LAPORAN KASUS Hemoroid [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN KASUS * Kepaniteraan Klinik Senior/G1A216044/ juli 2018 ** Preseptor : dr. Azwar Djauhari, M.Sc



HEMOROID INTERNA GRADE III *Riyan Irawan S,S.Ked **dr. Azwar Djauhari, M.Sc



KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PUSKESMAS TAHTUL YAMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JAMBI 2018



LEMBAR PENGESAHAN



LAPORAN KASUS HEMOROID INTERNA GRADE III



Oleh: Riyan Irawan., S. Ked G1A216044



Sebagai salah satu tugas kepaniteraan klinik senior Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Jambi 2018



Jambi,



Juli 2018



Preseptor



dr. Azwar Djauhari, M.Sc



KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Hemoroid Interna Grade III” sebagai kelengkapan persyaratan dalam mengikuti Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Azwar Djauhari, M.Sc yang telah meluangkan waktu dan pikirannya sebagai pembimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan. Selanjutnya, penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat dan menambah ilmu bagi para pembaca. Jambi,



Juli 2018



Riyan Irawan., S. Ked



BAB I LAPORAN KASUS I. Identitas Pasien a. Nama/Jenis Kelamin/Umur



: Tn.M / Laki-laki / 25 tahun



b. Pekerjaan



: Tidak bekerja



c. Alamat



: RT 09 jalan lapangan utama



II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga a. Status Perkawinan



: belum menikah



b. Jumlah anak/saudara



:-



c. Status ekonomi keluarga



: Mampu



d. Kondisi Rumah



:



Rumah permanen dengan luas bangunan sekitar 7x12 m, dan tinggi bangunan rumah ±3 meter. Dinding terbuat dari kayu, lantai dari kayu, dan atap terbuat dari seng. Rumah pasien terdiri dari 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 3 kamar tidur, 1 dapur yang juga digunakan sebagai ruang makan dan satu kamar mandi. Di ruang tamu terdapat empat jendela kaca dan satu pintu yang masing-masing ada ventilasi di atasnya. Pencahayaan sinar matahari pada siang hari di rumah pasien secara keseluruhan dapat cukup. Sumber air yang digunakan dialirkan dari PDAM yang digunakan untuk mandi dan mencuci. Air minumnya berasal dari air minum depot isi ulang yang lebih praktis. Jamban yang digunakan pasien dan keluarganya adalah jamban leher angsa yang ada di dalam kamar mandi. e. Kondisi Lingkungan Keluarga: Pasien tinggal bersama dengan orang tuadan kakak,. Hubungan dengan anggota keluarga baik. III.Aspek Psikologis di Keluarga : Tidak ada masalah psikologis dalam keluarga



IV. Riwayat Penyakit Sekarang Keluhan Utama: Terdapat benjolan yang keluar dari anus yang semakin membesar sejak ± 5 hari yang lalu. Riwayat Perjalanan Penyakit: (autoanamnesa) Pasien datang dengan keluhan keluar benjolan dari anus saat buang air besar sejak ± 5 hari sebelum berobat kepuskesmas. Benjolan dirasakan lebih besar daripada biasanya, benjolan tersebut masih dapat dimasukan kembali dengan tangan kedalam anus, terasa perih, gatal, dan pasien mengeluh terkadang sulit duduk. Saat buang air besar biasanya di sertai dengan darah segar, menetes saat feses keluar, darah tidak bercampur dengan feses. ± 1 tahun yang lalu pasien mengeluhkan adanya benjolan kecil yang keluar pada saat buang air besar dan masih dapat masuk dengan sendiri. Pasien tidak pernah mengontrol keluhannya ke fasilitas kesehatan ataupun mengkonsumsi obat untuk mengobati keluhanya. V. Riwayat Penyakit Dahulu/keluarga : 1. Riwayat pernah mengalami sakit yang sama ± 1 tahun yang lalu 2. Riwayat sembelit (+) 3. Riwayat hipertensi disangkal 4. Riwayat diabetes melitus disangkal 5. Riwayat keluarga yang menderita keluhan yang sama disangkal VI. Riwayat Kebiasaan Pasien jarang mengkonsumsi makanan yang berserat seperti sayuran dan buah buahan. Pasien suka mengkonsumsi makanan pedas, dan minum kurang dari 8 gelas perhari dan pada saat buang air besar suka mengejan keras terkadang sampai berkeringat bahkan sampai merasa pusing.



VII. Pemeriksaan Fisik



:



Keadaan Umum : Tampak sakit sedang 1. Kesadaran



: Compos mentis



2. Suhu



: 36,3°C



3. Tekanan darah



: 120/80 mmHg



4. Nadi



: 80 x/menit



5. Pernafasan



: 18 x/menit



Pemeriksaan Organ 1. Kepala Mata



: Normocephal : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), reflex cahaya (+/+), isokhor, pergerakan bola mata simetris



Telinga



: Dalam batas normal



Hidung



: Dalam batas normal



Tenggorokan



: Uvula di tengah, tonsil T1-T1 hiperemis (-)



Mulut



: Bibir sianosis (-), lidah kotor (-)



2. Leher



: JVP 5 - 2 cmH2O, pembesaran kelenjar (-)



3. Thoraks Pulmo Pemeriksaan Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi



Kanan Statis & dinamis: simetris Stem fremitus normal Sonor Batas paru-hepar :ICS VI kanan Wheezing (-), rhonki (-)



Kiri Statis & dinamis : simetris Stem fremitus normal Sonor Wheezing (-), rhonki (-)



Jantung Inspeksi Palpasi Perkusi



Auskultasi



Ictus cordis terlihat di ICS V linea midclavicula kiri Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicularis kiri Batas-batas jantung : Atas : ICS II kiri Kanan : linea sternalis kanan Kiri : ICS VI 2 linea midclavicula kiri BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)



4. Abdomen Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi



Datar, skar (-), venektasi (-), spidernevi (-) Nyeri tekan regio epigastrium (-), defans musculer (-), , hepatomegali (-), splenomegali (-), nyeri ketok costovertebra (-/-) Timpani Bising usus (+) normal



5. Ekstremitas Atas



: Edema (-), akral hangat



Ekstremitas bawah : Edema (-), akral hangat 6. Rektal toucher : Pasien tidak mau dilakukan RT VIII. Pemeriksaan penunjang  Anjuran a. Pemeriksaan Laboratorium (Darah rutin) b. Anoskopi; untuk menilai mukosa rectal dan tingkat pembesaran hemoroid c. Sigmoideskopi; untuk memastikan tidak adanya diagnose banding lain seperti kolitis, polip rektal, dan kanker. IX. Diagnosis Hemoroid (K64.8) X. Diagnosis Banding a. Prolaps rekti b. Fisura Anal c. Ca colorektal XI. Manajemen a. Promotif :  Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit ini sulit sembuh dengan hanya pengobatan konservatif



 Menjelaskan komplikasi terburuk dari penyakit ini bila tidak dilakukan pengobatan secara cepat, tepat, dan adekuat. b. Preventif :  Koreksi konstipasi dengan meningkatkan konsumsi serat (25-30 gram



sehari),



dan



menghindari



obat-obatan



yang



dapat



menyebabkan konstipasi.  Meningkatkan konsumsi cairan (6-8 gelas sehari)  Menghindari mengejan saat buang air besar, dan segera ke kamar mandi saat merasa akan buang air besar, jangan ditahan karena akan memperkeras feses. c. Kuratif : Non Farmakologi  Tirah



baring



untuk



membantu



mempercepat



berkurangnya



pembengkakan.  Rendam duduk dengan air hangat yang bersih dapat dilakukan rutin dua kali sehari selama 10 menit pagi dan sore selama 1 – 2 minggu, karena air hangat dapat merelaksasi sfingter dan spasme.  Makan makanan yang berserat (25-30 gram sehari), dan menghindari obat-obatan yang dapat menyebabkan konstipasi.  Mengkonsumsi cairan (6-8 gelas sehari) Farmakologi  Anti Hemoroid supp 1x1  Vit K 3x1  B comp 2x1  Anjuran Hemoroidektomi d. Rehabilitatif  Pasien



disarankan



untuk



kerumah



sakit



untuk



dilakukan



pemeriksaan lebih lanjut  Menyarankan kepada pasien untuk menghindari faktor-faktor penyebab bertambah parahnya penyakit ini



Dinas Kesehatan Kota Jambi Puskesmas Tahtul Yaman Dr. Riyan irawan SIP. G1A216044



Dinas Kesehatan Kota Jambi Puskesmas Tahtul Yaman Dr. Riyan irawan SIP. G1A216044



Jambi, juli 2018



Jambi, juli 2018



R/ Anti Hemoroid No. III S I dd Supp I R/ Vit K 10 mg tab No. X S3 dd tab I R/ Vit Bcom 50 mg tab No. III S 1 dd tab 1



Pro : Umur : Resep tidak boleh ditukar tanpa sepengetahuan dokter



Pro : Umur : Resep tidak boleh ditukar tanpa sepengetahuan dokter



Dinas Kesehatan Kota Jambi Puskesmas Tahtul Yaman Dr. Riyan irawan SIP. G1A216044



Dinas Kesehatan Kota Jambi Puskesmas Tahtul Yaman Dr. Riyan irawan SIP. G1A216044



Jambi, juli 2018



Jambi, juli 2018



R/ Anti Hemoroid No. III S I dd Supp I R/ Vit K 10 mg tab No. X S3 dd tab I R/ Vit Bcom 50 mg tab No. III S 1 dd tab 1



Pro : Umur : Resep tidak boleh ditukar tanpa sepengetahuan dokter



Pro : Umur : Resep tidak boleh ditukar tanpa sepengetahuan dokter



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidales yang tidak merupakan keadaan patologis, hanya apabila menimbulkan keluhan atau penyulit diperlukan tindakan. Hemoroid adalah dilatasi varikosus vena dari plexus hemorrhoidal inferior dan superior. Hemoroid dibedakan menjadi dua, interna dan eksterna. Hemoroid interna adalah pleksus vena hemoroidales superior diatas garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa. Sering terdapat pada tiga posisi primer, yaitu kanan depan, kanan belakang, dan kiri lateral, sedangkan hemoroid yang lebih kecil terdapat diantara ketiga letak primer tersebut. Hemoroid eksterna merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid inferior yang terdapat di bagian distal garis mukokutan di dalam jaringan dibawah epitel anus . 2.2 Epidemiologi Sekitar 75% orang mengalami penyakit hemoroid setidaknya sekali seumur hidupnya, hemoroid banyak terjadi pada dewasa berusia 45 – 60 tahun, dan juga sering terjadi pada wanita hamil . 2.3 Etiologi dan Faktor Resiko Penyebab pasti timbulnya hemoroid masih belum pasti, hanya saja ada beberapa faktor pendukung terjadinya hemoroid, yaitu : 1. Anatomik : vena daerah anorektal tidak mempunyai katup dan pleksus hemoroidalis kurang mendapat sokongan dari otot dan fascia sekitarnya.



2. Umur : pada umur tua terjadi degenerasi dari seluruh jaringan tubuh, juga otot sfingter menjadi tipis dan atonis. 3. Keturunan : dinding pembuluh darah lemah dan tipis. 4. Pekerjaan : orang yang harus berdiri , duduk lama, atau harus mengangkat barang berat mempunyai predisposisi untuk hemoroid. 5. Mekanis : semua keadaan yang menyebabkan meningkatnya tekanan intra abdomen, misalnya penderita hipertrofi prostat, konstipasi menahun dan sering mengejan pada waktu defekasi. 6. Endokrin : pada wanita hamil ada dilatasi vena ekstremitas dan anus oleh karena ada sekresi hormone relaksin. 7. Fisiologi : bendungan pada peredaran darah portal, misalnya pada penderita sirosis hepatis. 2.4 Klasifikasi Diagnosa hemorrhoid dapat ditegakkan salah satunya dengan anoskopi. Anoskopi adalah pemeriksaan pada anus dan rektum dengan menggunakan sebuah spekulum. Pemeriksaan ini dapat menentukan letak dari hemorrhoid tersebut. Secara anoskopi, berdasarkan letaknya hemorrhoid terbagi atas : 1. Hemorrhoid eksterna Merupakan pelebaran dan penonjolan vena hemorrhoidalis inferior yang timbul di sebelah luar musculus sphincter ani. 2. Hemorrhoid interna Merupakan pelebaran dan penonjolan vena hemorrhoidalis superior dan media yang timbul di sebelah proksimal dari musculus sphincter ani. Kedua jenis hemorrhoid ini sangat sering dijumpai dan terjadi pada sekitar 35% penduduk yang berusia di atas 25 tahun. Hemorrhoid eksterna diklasifikasikan sebagai bentuk akut dan kronis. Bentuk akut dapat berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus yang merupakan suatu hematoma. Bentuk ini sering terasa sangat nyeri dan gatal karena ujung-ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri. Hemorrhoid eksterna kronis atau skin tag biasanya merupakan sequele dari hematoma akut.



Hemoroid interna dikelompokkan ke dalam 4 derajat, yakni: 1. Derajat I : bila terjadi pembesaran hemorrhoid yang tidak prolaps ke luar kanalis analis yang hanya dapat dilihat dengan anorektoskop. 2. Derajat II : pembesaran hemorrhoid yang prolaps dan menghilang atau dapat masuk kembali ke dalam anus secara spontan. 3. Derajat III : pembesaran hemorrhoid yang prolaps dimana harus dibantu dengan dorongan jari untuk memasukkannya kembali ke dalam anus. 4. Derajat IV : prolaps hemorrhoid yang yang permanen. Prolaps ini rentan dan cenderung mengalami trombosis dan infark. 2.5 Gejala Klinis Gejala klinis hemoroid dapat dibagi berdasarkan jenis hemoroid, yaitu : 1. Hemoroid Interna Gejala yang biasa adalah protrusio, pendarahan, nyeri tumpul dan pruritus. Trombosis atau prolapsus akut yang disertai edema atau ulserasi luar biasa nyerinya. Hemoroid interna bersifat asimtomatik, kecuali bila prolaps dan menjadi stangulata. Tanda satu-satunya yang disebabkan oleh hemoroid interna adalah pendarahan darah segar tanpa nyeri per rektum selama atau setelah defekasi. Gejala yang muncul pada hemoroid interna dapat berupa: 



Perdarahan Merupakan gejala yang paling sering muncul dan biasanya merupakan awal dari penyakit ini. Perdarahan berupa darah segar dan biasanya tampak setelah defekasi apalagi jika fesesnya keras. Selanjutnya perdarahan dapat berlangsung lebih hebat, hal ini disebabkan karena prolaps bantalan pembuluh darah dan mengalami kongesti oleh sphincter ani.







Prolaps Dapat dilihat adanya tonjolan keluar dari anus. Tonjolan ini dapat masuk kembali secara spontan ataupun harus dimasukan kembali oleh tangan.







Nyeri dan rasa tidak nyaman



Nyeri biasanya ditimbulkan oleh komplikasi yang terjadi (seperti fisura, abses dll) hemoroid interna sendiri biasanya sedikit saja yang menimbulkan nyeri. Kondisi ini dapat pula terjadi karena terjepitnya tonjolan hemoroid yang terjepit oleh sphincter ani (strangulasi). 



Keluarnya Sekret Walaupun tidak selalu disertai keluarnya darah, sekret yang menjadi lembab sehingga rawan untuk terjadinya infeksi ditimbulkan akan menganggu kenyamanan penderita dan menjadikan suasana di daerah anus.



2. Hemoroid Eksterna 



Rasa terbakar







Nyeri, jika terjadi thrombosis yang luas dengan udem dan radang.







Gatal atau pruritus anus.



2.6 Patogenesis



2.7 Diagnosis Banding Diagnosa banding untuk hemoroid dapat bermacam, tabel dibawah ini akan membaginya berdasarkan gejala klinis yang dapat muncul. Jenis Penyakit Fisura Anal



Nyeri



Perdarahan



Massa



Lainnya



+



+



-



Karsinoma Anal Abses Anorektal



-



+



+



Terdapat skin tag atau umbai kulit (radang kronik dengan bendungan limfe dan fibrosis pada kulit) Pembengkakan KGB sekitar



+



-



-



Hematom Perianal Ulseratif Prolaps Polip Kolorektal



+



+



+



-



+



+



Karsinoma rektum



-



+



+



Demam, leukositosis, penderita tidak dapat duduk di sisi bokong Sering terjadi pada orang yang mengangkat barang berat, leukositosis. Adanya gejala mual, muntah, dan konstipasi yang parah (jika ukurannya besar) Karsinoma rektum



2.8 Diagnosis Diagnosis hemoroid ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. 1. Anamnesa Pada anamnesa biasanya didapatkan pasien mengeluhkan adanya darah segar pada saat buang air besar, darah yang keluar bisa menetes dan bisa juga keluar terus menerus dan tidak bercampur dengan feses. Selain itu pasien juga akan mengeluhkan adanya gatal-gatal pada daerah anus. Serta keluhan adanya massa pada anus dan membuatnya merasa tidak nyaman, biasanya pada hemoroid interna derajat II dan hemoroid eksterna. Pasien juga akan mengeluhkan nyeri pada hemoroid interna derajat IV dan hemoroid eksterna.



Perdarahan yang disertai nyeri mengindikasikan hemoroid eksterna yang sudah mengalami trombosis. Biasanya hemoroid interna mulai menimbulkan gejala setelah terjadi prolapsus, sehingga mengakibatkan perdarahan, ulserasi, atau trombosis. Hemoroid eksterna juga bisa terjadi tanpa gejala atau dapat ditandai dengan nyeri akut, rasa tak nyaman, atau perdarahan akibat ulserasi dan thrombosis. 2. Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya pembengkakan vena yang mengindikasikan hemoroid eksterna atau hemoroid interna yang sudah mengalami prolaps, biasanya jika berupa prolapsnya hemoroid interna akan terlihat adanya mukus yang keluar saat pasien disuruh untuk mengedan. Jika pasien mengeluhkan perdarahan kemungkinan bisa menyebabkan anemia sekunder yang dapat dilihat dari konjungtiva palpebra pasien yang sedikit anemis, tapi hal ini mungkin terjadi. Daerah perianal juga diinspeksi untuk melihat ada atau tidaknya fisura, fistula, polip atau tumor. Pada rectal toucher juga dinilai ukuran, perdarahan dan tingkat keparahan inflamasi. Biasanya agak susah meraba hemoroid interna karena tekanan vena yang tidak tinggi dan biasanya tidak nyeri. Rectal toucher juga dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum. 3. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang yang dilakukan dapat berupa pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi apakah terjadi anemia pada pasien dan pemeriksaan anoskopi serta sigmoideskopi. Anoskopi dilakukan untuk menilai mukosa rektal dan mengevaluasi tingkat pembesaran hemoroid. Hasil anoskopi hemoroid interna yang tidak mengalami prolaps biasanya terlihat gambaran vascular yang menonjol keluar, dan apabila pasien diminta mengejan akan terlihat gambaran yang lebih jelas. Sedangkan dengan menggunakan sigmoideskopi dapat mengevaluasi kondisi lain sebagai diagnose banding untuk perdarahan rektal dan rasa tak nyaman seperti pada fisura anal dan fistula, colitis, polip rectal, dan kanker.



2.9 Penatalaksanaan 1. Terapi Non Farmakologi Dapat diberikan pada semua kasus hemoroid terutama hemoroid interna derajat 1, disebut juga terapi konservatif, diantaranya adalah :  Koreksi konstipasi dengan meningkatkan konsumsi serat (25-30 gram sehari), dan menghindari obat-obatan yang dapat menyebabkan konstipasi.  Meningkatkan konsumsi cairan (6-8 gelas sehari)  Menghindari mengejan saat buang air besar, dan segera ke kamar mandi saat merasa akan buang air besar, jangan ditahan karena akan memperkeras feses.  Rendam duduk dengan air hangat yang bersih dapat dilakukan rutin dua kali sehari selama 10 menit pagi dan sore selama 1 – 2 minggu, karena air hangat dapat merelaksasi sfingter dan spasme.  Tirah



baring



untuk



membantu



mempercepat



berkurangnya



pembengkakan. 2. Terapi Farmakologi 



Salep anastetik lokal







Kortikosteroid







Laksatif







Analgesik







Suplemen flavonoid, membantu mengurangi tonus vena dan mengurangi hiperpermeabilitas serta efek antiinflamasi (Acheson dan Schirfield, 2008)



3. Terapi Pembedahan Hemorrhoid Institute of South Texas (HIST) menetapkan indikasi tatalaksana pembedahan hemoroid antara lain : 



Hemoroid interna derajat II berulang







Hemoroid derajat III dan IV dengan gejala







Mukosa rektum menonjol keluar anus







Hemoroid interna derajat I dan II dengan penyakit penyerta seperti fisura







Kegagalan penatalaksanaan konservatif







Permintaan pasien



Adapun jenis pembedahan yang sering dilakukan yaitu : 



Skleroterapi Teknik ini dilakukan dengan menginjeksikan 5 % fenol dalam minyak



nabati yang tujuannya untuk merangsang. Lokasi injeksi adalah submukosa hemoroid. Efek dari injeksi adalah edema, reaksi inflamasi dengan proliferasi fibroblast dan thrombosis intravascular. Reaksi ini akan menyebabkan fibrosis pada submukosa hemoroid sehingga akan mencegah atau mengurangi prolapsus jaringan hemoroid. Terapi ini disertai anjuran makanan tinggi serat dapat efektif untuk hemoroid interna derajat I dan II. Menurut Acheson dan Scholfield pada tahun 2009, teknik ini murah dan mudah dilakukan, tetapi jarang dilaksanakan karena tingkat kegagalan yang tinggi. 



Ligasi dengan gelang karet (Rubber band ligation) Biasanya teknik ini dilakukan untuk hemoroid yang besar atau yang



mengalami prolaps. Dengan bantuan anuskop, mukosa diatas hemoroid yang menonjol dijepit dan ditarik atau dihisap kedalam tabung ligator khusus. Efek dari teknik ini adalah nekrosis iskemia, ulserasi, dan scarring yang akan menghasilkan fiksasi jaringan ikat ke dinding rektum. Komplikasi nya dapat terjadi perdarahan setelah 7-10 hari dan nyeri. 



Bedah beku Teknik bedah beku dilakukan dengan pendinginan hemoroid pada



suhu yang sangat rendah. Teknik ini tidak dipakai secara luas karena mukosa yg nekrosis sukar ditentukan luasnya. Teknik ini lebih cocok untuk terapi paliatif pada karsinoma rektum yang inoperable.







Hemoroidektomi Teknik dipakai untuk hemoroid derajat III atau IV dengan keluhan menahun, juga untuk penderita denga perdarahan berulang dan anemia yang tidak sembuh dengan terapi lain yang lebih sederhana. Prinsipnya adalah eksisi hanya dilakukan pada jaringan yang benar-benar berlebihan, dan pada anoderm serta kulit yang normal dengan tidak mengganggu sfingter anus. Selama pembedahan sfingter anus biasanya dilatasi dan hemoroid diangkat dengan klem atau diligasi dan kemudian dieksisi.







Tindak bedah lain -



Infrared thermocoagulation



-



Bipolar diathermy



-



Laser haemorrhoidectomy



-



Doppler ultrasound guided haemorrhoid artery ligation



-



Cryotherapy



-



Stappled hemorrhoidopexy



BAB III PEMBAHASAN Hubungan anamnesis, diagnosis dengan keadaan rumah Pasien tinggal di rumah semi permanen dengan luas bangunan sekitar 7x12 m, dan tinggi bangunan rumah ±3 meter. Dinding terbuat dari kayu, lantai dari kayu, dan atap terbuat dari seng. Pasien datang dengan keluhan keluar benjolan dari anus saat buang air besar sejak ± 5 hari sebelum berobat kepuskesmas. Berdasarkan anamnesis tidak ada hubungan antara keadaan rumah pasien dengan faktor risiko terjadinya hemoroid. Berdasarkan Hasil wawancara /pengamatan Keluarga /hubungan keluarga: Os tinggal bersama orang tua dan kakak. Hubungan os dengan anggota keluarga lain baik. Tidak ada hubungan antara keadaan keluarga dengan penyakit yang diderita pasien. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan lingkungan sekitar: Dari hasil anamnesa didapatkan bahwa os jarang mengkonsumsi makanan yang berserat seperti sayuran dan buah buahan. Pasien suka mengkonsumsi makanan pedas, dan minum kurang dari 8 gelas perhari dan pada saat buang air besar suka mengejan keras sampai berkeringat bahkan sampai merasa pusing.



Perilaku pasien yang tidak baik ini merupakan salah satu faktor risiko dari penyebab hemoroid. Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit Adapun faktor resiko atau etiologi yang didapat pada kasus ini yaitu, antara lain dari hasil anamnesa didapatkan bahwa os jarang mengkonsumsi makanan yang berserat seperti sayuran dan buah buahan. Pasien suka mengkonsumsi makanan pedas, dan minum kurang dari 8 gelas perhari dan pada saat buang air besar suka mengejan keras sampai berkeringat bahkan sampai merasa pusing. Prilaku pasien yang tidak baik ini merupakan salah satu faktor risiko dari penyebab hemoroid. Rencana Promosi dan pendidikan kesehatan kepada pasien dan kepada keluarga: 



Koreksi konstipasi dengan meningkatkan konsumsi serat (25-30 gram sehari), dan menghindari obat-obatan yang dapat menyebabkan konstipasi.







Meningkatkan konsumsi cairan (6-8 gelas sehari)







Menghindari mengejan saat buang air besar, dan segera ke kamar mandi saat merasa akan buang air besar, jangan ditahan karena akan memperkeras feses.







Menjelaskan pada pasien dan keluarga pasien bahwa tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan tindakan pembedahan pasien dapat lebih baik.



DAFTAR PUSTAKA 1. Silvia A.P, Lorraine M.W, Hemoroid, 2005. Dalam: Konsep – konsep Klinis Proses Penyakit, Edisi VI, Patofisiologi Vol.1. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal: 467 2. Susan Galandiuk, MD, Louisville, KY, A Systematic Review of Stapled Hemorrhoidectomy – Invited Critique, Jama and Archives, Vol. 137 No. 12, December, 2002, http://archsurg.ama.org/egi/content/extract. last update Desember 2009. 3. Anonim, 2004, Hemorhoid, http://www.hemorjoid.net/hemoroid galery.html. Last update Desember 2009. 4. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. Hemoroid, 2004 Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed.2, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal: 672 – 675 5. Werner Kahle ( Helmut Leonhardt,werner platzer ), dr Marjadi Hardjasudarma ( alih bahasa ), 1998, Berwarna dan teks anatomi Manusia Alat – Alat Dalam,Hal: 232 6. Mansjur A dkk ( editor ), 1999, Kapita selekta Kedokteran, Jilid II, Edisi III, FK UI, Jakarta,pemeriksaan penunjang: 321 – 324. 7. Linchan W.M,1994,Sabiston Buku Ajar Bedah Jilid II,EGC, Jakarta,hal 56 – 59 8. Brown, John Stuart, Buku Ajar dan Atlas Bedah Minor, alih Bahasa, Devi H, Ronardy, Melfiawati, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2001.



9. KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/187/2017 TENTANG FORMULARIUM RAMUAN OBAT TRADISIONAL INDONESIA



Ramuan obat tradisional untuk Wasir 9 Daun Wungu Graptophyllum pictum 1) Nama daerah: pudin, dangora, daun putri, puding pereda, daun ungu, daun temen temen, handeuleum, demung, tulak, wungu, karaton, karatong, temen, kabikabi, dango-dango 2) Bagian yang digunakan: daun 3) Manfaat: wasir 4) Larangan: kehamilan, menyusui, anak, dan kencing manis 5) Peringatan: belum dilaporkan 6) Efek samping: belum dilaporkan 7) Interaksi: obat kencing manis 8) Dosis: 1 x 7 lembar daun/hari 9) Cara pembuatan/penggunaan: bahan direbus dengan 2 gelas air sampai menjadi setengahnya, dinginkan, saring dan diminum sekaligus. Daun iler Coleus scutellariodes 1) Nama daerah a) Sumatera: sigresing (Batak), adong-adong (Palembang); b) Jawa: jawek kotok (Sunda), iler (Jawa Tengah); c) Sulawesi: ati-ati (Bugis), serewung (Minahasa). 2) Bagian yang digunakan: daun segar 3) Manfaat: wasir 4) Larangan: kehamilan, menyusui, dan anak 5) Peringatan: tekanan darah rendah dan tukak lambung 6) Efek samping: gangguan irama jantung, penurunan tekanan darah, sakit kepala dan muka merah 7) Interaksi: obat tekanan darah tinggi, obat pengencer darah, dan obat jantung, 8) Dosis: 1 x 25 g daun/hari. 9) Cara pembuatan/penggunaan: bahan direbus dengan 2 gelas air sampai menjadi setengahnya, dinginkan, saring dan diminum sekaligus.



Lampiran