Laporan Kasus Kejang Demam [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PRESENTASI KASUS



SEORANG ANAK LAKI-LAKI 17 BULAN DENGAN KEJANG DEMAM SEDERHANA DAN FARINGITIS AKUT



Oleh : Yessi Perlitasari



G0007173/K-13-12



Deni Tri Hananto



G0007190/K-14-12



Pembimbing : Fadillah ,dr, SpA, M.Kes



KEPANITERAAN KLINIK LAB / UPF ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA 2012



BAB I PRESENTASI KASUS



I. IDENTITAS PASIEN Nama



: An. R.J



Umur



: 17 bulan



Jenis Kelamin



: Laki-laki



Tanggal Lahir



: 20 Mei 2011



Agama



: Islam



Nama Ayah



: Tn. T



Pekerjaan Ayah



: Wiraswasta



Nama Ibu



: Ny. W



Pekerjaan Ibu



: Ibu Rumah Tangga



Alamat



: Karangdowo Klaten



Tanggal masuk



: 6 Oktober 2012



No. CM



: 01153910



II. ANAMNESIS Anamnesis diperoleh melalui aloanamnesis terhadap ibu pasien. A. Keluhan Utama Kejang B. Riwayat Penyakit Sekarang Kurang lebih 1 hari sebelum masuk rumah sakit pasien panas, panas mendadak tinggi. Panas disertai batuk, tidak ada pilek, tidak disertai muntah dan sesak napas. Kurang lebih 1 jam sebelum masuk rumah sakit, pasien kejang, kejang terjadi seluruh tubuh. Tangan dan kaki pasien kaku, mata melirik ke atas. Kejang berlangsung 1 kali selama 4 menit. Setelah kejang berhenti, pasien menangis. Kemudian oleh keluarga, pasien dibawa ke rumah sakit Dr. Moewardi. Di IGD pasien tidak kejang tetapi masih panas. Buang air besar



1



1 kali/hari, lembek, berwarna kuning. Buang air kecil warna kuning jernih terakhir 4 jam SMRS.



C. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat kejang sebelumnya karena panas



: disangkal



D. Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat kejang karena panas pada keluarga



: (+) ayah



Riwayat epilepsi



: (-)



E. Riwayat Kesehatan Keluarga Ayah



: sehat



Ibu



: sehat



F. Pemeliharaan Kehamilan dan Prenatal Pemeriksaan di



: Bidan



Frekuensi



: Trimester I



: 1x/ 1 bulan



Trimester II



: 2x/ 1 bulan



Trimester III



: 2x/ 1 minggu



Keluhan selama kehamilan: tidak ada Obat-obatan yang diminum selama kehamilan : vitamin dan tablet penambah darah.



G. Riwayat Kelahiran : Pasien lahir di bidan dengan berat badan lahir 3500 gram dan panjang 47 cm, lahir spontan, langsung menangis kuat segera setelah lahir, usia kehamilan 38 minggu.



H. Riwayat Postnatal Rutin ke puskesmas setiap bulan untuk menimbang badan dan mendapat imunisasi.



2



I.



Imunisasi Jenis



I



II



III



IV



-



-



-



1. BCG



1 bulan



2. DPT



2 bulan 3 bulan



4 bulan



3. Polio



2 hari



3 bulan



4. Campak



9 bulan



5. Hepatitis B



Lahir



2 bulan 2 bulan



4 bulan



3 bulan



-



Kesimpulan : imunisasi dasar lengkap sesuai Depkes, tidak sesuai IDAI 2010



J. Riwayat Petumbuhan dan Perkembangan Motorik Kasar Mengangkat kepala



: 3 bulan



Tengkurap kepala tegak



: 4 bulan



Duduk sendiri



: 6 bulan



Berdiri sendiri



: 11 bulan



Berjalan



: 13 bulan



Bahasa Bersuara “aah/ooh”



: 2,5 bulan



Berkata (tidak spesifik)



: 8,5 bulan



Motorik halus Memegang benda



: 3,5 bulan



Personal sosial Tersenyum



: 2 bulan



Mulai makan



: 6 bulan



Tepuk tangan



: 9 bulan



Kesan



: pertumbuhan dan perkembangan sesuai usia



L. Riwayat Makan Minum Anak 1. Usia 0-6 bulan : ASI diselingi dengan ASB, frekuensi minum ASI dan ASB tiap kali bayi menangis dan tampak kehausan, sehari biasanya lebih dari 8 kali dan lama menyusui 10 menit, bergantian kiri kanan.



3



2. Usia 6-8 bulan : bubur susu 2-3 kali sehari satu mangkok kecil, dengan diselingi dengan ASI jika bayi lapar. Buah pisang/pepaya sekali sehari satu potong (siang hari). 3. Usia 8-12 bulan : nasi tim 3 kali sehari satu mangkok kecil dengan sayur hijau/wortel, lauk ikan /tempe, dengan diselingi dengan ASI jika bayi masih lapar. Buah pepaya/pisang sehari 2 potong. 4. Usia 1 tahun - sekarang : diperkenalkan dengan makanan dewasa dengan sayur bervariasi dan lauk ikan, ayam /tempe, porsi menyesuaikan, 3 kali sehari. ASI masih tapi hanya kadang-kadang. Buah pepaya/pisang/jeruk jumlah menyesuaikan. Kesan : kualitas dan kuantitas cukup



M. Riwayat Keluarga Berencana : Ibu penderita tidak mengikuti program KB.



N. Pohon Keluarga I



II



An. R. J, ♂, 17 bulan, 10 kg, 76 cm



III



Pasien merupakan anak pertama. Ayah dan ibu menikah satu kali. Riwayat keluarga dengan riwayat kejang demam (+) pada ayah pasien.



III. PEMERIKSAAN FISIK Keadaan Umum Keadaan umum



: sedang



Derajat kesadaran



: kompos mentis



Status gizi



: kesan gizi baik



4



Tanda vital BB



: 10 kg



TB



: 76 cm



Nadi



: 120 x/menit, reguler, isi tegangan cukup



Pernafasan



: 32x/menit, tipe thorakoabdominal



Suhu



: 38,2º C (per axiler)



Kulit



: Warna sawo matang, kelembaban cukup, ujud kelainan kulit (-)



Kepala



: Bentuk mesocephal, rambut hitam sukar dicabut, distribusi merata, UUB sudah menutup, LK= 49 cm (-2 SD < LK < 0 SD)



Mata



: Mata cekung (-/-), konjungtiva pucat (-/-),sklera ikterik (-/-), pupil isokor (2mm/2mm), reflek cahaya (+/+)



Hidung



: Bentuk normal, nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-)



Mulut



: Bibir sianosis (-), mukosa basah (+)



Telinga



: Bentuk normal, sekret(-).



Tenggorok



: Uvula ditengah, tonsil hiperemis (-), T1-T1 , faring hiperemis (+)



Leher



: Trakea di tengah, kelenjar getah bening tidak membesar



Lymphonodi



: Retroaurikuler



: tidak membesar



Submandibuler Thorax



: tidak membesar



: normochest, retraksi (-), gerakan simetris kanan kiri



Cor Inspeksi



: Iktus kordis tidak tampak



Palpasi



: Iktus kordis tidak kuat angkat



Perkusi



: Batas jantung kesan tidak membesar Kanan atas : SIC II LPSD Kanan bawah: SIC IV LPSD Kiri bawah : SIC IV LMCS



Auskultasi



: BJ I-II intensitas normal, reguler, bising (-)



Pulmo Inspeksi



: Pengembangan dada kanan =kiri



Palpasi



: Fremitus raba kanan =kiri



Perkusi



: Sonor / Sonor di semua lapang paru



5



Batas paru-hepar



: SIC V kanan



Batas paru-lambung : SIC VI kiri



Auskultasi



Redup relatif di



: SIC V kanan



Redup absolut



: SIC VI kanan (hepar)



: SD vesikuler (+/+), RBK (-/-), RBH (-/-)



Abdomen Inspeksi



: dinding dada setinggi dinding perut



Auskultasi



: peristaltik (+) meningkat



Perkusi



: tympani



Palpasi



: nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba, turgor kembali cepat.



Urogenital



: dalam batas normal



Ekstremitas



:



Akral dingin



-



Sianosis



-



Oedem



-



-



-



-



Wasting -



-



ADP teraba kuat CRT 15 menit) sangat berbahaya dan dapat menimbulkan kerusakan permanen dari otak.4



7. DIAGNOSIS a. Anamnesis 1.) Adanya kejang , jenis kejang, kesadaran, lama kejang, suhu sebelum/saat kejang, frekuensi, interval, pasca kejang, penyebab demam diluar susunan saraf pusat. 2.) Riwayat perkembangan, kejang demam dalam keluarga, epilepsi dalam keluarga. 3.) Singkirkan penyebab kejang lainnya. b. Pemeriksaan fisik : kesadaran, suhu tubuh, tanda rangsal meningeal, tanda peningkatan tekanan intrakranial, tanda infeksi di luar SSP.6 c. Pemeriksaan Penunjang



15



1.) Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam, tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam, atau keadaan lain misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai demam. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan misalnya darah perifer, elektrolit dan gula darah.5 2.) Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. Resiko terjadinya meningitis bakterialis adalah 0,6%-6,7%. Pada bayi kecil seringkali sulit untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosis meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Oleh karena itu pungsi lumbal dianjurkan pada ; bayi kurng dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan, bayi antara 12-18 bulan dianjurkan, bayi > 19 bulan tidak rutin. Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal. 5 3.) Elektroensefalografi (EEG) Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi berulangnya kejang atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang demam. Oleh karenanya tidak direkomendasikan. Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam tidak khas misalnya kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun atau kejang demam fokal.5 4.) Pencitraan Foto X- ray kepala dan pencitraan seperti computed tomography scan (CT-scan) atau magnetic resonance imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan, tidak rutin dan hanya atas indikasi seperti ; kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis), paresis nervus VI, papil edema.5



16



8. DIAGNOSIS BANDING Penyebab lain kejang yang disertai demam harus disingkirkan, khususnya meningitis atau ensefalitis. Pungsi Lumbal teriondikasi bila ada kecurigaan klinis meningitis. Adanya sumber infeksi seperti ototis media tidak menyingkirkan meningitis dan jika pasien telah mendapatkan antibiotika maka perlu pertimbangan pungsi lumbal. 2



9. PENATALAKSANAAN a.



Penatalaksanaan saat kejang Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien datang kejang sudah berhenti. Apabila datang dalam keadaan kejang obat yang paling cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam intravena adalah 0,3 -0,5 mg/kg perlahan –lahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 20 mg. Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau dirumah adalah diazepam rektal. Diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg. Atau Diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak dibawah usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak diatas usia 3 tahun.5 Bila setelah pemberian Diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit. Bila setelah 2 kali pemberian Diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan ke rumah sakit. Di rumah sakit dapat diberikan Diazepam intravena dengan dosis 0,3-0,5 mg/kg. Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena dengan dosis awal 10-20 mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg/kg/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/hari, dimulai 12 jam setelah dosis awal. Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti maka pasien harus dirawat di ruang rawat intensif. Bila kejang



17



berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis kejang demam apakah kejang demam sederhana atau kompleks dan faktor resikonya.5



b. Pemberian obat pada saat demam 1. Antipiretik Tidak



ditemukan



bukti



bahwa



penggunaan



antipiretik



mengurangi resiko terjadinya kejang demam, namun para ahli di Indonesia sepakat bahwa antipiretik tetap dapat diberikan. Dosis Paracetamol yang digunakan adalah 10-15 mg/kg/kali diberikan 4 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali. Dosis Ibuprofen 5-10 mg/kg/kali, 3-4 kali sehari. Meskipun jarang, asam asetilsalisilat dapat menyebabkan sindrom Reye terutama pada anak kurang dari 18



bulan,



dianjurkan.



sehingga



penggunaan



asam



asetilsalisilat



tidak



2,3,5



2. Antikonvulsan Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat demam menurunkan resiko berulangnya kejang pada 30% -60% kasus, begitu pula dengan diazepam rektal dosis 0,5 mg/kg setiap 8 jam pada suhu > 38,5oC. Dosis tersebut cukup tinggi dan menyebabkan ataksia, iritabel dan sedasi yang cukup berat pada 2539% kasus. Fenobarbital, karbamazepin dan fenitoin pada saat demam tidak berguna untuk mencegah kejang demam.



c. Pemberian Obat Rumat 1. Indikasi Pemberian obat Rumat Pengobatan rumat diberikan bila kejang demam menunjukkan ciri sebagai berikut (salah satu) ; - Kejang lama > 15 menit - Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy, retardasi mental, hidrocephalus.



18



- Kejang fokal Pengobatan rumat dipertimbangkan bila ; kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam, kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan, kejang demam ≥ 4 kali per tahun.5 2. Jenis Antikonvulsan untuk Pengobatan Rumat Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam menurunkan risiko berulangnya kejang. Berdasarkan bukti ilmiah bahwa kejang demam tidak berbahaya dan penggunaan obat dapat menyebabkan efek samping, maka pengobatan rumat hanya diberikan terhadap kasus selektif dan dalam jangka pendek. Pemakaian fenobarbital setiap hari dapat menimbulkan gangguan perilaku dan kesulitan belajar pada 40-50% kasus. Obat pilihan saat ini adalah asam valproat. Pada sebagian kecil kasus, terutama yang berumur kurang dari 2 tahun asam valproat dapat menyebabkan gangguan fungsi hati. Dosis asam valproat 15-40 mg/kg/hari dalam 2-3 dosis, dan fenobarbital 3-4 mg/kg per hari dalam 1-2 dosis. Pengobatan rumat diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan.5



10. EDUKASI PADA ORANG TUA Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. Pada saat kejang sebagian besar orang tua beranggapan bahwa anaknya telah meninggal. Kecemasan ini harus dikurangi dengan cara yang diantaranya : a. Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik b. Memberitahukan cara penanganan kejang c. Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali d. Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harus diingat adanya efek samping obat.4,5 Beberapa hal yang harus dikerjakan bila kembali kejang a. Tetap tenang dan tidak panik.



19



b. Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher. c. Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring. Bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun kemungkinan lidah tergigit, jangan memasukkan sesuatu ke dalam mulut. a. Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang. b. Tetap bersama pasien selama kejang. c. Berikan diazepam rektal, dan jangan diberikan bila kejang telah berhenti. d. Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih .5



11. VAKSINASI Sejauh ini tidak ada kontra indikasi untuk melakukan vaksinasi terhadap anak yang mengalami kejang demam. Kejang setelah demam karena vaksinasi



jarang.



Kejang



demam



pasca



imunisasi



tidak



memiliki



kecenderungan berulang yang lebih besar daripada kejang demam pada umumnya. Dan kejang demam pasca imunisasi kemungkinan besar tidak akan berulang pada imunisasi berikutnya. Angka kejadian pasca vaksinasi DPT adalah 6-9 kasus per 100.000 anak yang divaksinasi, Risiko ini tinggi pada hari imunisasi, dan menurun setelahnya.5,7 Sedangkan setelah vaksinasi MMR 25-34 per 100.000, resiko meningkat pada hari 8-14 setelah imunisasi.7 Dianjurkan untuk memberikan diazepam oral atau rektal bila anak demam, terutama setelah vaksinasi DPT atau MMR. Beberapa dokter anak merekomendasikan parasetamol pada saat vaksinasi hingga 3 hari kemudian.5



12. PROGNOSIS Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan.8 Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang sebelumnya normal. Penelitian lain secara retrospektif melaporkan kelainan neurologis pada sebagian kecil kasus, dan kelainan ini



20



biasanya terjadi pada kasus dengan kejang lama atau kejang berulang baik umum atau fokal. Kematian karena kejang demam tidak pernah dilaporkan.5,9



BAGAN PENGHENTIAN KEJANG DEMAM KEJANG



1. Diazepam rektal 0,5 mg/kgBB atau BB < 10 kg = 5 mg, BB > 10 kg = 10 mg 2. Diazepam IV 0,3-0,5 mg/kgBB



KEJANG Diazepam rektal ( 5 menit ) Di Rumah Sakit



KEJANG Diazepam IV, Kecepatan 0,5-1 mg/menit (3-5 menit) (depresi pernapasan dapat terjadi)



KEJANG Fenitoin bolus IV 10-20 mg/kgBB Kecepatan 0,5 -1 mg/kgBB/menit



KEJANG Transfer ke Ruang Rawat Intensif



KETERANGAN : 1. Bila kejang berhenti terapi profilaksis intermitten atau rumatan diberikan berdasarkan kejang demam sederhana atau kompleks dan faktor resikonya. 2.



Pemberian fenitoin bolus sebaiknya secara drip intravena dicampur dengan cairan NaCl fisiologis, untuk mengurangi sfek samping aritmia dan hipotensi.6



21



BAB III ANALISIS KASUS



Diagnosis kejang demam kompleks pada kasus ini berdasarkan : a. Anamnesis -



kejang (1 kali, tidak berulang kurang dari 24 jam, lama kejang 4 menit, setelah kejang pasien menangis)



-



panas yang mendadak tinggi



b. Pemeriksaan fisik Kami dapatkan suhu 38,2oC per axiler, faring hiperemis. Tidak didapatkan reflek patologis maupun meningeal sign. c. Pemeriksaan Penunjang Penyebab dari kejang demam pada pasien kemungkinan berasal dari infeksi faringitis akut.



Penatalaksanaan pada pasien ini yaitu diberikan parasetamol 100 mg untuk mengatasi demam, kemudian diberikan juga injeksi diazepam 3 mg secara intravena jika terjadi kejang. Pemberian diazepam ini digunakan sebagai obat potong kejang. Edukasi yang diberikan kepada keluarga mengenai penyakit ini adalah bahwa kejang dapat timbul kembali jika pasien panas. Oleh karena itu, keluarga pasien harus sedia obat penurun panas, termometer, dan kompres hangat jika pasien panas. Dan perlu dijelaskan alasan pemberian obat rumatan adalah untuk menurunkan resiko berulangnya kejang. Lama pengobatan rumatan adalah 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara bertahap selama 1 sampai 2 bulan.



22



DAFTAR PUSTAKA



1. Arif Mansjoer., d.k.k,. 2000. Kejang Demam di Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius FKUI. Jakarta. 2. Behrem RE, Kliegman RM,. 1992. Nelson Texbook of Pediatrics. WB Sauders.Philadelpia. 3. Hardiono D. Pusponegoro, Dwi Putro Widodo dan Sofwan Ismail. 2006. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. Badan Penerbit IDAI. Jakarta 4. Hardiono D. Pusponegoro, dkk,.2005. Kejang Demam di Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Badan penerbit IDAI. Jakarta 5. Staf Pengajar IKA FKUI. 1985. Kejang Demam di Ilmu Kesehatan Anak 2. FKUI. Jakarta.



23