Laporan Diskusi Kelompok 8 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN DISKUSI DASAR-DASAR ILMU PENDIDIKAN “PEMIKIRAN TENTANG PENDIKAKAN”



DOSEN PENGAMPU: Drs. Zelhendri Zen, M.Pd.



DI SUSUN OLEH KELOMPOK 8 Fitriza Yunisa 20003014 Gustia Sepriani Putri 20003015 Indrika Fepiana 20003018 Koni Rafiqoh 20003021



FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2020/2021



PENAMBAHAN MATERI 1. Nadilla putri efendi nim 20003025 Kelebihan aliran nativisme adalah seseorang bisa mengoptimalkan bakat yang dimilikinya, karena telah mengetahui bakat yang bisa dikembangkannya. Kelemahan aliran nativisme adalah menitik beratkan pada bakat bawaan dan tidak ada pengaruhnya dengan lingkungan. Aliran nativisme menyatakan bahwa perkembangan seseorang merupakan produk dari pembawaan yang berupa bakat. Bakat yang merupakan pembawaan seseorang akan menentukan nasibnya. Aliran ini merupakan kebalikan dari aliran empirisme. 2. Aisyah tri yansyah nim 20003044



Pemikiran pendidikan menurut pendiri bangsa BICARA pendidikan di Indonesia bukan perkara mudah. Terdapat begitu banyak kompleksitas persoalan yang sulit sekali diurai. Tak mudah untuk membangun pendidikan di masyarakat yang begitu beragam. Kondisi geografis, demografis, dan sosial kultural yang begitu beragam membuat pembuat kebijakan harus berpikir keras dalam membangun pendidikan yang ramah dan berpihak bagi setiap anak bangsa. Meski Indonesia sudah berusia 75, masih banyak PR yang perlu diselesaikan. Imajinasi mendapatkan generasi emas di 1945 menjadi sangat sulit direalisasikan jika tidak ada pembenahan menyeluruh. Salah satu persoalan yang dilupakan, betapa negeri ini banyak melupakan atau bahkan meminggirkan gagasan baik Ki Hadjar Dewantara maupun para penggagas pendidikan seperti Willem Iskandar (pendiri Sekolah Guru Tano Bato) atau Moh Sjafei (Sekolah Kerajinan Indonesianya di Kayu Tanam). Ketiganya merupakan sosok yang begitu heroik dalam mengupayakan pendidikan bagi rakyat di era kolonial. Bahkan, berkat ketiganya, menurut Daoed Joesoef (2009), Indonesia menjadi satusatunya bangsa yang masih dijajah tetapi sudah berani mendirikan sistem pendidikan nasionalnya sendiri, berhadapan dengan sekolah kolonial Belanda. Ketiganya merupakan pemikir dan pejuang yang sangat progresif. Relevan Jika dikondisikan dengan konteks kekinian, ide-ide Ki Hadjar Dewantara, salah satu tokoh penting pendidikan di negeri ini, misalnya masih relevan dan perlu kita kontekstualisasikan dengan kondisi saat ini. Pertama, fokus pada kritik pendidikan kolonial. Menurutnya, pengajaran bagi rakyat sangat mengecewakan dan eksklusif untuk kalangan priayi. Selain itu, mereka yang mendapat pendi dik an pun kehilangan tabiat kerak yatan. Jika dikontekskan pada momen saat ini, artinya ruang pendidikan harus inklusif dan berpihak kepada mereka yang miskin dan terping girkan, bukan pada mereka yang memiliki kapital. Ki Hadjar Dewantara mengkritik pola pendidikan yang eksklusif. Kedua, fokusnya pada



perbaikan pendidikan. Ia menginginkan pendidikan berbasis pada kebudayaan dan kemasyarakatan dapat diakses setiap rakyat. Soal pendidikan vokasional (vakschool atau sekolah kepandaian), misalnya, harus ber basis budaya lokal di setiap wilayah, baik itu berbasis pertanian, pertukangan, pelayaran dan perikanan, kesenian, teknik, atau kesusastraan. Ketiga, pentingnya peran para intelektual dalam memajukan pendidikan. Ki Hadjar Dewantara menyebut kewajiban intelektual, terutama, para pemuda untuk membantu rakyat sekuat tenaga. Kaum terpelajar harus membela kepentingan rakyat dan tidak boleh terjebak kepentingan pribadi dan golongan mereka. Keempat, Taman Siswa telah berjejaring dengan pendidikan global. Pada masa itu Taman Siswa memiliki relasi yang baik dengan Maria Montessori dan Rabindranath Tagore (dengan bertukar pelajar dengan Santiniketan). Sekolah Taman Siswa juga pernah dikunjungi Pandit Nehru. Ki Hadjar juga memiliki pikiran pentingnya pertukaran guru dan pelajar ke negara lain serta misi budaya untuk meningkatkan wawasan. Terbukti lulusan Taman Siswa melanjutkan ke India, Jepang, dan Filipina. Catatan sejarah itu menunjukkan betapa relasi dengan dunia global telah menjadi perhatian Ki Hadjar Dewantara pada masa itu. Dalam konteks kekinian, tentu, jejaring pendidikan global semakin relevan. Kelima, pentingnya posisi sekolah partikelir (swasta) dalam membangun pendidikan. Ia berpendapat sekolah-sekolah partikelir sa ngat penting mendukung pemerintah, apalagi kondisi saat itu sekolah negeri masih sangatlah terbatas. Budi pekerti Keenam, terkait dengan pendidikan agama. Ia berpandangan bahwa soal posisi pendidikan aga – ma akan terus menjadi perdebatan dan terbukti hingga saat ini. Yang paling penting ialah tiap siswa dan guru harus saling menghormati dan menjadikan pendidikan agama sebagai etik (budi pekerti). Ketujuh, pentingnya pendidikan bagi golongan minoritas. Ia berpendapat perlunya keterbukaan sekolah negeri untuk memberikan akses bagi siapa pun tanpa membedakan asal mereka. Konsekuensinya harus ada sekolah negeri untuk semua golongan baik untuk Tionghoa, Arab, Belanda, Kristen, Katolik, maupun lainnya. Pemikiran itu jelas sangat penting untuk Indonesia yang beragam. Inklusivitas pendidikan menjadi sangat penting. Jika ini terjadi, sekolah akan menjadi ruang perjumpaan yang mempertemukan beragam kelompok untuk saling belajar. Kedelapan, terkait dengan krusial nya penyiapan guru. Pendidikan guru sangat penting untuk menyiapkan kader-kader dan para pemimpin yang ikut membantu perjuangan mencerdaskan bangsa. Menurutnya, produksi guru harus diupayakan terusmenerus. Penyiapan guru ialah hal sentral. Guru ialah ujung tombak pendidikan di negeri ini. Operasionalisasi kebijakan pendidikan memerlukan guru tangguh, yang memiliki cara pandang maju, juga memiliki keberpihakan. Sebab itu, lembaga pendidikan dan tenaga pendidikan menjadi sangat penting dalam membangun sistem pendidikan bagi guru yang berkualitas. Situasi sulit saat ini membuat kita memiliki ruang kontemplatif untuk kembali merenungkan arah bangsa ini. Para pembuat kebijakan perlu kembali memikirkan visi pendidikan Indonesia masa depan. Hal mendasar yang perlu diperhatikan, pemikiran para



pendiri bangsa tentang pendidikan. Jangan sampai kita melupakan ide-ide brilian mereka 3. DEWI NIM 20003107 keunggulan Pendidikan Berasrama (Boarding School). Karena di dalam makalah Kelompok penyaji hanya menyebutkan keunggulan saja dan saya akan menjelaskan dari masing-masing keunggulan tersebut.. Program Pendidikan Paripurna Umumnya sekolah-sekolah regular terkonsentrasi pada kegiatan-kegiatan akademis sehingga banyak aspek hidup anak yang tidak tersentuh. Hal ini terjadi karena keterbatasan waktu yang ada dalam pengelolaan program pendidikan pada sekolah regular. Sebaliknya, sekolah berasrama dapat merancang program pendidikan yang komprehensif-holistic dari program pendidikan keagamaan, academic development, life skill(soft skill dan hard skill) sampai membangun wawasan global. Bahkan pembelajaran tidak hanya sampai pada tataran teoritis, tapi juga implementasi baik dalam konteks belajar ilmu ataupun belajar hidup. Fasilitas Lengkap Sekolah berasrama mempunyai fasilitas yang lengkap; mulai dari fasilitas sekolah yaitu kelas belajar yang baik(AC, 24 siswa, smart board, mini library, camera), laboratorium, clinic, sarana olah raga semua cabang olah raga, Perpustakaan, kebun dan taman hijau. Sementara di asrama fasilitasnya adalah kamar(telepon, TV, AC, Pengering Rambut, tempat handuk, karpet diseluruh ruangan, tempat cuci tangan, lemari kamar mandi, gantungan pakaian dan lemari cuci, area belajar pribadi, lemari es, detector kebakaran, jam dinding, lampu meja, cermin besar, rak-rak yang luas, pintu darurat dengan pintu otomatis. Sedangkan fasilitas dapur terdiri dari: meja dan kursi yang besar, perlengkapan makan dan pecah belah yang lengkap, microwape, lemari es, ketel otomatis, pembuat roti sandwich, dua toaster listrik, tempat sampah, perlengkapan masak memasak lengkap, dan kursi yang nyaman. Guru yang Berkualitas Sekolah-sekolah berasrama umumnya menentukan persyaratan kualitas guru yang lebih jika dibandingkan dengan sekolah konvensional. Kecerdasan intellectual, social, spiritual, dan kemampuan paedagogis-metodologis serta adanya ruh mudarris pada setiap guru di sekolah berasrama. Ditambah lagi kemampuan bahsa asing: Inggris, Arab, Mandarin, dll. Sampai saat ini dalam penilaian saya sekolah-sekolah berasrama(boarding school) belum mampu mengintegrasikan guru sekolah dengan guru asrama. Masih terdapat dua kutub yang sangat ekstrim antara kegiatan pendidikan dengan kegiatan pengasuhan. Pendidikan dilakukan oleh guru sekolah dan pengasuhan dilakukan oleh guru asrama. Lingkungan yang Kondusif Dalam sekolah berasrama semua elemen yang ada dalam komplek sekolah



terlibat dalam proses pendidikan. Aktornya tidak hanya guru atau bisa dibalik gurunya bukan hanya guru mata pelajaran, tapi semua orang dewasa yang ada di boarding school adalah guru. Siswa tidak bisa lagi diajarkan bahasa-bahasa langit, tapi siswa melihat langsung praktek kehidupan dalam berbagai aspek. Guru tidak hanya dilihatnya di dalam kelas, tapi juga kehidupan kesehariannya. Sehingga ketika kita mengajarkan tertib bahasa asing misalnya maka semuanya dari mulai tukang sapu sampai principal berbahasa asing. Begitu juga dalam membangun religius socity, maka semua elemen yang terlibat mengimplementasikan agama secara baik. Siswa yang heterogen Sekolah berasrama mampu menampung siswa dari berbagai latar belakang yang tingkat heteroginitasnya tinggi. Siswa berasal dari berbagai daerah yang mempunyai latar belakang social, budaya, tingkat kecerdasan, kempuan akademik yang sangat beragam. Kondisi ini sangat kondusif untuk membangun wawasan national dan siswa terbiasa berinteraksi dengan teman-temannya yang berbeda sehingga sangat baik bagi anak untuk melatih wisdom anak dan menghargai pluralitas. Jaminan Keamanan Sekolah berasrama berupaya secara total untuk menjaga keamanan siswasiswinya. Makanya, banyak sekolah asrama yang mengadop pola pendidikan militer untuk menjaga keamanan siswa-siswinya. Tata tertib dibuat sangat rigid lengkap dengan sangsi-sangsi bagi pelanggarnya. Daftar “dosa” dilist sedemikan rupa dari dosa kecil, menengah sampai berat. Jaminan keamanan diberikan sekolah berasarama, mulai dari jaminan kesehatan(tidak terkena penyakit menular), tidak NARKOBA, terhindar dari pergaulan bebas, dan jaminan keamanan fisik(tauran dan perpeloncoan), serta jaminan pengaruh kejahatan dunia maya. Jaminan Kualitas Sekolah berasrama dengan program yang komprehensif-holistik, fasilitas yang lengkap, guru yang berkualitas, dan lingkungan yang kondusif dan terkontrol, dapat memberikan jaminan kualitas jika dibandingkan dengan sekolah konvensional. Dalam sekolah berasrama, pintar tidak pintarnya anak, baik dan tidak baiknya anak sangat tergantung pada sekolah karena 24 jam anak bersama sekolah. Hampir dapat dipastikan tidak ada variable lain yang “mengintervensi” perkembangan dan progresivits pendidikan anak, seperti pada sekolah konvensional yang masih dibantu oleh lembaga bimbingan belajar, lembaga kursus dan lain-lain. Sekolah-sekolah berasrama dapat melakukan treatment individual, sehingga setiap siswa dapat melejikan bakat dan potensi individunya. 4. Adelya Amanda (20002028) Prinsip pengajaran pusat perhatian adalah; sekolah merupakan laboratorium untuk mengadakan penyelidikan demi kebaikan sistem pendidikan dan



pengajaran. Dalam sekolah, anak didik diuji berbagai dasar aliran dalam dunia pengajaran modern seperti: (1) sekolah berhubungan langsung dengan alam dan penghidupan sekitarnya (2) pendidikan dan pengajaran berdasarkan atas perkembangan anak. Tiap-tiap anak mempunyai perbedaan antara lain kesanggupan, tingkat kepandaian, tempo irama perkembangan, perhatian, pembawaan, bakat, dan sebagainya (3) sekolah kerja (4) pendidikan yang fungsional dan praktis (5) pendidikan kesosialan dan kesusilaan dengan member kesempatan untuk bekerjasama (6) kerjasama antar rumah dan sekolah (7) co edukasi dan mempergunakan alat baru seperti percetakan, pengmpulan alat pelajaran oleh peserta didik sendiri. Semua hal ini telah diperaktekkan oleh Decroly di sekolahnya. Gerakan pengajaran pusat perhatian tersebut telah mendorong berbagai upaya agar dalam kegiatan pembelajaran diadakan berbagai variasi cara mengajar agar perhatian para peserta didik tetap terpusat pada bahan ajar. Peluang untuk memvariasikan pengajaran terbuka luas dengan kemajuan teknologi, hal ini menyebabkan upaya menarik minat belajar menjadi lebih besar. Pemusatan perhatian pada pegajaran dilakukan bukan hanya pada pembukaan pelajaran, tetapi pada setiap pembahasan materi pelajaran sehingga tidak ada waktu yang disia-siakan dan pengajaran berlangsung dengan penuh arti. 5. shinta zulendra 20002020



a. Aliran Nativisme IstilahNativisme dari asal kata natives yang artinya terlahir. Tokoh utama aliran ini adalah Arthur Schopenhauer (1788-1869), seorang filosofis Jerman. Airan ini identik dengan pesimistis yang memandang segala sesuatu dengan kaca mata hitam. Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan manusia itu telah di tentukan oleh faktor-faktor yang di bawa manusia sejak lahir. Pembawaan yang telah terdapat pada waktu lahir itulah yang menentukan hasil perkembangannya. Contohnya: seorang pemuda sekolah menengah mempunyai bakat musik, walaupun orang tuanya sering menasehati bahkan memarahinya supaya mau belajar, tapi fikiran dan perasaanya tetap tertuju pada musik dan dia akan tetap berbakat menjadi pemusik. b. Aliran Naturalisme Nature artinya alam atau yang di bawa sejak lahir. Aliran ini di pelopori oleh seorang filusuf Prancis JJ. Rousseau (1712-1778). Naturalisme berpendapat bahwa semua anak yang baru dilahirkan mempunyai pembawaan baik, dan tidak satupun dengan pembawaan buruk. Seperti dikatakan oleh tokoh aliran ini yaitu J.J. Rousseau sebagai berikut:”semua anak adalah baik pada waktu baru datang dari sang pencipta, tetapi semua rusak di tangan manusia”. Oleh karena itu



sebagai pendidik Rousseau mengajukan “pendidikan alam” artinya anak hendaklah di biarkan tumbuh dan berkembang sendiri menurut alamnya, manusia atau masyarakat jangan banyak mencampurinya. c. Aliran Empirisme Tokoh utama aliran ini adalah Jhon Locke (1632-1704). Nama asli aliran ini adalah the school of british empirism (aliran empirisme inggris). Doktrin aliran empirisme yang sangat mashur adalah tabula rasa, sebuah istilah bahasa latin yang berarti buku tulis yang kosong atau lembaran kosong. Dalam hal ini para penganut empirisme menganggap setiap anak lahir seperti tabula rasa, dalam keadaan kosong dan tak punya kemapuan apa-apa. d. Aliran Konvergensi Aliran konvergensi merupakan gabungan dari aliran-aliran di atas, Aliran ini mengatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan manusia itu adalah tergantung pada dua faktor, yaitu: faktor bakat/pembawaan dan faktor lingkungan, pengalaman/pendidikan. Inilah yang di sebut teori konvergensi. Menurut William Stern(1871-1939), seorang anak di lahirkan di dunia sudah disertai pembawaan baik maupun buruk. 6. Aini Septia Rahmalita (20002030) Manfaat Pendidikan inklusi. 1. Bagi siswa a. Sejak dini siswa memiliki pemahaman yang baik terhadap perbedaan dan keberagaman. b. Munculnya sikap empati pada siswa secara alamiah c. Munculnya budaya asing menghargai dan menghormati antar siswa. d. Menurunnya terjadinya stigma dan ;abeling kepada semua anak, khususnya pada anak yang berkebutuhan khusus e. Timbulnya budaya kooperatif dan kolaboratif pada siswa sehingga memungkinkan adanya saling bantu antar satu dengan yang lainnya. 2. Bagi guru a. Lebih tertantang untuk mengembangkan berbagai metode pembelajaran b. Bertambahnya kemampuan dan pengetahuan guru tentang keberagaman siswa termasuk keunikan, karakteristik dan sekaligus kebutuhannya. c. Terjalinnya komunikasi dan kerja sama dalam kemitraan antar guru dan guru ahli bidang lain d. Menumbuh kembangkan sikap empati guru terhadap siswa termasuk siswa berkebutuhan khusus. 3. Bagi sekolah a. Memberikan kontribusi yang sangat besar bagi program wajib belajar b. Memberikan peluang terjadinya pemerataan pendidikan bagi semua kelompok masyarakat c. Menggunakan biaya yang relative lebih efisien. d. Mengakomodasi kebutuhan masyarakat



e. Meningkatkan kualitas layanan pendidikan 7. Apriliani (20002002) BEBERAPA PEMIKIRAN TENTANG PENDIDIKAN 1. Pemikiran klasik Aliran-aliran klasik yang dimaksud adalah aliran empirisme, nativisme, naturalisme, dan konvergensi. Sampai saat ini aliran aliran tersebut masih sering digunakan walaupun dengan pengembangan-pengembangan yang disesuaikan dengan perkembangan zaman. a. Aliran Empirisme Aliran empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulsi eksternal dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan. Pengalaman yang diproleh anak dalam kehidupan sehari-hari didapat dari dunia sekitarnya yang berupa stimulan-stimulan. Stimulasi ini berasal dari alm bebaqs ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk pendidikan. Tokoh perintisnya adalah John Locke. b. Aliran Nativisme Aliran Nativisme bertolak dari Leinitzian Tradition yang menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil prkembangan tersebut ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak kelahiran. Lingkungan kurang berpengaruh terhadap dan pendidikan anak. c. Aliran Naturalisme Aliran ini dipelopori oleh J.J Rosseau. Rosseau berpendapat bahwa semua anak baru dilahirkan mempunyai pembawaan BAIK. Pembawaan baik akan menjadi rusak karena dipengaruhi lingkungan. Pendidikan yang diberikan orang dewasa malah dapat merusak pembawaan baik anak itu. d. Aliran Konvergensi Aliran Konvergensi dipelopori oleh Wlliam Stern, ia berpedapat bahwa seorang anak dilahirkan di dumia sudah disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama sama mempunyai peranan sangat penting. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan sesuai untuk perkembangan anak itu. 8. Nurhaliza (20002013) Faktor –fakor yang mempengaruhi berkembangnya Boarding School Keberadaan boarding school adalah suatu konsekuensi logis dari perubahan lingkungan social dari keadaan ekonomi serta cara pandang religious masyarakat. - Lingkungan social yang kini telah banyak berubah - Keadaan ekonomi masyarakat yang semakin membaik



- Cara pandang religiositas masyarakat telah, sedang, dan akan terus membaik Jenis- Jenis Boarding School a. Menurut Sistem bermungkim siswa - All boarding school ( seluruh sisiwa tinggal di asrama) - Boarding Day School ( Mayoritas tinggal di asrama dan sebagian di luar) - Day Boarding ( Mayoritas tidak tinggal di asarama) b. Menurut Jenis siswa - Junior boarding school ( Dari tingkatan SD- SMP) - Co- Educational school ( Menerima siswa laki-laki dan perempuan ) - Boy School ( Menerimaa laki laki saja ) - Gril School ( Menerima Perempuan saja ) - Pre- Profesional art school ( Sekolah khusus seniman ) - Religius School ( Sekolah yang kurikulumnya mengacu agama tertentu ) - Special Needs Boarding School ( Sekolah anak anak yang bermasalah dengan sekolah biasa ) 9. Maria Theodora nim 20003022 a. Pemikiran Klasik Empirisme Aliran empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulsi eksternal dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan. Menurut pandangan empirisme (biasa pula disebut environmentalisme) pendidik memegang peranan yang sangat penting sebab dalam perkembangan anak menjadi manusia dewasa ditentukan oleh lingkungannya atau oleh pendidikan dan pengalaman yang diterimanya sejak kecil. b. Nativisme Nativisme berasal dari kata Nativus yang berarti kelahiran. Oleh karena itu hasil akhir pendidikan di tentukan oleh pembawaan yang sudah di bawa sejak lahir. Berdasarkan pandangan ini maka keberhasilan pendidikan ditentukan oleh anak didik itu sendiri. Ditekankan bahwa yang jahat akan menjadi jaha, dan yang baik akan menjadi baik. Menurut kaum nativisme itu, pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat pembawaan. c. Naturalisme Naturalisme merupakan teori yang menerima “nature” (alam) sebagai keseluruhan realitas. Naturalisme yang dipelopori oleh Jean Jaquest Rousseau, bependapat bahwa pada hakekatnya semua anak manusia adalah baik pada waktu dilahirkan yaitu dari sejak tangan sang pencipta. Tetapi akhirnya rusak sewaktu berada ditangan manusia, oleh karena Jean Jaquest Rousseau menciptakan konsep pendidikan alam, artinya anak hendaklah dibiarkan tumbuh dan berkembang sendiri menurut alamnya, manusia jangan banyak mencampurinya. d. Konvergensi Penganut aliran ini berpendapat bahwa dalam proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan samasama mempunyai peranan penting. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak



akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai dengan perkembangan bakat tersebut. Sebaliknya lingkungan yang baik tidak dapat menghasilkan perkembangan anak yang optimal kalau memang dalam dirinya tidak terdapat bakat yang diperlukan dalam mengembangkan bakat tersebut. Sebagai contoh, hakikat kemampuan anak manusia berbahasa dengan kata-kata adalah juga hasil konvergensi. 10. Suci Indah Rahmadani 20003040



Tujuan teori nativisme Di dalam teori ini menurut G. Leibnitz: monad “di dalam diri individu manusia terdapat suatu inti pribadi” sedangkan dalam teori Arthur schopenhauer dinyatakan bahwa perkembangan manusia merupakan pembawaan sejak lahir atau bakat sehingga dengan teori ini setiap manusia diharapkan 1. Mampu memunculkan bakat yang dimiliki 2. Mendorong manusia mewujudkan diri yang berkompetensi 3. Mendorong manusia dalam menentukan 4. Mendorong manusia untuk mengembangkan potensi dari dalam diri seseorang 5. Mendorong manusia mengenali bakat minat yang dimiliki 11. Fauziyah Tabitha Wandari nim 20003011. Pemikiran klasik Aliran-aliran klasik yang dimaksud adalah aliran empirisme, nativisme, naturalisme, dan konvergensi. Sampai saat ini aliran aliran tersebut masih sering digunakan walaupun dengan pengembangan-pengembangan yang disesuaikan dengan perkembangan zaman. 1. Empirisme Aliran empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulsi eksternal dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan. Pengalaman yang diproleh anak dalam kehidupan sehari-hari didapat dari dunia sekitarnya yang berupa stimulan-stimulan. Stimulasi ini berasal dari alm bebaqs ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk pendidikan. Tokoh perintisnya adalah John Locke. 2. Nativisme Aliran Nativisme bertolak dari Leinitzian Tradition yang menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil prkembangan tersebut ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak kelahiran. Lingkungan kurang berpengaruh terhadap dan pendidikan anak.



3. Naturalisme Aliran ini dipelopori oleh J.J Rosseau. Rosseau berpendapat bahwa semua anak baru dilahirkan mempunyai pembawaan BAIK. Pembawaan baik akan menjadi rusak karena dipengaruhi lingkungan. Pendidikan yang diberikan orang dewasa malah dapat merusak pembawaan baik anak itu. 4. Konvergensi Aliran Konvergensi dipelopori oleh Wlliam Stern, ia berpedapat bahwa seorang anak dilahirkan di dumia sudah disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama sama mempunyai peranan sangat penting. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan sesuai untuk perkembangan anak itu.



12. Afrinayanti 20003002 Perbedaan aliran pendidikan klasik dan pendidikan modern Metode pendidikan klasik merupakan metode yang masih mengandal buku sebagai panduan belajar dan hanya mendapatkan materi, dalam kegiatan belajar hanya bersifat monoton atau satu arah . Metode pendidikan modern yang merupakan metode yang sudah banyak diterapkan di Indonesia khususnya di kota – kota besar. Metode pendidikan ini lebih berfokus kepada siswa, dimana siswa dituntut untuk berperan aktif dan memiliki kreativitas yang baik dalam proses belajar, dikelas maupun diluar kelas. Disini kita juga bisa mendapatkan berbagai macam pengalaman karena kita terkadang langsung melakukan yang namanya praktek dengan alat – alat yang telah di sediakan oleh pihak sekolah. Pendidikan di Indonesia sendiri terus mengalami perkembangan dari hampir segala sisi, baik itu dari tenaga pengajar atau teknologi yang di gunakan. Misalnya sendiri itu penggunaan papan tulis , jika dulu masih menggunakan papan tulis dengan kapur sekarang telah menggunakan spidol dengan papan kaca. Untuk pendidikan sendiri tidak hanya bisa didapatkan dari sekolah terkadang orang tua siswa masih memberikan kepada anaknya (siswa) untuk melakukan bimbingan belajar dengan tujuan untuk lebih baik lagi. Kreativitas harus selalu ditingkat guna untuk mengimbangi persaingan untuk masa kini, pentingnya kreativitas dimilik oleh anak juga mendukung untuk menghadapi kompitisi dimasa yang akan datang. Jika kita mempunyai kreativitas kita dapat mengembangkan banyak hal dan itu merupakan suatu poin tambahan untuk bisa mendapatkan pekerjaan ataupun membangun lapangan pekerjaan. 13. Delva Oktavia Patriani 20002035 1. Pemikiran klasik



Aliran-aliran klasik yang dimaksud adalah aliran empirisme, nativisme, naturalisme, dan konvergensi. Sampai saat ini aliran aliran tersebut masih sering digunakan walaupun dengan pengembangan-pengembangan yang disesuaikan dengan perkembangan zaman. a. Aliran Empirisme Aliran empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulsi eksternal dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan. Pengalaman yang diproleh anak dalam kehidupan sehari-hari didapat dari dunia sekitarnya yang berupa stimulan-stimulan. Stimulasi ini berasal dari alm bebaqs ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk pendidikan. Tokoh perintisnya adalah John Locke. b. Aliran Nativisme Aliran Nativisme bertolak dari Leinitzian Tradition yang menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil prkembangan tersebut ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak kelahiran. Lingkungan kurang berpengaruh terhadap dan pendidikan anak. c. Aliran Naturalisme Aliran ini dipelopori oleh J.J Rosseau. Rosseau berpendapat bahwa semua anak baru dilahirkan mempunyai pembawaan BAIK. Pembawaan baik akan menjadi rusak karena dipengaruhi lingkungan. Pendidikan yang diberikan orang dewasa malah dapat merusak pembawaan baik anak itu. d. Aliran Konvergensi Aliran Konvergensi dipelopori oleh Wlliam Stern, ia berpedapat bahwa seorang anak dilahirkan di dumia sudah disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama sama mempunyai peranan sangat penting. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan sesuai untuk perkembangan anak itu. 14. Miranti Rahmadani Nim 2000323



A. Aliran Empirisme Tokoh utama aliran ini adalah Jhon Locke (1632-1704). Nama asli aliran ini adalah the school of british empirism (aliran empirisme inggris). Doktrin aliran empirisme yang sangat mashur adalah tabula rasa, sebuah istilah bahasa latin yang berarti buku tulis yang kosong atau lembaran kosong. Dalam hal ini para penganut empirisme menganggap setiap anak lahir seperti tabula rasa, dalam keadaan kosong dan tak punya kemapuan apa-apa. 2. Aliran Konvergensi



Aliran konvergensi merupakan gabungan dari aliran-aliran di atas, Aliran ini mengatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan manusia itu adalah tergantung pada dua faktor, yaitu: faktor bakat/pembawaan dan faktor lingkungan, pengalaman/pendidikan. Inilah yang di sebut teori konvergensi. Menurut William Stern(1871-1939), seorang anak di lahirkan di dunia sudah disertai pembawaan baik maupun buruk. 15. Putri Diana 20003028 Tentang pemikiran baru pendidikan Alam Kegagalan sistem pendidikan di Indonesia merangsang tumbuhnya sekolahsekolah alternatif yang diyakini memiliki mutu pendidikan lebih baik dari sekolah biasa. Salah satu sekolah alternatif yang kini banyak diminati ialah sekolah alam. Konseptor sekolah alam Ir Lendo Novo menjelaskan, sekolah alam yang dia pelopori merupakan suatu reaksi dari kegagalan pendidikan di Indonesia. Mutu pendidikan Indonesia masih jauh dari negara-negara lain, bahkan masih di bawah Vietnam. Ini berarti ada yang salah dengan sistem pendidikan di negara ini, ujar Lendo Novo di Jakarta, baru-baru ini. Lebih dari 1.000 sekolah alam kini telah tumbuh di Indonesia. Di kawasan Jakarta Bogor Depok Tanggerang Bekasi (Jabodetabek) saja kini telah berdiri lebih dari 50 sekolah. Sekolah alam, menurut dia, merupakan sekolah yang mengedepankan pembentukan akhlak dan mental siswa dengan konsep mendekatkan diri pada alam. Metode pembelajaran yang diterapkan juga berbeda. Kami berusaha menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan membuat anak-anak senang dan merasa bahwa belajar adalah suatu kebutuhan dan kesenangan, bukan sesuatu yang membosankan dan harus dipaksakan, jelas Ketua Litbang Sekolah Alam Indonesia Ciganjur, Novi Hardian. Hampir seluruh sekolah alam yang ada memiliki konsep utama yaitu upaya memaksimalkan potensi anak untuk tumbuh menjadi manusia yang berkarakter, berakhlak mulia, berwawasan ilmu pengetahuan dan siap menjadi pemimpin. Metode pengajaran sekolah alam juga membuat bersekolah lebih menyenangkan dan anak tidak merasa terpenjara. Sekolah alam juga mendorong anak untuk aktif dan kreatif dan bukan sematamata mendapatkan materi yang diberikan oleh guru. Di Sekolah Alam Indonesia, Ciganjur, misalnya, proses belajar lebih banyak dilakukan melalui diskusi dan permainan. Ilmu tidak hanya dijejali oleh guru, tetapi anak juga aktif bereksplorasi. Ini melatih keberanian mengungkapkan pendapat, jelas Novi. Konsep Tematik Hal serupa juga dilakukan oleh Sekolah Alam Depok di Sawangan, Depok, Jawa Barat. Sekolah yang memiliki jenjang pendidikan Pre-School, TK, dan SD itu juga mendorong siswanya untuk aktif menemukan sendiri jawaban atas berbagai hal melalui buku-buku di perpustakaan dan sumber-sumber lain.



Menurut Pendiri Sekolah Alam Depok Edi F Rizal Darma, lahirnya sekolah alam adalah karena ingin menciptakan hubungan belajar tanpa sekat antara guru dan murid. Selama ini kan arah belajar di sekolah selalu dari guru ke murid, sehingga ada jarak antara mereka. Sekolah alam ini muncul sebagai sekolah yang nonclassical dan tanpa sekat, jelas Edi. Sekolah alam pada umumnya menggunakan konsep tematik. Setiap tema dibahas dari berbagai sisi akhlak, seni, bahasa, kepemimpinan, dan ilmu pengetahuan. Tiap tingkatan memiliki sejumlah tema pembahasan yang berbeda-beda. 16. Gita Sundari 20002047 Aliran empirisme dipandang berat sebelah isebab hanya mementingkan peranan pengalaman yang diperoleh dari lingkungan. Sedangkan kemampuan dasar yang dibawa anak sejak lahir dianggap tidak menentukan. Menurut kenyataan dalam kehidupan sehari-hari terdapat anak yang berhasil karena berbakat meskipun lingkungan sekitarnya tidak mendukung. Keberhasilan ini disebabkan oleh adanya kemampuan yang berasal dari dalam diri berupa kecerdasan atau kemauan keras, anak berusaha mendapatkan lingkungan yang dapat mengembangkan bakat atau kemampuan yang telah ada dalam dirinya. Keunggulan boarding school dibandingkan sekolah regular : 1) Program Pendidikan Paripurna Umumnya sekolah-sekolah regular terkonsentrasi pada kegiatan-kegiatan akademis sehingga banyak aspek hidup anak yang tidak tersentuh. Hal ini terjadi karena keterbatasan waktu yang ada dalam pengelolaan program pendidikan pada sekolah regular. Sebaliknya, sekolah berasrama dapat merancang program pendidikan yang komprehensif-holistic dari program pendidikan keagamaan, academic development, life skill(soft skill dan hard skill) sampai membangun wawasan global. Bahkan pembelajaran tidak hanya sampai pada tataran teoritis, tapi juga implementasi baik dalam konteks belajar ilmu ataupun belajar hidup. 2) Fasilitas Lengkap Sekolah berasrama mempunyai fasilitas yang lengkap; mulai dari fasilitas sekolah yaitu ikelas belajar yang baik(AC, 24 siswa, smart board, mini library, camera), laboratorium, clinic, sarana olah raga semua cabang olah raga, Perpustakaan, kebun dan taman hijau. Sementara di asrama fasilitasnya adalah kamar(telepon, TV, AC, Pengering Rambut, tempat handuk, karpet diseluruh ruangan, tempat cuci tangan, lemari kamar mandi, gantungan pakaian dan lemari cuci, area belajar pribadi, lemari es, detector kebakaran, jam dinding, lampu meja, cermin besar, rak-rak yang luas, pintu darurat dengan pintu otomatis. Sedangkan fasilitas dapur terdiri dari: meja dan kursi yang besar, perlengkapan makan dan pecah belah yang lengkap, microwape, lemari es, ketel otomatis, pembuat roti sandwich, dua toaster listrik, tempat sampah, perlengkapan masak memasak lengkap, dan kursi yang nyaman.



3) Guru yang Berkualitas Sekolah-sekolah berasrama umumnya menentukan persyaratan kualitas guru yang lebih jika dibandingkan dengan sekolah konvensional. Kecerdasan intellectual, social, spiritual, dan kemampuan paedagogis-metodologis serta adanya ruh mudarris ipada setiap guru di sekolah berasrama 4) Lingkungan yang Kondusif Dalam sekolah berasrama semua elemen yang ada dalam komplek sekolah terlibat dalam proses pendidikan. 5) Siswa yang heterogeny Sekolah berasrama mampu menampung siswa dari berbagai latar belakang yang tingkat heteroginitasnya tinggi. Siswa berasal dari berbagai daerah yang mempunyai latar belakang social, budaya, tingkat kecerdasan, kempuan akademik iyang sangat beragam. Kondisi ini sangat kondusif untuk membangun wawasan national dan siswa terbiasa berinteraksi dengan teman-temannya yang berbeda sehingga sangat baik bagi anak untuk melatih wisdom anak dan menghargai pluralitas 6) Jaminan Keamanan Sekolah berasrama berupaya secara total untuk menjaga keamanan siswasiswinya. Makanya, banyak sekolah asrama yang mengadop pola pendidikan militer untuk menjaga keamanan siswa-siswinya. Jaminan keamanan diberikan sekolah berasarama, mulai dari jaminan kesehatan(tidak terkena penyakit menular), tidak NARKOBA, terhindar dari pergaulan bebas, dan jaminan keamanan fisik(tauran dan perpeloncoan), serta jaminan pengaruh kejahatan dunia maya. 7) Jaminan Kualitas Sekolah berasrama dengan program yang komprehensif-holistik, fasilitas yang lengkap, guru yang berkualitas, dan lingkungan yang kondusif dan terkontrol, idapat memberikan jaminan kualitas jika dibandingkan dengan sekolah konvensional. Dalam sekolah berasrama, pintar tidak pintarnya anak, baik dan tidak baiknya anak sangat tergantung pada sekolah karena 24 jam anak bersama sekolah Problem sekolah berasrama a. Ideologi Sekolah Boarding yang Tidak Jelas b. Dikotomi guru sekolah vs guru asrama (pengasuhan) c. Kurikulum Pengasuhan yang Tidak Baku d. Sekolah dan Asrama Terletak Dalam Satu Lokas



Sesi tanya jawab Pertanyaan 1. Maria Theodora nim 20003022 Didalam makalah kelompok penyaji terdapat sekolah kerja, jelaskan apa saja yang menjadi dasar-dasar sekolah kerja? Jawaban ➢ Gustia sepriani putri 20003015 Dasar-dasar sekolah kerja yaitu: a. dalam sekolah kerja, anak aktif berbuat, mengamati sendiri, mencari jalansendiri, memikirkan dan memecahkan sendiri setiap persoalan yang dihadapi. b. Pusat kegiatan pendidikan dan pengajarn ialah anak, bukan guru, metode ataupun bahan pelajaran c. sekolah kerja mendidik anak menjadi pribadi yang berani berdiri sendiri dan bertanggung jawab sebagai anggota masyarakat yang baik pelajaran disusun dalam suatu keseluruhan totalitas yang berpusat padamasalah kehidupan. Masalah-masalah kehidupan ini haruslah erat hubungannyadengan minat dan perhatian anak e. sekolah kerja tidak mementingkan pengetahuan sikap yang bersifat hafalan atauhasil peniruan, melainkan pengetahuan fungsional yang dapat dipergunakan untuk berprakarsa, emncipta dan berbuat. f. Pendidikan kecerdasan tidak dapat diberikan dengan memberitahukan ataumenceritakan kepada anak melainkan anak sendiri yang harus menjalani proses berpikir sesuai dengan tingkat perkembangan anak. g. sekolah kerja merupakan suatu bentuk masyarakat kecil yang di dalamnya anak-anak mendapatkan latihan dan pengalaman yang amat penting artinya bagi pendidikan moral, sosial dan kecerdasan. ➢ Adelya Amanda (20002028) Dasar-dasar sekolah kerja, yakni: 1. Pendidikan akhlak merupakan suatu segi penting dalam pendidikan sosial. Maka sekolah kerja harus merupakan suatu masyarakat, tempat mendapatkan latihan dan pengalaman yang amat penting artinya untuk pendidikan sosial, watak dan kecerdasan. 2. Sekolah kerja mendidik anak melalui berbagai ketrampilan agar suka bekerja produktif sesuai dengan bakatnya. Dari dasar-dasar diatas dapat diambil kesimpulan bahwasannya sekolah kerja yang merupakan perwujudan dari progresivisme pendidikan mempunyai keterikatan yang kuat dengan masyarakat dan upaya mengembangkannya melalui generasi mudanya. Karena bagaimanapun masyarakat tidak mampu mengadakan kegiatan pendidikan tanpa adanya sebuah intisari dengan tujuan tertentu begitu juga lembaga sekolah harus



menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat karena hal ini merupakan aturan yang benar untuk bekerja dengan baik. ➢ Geni maha putri nim 20002046 Model pembelajaran sekolah kerja ini dipelopori oleh G.Kerschensteiner (1854-1932) dengan konsep ”Arbeitschule” (sekolah kerja) di Jerman. Model pembelajaran sekolah kerja ini bertolak dari pandangan bahwa pendidikan tidak hanya tidak hanya demi kepentingan individu, tetapi juga demi kepentingan masyarakat. Dengan kata lain sekolah berkewajiban menyiapkan warga negara yang baik yakni: (1) tiap orang adalah pekerja dalam salah satu lapangan kerja; (2) taip orang wajib menyumbangkan tenaganya untuk kepentingan Negara; dan (3) dalam menunaikan kedua tugas tesebut haruslah selalu diusahakan kesempurnaannya, agar dengan jalan itu tiap warga Negara ikut membantu mempertinggi dan menyempurnakan kesusilaan dan keselamatan Negara. ➢ DEWI Nim 20003107. Model pembelajaran sekolah kerja tampak sangat ideal jika diterapkan di era 80-an atau 90-an. Namun, bukan berarti model tersebut tidak dapat diterapkan di era globalisasi ini. Peranan sekolah kerja sangat mendorong berkembangnya sekolah kejuruan, seperti yang telah banyak terdapat di Indonesia. Namun, di era global sekarang ini tidak cukup jika seseorang masuk dalam sekolah kejuruan kemudian memilih salah satu jurusan misalnya jurusan pembukuan atau yang sekarang terkenal dengan nama Akuntansi yang dapat digolongkan dalam sekolah – sekolah perdagangan. Jika menggunakan model dasar sekolah kerja yang masih klasik (tradisional), maka dalam implementasinya pasti mereka akan membentuk satu sitem dimana terdapat kelompok yang berdagang untuk menimbulkan transaksi keuangan, misalnya dalam suatu daerah memiliki sumber daya alam berupa beras, sehingga mereka melakukan jual beli beras lalu bagian Akuntansi akan menghandel masalah keuangannya. Mulai dari perencanaan keuangan, transaksi, sampai dengan perhitungan laba penjualan. Di awal pertemuan atau di awal proses pembelajaran (di kelas satu semester pertama/ganjil) perlu disampaikan dasar – dasar akuntansi secara keseluruhan. Kemudian diberi pengantar dan buku pegangan untuk setiap simulasi yang akan dilakukan. Dan dalam pelaksanaannya tetap harus dibimbing oleh satu atau dua orang pembimbing (dapat disesuaikan). Simulasi ini akan lebih efisien lagi jika didukung dengan pembimbing yang didatangkan langsung dari dunia usaha dan dunia industri (DU/DI) yang disesuaikan dengan bentuk simulasi yang akan dilakukan. Sehingga kendala – kendala yang dihadapi dapat langsung terjawab. ➢ nadilla putri efendi 20003025 Saya nadilla putri efendi izin menambah jawaban tas pertanyaan maria



PENGEMBANGAN MODEL SEKOLAH KERJA DENGAN KONSEP SIMULASI Simulasi adalah suatu proses peniruan dari sesuatu yang nyata beserta keadaan sekelilingnya (state of affairs) (seaparamita.blogspot.com). Dengan tidak lari begitu jauh dari model sekolah kerja, maksud saya konsep simulasi di sini hanyalah sekedar pengembangan dari model tersebut. Sehingga perlu kita ketahui terlebih dahulu tentang apa itu model sekolah kerja? Tokoh yang sering dipandang sebagai bapak sekolah kerja adalah G.Kerschensteiner (1854-1932) dengan Arbeitschule-nya (sekolah kerja) di jerman. Perlu dikemukakan bahwa sekolah kerja itu bertolak dari pandangan bahwa pendidikan tidak hanya demi kepentingan individu tetapi juga demi kepentingan masyarakat. Dengan kata lain, sekolah berkewjiban menyiapkan warga negara yang baik, yakni (Tirtarahardja dan La Sulo, 6: 204-205): 1) Tiap orang adalah pekerja dalam salah satu lapangan jabatan. 2) Tiap orang wajib menyumbangkan tenaganya untuk kepentingan negara. 3) Dalam menunaikan kedua tugas tersebut haruslah selalu diusahakan kesempurnaannya, agar dengan jalan itu tiap warga negara ikut membantu mempertinggi dan menyempurnakan kesusilaan dan keselamatan negara. Berdasarkan hal itu, maka menurut G.Kerschensteiner tujuan sekolah adalah: 1) Menambah pengetahuan anak, yaitu pengetahuan yang didapat dari buku atau orang lain, dan yang didapat dari pengalaman sendiri, 2) Agar anak dapat memiliki kemampuan dan kemahiran tertentu, 3) Agar anak dapat memiliki pekerjaan sebagai persiapan jabatan dalam mengabdi negara. Kerschensteiner lebih mengutamakan pekerjaan tangan (keterampilan) daripada pekerjaan otak (kognitivisme). Oleh karena demikian banyaknya macam pekerjaan yang menjadi pusat pelajaran, maka sekolah kerja dibagi menjadi 3 golongan besar: 1) Sekolah-sekolah perindustrian (tukang cukur, tukang cetak, tukang kayu, tukang daging, masinis dan lain-lain). 2) Sekolah-sekolah perdagangan (makanan, pakaian, bank, asuransi, pemegang buku, porselin, pisau, dan gunting dari besi, dan lain-lain). 3) Sekolah-sekolah rumah tangga, bertujuan mendidik para calon ibu yang diharapkan akan menghasilkan warga negara yang baik. ➢ Mutia Rahma 20002011 Dasar-dasar sekolah dalam pendidikan john dewey Dasar-dasar sekolah kerja diantaranya: 1. Dalam sekolah kerja anak harus aktif berbuat. Mengamati sendiri, mencari jalan pemecahan sendiri dalam kesukaran, memikirkan, dan memecahkan sendiri yang dihadapi dan berinisiatif. 2. Pangkal dan tujuan usaha pendidikan dan pengajaran harus terletak pada anak itu sendiri, tidak pada metode, bahan pengajaran atau guru.



3. Sekolah kerja mendidik murid agar menjadi suatu kepribadian yang berani berdiri sendiri, bertanggung jawab untuk menjadi anggota yang baik dari suatu masyarakat. Inilah segi sosialnya. 4. Bahan pengajaran tidak diberikan terpisah-pisah melainkan sebagai suatu keseluruhan atai totalitas dengan suatu masalah hidup sebagai pusat. 5. Sekolah kerja tidak menginginkan pengetahuan sedia yang sebanyak-banyaknya yang diperoleh dengan hafalan dan menirukan, tetapi menghendaki pengetahuan dan keprigelan. 6. Sekolah kerja menganggap bahwa pendidikan fikir tidak ada gunanya. Tetapi anak harus dididik berfikir dengan mengalami seniri proses berfikir secara kanak-kanak. 7. Pendidikan akhlak merupakan suatu segi penting dalam pendidikan sosial. Maka sekolah kerja harus merupakan suatu masyarakat, tempat mendapatkan latihan dan pengalaman yang amat penting artinya untuk pendidikan sosial, watak dan kecerdasan. 8. Sekolah kerja mendidik anak melalui berbagai ketrampilan agar suka bekerja produktif sesuai dengan bakatnya. Dari dasar-dasar diatas dapat diambil kesimpulan bahwasannya sekolah kerja yang merupakan perwujudan dari progresivisme pendidikan mempunyai keterikatan yang kuat dengan masyarakat dan upaya mengembangkannya melalui generasi mudanya. Karena bagaimanapun masyarakat tidak mampu mengadakan kegiatan pendidikan tanpa adanya sebuah intisari dengan tujuan tertentu begitu juga lembaga sekolah harus menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat karena hal ini merupakan aturan yang benar untuk bekerja dengan baik. Keterangan-keterangan diatas merupakan gambaran tentang sekolah kerja. Sekolah kerja menurut John Dewey umumnya disebut pengajaran proyek atau metode soal maupun masalah. John Dewey yang menanamkan benih-benihnya tetapi yang menumbuhkan dasar itu menjadi suatu sistem pengajaran proyek atau metode (problem) itu ialah W.H. Kilpatrick.



➢ Afrinayanti 20003002 Dasar-dasar sekolah kerja diantaranya: 1. Dalam sekolah kerja anak harus aktif berbuat. Mengamati sendiri, mencari jalan pemecahan sendiri dalam kesukaran, memikirkan, dan memecahkan sendiri yang dihadapi dan berinisiatif. 2. Pangkal dan tujuan usaha pendidikan dan pengajaran harus terletak pada anak itu sendiri, tidak pada metode, bahan pengajaran atau guru. 3. Sekolah kerja mendidik murid agar menjadi suatu kepribadian yang berani berdiri sendiri, bertanggung jawab untuk menjadi anggota yang baik dari suatu masyarakat. Inilah segi sosialnya.



4. Bahan pengajaran tidak diberikan terpisah-pisah melainkan sebagai suatu keseluruhan atai totalitas dengan suatu masalah hidup sebagai pusat. 5. Sekolah kerja tidak menginginkan pengetahuan sedia yang sebanyak-banyaknya yang diperoleh dengan hafalan dan menirukan, tetapi menghendaki pengetahuan dan keprigelan. 6. Sekolah kerja menganggap bahwa pendidikan fikir tidak ada gunanya. Tetapi anak harus dididik berfikir dengan mengalami seniri proses berfikir secara kanak-kanak. 7. Pendidikan akhlak merupakan suatu segi penting dalam pendidikan sosial. Maka sekolah kerja harus merupakan suatu masyarakat, tempat mendapatkan latihan dan pengalaman yang amat penting artinya untuk pendidikan sosial, watak dan kecerdasan. 8. Sekolah kerja mendidik anak melalui berbagai ketrampilan agar suka bekerja produktif sesuai dengan bakatnya. Sekolah kerja yang merupakan perwujudan dari progresivisme pendidikan mempunyai keterikatan yang kuat dengan masyarakat dan upaya mengembangkannya melalui generasi mudanya. Karena bagaimanapun masyarakat tidak mampu mengadakan kegiatan pendidikan tanpa adanya sebuah intisari dengan tujuan tertentu begitu juga lembaga sekolah harus menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat karena hal ini merupakan aturan yang benar untuk bekerja dengan baik. Keterangan-keterangan diatas merupakan gambaran tentang sekolah kerja. Sekolah kerja menurut John Dewey umumnya disebut pengajaran proyek atau metode soal maupun masalah. John Dewey yang menanamkan benih-benihnya tetapi yang menumbuhkan dasar itu menjadi suatu sistem pengajaran proyek atau metode (problem) itu ialah W.H. Kilpatrick. Pendidikan menurut Dewey ialah memberikan kesempatan untuk hidup. Hidup ini menyesuaikan diri dengan menyesuaikan diri dengan masyarakat, kesempatan diberikan dengan jalan berbuat secara individual maupun rombongan untuk mendapatkan pengalaman sebagai suatu modal berharga dalam berfikir kritis serta produktif dengan berbuat susila. Dan sekolah yang dikehendaki oleh John Dewey adalah sekolah kerja dimana masyarakat harus menyediakan segala sesuatu yan dibutuhkan oleh warganya unutk pendidikan agar tidak tergantung kepada dogma, melainkan pada cara berfikir bebas, berdisiplin, obyektif, kreatif dan dinamis ➢ Nadya Mahendra 20003026 Dasar pemikiran tersebut di tinjau dari beberapa segi, antara lain : 1) Ideologis Semua manusia dilahirkan ke dunia mempunyai hak yang sama, khususnya hak untuk mendapatkan pendidikan dan peningkatan pengetahuan serta keterampilannya. Pendidikan seumur hidup akan memungkinkan seseorang mengembangkan potensi-potensinya sesuai dengan kebutuhan hidupnya.



2) Ekonomis Cara yang efektif keluar dari “Lingkungan Setan Kemelaratan” yang menyebabkan kebodohan, dan kebodohan nmenyebabkan kemelaratan ialah melalui pendidikan. Pendidikan seumur hidup memungkinkan seseorang untuk : a. Meningkatkan produktivitas; b. Memelihara dan mengembangkan sumber-sumber yang dimiliki; c. Memungkinkan hidup dalam lingkungan yang lebih menyenangkan dan sehat; dan d. Memiliki motivasi dalam mengasuh dan mendidik anak-anaknya secara tepat sehingga peranan pendidikan keluarga menjadi sangat besar dan penting. 3) Sosiolosis Para orang tua di Negara berkembang kerap kurang menyadari pentingnya pendidikan sekolah bagi anak-anaknya. Karena itu, anak-anak mereka sering kurang mendapatkan pendidikan sekolah, putus sekolah, atau tidak bersekolah sama sekali. Dengan demikian, pendidikan seumur hidup bagi orang tua akan merupakan pemecahan atas masalah tersbut. ➢ PUTRI YANI (20075158) Dasar-dasar sekolah kerja diantaranya: 1. Dalam sekolah kerja anak harus aktif berbuat. Mengamati sendiri, mencari jalan pemecahan sendiri dalam kesukaran, memikirkan, dan memecahkan sendiri yang dihadapi dan berinisiatif. 2. Pangkal dan tujuan usaha pendidikan dan pengajaran harus terletak pada anak itu sendiri, tidak pada metode, bahan pengajaran atau guru. 3. Sekolah kerja mendidik murid agar menjadi suatu kepribadian yang berani berdiri sendiri, bertanggung jawab untuk menjadi anggota yang baik dari suatu masyarakat. Inilah segi sosialnya. 4. Bahan pengajaran tidak diberikan terpisah-pisah melainkan sebagai suatu keseluruhan atai totalitas dengan suatu masalah hidup sebagai pusat. 5. Sekolah kerja tidak menginginkan pengetahuan sedia yang sebanyak-banyaknya yang diperoleh dengan hafalan dan menirukan, tetapi menghendaki pengetahuan dan keprigelan. 6. Sekolah kerja menganggap bahwa pendidikan fikir tidak ada gunanya. Tetapi anak harus dididik berfikir dengan mengalami seniri proses berfikir secara kanak-kanak. 7. Pendidikan akhlak merupakan suatu segi penting dalam pendidikan sosial. Maka sekolah kerja harus merupakan suatu masyarakat, tempat mendapatkan latihan dan pengalaman yang amat penting artinya untuk pendidikan sosial, watak dan kecerdasan. 8. Sekolah kerja mendidik anak melalui berbagai ketrampilan agar suka bekerja produktif sesuai dengan bakatnya.



Dari dasar-dasar diatas dapat diambil kesimpulan bahwasannya sekolah kerja yang merupakan perwujudan dari progresivisme pendidikan mempunyai keterikatan yang kuat dengan masyarakat dan upaya mengembangkannya melalui generasi mudanya. Karena bagaimanapun masyarakat tidak mampu mengadakan kegiatan pendidikan tanpa adanya sebuah intisari dengan tujuan tertentu begitu juga lembaga sekolah harus menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat karena hal ini merupakan aturan yang benar untuk bekerja dengan baik. Keterangan-keterangan diatas merupakan gambaran tentang sekolah kerja. Sekolah kerja menurut John Dewey umumnya disebut pengajaran proyek atau metode soal maupun masalah. John Dewey yang menanamkan benih-benihnya tetapi yang menumbuhkan dasar itu menjadi suatu sistem pengajaran proyek atau metode (problem) itu ialah W.H. Kilpatrick. Pendidikan menurut Dewey ialah memberikan kesempatan untuk hidup. Hidup ini menyesuaikan diri dengan menyesuaikan diri dengan masyarakat, kesempatan diberikan dengan jalan berbuat secara individual maupun rombongan untuk mendapatkan pengalaman sebagai suatu modal berharga dalam berfikir kritis serta produktif dengan berbuat susila. Dan sekolah yang dikehendaki oleh John Dewey adalah sekolah kerja dimana masyarakat harus menyediakan segala sesuatu yan dibutuhkan oleh warganya unutk pendidikan agar tidak tergantung kepada dogma, melainkan pada cara berfikir bebas, berdisiplin, obyektif, kreatif dan dinamis. Disamping itu betapa pentingnya arti bekerja menurut Dewey, karena bekerja memberikan pengalaman dan pengalaman menuntunberfikir seseorang sehingga orang tersebut dapat bertindak benar dan bijaksana, pengalaman juga mempengaruhi budi pekerti seseorang, pengalaman itu sendiri terbagi menjadi pengalaman positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang telah mendasari konsep sekolah kerja menurut john dewey yang pada dasarnya sekolah kerja menurutnya berdasarkan atas dua segi yaitu segi psikologis dan segi sosiologis



Pertanyaan 2. DEWI NIM: (20003107) Apakah ada kekurangan dan kelemahan dalam pemikiran baru tentang pendidikan saat ini, apabila ada tolong Kelompok penyaji menjelaskan kekurangan dan kelebihan dari pemikiran baru tentang pendidikan tersebut beserta dengan contohnya masing-masing..! Jawaban ➢ koni rafiqoh (20003021) berikut adalah kelebihan dan kekurangan dari pemikiran baru tentang pendidikan



1. boarding school 1) kelebihan a. mampu menumbuhkan sifat-sifat positif bagi siswa seperti disiplin dan mandiri. Sekolah di Boarding School semua kegiatan telah diatur dari bangun tidur hingga tidur kembali. b. pendidikan agama yang terjamin (bagi sekolah berasrama islam seperti yang pernah saya rasakan). Kegiatan yang diatur di sekolah tidak hanya urusan akademik saja. Kegiatan non akademik seperti ekstrakurikuler juga diatur, begitupula kegiatan keagamaan terutama solat lima waktu. c. menghilangkan kekhawatiran orang tua terhadap pergaulan anaknya. Selama berada di asrama, siswa akan selalu diawasi setiap saat. Akan selalu ada guru yang melihat tingkah laku siswanya. 2) kekurangan a. kelemahan dan resiko sekolah di Boarding School adalah adanya rasa homesick yang begitu berat bagi sebagian siswa dan siswi. Tak jarang ada siswa yang pindah dan keluar dari sekolah Boarding School karena tidak mampu menahan rasa homesick ini. b. kurangnya kedekatan orang tua dengan siswa. Dibanding dengan orang tua yang menyanding anaknya dirumah tentunya kedekatan emosional mereka akan jauh berbeda, kontrol orang tua juga akan semakin kurang serta perhatian orang tua yang sebetulnya diharapkan oleh anak akan seddikit berkurang. c. biaya sekolah yang tinggi dibading dengan sekolah umum lainnya. Siswa kan terbiasa dengan pola makan dan hidup yang sederhana, resiko kehilangan barang juga kerap terjadi di asrama, serta banyaknya peraaturan yang mengikat yang kadang membuat anak menjadi stress dan frustasi. 2. pendidikan inklusi 1) kelebihan Munculnya sekolah inklusi karena memiliki beberapa kelebihan dan keistimewaan antara lain : keberadaan anak cacat diakui sejajar dengan anak normal, lingkungan mengajarkan kebersamaan dan menghilangkan diskriminasi. Ini tentunya memberi kesan pada orang tua dan masyarakat bahwa anak cacat pun mampu seperti anak pada umumnya, anak yang berkelainan akan belajar meerima dirinya sebagaimana adanya dan juga tidak menjadi asing lagi di lingkungannya. 2) kekurangan Kelemahan dari pendidikan inklusif sebagai berikut: jumlah ABK di Indonesia masih sedikit yang terdaftar di sekolah. Menurut data UNESCO tahun 2009, ranking Indonesia dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi bagi anak berkebutuhan khusus atau ABK terus mengalami kemerosotan. 3. sekolah alam



1) kelebihan Dengan alam sebagai sarana dan media belajar, sekolah alam menawarkan metode belajar yang lebih mengutamakan praktek daripada teori. Alhasil, anak akan mendapatkan pemahaman langsung dari eksperimen-eksperimen mereka. Interaksi yang dilakukan di sekolah alam juga meningkatkan imajinasi, kreativitas, serta pemikiran kritis anak. Anak pun terlatih untuk lebih mandiri dan menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri. 2) kekurangan Layaknya dua sisi koin, jika ada kelebihan, maka akan ada kekurangan. Sekolah alam pun demikian. Karena masih terbatas, kesempatan untuk mendaftarkan anak ke sekolah ini masih sulit. Mama pun harus mempertimbangkan jarak tempuh apabila lokasi tempat tinggal Mama jauh dari lokasi sekolah. Selain itu, beberapa sekolah alam di Indonesia membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Bahkan, biaya tersebut bisa mencapai dua kali lipat dari biaya sekolah reguler. ➢ Adelya Amanda (20002028) Kekurangan dan kelebihan dari pemikiran baru tentang pendidikan, yakni tentang Pengajaran Proyek Kelebihan dari pengajaran proyek •











Meningkatkan motivasi. Laporan-laporan tertulis tentang proyek itu banyak yang mengatakan bahwa siswa suka tekun sampai kelewat batas waktu, berusaha keras dalam mencapai proyek. Guru juga melaporkan pengembangan dalam kehadiran dan berkurangnya keterlambatan. Siswa melaporkan bahwa belajar dalam proyek lebih fun daripada komponen kurikulum yang lain. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Penelitian pada pengembangan keterampilan kognitif tingkat tinggi siswa menekankan perlunya bagi siswa untuk terlibat di dalam tugas-tugas pemecahan masalah dan perlunya untuk pembelajaran khusus pada bagaimana menemukan dan memecahkan masalah. Banyak sumber yang mendiskripsikan lingkungan belajar berbasis proyek membuat siswa menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks. Meningkatkan keterampilan mengelola sumber. Bagian dari menjadi siswa yang independen adalah bertanggungjawab untuk menyelesaikan tugas yang kompleks. Pembelajaran Berbais Proyek yang diimplementasikan secara baik memberikan kepada siswa pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi



proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas Kekurangan dari pengajaran proyek sebagai berikut: 1. Pemilihan topic unit yang tepat sesuai dengan kebutuhan siswa, cukup fasilitas yang sumber-sumber belajar yang diperlukank, bukanlah merupakan pekerjaan yang mudah. 2. kurikulum yang berlaku di Indonesia saat ini, baik secara vertical maupun horizontal, belum melaksanakan metode ini. 3. Bahan pelajaran sering menjadi luar sehingga dapat mengaburkan pokok unit yang dibahas



Pertanyaan 3. Nadila putri efendi 20003025 Bagaimana cara menerapkan aliran² pendidikan tersebut di dunia pendidikan indonesia?? Jawab ➢ koni rafiqoh 20003021 Menurut saya aliran tentang pendidikan sudah diterapkan di indonesia, baik itu secara keseluruhan maupun hanya sebaian kecil.



Berikut adalah penerapan beberapa aliran pemikiran tentang pendidikan



1. Aliran naturalisme memandang bahwa manusia diciptakan agar dapat belajar dan berfikir untuk kembali kepada penciptaNya, dalam hal ini implikasi di dunia nyata bahwa proses pendidikan dilakukan dengan berafiliasi kepada prinsip keTuhanan. Implikasi di bidang pendidikan terhadap aliran naturalisme memandang bahwa sekolah merupakan hal utama yang akan mengembankan proses belajar tiap peserta didik untuk dapat menemukan dan mengembangkan kepribadiannya dengan memperhatikan kerakteristik dan perkembangan alam yang ada. Kelebihan utama aliran ini indi adalah penghargaannya yang tinggi terhadap alam , termasuk anak yang lahir secara alamiah akan cenderug baik. Paham ini bisa melahirkan manusiamanusia yang demokratis, sebab segala sesuatu dikembalikan pribadi masingmasing.



2. Aliran Nativisme benar-benar menggali bakat dan minat serta potensi yang ada pada setiap individu tanpa melihat dari faktor apapun, termasuk pendidikan serta lingkungan sekitar. Potensi ini dapat dilihat pada diri individu saat tahap tumbuh dan berkembangnya sedang berlangsung. Apabila semasa ia kecil belum muncul atau terlihat, maka dapat dipastikan potensi ini akan muncul saat ia menginjak remaja atau saat ia menginjak menjadi manusia dewasa. Aliran Nativisme berasal dari faktor genetik, faktor kemampuan anak, faktor pertumbuhan anak. Serta tujuannya ialah untuk memunculkan bakat, mewujudkan diri yang berkompetensi, mendorong dalam menentukan pilihan, mendorong untuk mengembangkan potensi.



3. Empirisme adalah suatu doktrin filsafat yang menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan dan mengecilkan peranan akal. Istilah empirisme di ambil dari bahasa Yunani empeiria yang berarti coba-coba atau pengalaman. Sebagai suatu doktrin empirisme adalah lawan dari rasionallisme. Empirisme berpendapat bahwa pengetahuan tentang kebenaran yang sempurna tidak diperoleh melalui akal, melainkan di peroleh atau bersumber dari panca indera manusia, yaitu mata, lidah, telinga, kulit dan hidung. ➢ Adelya Amanda (20002028)



Penerapan aliran Nativisme dalam pendidikan Teori nativisme dalam bidang pendidikan yang berkenaan dengan perkembangan seorang individu dapat berupa kompetensi, kecerdasan, atau bahkan bakat asli yang dimiliki oleh seorang individu tanpa adanya pengaruh dari faktor lingkungan secara signifikan. Misalnya berkaitan dengan kecerdasan, seorang individu yang memiliki IQ 200, hal ini murni dimiliki oleh seorang individu sejak lahir bukan karena faktor eksternal seperti seorang individu meraih IQ tersebut dari hasil dia belajar atau dari hasil dukungan lingkungan sekitar seperti teman, guru, ataupun orang tua sehingga dapat meningkatkan motivasinya untuk belajar. Teori nativisme sebenarnya secara langsung maupun tidak langsung, disadari maupun tidak disadari sebenarnya telah diterapkan oleh sebagian besar bahkan seluruh sekolah yang ada di Indonesia. Contoh yang dapat kita lihat secara jelas (eksplisit) yaitu pernah diberlakukannya sekolah RSBI oleh beberapa sekolah kota di Indonesia. Dan beberapa ketentuan lain seperti persyaratan PPDB yang mengharuskan seorang calon peserta didik memiliki IQ standar minimal, pernah memperoleh juara/prestasi dikelas, maupun adanya peraturan standar rata-rata nilai minimal yang dimiliki peserta didik dari hasil belajar di jenjang sekolah sebelumnya. Dari dua fenomena tersebut yang menjadi kunci utamanya adalah faktor kecerdasan (IQ).



Dan hal lainnya, yang dapat kita rasakan akan implementasi teori nativisme di sekolah yaitu adanya tes penjurusan pada jenjang sekolah menengah atas yang mana terdiri atas jurusan ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, bahasa, dan agama. Banyak sekolah yang menerapkan hal tersebut dengan dilihat dari hasil tes/seleksi kemampuan peserta didik yang memilik potensi dominan atau kecenderungan dari salah satu jurusan tersebut.



➢ Fauziyah tabitha wandari nim 20003011 Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, pendidikan memiliki nuansa yang berbeda antara satu daerah dengan daerah lain, sehingga banyak bermunculan pemikiranpemikiran yang dianggap sebagai penyesuaian proses pendidikan dengan kebutuhan yang diperlukan. Gagasan dan pelaksanaan pendidikan selalu dinamis sesuai dengan dinamika manusia dan masyarakatnya. Sejak dulu, kini, maupun di masa depan pendidikan itu selalu mangalami perkembangan seiring dengan perkemangan sosial budaya dan perkembangan iptek. Pemikiran-pemikiran yang membawa pembaruan pendidikan itu disebut aliran-aliran pendidikan. Aliran-aliran pendidikan telah dimulai sejak awal hidup manusia, karena setia kelompok manusia selalu dihadapkan dengan generasi muda keturunannya yang memerlukan pendidikan yang lebih baik dari orang tuanya. Terdapat beberapa pendekatan yang dilakukan: a) Pendekatan aktualisasi atau non direktif (client centered) dari Carl R. Rogers dan Abraham Maslow. b) Pendekatan “Personal Constructs” dari George A. Kelly yang menekankan memahami hubungan “transaksional” manusia dan lingkungan awalnya memahami perilakunya. c) Pendekatan “Gestalt” baik yang klasik (Max Wertheimer dan Wolgang Kphler) maupun pengembangan selanjutnya (K. Lewin dan F. Perls) d) Pendekatan “Search for Meaning” dengan aplikasi “Logotherapy” dari Viktor Franki yang mengungkapkan pentingnya semangat (human spirit) sebagai tantangan masalah



➢ DEWI dengan Nim 20003107. (1) Guru sudahMemandang dunia pendidikan sejalan dengan Aliran filsafat progresivisme. Karena Guru Berpandangan bahwa pendidikan itu sangat Penting karena bisa mengubah seseorang menjadi Seseorang yang lebih baik; (2) guru menyadari Perannya hanya sebagai mediator bagi peserta Didik, karena ilmu pengetahuan sudah seharusnya Digali sesuai dengan potensi peserta didik masing-Masing. Hal ini sudah sejalan dengan aliran Filsafat progresivisme; (3) guru memandang Peserta didik bukan sebagai objek tetapi juga Sebagai of subject karena sebagai peserta didik Harus menyadari potensi apa yang ia miliki. Sehingga Ia memiliki kemauan untuk menggali Informasi dengan menggali potensi yang ia miliki.Ilmu pengetahuan lebih banyak didapat dari



dalam Dirinya sendiri dan guru hanya bertugas untuk Mengawasi dan memberikan arahan. Hal ini sudah Sependapat dengan aliran filsafat progresivisme; dan (4) strategi yang dilakukan oleh guru sudah Sejalan dengan apa yang diinginkan oleh aliran Progresivisme. Karena menjalankan proses Pembelajaran dengan strategi pembelajaran Mandiri berorientasi pada potensi diri anak. ➢ Geni Maha Putri 20002046 1. Aliran Empirisme Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan manusia itu ditentukan oleh faktor lingkungan atau pendidikan dan pengalaman. Aliran empirisme bertolak dari tradisi lokal yang mementingkan stimulasi eksternal dalam perkembangan manusia dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan. 2 Aliran Naturalisme Dalam aliran naturalisme memiliki tiga prisip tentang proses pembelajaran diantaranya: a) Anak didik belajar melalui pengalamannya sendiri. b) Pendidik hanya menyediakan lingkungan belajar yang menyenangkan. c) Program pendidikan disekolah disesuaikan dengan minat dan bakat dengan menyediakan lingkungan belajar yang berorientasi kepada pola belajar anak didik. Dimensi utama dan pertama dari pemikiran aliran naturalisme dibidang pendidikan adalah pentingnya pendidikan itu sesuai dengan perkembangan alam. 3 Aliran Nativisme Apa-apa yang bisa diketahui manusia hanyalah yang dipersepsi dengan panca indra lain dari pada itu hanyalah ide. Semua yang harus dilakukan manusia harus bisa diangkat , menjadi sebuah peraturan umum. Contoh: orang sebaiknya jangan mencuri sebabapabila hal ini diangkat menjadi peraturan umum maka apabila semua orang mencuri masyarakat tidak akan jalan. Yang bisa diharapakan manusia ditentukan oleh akal budinya. Inilah yang memutuskan pengharapan harapan manusia. 4 Aliran Konvergensi Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik Tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai dengan perkembangan bakat itu. Sebagai contoh: hakikat kemampuan anak manusia berbahasa dengan katakata. Berdasarkan aliran aliran tersebut ada dua faktor yang mempegaruhi tinggi rendahnya mutu hasil perkembangan siswa yaitu: a. Fakor internal Yaitu faktor yang ada dalam diri siswa itu sendiri



b. Faktor eksternal Yaitu hal-hal yang ada diluar diri siswa meliputi lingkungan dan pengalaman berinteraksi siswa dengan lingkungannya ➢ Indrika Fepiana 20003018 Menurut aliran empiris anak-anak yang lahir ke dunia tidak mempunyai bakat dan pembawaan apa-apa, sebagai kertas putih yang polos. Oleh karena itu, kita bisa menerapkan nya pada anak-anak. Anak-anak dapat dibentuk sesuai dengan keinginan orang dewasa yang memberikan warna pendidikannya. Cara menerapkannya yaitu guru harus mengetahui ke arah mana anak akan berkembang, karena anak hidup dalam lingkungan yang Senantiasa terjadi proses interaksi dalam sebuah Situasi yang silih berganti dan sustainable (berkelanjutan). Prinsip keberlanjutan dalam Penerapannya berarti bahwa masa depan harus Selalu diperhitungkan di setiap tahapan dalam Proses pendidikan. Guru harus mampu menciptakan suasana kondusif di kelas dengan cara membangungun kesadaran bersama setiap Individu di kelas tersebut akan tujuan bersama sesuai dengan tanggungjawab masing-masing Dalam konteks pembelajaran di kelas, serta konsisten pada tujuan ersebut (Muis, 2004). Dan kalau didunia pendidikan Indonesia yaitu memakai aliran progrevisisme. Implementasi dalam Pendidikan dapat dilihat dari beberapa aspek, di antaranya: makna pendidikan, tujuan pendidikan, kurikulum, belajar, dan peran guru dalam pembeleran. Secara Singkat ciri implementasi progresivisme ini dalam pendidikan ialah menekankan Pendidikan demokratis dan menghargai berbagai potensi yang dimiliki oleh anak, Serta pembelajarannya lebih berpusat pada peserta didik, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator, pembimbing, dan pengarah bagi perkembangan peserta didik.



Pertanyaan 4. Rizka purnama syahri 20003032 Dimakalah dijelaskan bahwa dalam pendidikan inklusi memberikan kesempatan kepada anak berkelainan dengan normal untuk sekolah di tempat yang sama. Jadi pertanyaan saya, apakah sitem pendidikan tersebut dapat efektif mengingat bahwa



yg sekolah disana bukan saja anak yg normal tetapi ada anak berkelainan juga, dan apakah ada kekurangan pendidikan inklusi dibanidngkan sistem pendidikan lainnya. Jawaban ➢ Indrika Fepiana 20003018 Menurut saya kurang efektif. Karena Inklusi yang sudah “terlanjur” menerima tidak langsung dengan mudahnya menangani anak-anak yang sekolah dengan kebutuhan khusus itu. Dan kekurangannya yaitu Kurikulum harus dapat disesuaikan dengan kelas yang heterogen dengan karakteristik ABK dan regular. Guru belum siap untuk menangani anak-anak dikelasnya dengan karakteristik yang berbeda. Akhirnya, guru-guru yang berhadapan langsung dengan ABK di kelas mengeluh dan sulit untuk mengajar satu metode yang sama dan dengan perlakuakuan yang sama sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai seperti yang diharapkan. Pengembangan kurikulum dapat dilakukan sebagai upaya menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan tujuan pembelajaran dapat tercapai dalam pendidikan inklusi. ➢ Geni maha putri nim 20002046 Sebagaimana yang kita tau bahwa sejatinya Pendidikan inklusif di Indonesia diselenggarakan dengan tujuan. 1. Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua anak termasuk anak berkebutuhan khusus mendapatkan pendidikan yang layak sesuai dengan kebutuhannya. 2. Membantu mempercepat program wajib belajar pendidikan dasar 3. Membantu meningkatkan mutu pendidikan dasar dan menengah dengan menekan angka tinggal kelas dan putus sekolah Dari kita tau bahwa pendidikan inklusi sangat efektif terutama dalam memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada semua anak mendapatkan pendidikan layak sesuai kebutuhannya, membantu mempercepat program wajib belajar pendidikan dasar; membantu meningkatkan mutu pendidikan dasar dan menengah dengan menekan angka tinggal kelas dan putus sekolah, dan menciptakan sistem pendidikan yang menghargai keanekaragaman, tidak diskriminatif, serta ramah terhadap pembelajaran. Selain itu manfaat pendidikan inklusif untuk anak ABK adalah meningkatkan kepercayaan diri, berkesempatan menyesuaikan diri, dan memiliki kesiapan menghadapi kehidupan di masyarakat. Sedangkan peserta didik pada umumnya dapat belajar mengenai keterbatasan, kelebihan, dan keunikan tertentu pada temannya sehingga dapat mengembangkan keterampilan sosial, menumbuhkan rasa empati dan simpati terhadap orang lain (Kustawan, 2013: 18). ABK merupakan bukti bahwa keterbatasan bukan berarti sama sekali tidak mampu. Alih-alih dikasihani, difabel hanya butuh dimengerti dan dimaklumi bahwa mereka berdaya dengan



cara berbeda. Fasilitasi mereka dengan metode yang tepat, misalnya dengan dengan menjalankan sistem pendidikan inklusif. ➢ Afrinayanti 20003002 Dijelaskan bahwa dalam pendidikan inklusi memberikan kesempatan kepada anak berkelainan dengan normal untuk sekolah di tempat yang sama. Jadi pertanyaan saya, apakah sitem pendidikan tersebut dapat efektif mengingat bahwa yg sekolah disana bukan saja anak yg normal tetapi ada anak berkelainan juga, dan apakah ada kekurangan pendidikan inklusi dibanidngkan sistem pendidikan lainnya. Menurut saya apabila anak yang memiliki kekurangan berada di tingka yang rendah maka itu bisa saja efektif akan tetapi jika anakberada di tingkat yang tinggi barulah tidak efektif dan biasanya sekolah normal yang menerima anak anak yang berkebutuhan khusus ini sudah menimbang yang mana yang baik untuk si anak, dan kekurangan pendidikan inklusi menurut saya adalah kurangnya tenaga yang ahli dan juga fasilitas di dalamnya ➢ DEWI dengan Nim 20003107 Pendidikan inklusif merupakan suatu strategi untuk mempromosikan pendidikan universal yang efektif karena dapat menciptakan sekolah yang responsif terhadap keberagaman karakteristik dan kebutuhan anak. Selanjutnya, pendidikan inklusif dapat dipandang sebagai pergerakan yang menjunjung tinggi nilai-nilai, keyakinan, dan prinsip-prinsip utama yang berkaitan dengan anak, pendidikan, keberagaman, dan diskriminasi, proses partisipasi dan sumber-sumber yang tersedia. Meskipun disebut sebagai sekolah Inklusi yang secara teoritis bisa menerima semua anak tanpa memandang normal atau tidak normal, namun dalam praktik di lapangan sekolah inklusi biasanya hanya menerima anak cacat yang berkategori ringan, bukan yang berkategori sedang atau berat ➢ Gita sudari 20002047 Pendidikan inklusi merupakan pendidikan yang tidak membeda-bedakan siswa berdasarkan intelektual atau fisik. Pendidikan inklusi ini menyatukan antara siswa yang normal dan non normal menjadi satu kelas dengan penanganan yang diberikan berbeda. Menerima ABK di Sekolah merupakan mimpi yang indah yang dirasakan orang tua yang memiliki anak dengan kebutuhan khusus. Ada beberapa kendala yang ditemukan dalam mengimplementasikan pendidikan inklusi. Kendala-kendala itu misalnya minimnya sarana penunjang sistem pendidikan inklusi, terbatasnya pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki oleh para guru sekolah inklusi menunjukkan betapa sistem pendidikan inklusi belum benar – benar dipersiapkan dengan baik. Apalagi sistem kurikulum pendidikan umum yang ada sekarang memang belum mengakomodasi keberadaan anak – anak yang memiliki perbedaan kemampuan.



Kelebihan pendidikan inklusi : Kelebihannya Munculnya sekolah inklusi karena memiliki beberapa kelebihan dan keistimewaan antara lain : keberadaan anak cacat diakui sejajar dengan anak normal, lingkungan mengajarkan kebersamaan dan menghilangkan diskriminasi. Ini tentunya memberi kesan pada orang tua dan masyarakat bahwa anak cacat pun mampu seperti anak pada umumnya, anak yang berkelainan akan belajar meerima dirinya sebagaimana adanya dan juga tidak menjadi asing lagi di lingkungannya Kelemahannya Kelemahan dari pendidikan inklusif sebagai berikut: jumlah ABK di Indonesia masih sedikit yang terdaftar di sekolah. Menurut data UNESCO tahun 2009, ranking Indonesia dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi bagi anak berkebutuhan khusus atau ABK terus mengalami kemerosotan.



Pertanyaan 5. Aisyah Tri Yansyah nim 20003044 Jelaskan perbedaan dan persamaan aliran nativisme dan naturalisme, dan apakah ada keterkaitan antara dua aliran tersebut? Jawaban ➢ Fitriza yunisa 20003014 Persamaan: sama sama membahas mengenai teori pendidikan bagi perkembangan anak Sedangkan perbedaan nya Nativisme adalah pandangan yang menyatakan bahwa tingkah laku manusia itu tergantung pada pembawaannya sejak lahir yaitu baik dan buruk. Naturalise adalah pandangan yang menyatakan bahwa tingkah laku manusia sesuai dengan kodrat alam atau pembawaan baik tidak ada yang pembawaan jelek atau buruk. ➢ Adelya Amanda (20002028) Bagi nativisme, lingkungan sekitar tidak ada artinya sebab lingkungan tidak akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak. Penganut pandangan ini menyatakan bahwa jika anak memiliki pembawaan jahat maka dia akan menjadi jahat, sebaliknya apabila mempunyai pembawaan baik, maka dia menjadi orang yang baik. Pembawaan buruk dan pembawaan baik ini tidak dapat dirubah dari kekuatan luar. Naturalisme merupakan aliran yang menyakini adanya pembawaan dan juga milieu (lingkungan). Namun demikian, ada dua pandangan besar mengenai hal ini. Pertama disampaikan oleh Rousseau yang berpendapat bahwa pada dasarnya manusia baik, namun



jika ada yang jahat, itu karena terpengaruh oleh lingkungannya. Kedua, disampaikan oleh Mensius yang berpendapat bahwa pada dasarnya manusia itu jahat. Ia menjadi manusia yang baik karena bergaul dengan lingkungannya ➢ Geni maha putri nim 20002046 Antara Nativisme dan Naturalisme itu sangat berbeda atau dapat diakatakan keduanya berbanding terbalik, menurut aliran Nativisme bahwa keberhasilan proses pendidikan itu berasal dari dalam diri anak itu sendiri, dengan alasan “karena pengaruh lingkungan tidak akan berdaya dalam merubah perkembangan anak”. Berbanding terbalik dengan Nativisme, menurut Naturalisme itu lebih banyak menekankan bahwa “kita harus menyerahkan anak kepada alam” dalam proses pendewasaan yang berarti hanya alam/lingkungan yang memberi pengaruh pada anak tersebut tidak boleh ada pengaruh dari lingkungan atau pendidikan. ➢ DEWI dengan Nim 20003107 Aliran nativisme Aliran nativisme merupakan pendapat dari A.Schopenhaver yang menyatakan bahwa pada perkembangan anak, faktor keturunan yang lebih mempengaruhi daripada faktor lingkungan, misalnya seorang bapak yang sifatnya jahat, kemungkinan besar anaknya pasti akan menjadi penjahat walaupun lingkungan tempat mereka tinggal merupakan lingkungan yang tergolong baik. Jadi, menurut aliran ini, pengetahuan seseorang sepenuhnya dipengaruhi oleh pembawaan lahir dan gen yang diturunkan oleh kedua orang tua. Pendidikan yang diberikan haruslah disesuaikan dengan bakat dan pembawaan anak didik itu sendiri. Teori ini percaya bahwa lingkungan pendidikan maupun lingkungan sekitar yang telah direkayasa oleh orang dewasa tidak akan berpengaruh terhadap tumbuh kembang pengetahuan manusia. Dengan kata lain aliran ini menekankan bahwa pemerolehan pengetahuan manusia hanya berasal dari dalam (internal). Pembawaan lahir itu ada yang baik ada pula yang buruk. Manusia tumbuh dan berkembang membawa segala hal yang telah ia bawa sejak lahir. Dan apa yang mereka bawa tersebut, akan berkembang sesuai arahnya masing-masing. Sedangkan pendidikan tidak akan mempengaruhi apa-apa. Sedangkan Naturalisme berasal dari bahasa Latin yaitu nature artinya alam, tabiat, dan pembawaan. Zahara (1987: 31) mengatakan Aliran ini dinamakan juga negativisme ialah aliran yang meragukan pendidikan untuk perkembangan seseorang karena dia dilahirkan dengan pembawaan yang baik. Ciri utama aliran ini ialah dalam mendidik seseorang kembalilah kepada alam agar pembawaan seseorang yang baik itu tidak di rusak oleh pendidik. Dengan kata lain pembawaan yang baik itu supaya berkembang secara spontan. Hampir senada dengan aliran Nativisme. Aliran ini mengusulkan perlunya permainan bebas kepada anak didik untuk mengembangkan pembawaan, kemampuan- kemampuannya, dan kecenderungan-



kecenderungannya. Tetapi seperti telah diketahui, bahwa gagasan naturalisme yang menolak campur tangan pendidikan, sampai saat ini ternyata tidak terbukti, sebaliknya pendidikan makin lama makin diperlukan. ➢ Aini Septia Rahmalita (20002030) Naturalisme, dan apakah ada keterkaitan antara dua aliran tersebut? Adapun perbedaan dari aliran nativisme dan naturalisme adalah a. Aliran nativisme merupakan pandangan yang menyatakan bahwa tingkaj laku manusia itu tergantung pada pembawaannya sejak lahir yaitu baik dan buruk. Sedangkan b. Aliran Naturalisme merupakan pandangan yang menyatakan bahwa tingkah laku manusia sesuai dengan kodrat alam atau pembawaan baik tidak ada yang pembawaan jelak atau buruk. Adapun Persamaan dari aliran nativisme dan naturalisme adalah Kesamaan dari kedua aliran nativisme dan naturalisme adalah sama sama bagus dan sesuai serta dari kedua aliran tersebut sama sama membahas tentang perkembangan anak, keduanya tidak ada yang salah dan sekarang tergantung pada kita, baik buruknya sikap kita ditentukan oleh diri kita sendiri bukan dari orang lain karena orang lain juga belum tentu benar.



➢ Nadya Mahendra 20003026 1. Aliran Nativisme Istilah Nativisme dari asal kata natives yang artinya terlahir. Nativisme adalah sebuah doktrin filosofis yang berpangaruh besar terhadap pemikiran psikologis. Tokoh utama aliran ini adalah Arthur Schopenhauer(17881869), seoran filosofis Jerman. Aliran ini identik dengan pesimistisyang memandang segala sesuatu dengan kaca mata hitam. Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan manusia itu telah di tentukan oleh faktor-faktor yang di bawa manusia sejak lahir,pembawaan yang telah terdapat pada waktu lahir itulah yang menentukan hasil perkembangannya. Menurut aliran nativisme, pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat pembawaan.



Dalam ilmu pendidikan pandangan seperti ini di sebut pesimistis pedagogis.Pendidikan yang tidak sesuai dengan bakat dan pembawaan anak didik tidak akan berguna untuk perkembangan anak itu sendiri. Bagi nativisme lingkungan lingkungan sekitar tidak mempengaruhi perkembangan anak, penganut aliran ini menyatakan bahwa kalau anak mempunyai pembawaan jahat maka dia akan menjadi jahat, sebaliknya kalau anak mempunyai pembawaan baik maka dia akan baik.



Pembawaan baik dan buruk ini tidak dapat di ubah dari luar, jadi menurut pemaparan di atas telah jelas bahwa pendidikan menurut aliran nativisme tidak bisa mengubah perkembangan seorang anak atau tidak mempunyai pengaruh sama sekali.Karena menurut mereka baik buruknya seoang anak di tentukan oleh pembawaan sejak lahir, dan peran pendidikan di sini hanya sebatas mengembangkan bakat saja. Misalnya: seorang pemuda sekolah menengah mempunyai bakat musik, walaupun orang tuanya sering menasehati bahkan memarahinya supaya mau belajar, tapi fikiran dan perasaanya tetap tertuju pada musik dan dia akan tetap berbakat menjadi pemusik.



2. Aliran Naturalisme ,Nature artinya alam atau yang di bawa sejak lahir. Aliran ini di pelopori oleh seorang filusuf Prancis JJ. Rousseau(1712-1778). Berbeda dengan nativisme naturalisme berpendapat bahwa semua anak yang baru dilahirkan mempunyai pembawaan baik, dan tidak satupun dengan pembawaan buruk. Bagaimana hasil perkembangannya kemudian sangant di tentukan oleh pendidkan yang di terimanya atau yang mempengaruhinya. Jika pengeruh itu baik maka akan baiklah ia akan tetapi jika pengaruh itu jelek, akan jelek pula hasilnya. Seperti dikatakan oleh tokoh aliran ini yaitu J.J. Rousseausebagai berikut:”semua anak adalah baik pada waktu baru datang dari sang pencipta, tetapi semua rusak di tangan manusia”