5 0 91 KB
VENTILATOR MEKANIK PADA Tn.T (42 TAHUN) DENGAN PNEUMONIA DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) Nama Mahasiswa : Yuni Aprilia Safitri
Kode kasus : 006
Semester
: VIII
Mata Kuliah : Keperawatan Kritis
Kelas
: 4BD4
Tanggal
: 26 Maret 2020
Jenis Tindakan : Pemasangan Ventilator Mekanik A. Keluhan Utama Pasien mengalami gagal nafas, penurunan kesadaran. B. Diagnosa Medis Pneumonia C. Diagnosis keperawatan Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi secret/cairan D. Data Yang Mendukung Diagnosis keperawatan DS: DO : -
Pasien mengalami gagal nafas
-
Kesadaran pasein menurun
-
Suara rhonki di dada
-
TD 130/70mmHg
-
nadi 150x/mnt
-
RR : 28x/ menit
-
Suhu : 39°C
E. Dasar Pemikiran Tindakan Pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit). Pneumonia yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk. Sedangkan peradangan paru yang disebabkan oleh non mikroorganisme (bahan kimia, radiasi, aspirasi bahan toksik, obat-obatan dan lain-lain) disebut pneumonitis. Gagal nafas, pasien dengan distres pernafasan gagal nafas, henti nafas (apnu) maupun hipoksemia yang tidak teratasi dengan pemberian oksigen merupakan indikasi ventilator mekanik. Idealnya pasien telah mendapat intubasi dan pemasangan ventilator mekanik sebelum terjadi gagal nafas yang sebenarnya. Distres pernafasan disebabkan ketidakadekuatan ventilasi dan atau oksigenasi. Prosesnya dapat berupa kerusakan paru (seperti pada pneumonia) maupun karena kelemahan otot pernafasan dada (kegagalan memompa udara karena distrofi otot). Ventilator mekanik merupakan salah satu alat bantu pernapasan. Ventilator mekanik dapat disetting menjadi bertekanan positf atau negatif yang menghasilkan aliran udara terkontrol pada jalan napas pasien sehingga mampu mepertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam jangka waktu yang lama. Tujuan pemasangan ventilator mekanik adalah mempertahankan ventilasi alveolar secara optimal dalam rangka memenuhi kebutuhan metabolik pasien, memperbaiki hipoksemia, dan memaksimalkan transportsi oksigen (Purnawan
&
Saryono,
2010).
F. Prinsip Tindakan Keperawatan 1. Persiapan pasien dan keluarga a. Bersama dengan dokter beritahu keluarga tentang prosedur yang akandilakukan dan resiko yang mungkin ditimbulkan
b. Bila
keluarga
sudah jelas
dengan
penjelasan
dokter, maka
keluargadiminta untuk tanda tangan surat persetujuan (inform consent) c. Bila pasien sadar beritahu tentang prosedur yang akan dilakukan d. Atur posisi pasien agar memudahkan untuk melakukan posedur 2. Prosedur pemasangan ventilasi mekanik a. Sambungkan
stop
kontak
dengan
sumber
listrik,
nyalakan
ventilatordengan menekan tombol on b. Pasang corogatet sesuai dengan kegunaan (anak/dewasa) c. Isi
humidifier
dengan
aquades
steril,
kemudian
nyalakan
denganmenekan tombol on d. Seting
ventilator
sesuai
pesanan
dokter
mengenai
mode,
VT,Frekwensi nafas, I:E ratio, FIO2, ASB, PEEP dll e. Sambungkan
corogatet
dengan
endotrakeal
yang
terpasang
perlengkapan
fentilator
padapasien f. Pastikan
bahwa
alat
resusitasi
dan
berfungsibaik g. Pastikan bahwa penderita selalu dimonitor fungsi pernafasannya dansaturasi oksigen h. Lakukan segala tindakan dengan memperhatikan tehnik aseptic danuniversal precaution i. Lakukan suction secara rutin (biasanya tiap 4 jam), bila perlu bolehdilakukan diluar jadwal j. Pastikan humidifier berfungsi dengan baik, air yang tertampung didalam water trap secara rutin harus dikosongkan k. Rubah posisi pasien tiap 3 jam untuk postural drainage ataupun untukpengembangan paru-paru l. Pastikan posisi tubing ventilator dalam keadaan tepat m. Pastikan NGT pada posisi yang benar, lakukan aspirasi tiap 6 jamatau setiap akan memberikan nutrisi enteral
3.
Cara pemeliharaan a. Rendam corogatet sesudah digunakan dengan bayclin selama 15menit, kemudian cuci, bilas dan keringkan b. Corogatet disterilkan kering dengan suhu 1000C selama 20 menit c. Rendam filter dengan bayclin setiap sesudah dipakai, cuci dankeringkan d. Kalibrasi setiap satu tahun sekali oleh tehnisi perusahaan e. Hubungi tehnisi perusahaan bila ada masalah Charge ventilator selama 1x24 jam setiap kali sesudah pemakaian dantiap 10 hari sekali bila ventilator tidak digunakan
G. Analisis Tindakan 1. Persiapan Peralatan a. Sarung tangan b. Alat tes paru-paru c. Respirometer d. Tabung O2 besar e. Aguadest steril f. Alkohol g. Ventilator lengkap H. Bahaya Dilakukan Tindakan 1. Obstruksi jalan nafas 2. Hipertensi 3. Tension pneumotoraks 4. Atelektase 5. Infeksi pulmonsl 6. Kelainan fungsi gastrointestinal 7. Dilatasi lambung 8. Perdarahan 9. Gastrointestinal
10. Kelainan fungsi ginjal 11. Kelainan fungsi susunan saraf pusat (Kock and Maurici 2018). I. Tindakan Keperawatan Lain yang Dilakukan 1. Meningkatkan pertukaran gas 2. Lakukan penatalaksanaan jalan nafas 3. Lakukan pencegahan trauma dan infeksi 4. Tingkatkan mobilitas optimal 5. Tingkatkan kemampuan koping J. Hasil yang didapatkan setelah dilakukan tindakan S :O:
-
Jalan nafas dibantu ventilator mode VC
-
pasien tampak lebih tenang
-
suara ronkhi di paru kanan
-
kesadaran DPO
-
hasil foto thorax Pneumonia
-
napas belum bersih
-
tidak ada sianosis
-
SPO2 100%
-
TD 130/70mmHg
- nadi 150x/mnt
-
RR : 23x/ menit
- Suhu : 39°C
K. Evaluasi Diri Tindakan dilakukan tidak menggunakan prinsip steril dan dilakukan sesuai degan prosedur yang ada. L. Daftar Pustaka Purnawan, I., Saryono., 2010., Mengelolah Pasien Dengan Ventilator Mekanik. Jakarta: Rekatama. Kock, Kelser de Souza, and Rosemeri Maurici. 2018. “Respiratory Mechanics,
Ventilator-Associated Pneumonia and Outcomes in Intensive Care Unit.” World Journal of Critical Care Medicine 7(1):24–30. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5797973/pdf/WJCCM-724.pdf, diakses pada 26 Maret https://dokumen.tips/documents/14-spo-ventilator.html ,diakses pada 26 Maret 2021 Mahasiswa
Pembimbing
Yuni Aprilia Safitri NIM.P27220017 164
Duwi Puji Astuti.,Ns.,M.Kep. NIP.