Laporan Dinamika Populasi Dan Pendugaan Stok [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB 1. PENDAHULUAN



1.1.Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki lebih kurang 17.000 buah pulau dengan luas daratan 1.922.570 km 2 dan luas perairan 3.257.483 km2. Indonesia sebagai salah satu wilayah kepulauan yang letak geografisnya cukup strategis untuk pengembangan perikanan guna kepentingan



kesejahteraan



rakyat



Indonesia



maupun



masyarakat



dunia.



Berdasarkan letak geografisnya, kepulauan Indonesia berada di antara Benua Asia dan Benua Australia, serta di antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Dengan demikian, wilayah Indonesia berada pada posisi silang, yang mempunyai arti penting dalam kaitannya dengan iklim dan perekonomian. Sedangkan letak astronomis Indonesia terletak di antara 6oLU – 11oLS dan 95oBT – 141oBT. Dari letak astronomis dan geografis Indonesia memiliki pengaruh besar pada bidang perekonomian dan perikanan.



Hal ini bisa kita lihat dari tingginya



keanekaragaman biota laut di Indonesia, tetapi saat ini sudah sangat berbeda dengan dahulu. Perikanan merupakan salah satu sektor yang memiliki peran dalam perekonomian global maupun lokal. Namun, permasalahan terus bermunculan seiring dengan berkembangnya pembangunan. Jumlah penduduk dunia yang meningkat juga menjadi faktor pemicu permasalahan dalam sektor ini. Permasalahan dari sisi regulasi dan infrastruktur pun tidak jarang terkesan sukar untuk ditanggulangi. Pada dasarnya tidak ada pihak yang disalahkan, karena kerjasama adalah kunci dalam meredam bahkan menjadi solusi yang tepat. Kerjasama terdapat pada semua pihak, baik yang terkait langsung maupun tidak langsung terhadap keberlanjutan perikanan suatu wilayah, maupun kerjasama intra sektor maupun antar sektor dalam suatu wilayah. Kabupaten Tanah Bumbu memiliki luas sebesar 5.066,96 km2 (506.696 ha) atau 13,50 % dari total luas Provinsi Kalimantan Selatan, yang merupakan salah satu wilayah berpotensi dalam melakukan pengembangan usaha bidang perikanan karena Tanah Bumbu memiliki pesisir dengan panjang 158,7 km. Potensi kelautan dan usaha sektor perikanan ini sangat menjanjikan apabila masyarakat mampu



1



mengembangkan usaha tersebut dan menambah pengetahuan baru agar taraf ekonominya dapat meningkat. Demi mewujudkan masyarakat yang madani di bidang perikanan, pemerintah setempat menargetkan hasil tangkapan para nelayan harus meningkat dari yang sekarang sekitar 550 ton menjadi 700 ton per bulan. 1.2. Tujuan dan Kegunaan Praktikum Tujuan dari pengambilan data ini ialah untuk : a. Mengaplikasikan Model Schaefer terhadap hasil tangkapan (catch), upaya penangkapan (effort) dan hasil tangkapan per upaya tangkapan (CPUE) di Desa Bunati. b. Mengetahui tingkat pengupayaan alat tangkap dan tingkat pemanfaatan ikan di Desa Bunati 1.3. Ruang Lingkup 1.3.1. Ruang Lingkup Lokasi Ruang lingkup lokasi pengambilan data dinamika populasi dan stok dilakukan di pesisir Desa Bunati terutama dirumah-rumah para nelayan. 1.3.2. Ruang Lingkup Materi Ruang lingkup materi dinamika populasi dan stok ini meliputi: a. b. c. d.



Produksi Upaya penangkapan MSY dan effort spt. Tingkat pemanfaatan dan tingkat pengupayaan



BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Terminologi Populasi/Stok



2



2.1.1. Pengertian populasi Menurut



Mallawa



(2006)



sekelompok



organisme



perairan



dapat



dikategorikan sebagai suatu populasi dengan indikator sebagai berikut :      



terdiri dari banyak (n) individu, terdiri dari beberapa (m) kelahiran atau beberapa kelompok umur, individu-individu dalam kelompok berasal dari satu spesies, individu-individu tersebut menempati suatu perairan sebagai habitat, panjang atau berat individu dalam suatu kelahiran atau kelompok umur mengikuti pola distribusi normal,



2.1.2. Pengertian stok Konsep dasar dalam mendeskripsikan dinamika suatu sumberdayaperairan yang dimanfaatkan adalah “stok”. Menurut Cushing (1968)mendefinisikan stok, a fish stock as one that has a single spawningground to which the adults return year after year (sebagai sesuatu yangmemiliki daerah pemijahan tunggal di mana hewan



dewasanya



akankembali



dari



tahun



ke



tahun).



Larkin



(1972)



mendefinisikan stok, a stockas a population of organism which, sharing a common gene pool, issufficiently discrete to warrant consideration as a selfperpetuating systemwhich can be managed (sebagi suatu populasi organisme yang memilikikumpulan



gen



yang



sama,



cukup



terpisah



yang



menjamin



pertimbangansebagai suatu sistim mandiri yang kekal yang dapat dikelola). Ihssen et.al. (1981) mendefinisikan stok, a stock as an intraspecific group ofrandomly mating individuals with temporal or spatial integrity (sebagaisuatu kelompok interspecific dari individu-individu yang berhubungansecara acak dalam keatuan menyeluruh menurut waktu dan ruang). Ricker (1975) mendifinisikan stok sebagai bagian dari suatu populasi ikanyang berada di bawah pertimbangan pandangan dalam pemanfaatannya baik secara aktual maupun potensial, sedang Gulland (1983) yangmemberikan definisi stok berdasarkan pertimbangan pengelolaan danpemanfaatan sumberdaya perairan, yaitu bahwa suatu subkelompok darisuatu spesies dapat diberlakukan sebagai suatu stok jika perbedaan-perbedaan dalam kelompok tersebut dan percampuran dengan kelompoklain mungkin dapat diabaikan tanpa membuat kesimpulan yang tidakabsah. Menurut Sparre dan Venema (1998), a stock mean a group oforganisms of one “species“, having the same “stock parameter” andinhabiting a particular



3



geographical area (stok berarti sekelompok organisme dari satu spesies, memiliki parameter stok yang sama danmendiami suatu area geografis tertentu. Selanjutnya dikatakan stokadalah sub gugus dari suatu spesies yang umumnya dianggap sebagaiunit taxonomi dasar dan sebagai prasyarat untuk identifikasi stok adalahkemampuan membedakan spesies yang ada pada suatu perairan. Kajian stok tak terlepas dari aspek biologi yaitu sumberdaya ikan yang menjadi target penangkapan, aspek sumberdaya yang mendukung keberhasilan operasi penangkapan, aspek teknis seperti alat tangkap, aspek sosial yaitu yang berkaitan dengan tenaga kerja, maupun aspek ekonomi. Aspek biologi memegang peranan penting dalam kajian stok, yakni perubahan (dinamika) yang terjadi pada populasi ikan pedang yang dipengaruhi oleh pertumbuhan dan rekrutmen (pertambahan



stok/biomassa),



serta



mortalitas



alami



dan



penangkapan



(pengurangan stok/biomassa) (Setyadji, 2015). 2.1.3. Pengertian dinamika populasi Population dynamic is the branch of life sciences that studies short andlong-term chnages in the size and age composition of population, and thebiological and environment processes influencing those changes.Population dynamic deals with the way population are affected by birthand death rates, and by immigration and emigration, and studies topicssuch as aging population or population declines.(Turchin, 2003). Pengertian dinamika populasi ialah proses peningkatan (increasing)atau penurunan (decreasing) populasi baik dalam jumlah individu dan ataubiomassa dalam periode waktu tertentu yang diakibatkan oleh masuknyaindividu baru ke dalam populasi (recruitment) sebagai hasil dari prosesreproduksi (kelahiran), berkurangnya individu dalam populasi sebagaiakibat dari kematian (mortality), di mana kematian dapat diakibatkan olehpengambilan oleh manusia, yang dikenal sebagai fishing mortality dankematian oleh faktor alami, yang dikenal sebagai natural mortality. Padapopulasi bermigrasi (migratory populations), faktor immigrasi (masuk) danemigrasi (keluar) individu dari populasi merupakan hal yang menyebabkanperubahan populasi dan penting diperhitungkan dalam melakukanevaluasi dinamikanya suatu populasi (Ricker, 1975).



4



Dinamika populasi adalah konsep batasan identifikasi populasi dan stok serta parameter perubahan yaitu pendugaan pertumbuhan, rekuitmen, mortalitas alami dan penangkapan (Saputra, 2007). 2.1.4. Terminologi populasi Pemberian nama ke suatu populasi dapat didasarkan atas :







Berbasarkan jenis : yellowfin tuna population, white shrimppopulation, red







snapper population, skipjack population dsb. Berdasarkan status pemanfaatannya : non exploited population,exploited







population, under exploited population, over exploitedpopulation. Berdasarkan perairan dan jenis : west pacific bluefin tunapopulation, north







atlantic sardine population, atlantic eel, population, dan sebagainya. Berdasarkan pergerakan : sedentary fish population, higlymigratory fish population dan sebagainya.



2.2. Ruang Lingkup Model Dinamika dan Evaluasi Populasi Ruang lingkup model-model dinamika dan evaluasi populasi yaitu :        



model dinamika dan evaluasi populasi berbasis umur. model dinamika dan evaluasi populasi berbasis panjang. model-model quantitatif evaluasi parameter pertumbuhan populasi. model-model quantitatif evaluasi parameter mortalitas populasi. model-model quantitatif evaluasi parameter rekruitmen populasi. model-model evaluasi populasi/stok ikan pelagis. model-model evaluasi populasi/stok ikan demersal. model-model evaluasi populasi/stok populasi bermigrasi.



2.3. Konsep Dasar Model Dinamika Populasi Konsep dasar dinamika populasi banyak dikemukakan oleh parailmuan biologi perikanan/dinamika populasi antara lain oleh Cushing(1930), Russel’s (1931), Graham (1935), Beverton dan Holt (1957), Gulland (1975), Ricker (1975), Bide (1978), Sparre et. al. (1989), Mallawa(2008), namun yang paling terkenal adalah teori dinamika populasi yangdieksploitasi oleh Russel’s (1931). Aksioma yang diambil oleh Russelialah bahwa berat populasi menjadi stabil apabila dalam periode waktu tertentu, peningkatan berat sama dengan penurunan berat. Selanjutnyadikatakan bahwa faktor utama (primary factors) berkontribusi terhadap keseimbangan populasi ikan, tanpa adanya migrasi, adalah :



5



   



Recruitment dari individu ke dalam fase eksploitasi dari siklus hidupnya, Growth dari individu-individu dalam fase eksploitasi, Capture dari individu dalam fase eksploitasi oleh penangkapan, Natural death dari individu dalam fase eksploitasi. Parameter



recruitment



(A)



dan



growth



(G)



bertanggung



jawab



ataspeningkatan berat, sedang parameter capture (C) dan natural death (M)bertanggung jawab atas penurunan berat populasi, dan perubahanpopulasi dapat dijelaskan dengan persamaan : S2 = S1 + (A + G) – (M + C) di mana, S1 dan S2 repsresentasi dari berat total populasi fase eksploitasipada awal dan akhir pada interval waktu. Teori “fishing” Russel olehCushing (1981) dijabarkan dalam persamaan : P2 = P1 + G + R” – Z’ Di mana:



P2 adalah stok dalam berat pada waktu t2, pada tahun ke 2, P1 adalah stok dalam berat pada waktu t1, pada tahun ke 1, G adalah pertambahan berat oleh pertumbuhan antara t1 &t2, R” adalah pertambahan berat oleh rekruitmen antara t1 &t2 Z’ adalah penurunan berat oleh mortalitas antara t1 &t2



Berdasarkan beberapa uraian tersebut di atas dapat disimpulkanbahwa ada beberapa model dinamikanya populasi yaitu : 



model dinamika populasi biota perairan yang tidak dieksploitasi, dimana hanya faktor kematian alami (M), pertumbuhan (G) dan rekruitmen(R) yang







mempengaruhi dinamikanya suatu populasi. model dinamika populasi biota perairan yang dieksploitasi, di manafaktor mortalitas alami (M), mortalitas penangkapan (F), pertumbuhan (G)dan







rekruitmen (R) yang mempengaruhi dinamikanya suatu populasi. model dinamika populasi yang dieksploitasi dan bermigrasi. Dimana faktor mortalitas alami (M), mortalitas penangkapan (F),pertumbuhan (G), rekruitmen







(R), immigrasi (I) dan emigrasi (E)mempengaruhi dinamikanya suatu populasi. model dinamika populasi tidak dieksploitas dan bermigrasi, dimana faktor mortalitas alami (M), pertumbuhan (G), rekruitmen (R),imigrasi (I) dan emigrasi (E) mempengaruhi dinamikanya suatu populasi



2.4. Analisis Maximum Sustainable Yield (MSY)



6



MSY (Maximum Sustainable Yield) adalah hasil tangkapan terbesar yang dapat dihasilkan dari tahun ke tahun oleh suatu perikanan. Konsep MSY didasarkan pada atas suatu model yang sangat sederhana dari suatu populasi ikan yang dianggap sebagai unit tunggal. Konsep ini dikembangkan dari kurva biologi yang menggambarkan yield sebagai fungsi dari effort dengan suatu nilai maksimu jelas, terutama bentuk parabola dari model Schaefer yang paling sederhana. Keuntungan dari penggunaan MSY adalah bahwa konsep ini didasarkan pada gambaran yang sederhana dan mudah dimengerti atas reaksi suatu stok ikan terhadap penangkapan. MSY ditentukan dengan suatu ukuran isik yang sederhana, yakni berat atau jumlah ikan yang ditangkap, sehingga menghindari perbedaanperbedaan dalam wilayah suatu Negara ataupun antar Negara, dibandingkan dengan kriteria lainnya (misalnya harga hasil tangkapan atau penurunan biaya operasi). Kelemahan dari MSY adalah konsep ini tidak cukup memilikinya tidak dapat dilukiskan dengan gambaran yang demikian sederhana, atau dapat ditentukan dengan mudah, sehingga sangat sulit menentukan letak MSY dari sumberdaya tersebut. Maximum



Sustainable



Yield



(MSY) dari



aspek



ekologi



dan



ekonomi memiliki pengertian sebagai jumlah tangkapan ikan (predator) terbesar yang dapat diambil dari persediaan suatu jenis ikan (prey) dalam jangka waktu yang tak terbatas. Sedangkan konsep Maximum Sustainable Yield (MSY), bertujuan untuk mempertahankan ukuran populasi ikan pada titik maksimum yaitu saat tingkat pertumbuhan ikan yang maksimum (tingkat tangkapan maksimum yang memberikan manfaat bersih ekonomi atau keuntungan bagi masyarakat), dengan memanen individu dan menambahkannya ke dalam populasi ini memungkinkan populasi tersebut tetap produktif. Dalam ekopo dan ekonomi, hasil maksimum yang lestari atau MSY secara teoritis, hasil terbesar (atau menangkap) yang dapat diambil dari saham suatu spesies selama waktu yang tidak terbatas. Mendasar pada gagasan panen berkelanjutan, konsep MSY bertujuan untuk mempertahankan ukuran populasi pada titik laju pertumbuhan maksimum dengan panen individu yang biasanya akan ditambahkan ke populasi, yang memungkinkan penduduk untuk terus produktif tanpa batas. Dengan asumsipertumbuhan logistik, keterbatasan sumber



7



daya tidak membatasi tingkat reproduksi individu ketika populasi kecil, tetapi karena ada beberapa individu, hasil keseluruhan kecil.Pada kepadatan penduduk menengah, juga diwakili oleh setengah daya dukung, individu dapat berkembang biak untuk tingkat maksimum mereka. Pada titik ini, disebut hasil maksimum yang lestari, ada surplus individu yang dapat dipanen karena pertumbuhan penduduk pada titik maksimum karena jumlah besar reproduksi individu. Di atas titik ini, kepadatan faktor bergantung semakin membatasi perkembangbiakan sampai penduduk mencapai daya dukung. Pada titik ini, tidak ada individu surplus untuk dipanen dan tetes hasil nol. Hasil maksimum yang lestari biasanya lebih tinggi dari hasil yang berkelanjutan optimal dan hasil ekonomi yang maksimal (Anonim, 2016). 2.5. Dinamika Populasi dan Permasalahan Pengelolaan Perikanan Studi



teori



dinamika



stok



ikan



dan



masalah



praktis



dalam



pengelolaanperikanan komersial sangat erat hubungannya. Penelitian awal perikananyang dilakukan oleh para ilmuan dan pendirian banyak lembaga penelitiandi Eropa dan Amerika Utara pada awal abad XX dan juga pendirianInternational Council for the Exploration of the Sea (ICES) pada tahun1911 adalah tanggapan atas menurunnya hasil tangkapan stok utamayang merupakan tujuan tangkapan industri perikanan.Saat ini, secara umum ada tiga permasalahan yang menonjol dalampengelolaan perikanan yaitu : a. mengelola, mempertahankan atau memulihkan sumberdaya. Tanpa ketersedian stok ikan tidak akan ada kegiatan perikanantangkap, sehingga mempertahankan produktivitas sumberdaya adalah halyang vital. Dari aspek dinamika populasi, mempertahankan stok setelahrekruitmen antara lain : penjelasan tentang pertumbuhan kelebihantangkap (growth overfishing) dan bagaimana menanggulanginya,menurunkan mortalitas penangkapan (fihing mortality) dan menaikkanumur pertamakali tangkap (age at first capture). b. mengeliminasi atau mengurangi konflik. Permasalahan konflik antar nelayan dalam mengeksploitasisumberdaya perikanan banyak terjadi di manca negara termasuk diIndonesia. Konflik dapat terjadi pada nelayan yang mengeksploitassumberdaya perikanan yang sama dan terbatas, atau konflik karenakelompok nelayan tertentu mengeksploitasi



8



sumberdaya perikanantertentu dan akan mempengaruhi kelimpahan sumberdaya yangdieksploitasi oleh kelompok nelayan lain. Kajian tentang struktur tropiklevel dan kelimpahan masing-masing tropik level adalah salah satu halyang harus dilakukan yang dapat memberi informasi dalam penanganankonflik. c. meningkatkan nilai ekonomi perikanan Apabila nelayan secara individual ingin meningkatkan pendapatannya, total pendapatan yang akan didapatkan akan sedikitdibandingkan apabila nelayan bekerjasama membatasi dampakpenangkapan, misal para nelayan bersedia melakukan tingkat penangkapan yang sesuai (magnitude of fishing mortality) dan sebaranukuran dan umur ikan yang disepakati ditangkap dan sebagainya.



BAB III. METODE PRAKTEK



3.1. Waktu dan Tempat Praktik lapang Dinamika Populasi dan Pendugaan Stok ini dilaksanakan pada Tanggal 28 April s.d 1 Mei 2016, bertempat di Desa Bunati, Kabupaten



9



Tanah Bumbu, Propinsi Kalimantan Selatan. Adapun gambaran mengenai lokasi praktek dapat dilihat pada gambar 1.



Gambar 1. Peta lokasi praktek lapang di Desa Bunati. 3.2. Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang diperlukan pada praktik lapang Dinamika Populasi dan Pendugaan Stok ini, yaitu : No 1. 2. 3.



Nama Alat tulis Buku penuntun (modul) Laptop



Kegunaan Mencatat hasil pengamatan Buku panduan di lapangan Mengolah data DINPOP



3.3. Prosedur Kerja 3.3.1 Metode Analisis Data Data yang telah terkumpul kemudian akan ditabulasi dan dianalisis menggunakan Microsoft Excel dengan metode Model Schaefer.  Maximum Sustainable Yield (MSY) c=af + b f 2



10



c opt =a f opt +b f opt ¿a



2



( ) ( ) −a −a +b 2b 2b



MSY =



−a2 4b



 Catch Per Unit Effort Optimum (CPUEopt) MSY 1 CPUEopt = atau f opt 2a  Tingkat Pengupayaan (TPu) TPu=



f f opt



x 100



 Tingkat pemanfaatan (TP) TP=



c x 100 MSY



3.3.2. Metode Pengambilan Data Data merupakan data kuisioner masyarakat dan data statistik perikanan Kabupaten Tanah Bumbu tahun 1999 hingga 2008 yang diperoleh dari Dinas Perikanan dan Kelautan Tanah Bumbu.



BAB IV. HASIL DAN PEMBAHSAN



4.1. Upaya Penangkapan Setelah Standarisasi Alat tangkap standar yang digunakan dalam melakaukan standarisasi upaya penangkapan adalah Bagan Tancap. Jenis alat tangkap ini lebih dominan



11



digunakan oleh masyarakat dibandingkan dengan jenis alat tangkap lainnya. Setelah dilakukan standarisasi upaya penangkapan didapatkan bahwa rata-rata upaya penangkapan di daerah Bunati dengan menggunakan alat tangkap Bagan Tancap adalah sebesar 115.673 trip per tahun sepanjang tahun 1999-2008 yang berkisar 68% dari total penangkapan. Rata-rata upaya penangkapan dengan menggunakan Teammel net adalah sebesar 29.027 trip per tahun atau sekitar 17% dari total upaya penangkapan. Adapu rata-rata upaya penangkapan dengan menggunakan Jaring Insang Hanyut adalah 25.538 trip per tahun atau sekitar 15% dari total penangkapan. Presentase upaya penangkapan di daerah Bunati dari tiap kategori alat tangkap telah disajikan pada gambar 2 dibawah ini :



Hasil Penangkapan jaring insang hanyut ; 15%



jaring insang hanyut



Trammel net; 17% Trammel net bagan tancap



bagan tancap; 68%



Gambar 2. Persentase upaya penangkapan di daerah Bunati berdasarkan jenis alat tangkap yang digunakan periode 1999-2008, setelah dilakaukan standarisasi. Tingkat penangkapan sumberdaya ikan di daerah Bunatiyang dilakukan dengan menggunakan alat tangkap jenis Jaring Insang Hanyut mengalami peningkatan penggunaan alat dengan tingkat penangkapan paling tinggi yang terjadi pada tahun 2008 dan jumlah penggunaan alat tangkap paling rendah terjadi pada tahun 2001. Grafik penggunaan alat tangkap ikan jenis jaring insang hanyut selama kurun waktu 1999 – 2008 dapat dilihat pada gambar 3.



12



jaring insang hanyut 8000 7000



6804.2



6000 5202.2



5000 4000



4607.3 3681.1



3000



2781.1



2000 1000 794.1 0 1999



453.1 2000



851 44.2 2001



2002



2003



320.1 2004



2005



2006



2007



2008



Gambar 3. Grafik penangkapan ikan di daerah bunati dengan Jaring Insang Hanyutsetelah silakukan standarisasi periode 1999-2008. Tingkat penangkapan sumberdaya ikan di daerah Bunatiyang dilakukan dengan menggunakan alat tangkap jenis Trammel Net mengalami peningkatan penggunaan alat dengan tingkat penangkapan paling tinggi yang terjadi pada tahun 2000 dan jumlah penggunaan alat tangkap paling rendah terjadi pada tahun 2004. Grafik penggunaan alat tangkap ikan jenis ini selama kurun waktu 1999 – 2008 dapat dilihat pada gambar 4.



Trammel net 9000 8000



7820.8



7000 6707.7 6000



5371.6



5000 4000



3149.5



3081.9



3000 2000



1406.6



1000 0 1999



2000



2001



2002



2003



228.9 2004



505.2



423.7



2005



2006



331.6 2007



2008



Gambar 4. Grafik penangkapan ikan di daerah bunati dengan trammel net setelah silakukan standarisasi periode 1999-2008 Tingkat penangkapan sumberdaya ikan di daerah Bunatiyang dilakukan dengan menggunakan alat tangkap jenis bagan tancap mengalami peningkatan penggunaan alat dengan tingkat penangkapan paling tinggi yang terjadi pada tahun 2002 dan jumlah penggunaan alat tangkap paling rendah terjadi pada tahun



13



2004. Grafik penggunaan alat tangkap ikan jenis ini selama kurun waktu 1999 – 2008 dapat dilihat pada gambar 5.



Bagan Tancap 35000 30000 25000 20000 15000 10000 5000 0 1999



2000



2001



2002



2003



2004



2005



2006



2007



2008



Gambar 5. Grafik penangkapan ikan di daerah bunati dengan bagan tancap setelah silakukan standarisasi periode 1999-2008 4.2. Hasil Tangkapan per Satuan Upaya Penangkapan (CPUE) Jumlah hasil tangkapan per satua upaya penangkapn (CPUE) sumberdaya ikan di daerah Bunati berdasarkan data hasil tangkapan gabungan beberapa alat tangkap serta daya upaya penangkapan sumberdaya perikanan hasil standarisasi, maka diperoleh rata- rata hasil tangkapan per satuan upaya penangkapan (CPUE) di daerah bunati setelah dilakukan standarisasi selama periode 1999-2008 adalah sebesar 1,668 ton/trip setiap tahunnya. Tabel 1. Nilai Hasil Tangkapan Total, Upaya Penangkapan Hasil Standarisasi dan Hasil Tangkap per Satuan Upaya Penangkapan Hasil Standarisasi (CPUEs) di Daerah Bunati Periode 1999-2008 TAHUN 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Jumlah Rata-rata Nilai MAX



CATCH (TON) 14798,300 19071,200 12848,300 35757,300 21542,500 1593,200 18312,700 16085,400 11907,800 18322,300 170239,00 0 17023,900 35757,300



EFFORT (Trip) 76926,561 291644,990 356089,762 1259194,790 446233,627 1702,201 1203,903 237351,558 219917,925 421723,648



CPUE (TON/Trip) 0,192 0,065 0,036 0,028 0,048 0,936 15,211 0,068 0,054 0,043



3311988,966 331198,897 1259194,790



16,683 1,668 15,211



14



Nilai MIN



1593,200



1203,903



0,028



Dalam periode tahun 1999-2008 terjadi peningkatan dan penurunan dalam penangkapan di daerah Bunati. Nilai CPUE dalam periode ini cenderung menurun. Dengan kondisi itu dapat disimpulkan bahwa produktivitas unit penangkapan dalam periode 1999-2003 mengalami penurunan. Dalam periode selanjutnya 2004-2008 nilai CPUE mengalami peningkatan di awal periode namun mengalami penurunan kembali sampai akhir periode. Pada periode 1999-2008 nilai CPUE cenderung menurun, maka dapat disimpulkan bahwa produktivitas unit penangkapan di Daerah Bunati mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Nilai CPUE tertinggi pada tahun 2005 sebesar 15,211 ton/trp dapat diartikan tahun produktif sepanjang tanuh 1999-2008, sedangkan nilai CPUE terendah diperoleh pada tahun 2002 sebesar 0,028 ton/trip. 4.3. Hubungan Upaya Penangkapan dengan CPUE Salah satu langkah untuk mengetahui tingkat pemanfaatan sumberdaya perikanan di perairan Bunati adalah dengan mencari persamaan hubungan antara upaya penangkapan dengan CPUE. Berdasarkan analisis data diperoleh nilai R 2 untuk model Schaefer sebesar 0,118. Walaupun nilai R 2 yang diperoleh dari analisis data relatife kecil, namun nilai tersebut dianggap sudah cukup baik untuk mewakili data lapangan. Namun demikian, hal itu juga menynjukan bahwa masih ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi CPUE selain faktor upaya penangkapan (f). Setelah data dianalisis diperoleh persamaan hubungan antara upaya penangkapan dengan CPUE yaitu : CPUE = -4.507391 + 3.1611f. Dari persamaan tersebut diketahui bahwa nilai awal yang diperoleh setelah penangkapan pertama diperairan Bunati sebesar 3,161 ton/trip, yaitu pada tahun 1999. Adapun mulai tahun 2000 nilai CPUE mengalami penurunan sebesar 0,00045 ton/trip untuk setiap penambahan satu trip penangkapan selama periode tahun 1999-2008 Grafik hubungan upaya penangkapan dengan CPUE diperairan Bunati periode 1999-2008 disajikan pada Gambar dibawah ini.



15



CPUE 0,020 0,015 Axis Title



0,010 0,005 0,000 f(x) = - 0x + 3.16 R² = 0.12 0,000 500,000



1,000,000



1,500,000



Upaya PEnangkapan (Trip)



Gambar 6. Grafik Hubungan Upaya Penagkapan dengan CPUE diperairan Bunati periode 1999-2008 4.4. CPUE Optimum Analisis terhadap MSY menggunakan model surplus produksi untuk mengetahui tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan di Daerah Bunati. Untuk menganalisis hasil tangkapan lestari (MSY) di Daerah Bunati menggunakan data time series produksi dan effort selama 11 tahun (1999 – 2008). Sumberdaya periakanan di Perairan Daerah Bunati umumnya ditangkap dengan menggunakan 3 alat tangkap yang ada yaitu jaring insang hanyut, trammel net dan bagang tancap. Untuk itu maka yang dipakai sebagai alat tangkap standar adalah bagang tancap. Sebelum menghitung MSY maka perlu dilakukan standarisasi alat tangkap. Data Produksi ikan di Daerah Bunati dari tahun 1999-2008 dan hasil standarisasi alat tangkap dapat dilihat pada tabel 4.1. Daerah operasi dari alat tangkap arad berada pada radius 1- 3 mil laut dari pantai. Hal ini menunjukan bahwa daerah operasinya sangat terbatas, sehingga intensitas penangkapannya tinggi yang mengakibatkan tekanan terhadap sumberdaya ikan sangat besar yang pada akhirnya terjadi tangkapan lebih (overfishing). Untuk itu maka perlu adanya estimasi potensi yang tepat sebagai dasar kebijakan dalam pemanfaatan dan upaya pengelolaan. Untuk hasil tangkapan maksimum lestari (MSY) di Daerah Bunati tersaji pada gambar berikut :



16



Hasil Tangkapan (TON) 600000 500000 400000 300000 200000 100000 0 -100000



Gambar 7. Kurva MSY Hasil Tangkapan di Daerah Bunati Hasil upaya (effort) MSY ikan di perairan Bunati yakni 350.664 trip per tahun dengan hasil tangkapan maksimum lestari (MSY) 554.245,518 ton per tahun. Dari hasil dan gambar di atas menunjukan bahwa telah terjadi overfishing sejak tahun 2001 sebesar 356.089,762 trip per tahun dan tahun 2002 dimana effort (trip) aktual sebesar 1.259.194,79 trip per tahun melebihi effort MSY yang diperbolehkan yakni sebesar 350.664 trip per tahun. Untuk pemanfaatan potensi sumberdaya ikan atas dasar prinsip kehati-hatian maka Deptan (1999) menyatakan bahwa potensi ikan yang diperbolehkan untuk ditangkap (Total Allowable Catch/TAC) sebesar 80 % dari Maximum Sustainable Yield(MSY). 4.5. Tingkat Penupayaan Dan Tingkat Pemanfaatan Nilai optimum upaya penangkapan yang sudah diketahui dan nilai MSYnya maka tingkat pengupayaan dan pemanfaatan ikan pada tahun trakhir dapat kita ketahui. Jumlah dari upaya penangkapan ikan pada tahun terakhir (2008) adalah 421723.648 (Tabel 4.1). dengan upaya optimum sebesar 350664.61 trip per tahun maka tingkat pengupayaan ikan di perairan Bunati sebesar TPu = 120.3%. Adapun jumlah hasil tangkapan pada tahun terakhir (2008) adalah sebesar c=18322.300. dengan jumlah hasil tangkapan optimum (MSY) sebesar 554245.5181ton,



maka tingkat pemanfaatan ikan di perairan Bunati adalah



sebesar TP = 3.30%. hal ini menunjukan peluang pemanfaatan sumberdaya ikan di kecil sekali hanya beberapa persen dari potensi maksimum lestari.



17



BAB V. PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis model schaefer, maka diperoleh hasil tangkapan maksimum lestari ikan di Daerah Bunati sebesar 15,211 ton/tahun. Berdasarkan data tersebut, maka tingkat penggunaan alat tangkap menggunakan alat tangkap Jaring Insang Hanyut adalah 25.538 trip per tahun atau sekitar 15% dari total penangkapan, Teammel net adalah sebesar 29.027 trip per tahun atau sekitar 17% dari total upaya penangkapan dan Bagan Tancap adalah sebesar 115.673 trip per tahun sepanjang tahun 1999-2008 yang berkisar 68% dari total penangkapan. Pemanfaatan hasil tangkapan ikan Daerah Bunati sudah mengalami overfishing sejak tahun 2001 sebesar 356.089,762 trip per tahun dan tahun 2002 dimana effort (trip) aktual sebesar 1.259.194,79 trip per tahun melebihi effort MSY yang diperbolehkan yakni sebesar 350.664 trip per tahun. Hal ini dapat berdampak buruk terhadap ekosistem laut didaerah tersebet jika tidak ada proses penanggulangan. Dengan upaya optimum sebesar 350664.61 trip per tahun maka tingkat pengupayaan ikan di perairan Bunati sebesar TP u = 120.3% dan jumlah hasil tangkapan optimum (MSY) sebesar 554245.5181ton,



maka tingkat



pemanfaatan ikan di perairan Bunati adalah sebesar TP = 3.30%. 5.2. Saran Peraktek lapang yang selanjutnya agar bisa dilakukan lebih awal agar analisis sampel dan pembelajaran dalam pengolahan data dan penyusunan laporan dapat bisa betul dipahami oleh praktikan.



18



DAFTAR PUSTAKA



Anonim. 2010. Tanah Bumbu Berpotensi Kembangkan Usaha Perikanan. http://www.antaranews.com/print/229007/tanah-bumbu-berpotensikembangkan-usaha-perikanan. Anonim. 2012. Pendekatan Keuntungan MSY (Maximum Sustainable Yield) dan MEY (Maximum Economic Yield). http://www.alamikan.com/2012/11/ mengetahui-msy-maximum\sustainable.html. Anonim. 2016. Maximum sustainable yield (MSY). https://en.wikipedia.org/wiki /Maximum_sustainable_yield Cushing, D.H. 1968. Fisheries Biology : A Study in Population Dynamics. University of Winconsin Press. 428 p. Muhidin, Abdul Hakim. 2010. Potensi Perikanan Tanah Bumbu. http://www.antarakalsel.com/berita/468/potensi-perikanan-tanah-bumbu. Prasetyo, Iman. 2011. KONDISI PERIKANAN INDONESIA SAAT INI. http://iimprasetyo.blogspot.co.id/2011/12/kondisi-perikanan-indonesia-saatini.html Ricker, W.E., 1980. Computation and interpretation of biology statistic of fish population. Bull. Fish Canada, Toronto. 409 p. Saputra, S.W. 2007. Buku ajar mata kuliah dinamika populasi. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Diponegoro. Semarang. 76 Hal. Setyadji, Bram. 2015. Tesis. DINAMIKA POPULASI IKAN PEDANG (Xiphias gladius L.) DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA. Universitas Undaya. Denpasar, Bali. Shandy, Eko Prio Raharjo. 2011. Peningkatan Kapasitas dan Pengukuhan Penyuluh Perikanan Swadaya Di Kab. Tanah Bumbu Prov. Kalsel. http://shandydiver.blogspot.co.id/2011/11/peningkatan-kapasitas-danpengukuhan.html?view=mosaic Sparre, P., Ursin, E., and Venema, S.C. 1989. Introduction to Tropical Stock Assessment. Part 1-Manual. Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome. 429p.



19