Laporan Hemiparese Sinistra [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN HEMIPARESIS SINISTRA PERIODE PRAKTIK 17 OKTOBER – 5 NOVEMBER 2022 BANGSAL DAHLIA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH YOGYAKARTA



Disusun Oleh: 1. Rini Adelia Pratiwi (223203080) 2. Tyas Ayu Anggraini (223203050) 3. Andesta Putra



(223203014)



PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA 2022



HEMIPARESIS SINISTRA 1. Definisi Stroke



merupakan



penyakit



serebrovaskuler



yang



mengacu



kepada setiap gangguan neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui sistem suplai arteri di otak (Price & Wilson,2006). Hemiparese sinistra adalah Kerusakan pada sisi sebelah kanan otak yang menyebabkan kelemahan tubuh bagian kiri. Pasien dengan kelumpuhan sebelah kiri sering memperlihatkan ketidakmampuan persepsi visuomotor, kehilangan memori visual dan mengabaikan sisi kiri. Penderita mamberikan perhatian hanya kepada sesuatu yang berada dalam lapang pandang yang dapat dilihat (Harsono, 2006). 2. Etiologi Stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari empat kejadian (Brunner dan Suddarth, 2002. Hal 2130-2144). A. Trombosis Trombosis ialah proses pembentukan bekuan darah atau koagulan dalam sistem vascular (yaitu,pembuluh darah atau jantung) selama manusia masih hidup, serta bekuan darah didalam pembuluh darah otak atau leher. Koagulan darah dinamakan trombus. Akumulasi darah yang membeku diluar sistem vaskular, tidak disebut sebagai trombus. Trombosis ini menyebabkan iskemia jaringan otak yang dapat menimbulkan edema disekitarnya. B. Embolisme serebral Embolisme serebral adalah bekuan darah dan material lain yang dibawa ke otak dari bagian tubuh lain. Merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari trombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebri. C. Iskemia serebri



Iskemia  adalah penurunan aliran darah ke area otak. Otak normalnya menerima sekitar 60-80 ml darah per 100 g jaringan otak per menit. Jika alirah darah aliran darah serebri 20 ml/menit timbul gejala iskemia dan infark. Yang disebabkan oleh banyak faktor yaitu hemoragi, emboli, trombosis dan penyakit lain. D. Hemoragi serebral Hemoragi serebral adalah pecahnya pembuluh darah serebral dengan pendarahan ke dalam jaringan otak atau ruangan sekitar otak. Pendarahan intraserebral dan intrakranial meliputi pendarahan didalam ruang subarakhnoid atau didalam jaringan otak sendiri. Pendarahan ini dapat terjadi karena arterosklerosis dan hipertensi. Pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah kedalam parenkim otak. Pecahnya pembuluh darah otak sebagian besar diakibatkan oleh rendahnya kualitas pembuluh darah otak.Sehingga dengan adanya tekanan darah yang tinggi pembuluh darah mudah pecah. 3. Patofisiologi Otak membutuhkan banyak oksigen yang diperoleh dari darah titik otak sangat bergantung pada keadaan aliran darah setiap saat karena di otak sendiri tidak ada cadangan oksigen. Kelainan akibat dari gangguan peredaran darah yang menyebabkan stroke non-hemoragik sehingga terjadi hemiparesis yaitu terjadi infark iskemia



yang sangat erat dengan



aterosklerosis. Saat terjadi aterosklerosis dapat menimbulkan penyempitan lumen pembuluh darah dan mengakibatkan insufisiensi aliran darah pembuluh darah karena terjadinya trombus dan terbentuknya trombus kemudian terlepas sebagai emboli titik dinding pembuluh darah menjadi tipis dan mudah robek karena terjadi aneurisma. Terjadinya aterosklerosis akibat dari penimbunan lemak atau kolesterol yang mengikat dalam darah, dapat juga terjadi karena stres pola hidup tidak sehat atau memiliki riwayat keturunan dari keluarga titik tersumbatnya pembuluh darah menyebabkan aliran darah tidak lancar dan terhenti sehingga mengakibatkan stroke non-



hemoragik dan terjadi hemiparesis atau kelemahan otot (Handayani, Rita, & dkk, 2019). 4. Manifestasi Klinis Gejala stroke hemoragik bervariasi tergantung pada lokasi pendarahan dan jumlah jaringan otak yang terkena. Gejala biasanya muncul tiba-tiba, tanpa peringatan, dan sering selama aktivitas. Manifestasi klinis stroke menurut Smeltzer & Bare (2002), antara lain: defisit lapang pandang, defisit motorik, defisit sensorik, defisit verbal, defisit kognitif dan defisit emosional. 1. Defisit Lapang Pandangan a. Tidak menyadari orang atau objek di tempat kehilangan penglihatan b. Kesulitan menilai jarak c. Diplopia 2. Defisit Motorik a. Hemiparesis (kelemahan wajah, lengan, dan kaki pada sisi yang sama). b. Hemiplegi (Paralisis wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama). c. Ataksia (Berjalan tidak mantap, dan tidak mampu menyatukan kaki. d. Disartria (Kesulitan berbicara), ditunjukkan dengan bicara yang sulit dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab untuk menghasilkan bicara. e. Disfagia (Kesulitan dalam menelan) 3. Defisit Sensorik : kebas dan kesemutan pada bagian tubuh 4. Defisit Verbal a. Afasia ekspresif (Tidak mampu membentuk kata yang dapat dipahami) b. Afasia reseptif (Tidak mampu memahami kata yang dibicarakan) c. Afasia global (kombinal baik afasia reseptif dan ekspresif) 5. Defisit Kognitif a. Kehilangan memori jangka pendek dan panjang b. Penurunan lapang perhatian c. Kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi d. Perubahan penilaian



6. Defisit Emosional a. Kehilangan kontrol diri b. Labilitas emosional c. Penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stres d. Depresi e. Menarik diri f. Rasa takut, bermusuhan dan marah g. Perasaan isolasi



5. Pathway



6. Penatalaksanaan Medis A. Terapi konservatif 1) Pemenuhan cairan dan elektrolit dengan pemasangan infus 2) Mencegah peningkatan TIK 3) Memberikan obat-obatan: a. Antihipertensi b. Antikoagulan c. Deuritika d. Vasodilator perifer e. Diazepam bila kejang f. Manitol berfungsi mengurangi edema otak



B. Operatif Memantau penurunan tik, apabila upaya penurunan tidak berhasil maka perlu dipertimbangkan evakuasi hematom karena hipertensi intrachranial yang menetap akan membahayakan C. Pada fase pemulihan sub akut Melakukan berbagai terapi untuk pemulihan seperti terapi wicara terapi fisik dengan ROM, stoking antiembolisme 7. Penatalaksanaan Keperawatan A. Pengkajian Pengkajian pada pasien hemiparase yang faktual, lengkap dan akurat akan memudahkan perawat dalam menetapkan data dasar, menegakkan diagnosa keperawatan yang tepat, merencanakan terapi pengobatan yang cocok dan memudahkan perawat dalam mengevaluasi respon klien terhadap terapi yang diberikan titik perawat juga harus melihat kondisi klien ketika akan melakukan pengkajian. Komponen pengkajian antara lain: 1) Identitas Identitas klient meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, suku bangsa, status perkawinan, pendidikan, nomor registrasi, diagnosa medis. Berikutnya terdapat identitas penanggung jawab klien yaitu terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, hubungan dengan klien. pengkajian biodata difokuskan pada umur karena usia di atas 55 tahun merupakan risiko tinggi terjadi serangan stroke. Laki-laki memiliki risiko lebih tinggi karena stroke dibanding perempuan. 2) Riwayat penyakit a) Keluhan utama Keluhan yang paling dasar atau utama yang dikatakan atau yang dirasakan klien titik biasanya klien datang ke rumah sakit dalam kondisi penurunan kesadaran disertai kelumpuhan dan sakit kepala hebat.



b) Riwayat penyakit sekarang Perjalanan penyakit dan alasan pasien masuk rumah sakit dimulai dari masuk IGD, kemudian masuk bangsal sampai dilakukan pengajian. Kronologis peristiwa setelah melakukan aktivitas tiba-tiba terjadi keluhan neurologis seperti sakit kepala hebat, penurunan kesadaran. c) Riwayat penyakit dahulu Berisi riwayat kesehatan pasien, apakah sebelumnya pasien pernah menderita suatu penyakit dan dirawat di rumah sakit. Serta apakah klien mempunyai riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan titik yang paling utama dikaji apakah memiliki riwayat DM, hipertensi, kelainan jantung polisitemia, karena berhubungan dengan penurunan kualitas pembuluh darah otak menjadi menurun. d) Riwaya penyakit keluarga Berisi riwayat penyakit yang diderita oleh keluarga klien titik perlu dikaji apakah keluarga ada yang pernah terkena penyakit stroke. 3) Pola pengkajian fungsional Gordon a) Pola persepsi dan manajemen kesehatan Bagaimana tindakan klien ketika sakit kemal serta apakah pasien menganggap kesehatan itu penting b) Pola nutrisi Mencangkup nafsu makan pasien, porsi makan dan minum ketika sebelum dan setelah masuk rumah sakit c) Pola eliminasi Bagaimana pola bab dan bak yang mencakup intensitas warna dan tekstur bab dan bak d) Pola aktivitas dan latihan Ketika sedang sakit apakah klien dapat beraktivitas mandiri atau dengan bantuan orang lain



e) Pola konsep diri Bagaimana pasien menilai dirinya pada saat sakit f) Pola istirahat tidur Bagaimana pola tidur pasien gema mencangkup berapa lama hambatan saat tidur g) Pola hubungan dan peran Hubungan pasien dengan lingkungan sekitarnya seperti keluarganya dan mengetahui perannya h) Pola penanganan masalah stres Apa yang dilakukan pasien saat penyakitnya tersebut kambuh i) Pola keyakinan dan nilai-nilai Kepercayaan klien terhadap sang pencipta seperti selalu taat beribadah 4) Pemeriksaan a) Pemeriksaan umum I. Keadaan umum : penampilan klien dimulai pada saat mempersiapkan klien untuk pemeriksaan II. Kesadaran : status kesadaran dilakukan dengan dua penilaian yaitu kualitatif dan kuantitatif III. TTV : pada pasien stroke biasanya memiliki tekanan darah yang tinggi IV. Pernapasan meliputi: 



Sumbatan jalan nafas karena penumpukan sputum dan kehilangan refleks batuk







Auskultasi suara nafas mungkin ada tanda stridor







Catat jumlah dan irama nafas



V. Sirkulasi, deteksi adanya tanda-tanda tik, yaitu peningkatan tekanan darah, disertai dengan pelebaran nadi dan penurunan jumlah nadi VI. Persyaratan dan otak, kaji adanya sakit kepala hebat VII.



Perkemihan, tanda-tanda ini kontinensia urine



VIII.



Pencernaan, biasanya terjadi konstipasi akibat



penurunan peristaltik usus IX. Tulang dan integumen, gaji adanya kelompok dan kelemahan tanda-tanda dikubitus b) Pemeriksaan fisik head to toe I. Kepala: bentuk kepala rumah ada tidaknya lesi atau benjolan, pertumbuhan rambut, dan ada atau tidaknya nyeri tekan (pembengkakan) II. Mata: Kebersihan mata, bentuk simetris atau tidak, konjungtiva anamis atau tidak, fungsi penglihatan. III. Hidung: kesimetri lisan, adanya polip atau tidak, fungsi penciuman ada tidaknya lesi IV. Mulut: fungsi pengecapan, mukosa bibir, kebersihan gigi dan mulut ada tidaknya lesi V. Telinga:



ada



tidaknya



serumen



atau



lesi,



fungsi



pendengaran VI. Leher: ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid VII.



Thorax: 



Paru paru i.



Inspeksi: perhatikan kesimetrisan gerakan dada, frekuensi



napas



cepat



(takipnea),



irama



kedalamannya pernapasan caping hidung ii.



Palpasi: adanya nyeri tekan, takdir primitus bergetar kiri dan kanan



iii.



Auskultasi: suara nafas ronki (nada rendah dan sangat kasar terdengar baik saat inspirasi maupun ekspirasi)



iv.



Perkusi: terdengar bunyi redup (dulnes) adanya jaringan yang lebih padat atau konsolidasi paruparu seperti pneumonia







Jantung



i.



Inspeksi: perhatikan kesimetrisan dada letus cordis tampak atau tidak



ii.



Palpasi: Lotus cordis teraba, tidak ada masa (pembengkakan) dan ada atau tidaknya nyeri tekan



iii.



Perkusi: perkusi jantung pekak adanya suara perkusi jaringan yang padat seperti pada daerah jantung



iv.



Auskultasi: terdengar suara jantung satu dan suara jantung 2 (terdengar bunyi lup dup-lup dup) dalam rentang normal



VIII. i.



Abdomen: Inspeksi: bentuk abdomen komunikasimerisan abdomen ada atau tidak nyeleksi, ada atau tidaknya stretch mark



ii.



Auskultasi: mendengarkan bising usus normal 5 sampai 30 kali per menit



iii.



Perkusi: terdengar suara timpani suara berisi cairan



iv.



Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran hepar



v.



Punggung: tidak ada kelainan bentuk punggung, tidak ada luka pada punggung



IX. Ekstremitas: i.



Atas: terpasang infus, ada tidak hanya kelemahan pada ekstremitas atas



ii.



Bawah:



ada



atau



tidaknya



gangguan



ekstremitas bawah seperti kelemahan iii.



Kekuatan otot



Keterangan: 0: otot tidak dapat digerakkan



terhadap



1: jika otot ditekan masih terasa ada kontraksi atau kekenyalan ini berarti otot masih belum atrofi atau belum layu 2: gerakan otot atau bagiannya yang lemah sesuai perintah misalnya telapak tangan disuruh telungkup atau lurus bengkok tapi jika ditahan sedikit saja sudah tak mampu bergerak 3. Dapat menggerakkan otot dengan tahanan misalnya dapat menggerakkan telapak tangan dan jari 4. Dapat bergerak dan dapat melawan hambatan yang ringan 5. Bebas bergerak dan dapat melawan tahanan yang setimpal X. Genitalia: terpasang kateter atau tidak XI. Integumen tukar kulit baik atau tidak, kulit kering c) Pemeriksaan penunjang Pada pemeriksaan penunjang ditulis tanggal pemeriksaan, jenis pemeriksaan, hasil dan satuannya. Pemeriksaan penunjang diantaranya pemeriksaan laboratorium, foto rontgen, rekam kardiografi dan lain-lain d) Terapi Pada terapi tulis nama obat lengkap komodosis, frekuensi pemberian dan cara pemberian obat secara oral, parenteral dan lain-lain B. Diagnosa Keperawatan No 1



2



Data Faktor risiko 1. Hiperkolesterolnemia 2. Hipertensi



Diagnosa Etiologi Risiko perfusi Stroke serebral tidak efektif (D.0017) Tanda mayor Defisit Stroke 1. Menolak melakukan perawatan diri perawatan (D 0109) 2. Tidak mampu mandi atau



mengenakan pakaian atau makan atau ke toilet atau berhias secara mandiri 3. Minat melakukan perawatan diri kurang 3



4



5



6



Tanda mayor 1. Mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas 2. Kekuatan otot menurun 3. Rentang gerak ROM menurun Tanda minor 1. Nyeri saat bergerak 2. Enggan melakukan pergerakan 3. Merasa cemas saat bergerak 4. Sendi kaku 5. Gerakan tidak terkoordinasi 6. Fisik lemah 7. Gerakan terbatas Tanda mayor 1. Kerusakan jaringan dan atau lapisan kulit Tanda minor 1. Nyeri 2. Perdarahan 3. Kemerahan 4. Hematoma Tanda mayor 1. Tidak mampu berbicara atau mendengar 2. Menunjukkan respon tidak sesuai Tanda minor 1. Pelo 2. Gagap 3. Tidak ada kontak mata 4. Sulit memahami komunikasi 5. Sulit mempertahankan komunikasi 6. Verbalisasi tidak tepat 7. Sulit mengungkapkan katakata Tanda mayor 1. Dispnea 2. Penggunaan otot bantu pernafasan 3. Fase ekspirasi memanjang 4. Pola nafas abnormal takipnea, bradipnea, hiperventilasi Tanda minor



Gangguan Stroke monilitas fisik (D.0054)



Kerusakan Imobilisasi integritas kulit (D 0129)



Gangguan komunikasi verbal (D.0119)



Stroke



Pola napas Stroke tidak efektif (D.0005)



1. 2. 3. 4.



Ortopnea Pernafasan pursed-lip Pernapasan cuping hidung Tekanan ekspirasi dan inspirasi menurun



1. Risiko perfusi cerebral tidak efektif berhubungan dengan stroke D.0017 2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan stroke D 0109 3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan stroke D.0054 4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilisasi D 0129 5. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan stroke D.0119 6. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan stroke D.0005 C. Intervensi No 1



SDKI Risiko perfusi cerebral tidak efektif berhubungan dengan stroke D.0017



SLKI Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah keperawatan risiko perfusi cerebral dapat teratasi dengan kriteria hasil: Kontrol risiko (L.14128) 1. Kemampuan mencari informasi tentang faktor risiko meningkat 2. Kemampuan mengidentifikasi faktor risiko meningkat 3. Kemampuan melakukan strategi kontrol meningkat 4. Kemampuan mengubah perilaku meningkat 5. Komitmen terhadap strategi meningkat Perfusi serebral (L.02014) 1. Tingkat kesadaran meningkat 2. Tekanan intrakranial menurun 3. Sakit kepala



SIKI Manajemen peningkatan tekanan intrakranial (I.09325) O: identifikasi penyebab peningkatan TIK (mis. Lesi, gangguan metabolisme, edemangan serebral) : Monitor tanda gejala peningkatan TIK (mis. Tekanan darah meningkat, tekanan nadi meningkat menjadi Kardi, pola nafas irreguler gema kesadaran menurun) T: berikan posisi semi fowler : Pertahankan suhu tubuh normal K: kolaborasi pemberian diuretik osmosis jika perlu



2



3



menurun 4. Gelisah menurun 5. Demam menurun 6. Nilai rata-rata tekanan darah membaik 7. Kesadaran membaik Defisit Tujuan : perawatan setelah dilakukan tindakan diri keperawatan diharapkan berhubungan masalah keperawatan dengan stroke perawatan diri dapat teratasi D 0109 dengan kriteria hasil: Perawatan diri (L.11103) 1. Kemampuan mandi meningkat 2. Kemampuan mengenakan pakaian meningkat 3. Kemampuan makan meningkat 4. Kemampuan ke toilet bab/bak meningkat 5. Verbalisasi keinginan melakukan perawatan diri meningkat 6. Minat melakukan perawatan diri meningkat 7. Mempertahankan kebersihan diri meningkat 8. Mempertahankan kebersihan mulut meningkat Gangguan Tujuan : mobilitas setelah dilakukan tindakan fisik keperawatan diharapkan berhubungan masalah keperawatan dengan stroke gangguan mobilitas fisik D.0054 dapat teratasi dengan kriteria hasil Mobilitas fisik (L.05042) 1. Pergerakan ekstremitas meningkat 2. Kekuatan otot meningkat 3. Rentang gerak ROM



Dukungan perawatan diri (I.11348) O: identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri : Monitor tingkat kemandirian : Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian berhias dan makan T: dampingi dalam melakukan perawatan diri : Fasilitasi kemandirian bantu jika tidak mampu melakukan perawatan diri E: anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai kemampuan



Dukungan ambulasi (I.06171) O: identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi : Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi T: fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu :Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan ambulasi E: anjurkan melakukan



4



meningkat 4. Gerakan tidak terkoordinasi menurun 5. Gerakan terbatas menurun 6. Kelemahan fisik menurun Kerusakan Tujuan : integritas setelah dilakukan tindakan kulit keperawatan diharapkan berhubungan masalah keperawatan dengan kerusakan integritas kulit dan imobilisasi D jaringan dapat teratasi 0129 dengan kriteria hasil : (integritas kulit dan jaringan L.14125) 1. Kerusakan jaringan menurun 2. Tanda kemerahan menurun 3. Keluhan nyeri menurun 4. Kerusakan lapisan kulit menurun 5. Pigmentasi abnormal menurun 6. Perfusi jaringan meningkat



ambulasi dini



Perawatan integritas kulit (I.11353) O: identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis. perubahan sirkulasi perubahan status nutrisi, penurunan kelembaban suhu lingkungan ekstrem penurunan mobilitas) T: ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring : Gunakan produk berbahan ringan dan hipoalergi pada kulit sensitif E: anjurkan menggunakan pelembab : Anjurkan minum air yang cukup : Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi buah dan sayur : Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya Perawatan luka (I.14564) O: monitor karakteristik luka (mis. drainase, warna, ukuran, bau) dan tanda-tanda infeksi T: lepas polutan dan plester secara perlahan bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih non toksik, sesuai kebutuhan, bersihkan jaringan mikrotik, berikan salep yang sesuai lesi, pasang balutan sesuai jenis luka pertahankan teknik steril E: jelaskan tanda dan gejala infeksi



5



6



Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan stroke D.0119



Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah keperawatan gangguan komunikasi verbal dapat teratasi dengan kriteria hasil: Komunikasi verbal (L.13118) 1. Kemampuan berbicara meningkat 2. Kemampuan mendengar meningkat 3. Kesesuaian ekspresi wajah atau tubuh meningkat 4. Pelo menurun 5. Gagap menurun 6. Pemahaman komunikasi membaik Pola napas Tujuan : tidak efektif Setelah dilakukan tindakan berhubungan keperawatan diharapkan dengan stroke masalah keperawatan pola D.0005 nafas membaik. Kriteria hasil : (pola nafas L.01004) 1. Tekanan ekspirasi dan inspirasi meningkat 2. Dipsnea menurun 3. Ortopnea menurun 4. Frekuensi nafas membaik 5. Penggunaan otot bantu pernafasan menurun 6. Pernapasan cuping hidung menurun 7. Pernapasan pursed-lip menurun



K: kolaborasi pemberian antibiotik jika perlu Promosi komunikasi defisit bicara (I.13492) O: monitor kecepatan, tekanan kemakuan kuantitas, volume dan diksi bicara T: gunakan metode komunikasi alternatif (mis. menulis, mata berkedip, isyarat tangan) : Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bantuan : Ulangi apa yang disampaikan pasien : Sesuaikan gaya komunikasi dengan kebutuhan E: anjurkan berbicara perlahan (Manajemen jalan nafas I.01011) 1. Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas) 2. Monitor bunyi nafas tambahan (mis: gagling, mengi, Wheezing, ronkhi) 3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma) 4. Posisikan semi fowler atau fowler 5. Ajarkan teknik batuk efektif 6. Kolaborasi pemberian bronkodilato, ekspetoran, mukolitik, jika perlu.



DAFTAR PUSTAKA



Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medical-Bedah Vol 2. Jakarta : EGC Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC Doenges, Marilynn E.2000.Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3. Jakarta :EGC Handayani, F., Rita, H., & dkk. (2019). penatalaksanaan Stroke di Rumah . Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Herdman T.H, dkk,. Nanda Internasional Edisi Bahasa Indonesia, Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi, 2009-2011, EGC, Jakarta Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius Muttaqin, Arif.2011.Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan.Salemba Medika; jakarta. Price & Wilson (2005), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4, EGC, Jakarta