Laporan Analisis Materi Berbasis Masalah Iyut Wantogia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN ANALISIS MATERI BERBASIS MASALAH “ PARADIGMA DAN VISI GURU PENGGERAK” DI SMP NEGERI 1 TELAGA



SRI IYUT WANTOGIA S.Pd NIM. 223132708284 BAHASA INGGRIS



PROGRAM STUDI BAHASA INGGRIS PPG PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI MALANG MALANG AGUSTUS 2022



1



KATA PENGANTAR Puji Syukur Kehadirat ALLAH SWT karena atas Ridho dan Kuasanyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Analisis Identifikasi Berbasis Masalah Pendidikan Profesi Guru (PPG) Dalam Jabatan Tahun 2022. Dalam laporan ini penulis menuliskan Praktik Baik yang penulis lakukan selama mengikuti program pendidikan guru penggerak angkatan 2 dalam kurun waktu sembilan bulan. Penulis berharap praktik baik yang sudah penulis tuangkan dalam aksi nyata dapat menjadi salah satu contoh bagi guru laiinya dalam mencitpakan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Guru di harapkan lebih mampu untuk berkolaborasi dan berkreatif lagi dalam menciptakan pembelajaran-pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik sehingga terjadi perubahan dalam dunia pendidikan dan mendorong tumbuh kembang murid secara holistik, aktif dan proaktif, serta mewujudkan murid yang berjiwa Profil Pelajar Pancasila. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Suharyadi, S.Pd.,M.Pd, dan Nunung Suryati, M.Ed.,Ph.D., selaku Dosen Pendamping PPG dalam jabatan kategori I tahun 2022, Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Telaga, Amna Taludio M.Pd yang telah memberikan ijin sepenuhnya untuk penulis mengikuti kegiatan PPG dalam jabatan ini, Suami Tercinta, Zulkifly Putie dan Keluarga tercinta yang selalu mendukung dan menyemangati penulis untuk meyeleaikan tahap demi tahap dalam pelaksanaan PPG dan semua pihak yang membantu secara langsung maupun tidak langsung serta memberikan dukungan penuh kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik. Penulis menyadari dalam penulisan laporan ini masih terdapat banyak kekuarangan, namun penulis berharap apa yang menjadi bagian penting n dalam laporan ini dalam bentuk praktik baik biosa menjadi satu semangat bagi guru lainya dalam menerapkan pembelajaran yang berpusat pada murid dan sesuai dengan nilai karakter Profil Pelajar Pancasila. Gorontalo, 15 Agustus 2022 Penulis



Sri Iyut Wantogia S.Pd



2



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ........................................................................................ 1 KATA PENGANTAR . ................................................................................... 2 DAFTAR ISI .................................................................................................... 3 RINGKASAN .................................................................................................. 4 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan .......................................................................... 6 1.2 Tujuan Kegiatan ....................................................................................... 7 1.3 Manfaat Kegiatan ..................................................................................... 8 BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 Kebijakan Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi .. 9 2.2 Program Pendidikan Guru Penggerak ........................................................ 10 2.3 Refleksi Filosofi Pendidikan Nasional-Ki Hajar Dewantara ..................... 11 2.4 Nilai-nilai dan Peran Guru Penggerak ....................................................... 12 2.5 Visi Guru Penggerak .................................................................................. 12 2.6 Budaya Positif ............................................................................................ 13 BAB III PENUTUP 3.1 Refleksi ...................................................................................................... 15 3.2 Tindak Lanjut ............................................................................................. 16 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN



3



RINGKASAN Pendidikan dan pengajaran tidak dapat dipisahkan. Menurut Ki Hajar Dewantara (KHD), pengajaran (onderwijs) adalah bagian dari Pendidikan. Pengajaran merupakan proses pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk



kecakapan



hidup



anak



secara



lahir



dan



batin.



Sedangkan



Pendidikan (opvoeding) memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggitingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai amggota masyarakat. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Ki Hajar Dewantara memberikan pemikirannya tentang Dasar-dasar Pendidikan. Menurut KHD, Pendidikan bertujuan untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. Peran Pendidik diibaratkan seorang Petani atau tukang kebun yang tugasnya adalah merawat sesuai kebutuhan dari tanaman-tanamannya itu agar tumbuh dan berbuah dengan baik, tentu saja beda jenis tanaman beda perlakuanya. Artinya bahwa kita seorang pendidik harus bisa melayani segala bentuk kebutuhan metode belajar siswa yang berbeda-beda (berorientasi pada anak). Kita harus bisa memberikan kebebasan kepada anak untuk mengembangkan ide, berfikir kreatif, mengembangkan bakat/minat siswa (merdeka belajar), tapi kebebasan itu bukan berarti kebebasan mutlak, perlu tuntunan dan arahan dari guru supaya anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Setiap peserta didik memiliki potensi dan kemampuan yang beragam dan bervariasi. Seorang guru harus lebih jeli dan kreatif lagi dalam memahami karakter peserta didik. Inkuiri apresiatif merupakan proses yang dilakukan untuk menggali segala potensi yang dimiliki anak disesuaikan dengan kodrat anak masing-masing. Inkuiri apresiatif melibatkan kolaborasi dan berbasis kepada kekuatan yang dimiliki. Selain, meningkatkan kolaborasi dan menciptakan pembelajaran yang



4



menyenangkan bagi peserta didik seorang guru juga perlu menumbuhkan pembiasan positif dalam lingkungan peserta didik seperti pembuatan keyakinan kelas yang merupakan hasil kesepakatan bersama antara guru dan peserta didik. Karena, ketika mereka sudah terbiasa melakukan hal-hal positif maka hal-hal positif yang tertanam di kelas dan terbiasa dilakukan akan terbawa di dalam kehidupan sehari-hari di luar lingkungan kelas sehingga hal-hal positif akan menjadi budaya positif bagi sekolah.



5



BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan Guru Penggerak adalah program pendidikan kepemimpinan bagi guru untuk menjadi pemimpin pembelajaran. Program ini meliputi pelatihan daring, lokakarya, konferensi, dan Pendampingan selama 9 bulan bagi calon Guru Penggerak. Salah satu upaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memajukan pendidikan Indonesia adalah dengan menciptakan pembelajaran yang berpusat pada murid dan menggerakkan ekosistem pendidikan yang lebih baik melalui Program Guru Penggerak. Menteri Pendidikan dan kebudayaan, Nadiem Anwar Makariem, menyatakan bahwa Guru Penggerak adalah ujung tombak transformasi pendidikan Indonesia. Diharapkan dengan adanya program Guru Penggerak, pendidikan lebih berpihak pada anak sehingga tidak hanya mencetak lulusan yang cerdas secara akademik tetapi juga memiliki karakter yang baik sesuai dengan Pancasila. Guru Penggerak adalah pemimpin pembelajaran yang mendorong tumbuh kembang murid secara holistic, aktif dan proaktif dalam mengembangkan pendidikan untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat kepada murid serta menjadi teladan dana gen transformasi pendidikan untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila. Selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak, Penulis harus mampu menyelesaikan tiga topik modul utama, yaitu “Paradigma dan Visi Pengerak, Praktik Pembelajaran yang Berpihak Pada Murid, Pemimpin Pembelajaran dalam Pengembangan Sekolah”, dalam laporan ini khusus membahas praktik baik modul 1 dilakukan oleh guru penggerak dalam melakukan perubahan sejalan dengan filosifi pendidikan Ki Hadjar Dewantara (KHP); “Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, artinya pendidikan itu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya”. Ki Hadjar Dewantara tak pernah mematok anak didiknya di kelas kelak akan menjadi apa. Ki Hadjar Dewantara memerdekakan anaknya saat



6



belajar apapun, berdasarkan bakat mereka. Bekal itulah yang harus dibawa anak Indonesia untuk berdaulat atas dirinya sendiri. Belajar merdeka dipercaya pula dalam membawa Indonesia sebagai negara yang maju. Dalam mewujudkan pembelajaran seperti apa yang di amanatkan oleh KHD seorang guru harus perlu meningkatkan kualitas diri dan keluar dari zona nyaman Guru harus mampu lebih kreatif lagi dalam menciptkan pembelajarn-pembelajarn yang inovatif sehingga pembelajaran akan lebih menyenangkan. PGP memberikan ruang untuk guru melakukan praktik baik, dimana mendorong upaya peningkatan kualitas pendidikan di sekolah maupun diluar sekolah menggunakan pendekatan andradogi dan blended learning. Guru Penggerak wajib menerapkan proses pembelajaran yang didasarkan kenyataan atau realita dengan menggabungkan stategi luring dan daring. Praktik baik modul 1 berdasarkan pemahaman yang dipelajari terkait “Filosofi Pendidikan Nasional, Nilai dan Peran Guru Penggerak, Visi Guru Penggerak, dan Budaya Positif”, guru berperan sebagai motivator dalam proses pembelajaran dan mengimplementasikan kepada seluruh rekan guru, serta melakukan kolaborasi dan koordinasi dengan pemangku kepentingan di sekolah, sebagai wujud tindak lanjut program untuk mewujudkan merdeka belajar dan murid berprofil Pelajar Pancasila.



1.2 Tujuan Guru Penggerak harus tergerak, bergerak dan menggerakkan guru lainnya untuk lebih berionvasi dalam proses pembelajaran maupun komunitas di sekolah maupun di luar SMP Negeri 1 Telaga melalui praktik baik modul 1, maka tujuan kegiatan ini



diharapkan: 1. Sebagai agen transformasi pendidikan Guru mampu membaca peluang



untuk mereka lebih banyak belajar. Memulai sebuah perubahan kecil dari diri sendiri untuk sebuah cita-cita besar bagi komunitas yang lebih besar. 2. Guru harus mampu bertransformasi menjadi pribadi yang mampu



membudayakan refleksi bagi setiap kegiatan yang telah dijalaninya. Membiasakan diri untuk aktif berkolaborasi mencari solusi dalam rangka mewujudkan pendidikan yang berpihak pada anak.



7



3. Dengan memandang bahwa setiap anak memiliki kesempatan dan hak yang



sama untuk mengembangkan potensinya dan berkembang sesuai kodratnya. Guru yang menerapkan sistem among dalam pembelajarannya 4. Visi Guru Penggerak dengan menerapkan paradigma Inkuiri Apresiatif



dengan tahapan BAGJA (Buat pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali potensi, Jabarkan rencana, Atur eksekusi) diharapkan dapat mewujudkan merdeka belajar bagi murid dengan guru sebagai fasilitatornya. 5. Guru harus mampu menciptkan iklim belajar positif bagi siswa. Iklim



belajar positif dapat dimulai dari berpikir yang positif mulai dari hal yang paling kecil dan mulai dari diri sendiri, maka akan muncul perkataan – perkataan / ungkapan – ungkapan positif, sehingga bisa mewujudkan rasa yang positif bagi diri sendiri dan lingkungan sekitar 1.3 Manfaat Kegiatan Program pendidikan guru penggerak ini banyak memiliki manfaat bagi bagi peserta didik ataupun guru yaitu dapat Meningkatkan kompetensi sebagai pemimpin pembelajaran yang terpusat pada siswa-siswi, Mendapat pengalaman mengajar yang berbeda dari biasanya, Mendapatkan komunitas belajar yang baru.



8



BAB II PEMBAHASAN



2.1 Kebijakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kembali meluncurkan kebijakan Merdeka Belajar. Kali ini Merdeka Belajar memasuki episode kelima dengan mengangkat program Guru Penggerak. Peluncuran kebijakan Merdeka Belajar Episode 5. Pada Merdeka Belajar Episode 5, program Guru Penggerak fokus pada peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui guru sebagai agen teladan dan obor perubahan. Guru Penggerak bukan hanya guru yang baik dalam mengajar, melainkan juga guru yang memiliki kemauan untuk memotivasi sesama rekan dalam mewujudka ekosistem pendidikan yang terpusat pada anak didik. “Selain harus memiliki semua karakteristik guru yang baik, Guru Penggerak juga harus memiliki kemauan untuk melakukan perubahaan dan memberi dampak yang baik bagi guru lainnya, serta berkemauan untuk mendorong tumbuh kembang murid secara holistik sesuai dengan profil Pelajar pancasila. Mereka harus dapat menjadi agen teladan dan obor perubahan baik di dalam dan di luar unit pendidikannya,”



2.2 Program Pendidikan Guru Penggerak Program Guru Penggerak dilakukan dengan pendekatan andragogi, yaitu dengan melibatkan peserta didik ke dalam suatu struktur pengalaman belajar dan berbasis pengalaman yang mana nantinya terdapat beberapa proses. Program ini dimulai dari proses rekrutmen bagi guru-guru terbaik yang mengaplikasikan diri mereka sebagai Guru Penggerak, dilanjutkan dengan diadakannya program pelatihan potensi kepemimpinan dan mentorship bagi peserta, kemudian sampai pada tahap kelulusan bagi mereka yang dianggap layak menjadi Guru Penggerak. Agar program PGP ini berjalan efektif maka diperlukan koordinasi dan kolaborasi secara terstruktur dari semua pihak, baik itu Ditjen GTK, Dinas Pendidikan Provinsi/Kota, narasumber, fasilitator, dan pendamping, baik itu dalam



9



pelaksanaan PGP selama 9 bulan maupun Lokakarya 1 sampai 9. Materi yang disajikan pada program PGP ini terdiri atas tiga modul utama, yaitu: 1) Paradigma dan Visi Guru Penggerak 2) Praktik Pembelajaran yang Berpihak pada Murid, dan 3) Pemimpin Pembelajaran dalam Pengembangan Sekolah.



3.1 Refleksi Filosofi Pendidikan Nasional-Ki Hajar Dewantara Pendidikan adalah suatu proses yang tidak diam. Ia terus tumbuh dan berkembang sesuai kondisi zaman dan kondisi peserta didik.Sebagai pendidik kita harus terus-menerus belajar untuk menggali sumber–sumber ilmu yang masih terpendam bahkan terbelenggu. Tidak cukup dengan kata-kata saja, kita perlu mewujudkannya dalam suatu aksi nyata. Untuk mewujudkan hal tersebut kita perlu melakukan beberapa langkah nyata seperti: 1. Menuntun peserta didik sesuai bakat, minat, dan kemampuan. Sebagai pendidik, kita ibarat sebagai petani yang bertugas menyebar “benih-benih tanaman, merawatnya hingga menjadi tanaman yang unggul”. Kita tidak berhak memaksakan kehendak kita terhadap benih yang belum siap tumbuh sesuai keinginan kita. Hal tersebut mengandung pengertian bahwa peserta didik merupakan bibit yang masing-masing telah memiliki minat dan bakatnya masing-masing, tidak bisa dipaksa menjadi apa yang diinginkan pendidik untuk tujuan tertentu. Pendidik juga tidak boleh membedakan dari mana asal benih, kualitas dan hal lainnya, karena tiap anak memiliki perbedaan sesuai kodrat alam, sesuai diciptakannya. Namun begitu, semua peserta didik berhak mendapatkan hak yang sama untuk tumbuh dan berkembang menjadi anak yang cerdas atas kemauan sendiri. 2. Melakukan pembelajaran yang menyenangkan tidak membebani, dan saling asah, asih, asuh. Pembelajaran yang menyenangkan dan tidak membebani, saling asah, asih, asuh akan melahirkan pembelajaran yang bermakna bagi peserta didik yang akan selalu dikenang sepanjang hayat.



10



3. Melakukan pembentukan karakter tuah melalui pembiasaan sehari–hari misalnya budaya mengucapkan salam, terimakasih, beramal, dan koperasi kejujuran. Guru harus memahami keberagaman siswanya baik dengan cara observasi, wawancara maupun cara efektif lainnya serta mampu melayani sesuai kodrat alam dan kodrat zaman para siswanya dengan sepenuh hati. selanjutnya guru terus menggali diri untuk memberikan yang terbaik dalam pembelajaran untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila. Seorang Guru harus mendorong tumbuh kembang murid secara holistik, aktif dan proaktif dalam mengembangkan pendidik lainnya. Berperilaku sesuai semboyan Ki hajar Dewantara Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani seorang guru harus bisa menempatkan diri dimanapun dia berada. Dan semua trilogi tersebut harus dilakukan secara seimbang. Meyakini bahwa sekolah sebagai pusat pengembangan karakter dan budaya positif dan menerapkan Pendidikan harus berpihak pada murid. bahwa pembelajaran disesuaikan dengan keberagaman karakter, minat, bakat dan kebutuhan masing-masing murid.



3.2 Nilai-nilai dan Peran Guru Penggerak Profil



Pelajar Pancasila



merupakan bentuk konkret, manifestasi,



pelaksanaan, pengaktualan, pengejawantahan, penjelmaan bentuk ideal dari pelajar Indonesia. Rule model sebagai long life learning, yang nantinya diharapkan memiliki kompetensi menyeluruh, eksis di ranah global tanpa meninggalkan ciri budaya serta kearifan lokal. Ia memiliki karakter terpuji, berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dengan enam ciri utama: beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif. Seorang guru terlebih dahulu harus paham benar beragam kompentensi utama dari guru penggerak, yakni memimpin pembelajaran, mengembangkan diri dan orang lain, memimpin manajemen sekolah, memimpin pengembangan sekolah. Ia harus mahfum pula tentang nilai- nilai yang mutlak melekat pada sosok guru penggerak yakni, mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada murid.



11



Peran yang sering saya lakukan adalah “Mewujudkan Kepemimpinan” , yaitu mendorong munculnya peningkatan keberanian, percaya diri, kemandirian, dan memicu keluarnya jiwa sebagai pemimpin untuk semua murid di sekolah. Contoh yang pernah saya lakukan adalah mewajibkan siswa melakukan presentasi di depan kelas. Saya melatih siswa untuk terbiasa tampil di depan banyak orang, berbicara, menyampaikan gagasan dan pemikirannya tentang suatu topik. Siswa juga saya biasakan bisa memimpin diskusi di dalam kelas saat proses pembelajaran berlangsung. 3.3 Visi Guru Penggerak Guru harus memiliki visi yang mengarah kepada perubahan, baik perubahan di kelas atau perubahan di sekolah. Untuk mencapai perubahan tersebut guru perlu mengenal pendekatan manajemen perubahan. Manajemen pendekatan perubahan sering disebut sebagai Inkuiri Apresiatif (IA). IA dikenal sebagai pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan. IA menggunakan prinsip-prinsip utama psikologi positif dan pendidikan positif. Pendekatan IA percaya bahwa setiap orang memiliki inti positif yang dapat memberikan kontribusi pada keberhasilan. Inti positif ini merupakan potensi dan aset organisasi. Dengan demikian, dalam implementasinya, IA dimulai dengan menggali hal-hal positif, keberhasilan yang telah dicapai dan kekuatan yang dimiliki organisasi, sebelum organisasi menapak pada tahap selanjutnya dalam melakukan perencanaan perubahan. Untuk melaksanakan IA diperlukan sebuah strategi. Strategi itu dikenal dengan akronim BAGJA yaitu Buat pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali Mipi, Jabarkan rencana dan Atur Eksekusi. Perubahan yang diharapkan terntu saja harus tetap mempedomani filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara. Bahwa pendidik hanya berperan sebagai penuntun murid menuju kodrat alam dan kodrat zaman. Anakanak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri, guru hanya bisa menuntun tumbuhnya kodrat tersebut. Jadi jelaslah bahwa IA merupakan pendekatan utama yang harus diimplementasikan guru menuju perubahan yang dicita-citakan dengan menyentuh peran strategis pemangku kepentingan di sekolah, sehingga terbentuklah Visi SMP Negeri 1 Telaga;”TERWUJUDNYA GENERASI YANG



12



KUAT dan CERMAT (Kompotensi, Unggul, Aktif, Terampil, Cerdas, Religius, Mandiri dan Tangguh)” 3.4 Budaya Positif Pendidikan haruslah membimbing dan menguatkan apa yang ada di dalam diri setiap anak agar dapat memperbaiki tingkah lakunya, cara hidupnya dna pertumbuhannya. Dalam proses menuntut, anak diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan potensi bakat dan minatnya sebagai individu yang unik Guru sebagai pamong dapat memberikan tuntunan agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar. Guru diharapkan memiliki nilai-nilai positif yang dibutuhkan untuk membentuk karakter pelajar Pancasila dengan memberi contoh dan melakukan pembiasaan yang konsisten di sekolah. Pengembangan budaya positif dapat menumbuhkan motivasi instrinsik dalam diri anak untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan berbudi pekerti luhur serta akhlak mulia. Langkah – Langkah dan strategi dalam mewujudkan budaya positif di sekolah secara efektif dan mengembangkan karakter anak : -



Posisi kontrol Guru Guru sebagai manager, jika ada murid yang melakukan pelanggaran tata



tertib, maka guru akan beretanya kepada anak tentang alasan mengapa anak tersebut melanggar aturan dan membuat kesepakatan kelas untuk melakukan tindakan perbaikan. -



Membuat Kesepakatan Kelas Kesepakatan kelas merupakan aturan – aturan untuk membantu guru dan



murid bekerja bersama membentuk kegiatan belajar mengajar yang efektif. Kesepakatan kelas terdapat harapan guru terhadap murid dan harapan murid terhadap guru. Kesepakatan yang disusun harus mudah dipahami dan langsung diterapkan, dapat diperbaiki dan dikembangkan secara berkala. -



Menerapkan Disiplin Positif Memberikan pemahaman disiplin pada anak yaitu untuk mengetahui



perilaku mereka sendiri, mengambil inisiatif, menjadi bertanggung jawab atas plihan mereka dan dapat menghargai diri sendiri dan orang lain. Dalam



13



pelaksanaannya, disiplin dapat memberikan pemahaman kepada anak mengenai konsekuensi logis jika sebuah aturan dilanggar. Kesalahan adalah kesempatan baik bagi anak untuk belajar. Di kelas saya sebagai seorang wali kelas, dan guru mata pelajaran saya bersama siswa membuat kesepakatan kelas dan telah di pajang di dalam ruang kelas sebagai salah bentuk aksi nyata mengenai penerapan budaya positif.



14



BAB III PENUTUP 3.1 Refleksi Ki Hadjar Dewantara menegaskan bahwa;” Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu.” Bagi penulis menjadi seorang guru adalah mimpi terbesar yang patut disyukuri, dimana dengan menjadi seorang guru penulis dapat menuntun peserta didik, mendampingi mereka dalam menjalankan proses pendidikan di sekolah. Aksi nyata selama program pendidikan guru penggerak penulis telah tuangkan laporan ini. Penulis berharap praktik baik ini dapat menjadi salah satu motivasi bagi guru laiinya untuk terus berinovasi, berkerasi dan menjadi agen tarnsformasi pendidikan. Penulis memahami bahwa paradigmA dan visi guru penggerak harus terus dikembangkan secara berkesinambungan dalam setiap praktik baik yang dilakukan oleh penulis, dan tumbuhkembang murid di dalam kelas menjadi tanggungjawab kita sebagai guru dalam mendorong para murid untuk mengembangkan minat dan bakat mereka. Penulis harus berkreatifitas dan berkolaborasi untuk menuntun mereka untuk melakukan perubahan proses pembelajaran di kelas, dan membudayakan budaya positif di kelas untuk mewujudkan merdeka belajar dan murid yang berprofil pelajar Pancasila dengan cara meningkatkan cara berpikir, bertindak, emosi, dan moral dalam menjalan peran dan nilai-nilai guru penggerak



3.2 Tindak Lanjut Penulis selalu melakukn refleksi di akhir kegiatan. Refleksi dilakukan secara berkelanjutan guna untuk mengetahui kemajuan progress dari implementasi program yang dilakukan.Melalui kegiatan tindak lanjut yang dilakukan akan menunjukkan kendala atau hambatan sekaligus adanya jalan keluar mengatasinya (melakukan peluang dan resiko kegiatan). Selain itu, melalui tindak lanjut akan memperluas jangkauan sasaran hasil kegiatan. Demikian halnya dengan aksi nyata atau praktik baik program PGP ini. Dari kegiatan yang dilaksanakan diselama ini,



15



tersusun Rencana Tindak Lanjut (RTL) pasca mengikuti program Pendidikan Guru Penggerak. Di sekolah, penulis sudah berkoordinasi dan berkolaborasi dengan pemangku kebijakan di sekolah juga seleuruh stekholder sekolah dalam melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan Paradigma dan Visi Guru Penggerak. Adapun kegiatan yang dilakukan yaitu sosialisasi mengenai PGP kepada seluruh warga sekolah, pembuatan keyakinan kelas dan budaya positif lainnya serta mensosialisasikan visi guru penggerak kepada warga sekolah. Program RTL yang disusun di SMP Negeri 1 Telaga disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan guru dan murid dalam mengimplementasikan hasil praktik baik yang tertuang dalam laporan analisis materi berbasis masalah ini.



16



DAFATR PUSTAKA -



https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/artikel/budaya-positif-di-sekolah/



-



https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/artikel/nilai-dan-peran-guru penggerak-catatan-seorang-cgp/



-



https://www.imrantululi.net/berita/detail/menuju-sistem-pendidikan-yang berhamba-pada-sang-anak



-



https://retizen.republika.co.id/posts/16236/filosofi-pemikiran-ki-hajardewantara



-



Keputusan Direktur Jenderal Guru dan Tenaga kependidikan No. 3028/B/GT/2020 tentang Pedoman Pendidikan Guru penggerak https://drive.google.com/file/d/1Z21LEom2y2FONR4O3raMcHZkazsfxdwK/ view



-



Prof. Dr. H.E Mulyasa, M.Pd 2019. Menjadi Guru Penggerak Merdeka Belajar. Jakarta. Bumi Aksara.



17



Lampiran Modul 1.1 https://drive.google.com/file/d/1ji8EiPJPkE5GUoYbQ_vhXaqBCquXEAbR/view ?usp=sharing Aksi nyata 1.1. pemikiran pendidikan Ki hajar Dewantara..docx Modul 1.2 https://drive.google.com/file/d/1JempD83C3HnXW7Urz9Koz32LOvrgFn1/view? usp=sharing Modul 1.3



Modul 1.4 https://docs.google.com/document/d/12fmxn8uSJQFAG_g2CzlZJLyl69nXsecJ/ed it?usp=sharing&ouid=111651228375928547694&rtpof=true&sd=true



18