15 0 881 KB
LAPORAN KASUS
SELULITIS
Disusun oleh: dr. Ribka Elda Patandianan Pendamping: dr. Mukhisal Aqni, Sp.B dr. Trieko Stefanus Larope
PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA RS TORABELO - SIGI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TORA BELO KABUPATEN SIGI 2022 DAFTAR ISI Halaman Judul ........................................................................................................1 Daftar Isi .................................................................................................................2 Lembar Pengesahan ................................................................................................3 BAB 1 PENDAHULUAN .....................................................................................4 BAB II ..................................................................................................................... BAB III LAPORAN KASUS ................................................................................ BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................................... BAB V KESIMPULAN ..................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KASUS
Disusun untuk memenuhi Tugas Internship Judul
: Bronkopneumonia
Disusun Oleh : dr. Ribka Elda Patandianan Wahana
: RSUD TORA BELO SIGI
Periode
: Mei 2022- November 2023
Menyetujui Dokter Pembimbing
dr. Trieko Stefanus Larope
dr. Mukhisal Aqni, Sp.B
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selulitis adalah peradangan akut terutama menyerang jaringan dermis dan subkutis. Faktor risiko untuk terjadinya infeksi ini adalah trauma lokal (robekan kulit), luka terbuka di kulit atau gangguan pembuluh darah vena maupun pembuluh getah bening. Lebih dari 40% penderita selulitis memiliki penyakit sistemik. Penyakit ini biasanya didahului trauma, karena ini tempat predileksinya di tungkai bawah. Gejala prodormal selulitis adalah demam dan malaise, kemudian diikuti tanda-tanda peradangan yaitu bengkak (tumor), nyeri (dolor), kemerahan (rubor), dan teraba hangat (kalor) pada area tersebut. Prevelansi selulitis di dunia tidak diketahui secara pasti. Sebuah studi tahun 2006 melaporkan insidensi selulitis di Utah, AS, sebesar 24,6 kasus per 1000 penduduk per tahun dengan insidensi terbesar pada pasien laki-laki dan usia 45-64 tahun. Secara garis besar, terjadi peningkatan kunjungan ke pusat kesehatan di Amerika Serikat akibat penyakit kulit dan jaringan lunak kulit yaitu dari 32,1 menjadi 48,1 kasus per 1000 populasi dari 1997-2005 dan pada tahun 2005 mencapai 14,2 juta kasus. Berdasarkan profil kesehatan Indonesia, penyakit kulit dan jaringan subkutan merupakan penyakit kedua terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah sakit, yaitu sebesar 501,280 atau sebesar 3,16% dan total pasien rawat jalan. Informasi mengenai epidemiologi selulitis sendiri di indonesai masih sangat terbatas. Diagnosis selulitis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis. Pada pemeriksaan klinis selulitis ditemukan makula eritematous, tepi tidak meninggi, batas tidak tegas, edema, infiltrat dan teraba panas, dapat disertai limfangitis dan limfadenitis. Terapi untuk selulitis diperlukan antibiotik sistemik dengan pilihan AB lini pertama ialah flikloksasilin dan golongan penisilin, jika alergi dapat diberikan
golongan makrolid atau klindamisin. Topikal diberikan kompres terbuka dengan larutan antiseptik, anti histamin diberikan untuk mengurangi rasa gatal. B. Tujuan Tujuan dari pembuatan laporan kasus ini “Seorang laki-laki 47 tahun dengan Selulitis cruris sinistra” adalah bertujuan untuk mempelajari tentang cara mendiagnosis dan memberikan penatalaksanaan yang tepat pada pasien dengan penyakit diatas. C. Manfaat Laporan kasus ini diharapkan dapat membantu para dokter dalam menegakkan diagnosis dan penatalaksanaan selulitis di rumah sakit. D.
BAB 2 LAPORAN KASUS A. IDENTITAS Nama
: Tn. P
Umur
: 47 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki- laki
Alamat
: Lindu
No. RM
: 053328
Tanggal Periksa : 29 Juni 2022
B. SUBYEKTIF – ANAMNESIS Keluhan Utama: Nyeri pada kaki kiri Riwayat Penyakit Sekarang Pasien rujukan dari PKM lindu masuk RS Torabeolo dengan keluhan nyeri pada ekstremitas bawah kiri yang dirasakan sejak 1 minggu sebelum masuk RS. Menurut keterangan pasien awalnya kaki berwarna merah, gatal, nyeri dan lamakelamaan menyebar hingga tungkai bawah kemudian membentuk lepuhan yang berisi cairan dan kaki terasa berat. Mual (-), muntah (-), batuk (-), sesak (-), BAB (+) BAK (+) biasa. Riwayat trauma disangkal. Riwayat penyakit kulit sebelumnya disangkal, Pasien memeiliki riwayat mengonsumsi obat dari puskesmas selama 6 bulan yang lalu (Allopurinol). Selama sakit pasien tidak pernah mengonsumsi obat lain (Herbal) atau di pijat. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Sakit Jantung
: disangkal
Riwayat Hipertensi
: disangkal
Riwayat Gout
: (+) terkontrol
Riwayat DM
: (+) Tidak terkontrol
Riwayat Penyakit Keluarga: Riwayat Sakit Jantung
: disangkal
Riwayat Hipertensi
: disangkal
Riwayat DM
: disangkal
Riwayat Sosial Ekonomi: Pasien bekerja sebagai seorang petani
C. OBJEKTIF 1. PEMERIKSAAN FISIK Keadaan Umum
: Sedang, kompos mentis
Vital Sign
: Tensi : 110/80mmHg
Respiratory Rate
:
20x/menit Nadi
: 69x/menit
Suhu
:36,8 C
VAS
:6
SpO2
: 98%
Kepala
: bentuk normocephal
Mata
: konjungtiva palpebra anemis (-/-), mata cekung (-/-),sklera ikterik -/-
Telinga
: discharge -/-, Rhinorea -/-
Hidung
: discharge -/-, othorhea -/-
Mulut
: bibir kering (-),bibir sianosis (-)
Leher
: Pembesaran nnll -/-,trachea di tengah
Thorax
: retraksi (-)
Cor
: I : iktus cordis tidak tampak P : iktus cordis teraba di SIC 5 linea medioclavicularis sinistra
P : Batas jantung kanan SIC 5 linea sternalis dextra Batas jantung kiri SIC 5 linea medioclavicularis dan SIC 5 linea parasternalis sinistra Batas jantung atas SIC 2 Linea parasternalis sinistra Pinggang jantung SIC 3 Linea Parasternalis sinistra A : bunyi jantung I-II reguler, bising (-), gallop (-)
Pulmo
: I : simetris saat statis dan dinamis P : vokal fremitus kanan = kiri P : sonor seluruh lapangan paru A : Suara Dasar Vesikuler (+/+), Suara tambahan (-/-)
Abdomen: I
: Tampak Datar
A : Peristaltik (+) P : Timpani (+) di seluruh lapangan abdomen P : Nyeri tekan (-) epigastrium, defans (-) Extremitas
:
superior
inferior
Hiperemis
:
-/-
-/+
Oedema
:
-/-
-/+
Sianosis
:
-/-
-/-
Akral dingin
:
-/-
-/-
Lokalisasi
: Regio Cruris Sinistra
Status Dermatologis : Warna tidak sama dengan kulit sekitar, penyebaran difus, batas tidak tegas, edema (+), hiperemis (+), bulla (+), arteri dorsalis pedis sulit teraba karena kaki bengkak, CRT baik.
2. PEMERIKSAAN PENUNJANG Hb
:8.8 gr/dL
Hematokrit
: 27.9%
Trombosit
: 197.000/mm3
Leukosit
: 24.5 x 103/mm3
Eritrosit
: 3.65 juta/mm3
RT-Ag Sars-COV-2
: Negatif
UA
: 10.06 mg/Dl (Meningkat)
GluP
: 141.5 mg/dL (Meningkat)
Urea
: 87.3 mg/Dl (Meningkat)
D. DIAGNOSIS BANDING 1. Selulitis 2. Erisipelas 3. DVT E. DIAGNOSIS SEMENTARA Selulitis Pedis Sinistra + Gout + Anemia Resume: Pasien Rujukan dari PKM lindu masuk RS Torabeolo dengan keluhan nyeri pada ekstremitas bawah kaki kiri yang dirasakan sejak 1 minggu sebelum masuk RS. Menurut keterangan pasien awalnya kaki berwarna merah, nyeri dan lama-kelamaan menyebar hingga tungkai bawah kemudian membentuk lepuhan yang berisi cairan dan kaki terasa berat. Mual (-), muntah (-) BAB (+) BAK (+) biasa. Riwayat trauma disangkal. Pasien memeiliki riwayat mengonsumsi obat dari puskesmas selama 6 bulan yang lalu
(Allopurinol). Selama sakit pasien tidak pernah mengonsumsi obat lain (Herbal) atau di pijat. Pada pemeriksaan fisik tanggal 23 Juni 2022 didapatkan keadaan umum pasien tampak sakit sedang dengan tanda vitam: tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 68 kali/menit regular, frekuensi pernapasan 20 kali/menit dan 36,80C (axilla). Pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan nyeri tekan. Regio Cruris sinistra tampak warna tidak sama dengan kulit sekitar, penyebaran difus, batas tidak tegas, edema (+), hiperemis (+), bulla (+), arteri dorsalis pedis sulit teraba karena kaki bengkak, CRT baik. Berdasarkan, anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang pasien didiagnosis selulitis pedis sinistra.
F. PENATALAKSANAAN: Farmakologi :
-
Infus RL 20 tpm
-
Inj. Omperazole 40mg /12 jam
-
Inj. Ketorolac 30mg/8 jam/iv
-
Ceftriaxone 1 gr/12jam/IV
Non Farmakologi : -
Kompres Nacl 0.9% selama 15 menit tiap 4 jam
-
Konsul Bedah
-
Konsul interna rawat bersama
-
Foto thorax PA, cruris AP/Lateral
-
EKG
-
Rawat ruangan ebony
Edukasi : Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarganya mengenai penyakit yang diderita pasien, pengobatan dan perlunya dilakukan konsultasi lebih lanjut pada dokter spesialis bedah.
G. PROGNOSIS Quo ad Vitam
: Bonam
Quo ad Functionam
: Bonam
Quo ad Sanationam
: Bonam
H. FOLLOW UP PERAWATAN PASIEN: 1. Perawatan hari ke-1 (23/6/2022) S:
Bengkak kaki kiri melepuh (+), terasa berat (+),
O:
GCS:15, TD: 117/83mmHg, N: 69x/menit, S: 36,8, P: 20x/menit SPO2: 99% Ekstremitas: Cruris S, Edema (+), kemerahan (+), bulla (+), nyeri (+), digiti I-V manus D et S deformitas (+)
A: P:
Selulitis Pedis Sinistra + Gout + Anemia IVFD RL 20 tpm Inj omeprazole 40mg /12jam/IV Inj Ketorolac 30mg/8jam/IV Inj ceftriaxone 1 gr/12 jam/IV Gabaxa 200mg/12jam/Drips Lapor dr. Rifa, Sp.PD advice: Allopurinol 300mg 1x1 Recolfar 3x1
Kidmin/hari SF 1x1 2. Perawatan hari ke-2 (24/6/2022): S:
Bengkak kaki kiri melepuh dan edema (+), terasa berat (+) dan nyeri.
O:
GCS: 15, TD: 130/70mmHg N: 80x/menit S: 36 P: 20x/menit SpO2: 99% Ekstremitas: Cruris S, Edema (+), hiperemis (+), bulla (+), nyeri (+), digiti I-V manus D et S deformitas (+)
A:
Selulitis Pedis Sinistra + Gout + Anemia
P:
IVFD RL 20 tpm Omperazole 40mg/12jam/IV Ketorolac 30 mg/8 jam/IV Ceftriaxone 1 gr/12jam/IV Metronidazole 500 mg/8jam Gabaxa 200mg/12jam/Drips GV per hari
3. Perawatan hari ke-3 (25/6/2022): S:
Tampak kaki edema, nyeri (+), dan nampak basah
O:
GCS: 15 TD: 100/60mmHg N: 80x/menit S: 36 P: 25x/menit SpO2: 96% Cruris (S), edema (+), hiperemis (+), Fluktuatif (+), bulla (+). Tampak belatung pada luka di kaki.
-Digiti I-IV manus D et S A: Selulitis Cruris (S) + Artritis Gout P: RL 20 tpm Omeprazole 40mg/12jam/IV Ketorolac 30mg/8jam/IV Ceftriaxone 1gr/12jam/IV Metronidasole 500mg/8 jam/IV Gabaxa 200mg/12jam GV per hari Dulcolax supp ekstra Albumin 20%/24jam Terpasang O2 3lpm (Kanul). GV+rawat luka 4. Perawatan Hari ke-4 (26/6/2022) S:
Tampak kaki edema, nyeri (+), dan nampak basah
O:
GCS: 15 TD: 110/60mmHg N: 85x/menit S: 36 P: 20x/menit SpO2: 98% Cruris (S), edema (+), hiperemis (+), Fluktuatif (+), bulla (+). Tampak belatung pada luka di kaki. -Digiti I-IV manus D et S
A:
Selulitis Cruris (S) + Artritis Gout
P:
RL 20 tpm Omeprazole 40mg/12jam/IV Ketorolac 30mg/8jam/IV Ceftriaxone 1gr/12jam/IV
Metronidasole 500mg/8 jam/IV Gabaxa 200mg/12jam GV per hari Albumin 20%/24jam 5. Perawatan Hari ke-5 (27/6/2022) S:
Tampak kaki edema, nyeri (+), dan nampak basah
O:
GCS: 15 TD: 120/70mmHg N: 80x/menit S: 36 P: 20x/menit SpO2: 98% Laboratorium: Glup: 59,8 mg/dL, Albumin: 1,86 g/dL (menurun), HB 8.8 gr/dL Cruris (S), edema (+), hiperemis (+), Fluktuatif (+), bulla (+). Tampak belatung pada luka di kaki. -Digiti I-IV manus D et S
A:
Selulitis Cruris (S) + Artritis Gout
P:
RL 20 tpm Omeprazole 40mg/12jam/IV Ketorolac 30mg/8jam/IV Ceftriaxone 1gr/12jam/IV Metronidasole 500mg/8 jam/IV Gabaxa 200mg/12jam GV per hari Albumin 20%/24jam (Rencana Operasi Besok) Rencana transfusi PRC 1 bag)
6. Perawatan Hari ke-6 (28/6/2022) S:
Tampak kaki edema, nyeri (+), dan nampak basah
O:
GCS: 15
TD: 90/60mmHg N: 80x/menit S: 36,2 P: 20x/menit SpO2: 98% Laboratorium: HB post tranfusi Bag I PRC: 9gr/dL Cruris (S), edema (+), hiperemis (+), Fluktuatif (+), bulla (+). Tampak belatung pada luka di kaki. A:
Selulitis Cruris (S) + Artritis Gout
P:
RL 20 tpm Omeprazole 40mg/12jam/IV Ketorolac 30mg/8jam/IV Ceftriaxone 1gr/12jam/IV Metronidasole 500mg/8 jam/IV Gabaxa 200mg/12jam GV per hari Albumin 20%/24jam hari ketiga belum terlayani -Tunggu Hasil Lab post Transfusi, apabila HB: 10 Lapor anastesi untuk persetujuan operasi. -Lapor dr Mukhisal Aqni Hb post transfusi 1 bag Advice: Konsul Anastesi - Lapor anastesi dr Miesel advice: Tambahkan 1 bag PRC
7. Perawatan Hari ke-7 (29/6/2022) S:
Tampak kaki edema, nyeri (+), dan nampak basah
O:
GCS: 15 TD: 100/60mmHg N: 80x/menit S: 36 P: 20x/menit SpO2: 98% Laboratorium: HB post transfusi Bag II PRC: 9.9 gr/dL
Cruris (S), edema (+), hiperemis (+), Fluktuatif (+), bulla (+). Tampak belatung pada luka di kaki. A:
Selulitis Cruris (S) + Artritis Gout
P:
RL 20 tpm Omeprazole 40mg/12jam/IV Ketorolac 30mg/8jam/IV Ceftriaxone 1gr/12jam/IV Metronidasole 500mg/8 jam/IV Gabaxa 200mg/12jam GV per hari
8. Perawatan Hari ke-8 (30/6/2022) S:
Tampak kaki edema, nyeri (+), dan nampak basah
O:
GCS: 15 TD: 100/60mmHg N: 80x/menit S: 36 P: 20x/menit SpO2: 98% Laboratorium: HB post transfusi 9.9 gr/dL Cruris (S), edema (+), hiperemis (+), Fluktuatif (+), bulla (+). Tampak belatung pada luka di kaki.
A:
Selulitis Cruris (S) + Artritis Gout
P:
RL 20 tpm Omeprazole 40mg/12jam/IV Ketorolac 30mg/8jam/IV Ceftriaxone 1gr/12jam/IV Metronidasole 500mg/8 jam/IV Gabaxa 200mg/12jam Rencana operasi hari ini
LAPORAN PEMBEDAHAN : 1. Pasien dalam posisi supine dibawah pengaruh anastesi 2. Disinfeksi dan ..... 3. Lakukan insisi debridement abses tampak pus, dilanjutkan excional debridement 4. ........ 5. Cuci luka operasi hingga kesan bersih 6. Operasi selesai
Instruksi Pro Excional Debridement: IVFD RL 20 tpm Omeprazole 40 mg/24jam/IV Ketorolac 30 mg/8 jam/IV Ceftriaxone 1gr/12jam/IV Gabaxa 200mg/12jam Pasien boleh makan dan minum 6 jam post operasi. 9. Perawatan Hari ke-9, Post Operasi Hari I (1/7/2022) S:
Pasien post debridement
O:
GCS: 15 TD: 100/80mmHg
N: 80x/menit S: 36 P: 20x/menit A:
Selulitis + Abses regio cruris S
P: Terapi lanjut GV/hari IVFD RL 20 tpm Omeprazole 4 mg/12jam/IV Ketolac 30mg/8jam/IV Ceftriaxone 1 gr/12jam/IV Gabaxa 200mg/24jam 10. Perawatan Hari ke-10, Post Operasi Hari II (2/7/2022) S: O: A: P:
GV rawat luka/hari Terapi lanjut Fibalbumin 2x1 Diet tinggi protein (Putih telur) Boleh pulang Kontrol Poli Bedah
BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA 1. Definisi Selulitis merupakan infeksi baktrial akut pada kulit. Infeksi yang terjadi menyebar ke dalam hingga ke lapisan dermis dan sub kutis. Infeksi ini biasanya
didahului
luka
atau
trauma
dengan
penyebab
tersering
Streptococcus beta hemolitikus dan Staphylococcus aureus. Terdapat tandatanda peradangan lokal pada lokasi infeksi seperti eritema, teraba hangat, dan nyeri serta terjadi limfangitis dan sering bergejala sistemik seperti demam dan peningkatan hitungan sel darah putih.
2. Anatomi
3. Etiologi Penyebab
selulitis
paling
sering
pada
orang
dewasa
adalah
Staphylococcus aureus dan Streptococcus beta hemolitikus grup A sedangkan penyebab selulitis pada anak adalah Haemophilus influenza tipe B (Hib), Streptokokus beta hemolitikus grup A, dan Staphylococcus Aureus. Streptococcus beta hemoliticus group B adalah penyebab yang jarang pada selulitis. Selulitis pada orang dewasa imunokompeten banyak disebabkan oleh streptococcus pyogenes dan Staphylococcus aureus sedangkan pada ulkus diabetikum dan ulkus dekubitus biasanya disebabkan oleh organisme campuran antara kokus gram positif dan gram negatif aerob maupun anaerob. Bakteri mencapai dermis melalui jalur eksternal maupun hematogen. 4. Epidemiologi Selulitis dapat terjadi di semua usia, tersering pada usia dibawah 3 tahun dan usia dekade keempat dan kelima. Insidensi pada laki-laki lebih besar daripada perempuan dalam beberapa studi epidemiologi. Insidensi selulitis ekstremitas masih menduduki peringkat pertama. Terjadi peningkatan risiko selulitis seiring meningkatnya usia, tetapi tidak ada hubungan dengan jenis kelamin. 5. Faktor Predisposisi Faktor predisposisi erisepelas dan selulitis adalah: kaheksia, diabetes melitus, malnutrisi, alkoholisme, dan keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh terutama bila diseratai higiene yang jelek. Selulitis umumnya terjadi akibat komplikasi suatu luka atau ulkus atau lesi kulit yang lain,
namun dapat terjadi secara mendadak pada kulit yang normal terutama pada pasien hipostatik. 6. Gejala Klinis Gambaran klinis tergantung ada tidaknya infeksi. Umumnya semua bentuk ditandai dengan kemerahan dengan batas jelas, nyeri tekan dan bengkak. Penyebaran perluasan kemerahan dapat timbul secara cepat di sekitar luka atau ulkus disertai dengan demam dan lesu. Pada keadaan akut, kadang-kadang timbul bula. Dapat dijumpai limfedenopati limfangitis. Tanpa pengobatan yang efektif dapat terjadi supurasi lokal (flegmon, nekrosis atau gangren). Selulitis biasanya didahului oleh gejala sistemik seperti demam, menggigil, dan malaise. Daerah yang terkena terdapat 4 kardinal peradangan yaitu
rubor
(eritema),
color
(hangat),
dolor
(nyeri)
dan
tumor
(pembengkakan). Lesi tampak merah gelap, tidak berbatas tegas pada tepi lesi tidak dapat diraba atau tidak meninggi. Pada infeksi yang berat dapat ditemukan pula vesikel, bula, pustul atau jaringan nekrotik. Ditemukan pembesaran kelenjar getah bening regional dan limfangitis ascenden. Pada pemeriksaan darah tepi biasanya ditemukan leukositosis. Periode inkubasi sekitar beberapa hari, tidak
terlalu lama. Gejala
prodormal berupa: melaise, anoreksia, demam, mengigil dan berkembang dengan
cepat,
sebelum
menimbulkan
gejala-gejala
khasnya.
Pasien
imunokompromais rentan mengalami infeksi walau dengan patogen yang patogenesis rendah. Terdapat gejala berupa nyeri yang terlokalisasi dan nyeri
tekan. Jika tidak diobati, gejala akan menjalar ke sekitar lesi terutama ke proksimal. Kalau sering residif di tempat yang sama dapat terjadi elefantiasis. Lokasi selulitis pada anak biasanya di kepala dan leher, sedangkan pada orang dewasa paling sering di ekstremitas karena berhubungan dengan riwayat seringnya trauma di ekstremitas. Pada penggunaan salah obat, sering berlokasi di lengan atas. Kerusakan pembuluh limfe dapat menyebabkan selulitis rekurens.
7. Patogenesis Bakteri patogen yang menembus lapisan luar menimbulkan infeksi pada permukaan kulit atau menimbulkan peradangan. Penyakit infeksi sering terjangkit pada orang gemuk, rendah gizi, orang tua dan pada orang yang menderita diabetes mellitus yang pengobatannya tidak adekuat. Setelah menembus lapisan luar kulit, infeksi akan menyebar ke jaringan-jaringan dan menghancurkannya, hyaluronidase memecah substansi polisakarida,
fibrinolysin
mencerna
barrier
fibrin,
dan
lecithinase
menghancurkan membran sel. 8. Diagnosis Banding Deep thrombo phlebitis, dermatitis statis, dermatitis kontak, giant urticaria, insect bite (respons hipersensitifitas), erupsi obat, eritema nodusum, perivascular herpes zooster, acute Gout, Wells syndrome (selulitis eosinofilik), Familial Mediterranean fever-associated cellulitis like erythema, cutaneous anthrax, pyoderma gangrenosum, sweet syndrome (acute febrile neutrophilic dermatosis), Kawasaki disease.
Pyoderma gangrenosum
Erupsi Obat
Deep thrombo phlebitis
Erisipelas
Kawasaki disease
Acute Gout Awal
9. Diagnosis Diagnosis selulitis ditegakkan berdasar anamnesis dan pemeriksaan klinis. Pada pemeriksaan klinis selulitis ditemukan makula eritematous, tapi tidak meninggi, batas tidak jelas, edema, infiltrat dan teraba panas, dapat disertai limfangitis dan limfadenitis. Penderita biasanya demam dan dapat
menjadi septikemia. Selulitis yang disebabkan oleh H. Influenza tampak sakit berat, toksik dan sering disertai gejala infeksi traktus respiratorius bagian atas bakteriemia dan septikemia. Lesi kulit berwarna merah keabuabuan, merah kebiru-biruan atau merah keunguan. Lesi kebiru-biruan dapat juga ditemukan pada selulitis yang disebabkan oleh Streptokokus pneumonia pada pemeriksaan darah tepi selulitis terdapat leukositosis (15.000-400.000) dengan hitung jenis bergeser ke kiri. Gejala dan tanda
Selulitis
Gejala prodormal
: Demam, malaise, nyeri sendi dan menggigil
Daerah predileksi
: Ekstremitas atas dan bawah, wajah, badan dan genitalia
Makula eritematous
: Eritema cerah
Tepi
: Batas tidak tegas
Penonjolan
: Tidak terlalu menonjol
Vesikel atau bula
: Biasanya disertai dengan vesikel atau bula
Edema
: Edema
Hangat
: Tidak terlalu hangat
Fluktuasi
: Fluktuasi
Tabel 2. Gejala dan tanda selulitis Pemeriksaan laboratorium sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan pada sebagian besar pasien dengan selulitis. Seperti halnya pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan pencitraan juga tidak terlalu dibutuhkan. Pada pemeriksaan darah lengkap, ditemukan leukositosis pada selulitis penyerta penyakit berat, leukopenia juga bisa ditemukan pada toxin-mediated cellulitis. ESR dan C-reactive protein (CRP) juga sering meningkat terutama penyakit yang membutuhkan perawatan rumah sakit dalam waktu lama.
10. Pengobatan Pengobatan umum Istirahatkan tungkai bawah Tinggikan kaki yang diserang Jangan menggaruk lesi Pengobatan Khusus Terapi topikal yang dapat diberikan pada pasien selulitis berupa kompres terbuka dengan larutan antiseptik seperti kompres NaCl 0.9% yang digunakan untuk kompres bersifat normal secara fisiologik untuk melembabkan lesi dan lingkungan sekitar lesi untuk penyembuhan. Selulitis karena streptokokus diberikan penisilin prokain G 600.0002.000.000 IU IM selama 6 hari atau dengan pengobatan secara oral dengan penisilin V 500 mg setiap 6 jam, selama 10-14 hari. Pada selulitis karena H.Influenza diberikan ampicilin untuk anak (3 bulan sampai 12 bulan) 100200 mg/kg/d (150-300 mg), >12 tahun seperti dosis dewasa. Pada selulitis yang ternyata penyebabnya bukan staphylococcus aureus penghasil penisilinase (non SAPP) dapat diberi penisilin. Pada yang alergi terhadap penisilin, sebagai alternatif digunakan eritromisin (dewasa: 250-500 gram peroral; anak-anak: 30-50 mg/kgbb/hari) tiap 6 jam selama 10 hari. Dapat juga digunakan klindamisin (dewasa 300-450 mg/hari PO; anakanak 16-20 mg/kgbb/hari). Pada yang penyebabnya SAPP selain eritromisin
dan klindamisin, juga dapat diberikan dikloksasilin 500 mg/hari secara oral selama7-10 hari. Pada pasien yang mengeluhkan gatal dapat diberikan anti histamin untuk mencegah proses garukan pada lesi yang akan memperlama penyembuhan, bila luka telah kering dapat diberikan krim natrium fusidat sebagai antibiotik topikal yang bekerja menghambat sintesis protein dengan aktifitas spesifik terhadap stafilokokus dan mempunyai daya penetrasi yang tinggi, sehingga dapat mencapai lapisan yang lebih dalam. 11. Komplikasi Pada anak dan dewasa yang immunocompromised, penyulit pada selulitis dapat berupa gangren, metastasis, abses dan sepsis yang berat. Selulitis pada wajah merupakan indikator dini terjadinya bakterimia stafilokus beta hemolitikus grup A, dapat berakibat fatal karena mengakibatkan trombosis sinus cavernosum yang septik. Selulitis pada wajah dapat menyebabkan penyulit intrakranial berupa meningitis. 12. Prognosis Selulitis bukan suatu penyakit yang mengancam nyawa namun dapat berkembang menjadi sepsis bila tidak diberikan pengobatan segera, sehingga prognosisnya tergantung pada waktu dan ketepatan pengobatan. 13. Komplikasi 1. Bakterimia: nanah/lokal abses, super infeksi oleh bakteri gram negatif, lymphangitis, tromboflebitis. 2. Facial selulitis pada anak dapat menyebabkan meningitis
3. Dapat menyebabkan kematian jaringan atau gangren. 4. Osteomielitis 5. Artritis septic 6. Glomerulonefritis 7. Fasculitis Necroticans
BAB 4 PEMBAHASAN Diagnosa pasien ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan dermatologis dan pemeriksaan laboratorium. Dijumpai :
Teori:
Dari anamnesis:
Gambaran klinis tergantung akut atau tidaknya
Kulit kemerahan dan bengkak yang nyeri dan gatal pada tungkai kaki kiri yang dialami kurang lebih 1 minggu ini. Dari riwayat trauma pasien
infeksi. Umumnya semua bentuk ditandai dengan kemerahan dengan batas jelas, nyeri tekan dan bengkak. Penyebaran perluasan kemerahan dapat timbul secara cepat di sekitar luka atau ulkus disertai dengan demam dan lesu.
Dijumpai:
Teori:
Pemeriksaan dermatologi:
Efloresensi
Dijumpai ruam berupa makula eritem ukuran plakat dengan penyebaran difus disertai, erosi krusta, likenifikasi dan edema, serta ulkus
selulitis
ditemukan
macula
eritematous, tepi tidak meninggi, batas tidak jelas, edema, infiltrate dan teraba panas, dapat disertai.
Dijumpai: Berdasarkan
Teori: anamnesa
dan
status Hal ini disesuaikan dengan kepustakaan.
dermatologi maka diagnosis banding pada pasien adalah Selilitis, Erisipelas dan DVT. Diagnosa sementara pasien ini adalah Selulitis.
Selulitis Selulitis merupakan infeksi bacterial akut pada kulit. Infeksi yang terjadi menyebar ke dalam hingga ke lapisan dermis dan sub kutis. Infeksi ini biasanya didahului luka atau trauma dengan gejala lesi eritem, hangat, bengkak dan terdapat nyeri takan. Lesi difus tidak berbatas tegas, disertai tnda radang akut. Erisipelas
peradangan
akut
yang
lebih
superfisial dari selulitis (menyerang epidermis dan dermis) serta mengenai kelenjar limfe dermis dengan gejala kulit eritem berwarna merah cerah, berbatas tegas, nyeri tekan dan pinggir meninggi disertai tanda radang akut. DVT (Deep Vein Trombus) pengumpalan darah yang terjadi di pembuluh darah balik, keluhan utama pasien biasanya kaki yang bengkak dan nyeri dengan tanda-tanda klinis edem tungkai unilateral, eritema, hangat, nyeri dapat diraba P. Darah superfisial dan tanda
Dijumpai: Untuk
Teori: penatalaksanaan
farmakologi Hal ini disesuaikan dengan kepustakaan bahwa
dengan kompres Nacl 0,9% selama 15 menit tiap 4 jam, asam fusidat cr 2x1 ue dan klindamisin 4x300 mg, cetirizine 1x10mg
pengobatan
untuk
selilitis,
diperlukan
antibiotik sistemik dengan pilihan AB lini pertama ialah flikloksasilin dan golongan penisilin, jika alergi dapat diberikan golongan makrolid atau klindamisin. Topikal diberikan kompres terbuka dengan larutan antiseptik. Anti histamin diberikan untuk mengurangi rasa gatal. Pada lesi yang kering diberikan asam fusidat.
Dijumpai:
Teori:
Prognosis pasien ini adalah bonam
Prognosis umumnya baik, bergantung pada kecepatan penanganan dan kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi. Pada pasien ini: Quo ad vitam adalah bonam karena penyakit ini tidak mengancam jiwa, sebab dari pemeriksaan fisik tidak ditemukan tandatanda komplikasi. Quo ad functionam adalah bonam karena fungsi bagian tubuh yang terkena tidak terganggu. Quo ad sanationam adalah bonam karena dengan perawatan yang teliti dan memperhatikan higiene memberi prognosis
Pasien rujukan dari puskesmas lindu masuk RS Torabelo Sigi dengan keluhan nyeri pada ekstremitas bawah kaki kiri yang dirasakan sejak 1 minggu sebelum
masuk RS. Menurut keterangan pasien awalnya kaki berwarna merah, nyeri dan lamakelamaan menyebar hingga tungkai bawah kemudian membentuk lepuhan yang berisi cairan dan kaki terasa berat. Mual (-), muntah (-) BAB (+) BAK (+) biasa. Riwayat trauma disangkal. Pasien memeiliki riwayat mengonsumsi obat dari puskesmas selama 6 bulan yang lalu (Allopurinol). Selama sakit pasien tidak pernah mengonsumsi obat lain (Herbal) atau di pijat. Pada pemeriksaan fisik tanggal 23 Juni 2022 didapatkan keadaan umum pasien tampak sakit sedang dengan tanda vitam: tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 68 kali/menit regular, frekuensi pernapasan 20 kali/menit dan 36,80C (axilla). Pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan nyeri tekan. Regio Cruris sinistra tampak warna tidak sama dengan kulit sekitar, penyebaran difus, batas tidak tegas, edema (+), hiperemis (+), bulla (+), arteri dorsalis pedis sulit teraba karena kaki bengkak, CRT baik. Berdasarkan, anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang pasien didiagnosis selulitis pedis sinistra. Penatalaksanaan pada pasien ini adalah dengan pemberian infus RL 20 tetes per menit bertujuan untuk memenuhi kebutuhan cairan yang hilang dan mencegah terjadinya dehidrasi.
BAB 5 KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas,dapat disimpulkan bahwa penyakit selulitis adalah salah satu bentuk dari pioderma diamana selilitis merupakan peradangan akut yang terutama menyerang dermis dan jaringan subkutis yang biasanya didahului oleh adanya luka atau trauma. Selulitis merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri Streptoccocus dan S. aureus, yang menyerang jaringan subkutis dan daerah superfisial. Faktor resiko untuk terjadinya infeksi ini adalah trauma lokal (robekan kulit), luka terbuka di kulit atau gangguan pada pembuluh balik (vena) maupun pembuluh getah bening. Daerah predileksi yang sering terkena yaitu wajah, badan, genitalia, dan ekstremitas atas dan ekstremitas bawah. Pada pemeriksaan klinis selulitis: adanya makula erimatous, tepi tidak meninggi, batas tidak jelas, edema, infiltrat dan teraba panas. Diagnosis penyakit ini dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan gambaran klinis. Penanganan perlu memperhatikan faktor predisposisi dan komplikasi yang ada.
DAFTAR PUSTAKA 1. Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ketujuh. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.2008 2. Fitzpatrick, Thomas B. Dermatology in General Medicine, seventh edition. New York: McGrawHill: 2008 3. Herchline TE. 2011. Cellulitis. Wright State University, Ohio, United State of America. 4. Morris, AD. 2008. Cellulitis and erysipelas. University Hospital of Wales, Cardiff, UK. 1708 5. Concheiro J, Loureiro M, González-Vilas D, et al. 2009. Erysipelas and cellulitis: a retrospective study of 122 cases. 100(10): 888-94 6. Kertowigno S. 2011. 10 Besar Kelompok Penyakit Kulit. Unsri press, Palembang, Indonesia, hal: 146-149