10 0 1020 KB
LAPORAN KASUS AFAKIA
DISUSUN OLEH: Afifah Nur Utami 112019037
PEMBIMBING: dr. Puranto Budi S, Sp.M
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA PERIODE 25 NOVEMBER – 28 DESEMBER 2019 JAKARTA 0
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-Nya sehingga saya mendapat kekuatan dalam menyelesaikan penulisan laporan kasus ini. Laporan kasus ini disusun sebagai persyaratan kelengkapan tugas selama kepaniteraan di Departemen Mata RSPAD Gatot Soebroto. Dalam penyelesaian laporan ini penulis inin menyampaikan terima kasih kepada: 1. dr. Puranto Budi S, Sp.M selaku pembimbing laporan kasus. 2. dr. Trisihono, Sp.M selaku dokter yang menangani pasien dalam laporan ini. 3. Monica Chandra teman stase mata saya yang selalu memberikan dukungan. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam penulisan laporan kasus ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca akan sangat bermaanfaat bagi penulis. Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Jakarta, Desember 2019
Penulis
1
DAFTAR ISI Kata Pengantar ................................................................................................................................ 1 Daftar Isi ......................................................................................................................................... 2 BAB I: Status Pasien ...................................................................................................................... 3 1.1 Identitas ........................................................................................................................ 3 1.2 Anamnesis .................................................................................................................... 3 1.2.1 Keluhan Utama .............................................................................................. 3 1.2.2 Riwayat Perjalanan Penyakit ......................................................................... 3 1.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu ............................................................................... 4 1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga ........................................................................... 4 1.3 Pemeriksaan Fisik ......................................................................................................... 4 1.3.1 Status Generalis ............................................................................................. 4 1.3.2 Status Ophtalmologis .................................................................................... 5 1.4 Pemeriksaan Penunjang .............................................................................................. 10 1.5 Resume ....................................................................................................................... 10 1.6 Diagnosa Kerja ........................................................................................................... 10 1.7 Diagnosa Banding ....................................................................................................... 10 BAB II: Tinjauan Pustaka ............................................................................................................. 11 2.1 Pendahuluan ................................................................................................................ 11
2
2.2 Anatomi Lensa ............................................................................................................ 11 2.3 Fisiologi Lensa ............................................................................................................ 13 2.4 Afakia ......................................................................................................................... 14 2.4.1 Definisi ........................................................................................................ 14 2.4.2 Epidemiologi ............................................................................................... 14 2.4.3 Etiologi ........................................................................................................ 14 2.4.4 Gejala ........................................................................................................... 15 2.4.5 Tanda ........................................................................................................... 15 2.4.6 Optik pada Afakia ........................................................................................ 15 2.4.7 Tatalaksana .................................................................................................. 17 2.4.8 Prognosis ..................................................................................................... 19 Daftar Pustaka .............................................................................................................................. 20
BAB I STATUS PASIEN 1.1
1.2
Identitas Nama
: Tn. MH
Umur
: 10/09/1946 (73 tahun)
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Pensiunan
Alamat
: Jl. Kunir II Blok I No.9 Jakarta Timur
Anamnesis Dilakukan Autoanamnesis kepada pasien pada tanggal 9 Desember 2019 di poliklinik
mata RSPAD Gatot Soebroto. 3
1.2.1
Keluhan Utama: Pasien datang dengan dengan keluhan mata kiri dirasa buram.
1.2.2
Riwayat Perjalanan Penyakit Pasien datang ke poliklinik mata RSPAD Gatot Soebroto diantar oleh istri dan anaknya
setelah mendapat rujukan dari Klinik Mata Cibubur Medika, dengan keluhan mata buram yang dirasa mendadak. Keluhan dirasakan 2 minggu lalu, pasien sedang menonton televisi kemudian mengucek mata kiri dengan menggunakan telapak tangan. Saat itulah pasien tiba-tiba merasa pandangan lebih buram dibanding sebelumnya. Pasien memutuskan baru datang 2 minggu setelahnya karena baru merasakan ketidaknyamanan setelah penglihatannya memburuk dan mengganggu kegiatannya. Pasien mengatakan pernah menjalani operasi katarak dan “tanam lensa” pada kedua matanya. Mata kanan dilakukan operasi 18 tahun yang lalu, sedangkan mata kiri dilakukan operasi 25 tahun yang lalu di RSPAD Gatot Soebroto.
1.2.3
Riwayat Penyakit Dahulu 1. Riwayat sakit mata sebelumnya
: Katarak
2. Riwayat operasi mata
: Operasi Katarak ODS
3. Riwayat trauma mata sebelumnya
: Tidak ada
4. Riwayat Diabetus Melitus
: Tidak ada
5. Riwayat Hipertensi
: Ada
6. Riwayat Stroke
: Tidak ada
1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga Penyakit mata serupa
: Tidak ada
Penyakit mata lainnya
: Tidak ada
Diabetus Melitus
: Tidak ada
Hipertensi
: Tidak ada
4
1.3
Pemeriksaan Fisik
1.3.1
Status Generalis
1.3.2
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos Mentis
Tanda vital
:
Tekanan Darah
: 150/98 mmHg
Nadi
: 98 x/menit
Pernapasan
: 20 x/menit
Suhu
: 360 C
Kepala
: Normocephali
Mata
: Lihat status ophtalmologi
THT
: Tidak dilakukan pemeriksaan
Leher
: Tidak dilakukan pemeriksaan
Jantung
: Tidak dilakukan pemeriksaan
Paru-paru
: Tidak dilakukan pemeriksaan
Abdomen
: Tidak dilakukan pemeriksaan
Ektremitas
: Tidak dilakukan pemeriksaan
Status Ophtalmologis Visus
Keterangan Tajam penglihatan Koreksi Addisi Distansia Pupil Kacamata lama
OD 0,2 S+ 3.00 C-3.00 + 3.00 dioptri
OS 1/60 S+ 12.00 + 3.00 dioptri 59mm/62 mm
Tidak diperiksa
Tidak diperiksa
Kedudukan Bola Mata Keterangan Posisi bola mata Eksoftamus Endoftalmus Deviasi Gerakan bola mata
OD Ortoforia Tidak ada Tidak ada Ortoforia Baik ke segala arah
OS Ortoforia Tidak ada Tidak ada Ortoforia Baik ke segala arah
5
Super Silia Keterangan Warna Letak
OD Hitam Diatas palpebra superior
OS Hitam Diatas palpebra superior
Palpebra Superior dan Inferior Keterangan Edema
OD Tidak ada
OS Tidak ada
Nyeri tekan
Tidak ada
Tidak ada
Ektropion
Tidak ada
Tidak ada
Entropion
Tidak ada
Tidak ada
Blefarospasme
Tidak ada
Tidak ada
Trikiasis
Tidak ada
Tidak ada
Sikatriks
Tidak ada Tidak ada Fissura palpebra Vertikal : Tidak dilakukan
Fissura palpebra Ptosis
Fissura palpebra Horizontal: Tidak dilakukan Tidak ada Tidak ada
Hordeolum
Tidak ada
Tidak ada
Kalazion
Tidak ada
Tidak ada
Pseudoptosis
Tidak ada
Tidak ada
Konjungtiva Tarsalis Superior dan Inferior Keterangan Hiperemis Folikel Papil Sikatriks Anemia Kemosis
OD Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
OS Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
OD Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
OS Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Konjungtiva Bulbi Keterangan Injeksi konjungtiva Injeksi Siliar Perdarahan subkonjungtiva Pterigium Pinguekula Nevus Pigmentosus
6
Kista dermoid Kemosis
Tidak ada Tidak ada
Tidak ada Tidak ada
OD Terbuka Tidak dilakukan
OS Terbuka Tidak dilakukan
OD Jernih Licin 12 mm Tidak dilakukan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ada Tidak ada Tidak dilakukan
OS Jernih Licin 12 mm Tidak dilakukan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ada Tidak ada Tidak dilakukan
OD Jernih Licin 12 mm Tidak dilakukan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ada Tidak ada Tidak dilakukan
OS Jernih Licin 12 mm Tidak dilakukan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ada Tidak ada Tidak dilakukan
Sistem Lakrimalis Keterangan Punctum Lacrimal Tes anel Sklera Keterangan Kejernihan Permukaan Ukuran Sensibilitas Infiltrat dan Dendrit Ulkus Perforasi Arkus senilis Edema Tes Placido Kornea Keterangan Kejernihan Permukaan Ukuran Sensibilitas Infiltrat dan Dendrit Ulkus Perforasi Arkus senilis Edema Tes Placido Bilik Mata Depan Keterangan Kedalaman
OD Dalam
OS Dalam 7
Kejernihan Hifema Hipopion Efek Tyndall
Jernih Tidak ada Tidak ada Tidak dilakukan
Jernih Tidak ada Tidak ada Tidak dilakukan
OD Cokelat kehitaman Jelas Normal Tidak ada Tidak ada
OS Cokelat kehitaman Jelas Normal Tidak ada Tidak ada
Keterangan Letak
OD Di tengah
OS Di tengah
Bentuk Ukuran Refleks cahaya langsung Refleks cahaya tidak langsung
Bulat ± 3 mm Positif Positif
Bulat ± 3 mm Positif Positif
OD Jernih Di tengah Negatif
OS Jernih Tidak ada Negatif
OD Jernih
OS Jernih
OD Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
OS Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Iris Keterangan Warna Kriptae Bentuk Sinekia Koloboma Pupil
Lensa Keterangan Kejernihan Letak Shadow Test Badan Kaca Keterangan Kejernihan Fundus Okuli Keterangan Reflex Fundus Papil 1. Bentuk 2. Warna 3. Batas 4. CD Ratio
8
Arteri Vena Retina 5. Perdarahan 6. Exudat 7. Sikatrik Makula Lutea 8. Reflex Fovea 9. Edema
Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Keterangan
OD
OS
Nyeri Tekan Massa Tumor Tensi digital Tonometri non kontak Tonometri Schiotz
Tidak ada Tidak ada Per palpasi normal 12.8 mmHg mmHg
Tidak ada Tidak ada Per palpasi normal 12.2 mmHg mmHg
Palpasi
Lapang Pandang Keterangan Tes Konfrontasi 1.4
OD Tidak dilakukan
OS Tidak dilakukan
Pemeriksaan Penunjang Slit Lamp Ultrasonography (USG) Funduskopi Tonometri
1.5
Resume Tn. MH 73 tahun datang dengan keluhan penglihatan buram. Pasien merasakan keluhan
setelah mengucek mata kiri dengan menggunakan telapak tangan. Terdapat riwayat operasi katarak di mata kiri 25 tahun yang lalu. Pada pemeriksaan oftalmologi OS didapatkan visus 1/60. Dengan koreksi lensa S + 12.00 pada OS. 1.6
Diagnosa Kerja 9
Pseudofakia OD Afakia OS 1.7
Diagnosa Banding Pseudofakia
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Pendahuluan Afakia adalah suatu keadaan dimana mata tidak mempunyai lensa sehingga mata tersebut
menjadi hipermetropia tinggi.1 Penelitian di Swedia pada tahun 1997-2001 menyebutkan bahwa satu dari dua ratus operasi katarak adalah afakia. Alasan paling sering terjadinya afakia yang tidak direncanakan adalah adanya masalah kapsul ketika operasi dan prolaps vitreous.2 Penyebab paling sering afakia adalah operasi pengangkatan lensa.3 Gejala yang dikeluhkan pasien afakia adalah tajam penglihatan menurun. Sedangkan pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan visus 1/60 atau lebih rendah jika afakia tidak ada komplikasi, limbal scar yang dapat ditemukan pada afakia akibat pembedahan, pasien mengalami penurunan tajam penglihatan (biasanya hiperopia yang sangat tinggi) yang dapat dikoreksi dengan lensa positif, bilik mata depan dalam, iris tremulans, jet black pupil, test bayangan purkinje hanya memperlihatkan 2 bayangan (normalnya 4 bayangan), pemeriksaan fundus memperlihatkan diskus kecil hipermetropi, retinoscopy memperlihatkan hipermetropi 10
tinggi, biasanya terlihat bekas operasi, jika sudah mengalami komplikasi dapat ditemukan edema kornea, peningkatan TIO, iritis, kerusakan iris, CME (cystoid macular edema).4,5 Afakia dapat dikoreksi menggunakan lensa kontak, kacamata, atau operasi. Kaca mata afakia hanya dapat digunakan jika kondisinya afakia bilateral, jika hanya satu mata maka akan terjadi perbedaan ukuran bayangan pada kedua mata (aniseikonia). Jika pasien tidak dapat memakai lensa kontak atau kaca mata, maka dipertimbangkan penanaman lensa intraokuler (pseudofakia), dan diperlukan tatalaksana untuk komplikasi.3 2.2 Anatomi Lensa Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan hampir transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Lensa tergantung pada zonula di belakang iris; zonula menghubungkannya dengan corpus cilliare. Di sebelah anterior lensa terdapat aqueous humor; di sebelah posteriornya, vitreus. Kapsul lensa adalah suatu membrane semipermeabel yang akan memperbolehkan air dan elektrolit masuk.7
Sumber: Gerhard, Lang. Ophtalmology A Short. New York: Thieme Stutgart, 2000.
Di sebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Seiring dengan bertambahnya usia, serat-serat lamelar subepitel terus diproduksi sehingga lensa perlahan-lahan menjadi lebih besar dan kurang elastik. Nukleus dan korteks terbentuk dari lamellae konsentris yang panjang. Garis-garis persambungan (suture line) yang
11
terbentuk dari penyambungan tepi-tepi serat lamelar tampak seperti huruf Y dengan slitlamp. Huruf Y ini tampak tegak di anterior dan terbaik di posterior.7 Masing-masing serat lamelar mengandung sebuah inti gepeng. Pada pemeriksaan mikroskop, inti ini jelas di bagian perifer lensa di dekat ekuator dan berbatasan dengan lapisan epitel subskapular.7 Lensa ditahan di tempatnya oleh ligamentum suspensorium yang dikenal sebagai zonula (zonula zinnii), yang tersusun atas banyak fibril; fibril-fibril ini berasal dari permukaan corpus ciliare dan menyisip ke dalam ekuator lensa.7 Enam puluh lima persen lensa terdiri atas air, sekitar 35% nya protein (kandungan proteinnya tertinggi diantara jaringan-jaringan tubuh). Selain itu, terdapat sedikit sekali mineral seperti yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah atau saraf di lensa.7
Sumber: Gerhard, Lang. Ophtalmology A Short. New York: Thieme Stutgart, 2000.
2.3 Fisiologi Lensa Lensa kristalina adalah sebuah struktur menakjubkan yang pada kondisi normalnya berfungsi memfokuskan gambar pada retina. Posisinya tepat di sebelah posterior iris dan disangga oleh serat-serat zonula yang berasal dari corpus cilliare. Serat-serat ini menyisip pada bagian ekuator kapsul lensa. Kapsul lensa adalah suatu membrane basalis yang mengelilingi substansi lensa. Sel-sel epitel dekat ekuator lensa membelah sepanjang hidup dan terus berdiferensiasi membentuk serat-serat lensa baru sehingga serat-serat lensa yang lebih tua 12
dipampatkan ke nucleus sentral; serat-serat muda, yang kurang padat, disekeliling nucleus menyusun korteks lensa. Karena lensa bersifat avaskular dan tidak mempunyai persarafan, nutrisi lensa didapat dari aqueous humor. Metabolisme lensa terutama bersifat anaerob akibat rendahnya kadar oksigen terlarut di dalam aqueous.7 Mata dapat mengubah fokusnya dari objek jarak jauh ke jarak dekat karena kemampuan lensa untuk mengubah bentuknya, suatu fenomena yang dikenal sebagai akomodasi. Elastisitasnya yang alami memungkinkan lensa untuk menjadi lebih atau kurang bulat (sferis), tergantung besarnya tegangan serat-serat zonula pada kapsul lensa. Tegangan zonula dikendalikan oleh aktivitas musculus ciliaris, yang bila berkontraksi akan mengendurkan tegangan zonula. Dengan demikian, lensa menjadi lebih bulat dan dihasilkan daya dioptri yang lebih kuat untuk memfokuskan objek-objek yang lebih dekat. Relaksasi musculus ciliaris akan menghasilkan kebalikan rentetan peristiwa-peristiwa tersebut, membuat lensa mendatar dan memungkinkan objek-objek jauh terfokus. Dengan bertambahnya usia, daya akomodasi lensa akan berkurang secara perlahan-lahan seiring dengan penurunan elastisitasnya.7 2.4
Afakia
2.4.1
Definisi Afakia adalah suatu keadaan dimana mata tidak mempunyai lensa sehingga mata tersebut
menjadi hipermetropia tinggi. Karena pasien memerlukan pemakaian lensa yang tebal, maka akan memberikan keluhan pada mata tersebut sebagai berikut:1 a. Benda yang dilihat menjadi lebih besar 25% dibanding norma b. Terdapat efek prisma lensa tebal, sehingga benda terlihat seperti melengkung c. Pada penglihatan terdapat keluhan seperti badut di dalam kotak atau fenomena jack in the box, dimana bagian yang jelas terlihat hanya pada bagian sentral, sedang penglihatan tepi kabur. Dengan adanya keluhan di atas maka pada pasien hipermetropia dengan afakia diberikan kacamata sebagai berikut:1 a. Pusat lensa yang dipakai letaknya tepat pada tempatnya b. Jarak lensa dengan mata cocok untuk pemakaian lensa afakia c. Bagian tepi lensa tidak mengganggu lapang pandangan d. Kacamata tidak terlalu berat. 13
2.4.2
Epidemiologi Penelitian di Swedia pada tahun 1997-2001 menyebutkan bahwa satu dari dua ratus
operasi katarak adalah afakia. Alasan paling sering terjadinya afakia yang tidak direncanakan adalah adanya masalah kapsul ketika operasi dan prolaps vitreous.2 2.4.3
Etiologi
1. Absen lensa kongenital. Keadaan ini jarang. 2. Afakia setelah operasi pengangkatan lensa. Ini adalah penyebab paling umum afakia. 3. Afakia karena absorbsi bahan lensa yang jarang dipalorkan setelah trauma pada anak. 4. Trauma ekstrusi pada lensa. Ini juga jarang menyebabkan afakia 5. Dislokasi posterior lensa di badan vitreous menyebabkan afakia optikal. 2.4.4
Gejala Afakia menyebabkan tajam penglihatan menurun dekat dan jauh.4
2.4.5
Tanda
1. Visus 1/60 atau lebih rendah jika afakia tidak ada komplikasi 2. Limbal scar yang dapat ditemukan pada afakia akibat pembedahan 3. Pasien mengalami penurunan tajam penglihatan(biasanya hiperopia yang sangat tinggi) yang dapat dikoreksi dengan lensa positif. 4. Bilik mata depan dalam 5. Iris tremulans 6. Jet black pupil 7. Test bayangan purkinje hanya memperlihatkan 2 bayangan (normalnya 4 bayangan) 8. Pemeriksaan fundus memperlihatkan diskus kecil hipermetropi 9. Retinoscopy memperlihatkan hipermetropi tinggi 10. Biasanya terlihat bekas operasi 11. Jika sudah mengalami komplikasi dapat ditemukan edema kornea, peningkatan TIO, iritis, kerusakan iris, CME (cystoid macular edema) 2.4.6
Optik pada Afakia 14
Optik pada afakia dapat dibagi menjadi 5, yaitu:4 1. Perubahan data kardinal mata Perubahan optik yang terjadi setelah pengangkatan lensa adalah: a. Mata menjadi hipermetropi tinggi b. Penurunan total power pada mata menjadi +44 D dari +60 D c. Titik fokus anterior menjadi 23,3 mm didepan kornea d. Titik fokus posterior 31 mm dibelakang cornea (panjang anterior posterior bola mata 24 mm) e. Dua titik prinsipal hampir terletak di permukaan anterior kornea f. Titik nodul sangat dekat dengan yang lain
dan terletak 7,75mm dibelakang
permukaan anterior kornea
Sumber: Dr Sunita Agarwal, Dr Athiya Agarwal, David J. Apple, M.D.Textbook of Ophthalmology. India: Jaypee Brothers Medical Publisher. 2002
2. Pembentukan bayangan pada afakia Pada afakia, bayangan yang terbentuk membesar 33%. Panjang fokus anterior pada emetrop adalah 17,05 mm, sedangkan pada afaki adalah 23,22 mm. Rasio panjang fokus
15
anterior emetrop dan afakia adalah 23,22/17,05=1,32, artinya bayangan yang terbentuk pada afakia 1,32 kali lebih besar (33%) dibandingkan pada emetrop.
3. Tajam penglihatan pada afakia 4. Akomodasi pada afakia terjadi kehilangan akomodasi karena tidak terdapat lensa 5. Penglihatan binokular dan afakia Afakia monokuler pada anak terjadi aniseikonia sebesar 30% disebabkan oleh anisometropia.
16
2.4.7
Tatalaksana Afakia dapat dikoreksi menggunakan lensa kontak, kacamata, atau operasi. Kacamata
afakia hanya dapat digunakan jika kondisinya afakia bilateral, jika hanya satu mata maka akan terjadi perbedaan ukuran bayangan pada kedua mata (aniseikonia). Jika pasien tidak dapat memakai lensa kontak atau kaca mata, maka dipertimbangkan penanaman lensa intraokuler (pseudofakia). Dan diperlukan tatalaksana untuk komplikasi.4 Pada afakia bilateral, koreksi dapat dikoreksi dengan kacamata. Sedangkan pada afakia unilateral, koreksi menggunakan kacamata tidak dapat ditoleransi karena anisometrop. Lensa kontak dapat mengurangi aniseikonia. Namun, pasien biasanya tidak nyaman menggunakan lensa kontak karena kesusahan memasang lensa, tidak nyaman, dapat terjadi komplikasi seperti konjungtivitis giant papil.4
17
Sumber: Gerhard, Lang. Ophtalmology A Short. New York: Thieme Stutgart, 2000.
Tabel perbedaan mata normal (1), koreksi katarak dengan lensa intraokuler bilik mata belakang (2), lensa kontak (3), dan kacamata katarak (4) Indikasi kacamata: o Afakia bilateral o Pasien dengan myopia tinggi (kekuatan IOL kurang dari 8D) o Akan dilakukan operasi katarak o Ketika pasien menolak operasi implantasi IOL 2.4.8
Prognosis Prognosis untuk afakia adalah bagus jika tidak terjadi komplikasi seperti edema kornea,
glaukoma sekunder, CME (cystoid macular edema). Namun, pada afakia terjadi peningkatan resiko ablasio retina, khususnya pada miopi tinggi dan jika kapsul posterior tidak intak.4
18
DAFTAR PUSTAKA 1. Ilyas S, Yulianti SR. Kelainan Refraksi dan Koreksi Penglihatan. Ed 5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2019. 2. Lundström M, Brege KG, Florén I, Lundh B, Stenevi U, Thorburn W. Postoperative aphakia in modern cataract surgery: part 2: detailed analysis of the cause of aphakia and the visual outcome. Cataract Refract Surg. 2004 Oct;30(10):2111-5. 3. Khurana AK. Opthalmology. New Delhi: New Age International. 2003. 4. Friedman NJ, Kaiser PK. Essentials of ophthalmology. Elsevier Inc. 2007.
5. Mukherjee. Clinical Examination in Ophthalmology. India: Elsevier India. 2006. 6. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. Ed 5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2019. 7. Vaughan, Daniel G. Oftalmologi Umum. Ed 14. Widya Medika: Jakarta. 2000. 8. Ilyas S, Yulianti SR. Katarak (lensa mata keruh). Ed 5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2019. 9. Schlote T. Pocket atlas of ophthalmology. New York: Thieme Stuttgart. 2006. 10. Lang GK. Ophtalmology a short textbook. New York: Thieme Stuttgart, 2000.
19