Laporan Kasus Dinda-Otitis Media Efusi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN KASUS OTITIS MEDIA EFUSI PADA IBU HAMIL G2P1A0



Disusun Oleh:



Adinda Rabiattun Adawiah, S.Ked 14061192030 Pembimbing: dr. Saiful Bahri Bangun, Sp.THT



KEPANITERAAN KLINIK STASE ILMU PENYAKIT THTKL RSUD DOKTER SOEDARSO FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2021



LEMBAR PERSETUJUAN Telah disetujui Laporan Kasus dengan judul: Otitis Media Efusi Pada Ibu Hamil G2P1A0 Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Stase Ilmu Penyakit THT-KL RSUD Dokter Soedarso Pontianak



Pontianak, Januari Disetujui Oleh



dr. Saiful Bahri Bangun, Sp.THT



2021 Penyusun



Adinda Rabiattun Adawiah S. Ked



KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus dengan judul “Otitis Media Efusi Pada Ibu Hamil G2P1A0”. Laporan kasus ini dibuat sebagai salah satu syarat kelulusan kepaniteraan klinik Stase Ilmu Penyakit THT-KL RSUD Doktor Soedarso Pontianak. Penulisan ini tidak terlepas dari bantuan, dorongan, dukungan, bimbingan serta dari semua pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya terutama kepada dr. Saiful Bahri Bangun, Sp.THT selaku pembimbing laporan kasus di SMF Ilmu Penyakit THTKL RSUD Dokter Soedarso Pontianak yang telah dengan sabar memberikan bimbingan, kritik, serta saran yang membangun. Tidak lupa rasa terima kasih juga kami ucapkan kepada para tenaga medis dan karyawan yang telah membantu selama kami mengikuti kepaniteraan klinik di SMF Ilmu Penyakit THT-KL Dokter Soedarso Pontianak dan juga berbagai pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih banyak kekurangan, maka kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat di harapkan demi penyempurnaan selanjutnya. Akhirnya semoga penulisan ini bermanfaat bagi banyak pihak, khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya. Pontianak, Januari 2021



Adinda Rabiattun Adawiah, S.Ked



BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otitis media efusi (OME) adalah adanya cairan pada telinga tengah di belakang membran timpani (MT) yang utuh tanpa adanya tanda dan gejala infeksi akut telinga.OME umumnya terjadi pada anak-anak yaitu sekitar 85 % dan 15 % pada dewasa.1,2 Lebih kurang 80% anak-anak pernah mengalami episode OME sampai umur 10 tahun dan pada umumnya dapat mengalami resolusi spontan. Prevalensi OME pada dewasa sangat rendah dan sering dihubungkan dengan keadaan patologi yang mendasarinya.1-7 Meskipun banyak kasus OME sembuh spontan, tetapi 30% hingga 40% mengalami rekurensi setelah 3 bulan dan 5% sampai 10% kasus bisa bertahan hingga 1 tahun.Sementara di Amerika Serikat, sekitar 3 hingga 4 miliar USD setiap tahunnya dihabiskan untuk pengobatan OME. OME bisa mengakibatkan gangguan pendengaran permanen, keterlambatan bicara, berbahasa, ketidaksempurnaan artikulasi, masalah komunikasi, gangguan performa anak di sekolah, dan gangguan intelek. 8-10 Penderita OME jarang memberikan gejala sehingga pada anak-anak sering terlambat



diketahui. Diagnosis ditegakkan



dengan anamnesis



yang cermat,



pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang tepat. 11,12 Diagnosis dan pengobatan sedini mungkin memegang peranan penting. Keberhasilan dari penatalaksanaan ditentukan dengan mencari factor penyebab dan mengatasinya guna mencegah akibat lanjut penyakit tersebut.13-14



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Telinga



Gambar 2.1 Anatomi Telinga15 2.1.1.



Telinga Luar Telinga



luar



terdiri



atas



daun



telinga,



meatus



auditorius



eksternus/external auditory canal (salran telinga) dan membran timpani (tympanic membrane). Daun telinga (pinna) adalah lipatan tulang rawan elastis berbentuk seperti ujung terompet dan dilapisi oleh kulit. Bagian tepi pinggiran daun telinga adalah heliks; bagian inferior adalah lobulus. Ligamen dan otot menempelkan daun telinga ke kepala. Meatus auditorius eksternus merupakan tabung melengkung dengan panjang sekitar 2,5cm (1inch) terletak di tulang temporal dan mengarah ke membran timpani. 15 Membran timpani merupakan sebuah kerucut yang tidak teratur, puncaknya dibentuk oleh umbo. Membran timpani orang dewasa berdiameter sekitar 9 mm dan membentuk sudut lancip yang berhubungan dengan dinding inferior



liang



telinga



luar.



Anulus



fibrosus



dari



membran



timpani



mengaitkannya pada sulkus timpanikus. Selain itu, membran timpani melekat



erat pada maleus yaitu pada prosesus lateral dan umbo.16 2.1.2.



Telinga Tengah Telinga tengah adalah rongga kecil berisi udara di bagian petrosa dari



tulang temporal yang dilapisi oleh epitel. Telinga tengah dipisahkan dari telinga luar oleh membran timpani dan dari telinga dalam oleh partisi bertulang tipis yang berisi dua lubang kecil yang ditutupi membran yaitu jendela oval dan jendela bundar . Struktur selanjutnya adalah tiga tulang pendegaran yang terletak di dalam telinga tengah disebut osikulus, yang dihubungkan oleh sendi sinovial. Tulang pendengaran tersebut dinamai sesuai bentuknya, yaitu malleus, incus, dan stapes yang biasa disebut martil, landasan, dan sanggurdi. 15 Telinga tengah pada bagian depannya dibatasi oleh tuba Eustachius. Tuba Eustachius meluas sekitar 35 mm dari sisi anterior rongga timpani ke sisi posterior nasofaring dan berfungsi untuk ventilasi, membersihkan dan melindungi telinga tengah. 16-17



Gambar 2.2 Perbedaan Anatomi Tuba Eustachius pada anak dan dewasa17 Lapisan mukosa tuba dipenuhi oleh sel mukosiliar, penting untuk fungsi pembersihannya. Bagian dua pertiga anteromedial dari tuba Eustachius berisi fibrokartilaginosa, sedangkan sisanya adalah tulang. Dalam keadaan istirahat, tuba tertutup. Pada anak, tuba lebih pendek, lebih lebar dan lebih horizontal dari



tuba orang dewasa. Panjang tuba orang dewasa 37,5 mm dan pada anak di bawah 9 bulan adalah 17,5 mm. 16-17 2.1.3.



Telinga Dalam Telinga bagian dalam terdiri dari dua divisi utama: labirin bertulang di



bagian luar yang membungkus labirin membranosa di bagian dalam. Labirin bertulang dilapisi dengan periosteum dan mengandung perilimfe. Labirin membranosa mengandung cairan endolimfe di dalamnya. 13 Koklea merupakan sebuah kanal spiral bertulang yang menyerupai cangkang siput. Koklea dibagi menjadi tiga saluran: ductus cochlearis, scala vestibuli, dan scala tympani. Ductus cochlearis (scala media) merupakan kelanjutan dari labirin membranosa ke koklea yang berisi endolimfe. Saluran yang berada di atas ductus cochlearis adalah scala vestibuli yang berakhir di jendela oval, sedangkan yang berada di bawahnya adalah scala tympani, yang berakhir di jendela bundar. 15 Organ Corti, yang terletak di atas membran basilaris di seluruh panjangnya, mengandung sel rambut auditorik sebanyak 15.000 di dalam koklea tersusun menjadi empat baris sejajar di seluruh panjang membran basilaris, satu baris sel rambut dalam dan tiga baris sel rambut luar. Setiap sel rambut memiliki 100 stereocillia di bagian ujung apikal. Sel rambut bagian dalam bersinergi dengan 90-95% dari neuron sensorik di saraf koklearis yang menyampaikan informasi pendengaran ke otak, sedangkan sel rambut luar secara aktif dan cepat berubah panjang sebagai respons terhadap perubahan potensial membran, suatu perilaku yang dikenal sebagai elektromotilitas. 15 2.2. Definisi Otitis Media Efusi Otitis media efusi (OME) adalah peradangan telinga tengah yang ditandai dengan adanya cairan di rongga telinga tengah dengan membran timpani intak tanpa disertai dengan tanda-tanda infeksi akut. Nama lain penyakit ini antara lain glue ear, allergic otitis media, mucoid ear, otitis media sekretoria, otitis media non-supuratif,



dan otitis media serosa. Glue ear adalah OME persisten dengan cairan kental seperti lem. 18-21 2.3. Epidemiologi Otitis Media Efusi Kejadian OME pada umumnya terjadi pada anak-anak yaitu 85 %, sedangkan pada dewasa sekitar 15 %. 4 OME sering menyerang anak usia 1 tahun hingga 3 tahun, diikuti pada usia masuk sekolah, yaitu 4 tahun hingga 6 tahun. Sebanyak 90% anak usia 10 tahun sekurang-kurangnya pernah mengalami satu kali episode OME. Di Inggris, OME menjadi alasan terbesar anakanak untuk operasi dan setiap tahunnya menghabiskan biaya sebesar 47,8 juta USD.4 Sementara di Amerika Serikat, sekitar 3 hingga 4 miliar USD setiap tahunnya dihabiskan untuk pengobatan OME. 14,22-23 2.4. Klasifikasi Otitis Media Efusi Otitis media terbagi atas; (1) otitis media supuratif yaitu otitis media supuratif akut atau otitis media akut dan otitis media supuratif kronik. (2) otitis media non supuratif atau otitis media serosa yaitu otitis media serosa akut (barotrauma atau aerotitis) dan otitis media serosa kronik (glue ear). (3) otitis media spesifik seperti otitis media sifilitika atau otitis media tuberkulosa, dan (4) otitis media adhesiva. 24,25 2.5. Etiologi Otitis Media Efusi Terdapat variasi etiologi OME pada anak dan dewasa. Pada anak faktor yang menyebabkan disfungsi tuba Eustachius pada umumnya karena pembesaran adenoid, infeksi saluran nafas atas, kelainan kongenital (misalnya labioskisis dan palatoskisis). Sedangkan faktor alergi, barotrauma, tumor nasofaring, dan rinosinusitis merupakan etiologi yang sering pada dewasa. 1,4, 26 Faktor lain yang menjadi predisposisi terjadinya OME adalah intubasi



nasotrakea, operasi kepala dan leher, pasca radioterapi kepala dan leher, keadaan yang menimbulkan imunodefisiensi misalnya pada multiple myeloma, kistik fibrosis dan HIV/AIDS. 5,7,26,27 Michael dan Andrew seperti yang dikutip oleh Tong Fai CM, dalam penelitiannya pada 36 kasus OME dewasa didapatkan 22 % terjadi pada pasien dengan infeksi saluran pernafasan bagian atas, 14 % sinusitis kronis, 14 % alergi, 6 % karsinoma nasofaring dan 14 % etiologi yang lainnya. Yung MW dkk , pada penelitiannya terhadap 53 pasien OME dewasa mendapatkan 57 % pasien memiliki riwayat atopi dan 26,4 % sinusitis. sementara untuk bakteri dan virus penyebeb infeksi ialah Streptokokus pneumonia, Haemophilus influenza, Moraxella kataralis dan Adenovirus. 28 2.6. Patofisiologi Otitis Media Efusi Disfungsi pada sistem tuba Eustachius merupakan hal yang berperan penting dalam patogenesis penyakit pada telinga tengah. Gangguan bisa berupa gangguan fungsi ventilasi, fungsi proteksi serta fungsi silia. 1,3 Otitis media efusi bisa disebabkan oleh gangguan fungsi ventilasi tuba Eustachius karena adanya sumbatan pada muara atau saluran tuba. Sumbatan bisa karena inflamasi akut atau kronis pada mukosa tuba, tumor pada nasofaring dan adanya benda asing (tampon hidung). Sumbatan ini menimbulkan tekanan negatif pada telinga tengah yang menyebabkan transudasi cairan serous dari kapiler telinga tengah. Selain itu sekresi mukosa telinga tengah tidak bisa dialirkan sehingga terkumpul dalam telinga tengah.3,4,6,27,29



2.7. Gejala dan Tanda Otitis Media Efusi



Gambar



2.3



Membran



Timpani Pada OME Gejala dan tanda yang dapat ditemukan pada Otitis media efusi dapat berupa rasa tidak nyaman ditelinga, pendengaran menurun, telinga terasa penuh, suara diri sendiri terdengar nyaring, gangguan tidur(jarang), nyeri apabila penyebabnya adalah barotrauma. Pada pemeriksaan otoskopi, membran timpani tampak utuh, retraksi, suram, dan refleks cahaya menghilang, tetapi tidak ditemukan tanda inflamasi. Sebagian besar OME bersifat asimtomatik.21 Manifestasi klinis OME pada orang dewasa lebih jelas daripada anak-anak, karena anakanak tidak bisa mengekspresikan keluhan yang terjadi. Adanya gangguan pendengaran derajat ringan sampai sedang (≤ 40 dB)5,6 2.8. Diagnosis Otitis Media Efusi Diagnosis ditegakkan secara klinis dari anamnesis dan pemeriksaan fisik menggunakan alat seperti otoskop, serta pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan audiologi pada OME berupa tes penala, audiometri yang dapat membuktikan adanya gangguan pendengaran. Selanjutnya temuan otoskopi dan pemeriksaan audiologi dikonfirmasi dengan pemeriksaan timpanometri yang dapat memeriksa secara objektif keadaan pada telinga tengah, mobilitas MT dan adanya cairan di telinga tengah yang ditandai dengan gambaran timpanogram adalah tipe B. Pemeriksaan ini merupakan



pemeriksaan yang obyektif dan gold standar pada OME terutama untuk OME anak.Radiologi pada kasus OME berguna untuk konfirmasi penyebab OME misalnya infeksi sinus paranasal dan dugaan OME karena tumor nasofaring. 1,4,5,21 2.9. Komplikasi Otitis Media Efusi Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari OME adalah Otitis Media Akut, timpanosklerosis,



perforasi



membran



timpani,



gangguan



pendengeran



dan



keseimbangan, dan keterlambatan bicara pada anak.21 2.10. Prognosis Otitis Media Efusi Sebagian besar OME sembuh secara spontan dalam 3 bulan(50-70%), dengan resiko OME berulang sebesar 30 % dan OME berkepanjangan (>1 Tahun) pada 5-10% kasus.21



BAB III PENYAJIAN KASUS 3.1. Identitas Pasien Nama



: Ny. S



Jenis Kelamin



: Perempuan



Usia



: 21 Tahun



Agama



: Islam



Pekerjaan



: Ibu Rumah Tangga



Pendidikan



: SMA



Alamat



: Jalan Prof. M Yamin, Kota Pontianak.



3.2. Anamnesis 3.2.1. Keluhan Utama Nyeri telinga sebelah kanan 3.2.2. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang dengan keluhan nyeri telinga sebelah kanan. Nyeri dirasakan sejak 4 hari yang lalu disertai dengan rasa penurunan pendengaran dan telinga berdengung. Pasien mengatakan keluhan terasa semakin parah apabila mendengar suara yang sangat bising bising seperti sepeda motor. Pasien mengatakan keluhan menjadi lebih nyaman ketika pasien berbaring dan memiringkan kepalanya ke sisi telinga yang sakit. Pasien sedang hamil 32 minggu G2P1AO . Pasien mengatakan bahwa tidak dirasakan keluhan lain seperti pilek (-), demam (-) dan tidak ada cairan yang keluar dari telinga (-). 3.2.3. Riwayat Penyakit Dahulu Pasien mengatakan tidak pernah mengalami keluhan pada telinga



sebelumnya. Tidak ada riwayat Alergi (-), Hipertensi (-), dan DM (-).



3.2.4. Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada keluarga pasien yang memiliki keluhan serupa. 3.2.5. Riwayat Sosial Ekonomi Pasien merupakan seorang seorang ibu rumah tangga. 3.3. Pemeriksaan Fisik 3.3.1 Keadaan Umum Kesadaran



: Compos mentis (E4V5M6)



Keadaan Umum



: Tampak Sakit Ringan



Tekanan Darah



: 135/54 mmHg



Nadi



: 92 x/menit



Pernapasan



: 20 x/menit



Suhu



: 36,4 oC



SpO2



: 99%



Berat Badan



: 65 Kg



Tinggi Badan



: 155 cm



3.3.2 Status Generalis Kepala



: Normocephal



Mata



: Konjungtiva



anemis



(-/-),



Sklera



ikterik (-), injeksi konjungtiva (-), refleks cahaya langsung (+/+),refleks cahaya tidak langsung (+/+), pupil isokor (3 mm/3 mm)



Telinga



: Sekret (-/-), Aurikula hiperemis (-/-)



Mulut



: Bibir Sianosis (-), bibir kering (-)



Hidung



: Sekret (-/-), deformitas (-)



Leher (-



: Deviasi trakea (-), pembesaran kelenjar tiroid ), pembesaran kelenjar getah bening (-), JVP meningkat (-)



Dada



: Simetris saat statis dan dinamis, retraksi (-)



Paru



: Inspeksi : gerakan dinding dada simetris Palpasi : fremitus taktil kanan=kiri



Perkusi



: sonor di



seluruh lapang paru Auskultasi : vesikuler



(+/+),



rhonki



(-/-),



wheezing (-/-) Jantung



: Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat Palpasi : iktus kordis teraba Perkusi : batas pinggang jantung SIC III linea



parasternalis



sinistra,



batas



jantung kanan pada SIC IV linea parasternalis dekstra, batas kiri jantung pada ICS VI linea axillaris anterior Auskultasi



:



S1,S2



Gallop (-), Murmur (-)



reguler,



Abdomen



: Inspeksi : simetris, hiperemis (-), hematom (-) Auskultasi : Bising usus (+) normal



Perkusi



:



timpani,



pekak hepar (+) Palpasi : nyeri tekan (-), batas hepar dan lien dalam batas normal Ekremitas



: Akral hangat, CRT