LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM KEBISINGAN Irene [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM SOUND LEVEL METER (SLM)



Laporan ini dibuat sebagai syarat Dalam mata kuliah praktimum lingkungan fisik Program studi kesehatan lingkungan OLEH : Nama Nim



: Irene Pramesti Diningrum 10031381924068



Kelompok



: 9 (sembilan)



Dosen



: 1. Dini Arista Putri,S.Si.,M.PH 2. Inoy Trisnaini, SKM.,M.KL 3. Mona Lestari, S.K.M.,



M.K.K.K Asisten : Arifqah Dhiya Ul-haq



LABORATURIUM KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM STUDI KESEHATAN LINGKUNGAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2022



DAFTAR ISI DAFTAR TABEL............................................................................iv DAFTAR GAMBAR.........................................................................v BAB I PENDAHULUAN..................................................................1 1.1 Latar Belakang.............................................................................................1



BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................3 2.1 Pengertian Kebisingan.................................................................................3 2.2 Jenis Kebisingan..........................................................................................4 2.3 Sumber Kebisingan......................................................................................4 2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebisingan.........................................5 2.5 Baku Mutu Tingkat Kebisingan...................................................................5 2.6 Nilai Ambang Batas.....................................................................................6 2.7 Dampak Kebisingan.....................................................................................8 2.8 Pengendalian kebisingan.............................................................................9 2.9 Alat Ukur Kebisingan..................................................................................9



BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM.....................................10 3.1 Alat Dan Bahan..........................................................................................10 3.1.1 Alat Sound Level Meter......................................................................10 3.1.2 Bahan..................................................................................................10 3.2 Prosedur Kerja...........................................................................................10 3.2.1 Kalibrasi Alat......................................................................................10 3.2.2 Cara Kerja...........................................................................................11 3.2.3 Keterangan Instruksi Alat...................................................................11 3.2.4 Cara Menggantikan Baterai................................................................12



BAB IV PEMBAHASAN................................................................13



ii



4.1 Hasil Praktikum........................................................................................13 4.1.1 Waktu Dan Lokasi Pengukuran..........................................................13 4.1.2 Hasil Pengukuran................................................................................13 4.2 Pembahasan...............................................................................................14 4.2.1 Pembahasan Pada Pengukuran Kebisingan dBA................................14 4.2.2 Pembahasan Pada Pengukuran Kebisingan dBC................................16 4.2.3 Dampak Kebisingan Dba Dan Dbc.....................................................17



BAB V PENUTUP...........................................................................18 5.1 Kesimpulan................................................................................................18



DAFTAR PUSTAKA......................................................................19



iii



DAFTAR TABEL Tabel 2. 1 Baku Mutu Tingkat Kebisingan..........................................................6 Tabel 2. 2 Nilai Ambang Batas Kebisingan..........................................................7 Tabel 4. 1 Pengukuran Kebisingan dBA............................................................13 Tabel 4. 2 Pengukuran Kebisingan dBC..............................................................13



iv



DAFTAR GAMBAR Gambar 3. 1 Alat Sound Level Meter..................................................................10 Gambar 4. 1 Hasil Yang Didapatkan Pengukuran 1 dBA...................................14 Gambar 4. 2 Hasil Yang Didapatkan Pengukuran 2 dBA...................................15 Gambar 4. 3 Hasil Yang Didapatkan Pengukuran 3 dBA...................................16 Gambar 4. 4 Hasil Yang Didapatkan Pengukuran 1 dBC...................................16 Gambar 4. 5 Hasil Yang Didapatkan Pengukuran 2 dBC...................................17 Gambar 4. 6 Hasil Yang Didapatkan Pengukuran 3 dBC...................................17



v



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Polutan udara ambien yang berpotensi tinggi menyebabkan gangguan pernapasan dan pendengaran pada manusia antara lain NO2, SO2, CO, dan kebisingan. Bahan pencemar NO2, SO2, CO, dan kebisingan merupakan beberapa jenis dari polutan yang ada di udara, terutama yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil (Fahmi, 2019). Salah satu polusi udara yang mempengaruhi kualitas udara ambien adalah kebisingan. Kebisingan atau polusi suara dapat didefinisikan sebagai suara yang tidak dikehendaki dan mengganggu manusia. Jadi, kecil atau lembut suara yang terdengar, jika hal itu tidak diinginkan maka disebut kebisingan (Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup, 1996). Penggunaan teknologi maju sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan pengendalian yang tepat akan dapat merugikan manusia itu sendiri. Penggunaan teknologi maju tidak dapat dielakan, terutama pada era industrialisasi yang ditandai adanya proses mekanisasi, elektrifikasi dan modernisasi serta transformasi globalisasi. Dalam keadaan demikian penggunaan mesin-mesin, pesawat, instalasi, dan bahan-bahan berbahaya akan terus meningkat sesuai kebutuhan industrialisasi. Namun demikian, disisi lain kemajuan teknologi juga mengakibatkan berbagai dampak yang merugikan yaitu berupa terjadinya peningkatan pencemaran lingkungan, kecelakaan kerja dan timbulnya berbagai macam penyakit akibat kerja(Agiviana & Djastuti, 2015) Kebisingan ditempat kerja dapat menggangu pendengaran dan keseimbangan pada pekerja. Kebisingan juga dapat menggangu percakapan/komunikasi yang sedang berlangsung antara dua orang atau lebih. Selain itu kebisingan dapat menimbulkan gangguan psikologis seperti kejengkelan, kecemasan dan ketakutan. Gangguan psikologis dipengerauhi oleh beberapa faktor yaitu intesitas, frekuensi, periode, lama kejadian, kompleksitas, dan tidak teraturnya suara kebisingan. Menurut Sasongko, (2000) gangguan psikologi dan gangguan konsentras pada pekerja dapat menurunkan produktifitas kerja. Setiap hari, kita dapat mendengarkan bunyi-bunyi disekitar lingkunga kita, seperti bunyi televisi dan radio, peralatan yang ada dirumah, dan lalu lintas. 1



Secara normal, kita dapat mendengar bunyi selama ini pada taraf yang tidak begitu mempengaruhi pendengaran kita. Bagaimana pun juga ketika kita dihadapkan pada bahaya kebisingan dengan suara yang nyaring dan keras untuk jangka waktu tertentu, maka hal itu dapat merusak sensitivitas pada labirin kita, akibat dari hilangnya sebuah pendengaran akibat bising. Secara umum, kebisingan dapat berdampak kepada gangguan pendengaran, tekanan darah tinggi (hipertensi) dan dapat memicu stres. Pabrik, jalan raya, area pertambangan merupakan daerah yang memiliki nilai kebisingan yang tinggi atau besar. Dalam pengaruh kebisingan terhadap manusia secara fisik tidak mengganggu organ pendengaran saja, tetapi dapat juga menimbulkan gangguan pada organ-organ tubuh yang lainnya. Seperti penyempitan pada pembuluh darah dan pada sistem jantung. Pengaruh bising secara psikologi, yaitu berupa penurunan terhadap efektivitas kerja dan kinerja pada seseorang. Agresivitas masyarakat yang tinggal di kawasan bising akan meningkat dengan bertambahnya tingkat dari kebisingan dikawasan tersebut dan inilah yang dapat menyebabkan warga kurang mampu mengontrol diri maupun dari tingkah lakunya. Terpapar kebisingan secara terus-menerus mengakibatkan kerusakan menetap pada indera pendengar. Gejala penurunan pendengaran tersebut dapat disertai dengan timbulnya tinitus (telinga berdenging). Permasalahan yang terjadi pada kebisingan yang paling utama adalah bahwa efek yang ditimbulkan tidak secara langsung, melainkan secara bertahap. Seperti halnya kepekaan pada pendengaran akan berkurang dan semakin dapat memperburuk dengan seiring waktu terpaparannya pada saat kejadian. (Prasetya et al., 2016) Di sekitar kita terdapat berbagai sumber kebisingan, misalnya saja bising industri (pabrik), bandar udara, jalan raya, dan tempat- tempat hiburan. Beberapa pekerjaan yang selalu dihadapkan dengan kebisingan antara lain penambangan, pembuatan terowongan, penggalian (peledakan, pengeboran), pekerjaan yang menggunakan mesin-mesin berat (percetakan, proses penempaan besi, mesin tekstil, mesin kertas), pekerjaan mengemudikan mesin dengan tenaga pembakaran yang kuat (truk, kendaraan konstruksi) dan uji coba mesin jet.(Meikaharto et al., 2021)



2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kebisingan Kebisingan atau noise pollution sering disebut sebagai suara atau bunyi yang tidak dikehendaki atau dapat diartikan pula sebagai suara yang salah pada tempat dan waktu yang salah (Chandra, 2007).Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran (KEPMENAKER No.Kep-51 MEN/1999).Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehinggamengganggu atau membahayakan kesehatan. Tingkat kebisingan di ruang kerja maksimal 85 dB (KEPMENKES RI NO. 1405/MENKES/SK/XI/2002) Suma’mur (1996), kebisingan adalah bunyi yang didengar sebagai rangsanganrangsangan pada telinga oleh getaran-getaran melalui media elastis manakala bunyibunyi tersebut tidak diinginkan. Kebisingan bisa didefinisikan sebagai suara yang tidak diinginkan yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan bagi pendengarnya. Bising dapat diartikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki yang bersumber dari aktivitas alam seperti bicara dan aktivitas buatan manusia seperti penggunaan mesin. Menurut World Health Organization (WHO), kebisingan juga bisa diartikan sebagai suara apa saja yang sudah tidak diperlukan dan memiliki efek yang buruk untuk kualitas kehidupan, kesehatan, dan kesejahteraan (WHO, 2001). menambahkan bahwa polusi udara atau kebisingan dapat didefinisikan sebagai suara yang tidak dikehendaki dan mengganggu manusia. Sehingga beberapa kecil atau lembut suara yang terdengar, jika hal tersebut tidak diinginkan maka akan disebut mengganggu (Abarca, 2021) Sumber suara yang bergetar dapat menyebabkan kebisingan. Getaran dapat mengganggu keseimbangan molekul – molekul udara. Bunyi yang kita tangkap melalui telinga merupakan cara kerja misalnya bunyi telepon, bunyi mesin cetak dan sebagainya. Terdapat 2 faktor yang mempengaruhi kualitas bunyi yaitu frekuensi dan intensitas. Frekuensi merupakan jumlah getaran yang masuk ketelinga setiap detiknya. Sedangkan intensitas adalah besarnya energi yang diterima telinga. Adanya perbedaan antara frekunsi dan intensitas dapat menimbulkan jenis–jenis kebisingan dengan karakteristik yang berbeda-beda Mulia.(W. L. Andrias, 2011)



3



2.1 Jenis Kebisingan



Secara umum kebisingan dapat dikelompokkan berdasarkan kontinuitas, intensitas, dan spektrum frekuensi suara yang ada, seperti berikut : 1.



Kebisingan kontinyu dengan spektrum suara yang sempit (steady state and narrow band



noise), misalnya mesin dan kipas angin. 2.



Kebisingan yang tidak kontinyu dengan spektrum suara yang sempit (nonsteady state



and narrow band noise), misalnya gergaji silkuler, dankatup uap. 3.



Kebisingan terputus-putus dan terjadi sewaktu-waktu (intermitten), misalnya suara



pesawat terbang, dan kereta api. 4.



Kebisingan impulsif atau yang memekakkan telinga (impact or impulsive noise), seperti



tembakan bedil, ledakan bom atau meriam (Chandra, 2007). Tabel 2.1 Batas kebisingan komunitas (community noise level) Intensitas Kebisingan



Batas Tertinggi



Jenis Kebisingan



Menulikan



120



Halilintar



110



Meriam



100



Mesin Uap Jalan hiruk pikuk



Sangat hiruk



90



Perusahaan sangat gaduh Kantor gaduh



80



Jalan pada umumnya



70



Rumah gaduh



60 Sedang



50



Kantor umumnya Percakapan kuat



Tenang



40



Radio perlahan



30



Rumah tenang Kantor perorangan Auditorium



Batas dengar terendah



20



Percakapan



10



Suara daun-daun berbisil



0 Sumber : Budiman Chandra, 2007 : 170



Berdasarkan pengaruhnya terhadap manusia, bising dapat dibagi atas : 1.



Bising yang mengganggu (Irritating Noise). Intensitas tidak terlalu keras, misalnya



mendengkur.



4



2.



Bising yang menutupi (Masking Noise). Bunyi yaang menutupi pendengaran yang jelas.



Secara tidak langsung bunyi ini akan membahayakan kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, karena teriakan atau isyarat tanda bahaya tertutupi oleh suara bising dari sumber lain. 3.



Bising yang merusak (damaging/injurious noise). Bunyi yang intensitasnya melampaui



NAB. Bunyi jenis ini akan merusak atau menurunkan fungsi pendengaran.



2.2 Sumber Kebisingan (Studi et al., 2013) Ada dua jenis sumber kebisingan yaitu : a. Sumber titik Sumber bising yang berasal dari suara yang berhenti. Penyebaran sumber bising berbentuk bola – bola dan menyebar dengan kecapatan suara 360



5



m/det Sasongko dan Hadiyarto ( 2000 ). Contohnya sumber kebisingan dari mesin yang tak bergerak. b. Sumber garis Sumber bising yang bergerak dan berbentuk silinder jika menyebar diudara dengan keceaptan 360 m/det. Contoh sumber bising dari kegiatan transportasi. Sumber kebisingan ditempat kerja ada dua Roestan ( 2003 ) yaitu : a. Sumber eksternal Sumber kebisingan eksternal adalah kebisingan yang berasal dari luar gedung, misalnya kegiatan bangunan. b. Sumber internal Sumber inernal adalah sumber kebisingan ang berasal dari dalam gedung, misalnya bunyi mesin, kompresor dan penggilingan 2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebisingan Faktor-faktor yang mempengaruhi kebisingan menurut (Halil et al., 2015) dibagi menjagi dua, yaitu : 1. Faktor Akustikal a. Tingkat kekerasan bunyi b. Frekuensi bunyi c. Durasi munculnya bunyi d. Fluktuasi kekerasan bunyi e. Fluktuasi frekuensi bunyi f. Waktu munculnya bunyi 2. Faktor non-akustikal a. Pengalaman terhadap kebisingan b. Kegiatan Perkiraan terhadap kemungkinan munculnya kebisingan c. Manfaat objek yang menghasilkan kebisingan d. Kepribadian e. Lingkungan dan keadaan.



2.4 Nilai Ambang Batas Kebisingan



Tabel 2.2 Nilai ambang batas kebisingan Waktu pemajanan per hari



Intensitas kebisingan dalam dB



8 jam



85



6



4 jam



88



2 jam



91



1 jam



94



30 menit



97



15 menit



100



7,5 menit



103



3,75 menit



106



0,94 menit



112



28,12 detik



115



14,06 detik



118



7,03 detik



121



3,52 detik



124



1,76 detik



127



0,88 detik



130



0,44 detik



133



0,22 detik



136



0,11 detik



139



Tidak boleh



140



Sumber : A.M. Sugeng Budiono. Dkk. 2003:33



7



BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM 3.1 3.1.1



Alat Dan Bahan Alat Sound Level Meter



Gambar 3. 1 Alat Sound Level Meter 3.2



Prosedur Kerja



3.2.1



Kalibrasi Alat



Terdapat 2 jenis cara kalibrasi yaitu kalibrasi dengan eksternal dan internal, untuk Sound Level Meter digunakan dengan kalibrasi ekternal 1. Kalibrasi ekternal dilakukan oleh lembaga atau intansi yang memiliki sertifikasi kalibrasi atau lembaga yang sudah terstandarisasi 2. Kalibrasi ekternal dilakukan dengan pilihan pertahun atau perjumlah penggunaan alat



8



3.2.2



Cara Kerja



1. Tekan tombol power 2. Pilih selektor pada posisi: Fast untuk jenis kebisingan kontinyu Slow untuk jenis kebisingan impilsive/terputus-putus 3. Pilih selector range intensitas kebisingan. High : 60 – 130 dB Low : 30 – 100 dB 4. Tentukan lokasi pengukuran 5. Setiap lokasi pengukuran dilakukan pengamatan selama 1 – 2 menit, atau sampai hasil menunjukan angka yang stabil 6. Tekan hold untuk mencatat hasil di monitor 7. Tekan tombol power kembali untuk mematikan alat 3.2.3 a.



Keterangan Instruksi Alat Windscreen/ pelindung sensor suara



Digunakan untuk melindungi sensor suara mikrofon dari debu dan angin, dianjurkan menggunakan windscreen untuk mencegah sensor rusak b.



LCD Display



Layar tampilan yang menampilkan informasi nilai pengukuran dan berbagai indikator. c.



Tombol Power ON/OFF Tombol untuk menyalahkan dan mematikan alat



d.



Tombol Backlight



Tombol untuk menyalakan atau mematikan lampu layer e.



Tombol mpde A weighting/C weighting



Tombol untuk memilih antara mode tertimbang A/C Tombol A : Digunakan untuk pengukuran suara pada umumnya Tombol B : Digunakan untuk pengukuran suara dengan frekuensi rendah f.



Tombol mode Time Weighting



9



Tombol yang digunakan untuk mengaktifkan mode tertimbang waktu respon (Fast/Slow) F (Fast response) : Digunakan untuk pengukuran normal (lingkungan ambient standar) S (Slow response) : Digunakan untuk pengukuran tingkat ratarata dari fluktasi suara g.



Tombol mode rentang ukur



Digunakan untuk memilih rentang ukur yang diinginkan. Rentang bawah/Lo = 30-100 dB Rentang atas / Hi = 0-130 dB Catatan : Jika dalam pengukuran muncul indikator “OVER”, coba gunakan rentang ukur yang lain. h.



Tombol amax/hold



Tombol untuk menampilkan nilai maksimum dari pengukuran yang sudah dibaca. Data ini akan terus di perbarui jika terdapat nilai maksimum yang baru/lebih tinggi dari nilai sebelumnya. Tombol ini juga untuk mengaktifkan fitur HOLD, caranya dengan menekan dan tahan tombol selama 2 detik. i.



Mikrofon Sensor pengambil suara yang kemudian di olah instrument



j.



Tempat Baterai Cara mengukur intensitas kebisingan menggunakan



Sound Level meter. 3.2.4



Cara Menggantikan Baterai



1. Lepaskan sekrup yang terdapat di belakang alat 2. Angkat penutup baterai untuk membuka tempat baterai 3. Masukkan baterai dengan sisi kutub yang benar 4. Tutup kembali dan pasang kembali sekrup



10



Bab IV PEMBAHASAN 4.1 4.1.1



Hasil Praktikum Hasil Pengukuran



Tabel 4. 1 Pengukuran Kebisingan dBA No. Pengukuran



Hasil Pengukuran



1.



Pengukuran Kebisingan 1



37,4 dBA



2.



Pengukuran Kebisingan 2



36,1 dBA



3.



Pengukuran Kebisingan 3



50,1 dBA



Rata-rata



41,2 dBA



Tabel 4. 2 Pengukuran Kebisingan dBC



4.1.2



No. Pengukuran



Hasil Pengukuran



1.



Pengukuran Kebisingan 1



67,6 dBC



2.



Pengukuran Kebisingan 2



67,4 dBC



3.



Pengukuran Kebisingan 3



57,7 dBC



Rata-rata



64,233 dBC



Pembahasan Pada Pengukuran Kebisingan dBA



Pengukuran kebisingan dilakukan diruang kelas B1.02 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya alat yag digunakan dalam pengukuran ini yaitu Sound Level Meter dengan satuan dBA jika didalam ruangan kelas. Kebisingan diukur pada mahasiswa yang berada di dalam ruangan B1.02. Untuk pengukuran kebisingan Pertama pada mahasiswa alat Sound Level Meter diletakan disamping telinga penerima kebisingan Pengukuran kebisingan yang dilakukan sebanyak 3 kali pengukuran dalam waktu 10 detik per satu kali pengukuran. Dari hasil pengukuran kebisingan pada mahasiswa yang berada diruang kelas dapat dilihat bahwa tingkat kebisingan Mendapatkan hasil pengukuran sebesar 37,4 dBA. Jika dibandingan dengan Permenaker 11



No 5 Tahun 2018 untuk intensitas kebisingan selama 8 jam yaitu sebesar 85 dBA. Intesitas kebisingan diruangan B1.02 dan intesitas kebisingan yang diterima mahasiswa tidak melebihi ambang batas. Jadi ruangan tersebut layak digunakan untuk kegiatan belajar. 14



Gambar 4. 1 Hasil 1 pengukuran kebisingan DBA



12



Untuk pengukuran kebisingan kedua pada mahasiswa alat Sound Level Meter diletakan disamping telinga penerima kebisingan Pengukuran kebisingan Dari hasil kebisingan kedua ini pada mahasiswa yang berada diruang kelas dapat dilihat bahwa tingkat kebisingan Mendapatkan hasil pengukuran sebesar 36,1 dBA. Jika dibandingan dengan Permenaker No 5 Tahun 2018 untuk intensitas kebisingan selama 8 jam yaitu sebesar 85 dBA. Intesitas kebisingan diruangan B1.02 dan intesitas kebisingan yang diterima mahasiswa tidak melebihi ambang batas. Dapat kita simpulkan bahwasannya tingkat kebisingan kedua yang dilakukan masih memenuhi syarat yang telah ditentukan.



Gambar 4. 2 Hasil 2 Pengukuran kebisingan DBA



Untuk pengukuran kebisingan dBA ketiga mendapatkan hasil pengukuran dengan nilai sebesar 50/,1 dBA. Sesuai dengan standarisasi dari intensitas kebisingan menurut Permenaker Nomor 5 Tahun 2018 dengan nilai ambang batas yang telah ditentukan sebesar 85 dBA jangka waktu 8 jam/hari dan 88 dBA dengan jangka waktu 4 jam/hari. Dapat kita simpulkan hubungan antara nilai ambang batas yang telah ditentukan dengan hasil pengukuran yang didapatkan bahwasanya hasil nilai pengukuran masih memenuhi ambang batas yang telah ditentukan. Sama hal nya dengan pengukuran yang dilakukan pertama, kedua dan pengukuran ketiga dengan nilai rata-rata yang dimiliki sebesar 41,2 dBA masih aman bagi pekerja dan tidak menimbulkan masalah kesehatan.



15



Gambar 4. 3 Hasil 3 Pengukuran kebisingan DBA 4.1.3



Pembahasan Pada Pengukuran Kebisingan dBC



Pada pengukuran kebisingan dBC yang dilakukan pada AC ruang kelas B1.02 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas sriwijaya yang dilakukan pengukuran sebanyak 3 kali pengukuran dalam waktu 10 detik per satu kali pengukuran. Hasil yang didapat dari pengukuran kebisingan pertama yang dilakukan dengan nilai 67,6 dBC. Dari Standarisasi kebisingan menurut Permenaker Nomor 5 Tahun 2018 dengan nilai ambang batas yang telah ditentukan sebesar 85 dB dalam waktu 8 jam/hari dan 88 dB dalam kurun waktu 4 jam/hari. intesitas kebisingan yang dilakukan mahasiswa pada ruang dibawah AC tidak melebihi ambang batas. Jadi ruangan tersebut layak digunakan untuk kegiatan belajar. Gambar 4. 4 Hasil 1 Yang Didapatkan Pengukuran dBC



Untuk Pengukuran kebisingan dBC kedua yang dilakukan Mendapatkan nilai hasil pengukuran menunjukkan sebesar 67,4 dBC. Dari standarisasi kebisingan menurut Pemenarker Nomor 5 Tahun 2018 nilai baku mutu kebisingan sebesar 85 dB jangka waktu 8 jam/hari dan 88 dB dalam jangka waktu 16



4 jam/hari. disimpulkan hasil pengukuran pertama yang dilakukan masih aman atau memenuhi syarat ambang batas yang telah ditentukan. Dan yang terakhir untuk pengukuran didalam ruangan pengukuran dilakukan



Gambar 4. 5 Hasil 2 Yang Didapatkan Pengukuran dBC dibawah AC ruangan Mendapatkan hasil pengukuran yaitu 57,7 dBC. Standarisasi peraturan Permenaker Nomor 5 Tahun 2018 yang telah di tetapkan. Hubungan antara peraturan yang telah ditentukan dengan hasil pengukuran yang di dapatkan bahwasanya masih memenuhi atau aman bagi pekerja. Dapat disumulkan bahwasannya hasil rata-rata dari ketiga pengukuran tersebut Mendapatkan hasil yaitu 64,23 dBC



Gambar 4. 6 Hasil 3 Yang Didapatkan Pengukuran dBC 4.1.4



Dampak Kebisingan Dba Dan Dbc



Dampak Jika kebisingan melebihi ambang batas maka akan menyebabkan berbagai macam gangguan seperti gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian. Ada yang menggolongkan gangguannya berupa gangguan Auditory, misalnya gangguan terhadap pendengaran dan gangguan non Auditory seperti gangguan komunikasi, ancaman bahaya keselamatan, menurunnya performa (kinerja), stress dan kelelahan. Gejala stress dapat merupakan gejala kognitif, emosional, fisik atau perilaku. 17



BAB V PENUTUP 5.1 1.



Kesimpulan Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan. Alat yang digunakan



untuk mengukur kebisingan adalah Sound Level Meter dengan Satuan dBA jika pengukuran kebisingan didalam ruangan dan untuk pengukuran diluar ruangan satuannya dBC. 2.



Pengukuran intensitas kebisingan pada mahasiswa dilakukan dengan cara



alat Sound Level Meter diletakkan di samping telinga mahasiswa dan dilakukan pengukuran dibawah AC dengan posisi alat horizontal maupun vertikal. 3.



Pengukuran kebisingan pada mahasiswa dari 3 kali pengukuran



Mendapatkan hasil nilai rata-rata sebesar 41,2 dBA yang masih aman bagi pekerja dan tidak menimbulkan masalah Kesehatan dan Pengukuran kebisingan yang dilakukan pada ruangan dibawah AC didapatkan hasil dengan nilai rata-rata sebesar 64,23 dBC yang aman. 4.



Jika dibandingkan dengan Permenaker No 5 Tahun 2018 intensitas



kebisingan untuk didalam ruangan yaitu 85 dBA selama 8 jam. Dari hasil pengukuran kebisingan pada mahasiswa didalam ruangan B1.02 dan pengukuran kebisingan di bawah AC ruang kelas B1.02 tidak melebihi melebihi ambang batas. Sehingga ruangan tersebut layak digunakan untuk proses belajar mengajar. 5.



Dampak Jika kebisingan melebihi ambang batas maka akan menyebabkan



berbagai macam gangguan seperti gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian



18



DAFTAR PUSTAKA Abarca, R. M. (2021). kebisingan. nuevos sistemas de comunicación e información, 2016, 2013–2015. Agiviana, A. P., & Djastuti, I. (2015). Analisis Pengaruh Persepsi, Sikap, Pengetahuan Dan Tempat Kerja Terhadap Perilaku Keselamatan Karyawan (Studi Pada Perusahaan Pt Muliaglass Container Division). Diponegoro Journal Of Management, 4(3), 1–9. Halil, A., Yanis, A., & Noer, M. (2015). Pengaruh Kebisingan Lalulintas terhadap Konsentrasi Belajar Siswa SMP N 1 Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 4(1), 53–57. Https://doi.org/10.25077/jka.v4i1.188 Handoko, P. S. (2010). Pengendalian Kebisingan pada Fasilitas Pendidikan Studi Kasus Gedung Sekolah Pascasarjana UGM Yogyakarta Jarwa. Jurnal Sains &TeknologiLingkungan,2(1),32–42. Https://doi.org/10.20885/jstl.vol2.iss1.art4 Kusman, A., Sulistiyana, C. S., & Sari, S. H. (2016). Hubungan antara kebisingan dengan gangguan pendengaran pada pekerja penggilingan beras. Jurnal KedokteranDanKesehatan,2(1),Cirebon.Http://jurnal.unswagati.ac.id/index. php/tumed/article/view/272 Meikaharto, R. B. R., Setyaningsih, E., & Candra, H. (2021). Alat kalibrasi sound level meter berbasis mikrokontroler. Jetri : Jurnal Ilmiah Teknik Elektro, 18(2),105–118. Https://www.trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/jetri/article/view/7376 Muryani, S., & Husein, A. (2018). Pengaruh Formulasi Sofspa Terhadap Intensitas Kebisingan Mesin Penggiling Kompos (Doctoral Dissertation, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta). Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699. Prasetya, E., Hermawansyah, & Hidayati, D. (2016). Analisis Tingkat Kenyamanan Ruang Terbuka Hijau ( Rth ) Taman Kota Tengah , Taman Rekreasi Damai dan Taman Smart Nursery di Kota Gorontalo. Seminar Nasional Lembaga Penelitian UNM, 1, 285– 291.



19