11 0 621 KB
A. Dasar Teori Pengendalian nyamuk vektor telah banyak dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan pengendalian menggunakan bahan-bahan kimia yaitu menggunakan insektisida kimia yang sesuai baik untuk larva maupun nyamuk dewasa. Pengendalian kimia dengan menggunakan insektisida banyak dipakai oleh masyarakat karena dapat menurunkan populasi nyamuk dengan cepat dan penggunaannya yang praktis, tetapi penggunaan insektisida terbukti banyak menimbulkan dampak negatif, antara lain matinya organisme bukan sasaran, adanya residu sehingga terjadi pencemaran lingkungan serta munculnya nyamuk yang resisten (Tarumingkeng, 1992). Kemampuan insektisida membunuh serangga bergantung pada bentuk, cara masuk kedalam tubuh serangga, macam bahan kimia, konsentrasi dan jumlah (dosis) insektisida.Selain itu juga harus memperhatikan faktor-faktor yaitu spesies serangga yang akan diberantas, ukuran, stadium, sistem pernapasan dan bentuk mulut, penting juga mengetahui habitat dan perilaku serangga dewasa termasuk kebiasaan makannya. Untuk mengetahui efektif atau tidaknya ainsektisida yang digunakan dalam program pengendalian vektor perlu di lakukan bioassay. Kegiatan bioassay dilakukan agar mengetahui efektivitas dari insektisida yang digunakan. Uji bioassay adalah suatu uji untuk mengetahui kekuatan atau daya bunuh insektisida baik terhadap nyamuk dewasa maupun jentik(Sugeng Abdullah, 2003). Uji Bioassay adalah suatu cara untuk mengukur efektivitas suatu insektisida terhadap vektor penyakit. Ada 3 jenis Uji Bioassay yaitu : 1.
Uji bioassay kontak langsung (residu)
2.
Uji bioassay kontak tidak langsung (air bioassay) (residu)
3.
Uji bioassay untuk pengasapan (fogging/ULV) Kegiatan bioassay dilakukan agar mengetahui efektivitas dari insektisida yang digunakan. Uji bioassay adalah suatu uji untuk mengetahui kekuatan
atau daya bunuh insektisida baik terhadap nyamuk dewasa maupun jentik(Sugeng Abdullah, 2003). B. Tujuan 1. Untuk menilai efektifitas dan daya tahan racun serangga di lapangan dengan macam-macam keadaan lingkungan (Suhu, kelembapan, dll) 2. Untuk mengetahui mutu operasi tindakan pemberantasan vektor dan ada tidaknya vektor menggunakan racun serangga 3. Untuk mengetahui cara mengukur efektifitas dan daya tahan racun serangga
C. Alat dan Bahan 1. Jentik o Alat : a. Silinder (2 Buah) b. Pipet c. Cidukan d. Ember (2 Buah) e. Timer o Bahan: a. Sampel Jentik (Stadium 3 & 4) b. Air c. Altosit (Briket) d. Larvasida 2. Nyamuk o Alat : a. Kurungan Nyamuk b. Aspirator Bengkok c. Kerucut (plastic cone) d. Dellopane (Isolasi) e. Paper Cup f. Papan g. Timer o Bahan: a. Nyamuk Aedes Aegypti b. Insektisida (Malation Propoksin 96%) D. Prosedur Kerja
1. Jentik a. Siapkan Alat dan bahan b. Masukkan sampel jentik masing-masing sebanyak 20 ekor kedalam silinder yang telah di rendam dalam ember yang berisi air untuk perlakuan dan control. c. Masukkan Altosit / Larvasida ke dalam ember perlakuan sedangkan pada ember control tidak dimasukkan apa-apa d. Kemudian amati selama 1 jam menggunakan timer e. Kemudian hitung angka kematian jentik pada menit/ jam berapa, f. Hitung kematian jentik pada perlakuan dan kontrol Jika kematian Jentik pada pembanding (kontrol) : o < 5 %, maka angka kematian dapat digunakan o 5 %-20 %, maka kematian harus dikoreksi dengan rumus : Abbo’s: Kematian perlakuan (%) – Kematian Kontrol (%) X 100% 100 % - Kematian kontrol (%) o 20 % kematian kontrol uji bioassay harus diulang 2. Nyamuk a. Siapkan alat dan bahan b. Untuk perlakuan tempelkan plastic cone di dinding / papan yang sudah disemprot dengan insektisida (Malation Propoksin 96%) sedangkan pada control tidak disemprot apa-apa. c. Masukkan nyamuk sebanyak 20 ekor kedalam plastic cone menggunakan aspirator bengkok dilakukan pada control dan perlakuan d. Nyamuk yang dimasukkan kedalan plastic cone harus sejenis, sehat, Harus menggigit (Blood fed). e. Nyamuk dimatikan di plastic cone selama 1 jam f. Setelah itu ambil dan periksa yang hidup dan mati kemudian hitung angka kematian nyamuk pada menit/jam berapa. g. Hitung kematian nyamuk pada perlakuan dan kontrol Jika kematian nyamuk pada pembanding (kontrol) : o < 5 %, maka angka kematian dapat digunakan o 5 %-20 %, maka kematian harus dikoreksi dengan rumus : Abbo’s: Kematian perlakuan (%) – Kematian Kontrol (%) X 100% 100 % - Kematian kontrol (%) o 20 % kematian kontrol uji bioassay harus diulang E. Hasil
Hari / tanggal Pukul Tempat Pratikum 1. Jentik
: Jumat / 17 Juni 2016 : 09:00 – 11:00 : Laboratorium Vektor Poltekkes Kemenkes Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan : Uji Bio Assay pada Jentik dan Nyamuk
Dari hasil praktikum uji bio assay pada jentik didapatkan hasil pada perlakuan di dapatkan jentik yang mati sebanyak 7 ekor sedangkan pada control tidak ada yang mati. JUMLAH JENTIK
JUMLAH JENTIK
YANG HIDUP
YANG MATI
% KEMATIAN
60 Menit
20 ekor
0 ekor
0%
60 Menit
13 ekor
7 ekor
35 %
33 ekor
7 ekor
NO
PENGUJIAN
WAKTU
1
Ember Kontrol
2
Ember Perlakuan TOTAL
Jadi perhitungannya: o Kontrol : 20 Jentik, 20 Hidup, 0 Mati o Perlakuan : 20 Jentik, 13 Hidup, 7 Mati Adapun hasil perhitungan % yaitu sebagai berikut:
% Kematian Kontrol
= Jumlah jentik yang mati x 100 % Jumlah Jentik Keseluruhan = 0 x 100 % 20 = 0%
% Kematian Perlakuan
= Jumlah jentik yang mati x 100 % Jumlah Jentik Keseluruhan = 7 x 100 % 20 = 35 %
Jadi, % kematian control yaitu 0% maka jika kematian control