14 0 554 KB
LAPORAN TES BDI (BECK DEPRESSION INVENTORY)
Dibuat oleh
Putri Rizqi Karima 17/414783/PS/07485
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2019
BAB I BDI (BECK DEPRESSION INVENTORY)
A. SEJARAH PEMBUATAN ALAT TES Beck Depression Inventory (BDI) merupakan sebuah alat tes yang terdiri dari 21 aitem bersifat multiple-choice dan self-reportuntuk mengukur tingkat depresi yang dialami oleh seseorang, disusun oleh Aaron T. Beck, dkk., pada awal tahun 60-an (Cohen & Swerdlik, 2009; Beck, Ward, Mendelson, Mock, & Erbaugh, 1961). Aitem-aitem dalam BDI berfungsi untuk memeriksa gejala atau sikap tertentu yang berkaitan dengan depresi. Penyusunan alat tes ini didasarkan pada teori negative cognitive distortions yang menjadi pokok dari fenomena depresi (Jackson-Koku, 2016). Sejak awal penyusunannya, BDI mengalami beberapa revisi, yakni pada 1978 yang menghasilkan BDI-IA, dan pada 1996 yang menghasilkan BDI-II. Pada BDI-II, revisi dilakukan untuk membuat isi alat tes konsisten dengan kriteria diagnosis untuk depresi yang terkini (Halfaker, Akeson, Hathcock, Mattson, & Wunderlich, 2011). Metode skala yang digunakan pada BDI adalah Guttman Scales, di mana responden yang memilih satu pernyataan juga setuju dengan pernyataan lain yang lebih ringan dalam satu kategori atau kontinum yang sama (Gregory, 2013). Sama halnya dengan BDI versi pertama, BDI-II juga terdiri dari 21 aitem (e.g., sadness, pessimism, worthlessness), yang mana pada tiap aitemnya terdapat empat macam pernyataan yang diurutkan berdasarkan intensitasnya pada tiap-tiap domain. Lalu, tiap aitem tersebut nantinya akan diberi skor dari 0 sampai 3, sesuai dengan pernyataan yang dipilih oleh subjek, di mana skor 0 menunjukkan intensitas yang terendah, dan skor 3 menunjukkan intensitas yang tertinggi dari keempat pernyataan pada tiap-tiap aitem (Edelstein, Drozdick, & Ciliberti, 2010). Selanjutnya, perbandingan yang dilakukan 1
Commented [HSA1]: Tulis yang paling tua dulu/penelitian yang duluan
terhadap BDI/BDI-IA dan BDI-II, menunjukkan bahwa klien cenderung memilih satu atau dua aitem/gejala pada BDI-II jika dibandingkan dengan BDI dan BDI-IA (Groth-Marnat, 2003). Penyusunan dan pengembangan BDI ini dilakukan melalui observasi klinis terhadap berbagai variasi dari sikap dan gejala yang sering muncul pada pasien psikiatri yang mengalami depresi maupun gejala yang sesekali muncul pada pasien psikiatri yang tidak depresi (Jackson-Koku, 2016). Pertanyaan umum yang terdapat pada BDI ini meliputi hal-hal seperti perasaan sedih, gagal, dan bersalah, serta iritabilitas, gangguan tidur, juga kehilangan nafsu makan (Groth-Marnat, 2003). Sejak awal disusunnya BDI pada 1961, telah banyak dilakukan penelitian terkait dengan evaluasi secara psikometri terhadap alat tes ini. Beberapa riset yang menggunakan BDI-II sebagai instrument penelitian menemukan adanya konsistensi internal yang tinggi, berkisar dari angka .89 hingga .94 saat diberikan pada beragam populasi. Tes reliabilat dengan menggunakan metode test-retest pada interval satu minggu menunjukkan angka .93 (Groth-Marnat, 2003). Konten dari aitem-aitem dalam BDI sendiri juga telah mencapai konsensus dari para klinisi, yang mana didasarkan pada gejala yang muncul pada pasien depresi dan dikombinasikan dengan pertimbangan dari berbagai kriteria dalam DSM-IV untuk diagnosis depresi (Groth-Marnat, 2003). Selain itu, studi analisis faktor menunjukkan bahwa BDI terdiri dari faktor non-kognitif (atau somatic-vegetatif), yang terdiri dari konten yang berkaitan dengan aspek somatik dari depresi (e.g., kehilangan energi, perubahan pola tidur, menangis), serta faktor kognitif-afektif yang berkaitan dengan bagaimana klien mendeskripsikan sikap mereka terhadap diri sendiri dan depresi yang mereka alami (e.g., tidak suka diri sendiri, pikiran bunuh diri, dan pemikiran tidak berharga) (Groth-Marnat, 2003).
2
Hingga saat ini, BDI merupakan alat tes untuk mengukur depresi yang paling banyak digunakan, baik dalam penelitian maupun pada setting klinis. Hal tersebut dikarenakan oleh kemudahan dan kecepatan administrasi beserta skoring dari BDI sendiri, yang rata-rata seseorang hanya membutuhkan waktu 5–10 menit untuk menyelesaikan tes BDI. Commented [HSA2]: Sebutkan simtom yang diukur di BDI juga
B. ACUAN TEORI PEMBUATAN ALAT TES Alat tes BDI awalnya dikembangkan melalui pengamatan/observasi klinis terhadap sikap dan gejala yang kerap muncul pada pasien psikiatrik yang mengalami depresi, begitu juga observasi terkait gejala yang sesekali muncul pada pasien psikiatrik yang tidak mengalami depresi. Kemudian, sebanyak 21 aitem disusun dari pengamatan tersebut dan diberi peringkat 0–3 untuk tingkat keparahannya (Jackson-Koku, 2016). Pada 1996, BDI mengalami revisi yang menghasilkan BDI-II. Melalui proses revisi tersebut alat tes BDI-II menjadi lebih kongruen dengan gejala-gejala yang terdapat pada kriteria dalam DSMIV untuk depresi (Groth-Marnat, 2003). Walaupun pengembangan BDI ini dilakukan melalui hasil dari observasi klinis, Beck memiliki dasar teori yang ia kemukakan sendiri terkait dengan fenomena depresi. Teori depresi yang dipaparkan oleh Beck sangat erat dengan aspek kognitif. Berikut model kognitif dari depresi oleh Beck yang dijelaskan dalam Brown (2014):
3
Model tersebut menunjukkan, bahwa terdapat faktor kerentanan (vulnerability/diathesis)
yang
meliputi
keyakinan
disfungsional.
Saat
diaktifkan oleh kejadian tertentu yang berasal dari lingkungan, seperti stres, kerentanan/keyakinan disfungsional tersebut dapat membuat seseorang rentan mengalami depresi, di mana mereka menginterpretasikan pengalamannya secara negatif dan terdistorsi. Interpretasi yang bersifat negatif tersebut dapat mengarah menuju pandangan negatif terhadap diri sendiri, dunia, dan masa depan (negative cognitive triad) (Brown, 2014). Beck berpendapat bahwa negative cognitive triad mendasari munculnya simtom-simtom pada orang yang mengalami depresi. Aspek-aspek dalam negative cognitive triad, meliputi: (1) negative view of the self (e.g., perasaan diri tidak beguna/berharga); (2) negative view of the world (e.g., perasaan tidak puas terhadap situasinya, merasa bahwa dunia menuntut hal yang tidak masuk akal terhadap dirinya); (3) negative view of the future (e.g., pandangan pesimistik) (Brown, 2014). Beck juga berargumen bahwa pikiran-pikiran tersebut dapat terjadi secara otomatis, spontan. Kemunculannya terjadi seakan “out of nowhere,” tanpa adanya provokasi atau kesadaran yang jelas terkait penyebabnya. Seiring dengan memburuknya kondisi depresi, pemikiran tersebut semakin bersifat mendominasi, repetitif, dan intrusif, sehingga menyebabkan seseorang yang depresi sulit untuk berkonsentrasi dan terlibat dalam aktivitas normal (Brown, 2014). Selanjutnya, faktor negative self-schema, yakni bias negatif dalam proses penerimaan informasi dapat mempertahankan keyakinan negatif yang sudah ada. Faktor tersebut membuat seseorang memroses/menginterpretasi informasi personal secara negatif dan terdistorsi. Beck meyakini bahwa interpretasi tersebut terjadi karena adanya kesalahan dalam information-processing, di antaranya terdapat 4 macam, yakni: (1) selective abstraction (fokus pada detail di luat konteks), (2) arbitrary inference (menarik kesimpulan tanpa
4
adanya bukti yang mendukung), (3) overgeneralization (menerapkan kesimpulan
terlalu
luas),
(4)
absolutistic/dichotomous
thinking
(kecenderungan untuk berpikir secara dikotomis, hitam atau putih) (Brown, 2014). C. KEGUNAAN ALAT TES Keberadaan alat tes BDI berperan sangat penting terutama untuk bidang psikologi dan psikiatri/medis dalam mendeteksi gejala-gejala depresi pada seseorang (Gregory, 2013). BDI menyediakan suatu cara untuk memandang fenomena depresi melalui perspektif psikodinamika. Awalnya alat tes BDI dikembangkan untuk mengukur secara kuantitatif tingkat depresi yang dialami seseorang. Oleh karena sifat alat ukur BDI yang dapat mengukur tingkat keparahan depresi, alat tes ini dapat digunakan untuk memonitor perubahan seiring waktu dan menyediakan pengukuran yang objektif supaya dapat diketahui pemberian treatment apa yang paling tepat (Beck et al., 1961). Selain itu, BDI juga berperan dalam pengembangan ilmu pengetahuan melalui penggunaannya dalam riset-riset ilmiah, seperti mengukur tingkat validitas BDI dengan membandingkan alat ukur BDI-II dengan MMPI atau Hamilton Depression Rating Scale (Jackson-Koku, 2016). D. ADMINISTRASI
Pelaksanaan Alat tes BDI dapat disajikan secara self-administered, walaupun awalnya BDI didesain untuk disajikan oleh interviewer yang terlatih (e.g., psikolog klinis atau sosiolog) (Jackson-Koku, 2016). Waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan bagi rata-rata orang adalah sekitar 5–10 menit.
5
Commented [HSA3]: dkk. kalau pertama kali tulis semua nama authornya, setelah itu baru boleh disingkat dkk.
Pengerjaan
BDI
dilakukan
dengan
cara
memberi
tanda/melingkari nomor pada lembar jawaban. Subjek diperbolehkan memilih lebih dari 1 pilihan pernyataan pada masing-masing kategori. Commented [HSA4]: nggak perlu spasi 1 baris
Skoring Skoring dilakukan dengan cara berikut: 1. Skor diberikan sesuai dengan kunci yang berlaku pada masing-masing pernyataan. 2. Bagi subjek yang memilih dua pernyataan atau lebih pada suatu kategori, skor yang digunakan adalah angka yang terbesar dari pernyataan yang dipilih. 3. Skor total didapatkan berdasarkan hasil penjumlahan skor seluruh kategori. 4. Skor total berkisar antara 0–63. Kategori BDI-II yang digunakan dari yang dimuat dalam GrothMarnat (2003):
0–13 (Tidak ada gejala)
14–19 (Depresi ringan)
20–28 (Depresi sedang)
29–63 (Depresi berat)
Skor di bawah 4 merupakan skor yang lebih rendah daripada skor yang lazim diperolah. Dapat menunjukkan kemungkinan adanya klien mengingkari depresi, faking good.
E. KRITIK Mengamati sifat aitem-aitem alat tes BDI yang cenderung transparan, tidak seperti alat tes lain yang penyusunan aitemnya tergolong cukup rumit (e.g., PAPI, EPPS, SOV), responden dapat dengan mudah mengetahui pola
6
aitem dan pernyataan dari alat tes BDI, hal ini berpotensi rentan dilakukannya manipulasi oleh responden. Selain itu, pada alat tes BDI tidak terdapat skala validitas yang secara langsung dapat diketahui bersamaan dengan skoring, sehingga jika BDI diberikan pada setting klinis, maka diperlukan adanya pemberian tes lain, seperti CAQ, atau MMPI, supaya terdapat pembanding lain yang juga terukur. Selain itu, Gregory (2013) memaparkan dalam bukunya bahwa metode test-retest untuk menguji reliabilitas dinilai kurang cocok untuk diterapkan pada BDI, karena depresi merupakan suatu fenomena yang cenderung bersifat tidak stabil, atau berubah-ubah. Subjek dengan depresi rentan untuk mengalami fluktuasi dari hari ke hari, minggu ke minggu, bahkan dalam hitungan jam. Kemudian, Olin (dalam Edelstein, Drozdick, & Ciliberti, 2010) menemukan bahwa 46% orang dewasa (older adults) mengalami kesulitan dalam memilih aitem-aitem dalam BDI, dan 12% gagal dalam menyelesaikan setidaknya satu aitem. Selain itu, pada aitem yang mengungkap aspek somatik/vegetatif, dapat mempersulit interpretasi skor, disebabkan oleh kelahuan dapat terjadi karena depresi, gangguan fisik, atau keduanya (Edelstein, Drozdick, & Ciliberti, 2010).
7
BAB II LAPORAN HASIL TES BDI-II (BECK DEPRESSION INVENTORY-II)
A. IDENTITAS Nama
: Putri R. Karima
Jenis Kelamin : Perempuan Usia
: 21 tahun
Pendidikan
: S1 Psikologi
Tanggal Tes
: 28 Oktober 2019
B. DESKRIPSI DATA No.
Aspek
Simtom
No.
Skor
Keterangan
Aitem 1
Afektif
Kesedihan (A)
1
1
Saya sering merasa sedih
Kehilangan
4
1
Saya kurang menikmati
kesenangan (D)
sesuatu daripada seperti biasanya
Menangis (J)
10
0
Saya tidak lagi menangis seperti biasanya
Mudah
17
0
tersinggung (Q)
Saya
tidak
mudah
tersinggung
seperti
sebelumnya 2
Motivasional
Pesimistik (B)
2
1
Saya
merasa
takut
dengan masa depan saya daripada biasanya Pikiran atau keinginan untuk bunuh diri (I)
9
0
Saya tidak mempunyai pikiran
apapun
membunuh
diri
untuk saya
8
sendiri Kehilangan
12
1
minat (L)
Saya
sedikit
berminat
terhadap orang lain atau sesuatu
hal
daripada
keadaan sebelumnya Keragu-raguan
13
1
(M)
Saya sedikit kesulitan dalam
membuat
keputusan
daripada
biasanya Kehilangan
15
2
energi (O)
Saya tidak mempunyai energy yang cukup untuk melakukan banyak hal
3
Kognitif
Kegagalan masa
3
1
lalu (C) Perasaan
Saya telah gagal lebih dari yang seharusnya
5
1
bersalah (E)
Saya
merasa
bersalah
pada
kebanyakan
hal
yang saya lakukan atau seharusnya
yang
saya
lakukan Perasaan merasa
6
0
dihukum (F) Benci diri
Saya tidak
merasakan
sedang dihukum 7
1
sendiri (G)
Saya
kehilangan
kepercayaan
terhadap
diri saya Pengkritikan
8
1
terhadap diri
diri
sendiri (H) Ketidak-
Saya lebih kritis terhadap saya
lebih
dari
seperti biasanya 14
1
Saya tidak menganggap
9
berartian (N)
diri saya berarti dan berguna seperti biasanya
Kesulitan
19
1
berkonsentrasi
Vegetatif
Tidak bisa
tidak
berkonsentrasi
(S) 4
Saya
sebaik
sebelumnya 11
1
beristirahat (K)
Saya merasa kurang bisa beristirahat
seperti
biasanya Perubahan
16
1
dalam pola tidur
kadang-kadang
kurang
(P) Perubahan
Saya
tidur
dari
biasanya 18
0
dalam selera
Saya tidak mengalami perubahan selera makan
makan (R) Capek atau lelah
20
2
(T)
Saya merasa sangat lelah atau
capek
melakukan
untuk apapun
daripada biasanya Kehilangan
21
0
minat seks (U)
Saya tidak mempunyai perubahan dalam minat seks
Total skor
17
Depresi Ringan
Keterangan a) Total skor aspek Afektif
:2
b) Total skor aspek Motivasional
:5
c) Total skor aspek Kognitif
:6
d) Total skor aspek Vegetatif
:4
10
C. PROFIL (terlampir)
11
DAFTAR PUSTAKA Beck, A. T., Ward, C. H., Mendelson, M., Mock, J., & Erbauch, J. (1961). Beck Depression Inventory. PsycTESTS Dataset. doi: 10.1037/t00741-000 Brown, J. (2014). Chapter 9: Depression. In The Self (1st ed.). New York: Psychology Press. Cohen, R. J., & Swerdlik, M. E. (2009). Psychological testing and assessment: an introduction to tests and measurement (7th ed.). London: McGraw-Hill Education. Edelstein, B. A., Drozdick, L. W., & Ciliberti, C. M. (2010). Assessment of Depression and Bereavement in Older Adults. Handbook of Assessment in Clinical Gerontology, 3–43. doi: 10.1016/b978-0-12-374961-1.10001-6 Gregory, R. J. (2013). Psychological testing: history, principles, and applications. Boston: Pearson. Groth-Marnat, G. (2003). Handbook of psychological assessment (4th ed.). Hoboken (NJ): J. Wiley. Halfaker, D. A., Akeson, S. T., Hathcock, D. R., Mattson, C., & Wunderlich, T. L. (2011). Psychological Aspects of Pain. Pain Procedures in Clinical Practice, 13–22. doi: 10.1016/b978-1-4160-3779-8.10003-x Jackson-Koku, G. (2016). Beck Depression Inventory. Occupational Medicine, 66(2), 174–175. doi: 10.1093/occmed/kqv087
LAMPIRAN