Laporan Kasus Blighted Ovum Nita [PDF]

  • Author / Uploaded
  • nita
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

i



LAPORAN KASUS BLIGHTED OVUM Tugas Kepanitraan Klinik Bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi RSUD Ambarawa Periode 24 Desember 2018 – 2 Maret 2019



Pembimbing: dr.Hary Purwoko, Sp.OG-KFER



Disusun Oleh: Nita Kurniasih



1620221146



FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA 2019



LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KASUS BLIGHTED OVUM



Disusun dan diajukan untuk memenuhi persyaratan tugas Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit RSUD Ambarawa



Oleh: Nita Kurniasih 1620221146



Februari 2019 Telah dibimbing dan disahkan oleh,



Pembimbing,



(dr.Hary Purwoko,Sp.OG,KFER)



KATA PENGANTAR



Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah Laporan Kasus ini. Adapun makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat Kepaniteraan Klinik Bagian Obstetri dan Ginekologi .Penyusunan makalah ini terselesaikan atas bantuan dari banyak pihak yang turut membantu terselesaikannya makalah ini. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr.Harry Purwoko,Sp.OG,KFER selaku pembimbing dan seluruh teman kepaniteraan klinik Ilmu Obstetri dan Ginekologi atas kerjasamanya selama penyusunan makalah ini. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca guna perbaikan yang lebih baik. Semoga laporan ini dapat bermanfaat baik bagi penulis sendiri, pembaca maupun bagi semua pihak-pihak yang berkepentingan.



Februari 2019



Penulis



DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii DAFTAR ISI .....................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 4 2.1 Definisi ............................................................................................. 4 2.2 Etiologi ............................................................................................. 4 2.3 Patofisiologi ..................................................................................... 5 2.4 Manifestasi Klinis ............................................................................ 5 2.5 Diagnosis ......................................................................................... 5 2.6 Penatalaksanaan ................................................................................ 6 2.7 Pencegahan ...................................................................................... 7 BAB III LAPORAN KASUS ........................................................................... 8 3.1 Identitas Pasien ................................................................................ 8 3.2 Anamnesis ........................................................................................ 8 3.3 Pemeriksaan Fisik ............................................................................. 9 3.4 Pemeriksaan Penunjang ................................................................. 10 3.5 Diagnosis ........................................................................................ 10 3.6 Rencana Terapi ............................................................................... 12 BAB IV PEMBAHASAN................................................................................ 14 BAB V KESIMPULAN .................................................................................. 15 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 16



3



BAB I PENDAHULUAN Salah satu komplikasi terbanyak pada kehamilan ialah terjadinya perdarahan. Perdarahan dapat terjadi pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan muda sering dikaitkan dengan kejadian abortus, miscarriage, early pregnancy loss. Melihat terjadinya perdarahan pada kehamilan maka harus mengetahui akibat dari perdarahan yang menyebabkan kegagalan kelangsungan kehamilan itu sendiri.1 Perdarahan pada kehamilan muda sering disebut abortus. Abortus atau keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.1 Blighted ovum merupakan salah satu jenis keguguran yang terjadi pada awal kehamilan yang disebut juga dengan anembryonic pregnancy. Seorang wanita yang mengalami blighted ovum juga merasakan gejala-gejala kehamilan seperti terlambat menstruasi, mual dan muntah pada awal kehamilan (morning sickness), payudara mengeras, serta terjadi pembesaran perut, bahkan saat dilakukan tes kehamilan maupun pemeriksaan laboratorium hasilnya pun positif. 2 Kasus blighted ovum umum terjadi pada kehamilan. Bahkan, terjadi sedikitnya 60% dari semua keguguran dari setiap trimester kehamilan. Namun, karena blighted ovum terjadi sangat awal, banyak wanita tidak menyadari bahwa ketika mereka sedang hamil, mereka menderita blighted ovum. Akibatnya banyak wanita tidak sadar akan kondisinya.2,3 Blighted ovum terjadi ketika telur yang dibuahi berhasil melekat pada dinding rahim, tetapi tidak berisi embrio, hanya terbentuk plasenta dan selaput ketuban. Sebagian besar kasus blighted ovum akan dikeluarkan secara alamiah, tetapi terkadang kondisi ini memerlukan tindakan medis.2 Pada kehamilan dengan blighted ovum, kantung uterus akan berhenti perbesarannya. Pada waktu itu embrio tiada lagi berkembang lalu mati. Kemudian, terjadi keguguran atau pengeluaran produk kehamilan. Proses keguguran itu bisa berlangsung berminggu-minggu, dimulai dengan keluarnya bercak-bercak kecoklatan hingga perdarahan dalam jumlah banyak. Tak jarang



4



keguguran berlangsung secara spontan. Berdasakan penelitian, hamil yang keguguran spontan sekitar 50% merupakan kehamilan blighted ovum. Jadi, janin memang



tidak



mengeluarkannya.2,4



berkembang



dan



mekanisme



tubuh



secara



alami



5



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1



Abortus Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di



luar kandungan. Abortus pada kehamilan muda terjadi kurang dari 20 minggu atau pada berat janin kurang dari 500 gram. Abortus menurut Sarwono 2002 terjadi pada sekitar 10-15% dari kehamilan.1 Salah satu gejala dari abortus adalah perdarahan pervaginam dari bercak darah hingga perdarahan yanga banyak, nyeri perut dan kaku, pengeluaran sebagian produk konsepsi, serviks dapat tertutup atau terbuka, dan ukuran uterus lebih kecil dari yang seharusnya.5 Faktor predisposisi dari abortus mencakup beberapa faktor, antara lain : (1) Faktor janin (fetal), yang terdiri dari kelainan genetik. (2) Faktor dari ibu (maternal), yang terdiri dari infeksi, kelainan hormonal seperti hipotiroid, diabetes mellitus, malnutrisi, penggunaan obat-obatan, merokok, alkoholik, faktor imunologis, inkompetensia serviks (penipisan dan pembukaan serviks sebelum inpartu yang terjadi umumnya pada trimester 2. (3) Faktor dari ayah (paternal), kelainan sperma.5 Terdapat berbagai macam abortus yang diklasifikasi sesuai dengan gejala, tanda dan proses patologi yang terjadi, seperti : 5 a. Abortus iminens Abortus tingkat permulaan yang ditandai dengan perdarahan pervaginam, ostium uteri yang masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam kandungan. Gejala yang timbul biasanya hanya perdarahan pervaginam. Pemeriksaan USG dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan janin dan keadaan plasenta telah terjadi pelepasan atau belum. b. Abortus Insipiens Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih dalam cavum uteri dan dalam proses pengeluaran. Pada pemeriksaan USG akan dijumpai pembesaran uterus sesuai dengan



6



umur kehamilan, gerak janin dan gerak jantung janin masi jelas walaupun mungkin sudah tidak tampak normal. c. Abortus Kompletus Keseluruhan dari hasil konsepsi telah keluar dari cavum uteri pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin yang kurang dari 500 gram. Gejala yang tampak berupa semua hasil konsepsi telah dikeluarkan, osteum uteri telah menutup, uterus telah mengecil yang menyebabkan perdarahan yang terjadi hanya sedikit, dan besar uterus tidak sesuai dengan umur kehamilan. d. Abortus Inkompletus Sebagian dari hasil konsepsis sudah keluar dari kavum uteri dan sebagian lainnya masih tertinggal. Pada pemeriksaan vagina ditemukan kanalis servikalis masih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol pada ostium uteri eksternum. Banyaknya perdarahan yang terjadi bergantung pada sisa hasil konsepsi yang belum keluar. Dari pemeriksaan USG biasanya ditemukan pada kavum uteri tampak massa hiperekoik dengan bentuk tidak beraturan. e. Missed Abortion Ditandai dengan embrio atau fetus yang telah meninggal dalam kandungan sebelum kehamilan 20 munggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam kandungan. Pada pemeriksaan USG akan didapatkan uterus yang mengecil, kantong gestasi yang mengecil dsn bentuknya tidak beraturan disertai gambaran fetus yang tidak ada tanda-tanda kehidupan. f. Abortus Habitualis Abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih secara berturut-turut. g. Abortus Infeksius Abortus yang disertai adanya infeksi pada genitalia. h. Abortus Anembrionik (Blighted Ovum) Kehamilan patologi dimana mudigah tidak terbentuk sejak awal kehamilan walaupun kantung gestasi tetap terbentuk. Kelainan ini



7



hanya dapat dideteksi dengan pemeriksaan USG. Bila tidak dilakukan tindakan, kehamilan ini kan berkembang terus walaupun tanpa ada janin didalamnya. Biasanya kejadian abortus spontan yang berlangsung sekitar 14-16 minggu setelah terjadinya kehamilan. Dalam sebuah analisis terhadap 1000 kasus abortus spontan, ditemukan bahwa separuh kasus abortus adalah blighted ovum, yang mana embrionya mengalami degenerasi atau tidak ada pada saat dilakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan ultrasonografi.1



2.2



Blighted Ovum Blighted



ovum



(anembryonic



pregnancy)



merupakan



kegagalan



perkembangan embrio dimana hasil fertilisasi ovum tidak berkembang ditahap awal (6-7 minggu usia kehamilan). Kantung kehamilan pada kasus blighted ovum terbentuk, namun embrio didalamnya mengalami kegagalan berkembang pada masa awal kehamilan. Blighted ovum dapat mengalami abortus spontan.3



Gambar 2.1 Blighted ovum 2.3



Etiologi Sekitar 60% blighted ovum disebabkan kelainan kromosom dalam proses



pembuahan sel telur dan sperma. Penyebab pasti dari blighted ovum belum diketahui, namun beberapa faktor dapat mengakibatkan terjadi blighted ovum.3,6 1) Blighted ovum terjadi karena kelainan pada sel telur dan sel sperma. 2) Kelainan kromosom dapat mengakibatkan pertumbuhan embrio pada masa awal kehamilan berhenti. 3) Blighted ovum terjadi karena kebiasaan merokok atau minum alkohol



8



4) Faktor usia dan paritas pasangan suami istri. Usia semakin tua pada pasangan suami istri meningkatkan risiko penurunan kualitas sperma dan ovum dan semakin banyak seorang istri pernah hamil memperbesar kemungkinan dari terjadinya blighted ovum. 5) Blighted ovum terjadi karena infeksi TORCH, rubella, streptokokus, kelainan imunologis (seperti adanya antibodi terhadap janin), rendahnya kadar beta hCG serta penyakit diabetes mellitus yang tidak terkontrol. 2.4



Patofisiologi Proses awal kehamilan blighted ovum terjadi sama pada kehamilan



umumnya. Sel telur dibuahi oleh sel sperma, kemudian terjadi penggabungan pronukleus. Hari ke-4 setelah fertilisasi terbentuk menjadi blastosit yang dilapisi trofoblas. Trofoblas akan memicu produksi hormon-hormon kehamilan termasuk hormon hCG. Pemeriksaan tes kehamilan positif dan kehamilan klinis akan terjadi. Kehamilan



blighted ovum terjadi penuruna hormon kehamilan



(progesteron, estrogen, dan hCG). Penurunan tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor penyebab. Kasus blighted ovum dilakukan pemeriksaan menggunakan USG ditemukan gestational sac, yolk sac dan tidak ditemukan embrio di dalam gestational sac. Hal ini disebabkan kegagalan perkembangan embrio pada 6-7 minggu pasca fertilisasi.2,4 2.5



Manifestasi Klinis Blighted ovum pada awalnya sering tidak menyebabkan gejala sama sekali.



Gejala dan tanda hampir sama dengan kehamilan normal, seperti periode menstruasi terlambat dan tes kehamilan positif. Kehamilan dengan blighted ovum dapat ditemukan perdarahan melalui vagina atau berupa bercak-bercak perdarahan dan terkadang disertai nyeri dibagian perut.2 2.6



Diagnosis Selain melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik, blighted ovum dapat



didiagnosis secara pasti dengan melakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG). Pemeriksaan menggunakan ultrasonografi pada kasus blighted ovum ditemukan kantung kehamilan dan tidak ditemukan embrio di dalam rahim. USG bisa dilakukan saat kehamilan memasuki usia 6-7 minggu. Sebab saat itu diameter



9



kantung kehamilan sudah lebih besar dari 16 milimeter sehingga bisa terlihat lebih jelas. Diagnosis kehamilan anembriogenik dapat ditegakkan bila pada kantong gestasi yang berdiameter sedikitnya 30 mm, tidak dijumpai adanya struktur mudigah dan yolk sac. Untuk itu, bila pada USG pertama didapatkan gambaran seperti ini, perlu dilakukan evaluasi USG 2 minggu kemudian. Bila tetap tidak dijumpai struktur mudigah dan diameter kantung gestasi sudah mencapai 25 milimeter maka dapat dinyatakan sebagai kehamilan anembrionik. Bila hasil USG tidak disertai keluhan perdarahan dari vagina, untuk menghindarkan keraguan saat menegakkan diagnosis blighted ovum dilakukan USG ulang 10 hari kemudian.1,7



2.7



Penatalaksanaan Penatalaksanaan kasus blighted ovum dilakukan dengan metode terminasi



dilatasi dan kuretase secara elektif. Pada pasien diterapi dengan pemberian preparat misoprostol, setelah terjadi dilatasi serviks kemudian dilakukan kuretase.8 Dilatasi dilakukan menggunakan dilatator terkecil sampai kanalis servikalis dapat dilalui oleh sendok kuret. Pemeriksaan kedalaman dan lengkung rahim menggunakan penera kavum uteri, kemudian melakukan pembersihan isi kavum uteri dengan sistematis melakukan kerokan pada dinding rahim.7 Hasil kuretase akan dianalisis untuk memastikan apa penyebab blighted ovum lalu mengatasi penyebabnya. Jika karena infeksi maka maka dapat diobati agar tidak terjadi kejadian berulang. Jika penyebabnya antibodi maka dapat dilakukan program imunoterapi sehingga kelak dapat hamil sungguhan. Penyebab blighted ovum yang dapat diobati jarang ditemukan, namun masih dapat diupayakan jika kemungkinan penyebabnya diketahui. Sebagai contoh, tingkat hormon yang rendah mungkin jarang menyebabkan kematian dini ovum. Dalam kasus ini, pil hormon seperti progesteron dapat bekerja. Namun efek samping dari pemakaian hormon adalah sakit kepala, perubahan suasana hati, dan lain-lain. Jika terjadi kematian telur di awal kehamilan secara berulang, maka pembuahan buatan mungkin efektif dalam memproduksi kehamilan. Dalam hal ini perlu donor sperma atau ovum untuk memiliki anak. Akan tetapi, pembuahan buatan itu mahal



10



dan tidak selalu bekerja dan risiko kelahiran kembar seringkali lebih tinggi. Jika belum berhasil maka adopsi adalah pilihan lain bagi banyak pasangan.2,7 Penatalaksanaan post kuretase : 3,7 a) Pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri pasca tindakan jika diperlukan. b) Anjurkan untuk mobilisasi bertujuan untuk mengurangi nyeri. c) Memberikan antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi pasca tindakan, dapat dilakukan menggunakan dua kombinasi antibiotik. Pemberian metronidazole berfungsi untuk mencegah infeksi bakteri gram negatif dan anaerob. Pemberian metronidazole dapat diberikan bersama amoksisilin yang merupakan antibiotik spektrum luas untuk mencegah infeksi pasca tindakan. d) Melakukan observasi meliputi jumlah perdarahan pervaginam untuk mengetahui terjadinya perdarahan dan tanda-tanda infeksi.



2.8



Pencegahan Dalam banyak kasus blighted ovum tidak bisa dicegah. Beberapa pasangan



seharusnya melakukan tes genetika dan konseling jika terjadi keguguran berulang di awal kehamilan. Blighted ovum sering merupakan kejadian satu kali, dan jarang terjadi lebih dari satu kali pada wanita.3 Untuk mencegah terjadinya blighted ovum, maka dapat dilakukan beberapa tindakan pencegahan seperti pemeriksaan TORCH, imunisasi rubella pada wanita yang hendak hamil, bila menderita penyakit maka ditangani terlebih dulu penyakit tersebut, melakukan pemeriksaan kromosom terutama bila usia di atas 35 tahun, menghentikan kebiasaan merokok agar kualitas sperma/ovum baik, memeriksakan kehamilan yang rutin dan membiasakan pola hidup sehat.2,3



11



BAB III LAPORAN KASUS 3.1



Identitas Pasien Nama



: Ny. PM



Usia



: 15 tahun



Tanggal Lahir



: 07-07-2001



Pekerjaan



: Ibu Rumah Tangga



Alamat



: Bergas



No. CM



: 16xxxxx



Tanggal Masuk



: 28 Desember 2018



Tanggal Pemeriksaan : 31 Desember 2018 3.2



Anamnesis 



Keluhan Utama Keluar darah dari jalan lahir







Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak 6 hari yang lalu. Pasien mengaku hamil 3 bulan dengan HPHT: 25 Februari 2017, hamil 11-12 minggu. Menurut keterangan pasien, awalnya darah keluar sebanyak 3 kain. Saat ini yang keluar dari jalan lahir hanya berupa flek-flek berwarna hitam. Selain itu, pasien juga mengeluhkan nyeri di perut bagian bawah. Pasien melakukan ANC teratur di bidan sebanyak 5 kali. Kemudian, dilakukan USG oleh Sp.OG pada tanggal 6 Juni 2017, dikatakan bahwa kantung kehamilan kosong. Pasien menyangkal adanya keluhan keluar lendir dari jalan lahir, keputihan dan demam. Pasien tidak memiliki riwayat trauma pada perut sebelumnya. BAK tidak ada keluhan, namun BAB dirasakan tidak lancar.







Riwayat Penyakit Dahulu Pasien tidak memiliki riwayat penyakit jantung, diabetes melitus, asma, alergi dan penyakit lainnya.







Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada anggota keluarga lain yang memiliki keluhan sama seperti pasien.



12







Riwayat Pemakaian Obat: Pasien hanya mengkonsumsi obat pencahar dan vitamin selama kehamilan dan tidak mengetahui nama obatnya.







Riwayat Menarche, Perkawinan, Obstetrik dan Kontrasepsi 1. Riwayat Menstruasi



: 13 tahun, teratur, lamanya 6-7 hari, ganti pembalut sebanyak 2-3 kali/hari, dismenore (-).



Keterangan Menstruasi : Tidak menstruasi : 03



04



05



2. Riwayat Perkawinan



: 1 kali pada usia 15 tahun, pada tahun 2017



3. Riwayat Obstetrik: Anak I



: Hamil saat ini



4. Riwayat Kontrasepsi: Tidak ada 3.3



Pemeriksaan Fisik Vital Sign Kesadaran



: Compos Mentis



Keadaan umum



: Baik



Tekanan darah



: 110/70 mmHg



Laju Nadi



: 73 x/menit



Pernapasan



: 19 x/menit



Suhu Tubuh



: 36,7 0C



Pemeriksaan Fisik 1. Mata: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-) 2. Leher: pembesaran KGB (-/-) 3. Paru: simetris, stem fremitus kanan = stem fremitus kiri, sonor pada kedua lapangan paru, vesikuler (+/+), ronki (-/-) dan wheezing (-/-). 4. Jantung: bunyi jantung I > bunyi jantung II, regular (+), murmur (-).



13



5. Abdomen: soepel, distensi (-), peristaltic (+) kesan normal. 6. Ekstremitas: akral hangat, crt < 3 detik edema (-/-), pucat (-/-). 7. Genetalia dan anus: I



: V/U tenang, Perdarahan(+)



Io



: Portio livid, OUE tertutup, perdarahan (+)



Vt



: Uterus sebesar telur bebek, Ø tidak ada, tidak teraba massa di



adnexa kanan dan kiri, parametrium dalam batas normal, nyeri goyang portio tidak ada, cavum douglas tidak menonjol.



3.4 Pemeriksaan Penunjang USG



Tampak GS ukuran 6,74 cm intrauterin Fetal pole negatif Tidak ada cairan bebas Adneksa dalam batas normal kesan : Anembryonic Pregnancy



Laboratorium Pemeriksaan Laboratorium Darah Rutin Hb Ht Leukosit Eritrosit Trombosit MCV MCH MCHC Hitung Jenis Eosinofil Basofil Netrofil segmen



Hasil



Nilai Normal



13,2 gr/dl 38 % 7.300 /mm3 4,9 x 106 /µL 307.000 / mm3 77 fL 27 pg 35 %



12-15 gr/dl 37-47 % 4.500-10.500/mm3 4,2-5,4 jt/ µL 150.000-450.000/mm3 80-100 fL 27-31 pg 32-36 %



4% 0% 50 %



0-6 % 0-2 % 50-70 %



14



Limfosit Monosit Faal Hemostasis Waktu Perdarahan Waktu Pembedahan Hepatitis HBsAg Diabetes Glukosa Darah Sewaktu Ginjal-Hipertensi Ureum Kreatinin 3.5



40 % 6%



20-40 % 2-8 %



2 menit 8 menit



1-7 menit 5-15 menit



19 U/L



< 31 U/L



93 mg/dl