Laporan Hasil Penyuluhan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENYULUHAN DALAM RANGKA PENGABDIAN MASYARAKAT DI SMP MUHAMMADIYAH BANJARBARU



“UPAYA PENCEGAHAN ANEMIA PADA REMAJA SMP”



Oleh : KELOMPOK 3 Aulia Shafarina 1710912220010 Badria Anggraina



1710912320008



Puspita Ayu Amalia



1710912220030



Sri Ikhza Muliyani



1710912220039



Yulia Muthmainnah



1710912220043



PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU



2018



Upaya Pencegahan Anemia Pada Remaja Smp 1. 2.



Mitra Program Ketua Dosen Pembimbing a. Nama b. NIP c. Jabatan/Golongan d. Jurusan/Fakultas e. Perguruan Tinggi f. Bidang Keahlian



: SMP Muhammadiyah Banjarbaru



g. Alamat/Telepon/Faks



: Jl. A. Yani Km. 36 Banjarbaru 0511-4772747/ 0511-4772747 : Jl. Sultan Adam Komp. Pondok Kelapa III/65 Banjarmasin/ 081228301918



: : : : : :



h. Alamat Rumah/Telepon 3. 4.



5. 6. 7.



Anggota Tim Pengusul a. Jumlah Anggota Lokasi Kegiatan Mitra a. Wilayah Mitra (Desa/kecamatan) b. Kabupaten/Kota c. Provinsi d. Jarak PT ke lokasi mitra (km) Luaran yang dihasilkan Jangka Waktu Pelaksanaan Biaya Total



Adi Nugroho, SKM., M.Kes., M.Sc 19791129 200501 1 001 Lektor/ Penata Muda Tk.I, III/b Kesehatan Masyarakat / Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Promosi Kesehatan



: 5 orang : : : : : : :



Loktabat Selatan/ Banjarbaru Selatan Banjarbaru Kalimantan Selatan 2,4 km 1 hari Rp478.350,00. Banjarbaru, 12 Desember 2018



Mengetahui, Dosen Pembimbing



Ketua Pelaksana,



Adi Nugroho, SKM., M.Kes., M.Sc NIP. 19791129 200501 1 001



Aulia Shafarina NIM. 1710912220010



Mengetahui, Ketua PSKM FK Unlam



Fauzie Rahman, SKM., MPH NIP. 19860421 200812 1 002



ii



KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan banyak rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan penyuluhan ini dengan tepat waktu. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Adi Nugroho, SKM., M.Kes., M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan masukan pada kami serta Bapak Fauzie Rahman, SKM., MPH selaku koordinator mata kuliah promosi kesehatan yang telah memberikan banyak pembekalan kepada kami. Kami menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami sangat mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan dikemudian hari. Kami berharap laporan ini dapat dimanfaatkan sebaik mungkin. Banjarbaru, 12 Desember 2018



Tim Penulis



iii



DAFTAR ISI



Halaman HALAMAN SAMPUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR ................................................................................................. iii DAFTAR ISI ..............................................................................................................iv DAFTAR TABEL .......................................................................................................vi DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. vii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. viii RINGKASAN ............................................................................................................ix BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1 A. Analisis Situasi .......................................................................................... 1 B. Permasalahan Mitra................................................................................ 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................... 4 BAB III SOLUSI DAN TARGET LUARAN ................................................................ 14 BAB IV METODE PELAKSANAAN .......................................................................... 15 A. Bentuk Kegiatan ..................................................................................... 15 B. Pelaksanaan Kegiatan ............................................................................ 15 C. Tempat dan Waktu Pelaksanaan ........................................................... 15 D. Sasaran Kegiatan .................................................................................... 16 E. Kegiatan pokok ....................................................................................... 16 BAB V PELAKSANAAN PERGURUAN TINGGI ....................................................... 19 BAB VI BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN .............................................................. 22 A. Biaya Kegiatan Skill Lapangan ............................................................... 22 B. Jadwal Kegiatan Skill Lapangan ............................................................ 23 BAB VII HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 24 A. Hasil kegiatan ........................................................................................ 24 B. Analisis ................................................................................................... 28



iv



C. Evaluasi Kegiatan .................................................................................. 29 BAB VIII PENUTUP................................................................................................... 1 A. Kesimpulan............................................................................................... 1 B. Saran ......................................................................................................... 1 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN



v



DAFTAR TABEL



Tabel



Halaman



4.1. Pembagian Tugas……………………………………...….............



16



6.1. Rincian Biaya dan Alokasi Dana Kegiatan Penyuluhan.................



22



6.2. Rancangan Anggaran Penyelenggaraan Kegiatan Penyuluhan...



22



6.3. Jadwal Kegiatan…………………………………………..............



23



7.1.



Distribusi dan Frekuensi Jawaban Pre-Test dan Post-Test Siswa Kelas 9B SMP Muhammadiyah Banjarbaru...................................



7.2



Distribusi dan Frekuensi Jawaban Kuisioner Sikap Positif Siswa Kelas 9B SMP Muhammadiyah Banjarbaru...................................



7.3



25



26



Distribusi dan Frekuensi Jawaban Kuisioner Sikap Negatif Siswa Kelas 9B SMP Muhammadiyah Banjarbaru.........................



vi



27



DAFTAR GAMBAR



Gambar 7.1



Halaman Grafik nilai pre-test dan post-test siswa kelas 9B SMP Muhammadiyah Banjarbaru ………..........................…..



7.2



24



Grafik rata-rata nilai kuisioner sikap siswa kelas 9B SMP Muhammadiyah Banjarbaru....................................



vii



26



DAFTAR LAMPIRAN



Lampiran 1.



Surat Tugas dari Fakultas Kedokteran yang ditanda tangani oleh Pejabat yang ditemui pada lokasi kegiatan



Lampiran 2.



Surat Tugas Dosen dari Dekan Fakultas Kedokteran



Lampiran 3.



Daftar hadir peserta kegiatan yang diketahui oleh pejabat dilokasi kegiatan



Lampiran 4.



Daftar hadir panitia kegiatan yang diketahui oleh pejabat dilokasi kegiatan



Lampiran 5.



Daftar hadir Dosen pada kegiatan yang diketahui oleh pejabat dilokasi kegiatan



Lampiran 6.



Surat pernyataan kesediaan bekerja sama dengan sekolah



Lampiran 7.



Surat Persetujuan dari lokasi kegiatan



Lampiran 8.



Instrumen pre-post test yang diberikan kepada peserta penyuluhan



Lampiran 9.



Instrumen kuisioner sikap yang diberikan kepada peserta penyuluhan



Lampiran 10.



Hasil pre-test dan post-test siswa kelas 9B SMP Muhammadiyah Banjarbaru



Lampiran 11.



Hasil kuisioner sikap siswa kelas 9B SMP Muhammadiyah Banjarbaru



Lampiran 12.



Dokumentasi kegiatan penyuluhan



Lampiran 13.



Lembar konsultasi mahasiswa



Lampiran 14.



Satuan acara penyuluhan



Lampiran 15.



Media yang digunakan pada saat kegiatan penyuluhan pada siswa kelas 9B SMP Muhammadiyah Banjarbaru



viii



RINGKASAN



Upaya pencegahan anemia pada remaja SMP dilakukan di SMP Muhammadiyah Banjarbaru. Siswa-siswi



SMP Muhammadiyah Banjarbaru



yang dijadikan sasaran adalah anak dengan rentang umur 14-15 tahun yang lebih tepatnya berada di kelas 9. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan adanya perubahan sikap terkait upaya pencegahan anemia pada remaja agar dapat menciptakan masyarakat yang sehat dan produktif serta meningkatkan derajat kesehatan yang ada. Kegiatan penyuluhan dilaksanakan pada hari Jumat 30 November 2018. Kegiatan penyuluhan kesehatan dengan tema Pencegahan Anemia pada Remaja yang terdiri atas pengertian, faktor risiko, gejala, dampak, dan pencegahan dari Anemia .Sebelum dan sesudah penyampaian materi diberikan latihan (pre-test dan post-test) kepada siswa-siswi untuk mengukur tingkat pengetahuan tentang tentang pencegahan anemia pada remaja. Penyuluhan yang dilakukan dengan menggunakan metode problem based learning dan diskusi tanya jawab, dan untuk media yang digunakan yaitu media video. Dalam pemberian materi juga diselingi dengan pertanyaan kepada siswa dan siswa di kelas untuk mengukur apakah para siswa bisa menangkap apa yang di jelaskan oleh pemateri. Dari keseluruhan nilai siswa kelas 9B SMP Muhammadiyah Banjarbaru didapatkan rata-rata nilai kuisioner sikap sebelum penyuluhansebesar 55,06% dan rata-rata nilai kuisioner sesudah penyuluhan sebesar 84,83%. Berdasarkan nilai rata-rata tersebut bisa dilihat bahwa terjadi perubahan skiap yang dilihat dari kenaikan rata-rata



nilai



kuisioner



sebesar



29,77%.



Semua



siswa-siswi



SMP



Muhammadiyah Banjarbaru ini mengalami perubahan sikap dengan beberapa siswa yang mengalami perubahan sikap yang sangat signifikan. Kata Kunci: Anemia, Pencegahan, Siswa SMP



ix



BAB I PENDAHULUAN



A. Analisis Situasi Saat ini terdapat beberapa masalah gizi remaja yang utama di Indonesia, akan tetapi persentase yang sering terjadi saat ini adalah Anemia Gizi Besi (AGB) pada remaja. Masa remaja/pubertas adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik yang cepat dan merupakan masa yang penting karena adanya proses kematangan organ reproduksi manusia. Pada remaja putri memiliki risiko yang lebih tinggi terkena anemia dibandingkan remaja laki-laki karena mengalami masa menstruasi dan mengejar masa tumbuh, selain itu remaja putri suka membatasi asupan makanan untuk kepentingan penampilan. Anemia merupakan suatu kondisi ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah tergolong rendah dan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang dapat berdampak buruk pada pembangunan kesehatan, sumber daya manusia, sosial dan ekonomi (1, 2). Menurut World Health Organization (WHO), prevalensi anemia dunia berkisar 40-88% dengan angka kejadian anemia pada remaja putri terutama di negara-negara berkembang mencapai 53,7%. Prevalensi anemia di Indonesia menurut WHO sebesar 37% lebih tinggi dari prevalensi anemia di dunia. Prevalensi nasional anemia di Indonesia berdasarkan data Riskesdas (2013), yaitu mencapai 21,7%. Proporsi kejadian anemia di Indonesia menurut karakteristik jenis kelamin perempuan lebih mendominasi jika dibandingkan dengan laki-laki, presentasi pada perempuan 23,9% dan laki-laki 18,4% serta berdasarkan karakteristik umur 5-14 tahun 26,4% kejadian anemia dan umur 1521 tahun 18,4% kejadian anemia. Menurut Kemenkes RI (2013), menyebutkan anemia pada remaja putri menjadi masalah kesehatan bila prevalensinya ≥20% (2, 3).



1



2



Kasus anemia di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh kekurangan Fe sehingga disebut juga anemia defisiensi besi. Penyebab anemia besi antara lain disebabkan oleh kebutuhan zat besi yang meningkat, berkurangnya asupan zat besi, bertambahnya kehilangan zat besi, dan berkurangnya penyerapan zat besi. Selain itu, penyebab lain masalah anemia pada remaja putri antara lain masa pertumbuhan yang membutuhkan zat gizi lebih tinggi termasuk zat besi. Disamping itu, remaja putri mengalami menstruasi setiap bulannya sehingga membutuhkan zat besi lebih tinggi, sementara jumlah makanan yang dikonsumsi lebih rendah dari pada pria. Selain itu juga terdapat faktor-faktor lain seperti kebiasaan sarapan pagi, status gizi, pendidikan ibu, asupan zat besi dan protein tidak sesuai dengan kebutuhan serta adanya faktor inhibitor penyerapan mineral zat besi yaitu tanin dan oksalat (4, 5). Anemia dapat menimbulkan dampak pada remaja putri baik jangka panjang maupun dalam jangka pendek. Dalam jangka pendek anemia dapat menimbulkan keterlambatan pertumbuhan fisik, dan maturitas seksual tertunda. Selain itu kejadian anemia dapat menurunkan prestasi belajar Hal ini menunjukkan dampak remaja yang mengalami anemia adalah kurangnya konsentrasi sehingga akan memengaruhi prestasi belajar remaja tersebut di kelasnya. Sedangkan dampak jangka panjang remaja putri yang mengalami anemia adalah akan meningkatkan risiko pada ibu dan bayinya seperti berat badan lahir rendah (BBLR), keguguran, perdarahan, bahkan menyebabkan kematian pada ibu dan bayinya (6). Berdasarkan dari pemaparan terkait anemia diperlukan adanya upaya pencegahan dan penanggulangan, salah satu diantaranya adalah dengan adanya pendidikan kesehatan berupa penyuluhan dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan maupun sikap. Selain itu, diadakannya pendidikan kesehatan diperlukan dengan tujuan agar remaja mempunyai pengetahuan lebih terkait anemia sehingga pada pemicu dari anemia dapat dicegah. Selain



3



itu juga diperlukan adanya metode yang mendukung dalam penyampaiannya untuk dapat agar tercapai hasil yang maksimal secara efektif dan efisien (7).



B. Permasalahan Mitra SMP Muhammadiyah Banjarbaru merupakan tempat yang tepat dalam menyampaikan informasi dan edukasi tentang upaya pencegahan anemia pada remaja. Dalam hal ini siswa-siswi SMP Muhammadiyah Banjarbaru yang dijadikan sasaran adalah anak dengan rentang umur 14-15 tahun. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan adanya perubahan sikap terkait upaya pencegahan anemia pada remaja agar dapat menciptakan masyarakat yang sehat dan produktif serta meningkatkan derajat kesehatan yang ada. Pada anak yang berusia 14-15 tahun perlu diberikannya sebuah edukasi yang dapat menggambarkan masalah seusianya karena pada usia tersebut seorang anak memerlukan pengalaman yang nyata agar dapat menghubungkan apa yang telah mereka pelajari dan apa yang mereka lihat. Terdapat beberapa permasalahan yang dapat memicu kejadian anemia pada remaja seperti lokasi sekolah yang berada diperkotaan dan berada di dekat dengan jalan raya. Hal tersebut dapat memicu kejadian anemia karena pada daerah perkotaan adanya migrasi penduduk yang berakibat terjadinya perubahan gaya hidup seperti dari banyaknya industri makanan, penurunan pengetahuan akan kebutuhan makanan. Selain itu, SMP Muhammdiyah Banjarbaru memiliki jadwal sekolah yang fullday sehingga asupan gizi yang ada dalam tubuh tidak dapat dipantau oleh orang tua sehingga risiko kekurangan zat besi besar terjadi karena remaja masih belum dapat mengkontrol kebutuhan gizi pada dirinya. Dengan jadwal sekolah yang padat dan beragam aktivitas dilakukan mengakibatkan siswa-siswi mudah kelelahan sehingga memicu adanya anemia pada remaja.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



A. Definisi Anemia Anemia merupakan penyakit permasalahan gizi yang rentan terjadi pada kelompok remaja. Terutama pada remaja putri, hal tersebut disebabkan seorang remaja putri mempunyai kebutuhan zat besi yang tinggi untuk pertumbuhan dan peningkatan kehilangan akibat menstruasi. Diketahui sebanyak 22,7% remaja putri mengalami anemia gizi besi. Selain itu, pada kondisi



remaja



yang



suka



membatasi



konsumsi



makanan



untuk



memperhatikan bentuk tubuh juga akan mempercepat terjadinya anemia gizi besi dikarenakan asupan makanan kurang (8). Keadaan anemia dikalangan remaja baik pada remaja laki-laki atau perempuan tidak boleh untuk dibiarkan. Umumnya kelompok remaja berada dalam masa pertumbuhan yang membutuhkan energi, protein dan zat gizi lain yang lebih banyak dibanding dengan kelompok lain. Sehingga jika hal tersebut tidak tertangani dengan baik akan berlanjut hingga dewasa dan akan berdampak pada timbulnya beberapa masalah seperti kematian ibu, melahirkan bayi secara prematur, dan bayi yang dilahirkan mengalami gizi kurang. Selain itu, anemia gizi besi juga dapat menyebabkan tinggi badan lebih pendek, cepat lelah, konsentrasi belajar menurun, aktivitas fisik terganggu sehingga prestasi belajar rendah dan dapat menurunkan produktivitas belajar (8). Anemia juga dapat mempengaruhi pada usia reproduktif pada masa yang akan datang. Remaja perempuan pada dasarnya berbeda dengan wanita usia reproduksi yang lebih tua, termasuk dalam kebutuhan gizi, durasi menstruasi. Pada wanita tua reproduksi tahun menstruasi ditemukan menjadi faktor resiko untuk anemia selain itu pendapatan keluarga, keterpaparan dengan rokok juga dapat menjadi faktor pada wanita tua. Akan tetapi faktor



4



5



tersebut tidak satupun yang dapat mempengaruhi pada wanita usia 12 – 21 tahun. Kemudian terdapat adanya faktor kebutuhan pangan dengan kejadian anemia diantara anak – anak 12 – 15 tahun dari kedua jenis kelamin (9, 10). Anemia didefinisikan sebagai suatu keadaan tubuh yang mana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah daripada nilai standar atau dibawah nilai normal berdasarkan umur dan jenis kelamin serta dapat menimbulkan fungsi dalam tubuh terganggu. Hemoglobin (Hb) itu sendiri ialah merupakan suatu zat didalam sel darah merah, dimana struktur bangunan hemoglobin adalah zat besi. Hemoglobin (Hb), yang merupakan pekerja utama dalam mendukung fungsi darah sebagai pelaku transportasi oksigen dan karbondioksida ke atau dari jaringan. Ketika seseorang merasa seperti letih, lemah, lesu, lelah dan lunglai hal tersebut dapat dijadikan sebagai gejala dari anemia. Gejala tersebut timbul dikarenakan kekurangan zat besi sehingga pembentukan sel-sel darah merah dan fungsi lain dalam tubuh terganggu (8, 11). Kadar Hb dalam tubuh merupakan nilai ambang batas tertentu untuk dapat dikatakan anemia pada remaja. Kadar Hb merupakan parameter yang paling mudah digunakan dalam menentukan status anemia pada skala luas. Dalam definisi anemia telah ditetapkan batas hemoglobin yang dianggap sudah terjadi anemia. Batasan yang umum digunakan adalah kriteria WHO pada tahun 2001. Dinyatakan sebagai anemia bila terdapat nilai dengan kriteria sebagai berikut (11, 12): 1.



Anak umur 5 – 11 tahun



: Hb < 11,5 gr/dl



2.



Anak umur 11 – 14 tahun



: Hb < 12 gr/dl



3.



Remaja > 15 tahun perempuan



: Hb < 12 gr/dl



4.



Remaja > 15 tahun laki-laki



: Hb < 13 gr/dl



6



B. Faktor Risiko Anemia Anemia pada akhirnya akan menimbulkan dampak antara lain seperti menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena penyakit, menurunnya aktivitas dan prestasi belajar karena kurangnya konsentrasi. Selain itu anemia juga dapat mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh sehingga mudah terkena infeksi. Beberapa faktor-faktor risiko yang dapat meningkatkan terjadinya anemia gizi pada usia remaja adalah sebagai berikut (8, 12, 13, 14) : 1.



Menstruasi yang berlebihan pada remaja putri Menstruasi/haid adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang



disertai dengan perdarahan dan terjadi setiap bulannya kecuali pada saat kehamilan. Haid biasanya terjadi pada usia 11 tahun dan berlangsung hingga menopause (biasanya terjadi sekitar usia 45-55 tahun). Pada sebuah penelitian membuktikan bahwa terdapat hubungan menstruasi yang berlebih dapat memicu anemia. Hal tersebut ditimbulkan karena adanya gangguan haid yang mana gangguan yang paling banyak pada remaja putri adalah pendarahan haid yang lebih banyak dari normal (hipermenoria). Banyaknya darah yang keluar berpengaruh pada kejadian anemia karena remaja putri tidak mempunyai persediaan zat besi yang cukup dan absorpsi zat besi yang rendah ke dalam tubuh sehingga tidak dapat menggantikan zat besi yang hilang selama menstruasi. Semakin pendek siklus menstruasi serta semakin lama periode menstruasi seorang remaja putri, maka kehilangan zat besi yang dialami akan semakin besar. 2.



Citra diri Citra tubuh atau citra diri adalah persepsi, pemikiran, dan perasaan



seseorang terhadap tubuhnya. Citra tubuh ini dapat mempengaruhi gaya hidup seseorang yang ditunjukkan dengan perilaku makan . Remaja cenderung tidak puas dengan dirinya, ketidakpuasan ini bisa muncul karena remaja memiliki konsep tubuh ideal dalam pikirannya, akan tetapi remaja merasa



7



bahwa tubuhnya sendiri belum memenuhi kriteria tubuh ideal tersebut. Citra tubuh berhubungan secara tidak langsung dengan anemia gizi besi, dimana citra tubuh mempengaruhi perilaku makan. Perilaku makan berkaitan dengan pemilihan makanan. 3.



Usia Remaja putri pada kisaran usia 13-15 tahun memiliki kecenderungan



untuk mengalami anemia 2,73 kali lebih besar dibandingkan remaja putri yang berusia 10-12 tahun. Hal ini karena remaja usia 13-15 tahun kebanyakan sudah mengalami menstruasi, sehingga kecenderungan anemia lebih besar dibandingkan usia di bawahnya (kurang lebih 50% belum menstruasi). Remaja terutama yang telah mengalami menstruasi, dibandingkan dengan yang belum menstruasi, lebih rentan terhadap anemia. Saat menstruasi terjadi pengeluaran darah dari dalam tubuh. Hal ini menyebabkan zat besi yang terkandung dalam hemoglobin, salah satu komponen sel darah merah ikut terbuang melalui darah menstruasi. 4. Kepatuhan meminum tablet tambah darah Tablet tambah darah diminum 1 tablet per hari ketidakteraturan minum tablet darah akan menimbulkan dampak peningkatan kadar Hb yang tidak sesuai batas normal. Keteraturan mengkonsumsi tablet tambah darah diukur dari jumlah tablet yang dikonsumsi, ketepatan cara mengkonsumsi dan frekuensi konsumsi per hari. Suplementasi tablet tambah darah merupakan upaya penting dalam mencegah dan menanggulangi anemia. 5.



Status gizi yang kurang Remaja putri yang berstatus gizi kurus cenderung untuk mengalami



anemia sebesar 8,32 kali lebih besar dibandingkan yang berstatus gizi gemuk. Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat antara konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat-zat gizi atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam tubuh. Pada dasarnya anemia dipengaruhi secara langsung oleh konsumsi makanan sehari-hari yang kurang mengandung zat



8



besi selain faktor infeksi sebagai pemicunya. Secara umum makanan berkaitan erat dengan yang baik, maka status gizi juga normal, sebaliknya bila makanan yang dikonsumsi kurang nilai gizinya, maka akan menyebabkan kekurangan nilai gizinya dan dapat menimbulkan anemia. Semakin buruk status gizi seseorang maka semakin rendah kadar Hb nya. Seperti kurangnya konsumsi dan sayuran, buah-buahan serta lauk pauk akan meningkatkan terjadinya anemia, meskipun konsumsi nasi atau kacang-kacangan dalam jumlah yang cukup. Hal tersebut karena kebutuhan zat besi tidak terpenuhi. Terkait dengan sarapan pagi, sebuah hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara sarapan pagi dengan kejadian anemia pada remaja putri. Sarapan adalah kegiatan makan dan minum yang dilakukan antara bangun pagi sampai jam 9 untuk memenuhi sebagian kebutuhan gizi harian (15-30% kebutuhan gizi) dalam rangka mewujudkan hidup sehat, aktif dan produktif. Dampak dirasakan remaja apabila sarapan tidak baik maka pada saat proses belajar menjadi kurang konsentrasi, mudah lelah, mudah mengantuk dan gangguan fisik lainnya. Remaja putri yang sarapan memiliki performa yang lebih baik dalam perkembangan kognitif di sekolah dibandingkan mereka yang tidak sarapan.



C. Gejala Anemia Gejala umum anemia adalah gejala yang timbul pada semua jenis anemia pada kadar hemoglobin yang sudah menurun sedemikian rupa dibawah titik tertentu. Gejala ini timbul ketika kondisi tubuh kekurangan oksigen sehingga mekanisme tubuh manusia memacu untuk mengurangi kadar Hb. Gejala-gejala tersebut ialah (11): 1.



Kelopak mata pucat Hal yang paling mudah untuk mendeteksi anemia dengan melihat mata



yaitu ketika anda meregangkan kelopak mata dan memperhatikan bagian bawah mata. Bagian dalam kelopak mata tersebut akan berwarna pucat.



9



2.



Mudah lelah Merasa lelah sepanjang waktu selama satu bulan atau lebih dapat



diketahui kalau jumlah sel darah merah rendah. Pasokan energi tubuh sangat tergantung pada oksidasi dan sel darah merah. Semakin rendah sel darah merah maka tingkat oksidasi dalam tubuh ikut berkurang. 3.



Mual Penderita anemia akan lebih sensitif untuk mengalami gejala pagi atau



mual segera setelah mereka bangun dari tempat tidur. 4. Sakit kepala Orang yang mengalami anemia sering mengeluh sakit kepala secara terus-menerus. Kekurangan darah merah membuat otak kekurangan darah, hal tersebut dapat menimbulkan sakit kepala. 5.



Ujung jari pucat Pada dasarnya daerah ujung jari akan berwarna kemerahan akan tetapi



jika seseorang mengalami anemia maka ujung jari tersebut akan berwarna putih atau pucat. 6. Sesak napas Jumlah darah yang rendah akan menurunkan tingkat oksigen dalam tubuh. Hal ini dapat membuat penderita anemia sering merasa sesak napas atau sering terengah-engah saat melakukan aktivitas sehari-hari seperti berjalan. 7.



Denyut jantung tidak teratur Palpitasi adalah istilah untuk denyut jantung yang teratur, terlalu kuat



atau memiliki kecepatan yang abnormal. Ketika tubuh mengalami kekurangan oksigen, denyut jantung akan meningkat. Hal ini menyebabkan jantung berdebar tidak teratur dan cepat. 8. Wajah pucat Penderita anemia akan terlihat pucat, kulit pada penderita pun akan menjadi putih kekuningan.



10



9. Rambut rontok Ketika kulit kepala tidak mendapatkan makanan yang cukup dari tubuh. Penderita akan mengalami penipisan rambut dengan cepat. 10. Menurunnya kekebalan tubuh Ketika tubuh memiliki energi yang sangat lemah, kekebalan atau kemampuan tubuh untuk melawan penyakit ikut menurun sehingga penderita anemia akan mudah jatuh sakit.



D. Dampak Anemia Dampak anemia pada remaja sangat merugikan karena membuat lesu, lemah, kurang semangat belajar, rentan terhadap penyakit, yang dapat menurunkan prestasi belajar. Pada remaja yang anemia, kemampuan penyerapan oksigen berkurang karena kurangnya jumlah sel darah merah yang salah satu fungsinya dalam tubuh adalah mengikat oksigen. Hal ini akan mempengaruhi kekuatan didalam tubuh kita sehingga kemampuan aktivitas fisik yang bersifat ketahanan tubuh berkurang (15). Dampak dari penyakit anemia yang nantinya akan berpengaruh pada aktivitas sehari-hari, yaitu (16): 1.



Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.



2.



Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai optimal.



3.



Menurunkan kemampuan fisik.



4.



Mengakibatkan muka pucat.



5.



Berkurangnya daya pikir dan konsentrasi



6.



Berkurangnya semangat belajar dan bekerja



7.



Menurunnya kebugaran tubuh



8.



Menurunnya produktivitas kerja



9.



Daya tahan tubuh menurun sehingga mudah terserang penyakit



11



10.



Dapat mengakibatkan kelahiran bayi prematur (bayi lahir dengan berat badan rendah) Dampak dari anemia mungkin tidak dapat langsung terlihat, tetapi dapat



berlangsung lama dan mempengaruhi kehidupan remaja selanjutnya. Pada siklus hidup manusia, remaja putri (10-19 tahun) merupakan salah satu kelompok yang rawan terhadap anemia. Remaja putri ternyata lebih tinggi anemia mengalami di banding remaja putra. Selain itu, secara khusus anemia yang dialami remaja putri akan berdampak lebih serius, mengingat mereka adalah para calon ibu yang akan hamil dan melahirkan seorang bayi (17). Akibat dari jangka panjang penderita anemia gizi besi pada remaja putri yang nantinya akan hamil, maka remaja putri tersebut tidak mampu memenuhi zat-zat gizi pada dirinya dan pada janinnya sehingga dapat meningkatkan terjadinya resiko kematian ibu, kematian bayi, bayi lahir prematur, risiko melahirkan bayi dengan BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah). Pada laki-laki dia tidak bisa beraktifitas yang terlalu berat, contohnya seperti kuli bangunan itu akan berkibat dia bisa pingsan (15). Melihat dampak yang terjadi dikalangan remaja putri dan putra akibat kejadian anemia sangat merugikan pada masa yang akan datang, maka pencegahan maupun penanggulangan masalah anemia perlu ditingkatkan. Pastikan kebutuhan zat besi remaja terpenuhi pada saat ini untuk mencapai pertumbuhan yang optimal (15).



E. Pencegahan Anemia pada Remaja Upaya pencegahan dilakukan dengan memberikan asupan zat besi yang cukup ke dalam tubuh untuk meningkatkan pembentukan hemoglobin. Upaya yang dapat dilakukan adalah (18, 19, 20, 21, 22, 23): 1.



Meningkatkan asupan makanan sumber zat besi Meningkatkan asupan makanan dengan mengkonsumsi makanan yang



mengandung sumber zat besi dengan pola makan gizi seimbang, yang mana



12



terdiri dari aneka ragam makanan, terutama sumber pangan hewani yang kaya zat besi dalam jumlah yang cukup sesuai. Selain itu juga perlu meningkatkan sumber pangan nabati yang kaya zat besi, walaupun penyerapannya lebih rendah dibanding dengan hewani. Makanan yang kaya sumber zat besi dari hewani contohnya hati, ikan, daging dan unggas, sedangkan dari nabati yaitu sayuran berwarna hijau tua dan kacang-kacangan. Untuk meningkatkan penyerapan zat besi dari sumber nabati perlu mengonsumsi buah-buahan yang mengandung vitamin C, seperti jeruk, jambu. 2.



Penambahan bahan makanan dengan zat besi Penambahan bahan makanan adalah menambahkan satu atau lebih zat



gizi kedalam makanan untuk meningkatkan nilai gizi pada pangan tersebut. Makanan yang sudah ditambahkan dengan bahan makanan yang mengandung vitamin dan lainnya di Indonesia antara lain tepung terigu, beras, minyak goreng, mentega, dan beberapa snack. Zat besi dan vitamin mineral lain juga dapat ditambahkan dalam makanan yang disajikan di rumah tangga dengan bubuk tabur gizi yang biasanya itu ditaburkan pada makanan. 3.



Suplementasi zat besi Pada keadaan dimana zat besi dari makanan tidak mencukupi kebutuhan



terhadap zat besi, perlu didapat dari suplementasi zat besi. Pemberian suplementasi zat besi secara rutin selama jangka waktu tertentu bertujuan untuk meningkatkan kadar hemoglobin (protein yang mengandung zat besi) secara cepat, dan perlu dilanjutkan untuk meningkatkan simpanan zat besi di dalam tubuh. Suplementasi Tablet Tambah Darah (TTD) pada remaja putri merupakan salah satu upaya pemerintah Indonesia untuk memenuhi asupan zat besi. Pemberian TTD dengan dosis yang tepat dapat mencegah anemia dan meningkatkan cadangan zat besi di dalam tubuh. Pengetahuan yang kurang akan zat gizi menyebabkan kurangnya kecukupan mengkonsumsi sumber makanan yang mengandung zat besi yang berakibat rendahnya kadar hemoglobin. Untuk itu dalam upaya penurunan



13



kejadian anemia pada remaja perlu ditingkatkan kerja sama lintas program dan lintas sektoral, seperti penyebar luasan informasi faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan anemia. Kemudian bagi pihak sekolah agar remaja yang memiliki tingkat asupan zat gizi yang kurang, disarankan untuk memenuhi kecukupan zat gizi. Hal ini penting untuk melakukan perubahan perilaku, yang mana dalam mendidik masyarakat terutama anak SMP tentang perilaku preventif atau pencegahan dan perubahan gaya hidup yang berhubungan dengan anemia sangat dibutuhkan. Melakukan tindakan pencegahan dan langkah-langkah yang manfaatnya lebih besar, maka akan memilih perilaku pencegahan untuk keluar dari risiko kejadian Anemia pada remaja.



BAB III SOLUSI DAN TARGET LUARAN



A. Solusi Solusi yang dilakukan untuk menangani permasalahan tersebut adalah sebagai berikut: a.



Memberikan pendidikan kesehatan berupa penyuluhan tentang upaya pencegahan anemia pada remaja melalui penyuluhan kepada siswa-siswi SMP Muhammadiyah Banjarbaru.



b. Memberikan informasi tentang upaya pencegahan anemia pada remaja. c.



Menghimbau siswa-siswi untuk merubah sikap dan berupaya mencegah anemia pada dirinya sendiri dan orang yang ada sekitarnya.



B. Target Luaran Target luaran yang diharapkan sebagai berikut: a.



Meningkatnya pengetahuan siswa-siswi SMP Muhammadiyah Banjarbaru mengenai upaya pencegahan anemia pada remaja smp.



b.



Mengubah sikap siswa-siswi SMP Muhammadiyah Banjarbaru mengenai upaya pencegahan anemia pada remaja smp.



14



BAB IV METODE PELAKSANAAN



A. Bentuk Kegiatan Kegiatan penyuluhan kesehatan dengan menggunakan metode problem based learning dan diskusi (tanya jawab), dan untuk medianya dengan menggunakan media video sebagai alat bantu penyuluhan.



B. Pelaksanan Kegiatan Dalam pemberian materi juga diselingi dengan pertanyaan kepada siswa dan siswa di kelas untuk mengukur apakah para siswa bisa menangkap apa yang di jelaskan oleh pemateri. Dengan memberikan contoh itu di harapkan membuat siswa ingat dengan materi yang telah disampaikan. Sebelum dan sesudah penyampaian materi diberikan latihan (pre-test dan post-test) selama 10 menit dalam pre-test dan 10 menit untuk post-test kepada siswa-siswi untuk mengukur tingkat pengetahuan tentang pencegahan anemia pada remaja. Setelah itu, kami mengadakan sesi quiz (tanya jawab) dan diskusi selama 20 menit dan membagikan hadiah serta pemberian kenang-kenangan kepada pihak sekolah SMP Muhammadiyah Banjarbaru yang telah menyediakan waktu dan tempat untuk kegiatan penyuluhan kami. Acara ditutup dengan salam dan foto bersama dengan Kepala Sekolah dan siswa- siswi SMP Muhammadiyah Banjarbaru.



C. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Tempat



: SMP Muhammadiyah Banjarbaru



Tanggal



: 30 November 2018



Waktu pelaksanaan



: 14.00-16.00



15



16



D. Sasaran Kegiatan Sasaran kegiatan dari penyuluhan ini adalah siswa-siswi kelas 9B dengan jumlah 30 orang, guru dan kepala sekolah SMP Muhammadiyah Banjarbaru. Sasaran primer penyuluhan ini adalah peserta didik kelas 9B SMP Muhammadiyah Banjarbaru. Sasaran sekunder penyuluhan ini adalah guru SMP Muhammadiyah Banjarbaru, orang tua peserta didik, tenaga penyuluh, dan dosen pendamping. Sasaran tersier penyuluhan ini adalah Kepala Sekolah SMP.



E. Kegiatan pokok a.



Perencanaan Dimulai dengan menentukan tujuan penyuluhan Pencegahan Anemia



pada



Remaja,



menyusun



rencana



kegiatan,



mengidentifikasi



segala



kemudahan dan hambatan kegiatan penyuluhan yang akan dilakukan, mengembangkan



rencana



untuk



pencapaian



tujuan



kegiatan,



serta



mempersiapkan media penyuluhan berupa video untuk melakukan kegiatan penyuluhan yang akan berlangsung.



b. Pengorganisasian kegiatan Mengalokasikan dan mengatur sumber-sumber daya, seperti sumber daya keuangan, fisik, dan manusia. Pengaturan sumber daya bertujuan untuk merumuskan, menetapkan tugas, dan menetapkan prosedur kegiatan penyuluhan yang dilakukan. Tabel 4.1. Pembagian Tugas No Nama 1. Sri Ikhza Muliyani



Koordinator Acara



2.



Sarana dan Prasarana



Puspita Ayu Amalia



Tugas Merencanakan kegiatan penyuluhan dari pembuka sampai penutup. Mempersiapkan ruangan dan keperluan untuk proses penyuluhan.



17



No Nama 3. Yulia Muthmainnah



4.



Badria Anggraina



5.



Aulia Shafarina



c.



Koordinator Dokumentasi



Tugas Menyediakan, memproses, dan memproduksi dokumen kegiatan dalam bentuk foto maupun video. Games dan Ice Menyiapkan serta Breaking mengkoordinir jalannya permainan di sela-sela penyuluhan. Konsumsi Menyediakan dan mempersiapkan serta menyuguhkan konsumsi kepada panitia dan peserta.



Pelaksanaan di lapangan Pelaksanaan dilakukan di kelas 9B SMP Muhammadiyah Banjarbaru



dengan metode problem based learning melalui skenario dan penggunaan media video kepada sasaran, diskusi tanya jawab, jargon, dan permainan yang berkaitan tentang upaya pencegahan anemia pada remaja serta pre-test dan post-test.



d. Pelaporan Pada tahap ini penyuluh akan melakukan evaluasi program dalam bentuk evaluasi input, proses dan output. Evaluasi input meliputi pertimbangan tentang sumber dan strategi yang akan digunakan dalam upaya mencapai suatu program. Pertanyaan evaluasi input yang diajukan mencakup: a.



Apakah hadiah yang diberikan kepada siswa dan siswi kelas 9B SMP Muhammadiyah Banjarbaru berdampak jelas pada hasil penyuluhan pretest dan post-test?



b. Sumber-sumber daya manakah yang benar-benar mempunyai kontribusi yang paling dominan? c.



Bagaimana reaksi siswa-siswi kelas 9B SMP Muhammadiyah Banjarbaru terhadap materi pembelajaran penyuluhan mengenai pencegahan anemia



18



pada remaja setelah menerima hadiah karena menjawab pertanyaan yang diberikan? Evaluasi proses adalah melihat catatan kejadian-kejadian yang muncul selama program penyuluhan berlangsung dari waktu ke waktu yang akan sangat berguna dalam menentukan kelemahan dan kekuatan atau faktor pendukung serta faktor penghambat program penyuluhan. Pertanyaan evaluasi proses yang diajukan mencakup: a.



Apakah pelaksanaan penyuluhan Pencegahan Anemia pada Remaja pada kelas 9B SMP Muhammadiyah Banjarbaru sesuai dengan jadwal yang ditentukan?



b. Apakah sarana dan prasarana yang disediakan dimanfaatkan secara maksimal? c.



Hambatan-hambatan apa saja yang dijumpai selama pelaksanaan program penyuluhan pada kelas 9B SMP Muhammadiyah Banjarbaru yang perlu diatasi? Evaluasi output merupakan hasil dari aktifitas, kegiatan atau pelayanan



dari sebuah program penyuluhan. Evaluasi output meliputi keberhasilan kegiatan penyuluhan yang dilihat dari peningkatan pengetahuan siswa tentang yang terdiri atas upaya pencegahan anemia pada remaja pada kelas 9B SMP Muhammadiyah Banjarbaru yang dilihat dari hasil pre-test dan posttest.



BAB V PELAKSANAAN PERGURUAN TINGGI



Program Studi Kesehatan Masyarakat mengajarkan dan melatih mahasiswa



tentang



kondisi



kesehatan



masyarakat



berdasarkan



lingkungannya, mengenali berbagai penyakit yang menular di lingkungan masyarakat, dan mengenali perilaku sehat masyarakat itu sendiri. Sebagai mahasiswa kesehatan masyarakat kita akan membantu masyarakat untuk mencegah penyakit (preventif), meningkatkan kesehatan (promotif) atau kuratif, maupun pemulihan (rehabilitative) kesehatan fisik mental dan sosial. Adapun beberapa departemen yang ada dalam Program Studi Kesehatan Masyarakat yaitu, Epidemiologi, Biostatistik/ Statistic Kesehatan, Kesehatan Lingkungan, Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Administrasi Kesehatan Masyarakat, Gizi Masyarakat, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Dari beberapa departemen dalam Program Studi Kesehatan Masyarakat dapat dilihat kalau untuk masalah prospek kerja Sarjana Kesehatan Masyarakat sangat luas dan banyak, jadi bila menjadi Sarjana Kesehatan Masyarakat tidak perlu khawatir lagi masalah pekerjaan. Sarjana Kesehatan Masyarakat memilik kompentensi seperti: a.



Mampu melakukan kajian dan analisis situasi (analitic/ assessement skills).



b. Mampu mengembangkan kebijakan dan perencanaan program (policy development/ program planning skills). c.



Mampu berkomunikasi secara efektif (communication skills).



d. Mampu memahami budaya setempat (cultural competency skills). e.



Mampu



melaksanakan



pemberdayaan



masyarakat



(community



empowerment). f.



Memiliki penguasaan ilmu kesehatan masyarakat (public health science skills).



19



20



g. Mampu dalam merencanakan keuangan dan terampil dalam bidang manajemen (financial planning and management skills). h.



Memiliki kemampuan kepemimpinan dan berfikir sistem (leadership and system thinking skills). Berikut adapun beberapa upaya yang bisa dilakukan oleh Sarjana



Kesehatan Masyarakat seperti : 1.



Pemberantasan penyakit menular atau tidak menular,



2.



Pemberantasan vektor,



3.



Perbaikan sanitasi lingkungan,



4. Perbaikan gizi masyarakat, 5.



Pendidikan kesehatan masyarakat,



6. Pelayanan kesehatan ibu dan anak, 7.



Pengawasan sanitai tempat umum,



8. Mengelola program dan pelayanan kesehatan, 9. Pengawasan makanan, minuman dan obat, 10. Membina kesehatan pekerja dan tempat kerja, 11. Mengelola data-data kesehatan, 12. Melakukan surveilans epidemiologi, 13. Mengorganisasi dan memberdayakan masyarakat agar mau dan mampu melakukan hidup sehat. Program studi Kesehatan Masyarakat terdiri dari berbagai bidang. Salah satunya adalah Bidang Promosi Kesehatan. Seorang sarjana lulusan PSKM ULM dalam bidang Promosi Kesehatan Masyarakat bisa menduduki profesi



sebagai tenaga ahli ataupun management pengelola dalam



mensosialisasikan/promosi kesehatan di masyarakat. Oleh karena itu, mahasiswa dituntut untuk bisa melakukan promosi kesehatan yaitu contohnya dalam bentuk penyuluhan agar bisa belajar terjun ke masyarakat sehingga setelah lulus dan bekerja nanti tidak terkejut lagi dan bisa melaksanakan dengan baik. Dalam kegiatan ini kami selaku mahasiswa kesehatan masyarakat



21



telah melakukan promosi kesehatan dengan tema pencegahan anemia pada remaja kepada siswa-siswi kelas 9B SMP Muhammadiyah Banjarbaru.



BAB VI BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN A. Biaya Kegiatan Skill Lapangan Adapun anggaran biaya yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan kesehatan upaya pencegahan anemia pada remaja pada siswasiswi kelas 9B di SMP Muhammadiyah Banjarbaru sebagai berikut: a.



Pemasukan



Tabel 6.1. Rincian Biaya dan Alokasi Dana Kegiatan Penyuluhan Sumber Dana



Jumlah



Satuan



Total



Kontribusi Panitia



5 orang



Rp. 100.000,00



Rp. 500.000,00



Total



Rp. 500.000,00



Sumber dana berasal dari kontribusi panitia yang merupakan seluruh anggota kelompok. Sesuai jumlah anggota ada 5 orang, setiap orang mengumpulkan uang sebesar Rp. 100.000,00. Sehingga uang yang terkumpul sebesar Rp. 500.000,00. Uang tersebut digunakan untuk memenuhi keperluan penyuluhan kesehatan di kelas 9B di SMP Muhammadiyah Banjarbaru.



b. Pengeluaran Tabel 6.2. Rancangan Anggaran Penyelenggaraan Kegiatan Penyuluhan No.



Komponen



Total



1.



Alat tulis Kantor



Rp. 123.500,00



2.



Perlengkapan



Rp. 125.000,00



3.



Konsumsi



Rp. 217,850,00



4.



Transportasi



Rp. 12.000,00



Sub Total



Rp 478.350,00.



Jadi total pengeluaran kegiatan penyuluhan adalah sebesar Rp 478.350,00. Dengan jumlah total uang semula pada tabel pemasukan adalah Rp 500.000,00, maka tersisa uang sebesar Rp. 21.650,00.



22



23



B. Jadwal Kegiatan Skill Lapangan Susunan Acara Penyuluhan pada siswa-siswi kelas 9B di SMP Muhammadiyah Banjarbaru Tabel 6.3 Jadwal Kegiatan No



Uraian Kegiatan



Waktu



1.



Pembukaan



14.00-14.10



2.



Ice Breaking



14.10-14.15



3.



Pembagian pre-test secara tertulis Penyampaian Materi



14.15-14.25



Sesi Diskusi dan Tanya Jawab Games



15.00-15.15



Pembagian posttest secara tertulis Penutup



15.35-15.45



4.



5. 6. 7. 8.



14.25-15.00



15.15-15.35



15.45-16.00



Aktifitas Peserta Memperhatikan Mengikuti instruksi dari panitia Menerima dan menjawab pre-test Memperhatikan penjelasan dan mencermati materi Bertanya dan memperhatikan jawaban Mengikuti instruksi dari panitia Menerima dan menjawab post-test Memperhatikan



BAB VII HASIL DAN PEMBAHASAN



A. Hasil kegiatan Peserta dalam kegiatan penyuluhan ini yaitu siswa-siswi kelas 9B SMP Muhammadiyah Banjarbaru yang berjumlah sebanyak 30 orang dengan persentase kehadiran siswa-siswi sebesar 100%. Keberhasilan kegiatan yang telah dilakukan dapat dilihat dari terjadinya peningkatan pengetahuan dan perubahan sikap dari kuisioner yang telah diberikan.



90 80 70 60 50 Rata-Rata Nilai Siswa



40 30 20 10 0



Pre-Test



Post-Test



Gambar 7.1. Grafik nilai pre-test dan post-test siswa kelas 9B SMP Muhammadiyah Banjarbaru



Dari keseluruhan nilai siswa kelas 9B SMP Muhammadiyah Banjarbaru didapatkan rata-rata nilai pre-test sebesar 57,67% dan rata-rata nilai post-test sebesar 78,33%. Berdasarkan nilai rata-rata tersebut bisa dilihat bahwa terjadi peningkatan pengetahuan sebesar 20,66%.



24



25



Tabel 7.1 Distribusi dan Frekuensi Jawaban Pre-Test dan Post-Test Siswa Kelas 9B SMP Muhammadiyah Banjarbaru Pre-test Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20



Benar % 90 80 33 43 30 83 53 30 60 30 63,3 80 76,6 90 46,7 40 56,7 63,3 80 53,3



Post-test Salah % 10 20 67 57 70 17 47 70 40 70 36,7 20 23,4 10 53,3 60 43,3 36,7 20 46,7



Benar % 90 63,3 76,6 70 73,3 90 63,3 56,7 66,7 80 80 66,7 90 83 43 73,3 93,3 93,3 93,3 80



Salah % 10 36,7 23,4 30 26,6 10 36,7 43,3 33,3 20 20 36,7 10 17 57 26,6 6,7 6,7 6,7 20



Hampir semua aspek pertanyaan dapat dijawab dengan baik oleh siswa setelah dilakukan penyuluhan. Bisa dilihat dati tabel 4.1 bahwa kebanyakan siswa masih banyak salah menjawab pada soal nomor 8 yang menanyakan mengenai kadar Hb pada remaja putra yang terkena anemia. Dari hasil posttest terlihat bahwa rata-rata siswa menjawab bahwa kadar Hb remaja putra yang anemia sama dengan kadar Hb pada remaja putri. Terjadi beberapa penurunan jumlah jawaban pada nomor 2, 12 dan 14 yang masing-masing terkait tentang tanda dan gejala dari anemia, dampak anemia pada remaja lakilaki, dan makanan yang merupakan sumber zat besi.



26



90 80 70 60 50 Rata-Rata Nilai Kuisioner



40 30 20 10 0 Sebelum Penyuluhan



Sesudah Penyuluhan



Gambar 7.2 Grafik rata-rata nilai kuisioner sikap siswa kelas 9B SMP Muhammadiyah Banjarbaru



Dari keseluruhan nilai siswa kelas 9B SMP Muhammadiyah Banjarbaru didapatkan rata-rata nilai kuisioner sikap sebelum penyuluhan sebesar 55,06% dan rata-rata nilai kuisioner sesudah penyuluhan sebesar 84,76%. Berdasarkan nilai rata-rata tersebut bisa dilihat bahwa terjadi perubahan skiap yang dilihat dari kenaikan rata-rata nilai kuisioner sebesar 29,70%.



Tabel 7.2 Distribusi dan Frekuensi Jawaban Kuisioner Sikap Positif Siswa Kelas 9B SMP Muhammadiyah Banjarbaru Aspek Penilaian Sikap 1 2 3 5 6 7 8 9



Sebelum Penyuluhan SS S N TS STS % % % % % 0 30 16.6 26.7 26.7 20 0 50 30 0 0 0 46.6 26.7 26.7 0 0 93.3 0 6.7 0 6.7 86.6 6.7 0 0 10 43.3 46.7 0 53.4 23.3 23.3 0 0 3.3 3.3 93.4 0 0



Sesudah Penyuluhan SS S N TS STS % % % % % 73.3 16.7 10 0 0 80 13.3 6.7 0 0 73.3 20 6.7 0 0 40 26.7 33.3 0 0 53.3 26.7 20 0 0 33.4 46.7 13.3 3.3 3.3 46.7 20 26.6 6.7 0 80 13.3 6.7 0 0



27



Aspek Penilaian Sikap 12 13 14 15 16 17 19 20



SS % 0 0 0 3.3 3.3 0 0 0



Sebelum Penyuluhan S N TS STS % % % % 16.7 83.3 0 0 0 46.7 13.3 40 0 96.7 3.3 0 10 73.4 13.3 0 10 33.3 46.7 6.7 0 46.7 53.3 0 20 66.7 13.3 0 3.3 90 6.7 0



Sesudah Penyuluhan SS S N TS STS % % % % % 43.3 23.4 3.3 0 0 26.7 33.3 40 0 0 60 33.3 6.7 0 0 50 40 6.7 0 3.3 56.7 33.3 6.7 0 3.3 60 23.4 13.3 0 3.3 33.3 33.3 26.7 0 6.7 60 30 10 0 0



Rata-rata siswa pada awalnya lebih banyak memilih jawaban netral yang kemudian setelah dilakukan penyuluhan terjadi perubahan pola jawaban pada aspek sikap positif yang cenderung menjawab pilihan sangat setuju dan setuju. Pada hasil kuisioner sikap setelah penyuluhan masih ditemukan beberapa aspek sikap yang memiliki persentase netral yang cukup tinggi yaitu pada aspek nomor 5, 8 dan 19. Pada aspek tersebut menyatakan tentang sikap siswa terhadap konsumsi tablet tambah darah, sarapan untuk mencegah anemia, dan tidak mengabaikan jika ada yang terkena anemia disekitar kita. Adapun aspek yang paling banyak dijawab siswa dengan jawaban sangat setuju ialah aspek nomor 1, 3 dan 9. Pada aspek tesebut menyatakan tentang sikap terkait konsumsi makanan yang mengandung zat besi, konsumsi makanan dengan gizi seimbang dan memberikan dukungan terhadap teman yang terkena anemia.



Tabel 7.3 Distribusi dan Frekuensi Jawaban Kuisioner Sikap Negatif Siswa Kelas 9B SMP Muhammadiyah Banjarbaru Aspek Penilaian Sikap 4 10 11



SS % 0 3.3 0



Sebelum Penyuluhan S N TS STS % % % % 60 33.4 3.3 3.3 56.7 40 0 0 0 93.3 6.7 0



Sesudah Penyuluhan SS S N TS STS % % % % % 3.3 0 10 30 56.7 10 3.3 13.4 40 33.3 10 10 3.3 43.4 33.3



28



Aspek Penilaian Sikap 18



Sebelum Penyuluhan SS S N TS STS % % % % % 0 50 46.7 3.3 0



Sesudah Penyuluhan SS S N TS STS % % % % % 3.3 0 13.3 60 23.4



Pada aspek sikap negatif awalnya pilihan siswa masih dominan di pilihan netral yang mana setelah penyuluhan pola jawaban didominasi oleh pilihan sangat tidak setuju dan tidak setuju. Aspek sikap negatif yang paling banyak dipilih oleh siswa dengan sangat tidak setuju ialah pada aspek nomor 4. Aspek nomor 4 menyatakan tentang sikap jika menemukan gejala anemia maka didiamkan saja. Walaupun rata-rata siswa sudah menjawab dengan pilihan yang tepat, akan tetapi masih ada beberapa siswa yang menjawab dengan pilihan setuju dan sangat setuju yang bertolakbelakang dengan penyataan sikap negative pada kuisioner.



B. Analisis 1.



Faktor Pendukung Faktor pendukung dalam kegiatan penyuluhan yang dilakukan dengan



tema “Upaya Pencegahan Anemia pada Remaja” di SMP Muhammadiyah ialah materi penyuluhan disampaikan dengan video animasi mengenai anemia yang mana media audio-visual seperti video ini memiliki tingkat penerimaan sebesar 83% dan daya ingat sebesar 50%. Setelah penanyangan video, materi kembali dipertegas dengan menjelaskan kembali secara verbal hal-hal yang perlu digaris bawahi dari video tersebut. Hal ini membantu siswa dengan lebih cepat sebab penyampaian informasi dengan teknik repitisi seperti ini dapat mempertegas dan memperkuat suatu pesan sehingga audiens dapat menentukan sikap tertentu dalam waktu singkat. Siswa-siswi kemudian diajak untuk melakukan analisis skenario masalah terkait anemia yang kemudian didemonstrasikan oleh perwakilan kelompok. Metode pembelajaran seperti ini



29



terbukti



efektif



untuk



dilakukan



karena



meningkatkan



kemampuan



pemahaman secara mendalam pada siswa.



2.



Faktor Penghambat Dalam melakukan proses penyuluhan selain adanya faktor pendukung



juga terdapat faktor penghambat. Faktor penghambat yang kami temukan adalah tidak adanya pengeras suara sehingga beberapa murid kesulitan untuk mendengar dengan jelas apa yang telah disampaikan. Faktor penghambat lainnya adalah pencahayaan yang kurang dan keadaan yang cukup panas di ruangan kelas, hanya ada satu dalam tersedianya kipas angin sehingga beberapa siswa kurang fokus saat penyampaian materi.



C. Evaluasi Kegiatan 1.



Evaluasi formatif Pelaksanaan kegiatan berjalan dengan baik, baik oleh penyuluh yang



telah siap dengan kondisi sekitar maupun dengan siswa siswi yang juga riang dan antusias terhadap kegiatan ini. Pada kegiatan ini penyuluh memberikan edukasi tentang pencegahan anemia pada remaja dngan cara memberikan informasi mengenai pengertian anemia, bahaya anemia pada remaja, dampak anemia pada remaja serta dampaknya dikemudian hari, dan cara mencegah anemia. Dalam pelaksanaannya sumber daya dari para penyuluh sangat dominan karena melakukan interaksi dengan siswa siswi dalam pemberian materi. Selain itu, sarana dan prasarana yang telah disediakan oleh panitia, seperti video dengan tema anemia serta motode problem-based learning yang belum pernah dilakukan sebelumnya menjadi salah satu faktor penunjang untuk lebih meningkatkan pengetahuan dan merubah sikap mengenai pencegahan anemia. Dalam pelaksanaannya, sebenarnya kegiatan sedikit tertunda karena ada beberapa kendala salah satunya karena alat transportasi yang tidak cukup



30



untuk membawa prasarana untuk penyuluhan. Selain itu kondisi kelas tidak terlalu mendukung untuk diadakannya pemberian materi karena kondisinya cukup panas dengan jumlah kipas angin yang hanya 1 buah, jendela yang tertutup rapat sehingga membuat suasana kelas menjadi sesak dan sumpek. Para penyuluh mencoba untuk mengontrol kondisi kelas dengan membersihkan dan merapikan kelas sebelum melakukan penyuluhan. Untuk jadwal sendiri penyuluh mencoba mempercepat dengan menyatukan beberapa agenda yang telah di jadwalkan. Selain itu, kondisi siswa-siswi yang semangat dan antusias juga menambah ramai dan serunya kegiatan berlangsung. Siswa-siswi tetap fokus dalam memperhatikan materi yang diberikan, aktif saat adanya diskusi berdasarkan skenario masalah dan antusias saat mendemonstrasikan hasil diskusi serta aktif menjawan saat dilakukan pelemparan soal untuk di jawab, Siswa-siswi juga dapat mengerjakan dengan baik soal pre-test, post-test serta kuisioner sikap yang diberikan penyuluh sebagai alat pengukur pemahaman terhadap materi yang telah di sampaikan dalam proses kegiatan penyuluhan.



2.



Evaluasi sumatif Dari pelaksanaan kegiatan ini dapat dilihat dari meningkatnya



pengetahuan siswa-siswi serta terjadinya perubahan sikap mengenai pencegahan anemia, ini terbukti dengan mampunya siswa-siswi menjawab pertanyaan yang diberikan langsung secara tepat dan benar serta adanya peningkatan nilai pre-test, post-test, dan kuisioner sikap. Berdasarkan hasil pre-test, post-test dan kuisioner sikap yang telah diberikan, dapat diketahui bahwa siswa-siswi kelas 9B SMP Muhammadiyah Banjarbaru telah belum memiliki pengetahuan serta sikap yang baik mengenai pencegahan anemia sebelum penyuluhan diadakan. Kegiatan penyuluhan ini berjalan lancar serta siswa siswi aktif dalam setiap agenda yang direncanakan.



BAB VIII PENUTUP



A. Kesimpulan Berdasarkan dari kegiatan penyuluhan dapat disimpulkan bahwa kegiatan penyuluhan dapat berjalan lancar sesuai dengan jadwal kegiatan. Penyuluhan yang dilakukan menggunakan metode Problem Based Learning, dengan media audio-visual yang diharapkan akan meningkatkan pengetahuan dan dapat merubah sikap dari hasil pemaparan. Terlihat darii hasil pre-test bahwa para peserta masih memiliki pengetahuan dan sikap yang kurang. Setelah dilakukan penyuluhan terjadi peningkatan pengetahuan dan perubahan sikap yang bisa dilihat dari hasil post-test yang kemudian dibandingkan dengan nilai pre-test dan didapatkan terjadinya peningkatan pengetahuan dan sikap dari rata-rata nilai keduanya masing-masing sebesar 20,66% dan 29,70%. Akan tetapi, pada kegiatan penyuluhan berlangsung terdapat beberapa kendala yang dapat mengganggu proses penyuluhan seperti sarana dan prasarana yang kurang akan tetapi kendala tersebut dapat diatasi.



B. Saran Berdasarkan dari hasil kegiatan terdapat beberapa kendala yang dapat mengganggu kegiatan penyuluhan. Kurangnya perlengkapan sarana dan prasarana yang mendukung baik dari penyedia maupun pelaksana. oleh karena itu diharapkan pada pelaksanaan selanjutnya kegiatan dapat lebih dipersiapkan dengan sebaik-baiknya. Selain itu, terkait waktu pelaksaan kegiatan diharapkan dapat memilih waktu penyuluhan yang tepat umumnya seperti pada pagi hari agar ke efektifan pesan dapat diterima secara maksimal.



DAFTAR PUSTAKA 1.



Jaelani M, Betty YS, Emy Y. Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri. Jurnal Kesehatan 2017; 8(3): 358-368.



2.



Simanungkalit SF, Ikha DP, Firlia AA. Hubungan pengetahuan anemia, pengetahuan tablet tambah darah, status gizi dan asupan gizi dengan anemia remaja putri di SMA/K kota Depok tahun 2017. Arkesmas 2018; 3(1): 37-41.



3.



Kaimudin NI, Hariati L, Jusniar RA. Skrining dan determinan kejadian anemia pada remaja putri SMA Negeri 3 Kendari tahun 2017. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat 2017; 2(6): 1-10.



4. Panyuluh DC, Priyadi NP, Emmy R. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku penyebab anemia pada santriwati pondok pesantren Darul Ulum Kabupaten Kendal. Jurnal Kesehatan Masyarakat 2018; 6(2): 156-162. 5.



Paradia RA, Puspa S, Ari IS, Merry W. Hubungan anemia dengan status gizi pada remaja putri. The Southeast Asian Journal of Midwifery 2017; 3(1): 2732.



6. Syahnuddin M, Gunawan, Phetisya PFS, Leonardo TL. Hubungan anemia gizi dengan infeksi kecacingan pada remaja putri di beberapa SLTA di Kota Palu. Media Litbangkes 2017; 27(4): 223-228. 7.



Rohim AN, Siti Z, Yuli K. Perbedaan pengetahuan anemia pada remaja putri setelah diberi pendidikan dengan metode ceramah tanpa media dengan media buku cerita. Jurnal Kesehatan, 2016; 1(2) : 60 – 71.



8. Sari HP, Endo D, Dian A. Anemia gizi besi pada remaja putri di wilayah Kabupaten Banyumas. Jurnal Kesmas Indonesia 2016; 8 (1) : 16-31. 9. Sekhar DL, dkk. Differences in risk factors for anemia between adlescent and adult women. Journal Of Women’s Health 2016; 25(5) : 505–513. 10. Adriani M, Bambang W. Pengantar gizi masyarakat. 4th ed. Jakarta; Kencana: 2016. 11. Handayani W, Andi SH. Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem hematologi. Jakarta; Salemba Medika: 2012.



12. Jaelani M, Betty YS, Emy Y. Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri. Jurnal Kesehatan 2017; 8(3): 358 – 368. 13. Purwandari A, Freike L, Feybe P. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia. Jurnal Ilmiah Bidan 2016; 4(1): 62 – 68. 14. Permatasari T, Dodik B, Siti M. Efektivitas program suplementasi zat besi pada remaja putri di kota Bogor. Jurnal MKMI 2018; 14(1) : 1-8. 15. Masthalina H, Yuli L, Yuliana PD. Pola konsumsi (faktor inhibilitor dan enhancer Fe) terhadap status anemia remaja putri. Jurnal Kesehatan Masyarakat 2015; 11(1):80-86. 16. Permaesih D, Susilowati H. Faktor-faktor yang mempengaruhi anemia pada remaja. Jurnal Litbang Kemkes 2005; 33(4): 162-171. 17. Wibowo CDT, Harsoyo N, Afiana R. Hubungan antara status gizi dengan anemia pada remaja putri di Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah 3 Semarang. Jurnal Kedokteran Muhammadiyah 2013; 1(2): 1-4. 18. Direktur Jendral Kesehatan Masyarakat. Pedoman pencegahan dan penanggulangan anemia pada remaja putri dan wanita usia subur (wus). Jakarta; KEMENKES RI: 2016. 19. Khodijah LA, dkk. Pengaruh pendidikan gizi metode peer educator terhadap perubahan perilaku remaja putri pada pencegahan anemia defisiensi besi di Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal) 2018; 6(4): 206-213. 20. Sefaya KT, dkk. Pengaruh pendidikan gizi terhadap pengetahuan gizi dan tingkat kecukupan gizi terkait pencegahan anemia remaja. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal) 2018; 5(1): 272-282. 21. Hasyim NA, dkk. Pengetahuan risiko, perilaku pencegahan anemia dan kadar hemoglobin pada remaja putri. PROFESI (Profesional Islam) 2018; 15(2): 28-33. 22. Kaimudin NI, dkk. Skrining dan determinan kejadian anemia pada remaja putri Sma Negeri 3 Kendari tahun 2017. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat 2017; 2(6): 1-10.



23. Ghaderi N, dkk. Effect of education based on the health belief model (hbm) on anemia preventive behaviors among Iranian Girl Students. Int J Pediatr 2017; 5(6): 5043-5052.