LAPORAN 1 Pak Kos Baru [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN 1 ANTENA PEMANCAR, ANTENA PENERIMA, DIAGRAM POLAR ANTENA DAN PENGUKURAN PENGUATAN Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Antena dan Propagasi



Dosen Pembimbing : Koesmarijanto, ST., MT.



Disusun Oleh, Kelompok 1 (D3-TT / 3B) Rurin Fitriana (18 / 1631130030)



POLITEKNIK NEGERI MALANG PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI 2018 Jl. Soekarno Hatta 9 Malang 65141 Telp. (0341)404424-404425 Fax. (0341)404420 www.polinema.ac.id



PERCOBAAN 1 ANTENA PEMANCAR



1. Tujuan 1.1 Mengoperasikan pemancar UHF dan mengetahui daya yang diradiasikan. 1.2 Mengerti kondisi match dan mis-match, antara beban pada ujung saluran koaksial dan antena pemancar. 1.3 Mengerti dasar-dasar antena pemancar yang digunakan sebagai beban. 1.4 Mengenal hubungan asymmetric, antena antara



1 2



λ (rod antenan) dan



1



antena dipole symetric 2 λ, menggunakan rangkaian simetri dengan saluran koaksial. 1.5 Mengenal kualitas dan efektivitas rangkaian simetri ini, saat antena matching. 1



1.6 Mengukur distribusi arus dan tegangan sepanjang 2 λ dipole dan sepanjang rod antenna. 1.7 Menentukan dengan pengukuran, polarisasi gelombang yang diradiasikan. 1.8 Mengerti perubahan pada ciri-ciri antena,menghasilkan perubahan perbandingan yang baik.



2. Alat-alat dan Komponen yang Digunakan : 1. 1 Pemancar UHF. 2. 1 Antena 2-elemen. 1



3. 1 Antena Floded Dipole 2 λ (dari Antena Yagi). 4. 1 Kabel Koaksial (50 Ω), panjang 1 m. 5. 1 Hand Probe untuk indikasi arus. 6. 1 Hand Probe untuk indikasi tegangan.



3. Diagram alat yang digunakan



4. Set up Perangkat 1. Menyiapkan alat dan instrument yang digunakan. 2. Pasang kabel power pada pemancar dan penerima. 3. Hubungkan antena folded dipole kabel koaksial (50 ) ke output prmancar. 4. Nyalakan saklar listrik kemudian nyalakan power pemancar. 5. S1 ke posisi “Pout” dan S2 pada “UF” 6. Antena Pemancar



S1 1 S2 0 P Out



Sensitivitas



Gambar 1 Modul pemancar tampak depan 7. Pengukuran pemancar dan antena a. Mengukur matching antena



1. Atur daya output 2 Watt. Set switch pada SWR, set tegangan UF pada 100%.



S1



S1



1



1 S2



S2



0



0 P



Sensitivitas



P



Out



Sensitivitas



Out



Gambar 2 Modul pemancar dan penerima b. Pengukuran polarisasi 1. Atur daya pemancar mendekati 0,5 Watt



S1 1 S2 0 P



Sensitivitas



Out



S1 1 S2 0 P Out



Sensitivitas



Gambar 3 Susunan untuk pengukuran polarisasi c. Pengukuran distribusi arus dan tegangan 1. Atur daya pemancar mendekati 0,5 Watt



Gambar 4 Distribusi Tegangan



Gambar 5 Distribusi Arus



5.



Prosedur Percobaan



5.1 Pemancar 5.1.1 Pengoperasian Pemancar membangkitkan frekuensi 434 MHz. Daya keluaran dapat diukur dengan kontrol 1 (Pout) antara 0 sampai 2 Watt.



Gambar 6 Modul Pemancar tampak depan Meter menunjukkan daya yang dibangkitkan oleh pemancar, saat switch S1 pada posisi “Pout”, untuk mengatur daya output. Untuk pengukuran matching, dihubungkan secara langsung didalamnya antara unit pemancar dan output BNC socket, dengan salah satu penunjukkan: a. Tegangan maju (forward voltage), switch S1 ke “SWR” (Standing Wave Ratio), ketika S2 ke “UF” b. Untuk keadaan mis-match, tegangan balik (Reflected Voltage), ketika S2 diatur ke “UR” Kontrol 2 (Sensitivity), digunakan untuk mengatur sensitivitas meter untuk pengukuran SWR.



Contoh, kontrol ini mengatur penunjukkan jarum 100% (f.s.f) untuk forward voltage, dengan mengatur S2 pada “UR”, reflection factor dapat dibaca langsung dari skala meter. SWR diperoleh dari reflection factor, menggunakan persamaan SWR =



1+r 1−r



, dengan r =



Ur Uf



Antena dapat dipasang pada pipa (tiang) penyangga pada bahan dielektrik yang telah tersedia, secara langsung pada pemancar.



5.1.2 Pengukuran Pemancar Hubungkan folded dipole dengan kabel koaksial ke output pemancar. S1 ke posisi Pout dan S2 pada “Ur”, amati perubahan daya output dengan mengatur kontrol 1 antara 0 sampai 2 Watt. Amati daya pemancar untuk perubahan saat obyek logam dibawa atau dekat antena. Hindarai hal ini, agar pengoperasiannya dalam kondisi normal. Hitung panjang gellombang pada frekuensi 434 MHz, menggunakan persamaan, c



λ = , dengan c= 300.000km/sec. Kecepatan cahaya f



Hindari obyek logam yang dekat atau dibawah antena, amati perubahan daya pemancar untuk pengoperasian dalam kondisi normal.



5.2 Antena Pemancar 5.2.1 Antena yang dimaksud adalah dua jenis antena yang dipergunakan dalam percobaan : a. Folded dipole, di match dengan kabel koaksial 50Ω yang menggunakan stub λ/2 seperti gambar 17, dan b. Double Dipole, terdiri dari 2 dipole lurus yang menurut aturan kopling induktif persial dan transformasi impedansi feeder, dapat juga dihubungkan dengan kabel koaksial.



Gambar 7 Double dipole (HB 9 CV) untuk 434 MHz Susunan antena ini, satu dipole dengan panjang lurus terhadap yang lain dan antena ini diarahkan sesuai yang diinginkan, seperti pada bagian sebelumnya.



5.3 Pengukuran Pemancar Antena 5.3.1 Mengukur matching antena Salah satu bagian yang paling penting pada pengukuran antena pemancar. Hubungkan folded dipole dengan kabel koaksial pada output pemancar dan atur daya output 2 W. Set switch pada SWR, set tegangan Uf pada 100%. Dalam pensetting switch “Ur”, presentase reflected forward voltage dapat langsung dibaca pada meter. Tentukan faktor refleksi dari antena : r=



Ur Uf



Hitung reflekted power, PR PR = r 2 . Pout Hitung daya yang diradiasikan oleh antena, Pτ Pτ = Pout - PR = Pout (1 − r 2 ) Hitung SWR antena SWR =



1+r 1−r



Tunjukkan bagaimana besar fluktuasi tegangan yang direfleksikan ketika obyek logam yang menimbulkan pengaruh pada antena dan hal ini harus dihindari dalam praktek. Ulangi pengukuran dan perhitungan di atas, menggunakan antena double dipole.



5.3.2 Pengukuran Polarisasi Penunjukkan polarisasi radiasi dari antena yang digunakan, seperti pada Gambar 3, 6 dan 7, bila perlu. Pasang antena folded dipole pada tiang seperti pada gambar untuk menghasilkan horisontal (seperti Gambar 1.8)



Gambar 8 Susunan untuk pengukuran polarisasi Atur daya output pemancar mendekati 0,5W. Gunakan Hand probe untuk indikasi tegangan dan pada jarak kurang lebih 1cm, tunjukkan bidang polarisasi. Periksa tegangan yang ditunjukkan hand probe saat probe diputar hingga 90° pada bidang polarisasi. Ulangi pengukuran, dengan menggunakan antena double dipole. Putar tiang, bersama dengan double dipole 180° dan amati pada hand probe, perbedaan dalam radiasi pada posisi depan dan belakang antena. Amati juga, bidang polarisasi.



5.3.3 Pengukuran Distribusi Tegangan Untuk tujuan pengetesan, double dipole lurus digunakan secara inisial. Atur daya pemancar mendekati 0,5 W. Gerakkan hand probe untuk indikasi tegangan sepanjang antena, pada jarak mendekati 1cm dari antena.



Gambar 9 Distrubusi Tegangan



Amati respon probe (dengan mengatur sensitivitas probe pada level yang sesuai), pada kuat medan E dan bandingkan dengan medan E seperti yang ditunjukkan Gambar 9. Ulangi pengukuran dengan folded dipole. Distribusi arus diukur dengan hand probe indikasi arus.



Gambar 10 Distrubusi Arus Kurangi daya pemancar kurang lebih 0,1 W. Gerakkan hand probe indikasi arus sepanjang dipole. Amati penyimpanngan pada probe meter dan bandingkan distribusi arus seperti ditunjukkan Gambar 10.



6.



Data Hasil Percobaan



6.1 Pengukuran Pemancar dan Antena 6.1.1 Mengukur matching antena 1. Folded Dipole Pout = 1,8 W , 𝑈𝑟 = 11%, 𝑈𝐹 = 100% a. 𝑟 =



11% 100%



= 0,11



b. 𝑃𝑟 = 𝑟 2 . 𝑃𝑜𝑢𝑡 = (0,11)2 . 1,8 = 0,02178 c. 𝑃𝑡 = 𝑃𝑜𝑢𝑡 − 𝑃𝑟 = 1,8 − 0,02178 = 1,77822 d. 𝑆𝑊𝑅 =



1+0,11 1−0,11



=



1,11 0,89



= 1,247



2. Double Dipole Pout = 1,8 W , 𝑈𝑟 a. 𝑟 =



10% 100%



= 10%, 𝑈𝐹 = 100%



= 0,1



b. 𝑃𝑟 = 𝑟 2 . 𝑃𝑜𝑢𝑡 = (0,1)2 . 1,8 = 0,018 c. 𝑃𝑡 = 𝑃𝑜𝑢𝑡 − 𝑃𝑟 = 1,8 − 0,018 = 1,782 d. 𝑆𝑊𝑅 =



1+0,1 1−0,1



=



1,1 9



= 1,22



PERCOBAAN I ANTENA PENERIMA



1.



Tujuan : 1.1 Mengerti keperluan matching polarisasi antena pemancar dan penerima. 1.2 Mengenal kemungkinan isolasi sinyal oleh pengoperasian sistem yang menggunakan diversi polarisasi. 1.3 Mengerti hambatan dalam transmisi antara pemancar dan penerima, dapat menyebabkan interferensi pada sinyal. 1.4 Menghitung pelemahan ruang bebas (free space) antar pemancar dan penerima. 1.5 Menentukan perbedaan level sinyal dan pelemahan dalam “decibel” (dB). 1.6 Mengukur penurunan kuat medan sinyal, dengan bertambahnya jareak antena penerima. 1.7 Menentukan beberapa jenis antena yang menunjukan perbedaan pengarahan dan dapat perbedaan kuat sinyal pada penerima dari daya pemancar yang sama.



2.



Alat-alat dan komponen yang digunakan : 1.



1 pemancar UHF dengan antena.



2.



1 penerima UHF dengan antena.



3.



1 antena dipole 2 elemen.



4.



1 folded dipole setengah-gelombang, dari antena yagi.



5.



kabel koaksial dengan konektor BNC (50).



6.



1 hard probe untuk indikasi tegangan.



7.



1 tiang pemasangan dengan beberapa elemen ditector (dari antena yagi).



3.



Diagram alat



Gambar 1. Diagram Alat 4.



Set up Perangkat a. Antena pemancar dan penerima dalam posisi Horisontal Antena Double Dipole



Antena Folded Dipole



D= 0,5



DETECTOR



RF In



S1 1



1 S2



0



0 P



Sensitivitas



SENS



UHF RECEIVER



Out



Gambar 1. Unit pemancar dan penerima posisi horizontal b. Antena pemancar dalam posisi horizontal dan antenna penerima dalam posisi vertikal Antena Double Dipole Antena Folded Dipole



D= 0,5 m



RF In



S1 S2



0



0 P



DETECTOR



1



1



Sensitivitas



SENS



UHF RECEIVER



Out



Gambar 2. Antena penerima posisi vertikal



c. Cross-Polarisasi Antena Double Dipole



Antena Folded Dipole



Elemen Director Antena Yagi



RF In



S1



DETECTOR



1



1 S2



0



0 P



SENS



Sensitivitas



UHF RECEIVER



Out



Gambar 3. Elemen director antena yagi posisi cross-polarisasi d. Co-Polarisasi Antena Double Dipole



Antena Folded Dipole



Elemen Director Antena Yagi



RF In



S1



DETECTOR



1



1 S2



0



0 P



Sensitivitas



SENS



UHF RECEIVER



Out



Gambar 4. Elemen director antena yagi posisi co-polarisasi



5.



Prosedur percobaan :



5.1 Unit Penerima



Gambar 5. Unit Pemancar dan Penerima Pemancar diletakkan berjauhan dengan penerima 1.



Frekuensi tinggi, melalui detector HF dan mengatur penguatan d.c, dapat dihubungkan ke test meter pada socket BNC “ Penerima UHF “.



2.



Antena penerima dipasang pada tiang yang telah disediakan pada unit penerima, tiang dapat diputar dan sudutnya dapat dirubah atau diatur sesuai dengan pembacaan pada skala yang ada untuk pengaturan antena.



3.



Jarak antena pemancar dan penerima , dalam praktek, lebih kecil 10 kali dari panjang gelombang signal yang ditransmisikan.



4.



Tidak boleh ada bahan logam yang sifatnya memantulkan dalam ruang atau daerah pengukuran. Hal ini menyebabkan terjadinya gelombang berdiri ( standing wave ).



Berdasarkan pertimbangan secara teoritis, dua point terakhir merupakan alasan mengapa hasil penugukuran tidak tepat. 5.2 Co-Polarisasi dan Cross-Polarisasi Dari gambar 6 seperti dibawah ini, macam polarisasi digambarkan kembali.



Gambar 6. Polarisasi Horizontal dan Vertikal



1.



Pasang antena folded dipole horizontal pada pemancar dan atur daya pemancar 0,1 W.



2.



Pasang antena 2 elemen pada penerima, juga horizontal, dengan dipole yang lebih pendek diarahkan ke pemancar.



3.



Hubungkan input penerima dan atur kontrol “Sensitivity” untuk penyimpanan jarum yang lebih besar.



4.



Amati pembacaan pada meter penerima dan catat hasilnya.



5.



Sekarang pasang antena 2-elemen pada penerima dengan posisi vertikal. Amati pembacaan pada meter penerima dan catat hasilnya.



6.



Apa yang terjadi pada pembacaan meter penerima, bila daya penerima dinaikkan. Perkirakan pelemahan yang dihasilkan oleh pimilihan polarisasi yang salah, misalnya apakah dengan adanya polarisasi isolasi tersebut lebih besar (atau cross-polarisasi) dapat dicapai?



5.3 Pengukuran dan Perhitungan untuk pelemahan antara Antena



Pemancar dan Penerima. Menggunakan Nomograph , tentukan pelemahan ruang bebas pada frekuensi 434 MHz, untuk jarak transmisi seperti dalam tabel :



Jarak Pelemahan ruang bebas



3m



30 m



300 m



3 km



30 km



...... dB



....... dB



...... dB



...... dB



....... dB



1. Tempatkan pemancar dan penerima dengan jarak antena sekitar 0.5 m 2. Kurangi daya pemancar kurang lebih 0,1 W untuk penyimpangan skala tengah pada meter penerima. 3. Tambahkan jarak antena pemancar dan penerima sekitar 1 m. 4. Naikkan daya pemancar, sehingga diperoleh pembacaan meter yang sama pada penerima sebelumnya.



Gambar 7. 5. Bandingkan, berapa daya pemancar yang dinaikkan antara kedua antena, sehingga diperoleh sinyal penerimaan yang sama sebelum jarak dinaikkan.Bila memungkinkan, naikkan jarak antena dari 1 m sampai 2 m. Sekali lagi, amati daya pemancar, bila perlu, pertahankan penerimaan signal konstan. 6. Pertahankan handprobe untuk indikasi tegangan di tengah, antara antena pemancar dan penerima, pada posisi co – polarisasi dan cross – polarisasi. Apa pengaruh pada meter penerima?.



7. Tempatkan elemen director antena Yagi, dalam sumbu radiasi antara antena pemancar dan penerima, juga dalam posisi co – polarisasi dan cross – polarisasi. Amati apa pengaruhnya?



6



Data Percobaan 6.1 Prosedur 5.2 Co-Polarisasi dan Cross Polarisasi 1. 2 elemen sebagai penerima, pada posisi horizontal dan folded dipole sebagai pemancar posisi horizontal dan daya 0,l W, atur sensitivitas 100% 2. 2 elemen sebagai penerima, pada posisi vertikal maka pembacaan meter turun menjadi 0% (cross polarisasi) 3. Ketika daya dinaikkan, pembacaan meter penerima tetap 0% 4. Maka, perkenaan pelemahan terhadap polarisasi yang salah sebesar 100%



6.2 Prosedur 5.3 Pengukuran dan Perhitungan untuk pelemahan antara Antena Pemancar dan Penerima



Jarak



3m



30m



Nomo



Hitung



Nomo



35dB



34,74dB



55dB



Hitung



300m Nomo



3km



Hitung Nomo



30km



Hitung



Nomo



Hitung



94,74dB



-



114,74dB



Pelemahan ruang



54,74dB 74,5dB 74,7dB



bebas



a. R = 3m 𝜆=



𝑐 3. 108 = = 0,69𝑚 𝑓 434. 106



4𝜋. 𝑅 𝑁 = 20 log ( ) 𝜆 4.3,14.3 𝑁 = 20 log ( ) 0,69 𝑁 = 34,74 𝑑𝐵



b. R = 30m



94dB



4𝜋. 𝑅 𝑁 = 20 log ( ) 𝜆 4.3,14.30 𝑁 = 20 log ( ) 0,69 𝑁 = 54,74 𝑑𝐵



c. R = 300m 4𝜋. 𝑅 𝑁 = 20 log ( ) 𝜆 4.3,14.300 𝑁 = 20 log ( ) 0,69 𝑁 = 74,74 𝑑𝐵



d. R = 3km 4𝜋. 𝑅 𝑁 = 20 log ( ) 𝜆 4.3,14.3000 𝑁 = 20 log ( ) 0,69 𝑁 = 94,74 𝑑𝐵



e. R = 30km 4𝜋. 𝑅 𝑁 = 20 log ( ) 𝜆 4.3,14.30000 𝑁 = 20 log ( ) 0,69 𝑁 = 114,74 𝑑𝐵



1. Tempatkan pemancar dan penerima dengan jarak antar antena sekitar 0,5 m Range



Power



Pembacaan Meter



0,5 m



0,1 m



50 %



2. Kurangi daya pemancar kurang lebih 0,1 W untuk penyimpangan skala tengah pada meter penerima. a. Tambah jarak antara pemancar dan penerima sekitar 1 m b. Naikkan daya pemancar, sehingga diperoleh pembacaan meter yang sama pada penerima sebelumnya Range



Power



Pembacaan Meter



0,5 m



0,1 W



50 %



1m



0,7 W



50 %



2m



1W



50 %



3. Jarak antar antena 2 m. Posisi



Co-Polarisasi



Cross-Polarisasi



Handprobe dekat pemancar



44 %



30 %



Handprobe ditengah



26 %



18 %



Handprobe jauh pemancar



26 %



12 %



4. Pengaruh pada pembacaan meter pada penerima adalah semakin menurun. 5. Elemen director antena Yagi, dalam sumbu radiasi antara antena pemancar dan penerima dalam posisi co-polarisasi dan cross-polarisasi Posisi



Co-Polarisasi



Cross-Polarisasi



Dekat dengan pemancar



100 %



50 %



Ditengah



80 %



38 %



Dekat dengan penerima



100 %



5%



6. Pengaruhnya, pada posisi co-polarisasi, pembacaan meter yaitu maksimal 100 %, pada posisi cross-polarisasi saat dekat dengan pemancar adalah 50 %. Ketika dekat dengn penerima pembacaan meter menurun menjadi 5%



PERCOBAAN 1 DIAGRAM POLAR ANTENA DAN PENGUKURAN PENGUATAN



1. Tujuan 1.1 Menentukan karakteristik pengarahan, celah antenna atau jarak antenna elemen dan lebar arahan setengah gelombang (half-wave beam width) antena. 1.2 Menggambarkan diagram polar horizontal dan vertikal antenna dari pengukuran yang dilakukan pada linier atau koordinat polar. 1.3 Mengartikan gambar diagram polar, sehingga mengerti bentuk “Side-



lobe”, ”zero-point” dan “Front-to-back ratio” antenna. 1.4 Mengenal hubungan antara maksud pengarahan dan penguatan antenna. 1.5 Menentukan penguatan antenna dengan perhitungan atau pengukuran. 1.6 Mengenal arti penguatan antenna pemancar dan penerima dengan menghitung level signal. 1.7 Mengetes kemungkinan untuk memperbaiki penguatan antenna dan maksud pengarahan, dengan menambah elemen director dan reflector, menggunakan antenna Yagi sebagai contoh. 2. Alat/Instrumen/Komponen yang digunakan : 1. 1 Pemancar UHF, dengan antenna 2. 1 Penerima UHF, dengan antenna yang dapat diputar 3. 1 Antena 2-elemen 4. 1 Folded dipole 5. 1 Antena Yagi 6. 2 Kabel koaksial dengan konektor BNC (50 Ω)



3. Diagram alat yang digunakan:



Gambar 1. Alat yang digunakan 4. Set up perangkat 1. Siapkan alat dan instrument yang digunakan 2. Pasang kabel power pada pemancar dan penerima UHF 3. Letakkan pemancar dan penerima UHF berjarak 0,5m 4. Pasang antenna folded dipole pada pemancar UHF dan antenna 2 elemen pada penerima UHF secara horizontal kemudian vertical (antenna pada pemancar dan penerima dipasang secara bergantian) 5. Pasang kabel koaksial (50Ω) pada antenna dan sambungkan ke pemancar dan penerima UHF 6. Nyalakan power pemancar dan penerima UHF 7. Atur Pout pemancar 0,5W 8. Atur sensitivity pada penerima UHF sehingga diperoleh RFin maksimal



5. Prosedur Percobaan 5.1 Diagram polar antena horizontal, antenna dua elemen dan dipole folded



Gambar 2. Layout percobaan Pemancar dan Penerima



1. Pertama menggunakan folded dipole pada pemancar, dipasang pada tiang dielektrik, secara horizontal. 2. Sebagai antena uji, antenna 2-elemen dipasang pada tiang penerima, juga secara horizontal. 3. Pemasangan kedua antena seperti gambar 2 dan atur daya pemancar maksimum pada antena penerima, dengan daya pemancar 0,1 W, jarak 0,5 samapi 1 m) 4. Putar antena penerima 1800, perstep 100, searah jarum jam; perhatikan nilai pada meter penerima setiap step dan semua nilai sesuai dengan pengaturan sudut, pada diagram koordinat polar. 5. Sekarang ganti dua antena dengan yang lain dan ulangi pengukuran untuk folded dipole pada penerima. 6. Tambahkan reflektor pada folded dipole, seperti Gaambar 3, ulangi pengukuran untuk mengeplot diagram polar horisontal (menggunakan lembar diagram polar).



Gambar 3. Folded dipole dengan reflektor



5.2 Diagram polar antena vertical, antenna dua elemen dan dipole folded



Gambar 4. Layout Percobaan Pemancar dan Penerima.



1. Pertama menggunakan folded dipole pada pemancar, dipasang pada tiang dielektrik, secara vertical. 2. Sebagai antena tes, antenna 2-elemen dipasang pada tiang penerima, juga secara vertical. 3. Pemasangan kedua antena seperti gambar 4 dan atur daya pemancar untuk pembacaan maksimum pada meter penerima. 4. Putar antena penerima 1800, perstep 100, searah jarum jam; perhatikan nilai pada meter penerima tiap step dan semua harga sesuai dengan pengaturan sudut, pada diagram koordinat polar.



5. Sekarang ganti dua antena dengan yang lain dan ulangi pengukuran untuk folded dipole pada penerima. 6. Tambahkan reflector pada folded dipole seperti gambar 3, ulangi pengukuran untuk mengeplot diagram vertikal (gunakan lembar diagram polar secara terpisah).



6. Data Percobaan Percobaan 5.1 Diagram polar antena horizontal, antena 2 elemen dan folded dipole 1. Folded dipole pada pemancar dan 2 elemen pada penerima dipasang secara horizontal



Polarisasi Horizontal Derajat



2 elemen sebagai



Gambar



penerima 0°



100 %



10°



80 %



20°



60 %



30°



54 %



40°



20 %



50°



12 %



60°



0%



70°



0%



80°



0%



90°



0%



100°



0%



110°



0%



120°



0%



130°



0%



140°



0%



150°



0%



160°



3%



170°



3%



180°



3%



Pada saat 0°, RFin 100%



Pada saat 180°, RFin 3%



Polarisasi Horizontal Antena 2 elemen sebagai penerima 340°



Polaradiasi



360°/0° 350° 100



330°



10°



20° 30°



90



320°



40°



80 70



310°



50°



60 300°



60°



50 40



290°



70°



30 20



280°



80°



10 270°



90°



0



260°



100°



250°



110°



240°



120°



230°



130° 220°



140° 210°



150° 200°



190°



180°



170°



160°



2.



2 elemen pada pemancar dan Folded dipole pada penerima dipasang secara horizontal



Polarisasi Horizontal Derajat



Folded Dipole sebagai



Gambar



penerima 0°



100 %



10°



60 %



20°



42 %



30°



20 %



40°



18 %



50°



12 %



60°



10 %



70°



8%



80°



6%



90°



0%



100°



0%



110°



0%



120°



0%



130°



0%



140°



0%



150°



40 %



160°



60 %



170°



80 %



180°



80 %



Pada saat 0°, RFin 100%



Pada saat 180°, RFin 80%



Polarisasi Horizontal Antena Folded Dipole sebagai penerima Polaradiasi 340°



350° 100



330°



360…



10°



20° 30°



90 80



320°



40°



70



310°



50°



60 300°



60°



50 40



290°



70°



30 20



280°



80°



10 270°



90°



0



260°



100°



250°



110°



240°



120°



230°



130° 220°



140° 210°



150° 200°



190°



180°



170°



160°



Percobaan 5.2 Diagram polar antena vertikal, antena 2 elemen dan folded dipole 1. Folded dipole pada pemancar dan 2 elemen pada penerima dipasang secara vertikal



Polarisasi Vertikal Derajat



2 elemen sebagai



Gambar



penerima 0°



100 %



10°



75 %



20°



64 %



30°



58 %



40°



56 %



50°



50 %



60°



46 %



70°



30 %



80°



20 %



90°



4%



100°



0%



110°



0%



120°



0%



130°



0%



140°



0%



150°



0%



160°



0%



170°



0%



180°



0%



Pada saat 0°, RFin 100%



Pada saat 180°, RFin 0%



Polarisasi Vertikal Antena 2 elemen sebagai penerima Polaradiasi 340°



350° 100



330°



36…



10°



20° 30°



90



320°



80



40°



70



310°



50°



60 300°



60°



50 40



290°



70°



30 20



280°



80°



10 270°



90°



0



260°



100°



250°



110°



240°



120°



230°



130° 220°



140° 210°



150° 200°



190°



180°



170°



160°



2. 2 elemen pada pemancar dan Folded dipole pada penerima dipasang secara vertikal



Polarisasi Vertikal Derajat



Folded Dipole sebagai



Gambar



penerima 0°



100 %



10°



80 %



20°



64 %



30°



60 %



40°



56 %



50°



40 %



60°



32 %



70°



20 %



80°



18 %



90°



10 %



100°



4%



110°



2%



120°



0%



130°



8%



140°



12 %



150°



30 %



160°



50 %



170°



70 %



180°



80 %



Pada saat 0°, RFin 100%



Pada saat 180°, RFin 80%



Polarisasi Vertikal Antena Folded Dipole sebagai penerima 360… Polaradi…



350° 340°



330°



100



10°



20° 30°



90



40°



80 70



320°



50°



60



310°



60°



50 40



300°



70°



30 290°



80°



20 10



280°



90°



0



270°



100°



260°



110°



250°



120°



240°



130°



230°



140° 220°



150° 210°



200° 190°



180° 170°



160°