Laporan Fitokimia-1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA II Isolasi Flavonoid dari Benalu Teh (Scrulla Atropurpurea)



Disusun Oleh :



Kelompok 3 (Grup E) 



Siti Mardiyah



1643050029







Neng Fitriah



1643050074







Thomas Darmawan 1643050081







Felix Kurniawan



1643050095







Sari Ning Ayu



1643050128







Tya Monicha



1643050147



LABORATORIUM FITOKIMIA



FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA 2019/2020



I.



II.



III.



Judul Percobaan



: Isolasi Flavonoid dari Benalu Teh (Scrulla Atropurpurea)



Tujuan



: Mengisolasi dan mengidentifikasi Flavon dari Benalu Teh.



Teori Flavonoid adalah Senyawa flavonoid adalah senyawa polifenol yang mempunyai 15 atom karbon yang tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6, yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh 3 atom karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk cincinketiga. Benalu teh merupakan tumbuhan parasit yang tumbuh pada tanaman teh, sebagian tumbuh parasit benalu hidup dengan mengambil nutrisi dasar, yang dimiliki oleh inang untuk selanjutnya diolah menjadi makanan dan energi guna kepentingan tumbuhan benalu teh tersebut. 1. Klasifikasi Tanaman : -



Kingdom : Plantae (Tumbuhan)



-



Subkingdom



: Tracheobinta (Tumbuhan Berpembuluh)



-



Super divisi



: Spermatophyta



-



Divisi



: Magnoliophyta



-



Kelas



: Magnoliopsida



-



Ordo



: Santales



-



Family



: Loranthaceae



-



Genus



: Scrulla



-



Spesies



: Scrulla atropurpurea



2. Morfologi Tumbuhan : -



Habitus



: Parasit obligat



-



Batang



: Menggantung, silindris, berkayu, berbintik-bintik (coklat).



-



Daun



:Tunggal, berhadapan, lonjong, ujung agak meruncing, pangkat membulat tepi rata, panjang 5-9 cm, lebar 2-4 cm.



-



Bunga



: Majemuk, bentuk panjang, terdiri dari 4-6 bunga, tangkai pendek, kelopak bentuk kerucut terbalik, panjang ± 3 cm.



-



Buah



: Kerucut terbalik, panjang ± 8 mm, coklat.



-



Biji



: Bulat, kecil, hitam.



-



Akar



: Menempel pada pohon inang, berfungsi menghisap.



3. Jenis-jenis Flavonoid : a. Katekin dan Proantosianidin Merupakan 2 golongan senyawa yang mempunyai banyak kesamaan.Senyawa yang berwarna dan banyak terdapat di tumbuhan kayu. b. Flavonon dan Flavanonol Kedua senyawa ini hanya sedikit sekali ditemui dibanding Flavonoid yang lain. Merupakan senyawa Flavonoid yang hampir tidak berwarna atau hanya kuning sedikit.Flavonon banyak ditemui dalam bentuk aglikon, banyak dikenal seperti hesperidin, dan naringin dikulit buah jeruk. c. Flavon, Flavonol, Isoflavon Merupakan senyawa Flavonoid yang banyak ditemukan pada pigmen kuning ditumbuhan isoflavon merupakan senyawa Flavonoid yang tidak begitu menonjol tapi senyawa ini penting sebagai Fitoaleksin. d. Auron ( Cincin A- coco – CH2 – cincin B ) Berupa pigmen kuning



emas yang terdapat dalam bunga tertentu dan



bryopyta.Dikenal hanya 5 aglikon tetapipolohidroksilasi. Umumnya serupa dengan pola pada Flavonoid lain, biasanya dijumpai dalam bentuk glikosida dan eter metil. e. Antosianin Secara kimia merupakan turunan suatu struktur aromatik tunggal yaitu sianidin ini dengan penambahan atau pengurangan gugus hidroksil atau dengan metilasi. f. Khalkon Terdapat dalam sejumlah tanaman namun terdistribusi dalam tidak lazim.Beberapa khalkon misalnya merenin, kereopsin, stillopsin, lanseolin sebagai pigmen daun bunga berwarna kuning.



Fraksi adalah suatu proses pemisahan senyawa- senyawa berdasarkan tingkatan kepolaran. Jumlah dan senyawa yang dapat dipisahkan menjadi fraksi berbeda-beda tergantung pada jenis tumbuhan. Prinsip dasar rotary evaporator adalah pemisahan ekstrak dari cairan penyarinya dengan pemanasan yang dipercepat oleh putaran dari labu, cairan penyari dapat menguap 5 - 10°C dibawah titik didih pelarutnya disebabkan karena penurunan tekanan. Perbedaaan rotary evaporator dengan destilasi yaitu pada rotary evaporator zat cair pekat merupakan produk utamanya sedangkan uapnya biasanya dikondensasikan dan dibuang. Namun pada proses destilasi pemurnian dilakukan dengan penguapan senyawa cair dengan cara pemanasan lalu uap yang terbentuk diembunkan sehingga mendapatkan zat murni (destilat). Penggunaan pelarut metanol dalam pemurnian flavonoid karena pelarut metanol merupakan pelarut yang bersifat polar dan flavonoid juga bersifat polar, sehingga dapat menggunakan pelarut metanol. Rendemen adalah perbandingan antara ekstrak (hasil ekstraksi) dengan bahan awal ( simplisia awal )



Struktur dasar Flavonoid



Struktur dasar kuersetin (flavonoid pada Benalu teh)



IV.



Bagan Prosedur Ekstraksi Benalu Teh



Simplisia halus dan kering Maserasi dengan methanol 3x3 hari



Ampas



Ekstrak Di rotary evaporator



Metanol



Ekstrak kental Ekstrak kental ditambah air panas Fraksinasi Heksan 1 : 1



Heksan



Air dengaan endapan Fraksinasi Heksan etil asetat 7 : 3



Air



Ekstrak Endapan



Dibersihkan dengan metanol Dikeringkan dioven



V.



Alat dan Bahan : A. Alat :



B. Bahan :



1. Erlenmeyer



1. Benalu teh



2. Corong pisah



2. Asam asetat anhidrat



3. Timbangan Analitik



3. Metanol



4. Pelarut Organik



4. Butanol



5. Kertas Saring



5. Aquadest



6. Rotary Evaporator



6. Reagen-reagen



VI.



Prosedur : 1. Benalu teh yang kering dan halus ditimbang, kemudian dimaserasi dengan metanol dalam botol berwarna gelap selama 3x3 hari dimana setiap 3 hari sekali, filtrat disaring, kemudian ampas dimaserasi kembali. 2. Hasil filtrat dipekatkan di rotary evaporator (agar pelarut metanol dapat terpisah dari zat aktif sampai diperolehkan ekstrak kental). 3. Kemudiaan ekstrak kental ditambahkan air panas lalu difraksinasi dengan hexan yang telah didestilasi dengan corong pisah. 4. Lalu dipanaskan lapisan hexan dengan lapisan air. Lapisan air dikentasi dengan hexan sampai warna hijau, kekuningan, kemudian dikentasi lagi dengan campuran hexan dan etil asetat (1:3) yang telah didestilasi sampai terbentuk endapan kuning. 5. Endapan yang diperoleh dibersihkan dari pengotornya dengan metanol destilasi dan dikeringkan. Setelah endapan ditimbang untuk dihitung. 6. Identifikasi hasil dengan skrining dan KLT dengan menggunakan eluen BAA.



VII.



Data Identifikasi Dik : Berat simplisia awal = 500 g Berat Ekstrak kental = 21,5 g 21,5



a. Rendemen :468,3 × 100% = 4,59% b. Organoleptik : -



Warna



: kuning-coklat



-



Rasa



: pahit



-



Bau



: khas



-



Bentuk



: serbuk



1. Hasil Skrinning No 1



Cara Uji Pemeriksaan Tanin Sari metanol + 3 tetes FeCl3



2



Pemeriksaan Alkaloid Simplisia halus + CHCl3 + NH4OH saring hingga terbentuk ekstrak diuapkan + HCl 2 N, kocok ambil lapisan asam, bagi menjadi 3 tabung :



Teori Biru hijau / hijau tua



Hasil uji (+)



(+)



1. + Mayer 2. + Dragendrof 3. + Bouchardad 3



Endapan Putih Endapan Jingga Endapan merah bata



Pemeriksaan Flavonoid Sari metanol + HCl (p) + logam Mg → merah dinginkan + amil alkohol



Flavonoid : warna merah naik keatas Tanin dan Flavonoid : warna merah tetap di bawah



4



Pemeriksaan Gula Pereduksi : Sari metanol + 2 tetes Fehling A&B , panaskan di Waterbath



↓merah bata



(+)



5



Pemeriksaan Emodol: Sari metanol dipekatkan di dinginkan + NH4OH 25 % kocok



merah



(+)



6



Pemeriksaan kumarin : Sari metanol diuapkan sampai kering + Air panas, bagi 2 tabung : 1. Pembanding 2. + NH4OH 10 % Lihat di sinar UV



Flueresensi kuning kehijauan / kebiruan



7



Pemeriksaan Steroid :dan Terpenoid : 1. Ekstrak @ plat tetes + H2SO4 P + Asam Asetat Anhidrat



2.Sari metanol diuapkan sampai kering + Asam Asetat anhidrat + CHCl3 +H2SO4 p melalui dinding



(+) tanin dan flavonoid



Steroid : hijau/biru Terpen : Ungu merah coklat Terpen : cincin hijau/mer ah Steroid : cincin hijau biru



(+) Terpen - coklat



(+ )



2. Kromatografi



3. Perhitungan Rf 3,4



Rf 1 :4.5 = 0.75 VIII.



HRf : 0,75 x 100% = 75%



PEMBAHASAN Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, kelompok kami berhasil mendapatkan kandungan flavonoid dari tanaman Scrulla atropurpurea atau biasa disebut benalu teh. Flavonoid pada Scrulla atropurpurea disebut kuersetin. Kuersetin diperoleh dengan proses ekstraksi maserasi. Hal ini dilakukan karena Scrulla atropurpurea tidak tahan panas, mudah teroksidasi dalam suhu tinggi, metodenya mudah dan murah. Metode maserasi ini dengan merendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan dalam dan luar sel. Pelarut yang dipakai dalam metode ini adalah metanol karena metanol bersifat polar,hal ini sesuai dengan tanaman yang juga bersifat polar. Maserasi dilakukan selama 3 x 3 hari lalu disaring hingga menghasilkan ekstrak.Ekstrak hasil maserasi dipekatkan dengan rotary evaporator. Setelah itu ekstrak kental di campur dengan air panas dan heksan (1:1) untuk memulai proses selanjutnya yaitu fraksinasi menggunakan corong pisah. Proses fraksinasi ini dilakukan untuk memisahkan senyawa polar dan non polar. Kita ketahui bahwa air bersifat polar sedangkan hexan bersifat non polar. Dengan campuran pelarut tersebut diharapkan senyawa-senyawa yang terkandung dalam benalu teh akan terpisah sesuai sifat kepolarannya hingga di dapatkan ekstrak hexan dan air. Kemudian air dicampurkan lagi dengan campuran etil asetat dan hexan (7:3) lalu dipisahkan dengan corong pisah. Kali ini kita menggunakan campuran etil



asetat dan hexan untuk memisahkan senyawa non polar dan semi polar. Fraksinasi ini terus diulang hingga menghasilkan warna



kuning bening .Setelah itu hasil dari



fraksinasi tersebut diambil lalu di keringkan di oven .Setelah dikeringkan, ekstrak endapan ditimbang untuk menghitung rendemen. Hasil rendemen yang di dapat sebesar 4,59 %. Kemudian hasil ekstrak di identifikasi dengan beberapa uji yaitu uji organoleptik, skrining fitokimia, dan kromatografi. Hasil identifikasi dapat dilihat pada hasil identifikasi yang sebelumnya telah diterangkan. Pada uji organoleptik, kita dapat menyimpulkan bahwa kuersetin berwarna kuning kecoklatan dan rasanya pahit. Pada uji skrining flavonoid, kita mendapatkan hasil warna merah tetap dibawah yang menandakan bahwa sampel positif mengandung flavonoid, lalu pada uji kromatografi, kita memakai metode kromatografi lapis tipis dan menghasilkan 3 spot. Hasil Rf sebesar 0,75 dan HRf sebesar 75%



IX.



Kesimpulan :



1. Sebanyak 2,5 g serbuk kuning kecoklatan telah diisolasi dari 21,5 g ektrak kental metanol tanaman Benalu Teh (Scrulla atropurpurea) 2. Proses isolasi Flavonoid pada tanaman Benalu Teh (Scrulla atropurpurea) dapat dilakukan dengan cara maserasi 3. Proses identifikasi Flavonoid dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu uji organoleptik, uji skrining, uji kromatografi, dan uji spektrofotometri



X.



Daftar Pustaka 1. Buku Penuntun Praktikum Fitokimia 2. Fitriya. 2011. Flavonoid kuersetin dari tumbuhan benalu teh (Scrulla atropurpurea BL. Dans). Jurnal penelitian sains universitas sriwijaya, 14 (4C), 14408 3. Fitrya, Lenny Anwar, dan Fitria sari. 2009. Identifikasi flavonoid dari buah tumbuhan mempelas. Jurnal penelitian sains universitas sriwijaya, 12 (3C), 12035 4. Sudjadi, M.S. 1983. Penentuan struktur senyawa organic. Ghalia Indonesia : Bandung 5. https://jpsmipaunsri.files.wordpress.com/2012/01/v14- no4-c-2-fitrya.pdf