TP Parafin Hewan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK LABORATORIUM PEMBUATAN SEDIAAN IRISAN JARINGAN HEWAN DENGAN METODE PARAFIN



Nama



: Wahyu Kurniawan



NIM



: J1C107057



Kelompok



: I (Satu)



Asisten



: Denny Gumilang



UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI S-1 BIOLOGI BANJARBARU 2010



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Mikroteknik adalah ilmu yang mempelajari tentang pembuatan preparat. Dalam setiap pembuatan preparat pada umumnya selalu dilakukan fiksasi terlebih dahulu. Sedangkan fiksasi itu sendiri adalah suatu cara atau proses (metode) yang bertujuan untuk mematikan sel tanpa mengubah fungsi dan struktur di dalam sel itu sendiri. Jika telah dilakukan fiksasi maka preparat yang dibuat akan menjadi lebih awet dan tahan lama (Billi, 2008). Dehidrasi adalah suatu cara atau proses (metode) pengurangan atau penghilangan air dari dalam sel. Penjernihan adalah suatu cara atau proses (metode) yang digunakan untuk menghilangkan warna asli suatu preparat supaya ketika pemberian warna yang baru menjadi lebih sempurna daripada warna aslinya. Fungsi dari dehidrasi pada metode pembuatan preparat dengan penyelubungan agar parafin dapat terinfiltrasi dengan sempuna ( Della, 2008). Sediaan adalah benda yang akan diamati strukturnya. Sifat–sifat dari sediaan ada yang sementara, semi permanen, dan permanen. Sumber sediaan adalah semua organisme atau yang pernah hidup baik itu tumbuhan, hewan, maupun manusia dan hasil pertumbuhannya (bagian atau keseluruhan tubuh organisme). Garis besar pembuatan sediaan adalah pengambilan dan persiapan material, fiksasi, pencucian, pewarnaan, dehidrasi, penjernihan, penempelan pada gelas objek, dan pemberian nama. Beberapa metode dalam pembuatan sediaan antara lain: sediaan utuh (Whole Mount), sediaan apus (Smear), sediaan remas



(Squash), sediaan gosok, Maserasi, dan sediaan sayatan tanpa embedding maupun dengan embedding (Parafin, seloidin, maupun resin) (Kusuma, 2008). Pada percobaan kali ini akan digunakan pembuatan sediaan mikroskopis dengan menggunakan metode parafin. Metode pembuatan sediaan dengan penyelubungan parafin disebut juga sebagai metode embedding. Pembuatan sediaan dengan pemotongan jaringan menggunakan parafin dan mikrotom sebagai alat pemotongnya. Kelebihn metode ini adalah irisannya jauh lebih tipis dan prosedurnya juga lebih cepat jika dibandingkan dengan metode seliondin maupun metode beku. Alat pemotomg mikrotom yang digunakan bekerja berdasarkan suatu ulir yang berfungsi untuk mendorong maju blok preparat atau pisau (Pujawati, 2002). Prosedur pembuatan sediaan menggunakan metode parafin pada umumnya sama baik pada jaringan hewan maupun tumbuhan. Pertama–tama organ yang akan dijadikan preparat diisolasi terlebih dahulu, kemudian difiksasi minimal 24 jam, didehidrasi dengan alkohol bertingkat selama 30 menit, diclearing dengan xilol murni juga selama 30 menit, diinfiltrasi agar parafin yang masuk berfungsi sebagai penyangga



jaringan saat diiris dengan mikrotom, lalu diembedding



(proses penanaman) yaitu merendam jaringan ke dalam parafin cair, dan parafin akan masuk ke seluruh bagian jaringan, proses pemotongan dengan mikrotom, penempelan pada kaca objek, pewarnaan dengan haematoksilin (pada umumnya bahan ini yang sering digunakan untuk jaringan hewan) sedangkan jaringan tumbuhan seringkali menggunakan safranin ataupun fast green. Setelah diwarnai lalu dimounting, diberi perekat entellan, dan diberi label nama (Santoso, 2002).



1.2 Tujuan Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengenal tahap-tahap pembuatan, bahan dan alat untuk praktikum teknik pembuatan sediaan irisan jaringan hewan dengan metode parafin.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



Metode parafin adalah suatu cara pembutan sediaan baik itu tumbuhan ataupun hewan dengan menggunakan parafin. Kebaikan-kebaikan metode ini ialah irisan jauh lebih tipis dari pada menggunakan metoda beku atau metoda seloidin. Dengan metoda beku, tebal irisan rata-rata diatas 10 mkron, tapi dengan metode parafin tebal irisan dapat mencapai rata-rata 6 mikron. Irisan-irisan yang bersifat seri



dapat



dikerjakan



dengan



mudah



bila



menggunakan



metode



ini.



Kelemahan dari metode ini ialah jaringan menjadi keras, mengerut dan mudah patah. Jaringan-jaringan yang besar tidak dapat dikerjakaan, bila menggunakan metode ini. Sebagian besar enzim-enzim yang terdapat pada jaringan akan larut dengan menggunakan metode ini (Santoso, 2002). Metode ini sekarang banyak digunakan, karena hampir semua macam jaringan dapat dipotong dengan baik dengan menggunakan metode ini. Metode parafin adalah suatu metode pembuatan preparat dengan melakukan penanaman jaringan di dalam blok parafin untuk menghasilkan preparat jaringan hewan ataupun tumbuhan yang tipis. Preparat parafin ini dilakukan penyelubungan karena jaringan merupakan bahan yang lunak (Nurliani, 2007). Prosedur pembuatan sediaan menggunakan metode parafin pada umumnya sama baik pada jaringan hewan maupun tumbuhan. Pertama–tama organ yang akan dijadikan preparat diisolasi terlebih dahulu, kemudian difiksasi minimal 24 jam, didehidrasi dengan alkohol bertingkat selama 30 menit, diclearing dengan xilol murni juga selama 30 menit, diinfiltrasi agar parafin yang masuk berfungsi



sebagai penyangga jaringan saat diiris dengan mikrotom, lalu diembedding (proses penanaman) yaitu merendam jaringan ke dalam parafin cair, dan parafin akan masuk ke seluruh bagian jaringan, proses pemotongan dengan mikrotom, penempelan pada kaca objek, pewarnaan dengan haematoksilin (pada umumnya bahan ini yang sering digunakan untuk jaringan hewan) sedangkan jaringan tumbuhan seringkali menggunakan safranin ataupun fast green. Setelah diwarnai lalu dimounting, diberi perekat entellan, dan diberi label nama (Andria, 2008). Alat khusus yang dirancang untuk menyayat material atau jaringan dalam sayatan-sayatan yang cukup tipis untuk penelaahan dengan mikroskop adalah mikrotom. Syarat memperoleh hasil sayatan yang baik : 1. Jaringan yang telah dipersiapkan dengan sempurna 2. Pisau yang cukup tajam 3. Pemilihan jenis mikrotom yang tepat 4. Operator yang cukup terampil dan terlatih (Imran, 2010). Mikrotom ada beberapa macam yaitu : 1. Mikrotom geser (sliding mikrotome). Pada alat ini, jaringan tetap berada pada tempatnya, sedang pisaunya yang bergerak. Pada umumnya jaringan yang akan dipotong dengan mikrotom geser adalah jaringan yang tanpa penanaman (embedding) terlebih dulu. Disini tidak akan terjadi pita irisan. Jaringan yang akan diiris sebelumnya dapat diwarnai dengan pewarnaan tunggal, ataupun tanpa pewarnaan terlebih dahulu. Metode ini banyak dikerjakan untuk pengirisan jaringan tumbuh-tumbuhan.



2. Mikrotom beku (freezing microtome). Alat ini dihubungkan dengan tabung berisi CO2 dingin, melalui suatu pipa karet. Mikrotom ini, keadaannya sama dengan mikrotom geser yaitu jaringan tetap berada pada tempatnya sedang pisau mikrotomnya yang bergerak ke muka dan ke belakang. Jaringan dapat dipotong dengan mikrotom ini, tanpa fiksasi terlebih dahulu atau dengan fiksasi. Fiksasi dapat dijalankan setelah pemotongan dan sebelum pewarnaan. 3. Mikrotom putar (rotary microtome). Berbeda dengan 2 jenis mikrotom diatas, yaitu bahwa pada mikrotom ini, pisau tetap pada tempatnya sedang jaringannya yang bergerak ke atas dan ke bawah. Jenis mikrotom ini yang biasanya digunakan untuk pembuatan sediaan irisan dengan metode parafin (Rina, 2010). Karena metode parafin sekarang lebih banyak digunakan di laboratoriumlaboratorium, maka dengan sendirinya mikrotom jenis ini lebih banyak digunakan daripada mikrotom-mikrotom lainnya. Hal ini disebabkan karena irisan yang diperoleh lebih tipis dibandingkan dengan metode lainnya (Rina, 2010). Ada 2 macam metode irisan adalah sebagai berikut : 1.



Metode irisan dengan tangan. Pada beberapa macam jaringan, terutama dalam lapangan botani, pembuatan sediaan dengan cara ini masih dapat dipakai misalnya melihat susunan daun segar. Dengan mempelajari sediaan seperti ini dapat diperoleh beberapa keterangan mengenai luas maupun tipe fibrosis didalam jaringan yang patologis.



2.



Metode irisan dengan mikrotom. Di



dalam



metode



ini



sediaan



didapat



dari



jaringan-jaringan



pengirisannya menggunakan suatu alat yang disebut mikrotom. Keuntungan dari alat ini adalah bahwa tebal irisan dapat diatur menurut tajam dan kehendak peneliti. Macam-macam mikrotom diantaranya mikrotom geser, mikrotom beku, dan mikrotom putar (rotary mikrotom) (Mcmanus, 1992). Pada mikrotom putar pisau tetap pada tempatnya sedang jaringannya bergerak ke atas dan ke bawah. Jenis mikrotom ini biasanya digunakan untuk pembuatan sediaan irisan dengan metode parafin. Karena metode ini sekarang lebih banyak digunakan dilaboratorium-laboratorium maka denagn sediaan mikrotom jenis ini lebih banyak digunakan daripada mikrotom-mikrotom lainnya. Hal ini disebabkan karena irisan yang diperoleh lebih tipis dibandingkan dengan metode lainnya (Sumarni, 2010). Dengan diperolehnya irisan yang lebih tipis ini, maka pengamatan secara seksama dan teliti terhadap sel atau jaringan akan diperoleh. Selain itu, hampir semua jaringan dapat diiris dengan mikrotom ini.



Berbeda dengan 2 jenis



mikrotom yang telah diuraikan di atas, di mana irisan yang diperoleh saling terpisah satu sama lain, maka pada irisan yang diperoleh dengan mikrotom jenis ini ialah jaringan yang terjadi satu sama lain saling bergandengan, sehingga terbentuk pita yang panjang (Santoso, 2002). Preparat jaringan hewan dan tumbuhan dapat diperiksa dibawah mikroskop apabila sudah terlihat warna yang kontrase baik maka diberi canada balsam lalu ditutup dengan kaca penutup, dan terakhir diberi label preparat permanen tersebut. Dikarenakan keterbatasan waktu dan tidak adanya mikrotom



yang baik di laboratorium maka pekerjaan tidak bisa sampai selesai. Hasil akhir dari pekerjaan hanya sampai pada balok parafin keras. Hasil kerja hanya sampai pada terbentuknya balok parafin. Untuk mendapatkan hal tersebut maka harus menjalani beberapa prosedur dengan alat dan bahan tertentu (Hasan, 2010).



BAB III METODE PRAKTIKUM



3.1 Waktu dan Tempat Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 12-21 Mei 2010 bertempat di Laboratorium Dasar Ruang Biologi I Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru. 3.2 Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah gelas objek, gelas penutup, jarum preparat, pinset, cawan petri, dan mikroskop. Bahan yang dipergunan antara lain organ dalam mencit (paru-paru, jantung, hati, dan ginjal), larutan BNF, bahan untuk dehidrasi : alcohol 70 %, 80%, 95%, 100% 1 dan 2, dan xylol. Bahan untuk infiltrasi : xylol dan paraffin, larutan pewarna hematoksilin ehrlich, pewarna eosin-Y 1% dalam aquades, entellan, label, kotak paraffin, pinset, scalpel, kapas, seperangkat wadah untuk proses dehidrasi-clearing, seperangkat “jar” untuk staining, alat untuk infiltrasi (oven/paraffin bath), mikrotom, hot plate, waterbath, kuas kecil, gelas objek dan penutup. 3.3



Prosedur Kerja



1.



Hewan dibedah dan diambil organ yang diperlukan.



2.



Organ yang akan diproses difiksasi dengan larutan BNF selama 24 jam.



3.



Larutan fiksasif dibuang dan dicuci dengan alcohol : 70%, 80%, 90%, 100% (1), 100% (2), xilol 1, xilol 2; masing-masing 1 jam dan xilol : paraffin (1:1); masing-masing 30 menit.



4.



Diinfiltrasi dalam paraffin 1, paraffin 2, dan paraffin 3 didalam oven masingmasing selama 1 jam.



5.



Dibloking dalam kotak-kotak paraffin hingga membeku. Blok yang sudah beku ditempelkan kuat-kuat pada holder. Kemudian direndam pada xilol 1 dan 2 masing-masing 20 menit.



6.



Untuk proses pewarnaan, gelas objek berisi jaringan direndam dalam xylol 1, 2, masing-masing selama 20 menit.



7.



Dicelupkan dalam alcohol 100%, 95%, 80%, 70%, 50% dan 30% beberapa menit celupan. Diwarnai dengan hematoksilin ehrlich selama 5 detik. Dicuci dengan air ledeng 10 menit dan akuades 1 menit.



8.



Dicelupkan ke dalam alcohol bertingkat, 30%, 50%, 70%, dan diwarnai dengan eosin selama 1 menit.



9.



Dicelupkan kedalam alkohol 70%, 80%, dan 96% masing-masing 1 menit. Kemudian dicelupkan lagi kedalam xilol 1 dan 2 masing-masing 10 menit.



10. Ditutup dengan perekat entelan dan diberi label



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN



4.1 Hasil Adapun hasil yang diperoleh pada praktikum ini adalah sebagai berikut : Tabel Hasil Pengamatan Sediaan Jaringan Hewan No. 1.



Gambar



Keterangan Ginjal Perbesaran 100x



2.



Hati Perbesaran 100x



3.



Paru-paru Perbesaran 100x



4.



Jantung Perbesaran 100x



4.2 Pembahasan Praktikum pembuatan sediaan irisan jaringan hewan dengan metode parafin dapat diketahui bahwa dalam pembuatan preparat hewan lebih mudah untuk dibuat dan tidak memakan waktu yang panjang. Organ yang digunakan



adalah organ hati, paru-paru, jantung dan ginjal. Hewan yang diambil organnya adalah mencit. Tetapi ada sebagian organ yang gagal menjadi suatu preparat, hal ini mungkin disebabkan kurangnya ketelitian dan keterampilan pada saat mengiris block parafin saat menggunakan mikrotom, sehingga lembaran pita jaringan yang didapatkan terlalu tebal dan sulit diamati di bawah mikroskop. Selain itu, sebagian preparat tidak dapat dikenali dengan jelas bagian mana yang digunakan dari bahan percobaan karena pada saat proses pewarnaan, pencucian dan pencelupan sediaan ke larutan alkohol ada beberapa kertas label yang terlepas dari kaca objek. Sehingga hanya preparat yang kertas labelnya masih utuh yang dapat dikenali dengan benar. Organ yang digunakan tersebut harus diisolasi terlebih dahulu sebelum digunakan hal ini bertujuan agar organ yang dijadikan sediaan siap untuk melakukan berbagai tahap-tahap atau proses dalam percobaan. Proses pembuatan sediaan preparat setelah dibedah diambil organnya, kemudian dicuci dengan garam fisiologis agar organ tersebut tidak mengalami pembekuan. Setelah itu organ difiksasi digunakan larutan BNF selama ± 24 jam agar sel-sel dari organ tersebut mati namun strukturnya tidak rusak sehingga memudahkan langkahlangkah kedepannya. Fiksasi berfungsi untuk mempertahankan bentuk jaringan sedemikian rupa sehingga perubahan-perubahan bentuk atau struktur sel atau jaringan yang mungkin



terjadi hanya sekecil mungkin. Selain itu fiksasi berguna untuk



meningkatkan indeks bias jaringan sehingga jaringan dapat terwarnai dengan baik. Larutan fiksatif dibuang dan dicuci dengan alkohol 70 % selama 1 jam. Kemudian



didehidrasi dengan alkohol bertingkat mulai 80 %, 95 %, sampai alkohol tersebut absolut masing–masing selama 1 jam. Hal ini dilakukan untuk proses fiksasi dengan membunuh sel tanpa mengubah posisi organel yang ada di dalamnya, dan juga untuk menghilangkan air yang ada dalam sel dan memperoleh hasil yang sempurna pada proses infiltrasi dan juga agar alkohol tersebut dapat menyerap air sedikit demi sedikit supaya dapat menjaga agar tidak terjadi perubahan



yang tiba-tiba terhadap jaringan



sehingga perubahan yang terjadi hanya sekecil mungkin. Selain itu fiksasi berguna untuk meningkatkan indeks bias jaringan sehingga jaringan dapat terwarnai dengan baik. Didealkoholasi, alkohol yang tadi dibuang dan diganti larutan secara berturut alkohol : xilol = 3 : 1, alkohol : xilol = 1 : 1 dan alkohol : xilol = 1 : 3 masing-masing selama 30 menit. Hal ini bertujuan untuk menggantikan tempat alkohol dalam jaringan yang telah mengalami proses dehidrasi dengan suatu solven atau medium penjernih menjelang proses penanaman sebelum proses penyayatan. Fungsi dari dehidrasi itu sendiri ialah untuk mengeluarkan air dari dalam jaringan dengan menggunakan bahan kimia tertentu. Setelah tahapan fiksasi, organ didehidrasi dengan larutan alkohol bertingkat yang bertujuan untuk mengurangi kandungan air dari organ tersebut sehingga saat sudah menjai sediaan tidak akan cepat rusak. Selain itu untuk memudahkan peresapan parafin. Organ selanjutnya di clearing dengan larutan campuran antara xilol dan alkohol dengan perbandingan tertentu yaitu 3:1, 1:1, 1:3 dan xilol murni dengan tujuan untuk membersihkan sisa-sisa alkohol dari organ dan membantu proses penyerapan parafin. Tahapan berikutnya yaitu perendaman dalam parafin, tahapan ini biasanya dilakukan didalam oven agar saat organ dimasukkan dalam



parafin, parafin tersebut tidak mudah membeku. Tahapan perendaman dalam parafin diulangi sebanyak 3 kali dengan tujuan agar parafin meresap sempurna dan pada saat pemotongan akan didapat hasil yang diinginkan. Selain itu tahapan perendaman dalam parafin yang sempurna juga turut mempengaruhi struktur organ yang digunakan. Organ yang sudah berada dalam block parafin akan dipotong dengan menggunakan mikrotom rotary, hasil yang diinginkan yaitu setebal 6 mikron, tahapan pemotongan memerlukan kesabaran dan ketelitian karena pada tahapan ini tidak bisa di predeksi kapan bahan yang ada dalam block parafin terpotong sempurna dan sesuai dengan ketebalan yang diinginkan. Pemotongan juga harus memperhatikan kumpulan paraffin yang terpotong dan membentuk gumpalan, karena bisa saja di dalam gumpalan tersebut terdapat potongan yang diinginkan. Organ yang telah dipotong kemudian akan mengalami tahapan pewarnaan dengan xilol 1 dan 2. Xilol digunakan sebelum pewarnaan selanjutnya yang menggunakan haematoksilin ehrlich agar saat pewarnaan dengan haematoksilin ehrlich dilakukan, warna yang dihasilkan akan sesuai dengan yang diinginkan sehingga hasil yang didapat akan memperlihatkan bagaimana penampang sebenarnya dari organ-organ tubuh. Tahapan berikutnya adalah pencucian dengan akuades agar sisa-sisa warna yang menempel tidak sempurna bisa hilang. Kemudian perendaman dalam alkohol bertingkat diselingi dengan eosin dan dilanjutkan lagi dengan alkohol bertingkat, hal ini bertujuan untuk mengurangi kemungkinan lunturnya warna, untuk menghilangkan kandungan air yang mungkin saja masih tersisa setelah proses pencucian dan mencegah hal lainnya yang tidak diinginkan.



Kendala yang dialami pada saat pembuatan sediaan irisan jaringa hewan dengan menggunakan metode parafin ini, salah satunya kesulitan atau kurangnya keterampilan dalam pembuatan preparat irisan saat pemotongan dengan menggunakan mikrotom. Ada beberapa jenis mikrotom yang dapat digunakan sebagai alat pemotong sediaan antara lain hand microtom, rocking microtom, rotary microtom, freezing microtom, dan sliding microtom. Sedangkan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah hand microtom. Hal inilah yang menyebabkan proses pemotongan yang paling sulit dilakukan karena dengan menggunakan mikrotom tangan seringkali praktikan sulit untuk mengukur ketebalan dari sediaan yang akan dipotong. Sehingga ada yang terlalu tebal dan ada yang terlalu tipis, hal ini menyebabkan irisan sediaan mudah hancur pada saat diletakkan di atas kaca objek. Beberapa kesukaran pada saat pemotongan sediaan parafin antara lain; pita tidak terbentuk, hal ini kemungkinan karena pisau yang tumpul; pita melengkung atau bengkok, hal ini kemungkinan karena tepi pisaunya yang tidak rata; sayatan tertekan, mengerut, atau berdempet, hal ini kemungkinan karena sudut pisau yang terlalu kecil dan mata pisau yang terlapis dengan sisa parafin; sayatan remuk dan cenderung lepas dari parafin, hal ini kemungkinan karena proses dehidrasi dan clering yang tidak sempurna; pita belah; sayatan terangkat dari pisau saat blok parafin naik; dan permukaan sayatan yang bergelombang. Hasil pengamatan yang didapatkan dari preparat atau sediaan irisan jaringan hewan dengan metode parafin ini ada beberapa perbedaan yang nyata antara ginjal, hati, dan paru. Preparat ginjal memmiliki warna yang paling cerah, ini dikarenakan proses pengirisannya dilakukan dengan sangat tipis sehingga



memberikan bayangan yang terang. Preparat organ hati dengan perbesaran 100x pada umumnya memberikan bayangan yang redup dan berwarna coklat tua sehingga tidak bagian sel hati tidak dapat terlihat dengan jelas, terdapat gelembung-gelembung kecil yang mengindikasikan prosesnya belum begitu sempurna. Preparat organ paru-paru berwarna coklat tua dan bayangan yang redup, hal ini kemungkinan dikarenakan oleh perendaman yang terlalu lama sehingga membuat perubahan warna pada organ. Keunggulan dari metode parafin, antara lain : irisan dapat jauh lebih tipis dari pada menggunakan metode beku maupun seloidin, dengan metode parafin tebal irisan dapat mencapai rata-rata 6 mikron, irisan-irisan yang bersifat seri dapat dikerjakan dengan mudah, dan prosesnya lebih cepat dari metode lain. Sedangkan kelemahan dari metode ini adalah jaringan menjadi keras, mengerut dan mudah patah, jaringan-jaringan yang besar tidak dapat dikerjakan, bila menggunakan metode ini, dan sebagian besar enzim-enzim akan larut dengan metode ini.



BAB V PENUTUP



5.1 Kesimpulan Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Dalam pembuatan preparat hewan lebih mudah untuk dibuat dan tidak memakan waktu yang panjang. 2. Hasil pengamatan yang didapatkan dari preparat atau sediaan irisan jaringan hewan dengan metode parafin ini sulit untuk dibedakan antara hati, paru-paru, jantung dan ginjal. Selain itu, juga sulit di amati jaringan apa yang digunakan sebagai preparat karena warna dan bentuknya sama. 3. Kelebihan-kelebihan dari metode parafin, yaitu: irisan dapat jauh lebih tipis, tebal irisan dapat mencapai rata-rata 6 mikron, irisan-irisan yang bersifat seri dapat dikerjakan dengan mudah, dan prosesnya lebih cepat dari metode lain. 4. Kelemahan dari metode ini adalah jaringan menjadi keras, mengerut dan mudah patah, jaringan-jaringan yang besar tidak dapat dikerjakan, dan sebagian besar enzim-enzim akan larut dengan metode ini.



5.2 Saran Sebaiknya untuk praktikum yang akan datang hendaknya praktikan harus benar-benar menyiapkan bahan terlebih dahulu agar praktikum berjalan dengan lancar. Selain itu kebersihan ruangan juga harus tetap terjaga.



DAFTAR PUSTAKA



Andria, 2008. Metode Parafin. http://www.wikipedia.co.id Diakses tanggal 23 April 2009 Billi, 2008. Mikroteknik. http://www.wikipedia.com//ensiklopedia-bebas-berbahasa-indonesia.html Diakses tanggal 20 April 2009. Della, 2008. Dehidrasi. http://www.wikipedia.com//ensiklopedia-bebas-berbahasa-indonesia.html Diakses tanggal 20 April 2009. Kusuma, 2008. Sediaan Mikroskopis. http://www.research.co.id//teknik–pembuatan–sediaan–mikroskopis– jaringan–makhluk–hidup.html Diakses tanggal 20 April 2009. Nurliani, A. 2007. Petunjuk Praktikum Teknik Laboratorium. Departemen Pendidikan Nasional Universitas Lambung Mangkurat Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Biologi. Banjarbaru. Pujawati, E. D. 2002. Petunjuk Praktikum Mikroteknik Tumbuhan. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Biologi Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru Santoso, H. B. 2002. Bahan Kuliah Teknik Laboratorium. Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru.