Laporan Kasus Acne Vulgaris [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN KASUS AKNE VULGARIS Diajukan sebagai salah syarat untuk mengikuti ujian akhir Kepaniteraan Klinik Madya di SMF Penyakit Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Daerah Jayapura



Oleh: Christera Monika Dos Santos Filipe 0120840053 Pembimbing: dr. Chaeril Anwar, Sp. KK



SMF KULIT DAN KELAMIN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JAYAPURA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERISTAS CENDERAWASIH JAYAPURA 2018



BAB I PENDAHULUAN Akne vulgaris adalah penyakit inflamasi kronis pada folikel polisebasea yang dapat sembuh dengan sendirinya.1,2,3 Lesi primer pada akne berupa komedo terbuka (black head) dan komedo tertutup (white head).4,5 Pada sebagian besar kasus, akne timbul dengan berbagai lesi polimorfik, yang terdiri dari komedo, papula, pustula, nodus serta kista.2,3,6 Akne yang sembuh dapat meninggalkan sekuele berupa makula hiperpigmentasi/hipopigmentasi ataupun jaringan parut hipertrofi/hipotrofi.5 Akne vulgaris merupakan salah satu jenis penyakit kulit paling umum yang dapat terjadi pada semua ras di seluruh dunia.1 Akne vulgaris terutama mengenai usia remaja, namun dapat juga terjadi pada usia prepubertal (neonatus, bayi, anak) atau pasca pubertas (dewasa). 3,5 Pada seorang gadis, akne vulgaris dapat timbul 1 tahun sebelum masa menarke dimulai.2 Predileksi akne adalah pada daerah wajah, leher, bahu, lengan atas, dada dan punggung, serta dapat pula timbul di daerah kulit lain yang mengandung kelenjar sebasea seperti pada paha dan bokong.5 Penyebab dari akne vulgaris hingga kini belum diketahui dengan pasti, tetapi beberapa etiologi yang diduga terlibat yakni faktor intrinsik seperti genetik, ras, hormonal dan faktor ekstrinsik seperti stres, iklim, suhu atau kelembaban, kosmetik, diet serta obat-obatan.3 Dari sekian banyak penyebab akne vulgaris, terdapat 4 faktor penting yang berperan penting dalam proses terjadinya akne vulgaris yaitu adanya peningkatan produksi sebum, hiperproliferasi folikel pilosebasea, kolonisasi Propionibacterium acnes serta adanya suatu proses inflamasi.2,3 Inflamasi merupakan faktor utama yang berperan dalam patogenesis akne vulgaris. Bakteri Propionibacterium acnes berperan sebagai pencetus proses inflamasi tersebut. Propionibacterium acnes akan menginduksi monosit untuk mensekresi beberapa sitokin proinflamasi, misalnya TNF-α , IL-8, dan IL-12, yang diduga diperantarai oleh Toll like-receptor2 (TLR2).3 Pada laporan kasus ini akan dibahas mengenai cara menegakkan diagnosa akne vulgaris serta penatalaksanaan yang tepat dalam mengatasi akne vulgaris. Maka dengan demikian, laporan kasus ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi mengenai akne vulgaris dan dapat dijadikan bahan bacaan untuk pembelajaran selanjutnya.



2



BAB II LAPORAN KASUS



Identittas 1. Nama



: An. A. P. M.



2. Jenis Kelamin



: Perempuan



3. Umur



: 12 Tahun



4. Berat Badan



: 40 kg



5. Alamat



: Kompleks Perumahan RSUD Jayapura



6. Suku



: Biak



7. Agama



: Kristen Protestan



8. Pekerjaan



: Pelajar



9. Status Perkawinan



: Belum Kawin



Anamnesis Anamnesis dilakukan di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Jayapura pada tanggal 3 Oktober 2018 pukul 11.25 WIT secara autoanamnesis. 1. Keluhan utama Pasien datang dengan keluhan kulit pada daerah wajah timbul bintil-bintil kemerahan berisi nanah.



2. Riwayat penyakit sekarang Pasien datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Jayapura dengan keluhan kulit pada daerah wajah timbul bintil-bintil kemerahan yang berisi nanah ± sejak 1 tahun yang lalu. Pasien mengakui bintil-bintil kemerahan yang berisi nanah ini timbul ± 1 tahun sebelum pasien mendapat haid. Bintil-bintil kemerahan berisi nanah ini diakui pasien awalnya hanya berjumlah sedikit namun lama kelamaan makin bertambah banyak terutama ketika pasien hendak memasuki periode menstruasi serta ketika pasien mengkonsumsi makanan seperti coklat, kacang, gorengan serta es krim. Pasien mengaku terkadang merasa gatal dan nyeri terutama ketika bintil-bintil berisi nanah ini pecah. Pasien juga mengeluh jika bintil-bintil bernanah ini pecah, akan menimbulkan bekas pada wajah yang sulit untuk



3



hilang. Pasien mengatakan bahwa karena wajahnya pasien sering diganggu oleh temanteman di sekolahnya. Pasien mengaku sehari-hari tidak pernah menggunakan kosmetik tertentu dan pasien hanya mencuci muka menggunakan sabun batangan yang biasa digunakan pada saat mandi.



3. Riwayat penyakit dahulu -



Riwayat alergi obat disangkal



-



Riwayat penyakit metabolik di sangkal



-



Riwayat tuberkulosis paru diakui



4. Riwayat keluarga Pasien mengaku saudara kandung pasien juga mengalami hal yang sama dengan pasien.



5. Riwayat sosial dan ekonomi Pasien adalah seorang pelajar di SMPN 1 Jayapura. Pasien tinggal bersama kedua orangtuanya di Kompleks Perumahan RSUD Jayapura. Orangtua pasien merupakan pegawai yang di bekerja di RSUD Jayapura. Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum



: Tampak sakit ringan



Kesadaran



: Compos mentis



Tanda-tanda vital



: Tekanan darah



: 120/80 mmHg



Nadi



: 92 kali/menit



Respirasi



: 22 kali/menit



Suhu



: 36,5 °C



Jantung



: Kesan tampak normal



Paru



: Kesan tampak normal



Abdomen



: Kesan tampak normal



Ekstremitas



: Tidak ada edema, tidak ada deformitas, akral teraba hangat 4



Status Dermatologis Lokasi



: Pada regio facialis



Distribusi



: Terlokalisir



Efloresensi



: Terdapat komedo terbuka (black head) dan komedo tertutup (white head), pustul, papul dengan dasar eritematous, perubahan pigmentasi dan disertai adanya jaringan parut.



Jumlah lesi



: Lesi non inflamasi ± 20-100, lesi inflamasi ± 15-50



Foto Klinis



Pemeriksaan Penunjang Tidak dilakukan Diagnosa Banding -



Erupsi akneiformis



-



Rosasea



-



Dermatitis seboroik



5



Diagnosa Kerja Akne Vulgaris Derajat Sedang Penatalaksanaan Non Medikamentosa 1. Menghindari makanan seperti gorengan, coklat, alpokat, kacang, es krim 2. Mencuci wajah minimal 2 kali sehari Medikamentosa 1. Topikal Pagi hari



: Kombinasi klindamisin dan benzoil peroksida (BenzaCLinR gel)



Malam hari 2.



: Tretinoin 3 kali/minggu



Oral Eritromisin 4x500 mg/hari



Prognosis Quo ad vitam



: Dubia et bonam



Quo ad fungsionam



: Dubia et bonam



Qua ad sanationam



: Dubia et bonam



6



BAB III PEMBAHASAN Pada kasus ini diagnosa akne vulgaris ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada anamnesis diketahui pasien adalah seorang siswi SMPN 1 Jayapura berusia 12 tahun. Pasien datang ke poli kulit dan kelamin RSUD Jayapura ditemani ibu pasien, dengan keluhan kulit pada daerah wajah timbul bintil-bintil kemerahan yang berisi nanah ± sejak 1 tahun yang lalu. Pasien mengakui bintil-bintil kemerahan yang berisi nanah ini timbul ± 1 tahun sebelum pasien mendapat haid, awalnya timbul bintil-bintil kecil berwarna hitam ataupun putih namun lama kelamaan berubah menjadi kemerahan kemudian bintil-bintil mulai berisikan nanah yang makin lama bertambah banyak terlebih pada di daerah pipi terutama saat memasuki periode menstruasi serta ketika pasien mengkonsumsi makanan seperti coklat, kacang, gorengan serta es krim. Pasien mengaku terkadang merasa gatal dan nyeri terutama ketika bintil-bintil berisi nanah ini pecah. Pasien juga merasa sangat terganggu karena sering diganggu oleh teman-temannya perihal bintil-bintil berisi nanah tersebut. Berdasarkan teori, akne vulgaris umumnya dimulai pada usia (12-15 tahun), dengan puncak tingkat keparahan pada usia 17-21 tahun.3 Akne sering menjadi manifestasi awal pubertas.1,2 Pada anak perempuan, akne dapat timbul 1 tahun mendahului menarke.2 Selain itu akne juga mungkin berhubungan dengan pola diet/obesitas dan faktor gaya hidup lainnya. 1 Tempat predileksi akne vulgaris sekitar 99% di daerah wajah, 60% pada punggung serta sekitar 15% pada bahu dan lengan atas.3 Sebagian besar pasien akan mengeluh nyeri dan gatal, serta merasa terganggu secara estetis.3 Pada status dermatologis dinyatakan bahwa pada regio facialis pasien terdapat komedo terbuka (black head) dan komedo tertutup (white head), pustul, papul dengan dasar eritematous, perubahan pigmentasi dan disertai adanya jaringan parut. Hal ini sesuai dengan teori pada akne vulgaris yang mengatakan bahwa lesi primer pada akne berupa komedo terbuka (black head) dan komedo tertutup (white head).4,5 Komedo terbuka (black head) dapat terlihat sebagai papul datar atau sedikit meninggi dengan dilatasi bagian sentral serta berisi keratin yang menghitam dan lipid, sedangkan komedo tertutup (whitehead) biasanya berbentuk seperti papul kekuningan berukuran 1 mm yang dapat terlihat jika dilakukan peregangan pada kulit.2,5 Selanjutnya tampak papul dan pustul berukuran 1–5 mm disertai 7



adanya eritema dan edema yang timbul sebagai akibat dari adanya peradangan.5 Papul dan pustul dapat membesar menjadi nodular yang mengeras atau fluktuatif, mengandung saluran sinus, dan mengeluarkan nanah serosanguinous atau berwarna kekuningan.5 Jaringan parut merupakan komplikasi dari akne vulgaris. Ada empat jenis umum jaringan parut yang disebabkan oleh akne diantaranya: ice pick, rolling, boxcar, dan hypertrophic. Ice pick merupakan jaringan parut yang dalam dan lebar serta paling luas di permukaan kulit dan meruncing ke bagian dermis. Rolling adalah jaringan parut yang dangkal dan lebar serta tampak bergelombang. Boxcar merupakan jaringan parut yang lebar dan berbatas tajam. Berbeda dengan jaringan parut ice pick, lebar jaringan parut Boxcar sama dengan permukaan dan dasar kulit. Dalam kasus yang jarang terjadi, terutama pada bagian badan, jaringan parut mungkin berbentuk hypertrophic.2 Adapun diagnosis banding akne vulgaris adalah 1.



Erupsi akneiformis Merupakan kelainan kulit yang menyerupai akne berupa reaksi peradangan folikular dengan manifestasi klinis papulopustular. Awalnya penyakit ini diduga sebagai salah satu jenis akne, namun kemudian diketahui bahwa terdapat perbedaan pada etiopatogenesis dan gejalanya. Induksi obat yang diberikan secara sistemik diakui sebagai faktor penyebab paling utama. Perbedaannya dengan akne adalah penyakit ini timbul secara akut atau subakut, dan tempat predileksinya tidak hanya di tempat akne saja tetapi di seluruh bagian tubuh yang mempunyai folikel pilosebasea. Manifestasinya berupa papul dan pustul, monomorfik atau oligomorfik, serta pada mulanya tanpa disertai komedo. Komedo dapat terjadi sekunder setelah sistem imun terganggu.3



2.



Rosasea Rosesea mungkin keliru didiagnosa dengan peradangan pada akne vulgaris. Rosasea biasanya timbul usia yang lebih tua, yaitu sekitar 30–50 tahun, dan tidak terdapat komedo (bila ada mungkin kombinasi dengan akne) atau jaringan parut serta jarang mengenai bagian badan.1,3 Gejala utama rosasea adalah eritema, telangiektasis, papul, edema, dan pustul. Eritema dan telangiektasis persisten pada setiap episode dan merupakan gejala khas rosasea.3 Tempat predileksi rosasea adalah hidung, pipi, dagu, kening dan alis.3 Adanya riwayat penggunaan sabun pencuci muka, panas, makanan pedas atau alkohol, merupakan faktor pemicu terjadinya rosasea. juga mungkin memiliki keterlibatan okular.1



3.



Dermatitis seboroik



8



1,3



Pasien Rosasea



Merupakan kelainan kulit papuloskuamosa dengan predileksi di daerah kaya kelenjar sebasea, skalp, wajah dan badan. Kelainan kulit ini ditandai dengan adanya skuama kuning berminyak, eksematosa ringan, kadang kala disertai rasa gatal dan menyengat. Ketombe merupakan tanda awal manifestasi dermatitis seboroik.3 Tatalaksana yang diberikan pada pasien ini adalah terapi medikamentosa dan nonmedikamentosa. Pada tatalaksana nonmedikamentosa pasien dianjurkan untuk mencuci muka minimal 2 kali sehari, menghindari makanan yang memicu aktivasi berlebihan kelenjar sebasea seperti coklat, gorengan, alfokat, kacang, es krim dan sebagainya. Sementara tatalaksana medikamentosa pada pasien ini disesuaikan dengan derajat akne vulgaris. Pasien termasuk dalam derajat sedang sehingga terapi yang diberikan yakni topikal berupa krim kombinasi klindamisin dan benzoil peroksida pada pagi hari dan malam hari diberikan tretinoin 3 kali/minggu. Selain itu diberikan juga terapi sistemik berupa tablet eritromisin 4x500 mg/hari. Berdasarkan teori, penatalaksanaan akne vulgaris didasarkan pada klasifikasi derajat akne vulgaris. Klasifikasi derajat akne vulgaris diadopsi dari 2nd Acne Round Table Meeting (South East Asia), Regional Consensus on Acne Management, 13 Januari 2003, Ho Chi Minh City-Vietnam.3 Dikatakan derajat ringan jika komedo