Lap Prak Parafin Hewan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK PERCOBAAN IX METODE PARAFIN HEWAN



OLEH : NAMA



: LINA AULIA NURDIN



STAMBUK



: F1D1 18 037



KELOMPOK



: III (TIGA)



ASISTEN PEMBIMBING



: EVA INDRASWARI



PROGRAM STUDI BIOLOGI JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI



I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembuatan preparat dilakukan untuk pengamatan objek secara mikroskopis. Melalui preparat maka dapat diperoleh struktur organ sampai pada tingkat jaringan ataupun sel. Sumber sediaan diperoleh dari organisme yang hidup seperti tumbuhan, hewan maupun manusia. Proses pembuatan sediaan secara umum meliputi pengambilan dan persiapan material, fiksasi, pencucian, pewarnaan, dehidrasi, penjernihan, penempelan pada kaca objek dan pemberian nama. Beberapa metode dalam pembuatan sediaan seperti sediaan utuh (Whole mount), sediaan apus (Smear), sediaan remas (Squash), sediaan gosok, maserasi dan sediaan sayatan tanpa embendding maupun dengan embendding (Parafin, seloidin, maupun resin). Metode parafin merupakan cara pembuatan preparat permanen yang menggunakan parafin sebagai media embedding dengan tebal irisan kurang lebih mencapai 6 mikron-8 mikron. Metode ini memiliki irisan yang lebih tipis daripada menggunakan metode beku atau metode seloidin yang tebal irisannya kurang lebih mencapai 10 mikron. Parafin juga digunakan untuk mengeraskan jaringan atau organ yang akan dibuat sediaan dengan metosde irisan. Metode parafin ini sering digunakan karena hampir semua macam jaringan dapat dipotong atau diiris. Sediaan yang dibuat dengan menggunakan metode parafin hewan biasanya menggunakan organ berupa testis dan ovarium. Tetis dan ovarium merupakan bagian dari struktur sistem reproduksi makhluk hidup. Pengamatan histologi pada testis dan ovarium penting dilakukan untuk mengetahui kematngan suatu organisme dalam siklus reproduksinya. Testis berkembang untuk memulai spermatogenesis, yang pada



akhirnya spermatozoa yang matang akan disalurkan pada bagian epididimisnya. Ovarium sendiri akan memproduksi sel telur dalam proses oogenesisnya, yang mana sel telur ini akan berkembang menjadi zigot jika terbuahi dan akan ruruh jika tidak terbuahi. Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan praktikum Metode Parafin Hewan. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam praktikum ini adalah bagaimana mempelajari komponen penyusun jaringan atau organ yang disayat setebal 6 mikron? C. Tujuan Praktikum Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum ini adalah untuk mengetahui komponen penyusun jaringan atau organ yang disayat setebal 6 mikron. D. Manfaat Praktikum Manfaat yang terdapat pada praktikum ini adalah dapat mengetahui komponen penyusun jaringan atau organ yang disayat setebal 6 mikron.



II. TINJAUAN PUSTAKA



A. Metode Parafin Metode parafin merupakan cara pembuatan preparat permanen dengan menggunakan parafin sebagai media embedding dengan tebal irisan kurang lebih mencapai 6-8 mikron. Metode ini memiliki irisan yang lebih tipis dibandingkan dengan menggunakan metode seloidin yang tebal irisannya kurang lebih mencapai 10 mikron. Proses metode parafin jauh lebih cepat di bandingkan dengan metode seloidin. Metode parafin memiliki kekurangan yaitu jaringan menjadi keras, mengerut dan mudah patah, jaringan-jaringan yang besar menjadi tidak dapat dikerjakan, dan sebagian besar enzim-enzim akan larut (Ariayadi dan Suryono, 2017). B. Proses Pembuatan Sediaan Metode Parafin Langkah pertama yang dilakukan dalam metode parafin adalah dengan merendam organ yang akan diblocking dengan larutan NaCl fisiologis yang berfungsi untuk mempertahankan sel dari organ tersebut agar tidak dapat berubah bentuk sebab NaCl fisiologis merupakan larutan yang kosentrasinya sesuai dengan keadaan tubuh organ yang akan di buat. Fiksasi dengan larutan bouin selama dua hari, dehidrasi dengan alcohol bertingkat mulai dari 30%, 50%, 70%, 80%, 95% dan alcohol absolute yang masing-masing dehidrasi selama 1 jam. Tahap berikutnya infitrasi dalam oven dengan toluol parafin, melakukan penanaman pada bakul parafin, mengiris blok parafin. Letakkan sayatan organ pada kaca objek lalu hangatkan dengan suhu 450C selama 24 jam kemudian warnai dengam hematoxilin dan eosin-Y dan amati dibawah mikroskop (Swaryana dkk, 2012). C. Pewarnaan Jaringan



Pewarnaan adalam proses pemberian warna pada jaringan yang telah dipotong sehingga jaringan dapat dikenali dan memudahkan dalam pengamatan jaringan dengan mikroskop. Pulasan atau pewarna yang sering digunakan adalah pewarnaan yang dapat digunakan untuk memulas inti dan sitoplasma serta jaringan penyambungnya, yakni pewarnaan Hemaktosilin-eosin (HE). Pewarnaan HE digunakan dua macam zat warna yaitu, hemaktosilin yang berfungsi untuk memulas inti dan memberikan warna biru dan eosin yang merupakan counterstaining hemaktosilin untuk memulas sitoplasma sel serta jaringan penyambung dan memberikan warna merah mudah dengan nuansa berbeda (Pratiwi dan Manan, 2015). D. Organ Testis Testis merupakan salah satu organ yang penting dalam reproduksi jantan. Testis berfungsi untuk memproduksi sperma dan hormon reproduksi yaitu testosteron. Testis terdiri dari sepasang gonad yang berbentuk oval, Testis dibungkus skrotum yang terdiri dari tiga atau empat lapisan yaitu lapisan superficial kulit, dibawahnya terdapat lapisan fibrosa dan jaringan otot yaitu tunica dartos dibawahnya terdapat tunica vaginalis yang menutupi dinding skrotum bagian dalam testis terdapat lobuli-lobuli yang didalamnya terdiri dari saluransaluran kecil yang bergulung yang disebut tubulus seminiferus yang menghasilkan dan berisi spermatozoa. Dinding tubulus seminiferus terdiri dari dua tipe sel yaitu sel yang memproduksi sperma dan sel pendukung yang memproduksi cairan sumber makanan sperma. Sel-sel pendukung tersebut dikenal sebagai sel sertoli (Setyadi, 2006).



E. Organ Ovarium Ovarium dan uterus merupakan organ reproduksi pada hewan betina. Ovarium mempunyai fungsi ganda yaitu menghasilkan serta melepaskan (ovulasi) oosit dan menghasilkan serta mensekresi hormon-hormon. Korteks ovari terdiri atas srtoma jaringan ikat yang mengandung banyak sel-sel, di dalamnya terbenam folikel-folikel ovarium. Uterus adalah organ dimana fetus berkembang dan mendapat nutrisi sampai lahir. Dinding uterus terdiri atas suatu mukosa yang disebut endometrium. Disekelilingi oleh lapisan otot polos miometrium yang membentuk hampir seluruh ketebalan dinding dan akhirnya membran serosa luar peritoneum, yang menutupi uterus disebut perimetrium (Safrida, 2012).



III. METODE PRAKTIKUM A. Waktu dan Tempat Praktikum ini dilakukan pada hari Rabu tanggal 27 November 2019 – 9 Desember 2019, Pukul 16.00 WITA – Selesai dan bertempat di Laboratorium Biologi



Unit Zoologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo, Kendari. B. Bahan Praktikum Bahan yang digunakan pada praktikum ini tercantum pada Tabel 1. Tabel 1. Bahan dan Kegunaan No 1 1.



Kegunaan 3 Sebagai objek Pengamatan



4.



Nama Bahan 2 Ovarium Mencit (Mus musculus) dan Testis Tikus (Rattus novergicus) Bensin Alkohol 70 %, Alkohol 80 %, Alkohol 90 %, Alkohol 96 %, Alkohol absolute 1, Alkohol 30 %, Alkohol 40 %, Alkohol 50 % dan Alkohol 60 % Toluol



5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.



Parafin cair Parafin padat Aquadest Larutan bouin Hematoksilin dan Eosin-Y Tissue Kapas Canada balsam



Sebagai larutan infiltrasi Sebagai larutan untuk penanaman organ Untuk mencuci organ Sebagai larutan fiksatif Sebagai larutan pewarna Untuk membersikan alat Sebagai medium bensin saat membius hewan Sebagai perekat



2. 3.



Untuk membius objek pengamatan Sebagai larutan dehidrasi, hidrasi dealkoholisasi organ



Sebagai larutan dealkoholisasi



C. Alat Praktikum Alat yang digunakan pada praktikum ini tercantum pada tabel 2. Tabel 2. Alat dan Kegunaan No 1 1. 2. 3.



Nama Alat 2 Toples Botol balsam Botol rollfilm



Kegunaan 3 Sebagai wadah untuk membius objek pengamatan Sebagai tempat perendaman organ Sebagai wadah larutan pewarna



dan



4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.



Botol Gelap Pipet tetes Alat bedah Cutter/silet Bakul Holder Oven Kaca objek Kaca Penutup Slide warmer Freezer (kulkas) Mikroskop Kamera



Sebagai wadah larutan Untuk memindahkan larutan Untuk membedah objek pengamatan Untuk menyayat parafin organ Sebagai wadah penanaman organ Untuk merekatkan parafin organ Untuk mencairkan parafin Untuk meletakan hasil sayatan organ parafin Untuk menutup objek pengamatan Untuk mengeringkan preparat parafin organ Untuk membekukan parafin organ Untuk mengamati organ parafin hasil sayatan Untuk mendokumentasikan hasil pengamatan



D. Prosedur Kerja Prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut : 1. Narkose (pembiusan) dengan menggunakan bensin. 2. Membedah tikus (Rattus novergicus) dengan mengambil organ testis dan membedah mencit (Mus musculus) dengan mengambil organ ovarium. 3. Memasukan organ dalam larutan NaCl 0,9 %. 4. Memasukkan organ kedalam botol balsam yang berisi larutan bouin selama 48 jam. 5. Mencuci organ dengan alkohol 70 % selama 2 × 45 menit. 6. Dehidrasi menggunakan :  Merendam organ dalam alkohol 70 % selama 1 jam.  Merendam organ dalam alkohol 80 % selama 1 jam.  Merendam organ dalam alkohol 90 % selama 12 jam.  Merendam organ dalam alkohol 96 % selama 1 jam.  Merendam organ dalam alkohol absolute selama 1 jam. 7. Melakukan dealkoholisasi dengan merendam organ menggunakan toluol selama 12 jam. 8. Infiltrasi dalam oven dengan suhu 57-600C.  Merendam organ dalam toluol : parafin perbandingan 1:1 selama 45 menit.  Merendam organ dalam toluol : parafin perbandingan 2:4 selama 45 menit.  Merendam organ dalam toluol : parafin perbandingan 3:6 selama 45 menit. 9. Tahap embedding (penanaman organ dalam parafin) adalah sebagai berikut : a. Menyiapakan bakul-bakul untuk tempat penanaman organ. b. Melehkan parafin yang masih berbentuk padat. c. Memasukkan parafin yang telah dilelehkan kedalam bakul hinggah setengah sampai membentuk substrat bagi organ. d. Memasukkan organ kedalam substrat yang telah terbentuk.



e. Tuangkan kembali parafin cair sampai menutupi semua organ. 10. Memasukkan parafin organ kedalam freezer agar dapat membeku. 11. Menyayat parafin organ yang setipis mungkin, kemudian letakkan diatas kaca objek. 12. Tahap Pewarnaan sebagai berikut : a. Meneteskan xylol ke kaca objek, selama 15 menit kemudian tarik



13. 14. 15. 16.



menggunakan tissue. b. Hidrasi dengan menggunakan alkohol bertingkat :  Alkohol absolute selama 1 menit  Alkohol 96 % selama 1 menit  Alkohol 90 % selama 1 menit  Alkohol 80 % selama 1 menit  Alkohol 70 % selama 1 menit  Alkohol 60 % selama 1 menit  Alkohol 50 % selama 1 menit  Alkohol 40 % selama 1 menit  Alkohol 30 % selama 1 menit c. Pewarnaan menggunakan hemaktosilin selama 10 menit d. Cuci dengan aquades selama 10 menit e. Meneteskan kembali :  Alkohol 30 % selama 1 menit  Alkohol 50 % selama 1 menit  Alkohol 60 % selama 1 menit  Alkohol 70 % selama 1 menit f. Meneteskan Eosyn-Y selama 2 menit g. Membilas dengan alkohol bertingkat :  Alkohol 70 % selama 1 menit  Alkohol 80 % selama 1 menit  Alkohol 90 % selama 1 menit Meneteskan xylol ke kaca objek selama 15 menit Mounting dengan menggunakan Canada balsam. Keringkan diatas slide warmer dengan suhu 420C selama 2 hari. Amati dibawah mikroskop.



DAFTAR PUSTAKA Ariyadi, T. dan Suryono, H., 2017, Kualitas Sediaan Jaringan Kulit Metode Microwave dan Conventional Histoprocessing Pewarnaan Hematoxylin Eosin, Jurnal Labora Medika, 1(1): 10 Pratiwi, H.C. dan Manan, A., 2015, Teknik Dasar Histologi pada Ikan Gurami (Osphoronemus gouramy), Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 7(2): 154 Safrida., 2012, Deteksi Senyawa Mukopolisakarida dengan Pewarnaan Alcian Blue pada Ovarium dan Uterus Tikus Putih Rattus norvegicus, Jurnal Jesbo, 1(1): 27 Setyadi, A.D., 2006, Organ Reproduksi dan Kualitas Sperma Mencit (Mus musculus) yang Mendapat Pakan Tambahan Kemangi (Ocimum basilicum) Segar, Skripsi, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Swarayana, I.I., Sudira, I.W. dan Berata, I.K., 2012, Perubahan Histologi Hati Mencit (Mus musculus) yang Diberikan EKstrak Daun Ashitaba (Angelica keiskei), Jurnal Buletin Veteriner Udayana, 4(2): 121