Laporan Iii Endapan [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Ferdi
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS TEKNIK DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI PRAKTIKUM ENDAPAN MINERAL ACARA III: ALTERASI DAN MINERALISASI



LAPORAN



OLEH FERDIANSYAH SEPTIAWAN ASNAWI D061171001



GOWA 2019



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geologi berasal dari bahasa Yunani yaitu geo (bumi) dan logos (ilmu). Jadi Geologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang Bumi, meliputi proses proses yang berlangsung atau dinamika, dan pengaruhnya terhadap bumi itu sendiri. Secara lebih terperinci, geologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari material penyusun kerak bumi, proses-proses yang berlangsung selama dan atau setelah pembentukannya, serta makhluk hidup yang pernah ada atau hidup di bumi. Dalam ilmu geologi juga dikenal adanya endapan mineral. Endapan mineral (mineral deposits) merupakan konsentrasi suatu mineral pada kerak bumi, terbentuk secara alami pada daerah yang terbatas. Endapan mineral biasanya terdiri dari mineral-mineral yang mengandung bahan atau material yang bernilai bagi manusia serta layak untuk ditambang, maka endapan tersebut secara kusus disebut endapan bijih/ ore deposits. Sebagai seorang akademisi di bidang geologi, maka diharuskan untuk dapat mengetahui karakteristik dan nama mineral-mineral pada endapan mineral termasuk di dalamnya mineral altrasi dan mineralisasi. Maka dari itu, dilakukanlah praktikum ini sebagai sarana pembelajaran mengenai mineral alterasi dan mineralisasi.



1.2 Maksud dan Tujuan Adapun maksud dari praktikum Alterasi dan Mineralisasi adalah untuk memperkenalkan alterasi dan mineralisasi pada endapan mineral. Sedangkan tujuan dari praktikum ini sebagai berikut: 1. Menentukan nama mineral berdasarkan hasil deskripsi 2. Menentukan mineral alterasi dan mineralisasi pada endapan mineral. 1.3 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan ketika praktikum, antara lain: 1. Alat tulis (Pulpen, pensil, penghapus) 2. Pensil warna 3. LKP 4. Kamera 5. Alat uji kekerasan 6. Lup 7. HCL 0,1 M 8. Sampel



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1



Pengertian Mineral Mineral adalah suatu zat berbentuk padat yang terbentuk secara alamiah



dengan komposisi kimia tertentu yang memiliki atom yang teratur, dan bersifat anorganik. Mineral termasuk dalam komposisi unsur murni dan garam sederhana sampai dengan silikat yang memiliki susunan sangat kompleks dengan ribuan bentuk mineral yang diketahui. 2.2



Alterasi



Gambar 2.1 Zona Alterasi



Klasifikasi tipe alterasi hidrotermal pada endapan telah banyak dilakukan oleh para ahli, antara lain Lowell dan Guilbert (1970), Rose (1970), Meyer dan Hemley (1967) serta Thomson dan Thomson (1996). Lowell dan Guilbert membagi tipe alterasi kedalam potasik (K-feldspar, biotit, serisit, klorit, kuarsa),



filik (kuarsa, serisit, pirit hidromika, klorit), argilik (kaolinit, monmorilonit, klorit) dan propilitik (klorit, epidot). Membuat klasifikasi alterasi hidrotermal pada endapan tembaga porfiri menjadi empat tipe yaitu propilitik, argilik, potasik, dan filit. Lowell dan Guilbert (1970, dalam Sutarto, 2004) membuat model alterasi - mineralisasi juga pada endapan bijih porfir, menambahkan istilah zona filik untuk himpunan mineral kuarsa, serisit, pirit, klorit, rutil, kalkopirit. Adapun macam macam tipe alterasi yaitu: a. Phyllic Zone, alterasi ini biasanya terletak pada bagian luar dari zona potasik. Batas zona alterasi ini berbentuk circular yang mengelilingi zona potasik yang berkembang pada intrusi. 60 Zona ini dicirikan oleh kumpulan mineral serisit (mika halus) dan kuarsa sebagai mineral utama dengan mineral pirit yang melimpah serta sejumlah anhidrit. Mineral bijih yang dijumpai berupa kalkopirit, tembaga dan native gold (emas). Mineral serisit terbentuk pada proses hidrogen metasomatis yang merupakan dasar dari alterasi serisit yang menyebabkan mineral feldspar yang stabil menjadi rusak dan teralterasi menjadi serisit dengan penambahan unsur H+ , menjadi mineral phylosilikat atau kuarsa. Zona ini tersusun oleh himpunan mineral kuarsa-serisit-pirit, dengan kehadiran pirit yang sangat melimpah yang umumnya tidak mengandung mineral-mineral lempung atau alkali feldspar. Zona ini terbentuk akibat influks air yang memiliki temperatur yang lebih rendah dan fluida asam-netral, salinitas beragam, pada zona permeabel, dan pada batas dengan urat.



b. Argillic Zone, Terdiri atas mineral lempung argilik seperti kaolinit dan montmorilonit. Kehadiran zona ini karena semakin intensnya kehadiran influks air meteorik yang memiliki temperatur yang lebih rendah dan nilai pH yang lebih rendah. Pada tipe argilik terdapat dua kemungkinan himpunan mineral,



yaitu



muskovit-kaolinit-monmorilonit



dan



muskovit-klorit-



monmorilonit. Himpunan mineral pada tipe argilik terbentuk pada temperatur 100°-300°C (Pirajno, 1992, dalam Sutarto, 2004), fluida asam-netral, dan salinitas rendah. c. Potassic Zone, Alterasi ini dicirikan oleh mineral ubahan berupa biotit sekunder, K-Feldspar, kuarsa, serisit dan magnetit. Pembentukkan biotit sekunder ini dapat terbentuk akibat reaksi antara mineral mafik terutama hornblende dengan larutan hidrotermal yang kemudian menghasilkan biotit, feldspar maupun piroksen. Selain itu tipe alterasi ini dicirikan oleh melimpahnya himpunan muskovit-biotit-alkali felspar-magnetit. Anhidrit sering hadir sebagai asesori, serta sejumlah kecil albit, dan titanit (sphene) atau rutil kadang terbentuk. Alterasi potasik terbentuk pada daerah yang dekat batuan beku intrusif propfiri, fluida yang panas (>300°C), salinitas tinggi, dan dengan karakter magmatik yang kuat. Alterasi ini diakibat oleh penambahan unsur potasium pada proses metasomatis dan disertai dengan banyak atau sedikitnya unsur kalsium dan sodium didalam batuan yang kaya akan mineral aluminosilikat. Mineralisasi yang umumnya dijumpai pada zona ubahan potasik ini berbentuk menyebar dimana mineral tersebut merupakan mineral –



mineral sulfida yang terdiri atas pirit maupun kalkopirit dengan rasio yang relatif sama. d. Advanced argillic, sedangkan untuk sistem epitermal sulfidasi tinggi (fluida kaya asam sulfat), ditambahkan istilah advanced argilic yang dicirikan oleh kehadiran



himpunan



mineral



pirofilit-diaspor-andalusit-kuarsa-turmalin-



enargit-luzonit (untuk temperatur tinggi, 250°-350°C), atau himpunan mineral kaolinit-alunit-kalsedon-kuarsa-pirit (untuk temperatur rendah, 300°C). e. Prophyllitic, dicirikan oleh kehadiran klorit disertai dengan beberapa mineral epidot, illit/serisit, kalsit, albit, dan anhidrit. Terbentuk pada temperatur 200°300°C pada pH mendekati netral, dengan salinitas beragam, umumnya pada daerah yang mempunyai permeabilitas rendah. Menurut Creasey (1966, dalam Sutarto, 2004), terdapat empat kecenderungan 61 himpunan mineral yang hadir pada tipe propilitik, yaitu: klorit-kalsit-kaolinit, klorit-kalsit-talk, klorit-epidot-kalsit, klorit-epidot. 2.3



Mineralisasi



Gambar 2.2 Zona Mineralisasi



Mineralisasi merupakan proses pembentukan mineral bijih atau mineral ekonomis (emas, perak, tembaga, galena, kalkopirit, kalaverit, bornit dan lain sebagainya) yang berasal dari proses metasomatisme, pegmatitit, pneumatolik ataupun proses hidrothermal. Pola



mineralisasi



pada endapan epitermal



sulfidasi



rendah adalah



berupa open space dan vuginfilling, urat dengan batas tegas, dan kehadiran stock work 



Pb-



Zn dekat



permukaan. Tekstur



mineralisasi yang



umum



hadir



berupa crustiform, comb, colloform,quartz,banded,cherty, chalcedonic,vuggy, urat  stockwork dan breksi hidrotermal. 2.4



Mineral Penciri Zona Alterasi  Setiap mineral-mineral yang berada pada suatu zona alterasi, dan mineral



tersebut tidak akan ada pada zona alterasi lainnya, dan itulah yang akan menjadi penciri daripada zona alterasi. Adapun mineral-mineral tersebut adalah: 1.



Zona Potassic : Actinolit dan Biotit



2.



Zona Prophyritic : Actinolit dan epidot.



3.



Zona Sericitic : Sericit



4.



Zona Argillic : Kuarsa dan Siderit



5.



Zona AdvanceArgillic : Alunit, Opalin Silika dan Tridimit.



BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Sampel 1



Gambar 3.1 Molybdenit



Sampel dengan no. urut 1 dan no. peraga EM15 dalam keadaan lapuk berwarna cokelat dan dalam keadaan segar hitam. Adapun cerat yang dihasilkan yaitu berwarna hitam, kilap yang nampak yaitu kilap logam. Belahan dan pecahan pada mineral tidak ada. Sampel ini mempunyai kekerasan 1-1.5 dan berat jenis yaitu 4.7 gr/cm3. Adapun sifat kemagnetannya yaitu diamagnetik dimana mineral ini tidak dapat ditarik magnet sama sekali, derajat kejernihan yaitu opaque dimana mineral tidak dapat meneruskan cahaya sama sekali. Sifat dalam atau tenacity yaitu brittle. Bentuk mineral yaitu prismatik dan sistem kristal yaitu heksagonal. Komposisi kimia mineral ini yaitu MoS 2 dan mineral ini termasuk dalam golongan mineral sulfida. Jenis endapan mineral ini yaitu endapan hidrotermal. Tekstur khusus yang ditunjukkan endapan ini yaitu tekstur disseminate dimana terlihat penyebaran mineral. Mineral ini terbentuk pada zona mineralisasi



peripheral. Berdasarkan hasil deskripsi, maka dapat dinyatakan bahwa mineral yang dimaksud adalah Molibdenit. Molibdenit terbentuk melalui mineralisasi larutan hidrotermal pada suhu sekitar 345 oC. Larutan hidrotermal adalah larutan sisa magma yang bersifat “aqueous” sebagai hasil diferensiasi magma. Larutan hidrotermal ini kaya akan logam-logam yang relatif ringan, dan merupakan sumber terbesar (90%) dari proses pembentukan endapan. Berdasarkan cara pembentukan endapan, dikenal dua macam pembentukan endapan hidrotermal, yaitu cavity filing (mengisi lubang-lubang yang sudah ada di dalam batuan) dan metasomatisme (mengganti unsur-unsur yang telah ada dalam batuan dengan unsur-unsur baru dari larutan hidrotermal). Molibdenit berasosiasi dengan mineral galena, sphalerite dan barit. Mineral ini biasa dimanfaatakan dalam industri logam dan industri baja. Selain itu mineral ini juga dapat digunakan dalam industri superalloy. 3.2 Sampel 2



Gambar 3.2 Kaolin



Sampel dengan no. urut 2 dan no. peraga EM 13 dalam keadaan lapuk berwarna cokelat dan dalam keadaan segar putih. Adapun cerat yang dihasilkan yaitu berwarna putih, kilap yang nampak yaitu kilap tanah. Belahan dan pecahan



pada mineral tidak ada. Sampel ini mempunyai kekerasan 2-2.5 dan berat jenis yaitu 2.63 gr/cm3. Adapun sifat kemagnetannya yaitu diamagnetik dimana mineral ini tidak dapat ditarik magnet sama sekali, derajat kejernihan yaitu opaque dimana mineral tidak dapat meneruskan cahaya sama sekali. Sifat dalam atau tenacity yaitu brittle. Bentuk mineral yaitu prismatik dan sistem kristal yaitu triklin. Komposisi kimia mineral ini yaitu Al2 (Si2O5) (OH)4 dan mineral ini termasuk dalam golongan mineral hidroksida. Jenis endapan mineral ini yaitu endapan hidrotermal. Tekstur khusus yang ditunjukkan endapan ini yaitu tekstur segregasi dimana terlihat kumpulan mineral. Mineral ini terbentuk pada zona alterasi argillic. Berdasarkan hasil deskripsi, maka dapat dinyatakan bahwa mineral yang dimaksud adalah Kaolin. Genesa kaolin ada 2 macam yaitu secara pelapukan dan alterasi hidrotermal pada batuan beku feldspatik. Kaolin terjadi dari hasil pelapukan batuan kristalin asam (granit, diorite). Air panas dari dalam bumi naik ke permukaan melalui celah dari batu induk, mengubah feldspar, mika menjadi kaolinit. Mineral kaolin dapat berasosiasi dengan mineral pirit, kalkopirit dan kuarsa. Adapun kegunaan kaolin sebagai penciri zona alterasi, sebagai lokasi terdapat mineral ekonomis, bahan baku semen, bahan industri. 3.3 Sampel 3



Gambar 3.3 Malasit



Sampel dengan no. urut 3 dan no. peraga EM 2 dalam keadaan lapuk berwarna cokelat dan dalam keadaan segar hijau. Adapun cerat yang dihasilkan yaitu berwarna hijau, kilap yang nampak yaitu kilap tanah. Belahan dan pecahan pada mineral tidak ada. Sampel ini mempunyai kekerasan 3.5-4 dan berat jenis yaitu 4 gr/cm3. Adapun sifat kemagnetannya yaitu diamagnetik dimana mineral ini tidak dapat ditarik magnet sama sekali, derajat kejernihan yaitu translucent dimana mineral dapat meneruskan cahaya dengan jumla terbatas. Sifat dalam atau tenacity yaitu brittle. Bentuk mineral yaitu prismatik dan sistem kristal yaitu heksagonal. Komposisi kimia mineral ini yaitu Cu2 (CO3) (OH3) dan mineral ini termasuk dalam golongan mineral oksida. Jenis endapan mineral ini yaitu endapan hidrotermal. Tekstur khusus yang ditunjukkan endapan ini yaitu tekstur disseminate dimana terlihat penyebaran mineral. Mineral ini terbentuk pada zona alterasi prophyllitic. Berdasarkan hasil deskripsi, maka dapat dinyatakan bahwa mineral yang dimaksud adalah Malasit. Malasit merupakan mika yang paling umum yang terbentuk melalui kristalisasi magma pada suhu 400-500°C. Pembentukan malasit termasuk endapan hidrotermal yakni endapan VMS (Volcanogenic Massive Sulfide). Dimana pada daerah gunung api bawah laut yang mengalami erupsi dan lautan sisa magma



yang keluar kemudian bercampur dengan air laut membentuk endapan-endapan yang kaya akan Au, Ag, Pb, Zn, dan Cu. Malasit ditemukan di granit, pegmatit, gneis, dan sekis, dan sebagai batuan metamorfisme kontak atau sebagai mineral sekunder yang dihasilkan dari alterasi topaz, feldspar, kyanit, dll. Malasit dipakai dalam pembuatan alat-alat listrik, kertas dinding, bahan isian (filter), minyak pelumas dan material tahan panas. 3. 4 Sampel 4



Gambar 3.4 Barit



Sampel dengan no. urut 4 dan no. peraga EM 7 dalam keadaan lapuk berwarna cokelat dan dalam keadaan segar berwarna abu-abu. Adapun cerat yang dihasilkan yaitu berwarna putih, kilap yang nampak yaitu kilap tanah. Belahan dan pecahan pada mineral tidak ada. Sampel ini mempunyai kekerasan 2.5-3.5 dan berat jenis yaitu 4.5 gr/cm3. Adapun sifat kemagnetannya yaitu diamagnetik dimana mineral ini tidak dapat ditarik sama sekali oleh magnet, derajat kejernihan yaitu translucent dimana mineral dapat meneruskan cahaya secara terbatas. Sifat dalam atau tenacity yaitu brittle. Bentuk mineral yaitu prismatik dan sistem kristal yaitu orthorombik. Komposisi kimia mineral ini yaitu BaSO 4 dan mineral ini termasuk dalam golongan mineral sulfat. Jenis endapan mineral ini yaitu endapan



hidrotermal. Tekstur khusus yang ditunjukkan endapan ini yaitu tekstur segregasi dimana terlihat kumpulan mineral. Mineral ini terbentuk pada zona mineralisasi peripheral. Berdasarkan hasil deskripsi, maka dapat dinyatakan bahwa mineral yang dimaksud adalah Barit. Barit terbentuk melalui proses replacement berupa evaporasi. Proses ini diawali dengan adanya larutan awal yang mengandung ion Ba2+ dan SO42melewati retakan batuan yang tersusun atas CaCo3 dimana ion-ion tersebut mengantikan mineral yang sudah ada melalui tahap penguraian dan bereaksi kembali sehingga terbentuklah mineral baru. Mineral ini berasosiasi dengan mineral pirit, kalkopirit, calcite dan aragonite. Barit umumnya digunakan sebagai van untuk membuat lumpur bor (drillingmud) yang dipakai pada pemboran minyak bumi dan gas. Selain itu tepung barit dimanfaatkan sebagai bahan cat, industri karet, kaca atau gelas, kertas dan plastik. 3.5 Sampel 5



Gambar 3.5 Sphalerit



Sampel dengan no. urut 5 dan no. peraga EM 8 dalam keadaan lapuk berwarna cokelat dan dalam keadaan segar berwarna abu-abu. Adapun cerat yang



dihasilkan yaitu berwarna abu-abu, kilap yang nampak yaitu kilap logam. Belahan dan pecahan pada mineral tidak ada. Sampel ini mempunyai kekerasan 3.5-4 dan berat jenis yaitu 3.9-4.2 gr/cm3. Adapun sifat kemagnetannya yaitu diamagnetik dimana mineral ini tidak dapat ditarik sama sekali oleh magnet, derajat kejernihan yaitu opaque dimana mineral tidak dapat meneruskan cahaya sama sekali. Sifat dalam atau tenacity yaitu brittle. Bentuk mineral yaitu prismatik dan sistem kristal yaitu isometrik. Komposisi kimia mineral ini yaitu (Zn Fe) S dan mineral ini termasuk dalam golongan mineral sulfida. Jenis endapan mineral ini yaitu endapan hidrotermal. Tekstur khusus yang ditunjukkan endapan ini yaitu tekstur vein kuarsa. Mineral ini terbentuk pada zona mineralisasi peripheral. Berdasarkan hasil deskripsi, maka dapat dinyatakan bahwa mineral yang dimaksud adalah Sphalerit. Mineral ini terbentuk disekitar gunungapi yang memiliki kandungan sulfur tinggi. Proses mineralisasinya terjadi pada tempat keluarnya sulfur dimana larutan hidrotermal yang mengandung zinc dan besi akan bercampur dengan sulfur dan membentuk endapan-endapan mineral salah satunya yaitu sphalerit. Mineral ini berasosiasi dengan mineral galena, pirit, dan kalkopirit. Mineral ini biasa digunakan dalam proteksi logam terhadap korosi, capuran logam, reducing agents, dan dalam bangunan. 3.6 Sampel 6



Gambar 3.6 Pirit



Sampel dengan no. urut 6 dan no. peraga EM 16 dalam keadaan lapuk berwarna cokelat dan dalam keadaan segar berwarna emas. Adapun cerat yang dihasilkan yaitu berwarna hitam, kilap yang nampak yaitu kilap logam. Belahan dan pecahan pada mineral tidak ada. Sampel ini mempunyai kekerasan 6 dan berat jenis yaitu 5-5.2 gr/cm3. Adapun sifat kemagnetannya yaitu paramagnetik dimana mineral ini dapat ditarik lemah oleh magnet, derajat kejernihan yaitu opaque dimana mineral tidak dapat meneruskan cahaya sama sekali. Sifat dalam atau tenacity yaitu brittle dan sistem kristal yaitu isometrik. Komposisi kimia mineral ini yaitu FeS2. Jenis endapan mineral ini yaitu endapan hidrotermal. Tekstur khusus yang ditunjukkan endapan ini yaitu tekstur disseminate dimana terlihat penyebaran mineral. Berdasarkan hasil deskripsi, maka dapat dinyatakan bahwa mineral yang dimaksud adalah Pirit. Pirit merupakan mineral sulfida yang cukup melimpah didalam batuan. Mineral ini terbentuk dalam endapan yang berhubungan dengan proses vulkanik bawah laut. Larutan hidrotermal dipengaruhi oleh fluida magmatis dan aliran air laut yang masuk ke dalam sistem hidrotermal. Fluida meteorik berasal dari air laut yang mempunyai karekteristik kimiawi tertentu dengan komposisi kimiawi tinggi kadar klorida dan sulfat, karena merupakan pencampuran antara fluida magmatis



dan air laut. Mengakibatkan fluida mineralisasi mempunyai salinitas yang tinggi dengan tingginya kadar sulfida dan sulfat. Air laut meresap melalui rekahanrekahan yang terbentuk di lantai samudra, fluida tersebut dipanaskan oleh batuan bagian dalam yang melebur pada kerak samudra sampai keinggian temperatur ±360 oC, fluida yang panas perlahan naik ke permukaan dan memancar ke permukaan, kemudian terbentuklah black smoker yang pada keadaan inilah terbentuk Pirit. Pirit ini ditemukan dalam urat-urat endapan temperature rendah sampai temperatur tinggi. Pirit berasosiasi dengan Chalcopirit, Galena, Sphalerite dan Emas. Pirit banyak digunakan sebagai penghasil asam belerang dari timbal dengan metode pemanasan. 3.7 Sampel 7



Gambar 3.7 Pirit



Sampel dengan no. urut 7 dan no. peraga EM 5 dalam keadaan lapuk berwarna cokelat dan dalam keadaan segar kuning keemasan. Adapun cerat yang dihasilkan yaitu berwarna hitam, kilap yang nampak yaitu kilap logam. Belahan dan pecahan pada mineral tidak ada. Sampel ini mempunyai kekerasan 3.5-4 dan berat jenis yaitu 4.2-4.3 gr/cm3. Adapun sifat kemagnetannya yaitu diamagnetik



dimana mineral ini tidak dapat ditarik magnet sama sekali, derajat kejernihan yaitu opaque dimana mineral tidak dapat meneruskan cahaya sama sekali. Sifat dalam atau tenacity yaitu brittle. Bentuk mineral yaitu prismatik dan sistem kristal yaitu isometrik. Komposisi kimia mineral ini yaitu FeS2 dan mineral ini termasuk dalam golongan mineral sulfida. Jenis endapan mineral ini yaitu endapan hidrotermal dengan tipe endapan skarn. Tekstur khusus yang ditunjukkan endapan ini yaitu tekstur disseminate dimana terlihat penyebaran mineral. Mineral ini terbentuk pada zona mineralisasi pyrite shell. Berdasarkan hasil deskripsi, maka dapat dinyatakan bahwa mineral yang dimaksud adalah Pirit. Pirit merupakan mineral sulfida yang cukup melimpah didalam batuan. Mineral ini terbentuk dalam endapan yang berhubungan dengan proses vulkanik bawah laut. Larutan hidrotermal dipengaruhi oleh fluida magmatis dan aliran air laut yang masuk ke dalam sistem hidrotermal. Fluida meteorik berasal dari air laut yang mempunyai karekteristik kimiawi tertentu dengan komposisi kimiawi tinggi kadar klorida dan sulfat, karena merupakan pencampuran antara fluida magmatis dan air laut. Mengakibatkan fluida mineralisasi mempunyai salinitas yang tinggi dengan tingginya kadar sulfida dan sulfat. Air laut meresap melalui rekahanrekahan yang terbentuk di lantai samudra, fluida tersebut dipanaskan oleh batuan bagian dalam yang melebur pada kerak samudra sampai keinggian temperatur ±360oC, fluida yang panas perlahan naik ke permukaan dan memancar ke permukaan, kemudian terbentuklah black smoker yang pada keadaan inilah terbentuk Pirit. Mineral ini berasosiasi dengan Chalcopirite, Galena, Sphalerite dan Emas.



Pirit banyak digunakan sebagai penghasil asam belerang dari timbal dengan metode pemanasan.



3.8 Sampel 8



Gambar 3.8 Malasit



Sampel dengan no. urut 8 dan no. peraga EM 100 dalam keadaan lapuk berwarna cokelat dan dalam keadaan segar hijau. Adapun cerat yang dihasilkan yaitu berwarna hijau, kilap yang nampak yaitu kilap tanah. Belahan dan pecahan pada mineral tidak ada. Sampel ini mempunyai kekerasan 3.5-4 dan berat jenis yaitu 4 gr/cm3. Adapun sifat kemagnetannya yaitu diamagnetik dimana mineral ini tidak dapat ditarik magnet sama sekali, derajat kejernihan yaitu translucent dimana mineral dapat meneruskan cahaya dengan jumla terbatas. Sifat dalam atau tenacity yaitu brittle. Bentuk mineral yaitu prismatik dan sistem kristal yaitu heksagonal. Komposisi kimia mineral ini yaitu Cu2 (CO3) (OH3) dan mineral ini



termasuk dalam golongan mineral oksida. Jenis endapan mineral ini yaitu endapan hidrotermal. Tekstur khusus yang ditunjukkan endapan ini yaitu tekstur disseminate dimana terlihat penyebaran mineral. Mineral ini terbentuk pada zona alterasi prophyllitic. Berdasarkan hasil deskripsi, maka dapat dinyatakan bahwa mineral yang dimaksud adalah Malasit. Malasit merupakan mika yang paling umum yang terbentuk melalui kristalisasi magma pada suhu 400-500°C. Pembentukan malasit termasuk endapan hidrotermal yakni endapan VMS (Volcanogenic Massive Sulfide). Dimana pada daerah gunung api bawah laut yang mengalami erupsi dan lautan sisa magma yang keluar kemudian bercampur dengan air laut membentuk endapan-endapan yang kaya akan Au, Ag, Pb, Zn, dan Cu. Malasit ditemukan di granit, pegmatit, gneis, dan sekis, dan sebagai batuan metamorfisme kontak atau sebagai mineral sekunder yang dihasilkan dari alterasi topaz, feldspar, kyanit, dll. Malasit dipakai dalam pembuatan alat-alat listrik, kertas dinding, bahan isian (filter), minyak pelumas dan material tahan panas.



BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat simpulkan bahwa: 1. Mineral yang didapatkan yaitu Molybdenit, Sphalerit, Kaolin, Pyrite, Malasit dan Barite. 2. Adapun yang termasuk dalam mineral hasil mineralisasi adalah Molybdenit, Pyrite, Sphalerite dan Barite. Sedangkan yang termasuk dalam mineral alterasi yaitu Kaolin dan Malasit. 4.2



Saran Adapun saran yaitu dalam melakukan pendeskripsian mineral sebaiknya



menggunakan referensi-referensi agar pendeskripsian dilakukan dengan benar dan tepat.



DAFTAR PUSTAKA Mottana, Annibale, dkk. 1977. Rock’s and Minerals. Newyork: Simon and Scuster’s inc. Hartosuwarno, Sutarto. Panduan Praktikum Endapan Mineral. Yogyakarta: Universitas Pembangunan Nasional Veteran Maulana, Adi. 2017. Endapan Mineral. Yogyakarta: Penerbit Ombak Noor, Djauhari. 2009. Pengantar Geologi. Bogor: Pakuan University Press Polk, Patti. 2012. Collecting Rocks, Gems, and Minerals. Krausc Publications: Jerman Setia Graha, Doddy, Ir. 1987. Batuan dan Mineral. Penerbit Nova: Bandung.



LAMPIRAN