., M.T. 2006. Bahan Ajar Praktikum Air Proses dan Limbah Industri. Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. G., S.Teks., M.Sc., Dr. Isminingsih. Analisa dan Pengolahan Air untuk IndustriTekstil. Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.



ANALISIS ALKALINITAS AIR I. Maksud dan Tujuan Maksud : Mengetahui cara menganalisa kandungan alkali didalam air Tujuan : Mengetahui kadar alkalinitas air yang dapat mempengaruhi kualitas air untuk proses tekstil II. Teori Dasar Alkalinitas adalah kemampuan air untuk mempertahankan pH nya terhadap penambahan asam. Alkalinitas terdiri dari ion-ion bikarbonat (HCO 3-), karbonat (CO32-) dan hidroksida (OH-) yang merupakan buffer terhadap pengaruh pengasaman. Alkalinitas diperlukan untuk mencegah terjadinya fluktuasi pH yang besar, selain itu juga merupakan sumber CO2 untuk proses fotosintesis fitoplankton. Nilai alkalinitas akan menurun jika aktifitas fotosintesis naik, sedangkan ketersediaan CO2 yang dibutuhkan untuk fotosintesis tidak memadai. Sumber alkalinitas air tambak berasal dari proses difusi CO2 di udara ke dalam air, proses dekomposisi atau perombakan bahan organik oleh bakteri yang menghasilkan CO2, juga secara kimiawi dapat dilakukan dengan pengapuran secara merata di seluruh dasar tambak atau permukaan air .Jenis kapur yang biasa digunakan adalah CaCO3 (kalsium



karbonat),



CaMg(CO3)2 (dolomit),



CaO



(kalsium



oksida),



atau



Ca(OH)2(kalsium hidroksida). Alkalinitas dinyatakan dalam mg CaCO3/liter air (ppm). Alkalinitas secara umum menunjukkan konsentrasi basa atau bahan yang mampu menetralisir kemasamaan dalam air. Secara khusus, alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas pem-buffer-an dari ion bikarbonat, dan sampai tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut di dalam air akan bereaksi dengan ion hidrogen sehingga menurunkan kemasaman dan menaikan pH. Alkalinitas biasanya dinyatakan dalam satuan ppm (mg/L) kalsium karbonat (CaCO3). Air dengan kandungan kalsium karbonat lebih dari 100 ppm disebut sebagai alkalin, sedangkan air dengan kandungan kurang dari 100 ppm disebut sebagai lunak atau tingkat alkalinitas sedang. Alkalinitas dititrasi dengan cara titrasi asam basa. Asam yang umum digunakan adalah asam sulfat (H2SO4) atau HCl. Asam ini akan mengikat zat penyebab alkalinitas sampai titik akhir titrasi tercapai. Titik akhir titrasi dapat ditentukan oleh: - Perubahan warna indicator pada titik akhir titrasi. - Perubahan nilai pH pada pH meter, grafik pH-volume akan memperlihatkan lengkungan titik akhir.



Grafik tersebut menunjukkan kurva titrasi air yang mengandung ion karbonat dengan konsentrasi awal yang tinggi dengan cara memasukkan natrium karbonat pada air suling. Ketika asam ditambahkan ke dalam larutan tersebut, sebagian besar ion hydrogen dengan asam bergabung dengan ion-ion karbonat membentuk bikarbonat. Ion-ion hydrogen menurunkan pH larutan sedikit demi sedikit sampai pH 8,3 seluruh karbonat sudah menjadi bikarbonat. Penambahan ion hydrogen lagi akan merubah bikarbonat menjadi asam karbonat di bawah pH 4,5. Reaksi kimia yang terjadi adalah sebagai berikut : OH- + H+ H2O 2+ CO + H HCO3 Titik akhir terletak HCO3- + H+ H2O + CO2 terjadi pada pada pH 8,3pH 4,5 Pada titik akhir titrasi pertama yaitu pH 8,3 dikenal dengan nilai P (dari Phenolptalin) untuk mencapai titik akhir ke 2 yaitu pada pH 4,3 dikenal dengan nilai M (dari Metil Orange). Jadi pada saat tercapai nilai P pada pH 8,3 OH- + H+ H2O Nilai P menunjukkan OH- , dan ½ CO3 = (HCO3-) Jika dalam air hanya terdapat karbonat, bikarbonat dan hidroksida maka unsure alkalinitas dapat ditentukkan dengan bantuan table berikut.



Perhitungan Mencari Kadar Unsur Alkalinitas Hasil



OH-



CO32-



HCO3-



P=0



0



0



M



2P < M



0



2P



M – 2P



2P = M



0



2P



0



2P > M



2P – M



2 (M - P)



0



P=M



M



0



0



Catatan



: Alkalinitas hanya terdiri dari CO32-, HCO3- , OH- . P = alkalinitas PP M = alkalinitas MO



III. Alat dan Bahan a. Alat yang digunakan  Pipet volume 25ml  Erlenmeyer 250ml  Buret 50ml b. Bahan yang digunakan  Indikator PP  Indikator MO  H2SO4 0,02N  Larutan contoh uji IV. Cara Kerja a) Alkalinitas PP 1. Pipet 25 mL contoh uji kedalam Erlenmeyer 2. Tambahkan 2 tetes indicator P kedalam Erlenmeyer 3. Titar dengan larutan H2SO4 0,02 N sampai larutan tidak bewarna b) Alkalinitas MO 1. Pipet 25 mL contoh uji kedalam Erlenmeyer 2. Tambahkan 2 tetes indikatr MO kedalam Erlenmeyer 3. Titar dengan H2SO4 0,02 N sampai bewarnna orange (sindur)



V. Data Percobaan Titrasi I II Rata-rata



Alkalinitas PP 0 ml 0 ml 0 ml



Alkalinitas MO 0,2 ml 0,2 ml 0,2 ml



a. Alkalinitas PP = ml H2SO4 X N H2SO4 X faktor pengenceran (mgrek/L) =0 b. Alkalinitas MO = ml H2SO4 X N H2SO4 X faktor pengenceran (mgrek/L) = 0,2 X 0,02 X



1000 25



mgrek/L



= 0,16 mgrek/L VI. Diskusi/Pembahasan Analisis ini melakukan analisis alkalinitas air. Dari analisis ini dapat diperoleh kadar yang terkandung dalam contoh uji. Jika kadar alkalinitas terlalu tinggi akan menyebabkan karat – karat pada pipa sehingga pada saat proses berlangsung karat – karat tadi akan terbawa air dan menodai bahan tekstil. Jika kadar alkalinitas terlalu rendah dan tidak seimbang dengan kesadahan dalam menyebabkan kerak karbonat pada dinding pipa dan dinding ketel uap, sehingga terjadi pemanasan setempat. Alkalinitas yaitu kemampuan air untuk mempertahankan pH nya sendiri. Alkalinitas terdiri dari ion-ion OH-, CO32- dan HCO3-. Alkalinitas adalah banyaknya asam diperlukan untuk menretralkan basa dalam air. Pada umumnya yang menyebabkan air bersifat basa ialah bikarbonat (HCO3-), karbonat (CO32-), hidroksida (OH-) dan senyawa lain yang menyebabkan air bersifat basa tetapi hanya sedikit terdapat dalam air sehingga dapat diabaikan. Oleh karena itu, penentuan kadar alkalinitas ini dilakukan dengan titrasi menggunakan H2SO4 atau HCl karena asam ini akan mengikat zat penyebab alkalinitas sampai titik akhir titrasi tercapai. Yang dilakukan pada analisis ini adalah melakukan alkalinitas PP terlebih dahulu, jika alkalinitas PP = 0 atau warna larutan tidak berwarna maka langsung dilanjutkan pada alkalinitas MO. Namun, jika alkalinitas PP memiliki warna ketika diberi indikator, maka lakukan terlebih dahulu alkalinitas PP baru dilanjutkan pada alkalinitas MO. Sehingga, hasil alkalinitas nanti dikonversikan ke dalam tabel keterangan. Hasil yang didapatkan pada percobaan ini alkalinitas PP memiliki nilai 0 maka lihat dari tabel bahwa P = 0 hanya memiliki nilai ion HCO 3- saja, sedangkan nilai untuk OH- dan CO32nya memiliki nilai 0. Nilai ion HCO3- yang didapatkan akan sebanding dengan nilai alkalinitas MO. Nilai yang diperoleh pada analisis ini adalah contoh uji mengandung alkalinitas sebesar 0,16 mgrek/L. Nilai tersebut termasuk rendah, sehingga akan menggangu proses basah tekstil. Oleh karena itu, dianjurkan contoh uji tersebut tidak



dipakai dalam proses basah tekstil. Jika contoh uji tersebut digunakan maka akan menyebabkan kerak karbonat pada dinding pipa dan dinding ketel uap, sehingga terjadi pemanasan setempat. VII.



Kesimpulan Berdasarkan hasil yang telah dilakukan, larutan contoh uji mengandung alkalinitas sebanyak 0,16 mgrek/L.



VIII.



Daftar Pustaka Rahayu., S.Teks., M.T., Hariyanti dan Budi Handoko., S.ST., M.T. 2006. Bahan Ajar Praktikum Air Proses dan Limbah Industri. Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. G., S.Teks., M.Sc., Dr. Isminingsih. Analisa dan Pengolahan Air untuk IndustriTekstil. Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.



ANALISIS KUALITATIF KANDUNGAN BESI DALAM AIR I. Maksud dan Tujuan Maksud : Mengetahui cara menganalisa secara kualitatif ion besi dalam air proses Tujuan



industri tekstil : Mengetahui kadar ion besi dalam air proses industri tekstil



II. Teori Dasar Penentuan kadar besi berdasarkan pada pembentukan senyawa kompleks berwarna antara besi (II) dengan orto-penantrolin yang dapat menyerap sinar tampak secara maksimal pada panjang gelombang tertentu. Kadar besi dalam suatu sampel yang diproduksi akan cukup kecil dapat dilakukan dengan teknik spektrofotometri UV – Vis menggunakan pengompleksan orto-fenantrolin. Dasar penentu kadar besi (II) dengan orto-Fenantrolin. Senyawa ini memiliki warna sangat kuat dan kestabilan relatife lama dapat menyerap sinar tampak secara maksimal pada panjang gelombang tertentu. Pada persiapan larutan, sebelum pengembangan warna perlu ditambahkan didalamnya pereduksi seperti hidroksilamina HCl yang akan mereduksi Fe 3+ menjadi Fe2+. pH larutan harus dijaga pada 6-7 dengan cara menambahkkan ammonia dan natrium asetat. Spektrofotometri merupakan suatu perpanjangan dari penelitian visual dalam studi yang lebih terinci mengenai penyerapan energi cahaya oleh spesi kimia, memungkinkan kecermatan yang lebih besar dalam perincian dan pengukuran kuantitatif. Metode spektroskopi sinar tampak berdasarkan penyerapan sinar tampak oleh suatu larutan berwarna. Oleh karena itu metode ini dikenal juga sebagai metode kalorimetri. Hanya larutan senyawa yang berwarna ynag dapat ditentukan dengan metode ini. Senyawa tak berwarna dapat dibuat berwarna dengan mereaksikannya dengan pereaksi yang menghasilkan senyawa berwarna. Contohnya ion Fe 3+ dengan ion CNS- menghasilkan larutan berwarna merah. Lazimnya kalorimetri dilakukan dengan membandingkan larutan standar dengan cuplikan yang dibuat pada keadaan yang sama. Dengan kalorimetri elektronik (canggih) jumlah cahaya yang diserap (A) berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Metode ini sering digunakan untuk menentukan kadar besi dalam air minum. Pada metode spektroskopi ultraviolet, cahaya yang diserap bukan cahaya tampak tapi cahaya ultraviolet. Dengan cara ini larutan tak berwarna dapat diukur, contoh aseton dan asetaldehid. Pada spektroskopi ini energi cahaya terserap digunakan untuk transisi elektron.Karena energi cahaya UV lebih besar dari energi cahaya tampak maka energi UV dapat menyebabkan transisi elektron π dan σ. III. Alat dan Bahan 3. 1 Alat yang digunakan



   3. 2    



Spektrofotometer Labu ukur 50ml Pipet 10ml Bahan yang digunakan HNO3 KCNS 10% Larutan contoh uji Air suling



IV. Cara Kerja 1. 25 ml larutan contoh uji dipipet dan dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml. 2. 2,5 ml KCNS 10% ditambahkan ke dalam labu ukur 50 ml. 3. Kemudian ditambahkan 2,5 HNO3 4. Tambahkan larutan contoh uji hingga 50 ml. 5. Uji spektrofotometri dilakukan pada panjang gelombang 6. Lalu dibuat kurva kalibrasi dan larutan tersebut. V. Data Percobaan  Larutan standar besi No. 1 2 3 4 5 ∑



Konsentrasi (x) 5 ppm 10 ppm 15 ppm 20 ppm 25 ppm 75 ppm



Absorbansi (y) 0,059 0,356 0,232 0,281 0,418 1,346



xy 0,295 3,56 3,48 5,62 10,45 23,405



Keterangan : Absorbansi larutan – absorbansi blanko Absorbansi blanko = 0,032



a=



n ( Σ xy )−( Σ x ) ( Σ y ) 2 n ( Σ x 2 ) −( Σ x )



¿



5 ( 23,405 )− ( 75 )( 1,346 ) 5 ( 1375 )− (5625 )



¿



117,025−100,95 6875−5625



¿



16,075 1250



¿ 0,0128



b=



¿



( Σ y ) ( Σ x 2 )−( Σ x ) ( Σ xy ) n ( Σ x 2 ) −( Σ x )



2



( 1,346 )( 1375 )− (75 )( 23,405 ) 5 ( 1375 )−( 5625 )



x2 25 100 225 400 625 1375



¿



1850,75−1755,375 6875−5625



¿



95,375 1250



¿ 0,0763



Kurva Persamaan Regresi 0.45 0.4



f(x) = 0.01x + 0.08 R² = 0.55



0.35 0.3 0.25 Absorbansi



0.2 0.15 0.1 0.05 0 0



5



10



15



20



25



30



Konsentrasi (ppm)







Data larutan contoh uji A = 0,210 ; Absorbansi = 0,210 – 0,032 = 0,178 y = ax + b 0,178 = 0,0128x + 0,0763 0,178 – 0,0763 = 0,0128x 0,1017 = 0,0128x x = 7,9453 ppm



VI. Diskusi/Pembahasan Analisis ini melakukan analisis kualitatif kandungan besi dalam air contoh uji. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan spektrofotometri. Dengan alat tersebut mendapatkan nilai absorbansi contoh uji lalu dimasukkan ke dalam persamaan regresi yang didapat untuk mengetahui berapa kadar besi di dalam larutan contoh uji. Persamaan regresi didapatkan dari larutan standar besi yang diencerkan kemudian diberi HNO3 dan KCNS. Garam-garam besi berpengaruh pada beberapa proses industri tekstil. Pada proses pemasakan dan pengelantangan, garam-garam besi selain dapat menyebabkan noda kuning kecoklatan yang mengotori pada bahan tekstil juga dapat memperbesar



kerusakan bahan selulosa, karena logam-logam berat berfungsi sebagai katalis dalam penguraian zat pengelantang. Senyawa besi juga dapat tereaksi pada beberapa jenis zat warna sehingga dalam proses pencelupan menghasilkan warna celupan yang tidak sesuai dengan yang dikehendaki. Dari hasil yang diperoleh, nilai absorbansi contoh uji sebesar 0,210. Nilai ini harus dikurangin absorbansi blanko dulu yaitu sebesar 0,032. Sehingga didapatkan nilai absorbansi yang akan digunakan untuk persamaan regresi. Setelah dimasukkan ke dalam persamaan regresi dengan rumus y = ax + b didapatlah kadar besi dalam contoh uji sebesar 7,9453 ppm. Hasil menunjukkan bahwa contoh uji tidak memenuhi standard, karena persyaratan air proses untuk kadar besi hanya boleh sebesar 0,10 mg/L sedangkan kadar besi yang didapatkan dari percobaan ini melebihi 0,10 mg/L. Kadar besi yang terlalu tinggi akan berpengaruh pada proses basah tekstil, fero (Fe 2+) akan larut dalam air dan begitu teroksidasi akan membentuk menjadi feri (Fe 3+) yang pada suatu saat akan menimulkan bintik-bintik sehingga berwarna kekuningan. Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa pada konsentrasi 10 ppm hasil yang didapat melenceng dari hasil yang lain. Hasil pada konesntrasi 10 ppm ini seharusnya membentuk garis lurus saat ditarik garis lurus ke atas. Hal ini bisa terjadi karena larutan contoh uji tersebut memiliki warna kuning yang pekat sehingga nilai atau hasil yang didapat tidak sesuai dengan yang seharusnya. Untuk konsentrasi 5 ppm, 15 ppm, 20 ppm dan 25 ppm sudah sesuai dengan yang seharusnya. Yaitu hasil yang didapat meningkat tiap konsentrasinya.



VII.



Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa larutan contoh uji mengandung besi sebesar 7,9453 ppm.



VIII.



Daftar Pustaka Rahayu., S.Teks., M.T., Hariyanti dan Budi Handoko., S.ST., M.T. 2006. Bahan Ajar Praktikum Air Proses dan Limbah Industri. Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. G., S.Teks., M.Sc., Dr. Isminingsih. Analisa dan Pengolahan Air untuk IndustriTekstil. Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.



UJI ANALISIS KESADAHAN (Ca dan Mg) DENGAN CARA KOMPLEKSOMETRI I. Maksud dan Tujuan Maksud : Menganalisa adanya zat-zat kimia yang dapat mengganggu proses Tujuan



pemeriksaan dalam pengujian. : Untuk mengetahui kadar kesadahan dari air yang dapat mempengaruhi kualitas air untuk proses basah tekstil.



II. Teori Dasar Kesadahan dalam air disebabkan oleh kation-kation logam multivalensi yang sebagian besar adalah kalsium dan magnesium. Ion-ion tersebut dapat mengendapkan sabun, mengurangi daya pembersihan, dan menyebabkan kerak CaCO3 dan Mg(OH)2 pada pipa-pipa serta ketel uap. Kesadahan adalah jumlah garam-garam Ca dan Mg yang terkandung didalam air. Ada dua jenis kesadahan tetap dan kesadahan sementara. Disebut kesadahan tetap apabila ion-ion Ca2+ dan Mg2+ membentuk senyawa dengan nitrat, klorida dan sulfat, sedangkan apabila ion-ion Ca2+ dan Mg2+ membentuk senyawa dengan bikarbonat disebut kesadahan sementara. Penetapan kesadahan dalam air dapat ditentukan melalui titrasi dengan menggunakan larutan kompleksometri yaitu suatu titrasi dengan menggunakan larutan kompleksion (EDTA/ etilena diamin tetraasetat). Senyawa tersebut adalah suatu senyawa yang dapat membentuk pasangan kimiawi secara ikatan kompleks dengan ion-ion kesadahan. Indicator yang dipakai pada titrasi kompleksometri merupakan asam atau basa lemah organic yang dapat membentuk ikatan kompleks dengan logam, dan warna senyawa tersebut berbeda dengan warna indicator dalam keadaan bebas. Indicator yang sering digunakan adalah EBT (Eriochrome Black T) sejenis indicator yang bewarna merah apabila berada dalam larutan yang mengandung ion kalsium dan magnesium pada pH 10,0. Indicator yang lain adalah Murexid (Eriochrome Blue Black R), suatu senyawa yang bewarna merah jika berada dalam larutan yang mengandung ion kalsium saja. Pada penetapan kesadahan ada beberapa factor yang biasanya mengganggu penetapan ion Ca dan Mg diantaranya adalah kation seperti Al 3+, Fe3+, Fe2+ dan Mn2+, dapat juga ikut bergabung dengan EDTA membentuk senyawa kompleks. Jika kesadahan terlalu tinggi endapan Ca2+ dapat muncul dalam waktu titrasi lebih dari 5 menit, oleh karena itu sampel harus diencerkan.



Reaksi yang terjadi dapat digambarkan sebagai berikut : HOOCH2C H H CH2COOH N–C–C–N + Ca2+ / Mg2+ NaOOCH2 H H CH2COONa Na2 – EDT HOOCH2C



H H CH2COOH N–C–C–N H2C H H CH2 C=O C=O Ca O Mg O Garam kompleks Ca atau Mg yang larut Air sadah tidak begitu berbahaya untuk diminum, namun dapat menyebabkan beberapa masalah. Air sadah dapat menyebabkan pengendapan mineral, yang menyumbat saluran pipa dan keran. Air sadah juga menyebabkan pemborosan sabun di rumah



tangga,



dan



air



sadah



yang



bercampur



sabun



dapat



membentuk



gumpalan scum yang sukar dihilangkan. Dalam industri, kesadahan air yang digunakan diawasi dengan ketat untuk mencegah kerugian. Untuk menghilangkan kesadahan biasanya digunakan berbagai zat kimia, ataupun dengan menggunakan resin penukar ion. Air sadah digolongkan menjadi 2 jenis berdasarkan jenis anion yang iikat oleh kation (Ca2+, Mg2+), yaitu: a) Air sadah sementara: mengandung garam hidrokarbonat seperti Ca(HCO3)2 dan atau Mg(HCO3)2. Air sadah sementara dapat dihilangkan kesadahannya dengan cara memanaskan air tersebut sehingga garam karbonatnya mengendap. Selain dengan memanaskan air, sadah sementara juga dapat dihilangkan kesadahannya dengan mereaksikan larutan yang mengandung Ca(HCO 3)2 atau Mg (HCO3)2 dengan kapur (Ca(OH)2). b) Air sadah tetap: mengandung garam sulfat (CaSO 4 atau MgSO4) terkadang juga mengandung garam klorida (CaCl2 atau MgCl2). Air sadah tetap dapat dihilangkan kesadahannya menggunakan cara mereaksikan dengan soda Na 2CO3 dan kapur Ca(OH)2, supaya terbentuk endapan garam karbonat dan atau hidroksida. Proses Zeolit Dengan natrium zeolit (suatu silikat) maka kedudukan akan digantikan ion kalsium dan ion magnesium atau kalsium zeolite. Eriochrome Black T (EBT) adalah indikator kompleksometri yang merupakan bagian dari pengompleksian,contohnya proses determinasi kesadahan air. Di dalam bentuk protonate EBT berwarna biru. Lalu berubah menjadi warna merah ketika membentuk komplek dengan kalsium,magnesium, dan ion logam lainnya. Nama lain dari Eriochrome Black T adalah,Solochrome Black T atau EBT. Suatu kelemahan EBT adalah larutannya tidak stabil. Bila disimpan akan terjadi penguraian secara lambat,sehingga setelah jangka waktu tertentu indikator tidak berfungsi lagi. Sebagai



gantinya dapat diganti dengan indikator Calmagite Indikator ini stabil dan dalam kebanyakan sifatnya sama dengan Erio T. EDTA adalah singkatan dari Ethylene Diamine Tetra Acid, yaitu asam amino yang dibentuk dari protein makanan. Zat ini sangat kuat menarik ion logam berat (termasuk kalsium) dalam jaringan tubuh dan melarutkannya, untuk kemudian dibuang melalui urine. EDTA sebenarnya adalah ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat kedua nitrogen dan keempat gugus karboksil-nya atau disebut ligan multidentat yang mengandung lebih dari dua atom koordinasi per molekul, misalnya asam 1,2-diaminoetanatetraasetat (asametilenadiamina tetraasetat, EDTA) yang mempunyai dua atom nitrogen penyumbang dan empat atom oksigen penyumbang dalam molekul. III. Alat dan Bahan 3. 1 Alat yang digunakan  Erlenmeyer 250ml  Gelas ukur 10ml  Pipet Volume 25ml  Corong 3. 2 Bahan yang digunakan  Larutan EDTA (Titran 0,01M)  Larutan Buffer pH 10  Indikator EBT  Indikator Murexid  KCN 5%  NaOH 4N



IV. Cara Kerja  Penetapan Kesadahan Total 1.



Mengambil 25 mL air contoh uji dan dimasukkan dalam Erlenmeyer.



2.



Menambahkan 1 mL larutan buffer pH 10.



3.



Menambahkan 2 mL KCN 5%.



4.



Menambahkan 3–4 tetes EBT sesaat sebelum titrasi, larutan menjadi berwarna merah.



5.



Menitar dengan larutan EDTA 0,01M, sampai tepat berwarna menjadi biru terang



 Penetapan Kesadahan Ca 1.



Memasukkan 25 mL air contoh uji dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.



2.



Menambahkan 1 mL NaOH 4N.



3.



Menambahkan 2 mL KCN 5%.



4.



Menambahkan indicator Murexid sesat sebelum titrasi sehingga larutan menjadi merah.



5.



Segera untuk menitar dengan larutan EDTA 0,01M sampai larutan tepat berubah menjadi ungu.



 Penetapan kesadahan tetap (dengan cara pemanasan) 1. Pipet 100 ml contoh uji kedalam Erlenmeyer. 2. Panaskan sampai mendidih selama kurang lebih 30 menit lalu dinginkan 3. Saring endapan yang terbentuk menggunakan kertas saring 4. Sisa kesadahan diperiksa kesadahan totalnya dengan larutan EDTA seperti pada penetapan kesadahan total. V. Data Percobaan Percobaan Penetapan kesadahan total Penetapan kesadahan Ca Penetapan kesadahan tetap Penetapan kesadahan Ca tetap a. Kesadahan total = ml titrasi X 0,01 M X f = 6,5 ml X 0,01 mol/L X = 2,6 mmol/L = 2,6 mmol/L X 5,6 = 14,56odH b. Kesadahan Ca = ml titrasi X 0,01 M X f



1000 ml 25 ml



Titrasi I 6,4 ml 3,4 ml 6,3 ml 3,1 ml



Titrasi II 6,6 ml 3,3 ml 6,3 ml 3,3 ml



Rata-rata 6,5 ml 3,35 ml 6,15 ml 3,2 ml



= 3,35 ml X 0,01 mol/L X



1000 ml 25 ml



= 1,34 mmol/L = 1,34 mmol/L X 5,6 = 7,504odH c. Kesadahan Mg = kesadahan total – kesadahan Ca = (2,6 – 1,34) mmol/L = 1,26 mmol/L = 1,26 mmol/L X 5,6 = 7,056 odH d. Kesadahan tetap = ml titrasi X 0,01 M X f = 6,15 ml X 0,01 mol/L X



1000 ml 25 ml



= 2,46 mmol/L = 2,46 mmol/L X 5,6 = 13,776odH e. Kesadahan Ca tetap = ml titrasi X 0,01 M X f = 3,2 ml X 0,01 mol/L X



1000 ml 25 ml



= 1,28 mmol/L = 1,28 mmol/L X 5,6 = 7,168odH f.



Kesadahan Mg tetap = kesadahan tetap – kesadahan Ca tetap = (2,46 – 1,28) mmol/L = 1,18 mmol/L = 1,18 mmol/L X 5,6 = 6,608odH



g. Kesadahan sementara = kesadahan total – kesadahan tetap = (2,6 – 2,46) mmol/L = 0,14 mmol/L = 0,14 mmol/L X 5,6 = 0,784 odH h. Kesadahan Ca sementara = kesadahan Ca – kesadahan Ca tetap = (1,34 – 1,28) mmol/L = 0,06 mmol/L = 0,06 mmol/L X 5,6 = 0,336odH i.



Kesadahan Mg sementara = (kesadahan total – kesadahan tetap) – (kesadahan Ca – kesadahan Ca tetap)



= (2,6 – 2,46) mmol/L - (1,34 – 1,28) mmol/L = 0,08 mmol/L = 0,08 mmol/L X 5,6 = 0,448 odH VI. Diskusi/Pembahasan Analisis ini melakukan analisis kesadahan (Ca & Mg) dengan cara kompleksometri. kesadahan dalam air disebabkan oleh kation-kation logam multivalensi yang sebagian besar adalah kalsium dan magnesium. Ion-ion tersebut dapat mengendapkan sabun, mengurangi daya pembersihan, dan menyebabkan kerak CaCO3 dan Mg(OH)2 pada pipa-pipa serta ketel uap. Penetapan kesadahan dalam air dapar ditentukan melalui titrasi kompleksometri yaitu



suatu



tiltrasi



dengan



menggunakan



larutan



kompleksion



(EDTA



/



erilenadiamintetraasetat). Senyawa tersebut dapat membentuk pasangan kimiawi secara ikatan kompleks dengan ion – ion kesadahan. Indicator yang digunakan pada titrasi ini adalah EBT (Eriochrome Black T) sejenis indicator yang berwarna merah apabila berada dalam larutan yang mengandung ion kalsium dan magnesium pada pH 10,0. Indicator lain yang digunakan adalah Murexid (Eriochrome Blue Black R) suatu senyawa yang berwarna merah jika berada dalam larutan yang mengandung ion kalium saja. Hasil yang diperoleh, nilai kesadahan total sebesar 14,56odH. Ini menunjukkan total nilai kesadahan sementara dan kesadahan tetap atau total nilai kesadahan Ca dan Mg. hasil yang diperoleh untuk kesadahan Ca sebesar 7,504odH dan kesadahan Mg sebesar 7,056 odH. Kesadahan Mg ini didapatkan dengan selisih antara kesadhan total dan kesadahan Ca. Oleh karena itu nilai kesadahan Ca lebih besar dari kesadahan Mg. Ini menunjukkan bahwa dalam air contoh uji lebih banyak mengandung Ca dibandingkan Mg. Untuk kesadahan tetap menghasilkan nilai sebesar 13,776 odH dan kesadahan Ca tetap sebesar 7,168 odH. Dari hasil ini bisa diketahui nilai Mg tetap, yaitu dengan cara selisih antara kesadahan tetap dan Mg tetap. Nilai kesadahan Ca tetap lebih besar dari kesadahan Mg tetap. Ini menunjukkan bahwa dalam air contoh uji lebih banyak mengandung Ca tetap dibandingkan Mg tetap. Untuk mendapatkan nilai kesadahan sementara dapat diperoleh dari selisih antara kesadahan total dan kesadahan tetap. Hasil yang diperoleh sebesar 0,784 odH. Untuk mendapatkan nilai kesadahan Ca sementara dapat diperoleh dari selisih antara kesadahan Ca dan kesadahan Ca tetap. Hasil yang diperoleh sebesar 0,336 odH. Untuk mendapatkan nilai kesadahan Mg sementara dapat diperoleh dengan rumus kesadahan Mg sementara = (kesadahan total – kesadahan tetap total) – (kesadahan Ca – kesadahan Ca tetap). Hasil yang diperoleh sebesar 0,448odH. Satuan yang didapatkan dari hasil titrasi adalah mmol/L namun dikonversikan menjadi °dH dengan cara mengalikan dengan 5,6. 5,6



didapatkan dari berat molekul CaO karena BM CaO yaitu 56mg/L lalu dibagi 10, oleh karena itu dikalikan 5,6 agar mendapatkan hasil dalam satuan °dH. VII.



Kesimpulan Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa : a. Kesadahan total sebesar 2,6 mmol/L ≈ 14,56 odH b. Kesadahan Ca sebesar 1,34 mmol/L ≈ 7,504 odH c. Kesadahan Mg sebesar 1,26 mmol/L ≈ 7,056 odH d. Kesadahan tetap sebesar 2,46 mmol/L ≈ 13,776 odH e. Kesadahan Ca tetap sebesar 1,28 mmol/L ≈ 7,168 odH f. Kesadahan Mg tetap sebesar 1,18 mmol/L ≈ 6,608 odH g. Kesadahan sementara sebesar 0,14 mmol/L ≈ 0,784 odH h. Kesadahan Ca sementara sebesar 0,06 mmol/L ≈ 0,336 odH i. Kesadahan Mg sementara sebesar 0,08 mmol/L ≈ 0,448 odH



VIII.



Daftar Pustaka Rahayu., S.Teks., M.T., Hariyanti dan Budi Handoko., S.ST., M.T. 2006. Bahan Ajar Praktikum Air Proses dan Limbah Industri. Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. G., S.Teks., M.Sc., Dr. Isminingsih. Analisa dan Pengolahan Air untuk IndustriTekstil. Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.



PELUNAKAN AIR SADAH I. Maksud dan Tujuan Maksud : Melakukan proses pelunakan air sadah dengan cara soda kapur, soda-soda dan penukar ion. Tujuan : Menghilangkan ion-ion penyebab kesadahan dalam air yaitu ion-ion Ca 2+ dan Mg2+. II. Teori Dasar Maksud pelunakan disini adalah menghilangkan ion-ion penyebab kesadahan dalam air yaitu ion-ion Ca2+ dan Mg2+. Air sadah akan mengendapkan sabun, akibatnya penggunaan sabun akan lebih banyak. Selain itu akan merusak beberapa jenis zat warna pada proses pencelupan, kelebihan ion Ca2+ serta ion CO32- juga akan mengakibatkan kerak pada dinding ketel uap yang disebabkan oleh endapan kalsium karbonat. Beberapa proses untuk pelunakan air sadah adalah : - Cara pemanasan Cara ini hanya dapat menghilangkan kesadahan sementara yang disebabkan -



bikarbonat-bikarbonat dari ion kesadahan. Cara pengendapan Cara ini merupakan cara yang paling murah yang dapat mengendapkan kesadahan total. Pada cara ini garam-garam kalsium dan magnesium penyebab kesadahan diendapkan sebagai karbonat-karbonat. Sebagai zat pengendap dipakai campuran Na2CO3 dan Ca(OH)2 atau campuran NaOH dan



-



Ca(OH)2 . Cara penukar ion Cara ini sangat mahal tetapi efisien cukup tinggi cocok dipakai untuk penyediaan air ketel. Pada cara ini kalsium dan magnesium yang terkandung



dalam air didesak dan diikat oleh senyawa penukar ion. Reaksi terjadi dapat digambarkan sebagai berikut : Pengendapan dengan campuran Na2CO3 dan Ca(OH)2 Ca(HCO3)2 + Ca(OH)2 2CaCO3 + 2H2O Mg(HCO3)2 + Ca(OH)2 CaCO3 + Mg(OH)2 + 2H2O MgCl2+ Ca(OH)2 Mg(OH)2 + CaCl2 MgSO4 + Ca(OH)2 Mg(OH)2 + CaSO4 CO2 + Ca(OH)2 CaCO3 + 2H2O FeCl2 + Ca(OH)2 Fe(OH)2 + CaCl2 FeCl3 + Ca(OH)2 2Fe(OH)3 + 3CaCl2 MnSO4 + Ca(OH)2 Mn(OH)2 + CaSO4 Al2(SO4)3 + Ca(OH)2 2 Al(OH)3 + 3CaSO4 CaCl2 + Ca(OH)2 CaCO3 + NaCl CaSO4 + Ca(OH)2 CaCO3 + Na2SO4 Pengendapan dengan campuran Na2CO3 dan NaOH Ca(HCO3)2 + 2NaOH 2CaCO3 + Na2CO3 + 2H2O Mg(HCO3)2 + 2NaOH Mg(OH)2 + Na2CO3 +2H2O MgCl2+ 2NaOH Mg(OH)2 + 2 NaCl MgSO4 + 2NaOH Mg(OH)2 + Na2SO4



CO2 FeCl2 FeCl3 MnSO4 Al2(SO4)3 CaCl2 CaSO4



+ + + + + + +



2NaOH 2NaOH 2NaOH 2NaOH 2NaOH 2NaOH 2NaOH



CaCO3 + H2O Fe(OH)2 + 2 NaCl 2Fe(OH)3 + 2 NaCl Mn(OH)2 + 2NaSO4 2 Al(OH)3 + 2NaSO4 CaCO3 + 2NaCl CaCO3 + Na2SO4



III. Alat dan Bahan 3. 1 Alat yang digunakan a. Cara pemanasan - Piala gelas 500 ml - Erlenmeyer 250 ml - Buret b. Cara pengendapan dengan Na2CO3 dan Ca(OH)2 (Cara Soda Kapur) - Piala gelas 500 ml - Erlenmeyer 250 ml - Buret c. Cara penukar ion Piala gelas 500 ml - Erlenmeyer 250 ml - Buret 3. 2 Bahan yang digunakan a. Cara pemanasan - Ca(OH)2 - Na2CO3 - Pereaksi kompleksometri b. Cara pengendapan dengan Na2CO3 dan Ca(OH)2 (Cara Soda Kapur) - Na2CO3 - Pereaksi kompleksometri - NaOH c. Cara penukar ion - Resin penukar ion - Pereaksi kompleksometri IV. Cara Kerja a. Penetapan pelunakan kesadahan cara pemanasan 1. 100 mL air contoh uji dipipet ke dalam Erlenmeyer. 2. Dipanaskan sampai mendidih selama + 30 menit. 3. Air yang telah mendidih kemudian didinginkan. 4. Sisa kesadahan diperiksa kesadahan totalnya dengan larutan EDTA. b. Penetapan pelunakan kesadahan cara pengendapkan dengan Ca(OH)2 dan Na2CO3 1. Kebutuhan soda kapur dan soda ash dihitung sesuai kebutuhan. 2. 100 mL air contoh uji dipipet ke dalam piala gelas. 3. Soda ash dan soda kapur yang telah dihitung kebutunhannya dimasukkan ke dalam piala gelas. 4. Larutan didihkan selama 15 – 30 menit, akan terjadi endapan karbonat. 5. Larutan yang telah ada endapannya didinginkan, kemudian disaring dengan kertas saring barit. 6. Saringan dianalisa kesadahan sisanya dengan cara kompleksometri. c. Penetapan pelunakan kesadahan cara pengendapkan dengan NaOH dan Na2CO3 1. Kebutuhan soda kostik dan soda ash dihitung sesuai kebutuhan 2. 100 mL air contoh uji dipipet ke dalam piala gelas 500 mL. 3. Soda kostik dan soda ash yang telah dihitung dimasukkan kedalam piala gelas.



4. Larutan didihkan selama 15 - 30 menit, akan terjadi endapan. 5. Larutan yang telah ada endapannya didinginkan, kemudian disaring dengan kertas saring barit. 6. Saringan dianalisa kesadahan sisanya dengan cara kompleksometri. d. Penetapan pelunakan kesadahan cara penukar ion 1. 100 mL air contoh uji dimasukkan ke dalam piala gelas. 2. Air contoh uji tersebut dialirkan melalui tabung yang berisi resin penukar ion dan ditampung ke dalam Erlenmeyer 250 mL 3. Proses di atas dikerjakan 3 kali aliran melalui tabung resin penukar ion. 4. Larutan yang telah dialirkan melalui tabung resin dianalisia kesadahannya secara kompleksometri. e. Penetapan Kesadahan Total (kesadahan cara kompleksometri) 1. Mengambil 10 mL air contoh uji dan dimasukkan dalam Erlenmeyer. 2. Menambahkan 1 mL larutan buffer pH 10. 3. Menambahkan 2 ml KCN 5%. 4. Menambahkan 3–4 tetes EBT sesaat sebelum titrasi, larutan menjadi berwarna merah. 5. Menitar dengan larutan EDTA 0,01M, sampai tepat berwarna menjadi biru terang. V. Data Percobaan 5.1 Cara pengendapan dengan Na2CO3 dan Ca(OH)2 (Cara Soda Kapur) a. Kebutuhan Na2CO3 dan Ca(OH)2 Na2CO3 = (CaCl2) + (CaSO4) + (MgCl2) + (MgSO4) + (L) =



mg Fe sadah tetap ° dH L + 5,6 127 7,9453



= 2,46 mmol/L +



Ca(OH)2



mg L



127



= (2,46 + 0,0625) mmol/L = 2,52 mmol/L x 106 = 108,52 mg/L = (Ca(HCO3)2) + (Mg(HCO3)2) + (MgCl2) + (MgSO4) + (CO2) + (L) =



sadah sementara ° dH +¿ Mg tetap + CO + L(Fe) 2 5,6 7,9453



= 0,14 mmol/L + 1,18 mmol/L + 0 +



127



= 1,38 mmol/L x 74 = 102,12 mg/L b. Kebutuhan NaOH dan Na2CO3 Na2CO3



= Ca tetap -



sadah sementara ° dH 5,6



= 1,28 mmol/L – 0,14 mmol/L – 0 = 1,14 mmol/L x 106



– CO2



mg L



= 120,84 mg/L NaOH



=



sadah sementara ° dH 5,6



+ Mg tetap + CO2 + L



7,9453 = 0,14 mmol/L + 0,18 mmol/L + 0 +



mg L



127



= 1,38 mmol/L x 40 = 55,2 mg/L 







Pengenceran Na2CO3 dan Ca(OH)2 Na2CO3 → V1N1 = V2N2 100 ml x 108,52 mg/L = V2 x 2000 mg/L V2 = 5,426 ml Ca(OH)2 → V1N1 = V2N2 100 ml x 102,12 mg/L = V2 x 2000 mg/L V2 = 5,106 ml Pengenceran NaOH dan Na2CO3 Na2CO3 → V1N1 = V2N2 100 ml x 120,84 mg/L = V2 x 2000 mg/L V2 = 6,042 ml NaOH → V1N1 = V2N2 100 ml x 55,2 mg/L = V2 x 2000 mg/L V2 = 2,76 ml



Data Percobaan : - Soda – soda ; V1 = 5,4 ml ; V2 = 5,3 ml - Soda kapur ; V1 = 5,1 ml ; V2 = 5,0 ml 1. Kesadahan total (cara soda – soda) = ml titrasi x 0,01 M x



; Rata-rata = 5,35 ml ; Rata-rata = 5,05 ml



1000 ml 25 ml



= 5,35 ml x 0,01 n/L x 40 = 2,14 mmol/L x 5,6odH = 11,984odH Efisiensi =



14,56 ° dH−11,984 ° dH 14,56 ° dH



x 100%



= 17,69% 2. Kesadahan total (cara soda kapur) = ml titrasi x 0,01 M x



1000 ml 25 ml



= 5,05 ml x 0,01 n/L x 40 = 2,02 mmol/L x 5,6odH = 11,312odH Efisiensi =



14,56 ° dH−1 1,312 ° dH 14,56° dH



= 22,31%



x 100%



5.2 Cara penukar ion 1. Menggunakan resin penukar ion Titrasi ml titrasi 1 0 ml 2 0 ml Rata-rata 0 ml Kesadahan total (akhir) = ml titrasi x m x f = 0 x 0,01 mol/L x



1000 ml 25 ml



= 0 mmol/L x 5,6odH = 0odH Efisiensi pelunakan cara penukar ion menggunakan resin η = =



kesadahan awal−kesadahan akhir x 100 kesadahan awal



14,56 ° dH−0° dH 14,56 ° dH



x 100%



= 100% 2. Menggunakan zeolite Titrasi ml titrasi 1 4,9 ml 2 5,0 ml Rata-rata 4,95 ml Kesadahan total (akhir) = ml titrasi x m x f =4,94 x 0,01 mol/L x



1000 ml 25 ml



= 1,98 mmol/L x 5,6odH = 11,088odH Efisiensi pelunakan cara penukar ion menggunakan resin η = =



kesadahan awal−kesadahan akhir x 100 kesadahan awal



14,56 ° dH−11,088 ° dH 14,56° dH



= 23,85%



x 100%



VI. Diskusi/Pembahasan Percobaan ini dilakukan percobaan pelunakan air sadahan. Pelunakan ini bertujuan untuk menghilangkan ion – ion yang menyebabkan kesadahan seperti Ca2+ dan Mg2+. Pelunakan ini dapat dilakukan dengan berbagai proses yaitu cara pemanasa, cara pengendapan dan cara penukar ion. Cara pemanasan ini hanya dapat menghilangkan kesadahan sementara ynag disebabkan oleh ion – ion bikarbonat – bikarbonat dan ion kesadahan. Cara pengendapan ini merupakan cara yang paling murah yang dapat mengendapkan kesadahan total. Cara penukar ion merupakan cara yang sangat mahal akan tetapi efisiensi cukup tingga sehingga cocok digunakan untuk penyediaan air ketel. Pada cara pengendapan digunakan dengan cara pengendapan soda kapur atau soda-soda. Dari cara pengendapan menggunakan soda kapur yaitu Na2CO3 akan akan mengikat garam dari Ca2+ sedangkan Ca(OH)2 akan mengikat garam dari Mg2+, logamlogam dan CO2. Keuntungan menggunakan cara ini adalah murah dan sederhana, namun kerugiannya yaitu menghasilkan sadah sisa dengan nilai cukup tinggi yaitu > 3°dH. Cara pengendapan lain digunakan dengan soda-soda dimana cara ini hampir mirip dengan cara soda kapur, hanya berbedanya ini menggunakan NaOH bukan Ca(OH)2. Yang terakhir ada penukar ion, dari penukar ion ini ada yang menggunakan penukar kation, penukar anion dan penukar hidrogen. Cara yang dilakukan pada percobaan ini yaitu penukar kation, dimana prinsipnya adalah menukar kation (Ca, Mg dan Logam) dengan natrium dari penukar kation anorganik dan penukar kation organic. Percobaan ini digunakan penukar kation anorganik yaitu zeolite, zeolite yang digunakan adalah



zeolite



sintetik.



Titrasi



yang



digunakan



pada



kali



ini



adalah



titrasi



kompleksometri, dimana titrasi kompleksometri dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Dari hasil yang telah diperoleh, efisiensi kesadahan total cara soda kapur menghasilkan nilai yang lebih tinggi dari kesadahan total cara soda – soda. Pada kesadahan total cara soda kapur hasil yang diperoleh sebesar 22,31% dan hasil yang diperoleh kesadahan total cara soda – soda sebesar 17,69%. Ini menunjukkan bahwa cara soda kapur lebih efektif dari cara soda – soda. Sedangkan untuk cara penukar ion, pada saat dilakukan penukar ion menggunakan resin efisiensi yang diperoleh adalah 100%. Hal ini karena larutan menghasilkan warna biru setelah dilakukan titrasi kompleksometri. Pada cara penukar ion menggunakan resin ini tidak dilakukan titrasi sehingga ml titrasi yang didapat bernilai 0 dan untuk efisiensinya sebesar 100%. Untuk cara penukar ion menggunakan zeolite, kesadahan total yang diperoleh sebesar 11,088odH dan efisiensi yang diperoleh sebesar 23,85%. Penggunaan zeolite sintetis dalam pelunakan air sadah kurang efektif, karena menghasilkan nilai kesadahan yang masih cukup tinggi yaitu ≥3°dH.



VII.



Kesimpulan Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa : 1. Cara pengendapan dengan Na2CO3 dan Ca(OH)2 (Cara Soda Kapur) - Kesadahan air contoh uji berkurang dari 14,56 odH menjadi 11,984odH (cara -



soda – soda) dan 11,312odH Efisiensi yang dihasilkan dari pelunakan cara soda – soda adalah sebesar



-



17,69% Efisiensi yang dihasilkan dari pelunakan cara soda kapur adalah sebesar



22,31% 2. Cara penukar ion - Air contoh uji yang dilunakan dengan resin memiliki nilai kesadahan 0 odH -



dengan efisiensi 100% Air contoh uji yang dilunakan dengan zeolit memiliki nilai kesadahan 11,088 odH dengan efisiensi 23,85%



VIII.



Daftar Pustaka Rahayu., S.Teks., M.T., Hariyanti dan Budi Handoko., S.ST., M.T. 2006. Bahan Ajar Praktikum Air Proses dan Limbah Industri. Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. G., S.Teks., M.Sc., Dr. Isminingsih. Analisa dan Pengolahan Air untuk IndustriTekstil. Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.