LAPORAN AGUNG PT. IBM BAB I DAN III - Revisi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

AKTIVITAS GRADE CONTROL PADA PENAMBANGAN BIJIH NIKEL LATERIT DI PT INDRABAKTI MUSTIKA, KABUPATEN KONAWE UTARA, PROVINSI SULAWESI TENGGARA



KERJA PRAKTIK



OLEH MUHAMMAD AGUNG RIYADI D621 15 306



DEPARTEMEN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN



LANGGIKIMA 2019



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bijih nikel merupakan salah satu barang tambang yang penting di dunia. Manfaatnya yang begitu besar bagi kehidupan sehari-hari, seperti pembuatan logam anti karat, canpuran dalam pembuatan stainless steel, baterai nickel-metal hybrid, dan berbagai jenis barang lainnya. Setidaknya sejak 1950 permintaan akan nikel rata-rata mengalami kenaikan 4% tiap tahun, dan diperkirakan 10 tahun mendatang terus mengalami peningkatan (Ahmad, 2002). Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki endapan nikel laterit terbesar di dunia, khususnya di Pulau Sulawesi. Nikel umumnya diproduksi menjadi beberapa jenis seperti logam halus, bubuk, spons, dan lain- lain. Dari beberapa jenis tersebut, lebih dari 60% digunakan sebagai bahan baku pembuatan baja tahan karat atau stainless steel. Sedangkan sisanya digunakan sebagai superalloy dan paduan nirbesi (Herianto, 2008). Penambangan dan pemanfaatan endapan nikel laterit telah banyak dilakukan oleh industri pertambangan di Pulau Sulawesi. Endapan nikel laterit menjadi suatu komoditi yang penting di Pulau Sulawesi, khususnya di Provinsi Sulawesi Tenggara. Salah satu perusahaan yang melakukan penambangan endapan nikel laterit ialah PT. Indrabakti Mustika (IBM) yang melakukan penambangan nikel laterit di Kecamatan Langgikima, Kabupaten Konawe Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara. Salah satu masalah dalam operasi penambangan nikel laterit di di PT. IBM adalah kadar bijih pada endapan nikel laterit yang sangat bervariasi sehingga akan sangat berpengaruh terhadap kualitas bijih nikel yang diproduksi. Kegiatan kerja praktek ini bertujuan untuk mengetahui kegiatan pengendalian kualitas bijih nikel 2



laterit pada front penambangan di PT. IBM sehingga kualitas dan kadar bijih nikel yang diproduksi dapat terus terjaga. Kegiatan pengendalian bijih nikel diawali dengan mengetahui karakteristik endapan nikel laterit untuk mengetahui jenis endapan yang memiliki kualitas yang baik dan kurang baik sehingga dapat dilakukan selective mining yang tepat oleh seorang grade control.



1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah pada kegiatan kerja praktek di PT. INDRABAKTI MUSTIKA adalah sebagai berikut: 1.



Bagaimana tahapan kegiatan operasional penambangan PT. INDRABAKTI



1



MUSTIKA? Bagaimana tahapan kegiatan grade control bijih nikel laterit yang dilakukan di PT. INDRABAKTI MUSTIKA?



1.3 Tujuan Kerja Praktek Tujuan kegiatan kerja praktek di PT. Indrabakti Mustika adalah sebagai berikut: 1. Memahami tahapan kegiatan operasional penambangan PT. INDRABAKTI MUSTIKA. 2. Memahami tahapan kegiatan grade control bijih nikel laterit yang dilakukan di PT. INDRABAKTI MUSTIKA.



1.4 Waktu dan Lokasi Kerja Praktik Kegiatan kerja praktik dimulai pada tanggal 23 Juni 2019 yang bertempat di Kecamatan Langgikima, Kabupaten Konawe Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara. Lokasi kerja praktik dapat ditempuh dengan menggunakan pesawat dari Makassar ke Kendari dengan waktu tempuh sekitar 50 menit, kemudian dilanjutkan dengan perjalanan darat dari Kendari ke Langgikima selama 6 jam. Dari Langgikima, perjalanan dilanjutkan selama 1,5 jam ke lokasi kerja praktik.



3



1.5 Tahapan Kegiatan Kerja Praktik Metode pelaksanaan yang digunakan adalah dengan cara metode pengamatan langsung dan tidak langsung yang ditunjang oleh beberapa literatur yang berkaitan, serta informasi tambahan berupa pengalaman yang didapatkan selama pelaksanaan kerja praktik, antara lain: 1. Persiapan Tahapan persiapan merupakan tahapan awal sebeum memulai kegiatan kerja praktik yang berisi kegiatan pendahuluan sebelum dilakukan kerja praktek. Tahapan ini terbagi ke dalam beberapa tahapan, antara lain perumusan masalah yang bertujuan untuk memberikan gambaran umum dan batasan terhadap penelitian yang akan dilakukan, pengurusan administrasi dan studi literatur 2.



Orientasi Lapangan Pada tahap orientasi lapangan dilakukan penjadwalan kegiatan kerja praktik, pengenalan lingkungan kerja praktik, pengamatan aktivitas penambangan, serta pengambilan data dan sampel di lapangan.



3. Kegiatan Lapangan Kegiatan lapangan yang dilakukan meliputi:



3.



a. Kegiatan pengamatan aktivitas penambangan b. Kegiatan pengamatan aktivitas grade control c. Kegiatan pengambilan sampel check Pengumpulan Data Data-data yang dikumpulkan pada kegiatan kerja praktik terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diambil langsung di lapangan yang dapat berupa pengambilan sampel maupun foto kondisi lapangan. sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak perusahaan seperti data kadar.



4.



Pengolahan Data 4



Data yang ditelah didapatkan kemudian diolah. Pengolahan data dilakukan dengan menghitung parameter yang diinginkan. 5.



Tahapan Penyusunan Laporan Tahapan penyusunan laporan adalah tahapan penulisan hasil kerja praktek berdasarkan kaidah penulisan yang telah ditetapkan Program Studi Teknik Pertambangan Universitas Hasanuddin.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nikel Laterit Nikel (Ni) merupakan logam yang keras dan tahan korosi, serta cukup reaktif terhadap asam dan lambat bereaksi terhadap udara pada suhu dan tekanan normal. 5



Logam ini cukup stabil dan tidak dapat bereaksi terhadap oksida sehingga sering digunakan sebagai koin dan pelapis dan sifatnya paduan. Dalam dunia industri, nikel adalah salah satu logam yang paling penting dan banyak memiliki aplikasi; 62% dari logam nikel digunakan untuk baja tahan karat, 13% sebagai superalloy dan paduan tanpa besi karena sifatnya yang tahan korosi dan suhu tinggi (Astuti, 2011). Endapan laterit terbentuk dari akibat proses pelapukan batuan ultramafik, yang merupakan campuran kompleks mineral-mineral ferromagnesian seperti olivin [(Fe,Mg)2SiO4], piroksin [Fe,Mg]2Si2O6] dan ampibol [(Fe,Mg)7Si8O22(OH)2]. Akibatnya, endapan banyak ditemukan di daerah tropis seperti Kuba, Indonesia, Kaledonia Baru, Filipina dan Amerika Selatan (Solar, 2015). Bijih nikel terdiri atas Ni-sulfida (nickel sulphides) dan Ni-laterit (nickel



laterites). Mineral Ni-Sulfida umumnya terbentuk secara primer dan berasosiasi dengan batuan mafik dan ultramafik (piroksenit, harzburgit, dan dunit). Endapan bijih nikel ini juga terjadi bersama-sama bijih kromit (Cr) dan PGM, sedangkan Ni-laterit merupakan bentuk sekunder endapan Ni-sulfida. Laterisasi adalah proses pelapukan batuan secara kimiawi yang berlangsung dalam waktu lama pada kondisi iklim basah. Prosesnya melibatkan penguraian mineral induk atau primer yang tidak stabil pada kondisi lingkungan basah dan pelepasan unsur-unsur kimianya ke dalam air tanah. Komponen yang tidak terurai membentuk mineral baru yang stabil pada kondisi lingkungan tersebut. Ni-laterit adalah hasil laterisasi batuan ultramafik yang mengandung nikel seperti peridotit dan serpentinit. Hal ini dapat berlangsung karena adanya air permukaan yang bersifat asam sehingga dapat melarutkan nikel, magnesium dan silikon yang terkandung dalam batuan dasar. Berbeda dengan Nisulfida yang ditemukan pada kedalaman ratusan meter di bawah permukaan tanah, Ni-laterit terdapat pada kedalaman yang relatif lebih dangkal, yaitu sekitar 15 – 20



6



meter di bawah permukaan tanah. Endapan Ni-laterit cenderung berkadar rendah dengan jumlah yang melimpah. Pembentukan nikel laterit dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah (Sutisna, 2006): 1. Batuan asal. Adanya batuan asal merupakan syarat utama untuk terbentuknya endapan nikel laterit. Batuan asal yang berperan penting dalam pembentukan nikel laterit berupa batuan ultrabasa seperti harzburgit. Batuan ultrabasa mengandung mineral-mineral yang kurang stabil dan mudah melapuk seperti olivin dan piroksin. Oleh karena itu, batuan ultrabasa mempunyai komponenkomponen yang mudah larut dan memberikan lingkungan pengendapan yang baik untuk nikel. 2. Iklim.



Adanya



pergantian



musim



kemarau



dan



musim



penghujan



menyebabkan terjadinya kenaikan dan penurunan permukaan air tanah, juga dapat menyebabkan terjadinya proses pemisahan dan akumulasi unsur-unsur. Perbedaan temperatur yang cukup besar akan mempercepat terjadinya pelapukan mekanis, menyebabkan rekahan dalam batuan yang akan mempermudah proses atau reaksi kimia pada batuan. 3. Senyawa kimia dan vegetasi. Senyawa kimia merupakan faktor yang mempercepat proses pelapukan, seperti air tanah mengandung CO 2 yang bersifat asam berperan penting dalam proses pelapukan kimia. Terkait dengan faktor vegetasi terdapat asam humus yang menyebabkan dekomposisi batuan serta mengubah pH larutan. Jenis vegetasi suatu daerah erat hubungannya dengan terbentuknya asam humus di daerah tersebut. Dalam hal ini, vegetasi yang rapat dan bervariasi mempengaruhi penetrasi air lebih dalam sehingga air tanah yang terkumpul akan lebih banyak dan untuk terbentuknya lebih



7



tebal. Kondisi ini merupakan lingkungan yang baik untuk terbentuknya endapan nikel berkadar tinggi. 4. Struktur geologi. Batuan beku mempunyai porositas dan permeabilitas yang kecil sehingga penetrasi air sangat sulit, dengan adanya rekahan batuan akan lebih memudahkan masuknya air sehingga proses pelapukan akan lebih intensif. Sebagai contoh, di daerah Pomalaa terdapat struktur kekar yang lebih dominan dibandingkan dengan struktur patahannya. Daerah ini disusun oleh batuan ultrabasa sebagai saluran tempat naiknya magma yang mengandung unsur nikel, sehingga struktur ini menjadi salah satu faktor dalam pembentukan cebakan bijih nikel. 5. Topografi. Topografi setempat sangat berpengaruh terhadap sirkulasi air dan senyawa lain; untuk daerah landai, air akan bergerak perlahan sehingga dapat menembus batuan lebih dalam melalui rekahan atau pori batuan. Endapan mengandung nikel akan terakumulasi pada daerah landai sampai kemiringan sedang. Hal ini menunjukkan ketebalan pelapukan tergantung kepada bentuk topografi. Pada daerah yang curam, air limpasan ( run off) lebih banyak daripada air yang meresap sehingga pelapukannya kurang intensif. 6. Waktu. Semakin lama waktu pelapukan semakin besar endapan nikel yang terbentuk. Pembentukan nikel laterit yang terdiri atas empat horizon yaitu (Kadarusman, 2004): 1. Tudung besi (iron cap) yang merupakan campuran gutit dan limonit berwarna merah tua. Lapisan ini mempunyai kadar besi tinggi dan nikel rendah, yaitu sekitar 60% Fe. Kadang-kadang ditemukan hematit dan kromiferus yang merupakan lapisan paling atas dari bijih laterit dan menjadi overburden pada saat penambangan bijih nikel laterit. 8



2. Lapisan limonit, merupakan lapisan yang kaya besi sekitar 40-50% Fe, berukuran halus dan berwarna merah coklat atau kekuningan. Dalam limonit, sebagian besar nikel berada dalam gutit (sebagai larutan padat), sebagian lagi berada dalam oksida mangan dan litioforit. Dalam lapisan ini juga kadangkadang ditemukan talk, tremolit, kromiferus, kuarsa, gibsit dan magemit. 3. Lapisan saprolit. Dalam lappisan ini, mineral utamanya adalah serpentin (Mg3Si2O5(OH)4); nikel mensubtitusi Mg. Bijih saprolit memiliki kandungan nikel lebih tinggi daripada yang terdapat pada lapisan limonit, yaitu sekitar 1,5-3% Ni. Kandungan magnesia dan silikanya juga lebih tinggi, namun kadar besinya rendah. 4. Batuan dasar (bed rock). Bagian ini berbentuk bongkah berukuran >75 cm. Secara umum kadar nikelnya kecil, sekitar 0,2 - 0,4% nikel. Zona ini mengalami perengkahan kuat dan kadang-kadang bersifat terbuka dan terisi oleh garnierit dan silika. Perengkahan ini diperkirakan menjadi root zone yaitu suatu zona dengan kandungan nikel tinggi berupa urat dalam batuan dasar. Bijih laterit nikel dapat dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan komposisi mineraloginya (Brand et al., 1998; Gleeson et al., 2003; Freyssinet et al., 2005; Wells et al., 2009), yaitu: 1. Hydrous silicate deposit Endapan tipe hydrous silicate yang terletak pada bagian bawah zona saprolit (horizon bijih) didominasi oleh mineral-mineral hidrous Mg-Ni silikat (gambar 1). Setempat pada zona saprolit, urat -urat halus dan box-works dapat terbentuk. Rekahan dan batas-batas antarbutir dapat terisi oleh mineral silikat dan mineralmineral yang kaya dengan nikel. Sebagai contoh garnierit dapat memiliki kandungan nikel sampai dengan 40 %. Nikel akan mengalami proses pelindian



9



dan limonit pada fase Fe-oxyhidroxide akan bergerak turun ke bawah seperti yang terlihat pada gambar. 2. Clay silicate deposit Silikon (Si) dari profil laterit, hanya sebagian yang terlindihkan oleh air tanah. Silikon yang tersisa bersama-sama dengan Fe, Ni, dan Al membentuk mineral lempung seperti Ni-rich nontronite pada bagian tengah sampai dengan bagian atas zone saprolit. Serpentin yang kaya dengan nikel juga bisa digantikan (teralterasi) oleh smektit pada bagian yang terkontak langsung dengan air tanah sehingga larutan-larutan yang terbentuk menjadi jenuh dengan mineral-mineral lempung ini. Secara umum, kadar nikel rata-rata pada tipe endapan ini lebih rendah dibandingkan dengan tipe hydrous silikat. 3. Oxides deposite



Oxide deposite dikenal juga dengan nama endapan limonit, dimana nikel berasosiasi dengan Fe-oxyhidroxide, dengan mineral utama Goethite. Kadangkadang juga kaya dengan oksida Mn yang kaya dengan Co. Kadar Ni rata-rata pada tipe endapan ini lebih rendah 1.2%, sehingga memiliki nilai ekonomis yang kurang baik dibandingkan dengan dua tipe endapan nikel laterit sebelumnya. Peningkatan fokus pada pemanfaatan bijih nikel laterit kadar rendah, seiring dengan meningkatnya permintaan untuk baja tahan karat dan penurunan pasokan bijih sulfida (Zhai et al., 2010). Di antara bijih sulfida ini, bijih nikel laterit terdiri dari 73% sumber nikel dunia dan akan menjadi sumber dominan nikel di masa depan Terjadinya penipisan terus menerus bijih nikel bermutu tinggi seperti millerite dan niccolite, nikel laterit telah menjadi sumber utama produksi nikel. Namun, saat ini hanya 42% produksi dunia nikel berasal dari bijih nikel laterit karena konsentrasinya nikel dalam bijih rendah (Jungah et al., 2010).



10



Gambar 2.1. Generalisasi penampang laterit nikel dan zona bijih yang berkembang di atas batuan ultramafik pada wilayah tropis serta opsi proses ekstraksinya



2.2 Pertambangan Menurut UU No. 4 Tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan batubara, pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan pengolahan



umum, dan



eksplorasi,



pemurnian,



studi



kelayakan,



pengangkutan



dan



konstruksi, penjualan,



penambangan, serta



kegiatan



pascatambang. Ciri khusus pertambangan adalah (Nurhakim, 2006): 1. Non renewable resources/wasting assets, bahan tambang bersifat tak terbarukan artinya sekali bahan tambang tersebut ditambang pada suatu tempat, maka tidak ada gantinya lagi di tempat lain. Hal ini mengakibat kan t erjadinya kompleksitas akibat kelangkaan dan peningkatan kebutuhan sumber daya tersebut, sehingga memerlukan inventarisasi dan penggunaan yang tepat. 11



2. Bahan tambang tersebar tidak merata dipermukaan bumi sehingga keberadaan industri pertambangan bergantung selalu pada ditemukannya bahan tambang. 3. Industri pertambangan merupakan industri yang padat modal, padat teknologi dan padat waktu, yang dalam operasinya membutuhkan sinergi dari berbagai disiplin ilmu dan teknologi. Pertambangan merupakan indutri yang padat modal, pada keterampilan dan padat teknologi. Dalam pelaksanaannya, kegiatan pertambangan di suatu daerah akan memberikan dampak terhadap lingkungannya, baik dampak positif maupun negatif. Dampak positif dari industri pertambangan antara lain: 1. Menambah pendapatan dan devisa Negara. 2. Dapat meningkatkan kondisi sosial, ekonomi,



budaya



dan



kesehatan



masyarakat daerah di sekitarnya. 3. Membuka kesempatan kerja dan berusaha. 4. Memberi kesempatan alih teknologi. 5. Berperan sebagai pusat pengembangan wilayah (community & regional development). Disamping



dampak



positif



diatas,



industri



pertambangan



dapat



pula



mengakibatkan dampak negatif, antara lain: 1. Mengubah morfologi dan fisiologi daerah tersebut (tata guna lahan). 2. Berpeluang merusak lingkungan, karena a. Kesuburan tanah dapat berkurang / hilang. b. Mengurangi vegetasi, sehingga dapat menimbulkan kegundulan hutan, longsor dan erosi. c. Flora dan fauna rusak, sehingga ekologi juga rusak. d. Mencemari sungai. e. Polusi suara dan udara (debu dan kebisingan). 3. Dapat menimbulkan kesenjangan sosial, ekonomi dan budaya di wilayah setempat. Adapun resiko dalam industri pertambangan antara lain bahwa dalam mengekstrak



bahan



galian



dari



batuan



induknya



harus



dilakukan



kegiatan



pembongkaran, sehingga dapat merubah roman muka bumi. Di samping itu,



12



penggunaan bahan galian yang bersifat “sekali pakai” mengakibatkan bahan galian itu tidak dapat digunakan kembali setelah diambil. Berhubung dampak dan resiko di atas, maka sebelum kegiatan pert ambangan dimulai, terlebih dahulu harus dilakukan telaah mendalam dengan melakukan serangkaian kegiatan prospeksi, eksplorasi dan studi kelayakan (Nurhakim, 2006).



BAB III PROFIL PERUSAHAN 3.1



Geologi Regional Menurut peta geologi regional lembar Lasusua, lembar Bungku dan lembar



Malili bahwa daerah operasi produksi didominasi oleh kelompok batuan ultramafik (KU) yang terdiri dari dunit, peridotit, hazburgit, werlit, serpentinit yang disertai retas gabro dan diduga berumur kapur. Kelompok batuan ultramafik tersebut tertindih secara tidak selaras oleh sedimen kalsilutit dan bersisipan dengan napal serpih, rijang dari formasi selaras diendapan sedimen laut berupa batu gamping kalsilutit dan colute formasi selodik (Tems) yang berumur Eosen. Diatas formasi salodik secara tidak selaras diendapkan batuan sedimen yang terdiri dari batuan konglomerat, batu pasir, dan lempung formasi pandua (Tmpp) yang berumur Pliosen. Pada saat pleistosen diendapkan batuan sedimen yang terdiri dari batu pasir dan batu lempung Formasi Alangga (Qpa) selanjutnya yang paling akhir diendapkan alluvial (Qa). Struktur geologi yang berkembang di Langgikima sengat kompleks diantaranya yaitu sesar sorong, sesar kolaka, sesar lawanaga (TO, Simanjuntak, 1986) yang telah



13



mengalami pengangkatan keseluruhan kompleks batuan ultramafik dan semakin ke atas batuannya berumur lebih muda seperti yang terlihat hingga sekarang. Berdasarkan lingkungan tektonik regional pada bagian timur Sulawesi terdiri dari dua melange subduksi yang masing-masingterangkat pada kala sebelum dan sesudah miosen. Melange sebelum miosen berada di bagian batuan ultramafik. Batuan ini telah mengalami pelapukan yang kuat berupa nikel laterit dan membentuk morfologi plateu. Endapan nikel di Pulau Sulawesi berkembang



dengan baik



yaitu



di



semenanjung tenggara yang berasal dari batuan induk yang kaya akan kandungan mineral olivin dan ortopiroksin. Faktor lain yang berpengaruh adalah adanya proses pensesaran dan pengkekaran yang cukup intens dan bentuk dengan morfologi yang relatif lebih landai dengan kemiringan lereng yang rendah. Menurut peta geologi yang diterbitkan oleh P3G Bandung, dipaparkan bahwa batuan-batuan yang berumur paleogen dan mesozoikum lebih berkekarkan kuat yang secara teoritis akan menyebabkan penetrasi air hujan lebih intensif ke dalam batuan sehingga akan menyebabkan pelapukan kimia lebih intensif.



3.2



Morfologi Regional



Morfologi daerah penelitian terdiri atas 4 satuan morfologi yaitu pegunungan, perbukitan, karst, dan dataran rendah. a. Satuan pegunungan antara lain Pegunungan Hialu, Pegunungan Morombo, dan Bulu Ranawuwu yang batuan penyusunnya terdiri dari batuan ultramafik yang umumnya bertonjolan kasar, dan berlereng tidak begitu curam. b. Satuan perbukitan dengan ketinggian 75-750 mdpl berada pada pulau Labengke ( 697 m), dan Mandiodo (736 m), satuan ini membentuk perbukitan bergelombang yang ditumbuhi semak dan alang-alang. c. Satuan Morfologi Karst ditemukan di Pulau Labengke yang dicirikan dengan sungai bawah tanah dan Gua batu gamping.



14



d. Satuan dataran rendah berada pada sepanjang aliran dan muara sungai Lasolo. Ketinggiannya berkisar 75 mdpl. Satuan ini tersusun atas aluvium yang merupakan sedimentasi dari pegunungan yang terbawah oleh aliran Sungai Langgikima.



3.3



Litologi daerah Litologi batuan penyusun daerah kerja praktek tersusun oleh batuan beku



ultrabasa seperti dunit dan kelompok peridotit jenis hazburgit dimana kenampakan makroskopik memperlihatkan warna segar hijau kehitaman, warna lapuk coklat kekuningan, bertekstur holokristain, faneritik, equigranular, dengan kandungan penyusun batuan meliputi olivin, piroksin, serpentin, talk, garnierit, silika dan magnesit. Batuan penyusun telah mengalami proses serpentinisasi sedang-kuat. Batuan-batuan tersebut telah mengalami pelapukan yang intensif membentuk endapan laterit yang tebal dan di beberapa tempat pelapukan lemah dan landai dengan tipisnya top soil pada daerah tersebut. Karakteristik



profil



laterit



pada



daerah



langgikima



secara



umum



memperlihatkan pada bagian atas berupa lapisan limonit yang tersusun oleh mineralmineral oksida besi seperti hematit, limonit, serta goetit. Pada bagian atas terdapat fericrate dan tudung besi (iron cap) serta mineral silika. Pada bagian tengah terdapat lapisan saprolit yang tersusun dari goetit, limonit, klorit, manganese, wad, serpentin, vein asbestos, talk, silika, magnesit, dan garnierit dalam bentuk vein. Pada lapisan ini terdapat batuan peridotit dan hazburgit. Pada bagian bawah, terdapat batuan dasar (bedrocks) berupa batuan ultrabasa dunit dan hazburgit. Selain batuan beku ultrabasa, pada daerah ini juga terdapat batuan sedimen laut tipe flysch yaitu rijang serta batugamping. Di daerah pedataran umumnya ditutupi oleh litologi aluvial yang digunakan masyarakat sekitar serta lahan perkebunan. 15



3.4



Sejarah singkat PT. Indrabakti Mustika



3.4.1



Sejarah Eksplorasi Deposit ini ditemukan pada tahun 2013. Berdasarkan peta geologi regional,



keterdapatan batuan ultrabasa di Kabupaten Konawe Utara sangat luas sehingga banyak perusahaan yang melakukan kegiatan survey, eksplorasi maupun tambang di Kabupaten tersebut. Berdasarkan data diatas serta didukung dengan dasar hukum bahwa PT. Indrabakti Mustika (IBM) sebagai salah satu perusahaan tambang yang memegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) eksplorasi bahan galian nikel di Kabupaten Konawe Utara, maka perusahaan melakukan kegiatan eksplorasi pada tahun 2013. Kegiatan awal yang dilakukan yaitu pemetaan permukaan, kegiatan ini memberikan informasi mengenai daerah laterit di wilayah Izin Usaha Pertambangan PT. Indrabakti Mustika.



Gambar 3.1 Lokasi IUP PT. IBM



Untuk lebih memudahkan didalam kegiatan pemetaan geologi, lokasi IUP Eksplorasi PT. Indrabakti Mustika dibagi kedalam 4 blok, yaitu mulai dari arah selatan 16



hingga ke utara, terdiri dari Blok A, Blok B, Blok C, Blok D. Dilakukan pengamatan singkapan batuan di sekitar 71 lokasi singkapan. Dari hasil pemetaan geologi tersebut didapatkan data lapangan yang dapat dibuat suatu peta geologi lokal dan juga peta sebaran dari laterit nikel batuan. Kemudian berdasarkan hasil pemboran hand auger dengan metode random/acak baik itu secara kuantitas maupun kualitas, ditambah informasi/data dari kegiatan pemetaan geologi, maka pemboran hand auger dilanjutkan dengan menggunakan metode grid spasi 100 dan spasi 200. Untuk kegiatan pengeboran dengan spasi 200 dilakukan pada bulan Maret – November 2014 menggunakan mesin MD. Setelah dilakukan preparasi sample dari hasil pengeboran spasi 200 kemudian di analisa di Laboratorium Casurin. Diperoleh rekomendasi untuk melakukan pengeboran inti yang lebih rapat atau pengeboran yang lebih detail.



3.5



Perizinan PT. IBM PT.



Indrabakti



Mustika



adalah



perusahan



yang



bergerak



di



bidang



pertambangan yang telah mendapatkan izin melalui surat keputusan Bupati Konawe Utara nomor 425 tahun 2009 tanggal 22 desember 2009, tentang pemberian izin usaha pertambangan eksplorasi kepada PT. Indrabakti Mustika seluas 576 ha dengan bahan galian mineral logam berupa bijih nikel, yang berlokasi di Desa Lameruru Kecamatan Langgikima, Kabupaten Konawe Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara.



3.6



Tataguna Lahan Tata guna lahan di lokasi IUP PT Indrabakti Mustika di beberapa bagian masih



merupakan hutan lebat dengan berbagai pohon kayu besar. Bagian lainnya merupakan hutan gundul akibat penambangan liar serta di beberapa tempat ada beberapa masyarakat yang membuat kebun atau mengolah kebun di areal IUP PT. Indrabakti Mustika.



17



3.7



Visi, Misi PT. Indrabakti Mustika Visi, misi, PT. Indrabakti Mustika diuraikan seperti di bawah ini:



i.



Visi Visi PT. Indrabakti Mustika adalah bekerja bersama memberikan solusi yang



berkelanjutan secara profesional, efisien, transparan dan ramah lingkungan. ii. 1.



Misi Mengakui perlunya bertindak secara bertanggung



jawab dalam mengelola



2.



sumberdaya dan lingkungan. Berupaya untuk peka terhadap



3.



masyarakat luas yang terus berubah. Mengharuskan adanya keterbukaan dan tata kelola yang baik dalam semua



4.



kegiatannya. Mengembangkan hubungan kerja yang efektif dengan para



persepsi



masyarakat



kepentingan dan mengupayakan solusi-solusi yang



setempat



dan



pemangku



mempertimbangkan



kebutuhan-kebutuhan semua pemangku kepentingan baik selama periode operasi maupun setelah pengakhiran tambang. 5. Bertekad untuk bekerja sama melalui kemitraan dengan masyarakat guna meningkatkan manfaat-manfaat yang berasal dari operasinya sambil mengurangi semua dampak negatifnya. 6. Mengakui peran penting para karyawan dalam mencapai lingkungan kerja yang aman, bertanggung jawab dan berhasil.



18



PT. Indrabakti Mustika akan menerapkan sistem kesehatan lingkungan yang menyeluruh dan juga akan menyediakan banyak untuk pelatihan dan pengembangan karyawan yang sebagian



keselamatan dan sumberdaya besar berasal dari



masyarakat setempat.



3.7



Struktur Organisasi PT. Indrabakti Mustika



BAB IV AKTIVITAS KERJA PRAKTIK 3.1 Aktivitas Penambangan di PT Indrabakti Mustika Penambangan dengan metode tambang terbuka adalah kegiatan penggalian ore yang para pekerjanya berhubungan langsung dengan udara luar dan iklim. Tambang 19



terbuka (open pit mining) adalah metode penambangan untuk menggali mineral deposit yang ada pada suatu batuan yang berada atau dekat dengan permukaan. Metode ini cocok dipakai untuk bijih nikel laterit sehingga memungkinkan produksi tinggi dengan biaya rendah. Kegiatan pada tahap penambangan yang dilakukan oleh PT. Indrabakti Mustika merupakan metode tambang terbuka. Kegiatan tahap penambangan yang dilakukan oleh PT. Indrabakti Mustika adalah sebagai berikut: 1.



Land Clearing Land



penambangan



clearing dimulai.



adalah



proses



Pembersihan



pembersihan lahan



lahan



dilakukan



sebelum



dengan



tujuan



aktivitas untuk



mempermudah pengupasan tanah penutup ( overburden) dan pengambilan bijih nikel. Tahapan land clearing dilakukan dengan membersihkan semak-semak dan pepohonan hingga tidak ada lagi tumbuhan yang tersisa. Umumnya, kegiatan land clearing menggunakan alat excavator dan bulldozer. Kegiatan land clearing dapat dilihat pada gambar 3.1



Gambar 3.1 Kegiatan land clearing 2.



Stripping Overburden (tanah penutup) dan Top Soil (tanah pucuk) Stripping overburden/top soil dilakukan untuk memindahkan lapisan tanah atau batuan yang berada di atas bijih nikel agar bijih nikel tersebut 20



menjadi tersingkap/exposed. Alat berat yang digunakan dalam pengupasan lapisan tanah penutup dan tanah pucuk yaitu excavator dan dump truck. Kegiatan stripping dimulai dengan mengupas dan memindahkan tanah pucuk (top soil removal). Lapisan tanah pucuk (top soil) digali dan dimuat dengan menggunakan excavator kemudian diangkut menuju ke lokasi khusus penimbunan yang disebut bank soil menggunakan dump truck. Tanah pucuk ini kaya akan unsur hara sehingga diambil kembali dan dipergunakan untuk kegiatan reklamasi. Penggunaan top soil dalam tahap akhir penambangan sangat dibutuhkan untuk penanaman kembali daerah yang digunakan (revegetasi). Pengupasan lapisan tanah penutup dilakukan dengan menggali



overburden dan mengangkutnya menuju disposal area. Pada kegiatan stirpping, divisi grade control bertugas untuk mengawasi



ore agar tidak ikut terambil bersama dengan material overburden. Tugas selanjutnya dari divisi grade control ialah mengambil sampel stripping untuk memastikan bahwa material tersebut sesuai dengan cut of grade atau tidak. Kegiatan pengupasan tanah penutup dapat dilihat pada Gambar 3.2.



Gambar 3.2 Kegiatan pengupasan tanah penutup 21



3.



Ore Getting Konsep penambangan dillakukan dengan sistem tambang terbuka dengan metode backfill. Backfilling method yaitu metode penambangan dengan memindahkan overburden dan top soil ke area bekas galian tambang yang telah dinyatakan mine out atau orenya telah habis. Penambangan bijih nikel dilakukan untuk mengambil bijih yang telah terekspos setelah tahapan land



clearing dan stripping selesai dikerjakan. Alat yang digunakan oleh PT Indrabakti Mustika pada kegiatan ore getting yaitu excavator Komatsu PC 195 dengan kapasitas bucket 0,9-1,2 m3 Pada kegiatan ore getting divisi grade



control bertugas untuk mengawasi kegiatan penambangan agar tidak ore yang diambil tidak tercampur dengan overburden atau bedrock. Tugas lain dari divisi



grade control



yaitu mengambil sampel check untuk menganalisa kadar ore



yang akan ditambang. Jika dari hasil analisa laboratorium menghasilkan kadar yang sesuai spesifikasi maka akan dilanjutkan proses ore getting sedangkan jika kadar di bawah spesifikasi maka akan kembali dilakukan stripping ataupun diambil untuk kebutuhan blending. Kegiatan ore getting dapat dlihat pada Gambar 3.3.



Gambar 3.3 Kegiatan ore getting 22



4.



Pemuatan (Loading) dan Pengangkutan (Hauling) Pemuatan dan pengangkutan dilakukan untuk memindahkan materialmaterial tambang seperti overburden dan bijih nikel. Overburden akan dipindahkan ke disposal area, semantara bijih nikel akan dipindahkan ke



stockpile. Alat berat yang digunakan oleh PT Indrabakti Mustika dalam proses pemuatan dan pengangkutan yaitu excavator Volvo EC 300 dengan kapasitas



bucket sekitar 1,6-2,2 m3, excavator Komatsu PC 195 dengan kapasitas bucket sekitar 0,9-1,2 m3 dan dump truck Hino FM 500 JD. Proses pemuatan dapat dilihat pada Gambar 3.4 dan proses pengangkutan dapat dilihat pada Gambar 3.5.



Gambar 3.4 Proses pemuatan (loading) bijih nikel



23



Gambar 3.5 Proses pengangkutan (hauling) bijih nikel 5.



Pengapalan (shipping) Pengapalan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memindahkan bijih nikel ke dalam kapal untuk dibawa ke pabrik pengolahan. Tahapan pengapalan dimulai dengan pemindahan bijih nikel dari stockpile menuju pelabuhan (jetty) yang kemudian diangkut ke dalam tongkang. Proses ini disebut barging. Setelah tongkang terisi penuh, selanjutnya bijih nikel akan dibawa menuju mother vessel yang kemudian diangkut ke pabrik pengolahan. Proses pengisian tongkang dapat dilihat pada Gambar 3.6.



Gambar 3.6 Proses pengisian tongkang bijih nikel 24



6.



Reklamasi Tambang Reklamasi lahan pasca tambang merupakan usaha untuk memperbaiki kondisi lahan setelah aktivitas penambangan selesai. Tujuan dilakukannya reklamasi adalah untuk menghindari kemungkinan timbulnya potensi kerusakan lain seperti air asam tambang, penurunan daya dukung tanah, dan kerusakan lahan lebih luas. PT. Indrabakti Mustika belum memiliki lahan yang telah habis ditambang sehingga belum memiliki lahan reklamasi.



3.2 Aktivitas Kerja Praktik Aktivitas kerja praktik dimulai pada tanggal 23 Juni 2019 di bawah divisi grade



control dan didampingi oleh beberapa karyawan baik di kantor maupun di lapangan. Waktu aktivitas kerja yang diterapkan di lokasi Kerja Praktik yaitu hari kerja Senin sampai Minggu yang dimulai dari pukul 07.00 sampai 17.00 dengan total jam kerja sebanyak 10 jam termasuk jam istrahat pada pukul 11.30 – 13.00 WITA. Kegiatan kerja praktik dapat dilihat pada Tabel 3.1.



Tabel 3.1 Kegiatan-Kegiatan yang dilakukan dan lokasi kegiatan No



Tanggal



1 2 3 4 5



24 25 26 27 28



6



29 Juni



Pit Bitti



7



30 Juni



Pit Bitti



8



1 Juni



Pit Bitti



9



2 Juni



Pit Bitti



10



4 Juni



Disposal Area



Juni Juni Juni Juni Juni



Lokasi



Aktivitas



Kantor PT. IBM Kantor PT IBM Pit Ulin PT. IBM Pit Bitti PT. IBM Stockpile dan Jetty



Induksi K3 dan perkenalan Penjelasan Mine Operation Penjelasan Geologi dasar Bijih Nikel Channel sampling Pengamatan kegiatan Barging Channel Sampling serta Pengamatan aktivitas OB Removing dan ore getting Pengamatan kegiatan ore getting serta pengambilan sample check Pengamatan aktivitas OB Removal dan Ore Getting Pengamatan aktivitas OB Removal dan Ore Getting Pengamatan Aktivitas Dumping 25



11 12 13



5 Juni 6 Juni 7 Juni



Disposal area dan stockpile Stockpile Stockpile



Pengamatan aktivitas dumping Pengambilan sampel dome Pengambilan sampel dome



14



8 Juni



Pit Bitti



Pengambilan Sample Check



15



10 Juni



Pit Bitti



16 17



12-22 Juni 27 Juni



Pengamatan aktivitas ore getting dan top soil stripping



Kantor PT. IBM



Penyusunan laporan Kerja Praktik



Pit Ulin



Pengamatan aktivitas pengebora



18



Lingkup kerja grade control (GC) di lapangan adalah mengawasi proses penambangan (stripping/mining) untuk menghasilkan ore dengan kadar nikel sesuai dengan permintaan dan spesifikasi. Tugas dari grade control di lapangan adalah:



1. Tugas pengawasan stripping overburden dan ore getting, saat stripping dilakukan grade control harus mengarahkan dan mengawasi alat berat agar bekerja optimal dan efisisen serta material overburden tidak tercampur dengan



ore. Saat proses ore getting, seorang grade control harus melakukan pengawasan agar tidak terjadi perubahan kadar yang signifikan akibat salting dan dilution.



2. Tugas sampling, tugas selanjutnya dari divisi grade control bertugas mengawasi kadar dengan mengambil sampel terhadap material yang akan ditambang. Sampel merupakan sebagian kecil dari populasi yang dipelajari dalam suatu penelitian dan hasilnya akan di anggap menjadi gambaran bagi populasi asalnya, namun bukan populasi itu sendiri. Sampel dianggap sebagai perwakilan dari populasi. Pengambilan sample check di PT Indrabakti Mustika berpedoman pada Japanesse Industrial Standart (JIS). 26



3. Tugas koordinasi, divisi grade control PT Indrabakti Mustika harus berkoordinasi ke semua divisi yang ada di perusahaan tersebut. Tugas koordinasi ini terutama pada divisi mine plan engineer (MPE) dan quality assurance and quality control (QAQC). Tugas grade control dimulai pada saat pengupasan overburden yaitu untuk mengawasi alat berat . Selain untuk mengawasi, tugas selanjutnya dari divisi grade



control yaitu mengambil sample hasil pengupasan untuk memastikan top ore dari daerah yang akan ditambang. Jika hasil analisis sample menunjukkan kadar yang tidak memenuhi cut of grade, maka pengupasan overburden akan tetap dilanjutkan. Kegiatan ore getting dilakukan apabila didapatkan sample yang sudah memenuhi spesifikasi. Pada tahapan ore getting, grade control



bertugas untuk mengambil



sample check untuk memastikan kadar yang akan ditambang. Selain untuk sampling, petugas grade control juga bertugas untuk mengawasi proses ore getting agar ore tidak tercampur dengan overburden/bedrock yang dapat menyebabkan turunnya kadar. Analisa kadar akan menghasilkan data kadar Ni, Fe, MgO, SiO 2, Al2O3, Co, dan CaO untuk kemudian diinformasikan ke



divisi QAQC untuk pengaturan dome di



stockpile. Berikut merupakan bagan alir kegiatan divisi grade control pada PT. Indrabakti Mustika.



27



Aktivitas Grade Controll pada PT. Indrabakti Mustika



Penambangan



Pengupasan Tanah Pucuk & Overburden



Pengambilan Sample Stripping



Analisis kadar



Kadar



Pengambilan Sampel Check



Analisis kadar



Kadar



Tidak



Konfirmasi Top Ore Ya



Penambangan



1,3-1,49 % Ni



1,5-1,69% Ni



Pita Merah (Reuse)



Pita Biru (LGO)



1,7-1,89 % Ni



Pita kuning (MGO)



>1,89% Ni



Pita hijau (HGO)



Ore Getting



Pengangkutan dan Pemuatan



Pita Putih



Waste



Pengambilan Sampel produksi



Analisis kadar



Blending



Pemasaran



< 1.29 % Ni



Kadar



Tidak



Kesesuain spesifikasi



Ya



Gambar 3.7 Diagram alir kegiatan grade control pada saat penambangan. Kegiatan Kerja Praktik yang dilaksanakan di PT Indrabakti Mustika berkaitan dengan kegiatan grade control. Kegiatan lapangan yang dilakukan selama kerja praktik selalu didampingi oleh pengawas/supervisor.



28



3.2.1



Safety induction dan safety talk Safety induction dilakukan oleh Departemen HSE PT Indrabakti Mustika. Tujuan



kegiatan safety induction yaitu untuk memberitahukan mengenai aturan-aturan dan keselamatan kerja yang harus dipatuhi oleh setiap karyawan dan tamu yang pertama kali masuk di perusahaan PT Indrabakti Mustika. Selain itu perusahaan juga menyediakan Alat Perlindungan Diri (APD) yang wajib digunakan selama di wilayah kerja perusahaan. APD yang diberikan yaitu berupa safety helmet, safety boot, dan rompi lapangan. APD yang telah dibagikan wajib digunakan saat berada di lapangan ataupun di sekitar wilayah kerja PT Indrabakti Mustika. Tujuan penggunaan APD yaitu untuk mencegah dan mengurangi risiko dan bahaya yang mungkin terjadi. Setiap senin pagi sebelum melakukan kegiatan, para karyawan dan tamu diwajibkan untuk mengikuti safety talk. Kegiatan safety talk



bertujuan untuk



membahas mengenai resiko-resiko kecelakaan kerja yang mungkin terjadi dan cara untuk mengatasinya. 3.2.2



Pengambilan sampel check Pengambilan sampel check dilakukan dengan tujuan untuk memastikan bahwa



material yang akan/telah diambil adalah material dengan kadar yang sesuai spesifikasi. Apabila hasil analisa menunjukkan sampel merupakan bijih yang ekonomis maka proses penambangan dilanjutkan dengan melakukan ore getting pada daerah tersebut atau langsung dimuat ke dalam dump truck. Pengambilan sampel check yang dilakukan oleh petugas grade control PT Indrabakti Mustika ada tiga jenis yaitu:



1. Grab sampling Secara umum, grab sampling dilakukan dengan mengambil bagian/fragmen dari suatu kumpulan material baik secara langsung di lapangan atau pada suatu tumpukan material. Pada PT Indrabakti Mustika, grab sampling dilakukan untuk mengetahui kandungan unsur suatu material yang homogen . Hasil analisanya 29



ini dapat dijadikan acuan dalam memprediksi kadar dari suatu material dan pengawasan pada saat proses ore getting.



Gambar 3.8 Proses pengambilan sampel grab



2. Channel sampling Channel sampling merupakan suatu metode pengambilan sampel dengan cara mengambil sampel secara memanjang dari keseluruhan material yang di



sampling. Pada PT Indrabakti Mustika, channel sampling dilakukan sebelum dilakukannya ore getting pada suatu badan bijih untuk diketahui kadarnya. Metode ini dilakukan dengan mengambil sampel pada dinding atau lantai di



front penambangan.



30



Gambar 3.9 Channel sampling



3. Sample dome Sample dome merupakan suatu metode pengambilan sample pada suatu tumpukan material hasil pengerukan yang dapat merepresentasikan keadaan seluruh tumpukan tersebut. Metode ini biasanya dilakukan pada material lapisan transisi antara limonit dan saprolit. Metode ini juga digunakan apabila diduga terjadi penurunan kadar akibat kontaminasi material OB pada saat proses ore getting.



Gambar 3.10 Dome sampling 31



Tahapan pengambilan sampel check pada PT Indrabakti Mustika adalah sebagai berikut: 1.



Mempersiapkan peralatan Memeriksa dan menyiapkan perlengkapan kerja awal shift sebelum berangkat ke mining face



Gambar 3.11 Alat sample check 2.



Memeriksa lokasi dan peralatan safety a.



Memastikan lokasi kerja aman



b.



Menjaga jarak aman dengan tebing, berjalan dengan tenang dan tidak terburu-buru ketika naik turun tebing



c.



Menjaga jarak dengan alat berat yang sedang beroperasi



d.



Memastikan semua peralatan layak / aman bila dipakai



e.



Menggunakan APD pada saat melakukan kegiatan pemeriksaan



f.



Melaporkan segera ke supervisor bila ada kerusakan dan kekurangan peralatan



3.



Mengambil Sampel



32



Semua kategori jenis sampel di atas dapat diambil sendiri secara manual oleh



sampler, tetapi jika kondisi face tidak aman apabila sampler mengambil sendiri sampel secara manual, maka harus meminta bantuan kepada operator backhoe untuk mengambilkan sampel yang diinginkan. Sampel diambil pada setiap material yang berbeda karakteristiknya secara fisik/visual. a. Untuk grab sampling, ambil material dalam bentuk bongkah pada front b.



penambangan yang ingin diketahui kadarnya. Untuk channel sampling, ambil material secara memanjang ke bawah pada dinding atau lantai di pit sebanyak 5-7 kg



4.



Pengkodean sampel a.



Memberikan nomor sampel untuk setiap sampel yang telah diambil menggunakan pita yang bertuliskan kode sampel dan tanggal pengambilan



b.



Memastikan ulang kesesuain nomor sampel pita dengan nomor sampel pada waybill.



5.



Memasang patok dan pita putih a.



Yakinkan dan amati daerah yang akan dipasang patok dalam kondisi aman/tidak berbahaya



b. 6.



Memasang patok dan pita putih pada tempat pengambilan sampel



Memanggil Dispatcher Mengkontak dispatcer melalui radio agar segera datang ke lokasi pengambilan sampel untuk mengambil dan mengirim sampel ke laboratorium analisis



7.



Mengganti pita dan menulis hasil analisis lab (%Ni dan % Fe) a.



Segera mengganti pita (sesuai dengan tabel 4.2) setelah menerima informasi hasil analisa dari laboratorium oleh Analyst



b.



Sebelum pita putih diganti, cocokkan nomor di patok dengan nomor sampel



c.



Penggantian pita putih serta penulisan hasil analisis adalah tanggung jawab bersama anggota grade control secara keseluruhan 33



Tabel 4.2 klasifikasi warna pita sesuai COG 1,5 Warna Pita



8.



Putih



%Ni 1,89 % Ni



High Grade Ore



Evaluasi



penyebaran material berdasarkan penyebaran pita a.



Amati dan perhatikan penyebaran material ( Overburden, ore, waste,



bedrock) secara umum berdasarkan pita yang terpasang b.



Untuk pita yang berbeda dengan penyebaran umum di sekitarnya, maka perlu



dilakukan



pengamatan



terhadap



material



yang



berada



di



sekelilingnya, pisahkan material tersebut jika memungkinkan, jika tidak, maka material tersebut akan digeneralisasi dengan dominasi material di sekitarnya. 9.



Merapihkan tempat kerja pada akhir shift Membersihkan peralatan kerja dari lumpur/tanah yang melekat dan lokasi kerja dari sampah-sampah di sekitar pondok



10. Melakukan pengawasan terhadap aspek keselamatan kerja a.



Memastikan kondisi yang aman untuk diri sendiri, rekan kerja dan lingkungan sekitarnya pada saat aktif bekerja / berjalan di lapangan



b.



Meyakinkan pijakan kaki sudah mantap sehingga tidak terjatuh karena terpeleset atau tergelincir ketika berjalan di front penambangan



c.



Memposisikan diri tidak berdiri / duduk terlalu dekat dengan bibir tebing (minimal 5 meter) atau di kaki tebing (minimal 1,5 x tinggi tebing) untuk menghindari kecelakaan akibat jatuhan batu, terjatuh atau terkena longsoran lainnya.



34



d.



Pastikan operator mengetahui kegiatan yang akan dilakukan.



35



BAB V PENUTUP 5.1



Kesimpulan Kesimpulan dari kerja praktik di PT Indrabakti Mustika adalah sebagai berikut:



1. Kegiatan penambangan PT Indrabakti Mustika dimulai dengan tahapan land clearing kemudian dilanjutkan dengan pengupasan top soil dan overburden hingga top ore terekspos. Setelah itu, dilanjutan pada tahapan ore getting kemudian dimuat dan diangkut menuju stockpile. Selanjutnya, ore yang telah memenuhi proses spesifikasi akan diangkut menuju jetty dan dimuat ke tongkang untuk dibawa ke mother vessel yang selanjutnya dibawa ke pabrik pengolahan.



2. Grade control bertanggung jawab untuk mengawasi dan mengontrol proses penambangan kontaminasi



(stripping/ore



waste



terhadap



getting) ore



pada



dapat



front



seminimal



penambangan mungkin



agar



sehingga



menghasilkan ore dengan kadar yang sesuai spesifikasi. Adapun tahapan kegiatan dari grade control adalah yaitu mengawasi proses stripping dan ore



getting, mengambil sample check, dan berkoordinasi ke semua divisi di PT Indrabakti Mustika terutama ke divisi mine plan engineer dan quality control



and quality assurance.



36