Laporan Calamine Lotion PDF [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PRODUK DERIVAT



Disusun oleh :



Asisten



Nama



: Ulfi Hidayah



NIM



: 171710101036



Kelas/ Kelompok



: THP-C / 8



Acara



: Lotion Calamine



: 1. Ahmad Naufal R. 2. Baruna Eka Putra 3. Nala Ummi H. 4. Sayyidatul M.



PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER 2019



BAB 1. PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Lotion adalah sediaan kosmetika golongan emolien (pelembut) yang mengandung air lebih banyak. Sediaan ini memiliki beberapa sifat, yaitu sebagai sumber lembab bagi kulit, memberi lapisan minyak yang hampir sama dengan sebum, membuat tangan dan badan menjadi lembut, tetapi tidak berasa berminyak dan mudah dioleskan (Purwaningsih, 2014). Lotion biasanya mengandung substansi tidak larut yang tersuspensi, dapat pula



berupa



larutan



dan



emulsi



di



mana



mediumnya



berupa



air.



Lotion dimaksudkan untuk pemakaian luar kulit sebagai pelindung. Konsistensi yang berbentuk cair memungkinkan pemakaian yang cepat dan merata pada permukaan kulit, sehingga mudah menyebar dan dapat segera kering setelah pengolesan serta meninggalkan lapisan tipis pada permukaan kulit. Pada bidang farmasi, lotion banyak diformulasikan dan banyak dibuat, digunakan khususnya secara topikal untuk membersihkan, mempercantik diri, menghaluskan tubuh dan lain sebagainya. Pada praktikum ini akan dibahas tentang Calamine Lotion dengan pengaruh penambahan ekstrak teh, dimana Calamine Lotion adalah suatu lotion untuk topikal yang menggabungkan seng oksida dan besi (III) oksida untuk menghasilkan lotion yang digunakan untuk membantu mengurangi iritasi terkait kontak dermatitis. Calamine lotion adalah pelembab kulit yang digunakan untuk mengobati rasa gatal, sakit, dan tidak nyaman pada kulit akibat iritasi ringan yang disebabkan oleh tanaman beracun seperti poison ivy, poison oak, dan poison sumac. Obat ini tergolong sebagai obat kelas antihistamin topical dan antipruritik (Rizki, 2014). 1.2 Tujuan Tujuan diadakannya praktikum pembuatan calamine lotion yaitu untuk mengetahui cara pembuatan calamine lotion dan mengetahui pengaruh formulasi penambahan ekstrak teh hijau.



BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Calamine Lotion Lotion pelembab berfungsi menyokong kelembapan dan daya tahan air pada lapisan kulit sehingga dapat melembutkan dan menjaga kulit tersebut. Lotion didefinisikan dengan sistem emulsi dan berbentuk cairan yang dapat dituang jika tempatkan pada suhu ruang. Salah satu jenis lotion yaitu calamine lotion, Calamine lotion adalah pelembab kulit yang digunakan untuk mengobati rasa gatal, sakit, dan tidak nyaman pada kulit akibat iritasi ringan yang disebabkan oleh tanaman beracun seperti poison ivy, poison oak, dan poison sumac. Obat ini tergolong sebagai obat kelas antihistamin topical dan antipruritik. Obat ini bekerja dengan cara mengeringkan luka lecet yang basah dan lembap akibat kontak langsung dengan poison ivy, poison oak, dan poison sumac. Calamine adalah jenis obat yang digunakan untuk mengurangi rasa gatal dan iritasi



pada



kulit.



Efek



menghilangkan



gatal



pada calamine adalah



karena calamine tergolong dalam obat kelas antihistamin topikal dan adanya kandungan antipruritik (anti gatal). Obat ini dinilai aman dalam mengatasi gejala gatal



dan



dapat



diberikan



pada



semua



jenis



kulit



normal



dan



dengan komposisi obat topikal lainnya. Calamine dibentuk dari hasil kombinasi dari zinc oxide ditambah ferric oxide. Lotion calamine merupakan campuran yang terbuat dari kombinasi dua bahan yaitu seng oksida dan besi oksida. Lotion calamine berwarna pink dan berwujud kental seperti krim. Lotion ini membantu melindungi dan menenangkan kulit akibat berbagai sebab seperti sinar matahari, gigitan serangga, atau infeksi kulit lainnya.



2.2 SNI Calamine Lotion Syarat mutu pelembab kulit menurut SNI -16-3499-1996 No.



Kriteria Uji



Satuan



Persyaratan



1.



Kenampakan



-



Homogen



2.



pH



-



4,5-80



3.



Berat jenis 20°C



-



0,95-1,05



4.



Viskositas 25°C



cP



2000-5000



5.



Cemaran mikroba



Kologi/gram



Maksimal 10²



Sumber: SNI-16-3499-1996 2.3 Fungsi Bahan 2.3.1



Calamine Calamine adalah campuran antara Zink Oksida (ZnO) dengan kira-kira



0.5% Feric Oksida (Fe2O3). Kedua bahan ini adalah bahan utama dalam losyen calamine dan digunakan sebagai antipuritic (agen anti-gatal, disebabkan kehadiran fenol dalam formulanya) untuk merawat keadaan pruritic yang ringan seperti terbakar sinar matahari, ekzema, ruam, racun ivy, cacar air, sengatan dan gigitan serangga. Calamine berbentuk serbuk halus berwarna merah jambu, tidak berbau, dan tidak berasa. Calamine tidak larut dalam air, akan tetapi larut dalam asam mineral. Dalam lotion calamine dikombinasikan dengan ZnO berguna untuk mengurangi iritasi yang berkaitan dengan dermatitis dan cairan kental berwarna pink (Denny, 2014). Calamine digunakan sebagai bahan baku pembuatan calmine lotion. Lotion calamine adalah pelembab kulit yang digunakan untuk mengobati rasa gatal, sakit, dan tidak nyaman pada kulit akibat iritasi ringan yang disebabkan oleh tanaman beracun. Karakteristik calamine yaitu dengan bentuk serbuk halus, berwarna merah jambu, tidak berbau, praktis, tidak berasa, tidak larut dalam air, dan larut padaair mineral. 2.3.2



ZnO ZnO atau zinc oxide merupakan suatu zat aktif yang memiliki aktivitas



sebagai mild astringent dan UV protecting. Pasta Zinc Oxide ini dimaksudkan



untuk menormalkan ketidak seimbangan fungsi kulit. ZnO merupakan bahan pelindung yang berguna untuk melindungi kulit dari kehilangan air yang berlebihan pada lapisan tanduk. Karakteristik ZnO adalah serbuk amorf, sangat halus, putih atau putih kekuningan, tidak berbau, dan akan menyerap karbondioksida di udara secara lambat. Zat ini merupakan gabungan mineral dengan oksigen yang sangat efektif untuk sintesis protein dan meningkatkan sistem imun (Morkoc, 2009). Seng oksida bagi kulit dapat membantu penyembuhan penyakit pada kulit, mengontrol inflamasi dan kelebihan minyak. Selain itu juga dapat meningkatkan system imun pada kulit, melindungi kulit dari polusi, dan dapat membantu penyembuhan luka. 2.3.3



Gliserin Gliserin merupakan bahan baku dari berbagai produk yang bernilai ekonomis



tinggi. Gliserin adalah produk samping dari reaksi hidrolisis antara minyak nabati dengan air untuk menghasilkan asam lemak. Gliserin merupakan humektan sehingga dapat berfungsi sebagai pelembap pada kulit. Pada kondisi atmosfer sedang ataupun pada kondisi kelembapan tinggi, gliserin dapat melembapkan kulit dan mudah di bilas. Gliserin berbentuk cairan jernih, tidak berbau dan memiliki rasa manis (Arita et al., 2009). Gliserin merupakan humektan yang paling baik digunakan dalam pembuatan skin lotion. Humektan adalah komponen yang larut dalam fase air dan merupakan bagian yang terpenting dalam skin lotion. Bahan ini ditambahkan ke dalam sediaan kosmetik untuk mempertahankan kandungan air produk pada permukaan kulit saat pemakaian. Humektan berpengaruh terhadap kulit yaitu melembutkan kulit dan mempertahankan kelembaban kulit agar tetap seimbang. Humektan juga berpengaruh terhadap stabilitas skin lotion yang dihasilkan karena dapat mengurangi kekeringan ketika produk disimpan pada suhu ruang. Komposisi gliserin yang digunakan pada formula berkisar 3-10% (Mitsui, 1997). Gliserin tidak hanya berfungsi sebagai humektan tetapi juga berfungsi sebagai pelarut, penambah viskositas, dan perawatan kulit karena dapatmelumasi kulit sehingga mencegah terjadinya iritasi kulit (Depkes RI, 1993). Dalam



pembuatan lotion gliserin digunakan sebagai moisturizer untuk perawatan kulit kering dan pengunaannya pada produk kosmetik atau perawatan kulit dapat meminimalisir terjadinya iritasi kulit (Arisona, 2019). Gliserin digunakan untuk bahan pelembab pada lotion. Banyak masyarakat luas mungkin belum banyak yang mengenal tentang gliserin, atau mungkin pernah memakai gliserin namun tidak menyadari bahwa produk perawatan kulitnya mengandung gliserin. Bahan yang satu ini telah dimanfaatkan sebagai skincare dan produk kecantikan lainnya salah satunya yaitu lotion. Gliserin telah sejak lama digunakan karena punya banyak manfaat untuk kesehatan dan kecantikan kulit. 2.3.4



Melati Essence Melati essence digunakan untuk pewangi, pemilihan pewangi didasarkan



padakelarutannya dalam sediaan dan pengaruhnya terhadap stabilitas emulsi beberapa minyak essensial. Aroma sintetis stabilitas surface aktif akan mempengaruhi tegangan permukaan emulsi. 2.3.5 Ekstrak Teh Hijau Ekstrak teh hijau (Camellia sinensis L.) dapat memberikan karakteristik fisik dan aseptabilitas terhadap sediaan lotion. Menurut Setiawati (1991), beberapa zat yang terkadung dalam daun teh disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Kandungan yang Terdapat pada Daun Teh Jenis Kandungan Air Bahan nitrogen Kafein Minyak eteris Lemak, hijau daun, lilin Dextrin Tannin Pektin Serat Abu Sumber : Setiawati, (1991)



Jumlah Kandungan 9,51 24,50 3,58 0,68 6,39 6,44 15,65 16,02 11,58 5,65



Zat bioaktif yang ada dalam teh, terutama merupakan flavonoid. Adapun flavonoid yang ditemukan pada teh terutama flavanol dan flavonol (Hartoyo, 2003). Katekin merupakan flavonoid kelas flavanol, katekin utama dalam daun teh segar atau teh hijau adalah epigalokatekin galat (EGCG), epigalokatekin (EGC), epikatekin galat (ECG), epikatekin (EC) (Hartoyo, 2003). Flavonol utama di dalam daun teh adalah quercetin, kaemferol, dan myricetin (Syah, 2006). Aktivitas antimikroba quercetin telah berhubungkan dengan hambatan pada DNA gyrase, sedangkan aktivitas antimikroba epigallocatechin gallate menghambat fungsi selaput sitoplasma. Poliphenol mempunyai daya antibakteri dengan cara menghambat aktivitas glucosyltransferase. Selain itu teh hijau juga mengandung tanin yang mempunyai aktivitas antimikroba. Tanin merupakan asam hidroksi benzoat yang mempunyai gugus hidroksi fenolik yang mengambat enzim yang kuat bila terikat pada protein sel bakteri, sehingga tanin bersifat bakterisid (Suryani, 2002). Senyawa tanin dapat menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara mengkoagulasi protoplasma bakteri. Selain itu, sifat bakterisidal pada teh ditunjukkan dalam polifenol khususnya katekin yang dapat menghancurkan membran sitoplasma, sehingga sel bakteri kehilangan metabolisme penting dan kehilangan



daya



patogenitas,



dan



dapat



mengendapkan



protein



yang



menyebabkan kematian bakteri (Rossi, 2010). 2.4 Reaksi Yang Terjadi Lotion merupakan sediaan setengah padat hampir sama dengan krim tetapi memiliki konsistensi yang lebih rendah Sifat lotion umumnya berwarna putih, mudah dicuci dengan air, tidak tembus cahaya dan tidak mudah kering (Faramayuda et al., 2010). Lotion adalah sediaan topikal berupa emulsi tipe minyak dalam air dengan surfaktan yang cocok. Menurut Lachman (1994) dalam Rizki (2016) menyatakan bahwa lotion merupakan sediaan yang berbentuk emulsi cair terdiri dari fase minyak dan fase air yang distabilkan oleh emulgator, mengandung satu atau lebih bahan aktif di dalamnya.



Emulsi yang baik memiliki sifat tidak berubah menjadi lapisan-lapisan, tidak berubah warna, dan tidak berubah konsistensinya selama penyimpanan. Emulsi yang tidak stabil terjadi karena masing-masing fase cenderung bergabung dengan fase sesamanya membentuk suatu agregat yang akhirnya dapat mengakibatkan emulsi pecah (Suryani et al. 2000). Antioksidan sangat penting dalam produk lotiun karena pada umumnya sediaan kosmetik mengandung lemak-lemak atau minyak-minyak dimana partikel-partikelnya mempunyai ikatan yang tidak jenuh, sehingga mudah untuk teroksidasi, maka perlu ditambahkan suatu antioksidan.



BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM



3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Adapun alat yang digunakan saat praktikum berlangsung adalah sebagai berikut: 1. Spatula 2. Beaker glass 3. Mortir 4. Pipet ukur 3.1.2 Bahan Adapun bahan yang digunakan pada saat praktikum berlangsung adalah sebagai berikut: 1. Calamine 2. ZnO 3. Gliserin 4. Melati essence 5. Ekstrak teh hijau 6. Kertas label



3.2 Skema Kerja Dan Fungsi Perlakuan 3.2.1 Ekstraksi Teh



Daun teh yang telah dihaluskan



Aquadest 1:20



Ekstraksi



Pemanasan dengan waterbath T= 1000C selama 1 jam



Ekstrak teh



Gambar 1. Pembuatan ekstrak teh Pada pembuatan calamine lotion ini menggunakan tambahan ekstrak teh hijau. Penambahan bahan tersebut dapat memberikan karakteristik fisik dan aseptabilitas terhadap sediaan lotion, sehingga dirasa sangat baik jika menggunakan ekstrak teh hijau. Proses pembuatan ekstrak teh yaitu dengan menghaluskan daun teh hijau dan kemudian dilanjutkan mengekstraksi menggunakan aquades dengan perbandingan 1:20. Ekstraksi tersebut dilakukan pada pemanasan menggunakan waterbath dengan suhu 100℃ selama 1 jam dan ekstrak teh hijau telah siap digunakan.



3.2.2 Prosedur pembuatan Calamin e Pelembutan dan pengadukan pada mortir ZnO Glyserin, ekstrak teh hijau, melati essens



Homogenisasi



Homogenisasi



Calamine lotion



Gambar 2. Pembuatan calamine lotion Pembuatan calamine lotion membutuhkan beberapa peralatan dan bahan. Peralatan yang digunakan dalam pembuatan calamine lotion yaitu spatula, beaker glass, mortir, dan pipet ukur. Sedangkan untuk bahannya membutuhkan calamine, ZnO, gliserin, melati essence, dan ektrak teh hijau. Bahan utama dalam pembuatan lotion ini adalah calamine, calamine yang telah tersedia dilakukan pengadukan mengunakan mortar hingga halus. Setelah diaduk, dilakukan pencampuran penambahan ZnO hingga homogen. Penambahan ZnO ini bertujuan untuk melindungi kulit dari kehilangan air yang berlebihan pada lapisan tanduk. Selanjutnya, dilakukan dengan pencampuran kembali dengan menambahkan gliserin, ekstrak teh hijau, dan melati essence hingga homogen. Lotion dapat digunakan.



BAB 4. DATA PENGAMATAN



4.1 Data Pengamatan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9



Nama Ulfi Hidayah Xenna P. Rodame B. Ani Silviani Thilal N. L. Nur Faizah Aini N. R. Dwijayanti Havid



Kekentalan 861 325 5 2 4 2 4 1 4 2 5 2 4 2 5 2 4 2 4 2



Parameter Kecepatan kering 861 325 4 3 2 4 3 2 3 4 4 2 4 4 3 4 2 3 3 3



Daya sebar 861 325 2 4 2 3 2 4 2 3 2 4 1 4 2 4 2 4 3 4



4.2 Data Perhitungan Sampel 861 325



Kekentalan 4,33 1,89



Rata-rata Kecepatan kering 3,1 3,2



Keterangan: 861 = Sampel lotion penambahan ekstrak teh 2,5 mL 325 = Sampel lotion penambahan ekstrak teh 5 mL



Daya sebar 2 3,78



BAB 5. PEMBAHASAN



Diagram Pengujian Lotion 5 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 kekentalan



kecepatan kering 861



daya sebar 325



Gambar 3. Diagram pengujian lotion Berdasarkan data pembuatan Calamine Lotion dengan penambahan ekstrak teh 2,5 ml diperoleh Calamine Lotion yang memiliki sifat fisik berupa kekentalan yang tinggi senilai 4,33, kecepatan kering yang sedang senilai 3,1, dan daya sebar yang kecil sekitar 2. Sedangkan pada penambahan ekstrak teh 5 ml, calamine lotion memiliki sifat fisik kekentalan rendah sekitar 1,89, kecepatan kering sedang sekitar 3,2, dan daya sebar yang tinggi sekitar 3,78. Kekentalan atau viskositas merupakan komponen yang sangat penting dalam penentuan kualitas lotion. Pada praktikum pembuatan lotion calamine pengamatan viskositas lotion dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan ekstrak teh dengan konsentrasi yang berbeda terhadap viskositas lotion. Kekentalan pada penambahan ekstrak teh 2,5 ml lebih tinggi dibandingkan dengan penambahan ekstrak teh 5 ml. Hal ini dikarenakan ekstrak teh dengan konsentrasi rendah menyebabkan tingkat kelarutan yang rendah sehingga viskositas lotion semakin tinggi. Lotion calamine merupakan lotion dengan tingkat viskositas yang sedang. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa lotion calamine yang baik yaitu tidak terlalu encer dan mudah mengalir dalam wadah sehingga memudahkan dalam penggunaan (Faramayuda et al., 2010).



Lotion



bersifat lebih encer dibanding krim dan salep sehingga lebih muda diaplikasikan pada daerah kulit (Allem, 2002). Hal ini terjadi karena ekstrak teh memiliki sifat kelarutan yang tinggi, sehingga mudah mengental jika ditambahkan pada pembuatan lotion. Jika penambahan ekstrak teh berlebihan maka akan mengurangi sifat kekentalan lotion, hal ini dikarenakan teh memiliki kandungan dekstrin yang tinggi yaitu sekitar 6,44. Dekstrin digunakan untuk membetuk atau menyatukan adonan lotion, dan akan menggumpal jika pemberian terlalu banyak (Setiawati, 1991). Kecepatan pengeringan menunjukkan tingkat daya serap lotion kedalam kulit. Semakin tinggi kecepatan pengeringan maka tingkat daya serap lotion semakin bagus. Lotion yang baik ialah lotion yang memiliki daya serap yang tinggi (Faramayuda et al., 2010). Berdasarkan data yang ditunjukkan nilai kecepatan pengeringan pada lotion dengan perlakuan penambahan ekstrak teh 5 ml lebih tinggi dibandingkan 2,5 ml. Hal ini tidak sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa semakin tinggi penambahan ekstrak teh tingkat kecepatan pengeringan lotion semakin rendah. Hal ini dikarenakan teh memiliki kandungan tanin yang dapat menghambat tingkat penyerapan pada lotion (Alamsyah, 2006). Kemungkinan besar hal ini terjadi karena penilaian panelis yang kurang teliti dalam membandingkan. Pengujian daya sebar lotion ke permukaan kulit pada praktikum lotion berfungsi untuk mengetahui tingkat kelarutan lotion dengan perbedaan konsentrasi penambahan ekstrak teh. Nilai kelarutan pada lotion dengan penambahan 5 ml ekstrak teh hijau menghasilkan kelarutan yang tinggi, dibandingkan dengan penambahan 2,5 ml. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa penambahan ekstrak teh dapat meningkatkan kelarutan lotion. Tingkat kelarutan pada lotion calamine ini juga dipengaruhi oleh adanya ZnO dan glycerin. Menurut literatur, seng oksida merupakan oksida amfoter senyawa ini hampir tidak larut dalam air (Spero et al., 2000). Glyserin ditambahkan dalam pembuatan lotion karena memiliki fungsi sebagai pelarut, humektan, dan dalam konsentrasi rendah dapat berfungsi melembabkan (Asmara, 2008).



BAB 6. PENUTUP



6.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan dari laporan praktikum pembuatan calamine lotion adalah sebagai berikut: 1. Proses pembuatan calamine lation yaitu dimulai dengan menghaluskan calamine yang kemudian ditambahkan ZnO sebagai antiseptik, kemudian dilakukan pemberian glyserin, ekstrak teh hijau, dan melati essence yang dihomogenkan menjadi satu adonan. Pemberian melati essence bertujuan untuk menambah aroma pada lotion. 2. Formulasi penambahan ekstrak teh hijau dapat mempengaruhi sifat fisik dalam parameter kekentalan, kecepatan kering, dan daya sebar. Semakin banyak ekstrak teh hijau yang digunakan, maka akan lebih meningkatkan kecepetan kering, dan daya sebar pada lotion. 3. Formulasi penambahan ekstrak teh hijau semakin banyak akan menurunkan tingkat viskositas pada lotion. Hal ini disebabkan karena sifat pada ekstrak teh yang memiliki kelarutan yang tinggi, sehingga ketika ditambahkan ekstrak teh yang banyak akan mengakibatkan lotion semakin encer. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa lotion calamine yang baik yaitu tidak terlalu encer dan mudah mengalir dalam wadah sehingga memudahkan dalam penggunaan (Faramayuda et al., 2010). 6.2 Saran Sebaiknya praktikum dilakukan dengan mengganti variasi bahan baku utama pembutan ataupun bahan tambahan seperti pewangi dalam pembuatan lation sehingga dapat lebih mengetahui potensi dari bahan lain yang dapat dimanfaatkan sebagai lation.



DAFTAR PUSTAKA



Alamsyah, Andi Nur. 2006. Taklukan Penyakit dengan Teh Hijau. Jakarta: Agro Media Pustaka. Arisona, G., & Zulkarnain, A. K. (2019). Optimasi Formula dan Uji Aktivitas secara In Vivo Lotion W/O Senyawa 3-Nitrokalkon sebagai Tabir Surya (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada). Arita, S., T. E. Agustina., D. Patricia dan Lena Rahmawati. 2009. Pemanfaatan Gliserin sebagai Produk Samping dari Biodiesel Menjadi Sabun Transparan. Jurnal Teknik Kimia, Vol. 16 (4). Asmara, Shinta Dian. 2008. Optimasi Komposisi Polysorbate 80 dan Sorbitan Moonoleat 80 Sebagai Emulsifying Agent dalam Formula Moustiring Lotion Virgin Coocnut Oil (VCO): aplikasi desain faktorial. Skripsi. Yogyakarta. Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. Denny, D. 2014. Pengaruh Net Profit Margin (NPM), Basic Earning Power (BEP), Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE) Terhadap Return Saham, Program Studi Manajemen, Universitas Katolik Soegijapranata. Departemen Kesehatan RI. 1993. Pedoman Pengujian dan Pengembangan Fitofarmaka, Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia dan Pengujian Klinik. Jakarta: Depkes RI pp 15-17. Morkoc, H., 2009, Zinc Oxide Fundamentals, Materials, and Device Technology, Wiley VCH, Verlag GmbH, 77. Mitsui, T.. 1997. New Cosmetic and Science, 191-198, 335-338. Elsevier, Amsterdam. Purwaningsih, Sri., Ella Salamah., Tika A. Budiarti. 2014. Formula Skin Lotion Dengan Penambahan Karagenan Dan Antioksidan Alami Dari Rhiziphora Mucronate Lamk. Jurnal Akuatika Vol. V No. 1/Maret 2014 (55-62). Rizki, Auliya Rahma. 2016. Formulasi Sediaan Lotion Minyak Atsiri Kemangi (Ocimum Basilicum L.) Dengan Kombinasi Karbopol 934 Dan Asam Stearat Serta Uji Aktivitas Antibakteri Terhadap Staphylococcus Aureus. Publikasi Ilmiah. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.



Rossi, A. 2010. 1001 Teh – Dari Asal Usul, Tradisi, Khasiat hingga Racikan Teh. Yogyakarta: Andi Offset. SNI-16-3499-1996. Syarat Mutu Pelembab Kulit. Suryani Lilis, 2002. Kadar Minimal Hambat Kayu Secang (Cesalpinea sappan linn) terhadap Shigella flexneri in vitro. Jakarta: Mutiara medika. Hal: 2-26. Syah A. N. A, 2006. Taklukan Penyakit dengan Teh Hijau. Jakarta: AgroMedia Pustaka.



LAMPIRAN DOKUMENTASI



No. 1.



Gambar



Keterangan Pesesiapan bahan-bahan pembuatan lotion seperti calamine, glisein, ZnO,essence melati, dan ekstrak teh hijau



2.



Penghalusan calamine hingga halus dengan menggunakan mortar



3.



Pencampuran ZnO kedalam adonan dan dilakukan penghalusan kembali hingga merata



4.



Pengukuran ekstrak teh yang kemudian akan ditambahkan pada adonan



5.



Penambahan gliserin dan essence melati



6.



Dilakukan pengadukan agar merata secara maksimal



7.



Perbedaan perlakuan penambahan ekstrak the 2,5 ml dan 5 ml



8.



Hasil percobaan calamine lotion yang diaplikasikan langsung kelapisan kulit



LAMPIRAN PERHTUNGAN



1. Kekentalan a. Sampel A (ekstrak teh 2,5 mL) Jumlah = 5+4+4+4+5+4+5+4+4 = 39 Rata-rata =



39 9



= 4,33



b. Sampel B (ekstrak teh 5 mL) Jumlah = 2+2+1+2+2+2+2+2+2 = 17 Rata-rata =



17 9



= 1,89



2. Kecepatan Pengeringan a. Sampel A (ekstrak teh 2,5 mL) Jumlah = 4+2+3+3+4+4+3+2+3 = 28 Rata-rata =



28 9



= 3,1



b. Sampel B (ekstrak teh 5 mL) Jumlah = 3+4+2+4+2+4+4+3+3 = 29 Rata-rata =



29 9



= 3,2



3. Daya Sebar a. Sampel A (ekstrak teh 5 mL) Jumlah = 2+2+2+2+2+1+2+2+3 = 18



Rata-rata =



18 9



=2



b. Sampel B (ekstrak teh 5 mL) Jumlah = 4+3+4+3+4+4+4+4+4 = 34 Rata-rata =



34 9



= 3,78