Laporan Pendahuluan HEMAPTOE 2017 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN HEMAPTOE DI IGD RSUD PASAMAN BARAT



VIVI ERNAWIDYAWATI, S.Kep



PROGRAM STUDY PROFESI NERS STIKES NAN TONGGA LUBUK ALUNG 2019/2020



HEMAPTOE A. Definisi Batuk darah atau yang dalam istilah kedokteran disebut dengan hemoptisis adalah ekspetorasi darah akibat perdarahan pada saluran napas di bawah laring atau perdarahan yang keluar ke saluran napas di bawah laring. Batuk darah merupakan tanda atau gejala dari penyakit dasar. Maka penyebabnya harus segera ditemukan dengan pemeriksaan yang seksama. (Dzen, 2009) Hemoptysis adalah darah yang keluar dari mulut dengan dibatukkan. Perawat mengkaji apakah darah tersebut berasal dari paru-paru, perdarahan hidung atau perut. Darah yang berasal dari paru biasanya berwarna merah terang karena darah dalam paru distimulasi segera oleh refleks batuk. Penyakit yang menyebabkan hemoptysis antara lain : Bronchitis Kronik, Bronchiectasis, TB Paru, Cystic fibrosis, Upper airway necrotizing granuloma, emboli paru, pneumonia, kanker paru dan abses. Hemoptisis masifa dalah batuk darah antara >100 sampai >600 mL dalam waktu 24 jam. (Rahman, 2009) Hemoptisis adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan batuk darah atau sputum yang berdarah ( Sylvia A. Price, 2009) B. Etiologi Penyebab hemoptoe banyak, tapi secara sederhana dapat dibagi dalam 3 kelompok yaitu : infeksi, tumor dan kelainan kardiovaskular. Infeksi merupakan penyebab yang sering didapatkan antara lain : tuberkulosis, bronkiektasis dan abses paru. Pada dewasa muda, tuberkulosis paru, stenosis mitral, dan bronkiektasis merupakan penyebab yang sering didapat. Pada usia diatas 40 tahun karsinoma bronkus merupakan penyebab yang sering didapatkan, diikuti tuberkulsosis dan bronkiektasis. Penyebab dari batuk darah (hemoptoe) dapat dibagi atas : 1.



Infeksi, terutama tuberkulosis, abses paru, pneumonia, dan kaverne oleh karena jamur dan sebagainya.



2.



Kardiovaskuler, stenosis mitralis dan aneurisma aorta.



3.



Neoplasma, terutama karsinoma bronkogenik dan poliposis bronkus.



4.



Gangguan pada pembekuan darah (sistemik).



5.



Benda asing di saluran pernapasan.



6.



Faktor-faktor ekstrahepatik dan abses amuba. Penyebab terpenting dari hemoptisis masif adalah :



1. Tumor : a. Karsinoma. b. Adenoma. c. Metastasis endobronkial dari massa tumor ekstratorakal. 2. Infeksi a. Aspergilloma.



b. Bronkhiektasis (terutama pada lobus atas). c. Tuberkulosis paru. 3. Infark Paru 4. Udem paru, terutama disebabkan oleh mitral stenosis 5. Perdarahan paru a. Sistemic Lupus Eritematosus b. Goodpasture’s syndrome. c. Idiopthic pulmonary haemosiderosis. d. Bechet’s syndrome. 6. Cedera pada dada/trauma a. Kontusio pulmonal. b. Transbronkial biopsi. c. Transtorakal biopsi memakai jarum. 7. Kelainan pembuluh darah a. Malformasi arteriovena. b. Hereditary haemorrhagic teleangiectasis. 8. Bleeding diathesis . C. Patofisiologi Setiap proses yang terjadi pada paru akan mengakibatkan hipervaskularisasi dari cabang-cabang arteri bronkialis yang berperanan untuk memberikan nutrisi pada jaringan paru bila terjadi kegagalan arteri pulmonalis dalam melaksanakan fungsinya untuk pertukaran gas. Terdapatnya aneurisma Rasmussen pada kaverna tuberkulosis yang merupakan asal dari perdarahan pada hemoptoe masih diragukan. Teori terjadinya perdarahan akibat pecahnya aneurisma dari Ramussen ini telah lama dianut, akan



tetapi



beberapa



laporan



autopsi



membuktikan



bahwa



terdapatnya



hipervaskularisasi bronkus yang merupakan percabangan dari arteri bronkialis lebih banyak merupakan asal dari perdarahan pada hemoptoe. Mekanisma terjadinya batuk darah adalah sebagai berikut : 1. Radang mukosa Pada trakeobronkitis akut atau kronis, mukosa yang kaya pembuluh darah menjadi rapuh, sehingga trauma yang ringan sekalipun sudah cukup untuk menimbulkan batuk darah. 2. Infark paru Biasanya disebabkan oleh emboli paru atau invasi mikroorganisme pada pembuluh darah, seperti infeksi coccus, virus, dan infeksi oleh jamur. 3. Pecahnya pembuluh darah vena atau kapiler Distensi pembuluh darah akibat kenaikan tekanan darah intraluminar seperti pada dekompensasi cordis kiri akut dan mitral stenosis. 4. Kelainan membran alveolokapiler



Akibat adanya reaksi antibodi terhadap membran, seperti pada Goodpasture’s syndrome. 5. Perdarahan kavitas tuberkulosa Pecahnya pembuluh darah dinding kavitas tuberkulosis yang dikenal dengan aneurisma Rasmussen; pemekaran pembuluh darah ini berasal dari cabang pembuluh darah bronkial. Perdarahan pada bronkiektasis disebabkan pemekaran pembuluh darah cabang bronkial. Diduga hal ini terjadi disebabkan adanya anastomosis pembuluh darah bronkial dan pulmonal. Pecahnya pembuluh darah pulmonal dapat menimbulkan hemoptisis masif. 6. Invasi tumor ganas 7. Cedera dada Akibat benturan dinding dada, maka jaringan paru akan mengalami transudasi ke dalam alveoli dan keadaan ini akan memacu terjadinya batuk darah. D. Pathway



Basil tuberkulosis droplet nukleat Air borne infection Implantasi kuman terjadi pada respiratori bronkial atau alveoli



Fokus primer



Pasca primer



Komplek primer



Kompleks primer yang sembuh



Sembuh pada sebagian besar



Reaktivitas kuman leukositosis



Tuberkulosis primer



Reinfeksi endogen



Gejala respiratorik



Tuberkulosis pasca primer



Batuk rejan



Gejala sistemik



Terjadi robekan ankurisna areti pilnelis pada dinding kavitas



Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat



Hemaptoe



Psikologi



Perdarahan perfusi (hemoragic syok)



Kecemasan



Stesol



Epineprin



Gangguan bersihan jalan nafas tidak efektif



Terjadinya penyebaran (Lesi yang meluas, Limfogen, Hematogen)



Terjadi proses infeksi



Mempengaruhi pusat pengaturan panas



Hipermetabilisme



Peningkatan suhu tubuh



Mual, muntah



Nadi meningkat Anoreksia Payah jantung Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh



E. Manifestasi klinis 1. Didahului batuk keras yang tidak tertahankan 2. Terdengar adanya gelembung-gelembung udara bercampur darah di dalam saluran napas 3. Terasa asin / darah dan gatal di tenggorokan (DS) 4. Warna darah yang dibatukkan merah segar bercampur buih, beberapa hari kemudian warna menjadi lebih tua atau kehitaman 5. Bisa berlangsung beberapa hari 6. Penyebabnya : kelainan paru



F. Komplikasi Komplikasi yang terjadi merupakan kegawatan dari hemoptoe, yaitu ditentukan oleh tiga faktor : 1.



Terjadinya asfiksia oleh karena terdapatnya bekuan darah dalam saluran



pernapasan. 2.



Jumlah



darah



yang



dikeluarkan



selama



terjadinya



hemoptoe



dapat



menimbulkan syok hipovolemik. 3.



Aspirasi, yaitu keadaan masuknya bekuan darah maupun sisa makanan ke



dalam jaringan paru yang sehat bersama inspirasi. G. Pemeriksaan penunjang a. X-foto Di dapatkan pembesaran kelenjar para tracheal dengan atau tanpa adanya infiltrat. Gambaran milier atau bercak kalsifikasi. b. Pemeriksaan sputum / Bakteriologis Pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnosis TB. Pemeriksaan sputum dilakukan dengan cara pengambilan cairan di lambung dan dilakukan setiap pagi 3 hari berturut-turut yaitu sewaktu pagi – sewaktu. c. Pemeriksaan mantoox test Sebagai standar dipakai PPO SIU atau OT 0,1 mg. H. Pengkajian Keperawatan 1.



Anamnesa



a.



Data Demografi : Identitas Pasien (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis, sumber biaya, dan sumber informasi).



b.



Keluhan Utama: Pasien hemaptoe ditandai dengan sesak nafas, batuk dan berat badan menurun.



c.



Riwayat Penyakit Sekarang: pasien hemaptoe sering panas lebih dari dua minggu sering batuk yang disertai dengan darah, anoreksia, lemah, dan berkeringat banyak pada malam hari



d.



Riwayat Penyakit Dahulu: pasien mempunyai riwayat tertentu seperti penyakit jantung, TBC dll.



e.



Riwayat Penyakit Keluarga: biasanya keluarganya mempunyai penyakit menular atau tidak menular.



f.



Riwayat psikososial Riwayat psikososial sangat berpengaruh dalam psikologis pasien dengan timbul gejala-gejala yang dialami dalam proses penerimaan terhadap penyakitnya, meliputi : perumahan yang padat, lingkungan yang kumuh dan kotor, keluarga yang belum memahami tentang kesehatan.



2.



Pemeriksaan Fisik



a.



Keadaan umum Keadaan penyakit, kesadaran, suhu meningkat, dan BB menurun.



b.



Thorax Bentuk thorax pasien hemaptoe biasanya tidak normal (Barrel chest)



c.



Paru Bentuk dada tidak simetris, pergerakan paru tertinggal, adanya whezing atau ronkhi.



d.



Jantung Didapatkan suara 1 dan suara 2 tambahan



e.



Abdomen Biasanya terdapat pembesaran limfa dan hati



3.



Pengkajian 11 Pola fungsional Gordon 1. Pola Persepsi dan Penanganan Kesehatan Biasanya pasien mempunyai kebiasaan merokok, penggunaan alkohol, dan kebiasaan olahraga. 2. Pola Nutrisi/Metabolisme Umumnya nafsu makan menurun, diet khusus / suplemen, fluktasi berat baan dan anoreksia. 3. Pola Eliminasi Umumnya pasien tidak mengalami gangguan eleminasi 4. Pola Aktivitas Bagaimana pasien melakukan pekerjaan. Sebelum sesak kegiatan apa saja yang dilakukan pasien setiap harinya. 5. Pola Istirahat Tidur Umumnya pasien mengalami gangguan pola tidur / istirahat. 6. Pola Kognitif-Persepsi Umumnya pasien tidak mengalami gangguan pada indera. 7. Pola Peran Hubungan Hubungan pasien dengan keluarga dan masyarakat sekitar cukup baik. 8. Pola Seksualitas/Reproduksi Bagaimana respon seksualitas pasien. 9. Pola Koping Toleransi Stress



Penyebab stres, koping terhadap stres, dan pemecahan masalah. 10. Pola Keyakinan Nilai Apa dan bagaimana keyakinan pasien. 11. Pola Konsep diri Bagaimana pasien menilai dirinya sendiri. I. Diagnosa Keperawatan 1. Syok hemoragic berhubungan dengan batuk darah 2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat 3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang kental atau darah. 4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan proses penyakit



J. Intervensi Keperawatan



No. 1.



1.



Diagnosa



Data



(NANDA)



Intervensi (NIC)



Evaluasi (NOC)



DO :



Syok



4. TTV,



hemoragic



pasien dan keluarga dengan



berhubungan



komunikasi yang baik.



kesadaran CM,



GCS dengan



456



darah



5. Inpeksi



:



tampak batuk berdarah,



1. Lakukan pendekatan pada 1. Pasien tidak batuk



dan sesudah batuk terapi



tranfusi



darah 5. Observasi batuk klien



± 300 cc, KU



6. Kolaborasi



lemah



dokter



6. Auskultasi



:



vesikuler menurun



di



paru (kanan/kiri) 7. Foto thorax : tampak TB



paru DS : Pasien mengeluh batuk



berdarah



dan dada terasa perih



hemoragik



3. Auskultasi paru sebelum



merah segar,



infiltrat,



2. Tidak terjadi syok



batuk 2. Berikan posisi supinasi



4. Berikan



terapi



dengan



dalam



darah



tim



pemberian



2.



2.



DO :



Ketidakseimba



1. Diare



ngan nutrisi



2. Kurang



kurang dari



nafsu makan kebutuhan



1. Lakukan pendekatan pada 1. Meningkatnya nafsu pasien.



makan



2. Jelaskan pentingnya nutrisi 2. Pasien bagi tubuh.



3. Bising usus tubuh



menghabiskan satu



3. Berikan posisi tidur dengan



porsi



berlebih



berhubungan



kepala lebih tinggi dari 3. Intake



4. Konjungtiva



dengan intake



badan saat makan.



pucat



tidak adekuat



5. Denyut nadi



bisa



sesuai



dengan prosi yang



4. Berikan makan sedikit tapi



diberikan



sering.



lemah



5. Pantau intake dan output



DS :



nutrisi klien.



1. Nyeri



6. Kolaborasi dengan tim gizi



abdomen



dalam pemberian nutrisi



2. Muntah 3. Kejang perut 4. Rasa penuh tiba-tiba setelah makan 3.



DO :



Bersihan jalan 1. Jelaskan pada klien tentang



1. Penurunan



nafas



suara nafas



tidak



kegunaan



batuk



efektif



efektif



2. Orthopneu



berhubungan



penumpukan



3. Sianosis



dengan sekresi



saluran pernafasan.



4. Kelainan



kental



atau 2. Ajarkan



pasien



tentang



suara



darah



metode



yang



tepat



(crackles,



dan



yang terdapat



sekret



di



dengan posisinya untuk memudahkan pasien dalam bernafas



pengontrolan batuk.



wheezing)



1. Pasien nyaman



2. Pasien bisa melakukan batuk efektif



3. Anjurkan klien nafas dalam



5. Kesulitan



dan perlahan saat duduk



berbicara



setegak mungkin.



6. Batuk



4. Anjurkan



pasien



untuk



7. Produksi



banyak minum air hangat



sputum



5. Auskultasi paru sebelum



DS :



dan sesudah pasien batuk. 6. Kolaborasi



Dispneu



dokter



dengan



dalam



tim



pemberian



terapi 4.



4.



DO : 1. Penurunan



Gangguan pola 1. Jelaskan pentingnya tidur 1. Pasien tidur



yang adekuat



fresh



merasakan sesudah



proporsi tidur 2. Jumlah tidur kurang dari



berhubungan dengan proses penyakit



nomal sesuai



2. Ciptakan lingkungan yang nyaman 3. Kolaborasikan dengan tim



istirahat atau tidur 2. Pola



tidur



pasien



dalam batas normal



medis pemberian obat tidur



usia DS : 1. Bangun lebih awal 2. Secara verbal menyatakan tidak fresh sesudah tidur K. Discharge Planning 1. Jelaskan kepada pasien dan keluarga untuk mengkonsumssi obat yang telah diberikan pihak rumah sakit sampai batas pemakaian 2. Untuk sementara, anjurkan kepada pasien dan keluarga agar mengatur posisi tidur pasien dirumah dengan posisi supinasi (terlentang) 3. Jelaskan kepada pasien dan keluarga untuk membatasi aktivitas pasien hemaptoe (bedrest) 4. Anjurkan kepada keluarga untuk mengantar pasien ke rumah sakit untuk kontrol sesuai anjuran



DAFTAR PUSTAKA



M Amin , 1999. Ilmu penyakit Paru. Surabaya : Airlangga university press. Carpenito, L. J., (1999). Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, edisi 2. Jakarta ; EGC. Carpenito, L. J. (2000). Buku Diagnosa Keperawatan, edisi 8. Jakarta: EGC. Dongoes. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC. Mansjoer, Arif., et all, (1999). Kapita Selekta Kedokteran, Fakultas Kedokteran UI : Media Aesculapius.