Laporan Hasil Observasi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN HASIL OBSERVASI PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK



DISUSUN OLEH NAMA



: SATYA SADHU



NIM



: E1M 011 036



PRODI



: PENDIDIKAN KIMIA



FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI MATEMATIKAN DAN MIPA JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA UNIVERSITAS MATARA 2012



KATA PENGANTAR



Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia-NYA kami dapat menyelesaikan tugas observasi ini dalam bidang



studi



Perkembangan



Peserta



Didik



yang



bertemakan



“Perkembangan Kognitif pada Remaja” Mungkin dalam hasil observasi ini masih banyak memiliki kekurangan baik dari segi penulisan, isi dan lain sebagainya. Maka kami sangat mengharapkan kritikkan dan saran guna perbaikan untuk observasi di hari yang akan datang. Demikianlah sebagai pengantar kata, dengan iringan serta harapan semoga tulisan sederhana ini semoga dapat diterima dan bermanfaat



bagi



mahasisiwi



Fakultas



meningkatkan



semua



pembaca.



Keguruaan



pengetahuan



dan



Khususnya



dan



Ilmu



bagi



mahasiswa-



Pendidikan



pengembangan



untuk



keterampilan



kependidikan demi terciptanya pendidik professional. Atas semua ini kami mengucapkan terimakasih bagi segala pihak yang telah ikut membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Mataram, 21 Mei 2011 Penyusun



SATYA SADHU



BAB I PENDAHULUAN A.



LATAR BELAKANG Peserta didik tidak pernah lepas dari belajar, baik di sekolah



maupun dalam lingkungan keluarga. Sehingga kemampuan kognitif sangat diperlukan peserta didik dalam pendidikan. Perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam perkembangan remaja. Kita ketahui bahwa peserta didik khususnya remaja merupakan objek yang berkaitan langsung dengan proses pembelajaran, sehingga perkembangan kognitif sangat menentukan keberhasilan peserta didik dalam sekolah. Menurut



Piaget



(dalam



Santrock,



2001),



seorang



remaja



termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Dalam pandangan Piaget, remaja secara aktif membangun dunia



kognitif mereka,



di mana



informasi yang



didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga menghubungkan ide-ide tersebut. Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru. Dalam perkembangan kognitif di sekolah, guru sebagai tenaga kependidikan



yang



bertanggung



jawab



dalam



pengembangan



kognitif peserta didik perlu memiliki pemahaman yang sangat mendalam tentang perkembangan kognitif pada anak didiknya. Orang tua juga tidak kalah penting dalam kognitif anak karena, perkembangan



dan



pertumbuhan



anak



dimulai di lingkungan



keluarga. Namun, sebagian pendidik dan orang tua belum terlalu memahami



tentang



perkembangan



kognitif



anak,



proses



perkembangan kognitif, bahkan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif anak. Melalui makalah ini saya mencoba untuk mengangkat masalah perkembangan kognitif remaja agar guru dan orang tua dapat memberikan



layanan



pendidikan



atau



melaksanakan



proses



pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan kognitif masingmasing remaja dan melalui observasi ini saya mencoba mengetahui perkembangan kognitif remaja pada zaman yang lebih modern ini.



B.



RUMUSAN MASALAH



1. Apa pengertian perkembangan kognitif pada remaja ? 2. Bagaimana proses perkembangan kognitif remaja? 3. Apa saja karakteristik perkembangan kognitif remaja? 4. Bagaimana perubahan kognitif remaja? 5. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan kognitif remaja ? 6. Bagaimana perkembangan kognitif remaja pada masa kini? 7. Bagaimana



remaja



menggunakan



dalam menghadapi masalahnya?



perkembangan



kognitifnya



C.



TUJUAN PENULISAN



1. Mengetahui pengertian perkembangan kognitif pada remaja 2. Mengetahui proses perkembangan kognitif pada remaja 3. Mengetahui karakteristik perkembangan kognitif pada remaja 4. Mengetahui perubahan kognitif pada remaja 5. Mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif pada remaja 6. Mengetahui perkembangan kognitif remaja masa kini 7. Mengetahui cara remaja dalam menyelesaiakan masalah dengan menggunakan perkembangan kognitifnya



BAB II ISI LAPORAN A. KONSEP DASAR DAN KARAKTERISTIK TENTANG PERKEMBANGAN KOGNITIF REMAJA A 1. Konsep Dasar Perkembangan Kognitif a)Pengertian Serupa lainnya,



dengan



kemampuan



aspek-aspek kognitif



perkembangan



anak



juga



yang



mengalami



perkembangan tahap demi tahap. Secara sederhana, pada buku



karangan



(Desmita,



2009)



dijelaskan



kemampuan



kognitif dapat dipahami sebagai kemampuan anak untuk berpikir



lebih



kompleks



serta



kemampuan



melakukan



penalaran dan pemecahan masalah. Dengan berkembangnya kemampuan kognitif ini akan memudahkan peserta didik menguasai pengetahuan umum yang lebih luas, sehingga anak mampu melanjutkan fungsinya dengan wajar dalam interaksinya dengan masyarakat dan lingkungan. Istilah kognitif berasal dari kata



cognition



yang



padanannya knowing, berarti mengetahui. Dalam arti yang luas, cognition (kognisi) ialah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan (Neisser, 1976) Perkembangan intelegensi/kognitif adalah perubahan kemampuan mental



seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. 1976). Piaget (dalam Papalia & Olds, 2001) mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja



untuk



berpikir



abstrak.



Piaget



menyebut



tahap



perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal (suatu tahap dimana seseorang sudah mampu berpikir secara abstrak). Pada tahap ini, remaja juga sudah mulai mampu berspekulasi tentang sesuatu, dimana mereka sudah mulai membayangkan sesuatu yang diinginkan di masa depan. Perkembangan kognitif yang terjadi pada remaja juga dapat dilihat dari kemampuan seorang remaja untuk berpikir lebih logis. Remaja sudah mulai mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana mereka mampu membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan (Santrock, 2001). Salah kanak-kanak



satu



bagian



yang



belum



perkembangan sepenuhnya



kognitif



ditinggalkan



masa oleh



remaja adalah kecenderungan cara berpikir egosentrisme (ketidakmampuan melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain) (Piaget dalam Papalia & Olds, 2001). Elkind (dalam Beyth-Marom et al., 1993; dalam Papalia & Olds, 2001) mengungkap-kan



salah



satu



bentuk



cara



berpikir



egosentrisme yang dikenal dengan istilah personal fable (berisi keyakinan bahwa diri seseorang adalah unik dan memiliki karakteristik khusus yang hebat, yang diyakini benar adanya tanpa menyadari sudut pandang orang lain dan fakta sebenarnya).



Beberapa



uraian



tentang



pengertian



kecerdasan/intelegensi menurut para ahli : 1. S.C.



Utami



Munandar



mengatakan



bahwa



intelegensi



merupakan kemampuan berpikir, belajar, menyesuaikan diri. 2. Alferd Binet mengatakan bahwa intelegensi merupakan kemampuan masalah



beradaptasi,



yang



mengadakan



dihadapi,



dan



kritik



terhadap



kemampuan



untuk



memecahkan masalah. 3. L.L. Thurstone mengatakan bahwa intelegensi merupakan kecakapan mengamati dan menafsirkan, kecakapan dan kefasihan untuk menggunakan kata – kata, kecakapan mengingat. 4. Edward



Thorndike



mengatakan



bahwa



intelegensi



merupakan kemampuan individu untuk memberikan respon yang tepat terhadap stimulasi yang diterimanya. 5. George



D.



Stodard



mengatakan



bahwa



intelegensi



merupakan kecakapan dalam menyatakan tingkah laku. 6. William Stern mengatakan bahwa intelegensi merupakan kapasitas atau kecakapan umum pada individu secara sadar untuk



menyesuaikan



pikirannya



pada



situasi



yang



dihadapinya. 7. Carl



Whitherington



merupakan



mengatakan



kemampuan



dimanifestasikan



bahwa



bertindak



dalam



kemampuan/kegiatan – kegiatan.



intelegensi sebagaimana



kemampuan







8. J.P.



Chaplin



(1975)



mengatakan



bahwa



intelegensi



merupakan kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif. 9. Anita E. Woolfok (1995) : kemampuan untuk belajar, memperoleh dan menggunakan pengetahuan dalam rangka memecahkan masalah dan beradaptasi dengan lingkungan. Sejumlah ahli psikologi juga menggunakan istilah thinking atau fikiran ini untuk menunjukkan pengertian yang sama dengan cognition, yang mencakup berbagai aktifitas mental,



seperti:



penalaran,



pemecahan



masalah,



pembentukan konsep-konsep, dan lain-lain. Sehingga dalam hal ini, Myers (1996) menjelaskan bahwa, “thinking, or cognition, is the mental activity associated with processing, understanding,



and



communicating



information…these



mental activities, including the logical and sometimes illogical ways in which we create concepts, solve problems, make decisions,



and



from



judgments”.



Atkinson,



dkk,



(1991)



mengartikan berfikir sebagai “kemampuan membayangkan dan menggambarkan benda atau peristiwa dalam ingatan dan bertindak masalah



berdasarkan yang



penggambaran



berdasarkan



pikiran



ini.



Pemecahan



dibedakan



dengan



pemecahan masalah melalui manipulasi yang nyata.” Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan. Pengetahuan datang dari tindakan. Piaget meyakini bahwa pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan. Sementara



itu bahwa interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya berargumentasi



dan



berdiskusi



membantu



memperjelas



pemikiran yang pada akhirnya memuat pemikiran itu menjadi lebih logis (Nur, 1998), dalam posting (Anwar Holil, 2008). Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan dan dapat dipahami bahwa kognitif atau pemikiran adalah istilah yang digunakan oleh ahli psikologi untuk menjelaskan semua aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran,



ingatan



dan



pengolahan



informasi



yang



memungkinkan seseorang remaja memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan merencanakan masa depan, atau semua proses psikologis yang berkaitan bagaimana remaja mempelajari, memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan,



menilai



dan



memikirkan



lingkungannya.



(Desmita, 2009).



b)Proses Perkembangan Kognitif Dalam pembahasan proses perkembangan kognitif, ada dua alternative proses perkembangan kognitif yaitu pada teori dan tahap-tahap perkembangan yang dikemukakan oleh Piaget. 1. Teori Perkembangan Kognitif Piaget. Piaget meyakini bahwa pemikiran seorang peserta didik berkembang dari bayi sampai dia dewasa. Menurut teori Piaget, setiap individu pada saat tumbuh mulai dari



bayi yang baru di lahirkan sampai mengijak usia dewasa mengalami empat tingkat perkembangan kognitif, yaitu tahap aensori-motorik (dari lahir sampai 2 tahun), tahap pra-operasional (usia 2 sampai 7 tahun), tahap konkretoperasional (usia 7 sampai 11 tahun), dan tahap operasional formal (usia 11 tahun ke atas), dalam buku karangan Desmita(2009:101) dan (Anwar Holil,2008). a. Tahap Sensori-Motorik (usia 0 sampai 2 tahun) Inteligensi sensori-motor dipandang sebagai inteligensi praktis (practical intelligence), yang berfaedah untuk belajar



berbuat



terhadap



lingkungannya



sebelum



mampu berfikir mengenai apa yang sedang ia perbuat. Inteligensi individu pada tahap ini masih bersifat primitif, namun merupakan inteligensi dasar yang amat berarti untuk menjadi fundasi tipe-tipe inteligensi tertentu yang akan dimiliki anak kelak. Sebelum usia 18 bulan, anak belum mengenal object permanence. Artinya, benda apapun yang tidak ia lihat, tidak ia sentuh, atau tidak ia dengar dianggap tidak ada meskipun sesungguhnya benda itu ada. Dalam rentang 18 – 24 bulan barulah kemampuan object permanence anak tersebut muncul secara bertahap dan sistematis. b. Tahap Pra-Operasional (usia 2 sampai 7 tahun) Pada



tahap



ini



anak



sudah



memiliki



penguasaan



sempurna tentang object permanence. Artinya, anak tersebut sudah memiliki kesadaran akan tetap eksisnya suatu benda yang harus ada atau biasa ada, walaupun benda tersebut sudah ia tinggalkan atau sudah tak



dilihat, didengar atau disentuh lagi. Jadi, pandangan terhadap eksistensi benda tersebut berbeda dengan pandangan pada periode sensori motor, yakni tidak bergantung lagi pada pengamatannya belaka. Pada periode ditandai oleh adanya egosentris serta pada periode ini memungkinkan anak untuk mengembangkan diferred-imitation,



insight



learning



dan



kemampuan



berbahasa, dengan menggunakan kata-kata yang benar serta mampu mengekspresikan kalimat-kalimat pendek tetapi efektif. Pada tahapan pra-operasional menurut piaget ada beberapa ciri antara lain : • Berpikir pra-operasional masih sangat egosentris. Anak belum



mampu



motivational,



(secara



dan



perseptual,



konsepsual)



untuk



emosionalmengambil



perspektif orang lain. • Cara



berpikir



pra-operasional



sangat



memusat



(centralized). Bila anak dikonfrontasi dengan situasi yang multi-dimensional, maka ia akan memusatkan perhatiannya hanya pada satu dimensi saja dan mengabaikan dimensi-dimensi yang lain dan akhirnya juga



mengabaikan



hubungannya



antara



dimensi-



dimensi ini. • Berpikir pra-operasional adalah tidak dapat dibalik (irreversable). Anak belum mampu untuk meniadakan suatu tindakan dengan memikirkan tindakan tersebut dalam arah yang sebaliknya. • Berpikir pra-operasional adalah terarah statis.



• Berpikir



pra-operasional



(pemikiran



yang



adalah



meloncat-loncat).



transductive Tidak



dapat



melakukan pekerjaan secara berurutan. • Berpikir



pra-operasional



adalah



imaginatif,



yaitu



menempatkan suatu objek tidak berdasarkan realitas tetapi hanya yang ada dalam pikirannya saja. c. Tahap Konkret-operasional (usia 7 sampai 12 tahun) Ditahap ini anak dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkret dan mengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentuk-bentuk yang berbeda (Desmita,



2009).



Tetapi



dalam



tahapan



konkret-



operasional masih mempunyai kekurangan yaitu, anak mampu untuk melakukan aktivitas logis tertentu tetapi hanya dalam situasi yang konkrit. Dengan kata lain, bila anak dihadapkan dengan suatu masalah secara verbal, yaitu tanpa adanya bahan yang konkrit, maka ia belum mampu untuk menyelesaikan masalah ini dengan baik. Pada periode ini anak baru mampu berfikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang konkret. d. Tahap



Operasional



Formal



(usia



12



tahun



sampai



dewasa) Ditahap ini remaja berfikir dengan cara yang lebih abstrak, logis, dan lebih idealistik. Pada periode ini seorang



remaja



telah



memiliki



kemampuan



mengkoordinasikan



baik



secara



simultan



maupun



berurutan dua ragam kemampuan kognitif yaitu : a. Sifat deduktif-hipotesis Ketika anak mendapatkan masalah, maka mereka akan



membentuk



strategi-strategi



penyelesaian



berdasarkan hepotesis permasalahan tersebut. Maka dari itulah berpikir operasional formal juga disebut berpikir proporsional. b. Berpikir operasional formal juga berfikir kombinatoris. Berpikir



operasional



formal



memungkinkan



orang



untuk mempunyai tingkah laku problem solving yang betul-betul



ilmiah.



Dengan



menggunakan



hasil



pengukuran tes inteligensi yang mencakup General Information and Verbal Analogies, Jones dan Conrad (



Loree



dalam



Abin



Syamsuddin



M,



2001



)



menunjukkan bahwa laju perkembangan inteligensi berlangsung



sangat



pesat



sampai



masa



remaja,



setelah itu kepesatannya berangsur menurun. c) Karakteristik Perkembangan Kognitif Dalam buku karangan (Desmita, 2009) karakteristik perkembangan kognitif peserta didik dibagi dalam dua tahap yaitu tahap usia sekolah (SD) dan Remaja (SMP dan SMA). 1. Usia Sekolah (Sekolah Dasar) Berdasarkan pada teori kognitif piaget, pemikiran anakanak usia sekolah dasar masuk dalam tahap pemikiran kongkret-operasional, yaitu masa dimana aktivitas mental anak terfokus pada objek-objek yang nyata atau pada berbagai



kejadian yang pernah dialaminya. Menurut pieget, operasi adalah hubungan-hubungan logis di antara konsep-konsep atau skema-skema.



Sedangkan



opersi



kongkret



adalahaktifitas



mental yang difokuskan pada objek-objek dan peristiwaperistiwa nyata atau kongkreat dapat di ukur Artinya



anak



usia



sekolah



dasar



sudah



memiliki



kemampuan untuk berpikir melalui urutan sebab akibat dan mulai mengenali berbagai cara pemecahan permasalahan yang dihadapinya. Anak usia ini juga dapat mempertimbangkan secara logis hasil dari sebuah kondisi atau situasi serta tahu beberapa aturan atau strategi berpikir, seperti penjumlahan, pengurangan



penggandaan,



mengurutkan



sesuatu



berseri dan mampu memahami operasi dalam



secara



sejumlah



konsep, seperti 5 x 6 = 30 dan 30 : 6 = 5 (Jhonson & Medinnus, 1974). Dalam



buku



psikologi



perkembangan



peserta



didik



karangan Desmita (2009:104) menurut pieget, anak-anak pada masa kongkret operasional (masa sekolah SD) ini telah mampu menyadari



konservasi,



yakni



kemampuan



anak



untuk



berhubungan dengan sejumlah aspek yang berbeda secara serempak (Jhonson & Medinnus, 1974). Hal ini adalah karena pada masa ini anak telah mengembangkan tiga macam proses yang disebut dengan operasi-operasi: negasi, resiprokasi dan identitas. a. Negasi (negation) Pada masa pra-opersional anak hanya melihat keadaan permulaan dan akhir dari deretan benda, dengan kata lain mereka hanya mengetahui permulaan dan akhirnya saja



tetapi belum memahami alur tengahnya. Tetapi pada masa kongkret opersional, anak memahami proses apa yang terjadi diantara kegiatan itu dan memahami hubunganhubungan antara keduanya. b. Hubungan timbal balik (resiprokasi) Ketika anak melihat bagaimana deretan dari benda-benda itu diubah, anak mengetahui bahwa deretan benda-benda bertambah panjang, tetapi tidak rapat lagi dibandingkan dengan deretan lain. Karena anak mengetahui hubungan timbale balik antara panjang dan kurang rapat atau sebaliknya kurang panjang tetapi lebih rapat, maka anak tahu pula bahwa jumlah benda-benda yang ada pada kedua deretan itu sama. Desmita (2009:105). Sehingga dalam masa ini anah mulai mengerti tentang hubungan timbal balik.



c. Identitas Pada usia sekolah (SD) anak sudah mengetahui berbagai benda yang berada dalam suatu deretan, bisa menghitung, sehingga meskipun susunan dalam deret di pindah, anak tetap mengetahui jumlahnya sama. (Gunaris, 1990) dalam (Desmita,2009). Jadi, anak pada usia sekolah (masa Konkrit operasional) dapat mengetahui identitas berbagai benda dan mulai memahami akan susunan dan urutan tertentu 2. Remaja (SMP dan SMA) Pada masa remaja, kemampuan anak sudah semakin berkembang hingga memasuki tahap pemikiran operasional formal. Yaitu suatu tahap perkembangan kognitif yang dimulai



pada usia kira-kira 11 dan 12 tahun dan terus berlanjut sampai usia remaja sampai masa dewasa (Lerner & Hustlsch, 1983). Pada masa remaja, anak sudah mampu berfikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang sudah tersedia. Pada masa remaja, anak sudah mampu berfikir secara abstrak dan hipotesis, sehingga ia mampu berfikir apa yang terjadi atau apa yang akan terjadi. Mereka sudah mampu berfikir masa akan datang dan mampu menggunakan symbol untuk sesuatu benda yang belum diketahui. Karakteristik pemikiran remaja berupa : 1. Perkembangan kognisi sosial : remaja mengembangkan suatu egosentrisme



khusus,



remaja



yakin



bahwa



orangtua



memperhatikan dirinya sebagaimana halnya dengan dirinya sendiri. 2. Rasa unik pribadi remaja membuat mereka merasa bahwa tidak seorangpun dapat mengerti bagaimana perasaan mereka sebenarnya.



Ada beberapa ciri pemikiran praoperasional formal pada remaja : 1. Abstrak



yaitu



mampu



memunculkan



kemungkinan-



kemungkinan hipotesis atau dalil-dalil dan penalaran yang benar-benar abstrak. 2. Idealis yaitu mulai berpikir tentang ciri-ciri ideal bagi mereka sendiri, orang lain, dan dunia, dan membandingkan diri mereka dengan orang lain dan standard-standard ideal ini.



3. Logis yaitu mulai



mampu



mengembangkan hipotesis atau



dugaan terbaik akan jalan keluar suatu masalah, menyusun rencana-rencana untuk memecahkan masalah-masalah dan menguji pemecahan-pemecahan masalah secara sistematis. Pada perkembangan kognisi remaja juga dipengaruhi oleh pengambilan keputusan yang berupa : - Remaja cenderung menghasilkan pilihan-pilihan: menguji situasi dari berbagai perspektif, mengantisipasi akibat-akibat dari keputusan-keputusan dan mempertimbangkan kredibilitas sumber-sumber. -



Remaja



perlu



punya



lebih



banyak



peluang



untuk



mempraktekkan dan mendiskusikan pengambilan keputusan yang realistis. Misal : Dalam pengambilan keputusan oleh remaja mulai dari pemikiran,



keputusan



sampai



bagaimana



lingkungannya



yang



pada



konsekuensinya,



menunjukkan



peran



lingkungan dalam membantu pengambilan keputusan pada remaja. d) Perbuhan kognitif Ada 5 perubahan Kognitif 1. Remaja sdh bisa melihat ke depan (future) ke hal-hal yg mungkin, termasuk mengerti keterbatasannya dlm memahami realita,



sistem



abstraksi,



pendekatan



&



penalaran



yg



sistematis (logis-idealis), sampai ke berfikir hipotetis yang berdampak pada perilaku sosial, berperan dlm meningkatkan kemampuan membuat keputusan



2. Remaja mampu berfikir abstrak. Kemampuan ini berdampak dan dapat diaplikasikan dalam proses penalaran dan berfikir logis 3. Remaja mulai berfikir lebih sering tentang berfikir itu sendiri yang



biasa



dikenal



dengan



istilah



Metacognition,



yaitu



monitoring tentang aktivitas kognitifnya sendiri selama proses berfikir



menjadikannya



instrospektif



terkait



dengan



adolescence egocentrism 4. Pemikirannya lebih multidimensional dibandingkan singular yang mampu melihat dari berbagai perspektif yang lebih sensitif pada kata-kata sarkastik, sindiran “double entendres” 5. Remaja mengerti hal-hal yg bersifat relatif, tidak selalu absolut yang sering muncul saat remaja meragukan sesuatu yang ditandai dengan seringnya berargumentasi dengan orang tua terutama tentang nilai-nilai moral e) Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif Perkembangan kognitif merupakan salah satu topik yang sering dibicarakan dan diperdebatkan banyak orang. Berbagai cara dilakukan supaya perkembangan kognitif seorang anak menjadi optimal. Perkembangan kognitif meliputi perkembangan dalam hal pemikiran, intelegensi, dan bahasa. Perkembangan kognitif pada anak memang tidak dapat dikatakan sama dari anak yang satu dengan anak yang lain. Perbedaan perkembangan ini tidak lepas dari beberapa faktor. Paling tidak terdapat 4 ( empat ) faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif pada diri seorang anak, yaitu :



1. Perkembangan



organik



dan



kematangan



sistem



syaraf



Hal ini erat kaitannya dengan pertumbuhan fisik dan perkembangan organ tubuh anak itu sendiri. Seorang anak yang



memiliki



kelainan



fisik



belum



tentu



mengalami



perkembangan kognitif yang lambat. Begitu juga sebaliknya, seorang anak yang pertumbuhan fisiknya sempurna bukan merupakan jaminan pula perkembangan kognitifnya cepat. Sistem syaraf dalam diri anak turut mempengaruhi proses perkembangan kognitif anak itu sendiri. Bila syarf dalam otaknya



terdapat



gangguan



tentu



saja



perkembangan



kognitifnya tidak seperti anak-anak pada umumnya (dalam hal ini anak dalam kondisi normal), bisa jadi perkembangannya cepat tetapi bisa juga sebaliknya. 2. Latihan dan Pengalaman Hal ini berkaitan dengan pengembangan diri anak melalui serangkaian latihan-latihan dan pengalaman yang diperolehnya. Perkembangan kognitif seorang anak sangat dipengaruhi oleh latihan-latihan dan pengalaman. 3. Interaksi Sosial Perkembangan kognitif anak juga dipengaruhi oleh hubungan anak terhadap lingkungan sekitarnya, terutama situasi sosialnya, baik itu interaksi antara teman sebaya maupun orang - orang terdaekatnya. 4. Ekuilibrasi Ekuilibrasi keseimbangan



yang



merupakan mengacu



proses pada



terjadinya



keempat



tahap



perkembangan kognitif menurut Jean Piaget. Keseimbangan



tahapan yang dilalui si anak tentu menjadi faktor penentu bagi perkembangan kognitif anak itu sendiri. Berdasarkan posting dari (Wiriana, 2008), kemampuan kognitif



seseorang



dipengaruhi



oleh



dua



hal yaitu, faktor



herediter atau keturunan dan faktor non herediter. Faktor herediter merupakan faktor yang bersifat statis, lebih sulit untuk berubah. Sebaliknya, faktor non herediter merupakan faktor yang lebih



plastis,



lebih



memungkinkan



untuk



diutak-atik



oleh



lingkungan. Pengaruh non herediter antara lain peranan gizi, peran keluarga, dalam hal ini lebih mengarah pada pengasuhan, dan peran masyarakat atau lingkungan termasuk pengalaman dalam menjalani kehidupan. Perkembangan kognitif sendiri sudah dapat dipersiapkan sejak dalam kandungan sampai dewasa. Asupan gizi yang sehat dan seimbang menjadi fondasi bagi perkembangan kognitif. Calon bayi juga dapat dirangsang dengan cara memberikan stimulus atau rangsangan seperti, mengajak bercakap-cakap, mendengar musik, melakukan relaksasi, menjaga stabilitas emosi pada ibu. Setelah lahir, rangsangan yang diberikan juga tetap diberikan. Salah



satu



perkembangan



fisik



yang



mempengaruhi



perkembangan kognitif adalah perkembangan otak (Wiriana, 2008). Otak berkembang paling pesat pada masa bayi. Pada masa kanak-kanak otak tidak bertumbuh dan berkembang sepesat masa bayi. Pada masa awal kanak-kanak, perkembangan otak



dan



bertumbuh



sistem lebih



syaraf pesat



berkelanjutan. daripada



Otak



bagian



dan



tubuh



kepala lainnya.



Bertambah matangnya otak, dikombinasikan dengan kesempatan untuk mengalami suatu pengalaman melalui rangsangan dari lingkungan



menjadi



sumbangan



kemampuan-kemampuan



kognitif



terbesar pada



bagi



lahirnya



anak.



Artinya,



perkembangan kognitif menjadi optimal jika ada kematangan dalam



pertumbuhan



otak



serta



ada



rangsangan



dari



lingkungannya. Kasih sayang merupakan suatu aspek penting dari relasi keluarga



pada



masa



bayi



yang



dapat



mempengaruhi



perkembangan kognitif pada anak ke depannya (Wiriana, 2008). Penting diperhatikan bahwa kasih sayang pengasuh pada tahuntahun



pertama



perkembangan



kehidupan selanjutnya.



anak



menjadi



Seorang



kunci



pakar



pada



psikologi



perkembangan, Diana Baumrind meyakini bahwa orang tua hendaknya tidak menghukum atau mengucilkan anak namun sebagai gantinya orang tua harus mengembangkan aturanaturan dan mencurahkan kasih sayang pada anak. Dalam posting (Wiriana, 2008) pun dijelaskan tentang faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif adalah: 1. Gaya pengasuhan. Baumrind menekankan tiga tipe gaya pengasuhan yang dapat mempengaruhi



perkembangan



kognitif,



pada



anak



(Wiriana, 2008), yaitu : a. Gaya pengasuhan Otoriter (authoritarian parenting) Gaya pengasuhan otoriter adalah suatu gaya yang membatasi dan menghukum yang menuntut anak untuk mengikuti perintah-perintah orangtua dan menghormati pekerjaan dan usaha. Orangtua yang otoriter menetapkan



batasan-batasan yang tegas dan tidak memberikan peluang pada



anak



untuk



berbicara



atau



bermusyawarah.



Perkembangan kognitif anak juga menjadi kurang optimal karena kurang ada kesempatan untuk mengekspresikan rasa



ingin



tahu,



mengembangkan



kreativitas



serta



menyelesaikan masalah secara mandiri. b. Gaya pengasuhan Otoritatif (authoritative parenting) Gaya



pengasuhan



Otoritatif



adalah



merupakan



pengasuhan yang mendorong anak untuk tetap mandiri tapi masih menetapkan batas-batas dan pengendalian atas tindakan-tindakan mereka. Orangtua mampu menunjukkan kehangatan dan kasih sayang sekaligus memungkinkan untuk



melakukan



musyawarah



dalam



menghadapi



persoalan. Pengasuhan otoritatif diasosiasikan dengan kompetensi sosial



yang



baik



pada



anak.



Perkembangan



kognitif



diprediksikan menjadi lebih optimal karena anak memiliki kesempatan kemampuan



untuk untuk



mengembangkan menyelesaikan



kreativitas,



masalah



(problem



solving) namun tetap mengetahui norma atau aturan yang berlaku, maupun mengembangkan rasa ingin tahu tanpa mengalami ketakutan. c. Gaya pengasuhan Permisi



(permissive parenting)



Gaya pengasuhan permisi dibagi menjadi dua yaitu : Pengasuhan permissive indulgent merupakan suatu gaya pengasuhan dimana orangtua menjadi sangat terlibat dalam kehidupan anak tetapi menetapkan sedikit batasan atau



kendali terhadap perilaku mereka. Perkembangan kognitif ini menjadi kurang optimal karena tidak mengetahui mana hal yang benar dan kurang benar. Biasanya mereka jarang menaruh



hormat



pada



orang



lain,



cenderung



egois



(selfistype), dan mengalami kesulitan untuk mengendalikan perilaku mereka. Pengasuhan



permissive



indifferent



adalah



gaya



pengasuhan dimana orangtua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak.



Mereka berkembang menjadi pribadi



yang cenderung liar, kurang mampu mengenal aturan serta menjadi kurang mampu membangun kemandirian dengan baik. 2. Pengaruh lingkungan. Pengaruh lingkungan juga memberikan andil yang cukup



besar



terhadap



perkembangan



kognitif



anak.



Lingkungan dalam konteks ini adalah lingkungan di luar rumah atau keluarga. Lingkungan pertama yang berpengaruh adalah sekolah, pengaruh teman sebaya (peers), status sosial ekonomi, peran gender dalam keluarga, dan media masa. Lingkungan yang kondusif bagi perkembangan kognitif anak adalah lingkungan yang mampu merangsang rasa ingin tahu, kemampuan untuk mengamati serta menyelesaikan masalah serta



mengembangkan alternative penyelesaian



masalah. Beberapa tips untuk mengembangkan kemampuan kognitif pada anak (Wiriana, 2008), antara lain :



a. Asupan



gizi



yang



memadai



dan



disesuaikan



dengan



kebutuhan anak. b. Melakukan beberapa latihan fisik dan relaksasi seperti, brain gym. c. Keluarga sebagai fondasi bagi perkembangan anak ke depan hendaknya mampu



menciptakan suasana yang



harmonis, hangat dan penuh kasih sayang. f) Perkembangan Kognitif Remaja pada Masa Kini Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period of formal operations). remaja



sudah



memiliki



pola



Pada periode ini, idealnya para pikir



sendiri



dalam



usaha



memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan.



Para remaja tidak lagi menerima



informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan. Dengan kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka.



Pada kenyataan, di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) masih sangat banyak remaja (bahkan orang dewasa) yang belum mampu sepenuhnya mencapai tahap perkembangan kognitif operasional formal ini. Sebagian masih tertinggal pada tahap perkembangan sebelumnya, yaitu operasional konkrit, dimana pola pikir yang digunakan masih sangat sederhana dan belum mampu melihat masalah dari berbagai dimensi. Hal ini bisa saja diakibatkan sistem pendidikan di Indonesia yang tidak banyak



menggunakan



metode



belajar-mengajar



satu



arah



(ceramah) dan kurangnya perhatian pada pengembangan cara berpikir anak. penyebab lainnya bisa juga diakibatkan oleh pola asuh orangtua yang cenderung masih memperlakukan remaja sebagai anak-anak, sehingga anak tidak memiliki keleluasan dalam memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan usia dan mentalnya. Semestinya, seorang remaja sudah harus mampu mencapai tahap pemikiran abstrak supaya saat mereka



lulus



sekolah menengah, sudah terbiasa berpikir kritis dan mampu untuk menganalisis masalah dan mencari solusi terbaik g) Cara remaja menggunakan kognisinya dalam menghadapi permasalahan permasalahan sosial yang dihadapinya Social Cognition Remaja merupakan k emampuan remaja dalam



menggunakan



kognisinya



dalam



menghadapi



permasalahan-permasalahan sosial yang dihadapinya Meliputi aktivitas kognitif : • Berfikir ttg orang lain • Berfikir ttg hubungan social • Berfikir ttg institusi social



Dibedakan menjadi 3 : • Impression Formation • Social Perspective Takin • Moraly and Social Convention



B. PENYUSUNAN INSTRUMEN DAN PENGAMATAN B.1 Penyusunan Intrumen N o 1



2



3 4



5



Kognitif Remaja Memiliki motivasi dalam menjalani kehidupan Mampu memikirkan suatu situasi yang masih berupa rencana atau suatu bayangan Membayangkan tentang masa depan yang akan datang Membuat perencanaan untuk masa depan Mampu membayangkan dan menggambarkan benda atau peristiwa dalam ingatan dan bertindak berdasarkan penggambaran tersebut Mampu memperkirakan konsekuensi dari



6



tindakan yang di lakukan, termasuk kemungkinan yang mungkin membahayakan dirinya



Skor 1



2



3



4



7



8



9



Mempelajari suatu hal melalui pengalaman-pengalaman Kecakapan umum pada individu secara sadar untuk menyesuaikan pikirannya pada situasi yang dihadapinya. Dapat memikirkan hal-hal yang tidak



1



nyata, sebagaimana hal-hal yang nyata Dapat menarik kesimpulan dari informasi



0 1



yang tersedia Dapat membuktikan kebenaran dari



1 1



hipotesis



2 1 3 1 4 1 5 1 6 1 7 1 8



Dapat berpikir secara ilmiah Tidak berpikir secara egosentrisme (melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain) Dapat berpikir secara luas terhadap suatu point (non-centralized) berpikir secara prespektif Mampu mengelola cara berpikir dan memunculkan suatu ide Dapat membandingkan hal-hal atau ideide yang lebih penting di banding ide lainnya Dapat melakukan penalaran dan pemecahan masalah Dapat berargumentasi dan berdiskusi dengan baik dalam suatu kelompok atau



1



komunitas Dapat melakukan penilaian atau presepsi



9 2



tentang sesuatu Dapat mengklasfikasikan objeck sesuai



0 2



dengan klafikasinya Dapat menemukan alternative jawaban



1 2



atau penjelasan atas suatu hal Dapat dengan baik berinteraksi dengan



2



masyarakat dan sosial Kemampuan menghadapi dan



2



menyesuaikan diri terhadap situasi baru



3



secara cepat dan efektif Kemampuan individu untuk memberikan



2



respon yang tepat terhadap stimulasi



4 2



yang diterimanya Dapat dengan mudah mengigat suatu hal



5 2



atau kejadian dalam jangka waktu lama Telah mampu berpikir secara abstrak,



6 2



logis dan realistis Tidak di batasi oleh hal-hal atau objek



7 2



yang konkret Dapat berpikir secara fleksibel dan



8 2



kompleks Dapat memahami kejadian-kejadian di



9 3



sekitarnya Dapat melakukan pekerjaan secara



0 berurutan Jumlah Skor Tiap Kolom Total Skor Aktual Skor Maksimal Ideal Keterangan 1=



2=



3=



4=



1



2



3



4



B.2 Pedoman Penskoran dan Analisis Data



Rumus :



B.3 Pedoman Penilaian (Konversi)



-3SD 0



-2SD



-1SD



M



+1SD



+2SD



+3SD 100



Pedoman Penilaian (Konversi) : ≥ M + 2SD M + 1 SD s/d < M + 2 SD M – 1SD s/d < M – 1SD M – 2SD s/d < M – 1 SD < M – 2SD Berarti : • 84



-



• 67



-



83 ( Baik )



• 33



-



66 ( Cukup Baik )



• 16



-



32 ( Kurang Baik )



100 ( Sangat Baik )



• 0



-



15 ( Tidak Baik )



B.4 Pelaksanaan Pengamatan Pengamatan dilakukan pada hari minggu tanggal 20 Mei 2012, Pengamatan observasi dilakukan pada salah satu siswa – siswi SMP di Kota Mataram.



Dengan cara siswi-siswi mengisi



lembar observasi yang sudah di sediakan. Yang nanti data yang sudah diisi akan di analisis.



B.5 Analisis Hasil Pengamatan Hasil pengamatan yang dilakukan kepada siswi SMP yang berbeda. Sebagai Berikut : LAMPIRAN OBSERVASI 1 Nama



: Rimaning Ginantri



Sekolah/Kelas : SMPN



1 Mataram/XII N o 1



2



3 4



Skor



Kognitif Remaja Memiliki



sebuah



motivasi



1



2



dalam



masih berupa rencana atau suatu







bayangan Membayangkan tentang masa depan



depan



4







menjalani kehidupan Mampu memikirkan suatu situasi yang



yang akan datang Membuat perencanaan untuk masa



3



√ √



Mampu membayangkan dan 5



menggambarkan benda atau peristiwa







dalam ingatan dan bertindak berdasarkan penggambaran tersebut Mampu memperkirakan konsekuensi dari



6



7



8



9



tindakan yang di lakukan, termasuk kemungkinan yang mungkin membahayakan dirinya Mempelajari suatu hal melalui



untuk menyesuaikan pikirannya pada



0 1



yang tersedia Dapat membuktikan kebenaran dari



1 1



hipotesis



3 1 4







situasi yang dihadapinya. Dapat memikirkan hal-hal yang tidak



1



1







pengalaman-pengalaman Kecakapan umum pada secara sadar



nyata, sebagaimana hal-hal yang nyata Dapat menarik kesimpulan dari informasi



2







Dapat berpikir secara ilmiah



√ √ √ √



Tidak berpikir secara egosentrisme (melihat suatu hal dari sudut pandang







orang lain) Dapat berpikir secara luas terhadap suatu point (non-centralized) berpikir



1



secara prespektif Mampu mengelola cara berpikir dan



5 1



memunculkan suatu ide Dapat membandingkan hal-hal atau ide-



6



ide yang lebih penting di banding ide







√ √



1 7 1 8



lainnya Dapat melakukan penalaran dan



dengan baik dalam suatu kelompok atau



1



komunitas Dapat melakukan penilaian atau presepsi



9 2



tentang sesuatu Dapat mengklasfikasikan objeck sesuai



0 2



dengan klafikasinya Dapat menemukan alternative jawaban



1 2



atau penjelasan atas suatu hal Dapat dengan baik berinteraksi dengan



2



masyarakat dan social Kemampuan menghadapi dan



2 3 2 4







pemecahan masalah Dapat berargumentasi dan berdiskusi







√ √ √ √



menyesuaikan diri terhadap situasi baru







secara cepat dan efektif Kemampuan untuk memberikan respon yang tepat terhadap stimulasi yang



2



diterimanya Dapat dengan mudah mengigat suatu hal



5 2



atau kejadian dalam jangka waktu lama Telah mampu berpikir secara abstrak,



6 2



logis dan realistis Tidak di batasi oleh hal-hal atau objek



7 2



yang konkret Dapat berpikir secara fleksibel dan



8 2



kompleks Dapat memahami kejadian-kejadian di



9 3



sekitarnya Dapat melakukan pekerjaan secara



0 berurutan Jumlah Skor Tiap Kolom







√ √ √ √ √ √ 2



14



42



28



Total Skor Aktual Skor Maksimal Ideal



86 120



LAMPIRAN OBSERVASI 2 Nama



: Baiq Dwi Mulyani Putri



Sekolah/Kelas : SMPN



1 Mataram/XII N o 1



2



3



Kognitif Remaja Memiliki sebuah motivasi dalam menjalani kehidupan Mampu memikirkan suatu situasi yang masih berupa rencana atau suatu bayangan Membayangkan tentang masa depan yang akan datang



Skor 1



2



3



4















4



5



Membuat perencanaan untuk masa







depan Mampu membayangkan dan menggambarkan benda atau peristiwa







dalam ingatan dan bertindak berdasarkan penggambaran tersebut Mampu memperkirakan konsekuensi dari



6



7



8



9



tindakan yang di lakukan, termasuk kemungkinan yang mungkin membahayakan dirinya Mempelajari suatu hal melalui



sadar untuk menyesuaikan pikirannya



0 1



yang tersedia Dapat membuktikan kebenaran dari



1 1



hipotesis



1 4







pada situasi yang dihadapinya. Dapat memikirkan hal-hal yang tidak



1



3







pengalaman-pengalaman Kecakapan umum pada individu secara



nyata, sebagaimana hal-hal yang nyata Dapat menarik kesimpulan dari informasi



2 1







√ √ √



Dapat berpikir secara ilmiah







Dapat melihat suatu hal dari sudut







pandang orang lain Dapat berpikir secara luas terhadap suatu point (non-centralized) berpikir



1



secara prespektif Mampu mengelola cara berpikir dan



5 1



memunculkan suatu ide Dapat membandingkan hal-hal atau ide-



6



ide yang lebih penting di banding ide







√ √



1 7 1 8



lainnya Dapat melakukan penalaran dan



dengan baik dalam suatu kelompok atau



1



komunitas Dapat melakukan penilaian atau presepsi



9 2



tentang sesuatu Dapat mengklasfikasikan objeck sesuai



0 2



dengan klafikasinya Dapat menemukan alternative jawaban



1 2



atau penjelasan atas suatu hal Dapat dengan baik berinteraksi dengan



2



masyarakat dan social Kemampuan menghadapi dan



2 3 2 4







pemecahan masalah Dapat berargumentasi dan berdiskusi







√ √ √ √



menyesuaikan diri terhadap situasi baru







secara cepat dan efektif Dapat untuk memberikan respon yang tepat terhadap stimulasi yang



2



diterimanya Dapat dengan mudah mengigat suatu hal



5 2



atau kejadian dalam jangka waktu lama Telah mampu berpikir secara abstrak,



6 2



logis dan realistis Tidak di batasi oleh hal-hal atau objek



7 2



yang konkret Dapat berpikir secara fleksibel dan



8 2



kompleks Dapat memahami kejadian-kejadian di



9 3



sekitarnya Dapat melakukan pekerjaan secara



0 berurutan Jumlah Skor Tiap Kolom







√ √ √ √ √ √ 10



51



32



Total Skor Aktual Skor Maksimal Ideal



93 120



Dari data yang diperoleh maka dapat di analisis bahwa perkembangan kognitif siswi tersebut (remaja) mencapai tingkat yang sama. Apabila dilihat dari konversi dan pensekoran pada siswi A (rimaning ginantri) mencapai 86 dari skor maksimal ideal yaitu 120 dengan rumus :



Dari data yang di peroleh maka tingkat kognitif yaitu 71,66 termasuk dalam golongan Baik. Sedangkan pada siswi B (putri) mencapai 51 dari skor maksimal ideal 80 dapat dihitung dengan rumus, seperti diatas :



Dari data yang di peroleh maka tingkat kognitif yaitu 77,5 termasuk dalam golongan Baik. Jika dilihat dari kedua siswi tersebut maka tingkat kognitif pada ramaja sama – sama Baik. Sehingga tingkat kognitif pada masa remaja masih cukup maksimal dicapai khusus pada siswa / siswi SMP, dimana masih merupakan remaja awal. Dalam artian masih belum matang mulai dari segala aspek terutama perkembangan kognitif mereka. Remaja pada fasa ini masih mengalami kebingungan dalam dirinya



belum menemukan jati diri. Dari data yang di peroleh kita dapat melihat



bagaimana



remaja



bisa



mngaplikasikan



kognitif



dalam



kehidupan sehari – harinya. Pada masa ini juga remaja masih butuh perhatian dari orang sekelilingnya terutama orang tua dalam mengembangankan dan membimbing mereka. Kognitif remaja cenderung labil, masih bimbang atau bingung. Remaja pada masa ini mulai mencari tentang dirinya sendiri



dan



lingkungannya.



Pada



masa



ini



remaja



sudah



bisa



memikirkan apa yang akan dilakukannya di masa yang akan datang. Namun belum berani untuk menentang ketika dihadapkan dengan situasi yang salah. Dan merasa cemas dengan keadaan yang cenderung baru di alami. Dan juga masih belum terlalu percaya diri dengan apa yang dia miliki.



B.6 Kesimpulan Analisis Data Dari data di atas, maka tingkat perkembangan kogntif pada remaja umunya masih tergolong baik. Yang dimana remaja telah cukup baik dalam memahami perkembangan kognitif mereka. Sehingga mereka dapat melakukan suatu tindakan dengan baik. Perkembangan kognitif yang dimiliki sudah baik pada fase remaja awal.



DAFTAR PUSTAKA Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Fatimah, E. 2010. Psikologi Perkembangan (perkembangan peserta didik). Bandung: CV Pustaka Setia. Holil, A. 2008. Teori perkembangan kognitif Piaget. (online). (http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/teori-perkembangan-kognitif-piaget.html, diakses 2 November 2010). Arya. 2010. Perkembangan kognitif pada anak. (online). (http://ilmupsikologi.wordpress.com/2010/03/31/perkembangan-kognitif-pada-anak/, diakses 2 November 2010).



Joesafira. 2010. Perkembangan kognitif pada anak. (online). (http://delsajoesafira.blogspot.com/2010/05/perkembangan-kognitif-padaanak.html, diakses 2 November 2010). Wiriana, 2008. Perkembangan kognitif pada anak. (online). (http://www.doctoc.com/docs/20992333/perkembangankognitif-padaanak, diakses 4 November 2010). Hetherington, E. Mavis & Parke, Ross D. 1986. Child Psychology : A Contemporary Viewpoint. McGraw-Hill, Inc, Singapore. Miller, P.H. 1993. Theories of Developmental Psychology (3rd Ed.).W.H. Freeman & Co., New York. Knoers, A.M.P. Haditono, S.R. 1992. Psikologi Per-kembangan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Morgan, C.T.;King, R.A.; Weisz, J.R. & Schopler, J. Intoduction to psychology.(7th Ed).McGraw-Hill Book Company.Singapore. Papalia, D.E. & S.W. Olds.1989. Human Development. 4 th ed. McGraw-Hill, Inc. New York. Santrock, J.W.1986.Psychology: The Science of Mind and Behaviour.WM.C. Brown Publishers. Dubuque, Iowa. Seifert, K.L. & Hoffnung, R.J. 1987. Child and Adolescent Development. Houghton Mifflin Co. Boston.



Sobur, Alex, Drs., M.si. 2003. Psikologi umum. Bandung : Pustaka Setia.



Tahapan Perkembangan Kognitif Individu-Piaget TENTANG PENDIDIKAN AKHMAD SUDRAJAT: TENTANG PENDIDIKAN



PERKEMBANGAN KOGNITIF sarwo_09320036 on February 7, 2011



Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif Anak Abdul Ahmadi. Psikologi Umum. Rineka Cipta. Edisi Kedua Jakarta. 1998 Muhibbin Syah. Psikologi Belajar. PT. Rajagrafindo Persada. Jakarta. 2003. Mubbin & Ani Cahyadi. Psikologi Perkembangan. Penerbit Quantum Teaching. Ciputat. 2003.



Perkembangan Kognitif Remaja Ditulis pada 21 November 2010 MasBied.com



7:18 am - Selasa Mei 22, 2012



Konseling Center Indonesia Pusat Informasi Bimbingan dan Konseling di Indonesia (Psikologi Remaja)