Laporan Fisiologi Diuresis B16 [PDF]

  • Author / Uploaded
  • fara
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM DIURESIS HOMEOSTASIS DAN KESEIMBANGAN CAIRAN



KELOMPOK B16 ROZAAN AFAAF MAHASHIN



(1102018337)



MUHAMMAD ALFIN AL FAISAL



(1102018338)



SONIA CHANDRA GRENOVIVA R.A



(1102018339)



NINA YOLANDA PUTRI



(1102018340)



WINITA



(1102018341)



MAULIDYA FARADIBA



(1102018342)



DAFFA RIZQI FAUZI



(1102018354)



PUJA KHAIRUNNISA



(1102018355)



FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI 2018/2019 Jl. Letjen. Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta 10510 Telp. 62.21.4244574 Fax. 62.21.4244574



PRAKTIKUM DIURESIS HOMEOSTASIS DAN IMBANGAN CAIRAN



TUJUAN : Pada akhir percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat mendefinisikan dan memahami : 1.Konsep homeostasis dan imbangan cairan 2.Mekanisme umpan balik negatif yang mendasari homeostasis 3. Pengaturan imbangan cairan yang diatus oleh Anti Diuretik Hormon (ADH) Yang mencakup: rangsang  reseptor  jaras eferen  pusat  jaras eferen efektor  efek



ALAT YANG DIPERLUKAN : 1. Air 1 liter 2. Air teh 300cc 3. Air gula 300cc 4. Gelas plastic penampung urine ukuran 250cc 5. Gelas ukur 6. Multistix 7. Jam 8. Timbangan badan 9. Sfigmomanometer air raksa 10. Tissue, sarung tangan 11. Ergometer sepeda (monark) 12. Stopwatch 13. Heart rate monitor 14. Pakaian dan sepatu olahraga (khusus untuk perlakuan D)



TATA KERJA 1. Golongan A/B masing-masing dibagi menjadi 10 kelompok (8 kelompok perlakuan dan dua kelompok kontrol). Mahasiswa akan melaksanakan 4 macam perlakuan, masing-masing perlakuan dilaksanakan oleh 2 kelompok. 2. Setiap kelompok menentukan satu orang (o.p.) dengan kriteria: jenis kelamin laki-laki, sehat, berat badan, usia dan keadaan hidrasi dalam kisaran rata-rata golongan (A/B). 3. Pagi hari o.p. minum air sekitar 2-3 gelas. Pk. 11.00 o.p. makan siang + minum dibagian Ilmu Faal. 4. Pukul 12.00 o.p. ditimbang berat badannya. 5. Kemudian o.p. buang air kecil (b.a.k) dan menampung urinenya. Selanjutnya o.p. menjalani rangkaian pemeriksaan berupa: 2



a. Penimbangan berat badan (usahakan o.p. menggunakan pakaian dan sepatu yang sama selama percobaan) b. Pengukuran tekanan darah lengan kanan dalam posisi duduk c. Pengukuran volume urine menggunakan gelas ukur d. Pengukuran berat jenis (BJ), pH dan kadar glukosa dengan menggunakan multistix. (Cara menggunakan multistix dapat dilihat pada ptunjuk di botol multistix). Hasil pemeriksaan dicatat pada formulir laporan baris U-pra.



6. Pukul 13.00 o.p. buang air kecil dan menjalani rangkaian pemeriksaan yang sama dengan no. 5. Hasil pemeriksaan dicatat pada formulir laporan baris U-0. 7. O.p. menjalani salah satu perlakuan A/B/C/D, sesuai tata cara (lihat lembar selanjutnya). 8. Setelah perlakuan, o.p. buang air kecil dan menjalani rangkaian pemeriksaan sesuai no. 5. Pada menit ke-30 dan ke-60. Hasil pemeriksaan dicatat pada formulir laporan baris U-30 dan U-60. 9. Setelah menjalani masing-masing perlakuan, o.p. tidak diperkenankan makan dan minum, serta aktivitas fisik minimal saja. P1. Mengapa aktivitas fisik o.p. dibatasi minimal?



PERLAKUAN A [MINUM AIR] 1. Setelah menampung U-pra dan U-0, o.p. minum 1 liter air, dalam waktu kurang dari 10 menit. P2. Apa maksud pemberian air minum 1 liter ? 2. Tiga puluh menit setelah selesai minum o.p. buang air kecil dan melakukan rangkaian pemeriksaan sesuai tata cara yang telah dijelaskan pada tata kerja no. 8. P3. Apa efek yang diharapkan dapat terjadi?



PERLAKUAN B [MINUM AIR TEH]



3



1. Setelah menampung U-pra, dan U-0, o.p. minum 300 cc air teh, dalam waktu kurang dari 10 menit. 2. Tiga puluh menit setelah selesai minum, o.p. buang air kecil dan melakukan rangkaian pemerik dan sesuai tata cara yang telah dijelaskan pada tata kerja no. 8. P4. Apa efek yang diharapkan terjadi?



PERLAKUAN C [MINUM AIR GULA] 1. Setelah menampung U-pra, dan U-0, o.p. minum 300 cc air gula, dalam waktu kurang dari 10 menit. 2. Tiga puluh menit setelah selesai minum, o.p. buang air kecil dan melakukan rangkaian pemeriksaan sesuai tata cara yang telah dijelaskan pada tata kerja no.8. P5. Apa efek yang diharapkan dapatterjadi?



PERLAKUAN D ANAEROBIC EXERCISE (OLAHRAGA ANAEROBIK) 1. Setelah menapung U-pra, dan U-0 o.p. mium 300 cc air, dalam waktu kurang dari 10 menit. Kemudian dilakukan pengukuran tekanan darah dan denyut nadi (menggunakan heart rate monitor). 2. O.p. melakukan pemanasan dengan mengayuh depeda selama 5-10 menit dengan cara selang-seling 30” kayuhan maksimal dengan beban dan 30” istirahat (pemberian beban dilakukan oleh pembimbing). Pemanasan dilakukan sampai denyut nadi o.p mencapai ± 150/menit. Denyut nadi pemanasan dicatat. 3. Setelah pemanasan, o.p. istirahat 3-5 menit. 4. O.p. mulai mengayuh hingga mencapai kecepatan maksimal, setelah itu anaerobic exercise dimulai dengan cara mempertahankan kayuhan maksimal (dibutuhkan waktu 3-4 detik untuk mencapai kecepatan dan beban maksimal). Kemudian o.p. mengayuh dengan beban dan kecepatan maksimal selama 30 detik. Setelah selesai anaerobic exercise dilakukan pencatatan denyut nadi. 5. Pendinginan dilakukan dengan cara mengayuh sepeda kecepatan dan beban rendah selama 2-3 menit. 6. Tiga puluh menit setelah selesai anaerobic exercise, o.p. buang air kecil dan melakukan rangkaian pemeriksaan sesuai tata cara yang telah dijelaskan pada tata kerja no. 8. P6. Apa efek yang diharapkan dapat terjadi? 4



E. KONTROL 1. Setelah menampung U-pra dan U-0, o.p. tidak menjalani perlakuan apapun. 2. Tiga puluh menit setelah b.a.k untuk U-0, o.p. buang air kecil dan melakukan rangkaian pemeriksaan sesuai tata cara yang telah dijelaskan pada tata kerja no 8.



5



Dasar Teori



A. Proses Pembentukan Urine Terdapat tiga proses penting yang berhubungan dengan proses pembentukan urine, yaitu:



1. Filtrasi (Penyaringan) Kapsula bowmen dari dalam malphigi menyaring darah dalam glomelurus yang mengandung air, garam, gula, urea, dan zat bermolekul besar (protein dan sel darah) sehingga dihasilkan filtrat glomelurus (Urine Primer). Di dalam filtrat ini terlarut zat yang masih berguna bagi tubuh maupun zat yang tidak berguna bagi tubuh, misalnya glukosa, asam amino, dan garam-garam. 2. Reabsorpsi (Penyerapan Kembali) Dalam tubulus kontortus proksimal dalam urine primer yang masih berguna akan direabsorpsi yang dihasilkan oleh filtrat tubulus (Urine Sekunder) dengan kadar urea yang tinggi. 3. Eksresi (Pengeluaran) Dalam tubulus kontortus distal, pembuluh darah menambahkan zat lain yang tidak dipergunakan dan terjadi reabsorpsi aktif ion NA+ dan Cl- dan sekresi H+ dan K+. Ditempat ini sudah terbentuk urine yang sesungguhnya yang tidak terdapat glukosa dan protein lagi, selanjutnya akan disalurkan ke tubulus kolektifus ke pelvis renalis. Dari kedua ginjal, urine dialirkan oleh pembuluh ureter ke kandung urine (Vesica Urinaria) kemudian melalui uretra, urine dikeluarkan dari tubuh.



B. Mekanisme Pemekatan dan Pengenceran Urine. Bila terdapat kelebihan air dalam tubuh, ginjal dapat mengeluarkan urin encer sebanyak 20 L/hari, dengan konsentrasi sebesar 50 mOsm/L. Ginjal melakukan tugas yang hebat ini dengan mereabsorpsi zat terlarut terus menerus dan pada saat yang sama, tidak mereabsorpsi sejumlah besar air di nefron bagian distal, yang meliputi tubulus distal akhir dan duktus koligentes. Bila terdapat kekurangan air dalam tubuh, ginjal membentuk urin pekat dan pada saat yang bersamaan juga meningkatkan reabsorpsi air dan menurunkan volume urin yang terbentuk. Ginjal manusia dapat memroduksi urin pekat dengan konsentrasi maksimal sebesar 1200-1400 mOsm/L, yaitu 4-5 kali osmolaritas plasma.



Hormon yang memengaruhi fungsi sistem urinarius yaitu : 1. Norepinefrin & Epinefrin 6



Hormon ini dilepaskan dari medula adrenal. Hormon ini memberi sedikit pengaruh pada hemodinamika ginjal, kecuali pada kondisi ekstrim, seperti pada pendarahan hebat. Hormon ini memberikan efek berupa konstriksi arteriol aferen dan eferen sehingga menurunkan GFR dan RBF. 2. Endotelin Hormon ini dihasilkan oleh sel endotel vaskuler ginjal atau jaringan lain yang rusak. Jika pembuluh darah rusak, maka endotelnya pun akan rusak dan melepaskan endotelin. Hormon ini memiliki efek untuk vasokonstriktor kuat sehingga dapat mencegah hilangnya darah. Efeknya terhadap ginjal adalag menurunkan GFR. 3. Angiotensin II & Aldosteron Angiotensin II dapat merangsang sekresi hormon aldosteron oleh korteks adrenal. Keduanya memainkan peranan penting dalam mengatur reabsorpsi natrium oleh tublus ginjal. Bila asupan natrium rendah, peningkatan kadar kedunya akan merangsang reabsorpsi natrium oleh ginjal sehingga dapat mencegah kehilangan natrium yang besar. Sebaliknya, dengan asupan natrium yang tinggi, penurunan pembentukan kedua hormon ini memungkinkan ginjal mengeluarkan natrium dalam jumlah besar. 4. Prostaglandin & Bradikinin Kedua hormon ini cenderung mengurangi efek vasokonstriktor ginja akibat aktivitas saraf simpatis, sehingga meningkatkan GFR. 5. Antidiuretik Hormon/ADH (Vasopresin) ADH berperan dalam pengaturan konsentrasi urin, sehingga juga turut mengatur osmolaritas plasma dan konsenrasi natrium. Jika osmolaritas plasma meningkat di atas normal (zat terlarut dalam cairan tubuh terlaru pekat), kelenjar hipofisis posterior akan terangsang untuk menyekresikan ADH. ADH akan meningkatkan permeabilitas tubulus distal dan duktus koligentes terhada air sehingga meningkatkan reabsorpsi air dan mengurangi volume urin. Sebaliknya, jika terdapat kelebihan air di dalam tubuh (osmolaritas cairan ekstrasel menurun), sekresi ADH akan dikurangi. Hal ini akan mengakibatkan menurunnya permeablitas tubulus distal & duktus koligentes terhadap air sehingga urin menjadi encer.



Saraf yang memengaruhi fungsi sistem urinarius yaitu : a. Saraf utama yang memengaruhi fungsi sistem urinarius adalah saraf pelvis yang berasal dari pleksus sakralis dari segemen sakralis 2 & 3 medula spinalis. Saraf ini memiliki 2 bentuk persarafan, yaitu:  Serabut saraf sensorik Serabut saraf sensorik mendeteksi derajat peregangan dalam kandung kemih, khususnya uretra posterior sehingga memicu refleks mikturisi.  Serabut saraf motorik Serabut ini berperan sebagai serabut saraf parasimpatis yang berakhir di ganglion dalam dinding kandung kemih. Saraf ini berperan untuk menginervasi otot detrusor.



7



b. Serabut saraf lainnya adalah serabut motorik skeletal (melalui saraf pudendus) yang menginervasi dan mengatur otot rangka volunter sfingter eksterna uretra. c. Persarafan simpatik berjalan melalui saraf hipogastrik yang berasal dari segmen lumbal 2 dari medula spinalis. Persarafan ini merangsang pembuluh darah dan meberi sedikit efek terhadap proses kontraksi kandung kemih.



d.



Serabut saraf untuk sensasi rasa penuh dan nyeri.



8



HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN Perlakuan A [Minum Air]



Nama



:M. RaflyFauzan



Tanggal praktikum



: 27-11-18



Kelompok



: B-1



Jenis perlakuan



: Perlakuan A



Berat badan pukul 12.00



: 65 kg



Waktu pelaksanaan



: 13.45



Waktu Volume Pengambil urin (ml) an



Periode pengambil an (menit)



Laju produksi urin(ml/me nit)



BJ



Warna



PH



Glu kosa



Bera t bada n (kg)



Tekanan darah (mm/Hg )



13.26



150ml



1:44



104.67 ml/dtk



1025



kuning pekat



6



-



54



110/70



14.20



30ml



1:41



21,27 ml/dtk



1030



kuning tua



6



-



54



110/70



14.50



150ml



1:30



115,38 ml/dtk



1010



bening



6,5



-



54



110/70



Volume urine total dalam 30 menit



330 ml



U-0 U- 30 pasca perlaku an U- 60 pasca perlaku an



Perlakuan C [Minum Air Gula]



Nama



:Ichsan Diaz



Tanggal praktikum



: 27-11-18



Kelompok



: B14



Jenis perlakuan



: Perlakuan B



Berat badan pukul 12.00



: 50 kg



Waktu pelaksanaan



: 15.55 s/d 16.20



Waktu Volume Pengambil urin (ml) an U-0 U- 30 pasca perlaku an U- 60 pasca perlaku an



Periode pengambil an (menit)



Laju produksi urin(ml/me nit)



BJ



Warna



PH



Glu kosa



Bera t bada n (kg)



Tekanan darah (mm/Hg )



15.55



100ml



1menit



100ml/mnt



1010



kuning pekat



6



-



50



120/80



16.15



18ml



6 detik



180ml/mnt



1020



kuning bening



6



-



50



110/80



16.20



78ml



13 detik



360ml/mnt



1010



Kuning bening



6



-



50



100/70



9



Volume urine total dalam 30 menit



196 ml



Perlakuan B [Minum Air Teh] Nama



:Yanuar A. Navis



Tanggal praktikum



: 27-11-18



Kelompok



: B-3



Jenis perlakuan



: Perlakuan B



Berat badan pukul 12.00



: 84 kg



Waktu pelaksanaan



: 13.30s/d 14.52



Waktu Volume Pengambil urin (ml) an U-0



Periode pengambil an (menit)



Laju produksi urin(ml/me nit)



BJ



Warna



PH



Glu kosa



Bera t bada n (kg)



Tekanan darah (mm/Hg )



13.30



55ml



5 detik



11 ml/dtk



1020



kuning



6,5



-



84



110/70



14.12



22ml



42 detik



0,52 ml/dtk



1020



kuning



6



-



84



110/60



14.42



19ml



30 detik



0,63 ml/dtk



1020



kuning



6



-



84



110/70



Volume urine total dalam 30 menit



96 ml



U- 30 pasca perlaku an U- 60 pasca perlaku an



Perlakuan D [ANAEROBIC EXERCISE (Olahraga Anaerobik)] Nama



:Muhammad Alfin



Tanggal praktikum



: 27-11-18



Kelompok



: B-16



Jenis perlakuan



: Perlakuan D



Berat badan pukul 12.00



: 65 kg



Waktu pelaksanaan



: 13.45



Waktu Volume Pengambil urin an (ml)



Periode pengambil an (menit)



U-0



13.50



100



U- 30 pasca perlakuan



14.20



60



Volume urine total dalam 30 menit



Laju produksi urin(ml/men it) -



30



3,67



BJ



Warna



PH



Berat Tekanan Gluko badan darah sa (kg) (mm/Hg)



1020 Kuning 6,5



-



55



120/80



Kuning 6,5 keruh



-



55



120/90



1025



160 ml



10



Pertanyaan dan Jawaban Praktikum 1. Mengapa aktifitas fisik o.p dibatasi minimal saja? Karena dalam praktikum ini bertujuan untuk mengetahui keseimbangan cairan tubuh maka semaksimal mungkin menghindari faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakseimbangan cairan, co: yaitu aktivitas. Aktivitas fisik seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan elektrolit, Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme sehingga mengakibatkan peningkatan keluaran cairan tubuh.Aktivitas fisik yang berlebihan dapat membuat hasil yang didapat menjadi tidak akurat. Aktivitas yang berlebihan dapat mempengaruhi urine yang dikeluarkan, meliputi jumlah urine serta kandungan mineral yang dikandungnya. 2. Apa maksud pemberian air minum 1 liter? Untuk mengetahui perbandingan urine seseorang sebelum diberi air minum dan setelah diberi air minum 1 liter.hal ini dapat memicu ginjal untuk mengeluarkan lebih banyak volume urin sebagai respon untuk menjaga osmolaritas cairan tubuh. 3. Apa efek yang diharapkan dapat terjadi ? (perlakuan A)  Volume urine yang dikeluarkan meningkat dibanding sebelum diberi minum air sehingga urin menjadi lebih encer.  Konsumsi air dalam jumlah besar memicu ginjal untuk mengeluarkan air dalam jumlah besar tanpa mengeluarkan solute yang penting didalamnya.  Laju produksi urine meningkat lebih cepat  Berat Jenis urine meningkat  Warna urine lebih jernih  PH urine normal  Urine tidak mengandung glukosa  Berat badan dan tekanan darah tidak berubah 4. Apa efek yang diharapkan dapat terjadi ? (Perlakuan B)  Volume urine yang dikeluarkan lebih banyak dibanding sebelum diberi minum teh.  Teh mengandung zat diuretic yang dapat meningkatkan Laju produksi urine.  Berat Jenis urine meningkat  Warna urine lebih jernih  PH urine normal  Urine tidak mengandung glukosa  Berat badan dan tekanan darah tetap tidak berubah 5. Apa efek yang diharapakan dapat terjadi ? (Perlakuan C) Pada percobaan meminum air gula, maka dalam tubuh akan terjadi peningkatan osmolaritas dan hal ini menyebabkan ADH terangsang keluar untuk menghemat persediaan air dalam tubuh. Akibat ADH disekresikan oleh hipofisi posterior, maka ADH dalam plasma akan meningkat. Hal ini menyebabkan air akan direabsorpsi lebih banyak sehingga volume dan laju produksi urin akan menurun sebagai cara untuk menjaga homeostatis tubuh. Pada orang normal tidak didapati glukosa dalam urin walau yang bersangkutan meminum air gula. 11



Dapat disimpulkan sebagai berikut:  Volume urine menurun  Laju produksi urine menurun  Berat Jenis urine meningkat  Warna urine sedikit keruh  PH urine berubah  Kandungan glukosa urine meningkat  Berat badan dan tekanan darah tetap tidak berubah 6. Apa efek yang diharapkan dapat terjadi ? (Perlakuan D) Karena o.p. diharuskan untuk melakukan olahraga setelah meminum air sebanyak 300cc, volume urine yang harusnya dikeluarkan sebanyak kurang lebih sebanyak air yang diminum menjadi berkurang. Hal ini terjadi karena setelah olahraga tubuh o.p. akan mengeluarkan cairan melalui keringat serta uap air melalui system pernafasan, sehingga jumlah volume urine pun menjadi berkurang dari yang seharusnya dikeluarkan. Hal yang dapat diamati:  Volume urine lebih sedikit.  Laju produksi urine menurun.  Berat Jenis urine menurun.  Warna urine sedikit keruh.  PH urine normal.  Kandungan glukosa urine tidak ada.  Berat badan tetap.  Tekanan darah berubah.



Pembahasan Hasil Praktikum Perlakuan D Anaerobic Exercise) U-pra : Kedua perlakuan memiliki data awal yang berbeda U-30



: Pasca perlakuan



 Perlakuan D memiliki penurunan jumlah urine, kenaikan BJ, perubahan warna urine dan kenaikan tensi darah. Kesimpulan : Exercise dapat mengubah keseimbangan cairan dalam tubuh karena adanya pengeluaran keringat tapi masukan air dibanding tidak melakukan apapun.



12



KESIMPULAN



Dalam praktikum ini kami mempelajari tentang homeostasis tubuh atau keseimbangan tubuh. Homeostasis tubuh dipertahankan dengan pengaturan volume dan osmolaritas cairan ekstrasel. Apabila volume cairan didalam tubuh meningkat, volume darah serta tekanan darah akan meningkat juga. Di dalam keseimbangan tubuh, asupan cairan kedalam tubuh harus kurang lebih sama dengan cairan yang keluar pula. Bila asupan cairan kedalam tubuh lebih banyak, tubuh akan merespon dengan pengurangan sekresi ADH, dan peningkatan sekresi ANP yang menimbulkan blockade pada sekresi aldosterone. Apabila terjadi volume cairan akan menurunkan volume darah serta tekanan darah. Karenanya, timbul rangsangan system RAA dan timbul respons berupa pengurangan produksi urine, dan rangsangan haus.



Dalam praktikum ini, hasil yang kami dapatkan setelah o.p. diberi minum air the adalah, pH urine bersifat asam lemah karena pH menunjukan angka 6, serta urine tidak mengandung glukosa. Urine tidak mengandung glukosa karena teh tidak dimimum o.p. tidaj mengandung kadar glukosa, tetapi apabila cairan yang dimasukkan mengandung glukosa, glukosa akan di absorpsi di kapsula bowman dan di reabsorpsi lagi tubulus kontortus proksimal. Glukosa dapat mempengaruhi ekskresi urin dengan meningkatkan reabsorpsi air sehingga volume air yang dikeluarkan menurun. Teh sendiri merupakan diuretic alami bagi tubuh, sehingga hormone ADH yang berperan sebagai hormon antidiuretic dikeluarkan lebih banyak. Karena hormone ADH yang dikeluarkan lebih banyak, urin menjadi kental atau pekat. Uji diuresis bertujuan untuk terapi pasien yang memiliki hipertensi, biasanya pasien hipertensi tekanan darahnya akan menurun apabila dilakukan terapi ini. DAFTAR PUSTAKA



13



Guyton, Arthur.2006.Edisi 11.Text Book of Medical Physiology.USA :Elsevier Saunders. Ganong, William F.2008.Edisi 20.Fisiologi Kedokteran.Jakarta:EGC. Sherwood, Lauralee. 2013.Edisi 8. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem.Jakarta:EGC



14