Laporan Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT ,karena atas berkat rahmat dan anugrah-Nya lah penulis dapat menyeesaikan laporan akhir pratikum mata kuliah Pengantar Perlindungan Tanaman. Laporan ini saya selesaikan dengan tujuan untuk menuntaskan semua praktikum Perlindungan Tanaman dan melaporkan semua hasil selama praktikum. Saya sadari bahwa penyeleseian laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis sampaikan terimakasih kepada dosen pembimbing dan assisten labor perlindungan tanaman dan rekan-rekan mahasisiwa yang telah memberi masukan-masukan kepada penulis dalam menyelesaikan laporan ini. Penulis sadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mohon kritik dan sarannya kepada pembaca. Penulis berharap semoga laporan ini dapat membantu dan berguna dalam memahami mata kuliah Pengantar Perlindungan Tanaman.



Padang, November 2013



Eka Ningtias yulia S



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang



Dasar-dasar



perlindungan



tanaman



adalah



pedoman-pedoman



dasar



untuk



melindungi tanaman yang diusahakan agar tidak dirugikan oleh sesuatu penganggu dari pratanam, selama tanam sampai pasca tanam. Yang termasuk ke dalam pengganggu tanaman yaitu jasad hidup (organisme) dan bukan jasad hidup (abiotis) seperti bencana alam (banjir, erosi, longsor dan unusur iklim) dan tindakan yang tidak cocok (syarat tumbuh yang tidak dipenuhi, seperti tanah atau iklim yang tidak cocok).



Secara harfiah, perlindungan tanaman adalah segala usaha yang dilakukan manusia untuk melindungi tanaman dari hambatan atau gangguan yang berasal dari luar yang mengakibatkan tanaman tidak dapat menghasilkan produk sesuai dengan harapan, secara kuantitas, kualitas dan kontinuitas. Sedangkan menurut UU NO. 12 Tahun 1992 menyatakan bahwa perlindungan tanaman adalah segala upaya mencegah kerugian pada budidaya tanaman yang diakibatkan oleh organisme pengganggu tumbuhan. Organisme pengganggu tumbuhan (OPT) adalah semua organisme yang dapat merusak, menganggu atau menyebabkan kematian pada tumbuhan. Organisme pengganggu tumbuhan secara garis besar dibagi menjadi hama, penyakit dan gulma. Hama menimbulkan gangguan tanaman secara fisik, dapat disebabkan oleh serangga, tungau, vertebrata maupun moluska. Sedangkan penyakit menimbulkan gangguan secara fisiologis pada tanaman, yang disebabkan oleh cendawan, bakteri, virus dan nematoda. Gulma itu sendiri artinya adalah jasad penganggu yang merupakan sejenis tumbuhan tingkat tinggi seperti alang-alang dan rumput-rumputan. Dampak dari adanya organisme pengganggu tanaman yaitu terjadinya penurunan produksi, kualitas, pendapatan daya saing produk di pasar global serta kualitas lingkungan hidup, kemudian terjadinya peningkatan biaya produksi dan residu bahan kimia berbahaya pada produk pertanian.



Tumbuhan dikatakan sehat atau normal, apbila tumbuhan tersebut dapat melaksanakan fungsi-fungsi fisiologisnya sesuai dengan potensi genetik terbaik yang dimilikinya. Fungsi-fungsi tersebut mencakup pembelahan, diferensiasi dan perkembangan sel yang normal, penyerapan air dan mineral dari tanah dan mentranslokasikannya ke seluruh bagian tumbuhan, fotosintesis dan translokasi hasil-hasil fotosintesis ke tempat-tempat penggunaan dan penyimpanannya, metabolisme senyawa-senyawa yang disintesis reproduksi dan penyimpanan persediaan makanan untuk reproduksi. Pertumbuhan dan hasil tumbuhan tergantung pada ketersediaan hara dan air di dalam tanah tempat tumbuhan tersebut tumbuh, dan pada pemeliharaan dalam kisaran factor-faktor lingkungan tertentu, seperti suhu, kelembaban dan cahaya. Sesuatu yang mempengaruhi kesehatan tumbuhan berkemungkinan besar juga akan mempengaruhi pertumbuhan dan produksinya, dan akan dapat menurunkan kegunaannya bagi manusia. Pathogen tumbuhan, cuaca yang tidak menguntungkan, gulma dan serangga hama adalah penyebab yang sangat umum dalam menurunkan pertumbuhan dan produksi tumbuhan. Tumbuhan menjadi sakit apabila tumbuhan tersebut diganggu oleh hama penyakit dan pathogen atau oleh keadaan lingkungan tertentu dan salah satu atau lebih fungsi tersebut terganggu sehingga terjadi penyimpangan dari keadaan normal. Penyebab utama penyakit baik berupa organisme hidup patogenik (parasit) maupun faktor lingkungan fisik (fisiopath). Mekanisme penyakit yang dihasilkan akan berbeda tergantung agensia penyebabnya dan kadang-kdang juga bervariasi dengan jenis tumbuhannya. Pada mulanya tumbuhan bereaksi terhadap agensia penyebab penyakit pada bagian terserang. Reaksi tersebut dapat berupa reaksi biokimia alami, yang tidak dapat dilihat. Akan tetapi reaksinya dengan cepat menyebar dan terjadinya perubahan-perubahan pada jaringan yang dengan sendirinya menjelma menjadi makroskopik dan membentuk gejala penyakit. Berbagai macam penyakit yang dapat menular, yaitu bakteri, jamur, virus dan tanaman tingkat tinggi. Kekhasan penyakit yang menular adalah terjadinya interaksi yang terus meneru oleh factor biotik atau oleh factor abiotik. Pengendalian hama dan penyakit menggunakan pestisida dan obat harus dengan hatihati dan tepat guna. Pengguanan pestisida yang berlebihan dan tidak tepat justru akan menyebabkan bahaya lebih besar karena penggunaan pestisida secara berlebihan akan



menimbulkan kekebalan pada hama dan penyakit. Oleh karena itu, penggunaan pestisida dan obat-obatan anti hama dan penyakit hendaknya dipakai seminimal mungkin. Sel dan jaringan dari tumbuhan sakit biasanya akan menjadi lemah oleh agensia penyebab penyakit. Kemampuan sel dan jaringan tersebut dalam melaksanakan fungsi-fungsi fisiologisnya yang normal menjadi menurun dan terhenti sehingga mengakibatkan pertumbuhan menjadi terganggu atau menyebabkan kematian pada tumbuha itu. Jenis sel dan jaringan yang terinfeksi akan menentukan jenis fungsi fisiologis yang mula-mula dipengaruhinya. Secara alamiah, hama mempunyai musuh alami yang dapat kita gunakan dalam pengendalian hama tersebut. Namun, karena ulah manusia itu sendiri, seringkali musuh alami hama hilang sehingga hama tersebut populasinya menjadi meledak dan tak terkendali. Misalnya saja tikus. Musuh alami dari tikus dapat mengendalikan populasi dari tikus. Musuh alaminya sperti ular, burung hantu dan elang. Tetapi hewan-hewan tersebut ditangkap oleh manusia sehingga musuh alami nya mulai berkurang sehingga menyebabkan populasi tikus menjadi banyak. 1.2 Tujuan



Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui morfologi serangga,ordo ordo serangga,gejala serangan hama perkembangbiakan serangga,pengenalan penyakit tumbuhan ,gulma pestisida dan pengenalan OPT.



BAB II



TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Morfologi Serangga



Serangga (disebut pula Insecta, dibaca "insekta") adalah kelompok utama dari hewan beruas (Arthropoda) yang bertungkai enam (tiga pasang); karena itulah mereka disebut pula Hexapoda (dari bahasa Yunani, berarti "berkaki enam"). Serangga ditemukan di hampir semua lingkungan kecuali di lautan. Kajian mengenai peri kehidupan serangga disebut entomologi.



Serangga dapat merusak tanaman sebagai hama dan sumber vektor penyakit pada manusia. Namun, tidak semua serangga bersifat sebagai hama atau vector penyakit. Kebanyakan serangga juga sangat diperlukan dan berguna bagi manusia. Serangga dari kelompok lebah, belalang, jangkrik, ulat sutera, kumbang, semut membantu manusia dalam proses penyerbukan tanaman dan menghasilkan produk makanan kesehatan (Metcalfe & William 1975). Serangga juga sangat berperan dalam menjaga daur hidup rantai dan jaring-jaring makanan di suatu ekosistem. Sebagai contoh apabila benthos (larva serangga yang hidup di perairan) jumlahnya sedikit, secara langsung akan mempengaruhi kehidupan ikan dan komunitas hidup organisme lainnya di suatu ekosistem Sungai atau Danau. Di bidang pertanian, apabila serangga penyerbuk tidak ditemukan maka keberhasilan proses penyerbukan akan terhambat (Nazaruddin, 1993).



Secara morfologi Arthropoda dicirikan dengan badan yang beruas biasanya mencapai lebih dari 21 ruas, yang tiap ruasnya mempunyai sepasang anggota badan (appendages) namun sepasang anggota badan ini ada yang mereduksi atau berubah bentuk dan fungsi sesuai dengan kebutuhan masing-masing kelompok. Ciri penting lain adalah kelompok arthropoda tidak memunyai struktur tulang di dalam tubuhnya. Arthropoda mempunyai struktur dinding badan keras yang menutupi tubuh bagian luar untuk melindungi bagian dalam tubuh yang biasanya disebut eksosekeleton. Bagian paling luar mempunyai struktur yang paling keras dan diperkuat oleh khitin. Meskipun keras namun strukutur ini masih memungkinkan pergerakan di tiap ruas.



Tubuh serangga seperti pada belalang dan kumbang dibagi dalam tiga daerah yaitu: Kepala, toraks, dan abdomen. Kepala terdiri dari satu segmen merupakan daerah yang jelas



pembawa kebanyakan organ sensori serangga seperti mata, antenna, dan alat mulut. Toraks terdiri dari 3 segmen dan merupakan bagian yang terberat dari tubuh, dan pembawa kaki serta sayap bila telah ada. Abdomen terdiri dari 11 segmen atau kurang; biasanya ia tidak mempunyai anggota gerak, segmen pada bagian posterior mempunyai fungsi khusus untuk reproduksi. (Triharso. 1996. 75)



Tipe perkembangan hidup serangga terbagi atas dua tipe yaitu paurometabola dan holometabola. Pada paurometabola, bentuk nimfa mirip dewasa hanya saja sayap belum berkembang dan habitat (tempat tinggal dan makanan) nimfa biasanya sama dengan habitat stadium dewasanya. Contoh paurometabola adalah jenis-jenis kepik seperti walang sangit, yang nimfanya menempati habitat yang sama dengan kepik dewasa, biasanya pada daun. Jenisjenis belalang (Orthoptera) dan lipas (Blattaria) juga termasuk paurometabola, nimfa dan stadium dewasanya hidup dan makan pada habitat yang sama.



Dan pada holometabola. Bentuk pradewasa (larva dan pupa) jenisjenis holometabola ini sangat berbeda dengan stadium dewasanya. Perhatikanlah bentuk bentuk larva seperti ulat bulu, ulat hijau, ulat jengkal yang kelak menjadi pupa dan kemudian menjadi kupu-kupu indah dan berwarna-warni. Habitat larva bisanya sangat berbeda dari habitat dewasanya. Ulat makan daun sedangkan kupu mengisap cairan bunga. Demikian pula, larva lebah madu dipelihara oleh pekerja (dalam koloni), makan madu; tapi lebah dewasa yang bersayap terbang mencari serbuk bunga sebagai makanannya. Contoh serangga holometabola Kumbang (Coleoptera), kupu-kupu dan ngengat (Lepidoptera) dan semut serta lebah (Hymenoptera)



Ordo Orthoptera (bangsa belalang) Sebagian anggotanya dikenal sebagai pemakan tumbuhan, namun ada beberapa di antaranya yang bertindak sebagai predator pada serangga lain. Anggota dari ordo ini umumnya memilki sayap dua pasang. Alat-alat tambahan lain pada caput antara lain : dua buah (sepasang) mata facet, sepasang antene, serta tiga buah mata sederhana (occeli). Dua pasang sayap serta tiga pasang kaki terdapat pada thorax. Pada segmen (ruas) pertama abdomen terdapat suatu membran alat pendengar yang disebut tympanum. Anus dan alat genetalia luar dijumpai pada ujung abdomen (segmen terakhir abdomen). Ada mulutnya bertipe penggigit dan penguyah yang memiliki bagian-bagian labrum, sepasang mandibula, sepasang



maxilla dengan masing-masing terdapat palpus maxillarisnya, dan labium dengan palpus labialisnya (Jumar, 2000). Pada umumnya antena serangga terbagi menjadi 3 ruas utama yaitu scape yang merupakan ruas pertama melekat pada kepala, ruas kedua disebut dengan pedisel, dan dan ruas ketiga disebut dengan flagellum. Bentuk dan ukuran antena pada setiap jenis serangga berbeda beda. Beberapa bentuk antena tersebut adalah : filiform yaitu bentuknya menyerupai benang dan pada setiap ruas mempunyai ukuran bentuk silindris yang sama (Jumar, 2000). Serangga dapat diklasifikasikan menjadi dua tipe umum, yaitu mandibulata (pengunyah) dan haustelata (penghisap), tipe alat mulut pengunyah, mandibel bergerak secara transversal yaitu dari sisi ke sisi, dan serangga tersebut biasanya mampu menggigit dan mengunyah makanannya. Tipe mulut penghisap memiliki bagian-bagian dengan bentuk seperti probosis yang memanjang atau paruh dan melalui alat itu makanan cair dihisap. Tipe mulut penggigit yaitu Mulut tipe pengigit dilengkapi dengan rahang atas dan bahwa yang sangat kuat, contohnya mulut belalang dan jangkrik. Tipe mulut penusuk-penghisap yaitu Mulut tipe penusuk-penghisap mempunyai rahang yang panjang dan runcing . Contohnya nyamuk. Toraks adalah bagian yang menghubungkan antara caput dan abdomen. Pada dasarnya tiap ruas toraks pada serangga dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: Prothorax : bagian depan dari thoraks dan sebagai tempat atau dudukan bagi sepasang tungkai depan. Mesothorax : bagian tengah dari thorax dan sebagai tempat atau dudukan bagi sepasang tungkai tengah dan sepasang sayap depan. Metathorax : bagian belakang dari thorax dan sebagai tempat atau dudukan bagi sepasang tungkai belakang dan sepasang sayap belakang . Torak juga merupakan daerah lokomotor pada serangga dewasa karena pada torak terdapat tiga pasang kaki dan dua atau satu pasang sayap (kecuali ordo Thysanura tidak bersayap). Torak bagian dorsal disebut notum (Jumar, 2000).



2.2 Ordo-ordo Serangga



1.



Ordo Orthoptera atau bangsa belalang Kata orthoptera berasal dari kata orthos (lurus) dan ptera ( sayap) . umumnya kaki serangga ini panjang dan kuat serta dapat digunakan untuk melompat jauh. Banyak jenis serangga ini yang dapat bersuara . suara serangga ini berasal dari bukan dari mulut melainkan dari sayap depan yang digosokkan bersama (jangkrik). Atau sayap muka dan sayap belakang digosok-gosokkan atau juga bagian dalam dari paha digosok-gosokkan pada tepi sayap mukanya (belalang). Biasanya yang bersuara hanya serangga jantan. Sayap orthoptera ada dua pasang, yaitu sepasang di depan dan sepasang di belakang. Sayap di muka ukuranya sempit dan tebal, biasanya berwarna seperti badannya, serta uratnya jelas. Sementara itu, sayap di belakang tipis seperti membrane, luas, lebar dan melipat seperti kipas ketika sedang istirahat. Biasanya terdapat satu ovipositor dan cersi. Serangga ini memiliki mulut yang berfungsi untuk menggigit-mengunyah. Prothoraksnya besar dan jelas dan metamofosisnya bertahap. Contohnya : bangsa belalang, jangkrik (Grylidae) dan orong-orong (Gryllotalpidae). (Rioardi, 2009).



2. Ordo Hemiptera atau bangsa kepik Hemi berarti setengah, sedangkan ptera berarti sayap. Berarti sayap serangga dalam ordo ini setengah tebal dan setengahnya lagi tipis sayap seperti ini biasa disebut hemelytra, mulutnya berbentuk alat penusuk atau penghisap, ordo ini dibagi menjadi dua subordo yaitu cryptocerata dan gymnocerata. Yang termasuk heteroptera biasanya serangga yang pasangan sayap mukanya pada bagian dasarnya menebal dan bagian ujungnya tipis seperti membran. Contoh serangga yang masuk dalam ordo ini adalah kepik-kepikan, kalajengking air dan kutu busuk. (Rioardi, 2009).



3. Ordo Homoptera atau bangsa wereng dan kutu Homotera berasal dari kata homo (homo) dan ptera (sayap). Serangga ini ada yang bersayap ada pula yang tidak bersayap. Sayap depan lebih besar dan panjang daripada sayap belakang, sayap ada yang tipis dan ada yang tertutupi tepung seperti pada kutu putih. Ordo serangga ini mempunyai sayap dua pasang dan tersusun layaknya genteng ketika sedang beristirahat. Alat mulut pada ordo ini mirip pada ordo



hemiptera Cuma berbeda pada, tetapi mempunyai rostum yang pendek dan berpangkal pada bagian belakang dari bagian bawah kepala. Mempunyai antenna yang bervariasi mulai dari yang berbentuk benang sampai ada yang kaku seperti rambut. Alat mulut menusuk-mengisap. Metamorphosis paurometabola. Serangga yang masuk dalam ordo ini adalah kutu putih, aphids,tonggeret, wereng dan lain-lain. (Rioandi, 2009) 4. Ordo Isoptera Isoptera berasal dari kata iso (sama) dan ptera ( sayap) . Serangga ini berukuran kecil, bertubuh lunak dan biasanya berwarna coklat pucat. Antenna pendek dan berbentuk seperti benang atau seperti rangkaian manic. Sersi biasanya pendek. Serangga dewasa ada yang bersayap dan ada yang tidak bersayap. (anonim, 2010)



5. Ordo Mecoptera Merupakan serangga-serangga bertubuh langsing, berukuran sedang dengan kepala memanjang kebawah sebagai suatu proboscis atau rostrum, anggota ordo ini memilik empat sayap panjang sayap belakang dan depan memiliki bentuk dan ukuran yang sama. Larva dan imago kebanyakan bersifat predator dengan tarsus laptatorial (anonim, 2010)



6. Ordo Coleoptera Kata coleoptera berasal dari bahasa yunani kuno, yaitu coleos yang berarti pelindung dan ptera yang berarti sayap. Serangga ini dinamakan demikian karena sayap luarnya mengeras seperti seludang sedangkan sayap di dalam yang tertutup tipis seperti membran. Mulut pada tipe serangga ini adalah menggigit dan mengunyah. Makanan imago dan larvanya berbeda, umumnya serangga dewasa memakan hewan dan tanaman yang masih hidup maupun yang sudah mati sedangkan larvanya memakan kompos batang dan akar pohon. Orod ini berkembang biak dengan cara holometabola atau sempurna. Dari seluruh kelas anggota serangga 40%nya merupakan ordo coleopteran yang terdiri dari 250 spesies lebih. Dalam ordo ini banyak yang bertindak sebagai hama dan ada juga yang menjadi predator larva hama. Beberapa family dari ordo ini adalah dynastidae, melolonthidae, rutelidae, lampyridae, coccinellidae,



curculionidae, histeridae, cerambycidae dan scolytidae. Contoh serangga jenis ini adalah kumbang-kumbangan seperti kumbang kelapa, kumbang jagung, ladybug, dan lain-lain. (Rioardi 2009)



7. Ordo Lepidoptera atau bangsa kupu/ngengat Dalam ordo ini hanya stadium larva saja yang bersifat hama karena memakan tumbuh-tumbuhan sehingga merupakan hama yang serius bagi tanaman budidaya namun beberapa diantaranya ada yang bersifat predator serangga dewasa umumnya bersifat sebagai pengisap madu, sayap terdiri dari dua pasang yang bersifat membranus dan ditutupi oleh sisik yang berwarna-warni (Rioardi, 2010).



8. Ordo Diptera atau bangsa lalat Kata diptera berasal dari kata yunani yaitu di (dua) dan ptera (sayap). Karena serangga yang termasuk dalam ordo ini mempunyai sepasang sayap, sebenarnya serangga ini ada yang mempunyai dua pasang sayap yaitu lalat tapi tereduksi menjadi halter yang berfungsi sebagai alat keseimbangan. Larva pada ordo ini disebut belatung (maggot) serta jentik. Belatung berbentuk ulat pendek yang tidak memiliki kaki, kepalanya kecil dan semakin kebelakang akan semakin membesar. Serangga yang masuk dalam ordo ini lalat buah(drosophilidae), lalat buas (asilidae), nyamuk (culicidae) dan lain-lain. (Hety indriani, 2003).



9. Ordo Hymenoptera atau bangsa lebah Kata hymenoptera berasal dari bahasa yunani yaitu uman atau hymen(kulit tipis, membrane,selaput) dan ptera (sayap). Disebut demikian karena sayap serangga ini tipis seperti membrane yang halus, sayap depan lebih besar dari sayap belakang dan sayap dua pasang dan bervena. Ordo ini terdapat beberapa keluarga pemakan tanaman, tetapi sebagian besar merupakan pemakan serangga lain. Hymenoptera terbagi menjadi dua subordo yaitu, chalastogastra dan clistogastra. Contoh serangga dalam ordo ini adalah tabuhan dan lalat gergaji batang gadung.. (Hety indriani, 2003). 2.3 Gejala Serangan Hama



Mengenal kerusakan pada tanaman yang disebabkan oleh berbagai pengganggu akan sangat membantu dalam diagnosis. Diagnosis merupakan proses yang sangat penting. Hasil diagnosis akan menentukan keberhasilan suatu pengelolaan penyakit tanaman. Kegagalan suatu diagnosis akan menyebabkan kegagalan dalam tahap pengendalian. Sebagai contah klasik dikemukakan oleh Fry (1982) pada pertanaman bit gula dipinggiran kota New York terjadi masalah kekerdilan tanaman. Dugaan awal kekerdilan tersebut disebabkan oleh karena kekurangan hara. Namun ternyata aplikasi pemupukan tidak menyelesaikan masalah. Konsultasi dengan ahli penyakit tanaman menyimpulkan bahwa tanaman terserang oleh nematoda Heterodera schachtii. Dengan demikian diagnosis yang baik harus memiliki efektivitas yang tinggi. Disamping itu diagnosis juga harus cepat. Keterlambatan hasil diagnosis karena berbagai hal dapat menyebabkan penyakit sudah berkembang pesat, sehingga hasil tidak dapat diselamatkan. Disamping efektif dan cepat, diagnosis juga harus murah. Biaya diagnosis yang mahal tidak akan terjangkau oleh petani kecil, sehingga mereka enggan pergi ke klinik untuk memeriksakan tanaman. Ganguan merupakan suatu proses interaksi anatara berbagai factor yang mempengaruhi. Hasil proses interaksi tersebut dapat dilihat dengan adanya kerusakan pada tanaman, Karena tanaman yang terganggu oleh pengganggu tertentu sering menunjukkan kerusakan akan tertentu pula. Beberapa jenis hama tidak hanya memakan bagian tubuh tanaman tetapi juga mengeluarkan substansi tertentu yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Beberapa jenis hama yang lain akan meninggalkan bebas aktivitas yang khas. Banyak macam patogen tumbuhan dan tidak sedikit diantaranya yang mempunyai arti ekonomi penting. Setiap macam tanaman dapat diserang oleh banyak macam patogen tumbuhan, begitu pula satu macam patogen ada kemungkinan dapat menyerang sampai berpuluh-puluh tanaman. Sering pula terjadi, bahwa patogen tumbuhan tertentu dapat menyerang satu macam organ tanaman atau ada pula yang menyerang berbagai macam organ tanaman. Sebagai akibat dari reaksi tersebut maka suatu kerusakan tertentu akan tampak pada tanaman. Perkembangan selanjutnya, bagian pathogen atau pathogen itu sendiri dapat menampakkan diri pada permukaan tanaman



inang yang abnormal. Abnormalitas atau perubahan-perubahan yang ditunjukkan oleh tanaman sakit sebagai akibat adanya serangan agensia penyakit-penyakit (pathogen) tersebut disebut gejala, sedangkan pengenal yang ditunjukkan oleh selain reaksi tanaman inang disebut tanda. Contoh tanda penyakit misalnya miselium jamur, spora atau konidi jamur, badan buah jamur, mildew, sklerosium, koloni baketri yang berupa lendir, dan sejenisnya. Parasit yang menyebabkan penyakit pada tanaman pada umumnya membentuk bagian vegetatifnya di dalam jaringan tanaman sehingga tidak tampak dari luar. Tetapi walaupun demikian ia membentuk bagian reproduktifnya pada permukaan tanaman yang diserangnya atau hanya sebagian tampak pada permukaan tersebut. Selan itu sering pula pembentukan propagul dalam bentuk istirahat pada permukaan tanaman. Pada beberapa kasus hampir seluruh bagian dari parasit termasuk, propagul vegetatif dan generatif terdapat pada bagian luar tanaman sehingga dapat dilihat. Dalam hubungan ini untuk penamaan penyakit dapat didasarkan pada struktur patogen yang terlihat: • Mildew Merupakan penyakit tanaman dimana patogen terlihat sebagai pertumbuhan pada permukaan luar dari bagian tanaman yang terserang. Biasanya tampak dalam bentuk yang berwarna keputih-putihan pada daun, cabang atau buahnya. • Downy Mildew Merupakan pertumbuhan yang ditandai dengan lapisan seperti bulu-bulu kapas. • Powdery Mildew Merupakan bentuk yang terdapat pada permukaan tanaman yang tampak sebagai lapisan pupur. • Karat



Gejala pada permukaan tanaman seperti karat. Hal ini karena adanya kumpulan spora yang keluar dari stomata dengan warna seperti karat (merah kecoklat-coklatan). • Smut (Gosong) Gejala ini menyerupai tepung berwarna kehitam-hitaman dan terdapat pada organ perbungaan, batang, daun dan sebagainya. • Kudis Patogen (tubuh buah) yang muncul pada permukaan bagian yang terserang berbentuk agak kasar seperti kudis. • Cacar Bagian tanaman biasanya daun muda yang terserang mengelupuh (seperti cacar) dan pada bagian yang menonjol terbentuk lapisaan tubuh buah. • Bercak ter (Tarspot) Bagian yarig terserang agak menonjol dan berwarna hitam. Bagian yang hitam tersebut terdiri dari tubuh buah cendawan. Perubahan yang ditunjukkan suatu penyakit dapat hanya setempat atau menyeluruh. Abnormalitas yang timbul hanya setempat atau hanya terbatas pada daerah tertentu saja di bagian tubuh tanaman disebut abnormalitas lesional atau local, sedangkan abnormalitas yang timbul pada seluruh tubuh tanaman disebut abnormalitas sistemik. Abnormalitas yang tampak sebenarnya disebabkan oleh adanya perubahan sel-sel bagian tanaman yang bersangkutan.



2.4 Perkembangbiakan Serangga



Sebagian besar serangga mempunyai jenis kelamin yang terpisah dengan system reproduksi kompleks. Pada jantan sperma berkembang dalam sepasang testis dan dialirkan sepanjang duktus (saluran) yang melilit-lilit menuju dua vesikula seminalis, tempat sperma akan disimpan. Selama perkawinan sperma diejakulasi ke system reproduksi betina. Pada betina telur berkembang dalam sepasang ovarium dan dialirkan melalui duktus ke vagina, dimana fertilisasi terjadi. Pada banyak spesies sistem reproduksi melipiti spermateka yaitu sebuah kantong tempat sperma disimpan didalamnya selama satu tahun atau lebih.(Campbell.2002:156) Semua makhluk hidup mempunyai kemampuan untuk menghasilkan organisme baru yang sama dengan dirinya, ini berkaitan dengan reproduksi. Pertumbuhan serangga setelah embrio terdiri atas serangkaian tahapan, dimana serangga mengalami perubahan bentuk dari larva kebentuk dewasa atau imago. Proses yang melibatkan pertumbuhan mengalami serangkaian ganti kulit dan perubahan bentuk dimana ciriciri larva hilang dan muncul ciri dewasa. Seperti pada anthropoda lain, pertumbuhan serangga merupakan serangkaian dari tahap eksdisis (ganti kulit). Disini rangka luar (eksoskeleton) yang kaku tidak dapat merentang, secra periodik dilepaskan dan diganti dengan rangka luar baru yang lebih besar. Banyak serangga yang mengalami metamorfosis dsisni terdapat sederetan tahap juvenile yang masing-masing memerlukan pembentukan rangka luar baru. Pada beberapa ordo yang lain bentuk dewasa dipisah dari tahap larva oleh bentuk pupa (Kepompong) dan perubahan menjadi bentuk dewasa berlangsung secara tibatiba.(Soewolo.1997:376) Perkembang biakan serangga umumnya secra perkawinan aseksual yang berarti sel telur mengalami perkembangan jika bertemu dengan sperma dari yang jantan. Pada umunya serangga betina bertelur dan serangga tersebut disebut ovipar. Ada juga serangga yang berkembang biak tanpa pembuahan, perkembangan tersebut disebut



parthenogenesis, sedangkan perkembang biakan dari satu sel telur menjadi banyak embrio disebut polyembriani. Bila perkembangbiakan serangga yakni serangga pradewasa yang memperoleh makanan dalam tubuh induknya dan keluar dari tubuh induknya tersebut disebut vivivar. Bila telur menetas dalam tubuh induk dan dilahirkan disebut dengan ovovivivar. Bentuk dan ukuran telur serangga bermacam-macam. Banyak serangga bergani bentuk selama perkembangan pasca embrio, dan instar-instrar yang berbeda tidak semuanya serupa. Perubahan ini disebut metamorfosis. Beberapa serangga mengalami sedikit perubahan bentuk, dan yang muda dan dewasa sangat mirip kecuali mengenai ukuran. Ada tiga tipe metamorfosis pada serangga a) Tidak ada metemorfosis b) metemorfosis sederhana c) metamorfosisi sempurna.(Parto.1992:45) Perkembangan dari setipa serangga terdiri atas tiga tahap utama embrio, masa belum dewasa, dan masa dewasa. Serangga makan dan tumbuh menyusul penetasan, berganti



kulit



beberapa



tercapai.(Sunarjo.P.I.1990:147)



waktu



sampai



tingkat



reproduksi



dewasa



2.5 Pengenalan Penyakit Tumbuhan Secara sederhana penyakit tumbuhan dapatlah diberibatasan sebagai kerusakan proses fisiologi, yang disebabkan oleh rangsangan yang terus menerus dari penyebab utama, melalui terhambatnya akitifitas seluler, dan diekspresikan dalm bentuk karakter patologi yang khas yang disebut symptom atau gejala (Satrahidayat, 2011) Pengertian secara umum dari penyakit tumbuhan adalah suatu perubahan atau penyimpangan



dari



rangkaian



proses



fisiologi



penggunaan



energi



yang



mengakibatkan hilangnya koordinasi fisiologi di dalam tubuh tumbuhan, termasuk gangguan aktivitas seluler yang ditunjukan oleh perubahan morfologi dan menimbulkankerusakan.(Bambang,2006)



Karakteristik a. Jamur Jamur adalah organisme yang sel-selnya berinti sejati (eukariotik) biasanya berbentuk benang, bercabang-cabang, tidak berklorofil, dinding selnya mengandung kitin, selulosa atau keduanya. Jamur adalah organism heterotrof, absortif dan membentuk beberapa macam spora. Berdasarkan jumlah sel per individunya,jamur dibedakan menjadi dua golongan yakni jamur dengan satu sel atau khamir (yeast) dan jamur beneng atau hanya disebut jamur saja. Bagian vegetative parasit biasanya berupa benangbenang disebut hifa dan kumpulan dari hifa disebut miselium. Miselium kebanyakan jamur adalah hialin (tidak berwarna). Jika berwarna, maka ini mempunyai pigmen yang menyebabkan warna kelam mirip dengan melanin yang kebanyakan terikat pada dinding sel. Hifa yang membentuk konidium atau yang melindungi alat-alat perkembangbiakan kebanyakan berwarna kelam. Klasifikasi Jamur : -



Zygomycota Zygomycota



adalah



jamur



yang



disebut



demikian



karena



reproduksinya menghasilkan zigot. Cirinya adalah sebagai berikut: 1. Hifanya tidak bersekat



2. Intinya haploid 3. Berbentuk benang hifa yang umumnya bersekat 4. Multiseluler 5. Bersifat senositik



-



Ascomycota Ascomycota



diberi



nama



demikian



karena



ia



bereproduksi



menggunakan askus sebagai alatnya. Jenis ini memiliki paling banyak jenis dibandingkan yang lainnya dan banyak dipakai di industry makanan. Cirinya adalah sebagai berikut: 1. Hifa bersekat dan senositik 2. Bersifat saprofit, parasit, atau bersimbiosis 3. Alat reproduksi disebut askus 4. Uniseluler dan multiseluler



-



Basidiomycota Basidiomycota adalah jamur yang disebut demikian karena memiliki alat reproduksi yang disebut basidiokarp. Cirinya adalah sebagai berikut: 1. Hifa bersekat 2. Bersifat saprofit atau parasit 3. Dapat berbentuk lembaran atau bertudung 4. Tubuh buahnya disebut basidiokarp dengan tudungnya yang disebut basidium, yang mengandung basidiospora.



-



Deuteromycota Deuteromycota adalah jamur yang disebut fungi imperfecti (jamur tidak sempurna) karena tidak diketahui reproduksi seksualnya. Jamur ini multiseluler dengan hifa bersekat dan bereproduksi vegetatif dengan konidiospora. Hidup jamur ini bersifat saprofit atau parasit.



b. Bakteri Bakteri merupakan mikroorganisme prokariotik bersel tunggal, tidak berklorofil, dan berkembang biak dengan cara membelah diri. Sebenarnya bakteri termasuk tanaman tetapi tidak berklorofil, tidak berplastida, dan bersel satu berukuran



kurang



lebih



0.0003-0.025



milimikron,



dengan



kemampuan



berkembangbiak yang sangat tinggi. Bentuknya bermacam-macam ada yang bulat berupa kokus, diplokokus, streptokokus, tetrakokus dan stafilokokus. Batang berupa basilus, diplobasilus, dan streptobasilus, bulat panjang, koma dan spiral. Kulitnya lunak terdiri dari selulosa dan kitin seperti tanaman. Pada bakteri yang menimbulkan kerusakan pada benda-benda hidup dinamakan pathogen atau penyebab sakit. Bakteri pathogen umumnya hanya hidup dalam bentuk sel tubuhnya yang dapat masuk kedalam tubuh tanaman melalui luka-luka. Untuk bakteri yang memanfaatkan benda mati disebut bakteri saprofit yang bias mengeluarkan racun agar bias mengurangi benda tersebut menjadi humus, dan dimanfaatkan oleh tanaman hidup. Adapun bakteri yang kerjasama (simbiose) dengan tanaman adalah bakteri rhizobium yang membentuk bintil-bintil akar. c. Virus Virus merupakan kesatuan ultramikroskopik yang hanya mengandung satu atau dua bentuk asam nukleat yang dibungkus oleh senyawa protein kompleks. Asam nukleat dan protein disintesis oleh sel inang yang sesuai dengan memanfaatkan mekanisme sintesis dari sel-sel inang untuk menghasilkan substansi viral (asam nukleat dan protein). Virus merupakan agen penyebab penyakit yang sangat kecil sehingga hanya dapat dilihat dengan mikroskop electron. Hasil pengamatan mikroskop electron, virus dapat dibedakan menjadi 3 bentuk yaitu berbentuk batang kecil, benang dan bola. Virus hanya dapat bertambah banyak dalam sel yang hidup. Oleh karena hal tersebut maka virus dapat dimasukkan sebagai parasit yang biotrof.



d. Nematoda



Tanaman-parasit nematoda dibedakan oleh ukurannya yang kecil, sekitar 1 mm panjang rata-rata, dan mulut yang dimodifikasi untuk membentuk berongga stilet yang dimasukkan ke dalam sel tanaman. Semua parasit tanaman yang ditempatkan ke dalam dua perintah, Tylenchida dan Dorylaimida. (Purwantisari, 2008)



Faktor Biotik dan Abiotik Penyebab penyakit digolongkan menjadi dua besar yaitu penyakit yang bersifat abiotik dan yang bersifat biotik. 



Faktor Abiotik Sering disebut penyakit fisiologis atau non infektif disebabkan oleh : -



Keadaan tanah (kelembaban, struktur, reaksi tanah, kahat oksigen, kahat unsure hara, toksisitas pestisida).



-



Keadaan cuaca (suhu tinggi atau rendah, kekurangan atau kelebihan cahaya, angin hujan)



-



Kerusakan (kultur teknis yang salah)



-



Polutan udara, polutan tanah, suhu yang ekstrim, kelembaban yang ekstrim, oksigen dan cahaya yang berlebihan atau berkekurangan, unsure hara yang tidak tepat dosis.







Faktor Biotik Sering disebabkan penyakit infektif. Penyebab yang bersifat biotic disebut juga “pathogen” yang berasal dari bahasa latin “pathos” yang berarti sakit dan “gene” yang berarti penyandi sifat. Disebabkan oleh pathogen berupa: Jamur, baktei, mikoplasma, virus, viroid, nematode, protozoa, tanaman tingkat tinggi (Satrahidayat, 2011)



2.7 Gulma



Pengertian Gulma Gulma atau sering juga disebut „tumbuhan pengganggu‟ selalu dikendalikan oleh petani atau pekebun karena mengganggu kepentingan petani/pekebuntersebut. Gulma mengganggu karena bersaing dengan tanaman utamaterhadap kebutuhan sumberdaya (resources) yang sama yaitu unsur hara, air, cahaya, dan ruang tumbuh. Sebagai akibat dari persaingan tersebut,produksi tanaman menjadi tidak optimal atau dengan kata lain adakehilangan hasil dari potensi hasil yang dimiliki tanaman. Kehilangan hasil tanaman sangat bervariasi, dipengaruhi oleh sejumlah faktor, antara lain kemampuan tanaman berkompetisi (beda jenis/kultivar berbeda kemampuan bersaing), jenis-jenis gulma, umur tanaman dan umur gulma, teknik budidaya, dan durasi mereka berkompetisi. Kehilangantersebut terbagi dua kategori, langsung dan tidak langsung.Gulmaberpengaruh langsung terhadap tanaman utama dengan adanya kompetisiterhadap nutrient, air, dan cahaya. (Edison Purba, 2009) Gulma adalah tumbuhan yang keberadaannya dapat menimbulkan gangguan dan kerusakan bagi tanaman budidaya maupun aktivitas manusia dalam mengelola usahataninya (Kastono, 2004). Gulma yang selalu tumbuh di sekitar pertanaman (crop) mengakibatkan penurunan



laju



pertumbuhan



serta



hasil



akhir.Adanya



gulma



tersebut



membahayakan bagi kelangsungan pertumbuhan dan menghalangi tercapainya sasaran produksi pertanaman pada umumnya.Usaha manusia dalam mengatasi hal tersebut dapat berupa pemberantasan atau pengendalian, tergantung pada keadaan tanaman, tujuam bertanam, dan biaya.Budidaya pada tanaman dan pengelolaan masih merupakan usaha yang cukup memadai dalam pertanian.Dengan ditemukannya herbisida, peristiwa peracunan dan dosis dalam derajad pengendalian masih perlu dipertimbangkan, demikan pula tentang selektivitas “mode of action” dan efek residu.Pemberantasan gulma dilaksanakan bila gulma itu benar-benar “jahat”, tumbuh di suatu tempat tertentu dalam lintasan yang cukup sempit dan dapat membahayakan lingkungan.Dengan demikian tujuan



pemberantasan gulma semata-mata untuk membasmi tumbuhnya tumbuhan itu selengkapnya. Adapun pengendalian dilaksanakan, bila gulma tumbuh pada area tertentu disekitar pertanaman, dan tidak seluruh waktu tumbuh gulma akan mempengaruhi pertumbuhan pertanaman seluruhnya. Hanya pada saat-saat tertentu (saat periode kritis)



saja



gulma



pemberantasan



dan



tersebut



harus



pengendalian



diberantas.Dengan



gulma



berbeda.



demikian



tujuan



Pengendalian



gulma



dilaksanakanpada saat tertentu, yang bila tak diberantas pada saat itu akan benarbenar menurunkan hasil akhir pertanaman. Pengendalian terhadap gulma yang berkembang luas dan sulit untuk dibasmi secara menyeluruh, bila dikerjakan akan memakan biaya cukup mahal dan hasil pertanaman secara ekonomis tidak memadai. Pengendalian gulma hendaknya dilaksanakan jika kita telah memiliki pengetahuan tentang gulma itu. Bagaimana gulma itu dibiakan, disebarkan, bagaimana bereaksi dengan perubahan lingkungan, dan bagaimana dapat beradaptasi dengan lingkungan tersebut, ataupun bagaiman tanggapnya terhadap perlakuan zat kimia, serta panjang siklus hidupnya, seperti annual, biennial, dan perennial. Namun panjang siklus



hidup



ini



beragam



dengan



beda



iklim.



Penggolongan Gulma a. Berdasarkan morfologinya gulma dapat dibedakan menjadi : 1. Golongan Rerumputan (Gulma Berdaun Sempit/ Grasses) Golongan rerumputan mencakup jenis gulma yang termasuk dalam famili gramineae. Selain merupakan komponen terbesar dari seluruh populasi gulma, famili ini mempunyai daya adaptasi yang cukup tinggi, distribusi amat luas dan mampu tumbuh baik pada lahan kering maupun tergenang. Contoh: Alang-alang, rumput pahit, jampang pahit, kakawatan, gerinting, jejagoan, glagah, jejahean dan bebontengan. 2. Golongan Teki (Sedges) Golongan teki meliputi semua jenis gulma yang termasuk kedalam famili Cyperaceae. Golongan teki terdiri dari 4000 spesies, lebih



menyukai air kecuali Cyperus rotundus L. Contoh: rumput teki, walingi, rumput sendayan, jekeng, rumput 3 segi, dan rumput knop



3. Golongan Berdaun Lebar (Broadleaf Weeds). Golongan gulma berdaun lebar meliputi semua jenis gulma selain famili gramineae dan Cyperaceae. Golongan gulma berdaun lebar biasanya



terdiri



dari



famili



paku-pakuan



(pteridophyta)



dan



dicotyledoneae. Contoh: Bayam duri, kremek, jengger ayam, kayu apu, wedusan, sembung dan meniran.



b. Berdasarkan umurnya gulma dikelompokkan menjadi : 1. Gulma tahunan (Perennial weed), gulma yang dapat hidup lebih dari dua tahun. Contoh: Imperata cylindrical 2. Gulma semusim (Annual weed), gulma yang akan mati setelah menghabiskan satu siklusdaur hidupnya. Contoh: Lactuca Canadensis 3. Gulma daun semisim (Bi-annual weed), gulma yang hanya tumbuh di daerah subtropika pada dua musim. Contoh: Ageratum conyzoides



c. Berdasarkan habitatnya gulma dikelompokkan menjadi: 1. Gulma darat (Terestrial weed), contoh: Amaranthus spinosus 2. Gulma air (Aquatic weed), contoh: Salvinia sp, Sagitaria sp Gulma yang menumpang pada tumbuhan lain (Aereal weeds), contoh: Cuscuta sp.



2.7 Pestisida



Hasil pertanian di Indonesia semakin meningkat dengan menggunakan pestisida, Petani menjadi senang dengan melihat hasil tanam yang melimpah serta tidak rusak diganggu dengan hama dan gulma. Penggunaan pestisida sudah sangat meluas, berkaitan dengan dampak positifnya, yaitu meningkatnya produksi pertanian dan menurunnya penyakit-penyakit yang penularannya melalui perantaraan makanan (foodborne diseases) atau pun vektor (vector-borne diseases). (Weiss et al 2004). Pestisida berasal dari kata pest, yang berarti hama dan cida, yang berarti pembunuh, jadi pestisida adalah substansi kimia digunakan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai hama. Secara luas pestisida diartikan sebagai suatu zat yang dapat bersifat racun, menghambat pertumbuhan/perkembangan, tingkah laku, perkembangbiakan, kesehatan, pengaruh hormon, penghambat makanan, membuat mandul, sebagai pengikat, penolak dan aktivitas lainnya yang mempengaruhi OPT. Jenis-Jenis pestisida Menurut peraturan pemerintah RI No. 7 Tahun 1973, yang dimaksud dengan Pestisida ialah Semua zat kimia dan bahan-bahan lain serta zasad-zasad renik dan virus yang digunakan untuk: • Memberantas atau mencegah hama dan penyakit yang merusak tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil pertanian. • Memberantas rerumputan • Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tak diinginkan. • Mencegah hama-hama air. • Membrantas atau mencegah binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Berikut ini jenis-jenis pestisida yg umum berdasarkan kegunaanya.



1.Insektisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas serangga seperti belalang, kepik, wereng, dan ulat. Insektisida juga digunakan untuk memberantas serangga di rumah, perkantoran atau gudang, seperti nyamuk, kutu busuk, rayap, dan semut. Contoh : basudin, basminon, tiodan, diklorovinil dimetil fosfat, diazinon,dll.



2.Fungisida adalah pestisida untuk memberantas/mencegah pertumbuhan jamur/ cendawan seperti bercak daun, karat daun, busuk daun, dan cacar daun. Contoh : tembaga oksiklorida, tembaga (I) oksida, carbendazim, organomerkuri, dan natrium dikromat.



3.Bakterisida adalah pestisida untuk memberantas bakteri atau virus. Salahsatu contoh bakterisida adalah tetramycin yang digunakan untuk membunuh virus CVPD yang meyerang tanaman jeruk. Umumnya bakteri yang telah menyerang suatu tanaman sukar diberantas. Pemberian obat biasanya segera diberikan kepada tanaman lainnya yang masih sehat sesuai dengan dosis tertentu.



4.Rodentisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas hama tanaman berupa hewan pengerat seperti tikus. Lazimnya diberikan sebagai umpan yang sebelumnya dicampur dengan beras atau jagung. Hanya penggunaannya harus hati-hati, karena dapat mematikan juga hewan ternak yang memakannya. Contohnya : Warangan.



5.Nematisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas hama tanaman berupa nematoda (cacing). Hama jenis ini biasanya menyerang bagian akar dan umbi tanaman. Nematisida biasanya digunakan pada perkebunan kopi atau lada. Nematisida bersifat dapat meracuni tanaman, jadi penggunaannya 3 minggu sebelum musim tanam. Selain memberantas nematoda, obat ini juga dapat memberantas serangga dan jamur. Dipasaran dikenal dengan nama DD, Vapam, dan Dazomet.



6.Herbisida adalah pestisida yang digunakan untuk membasmi tanaman pengganggu (gulma) seperti alang-alang, rerumputan, eceng gondok, dll. Contoh ammonium sulfonat dan pentaklorofenol. Dengan melihat bentuk fisiknya, pestisida digolongka kedalam beberapa bentuk : 1. Tepung hembus 2. Tepung semprot ( Wetable Powder) 3. Minyak 4. Aerosol 5. Rook patroner



Dari segi struktur kimianya, pestisida dibagi atas : 1 . Orgahochlorine Pestisida jenis ini mengandung unsur-unsur Carbon, Hidrogen, dan Chlorine. Misal : DDT 2 . Orgahoposphate Pestisida yang mengandung unsur : P, C, H misal : tetra ethyl phyro posphate (TEPP ) 3. Carbonate Pestisida yang mengandung gugus Carbonate. Misal : Baygon, Sevin dan Isolan. 4. Lain-Lain Diluar ketiga jenis diatas, pestisida ini mengandung senyawa organik, serychin, senyawa sulphur organik dan dinytrophenol.



Cara yang paling baik untuk mencegah pencemaran pestisida adalah dengan tidak menggunakan pestisida sebagai pemberantas hama. Mengingat akibat sampingan yang terlalu berat atau bahkan menyebabkan rusaknya lingkungan dan merosotnya hasil panen, penggunaan pestisida mulai dikurangi. Cara-cara yang dapat ditempuh untuk mencegah atau mengurangi serangga hama antara lain: • pengaturan jenis tanaman dan waktu tanam, • memilih varietas yang tahan lama, • memanfaatkan musuh-musuh alami serangga, • penggunaan hormon serangga, • pemanfaatan daya tarik seks pada serangga • sterilisasi.



2.8 Pengendalian OPT



OPT adalah usaha untuk menekan populasi OPT di lapangan sehingga tidak menimbulkan kerugian pada tanaman yang dibudidayakan. 1.



Pengendalian Hama



a.



Kultur Teknis



Pengendalian hama secara bercocok tanam atau pengendalian agronomic bertujuan untuk mengelola lingkungan tanaman sedemikian rupa sehingga lingkungan tersebut menjadi kurang cocok bagi kehidupan dan pembiakan hama sehingga dapat mengurangi laju peningkatan populasi dan peningkatan kerusakan tanaman. Kecuali itu pengelolaan lingkungan tanaman melalui teknik bercocok tanam ini juga ditujukan agar lingkungan tersebut dapat mendorong berfungsinya musuh alami secara efektif. b.



Penggunaan Varietas Tahan



Pengendalian hama dengan cara menanam tanaman yang tahan terhadap serangan hama telah lama dilakukan dan merupakan cara pengendalian yang efektif, murah dan tidak berbahaya bagi lingkungan. Penggunaan varietas tahan hama akhir-akhir ini berhasil mengendalikan hama wereng coklat padi. c.



Menggunakan UU/ Karantina



Membatasi pemasukan atau pengeluaran suatu tanaman ke suatu tempat dengan tujuan untuk agar hama tersebut tidak masuk pada suatu daerah yang tidak ada hama. d.



Fisik dan Mekanik



Pengendalian fisik dan mekanik merupakan tindakan yang kita lakukan dengan tujuan secara langsung dan tidak langsung mematikan hama, mengganggu aktivitas fisiologi hama yang normal dengan cara lain di luar pestisida dan mengubah lingkungan sedemikian rupa sehingga lingkungan menjadi kurang sesuai bagi kehidupan hama. Perbedaan pengendalian fisik dan mekanik tindakan mengubah lingkungan memang ditujukan khusus untuk mematikan atau menghambat kehidupan hama, dan bukan merupakan bagian dari praktek budidaya atau bercocok tanam yang umum seperti pengendalian secara bercocok tanam. e.



Pengendalian Hayati



Berbeda dengan pendekatan pengendalian hama yang konvensional PHT lebih mengutamakan berjalannya pengendalian hama yang dilakukan oleh berbagai musuh alami hama. Dalam keadaan seimbang musuh alami selalu berhasil mengendalikan populasi hama sehingga tetap berada di bawah aras ekonomik. Dengan memberikan kesempatan sepenuh-penuhnya kepada musuh alami untuk bekerja berarti menekan sedikit mungkin penggunaan pestisida. Pestisida sendiri secara langsung dan tidak langsung dapat merugikan perkembangan populasi



musuh alami. Pengendalian hayati pada dasarnya adalah pemanfaatan dan penggunaan musuh alami untuk mengendalikan populasi hama yang merugikan. f.



Pengendalian Kimiawi



Pengendalian kimiawi yang dimaksudkan di sini adalah penggunaan pestisida untuk mengendalikan hama agar hama tidak menimbulkan kerusakan bagi tanaman yang diusahakan. Meskipun pestisida memiliki banyak keuntungan seperti cepat menurunkan populasi hama, mudah penggunaannya dan secara ekonomik menguntungkan namun dampak negatif penggunaannya semakin lama semakin dirasakan oleh masyarakat. Dampak negatif pestisida yang merugikan kesehatan masyarakat dan kelestarian lingkungan hidup semakin lama semakin menonjol dan perlu memperoleh perhatian sungguh-sungguh dari masyarakat dan pemerintah. 2.



Pengendalian Penyakit



a.



Perundang-undangan/ karantina



-



Eradikasi



Dilakukan dengan cara memusnahkan tanaman yang terserang sehingga tidak menimbulkan kerugian dalam jumlah luas (UU No. 12 Tahun 1992) -



Karantina



b.



Kultivar tahan



Dengan cara menghasilkan tanaman yang tahan terhadap penyakit ( melakukan rekayasa pada tanaman tersebut). Contoh kapas transgenic. c.



Cultural



-



Pengolahan tanah atau menggunakan tanha yang steril



-



Penggunaan benih yang sehat



d.



Agens Hayati



Dengan cara memanfaatkan mikroorganisme untuk mengendalikan pathogen. e.



Kimia



Dengan menggunakan pestisida.



f.



Fisik dan Mekanik



Misalnya saja dengan pemangkasan pada tanaman yang sakit.