Laporan Kasus Hemaptoe [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN 1.1.



Latar Belakang Batuk darah merupakan suatu gejala atau tanda dari suatu penyakit infeksi. Batuk darah



lebih sering merupakan tanda atau gejala dari penyakit dasar sehingga etiologi harus dicari melalui pemeriksaan yang lebih teliti. Batuk darah adalah suatu keadaan menakutkan yang menyebabkan beban mental bagi penderita dan keluarga penderita sehingga menyebabkan takut untuk berobat ke dokter. Biasanya penderita menahan batuk karena takut kehilangan darah yang lebih banyak sehingga menyebabkan penyumbatan karena bekuan darah. Batuk darah pada dasarnya akan berhenti sendiri asal tidak ada robekan pembuluhdarah,berhenti sedikit-sedikit pada pengobatan penyakit dasar.Batuk darah merupakan suatu gejala atau tanda suatu penyakit infeksi. Volume darah yang dibatukkan bervariasi dan dahak bercampur darah dalam jumlah minimal hingga masif, tergantung laju perdarahan dan lokasi perdarahan. Penelitian yang dilakukan di RS persahabatan oleh Retno dkk : 323 pasien hemoptisis di IGD RS Persahabatan didapatkan TB paru 64,43 %, bronkiektasis 16,71 % , karsinoma paru 3,4 % dan Maria : 102 pasien hemoptisis rawat inap dan IGD RS Persahabatan didapatkan TB paru 75,6 %, bekas TB paru 16,7 %, bronkiektasis 7,8 %. Penalaksanaan hemoptisis masif memerlukan penanganan khusus agar tidak berakibat fatal dengan angka mortaliti hemoptisis masif 75 % disebabkan oleh asfiksia. Pasien dengan hemoptisis masif seharusnya dirawat di unit perawatan intensif untuk memonitor status hemodinamik dan penilaian jumlah darah yang hilang. Bronkopneumonia adalah proses inflamatori permukaan bagian bawah yang mengenai parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh agen infeksius seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. Definisi lain bronkopneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bronkopneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratoris dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme yaitu bakteri, virus, jamur maupun parasit.



1



1.2.



Tujuan a) Tujuan Umum - Untuk memenuhi tugas laporan kasus pada stase Ilmu Penyakit Paru. b) Tujuan Khusus - Mahasiswa mampu melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada kasus -



hemoptoe, dan bronkopneumonia. Mahasiswa mampu melakukan penanganan dan penatalaksanaan yang tepat pada kasus hemoptoe dan bronkopneumonia..



BAB II 2



TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hemoptoe 2.1.1 Definisi Hemoptoe Hemoptoe adalah ekspektorasi darah atau dahak yang berdarah, berasal dari saluran nafas di bawah pita suara. Hemoptisis merupakan salah satu bentuk kegawatan paru yang paling sering terjadi diantara bentuk-bentuk klinis lainnya. Tingkat kegawatan dari hemoptisis ditentukan oleh 3 faktor: a.



Terjadinya asfiksia oleh karena terdapatnya bekuan darah di dalam saluran pernapasan. Terjadinya asfiksia ini tidak tergantung pada jumlah perdarahan yang terjadi, akan tetapi ditentukan oleh refleks batuk yang berkurang atau terjadinya efek psikis dimana pasien takut dengan perdarahan yang terjadi.



b.



Jumlah darah yang dikeluarkan selama terjadinya hemoptisis dapat menimbulkan renjatan hipovolemik (hypovolemic shock). Bila perdarahan yang terjadi cukup banyak, maka hemoptisis tersebut digolongkan ke dalam hemoptisis masif walaupun terdapat beberapa kriteria, antara lain: 1. Kriteria Yeoh (1965) menetapkan bahwa hemoptisis masif terjadi apabila jumlah perdarahan yang terjadi adalah sebesar 200 cc/24 jam 2. Kriteria Sdeo (1976) menetapkan bahwa hemoptisis masif terjadi apabila jumlah perdarahan yang terjadi lebih dari 600 cc/24 jam.



c.



Adanya pneumonia aspirasi, yaitu suatu infeksi yang terjadi beberapa jam atau beberapa hari setelah perdarahan. Keadaan ini merupakan keadaan yang gawat, oleh karena baik bagian jalan napas maupun bagian fungsionil paru tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya akibat terjadinya obstruksi total.



2.1.2. Etiologi Hemoptoe Penyebab dari hemoptoe (batuk darah) : 1. Infeksi, terutama tuberkulosis, abses paru, pneumonia, dan kaverne oleh karena jamur dan sebagainya. 2. Kardiovaskuler, stenosis mitralis dan aneurisma aorta. 3. Neoplasma, terutama karsinoma bronkogenik dan poliposis bronkus. 4. Gangguan pada pembekuan darah (sistemik). 3



5. Benda asing di saluran pernapasan. 6. Faktor-faktor ekstrahepatik dan abses amuba. Penyebab batuk darah menurut penyelidikan Osler A. Abbott: Penyakit



Karsinoma bronkogenik Abses paru Infark pulmonal Bronkiektasis



Presentase



Penyakit



Presentase



Pasien



Pasien



Hemoptisis



Hemoptisis



56 % 49,2 %



Tuberkulosis



36,5 %



Empiema



24,5 %



44 %



Metastasis karsinoma



24 %



43,5 %



Tumor mediastinum



20 %



Etiologi lain hemoptisis adalah sebagai berikut : 1.



Batuk darah idiopatik Batuk darah idiopatik adalah batuk darah yang tidak diketahui penyebabnya, dengan



insiden 0,5 sampai 58% . dimana perbandingan antara pria dan wanita adalah 2:1. Biasanya terjadi pada umur 30-50 tahun kebanyakan 40-60 tahun dan berhenti spontan dengan suportif terapi. 2.



Batuk darah sekunder



Batuk darah sekunder adalah batuk darah yang diketahui penyebabnya. a. Oleh karena keradangan, ditandai vaskularisasi arteri bronkiale > 4%



(normal1%)



1) TB : batuk sedikit-sedikit, masif perdarahannya dan bergumpal. 2) Bronkiektasis : bercampur purulen. 3) Abses paru : bercampur purulen. 4) Pneumonia : warna merah bata encer berbuih 5) Bronkitis : sedikit-sedikit campur darah atau lendir. 4



b. Neoplasma 1) Karsinoma paru. 2) Adenoma. c. Lain-lain 1) Trombo emboli paru – infark paru. 2) Mitral stenosis. 3) Kelainan kongenital aliran darah paru meningkat. a) ASD b) VSD 4) Trauma dada 2.1.3 Patogenesis Hemoptoe Setiap proses yang terjadi pada paru akan mengakibatkan hipervaskularisasi dari cabang-cabang arteri bronkialis yang berperanan untuk memberikan nutrisi pada jaringan paru,juga bila terjadi kegagalan arteri pulmonalis dalam melaksanakan fungsinya untuk pertukaran gas. Terdapatnya aneurisma Rasmussen pada kaverna tuberkulosis yang merupakan asal dari perdarahan pada hemoptisis masih diragukan. Teori terjadinya perdarahan akibat pecahnya aneurisma dari Ramussen ini telah lama dianut, akan tetapi beberapa laporan autopsi membuktikan bahwa terdapatnya hipervaskularisasi bronkus yang merupakan percabangan dari arteri bronkialis lebih banyak merupakan asal dari perdarahan pada hemoptisis. Sebagaimana telah diuraikan di atas bahwa kematian yang disebabkan oleh hemoptisis dapat dibagi atas: 1. Asfiksia Walaupun persentase kematian akibat asfiksia belum diketahui dengan pasti, namun kematian yang disebabkan oleh asfiksia cukup tinggi dan dapat dibagi dalam empat hal: a. Pengaruh perdarahan yang terjadi b. Pengaruh susunan saraf pusat c. Pengaruh pada respirasi 5



d. Perubahan pada tekanan darah 2. Aspirasi Aspirasi adalah suatu keadaan dimana masuknya bekuan darah maupun sisa-sisa darah ke dalam jaringan paru bersamaan dengan inspirasi, di mana mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: a. Meliputi bagian yang luas dari paru b. Terjadi pada bagian percabangan bronkus yang lebih halus c. Selain darah dapat pula disebabkan oleh masuknya cairan lambung ke dalam paru oleh karena penutupan epiglotis yang tidak sempurna d. Dapat diikuti dengan infeksi sekunder 3. Renjatan Hipovolemik Renjatan hipovolemik adalah salah satu bentuk daripada renjatan hemoragik yang disebabkan oleh perubahan metabolisme sebagai berikut: a. Asidosis metabolik, di mana kadar asam laktat meningkat lebih dari nilai normal. b. Terjadinya penurunan kecepatan filtrasi glomerulus yang disebabkan oleh kontraksi dari vasa aferen dan vasa eferen, dimana ditandai dengan retensi natrium dan tingginya ureum darah. c. Terdapatnya vasokontriksi sebagai usaha untuk memobilisasi darah. d. Pada jangka panjang dapat terjadi reaksi kompensasi. Mekanisma terjadinya batuk darah adalah sebagai berikut : 1. Radang mukosa Pada trakeobronkitis akut atau kronis, mukosa yang kaya pembuluh darah menjadi rapuh, sehingga trauma yang ringan sekalipun sudah cukup untuk menimbulkan batuk darah. 2. Infark paru Biasanya disebabkan oleh emboli paru atau invasi mikroorganisme pada pembuluh darah, seperti infeksi coccus, virus dan infeksi oleh jamur. 3. Pecahnya pembuluh darah vena atau kapiler Distensi pembuluh darah akibat kenaikan tekanan darah intraluminar seperti pada dekompensasi cordis kiri akut dan mitral stenosis. 4. Kelainan membran alveolokapiler Akibat adanya reaksi antibodi terhadap membran, seperti pada Goodpasture’s syndrome. 5. Perdarahan kavitas tuberkulosa 6



Pecahnya pembuluh darah dinding kavitas tuberkulosis yang dikenal dengan aneurisma Rasmussen; pemekaran pembuluh darah ini berasal dari cabang pembuluh darah bronkial. Perdarahan pada bronkiektasis disebabkan pemekaran pembuluh darah cabang bronkial. Diduga hal ini terjadi disebabkan adanya anastomosis pembuluh darah bronkial dan pulmonal. Pecahnya pembuluh darah pulmonal dapat menimbulkan hemoptisis masif. 6. Invasi tumor ganas 7. Cedera dada Akibat benturan dinding dada, maka jaringan paru akan mengalami transudasi ke dalam alveoli dan keadaan ini akan memacu terjadinya batuk darah. 2.1.4. Klasifikasi Hemaptoe +



Batuk dengan perdarahan yang hanya dalam bentuk garis-garis dalam sputum



++



Batuk dengan perdarahan 1-30 mL



+++



Batuk dengan perdarahan 30-150 mL



++++



Batuk dengan perdarahan >150 mL



Positif satu dan dua dikatakan masih ringan, positif tiga hemoptisis sedang, positif empat termasuk di dalam kriteria hemoptisis masif. Klasifikasi didasarkan pada perkiraan jumlah darah yang dibatukkan. 1. Bercak (Streaking) : 600 ml/24 jam Biasanya pada kanker paru, kavitas pada TB, atau bronkiektasis. 4. Pseudohemoptisis Merupakan batuk darah dari struktur saluran napas bagian atas (di atas laring) atau dari saluran cerna atas atau hal ini dapat berupa perdarahan buatan (factitious). Kesulitan dalam menegakkan diagnosis ini adalah karena pada hemoptisis selain terjadi vasokontriksi perifer, juga terjadi mobilisasi dari depot darah, sehingga kadar Hb tidak



7



selalu memberikan gambaran besarnya perdarahan yang terjadi. Kriteria dari jumlah darah yang dikeluarkan selama hemoptisis juga mempunyai kelemahan oleh karena: a. Jumlah darah yang dikeluarkan bercampur dengan sputum dan kadang-kadang dengan cairan lambung, sehingga sukar untuk menentukan jumlah darah yang hilang sesungguhnya. b. Sebagian dari darah tertelan dan dikeluarkan, bersama-sama dengan tinja, sehingga tidak ikut terhitung. c. Sebagian dari darah masuk ke dalam paru-paru akibat aspirasi. Oleh karena itu suatu nilai kegawatan dari hemoptisis ditentukan oleh: 



Apakah terjadi tanda-tanda hipotensi yang mengarah pada renjatan hipovolemik.







Apakah terjadi obstruksi total maupun parsial dari bronkus yang dapat dinilai dengan adanya iskemia miokardium, baik berupa gangguan aritmia, gangguan mekanik jantung, maupun aliran darah serebral.



Bila terjadi hemoptisis, maka harus dilakukan penilaian terhadap: a. Warna darah untuk membedakannya dengan hematemesis b. Lamanya perdarahan c. Terjadinya mengi (wheezing) untuk menilai besarnya obstruksi d. Keadaan umum pasien, tekanan darah, nadi, dan kesadaran. 2.1.5. Gambaran Klinis Hemoptoe Untuk mengetahui penyebab batuk darah kita harus memastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari saluran pernafasan bawah, dan bukan berasal dari nasofaring atau gastrointestinal. Dengan perkataan lain bahwa penderita tersebut benar-benar batuk darah dan bukan muntah darah.



Tabel 1. Perbedaan Batuk Darah dengan Muntah Darah No



Keadaan



Batuk Darah



Muntah Darah 8



. 1



Prodromal



Darah dibatukkan dengan Darah dimuntahkan dengan rasa rasa panas di tenggorokan



2



Onset



mual (Stomach distress)



Darah dibatukkan, dapat Darah dimuntahkan, dapat disertai disertai dengan muntah



dengan batuk



3



Tampilan



Darah berbuih



Darah tidak berbuih



4



Warna



Merah segar



Merah tua



5



Isi



Leukosit,



Sisa makanan



mikroorganisme, hemosiderin, makrofag 6



pH



Alkalis



Asam



7



Riwayat penyakit Penyakit paru



Peminum alkohol, ulcus pepticum,



dahulu (RPD)



kelainan hepar



8



Anamnesis



Kadang tidak dijumpai



Sering disertai anemis



9



Tinja



Blood test (-) / Benzidine



Blood test (+) / Benzidine test (+)



test (-)



Kriteria batuk darah: 1.



Batuk darah ringan (