Laporan Kasus Komunitas Coc Osoc Tiyas 1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN KASUS COC (CONTINUITY OF CARE) ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS



Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktek Kebidanan Komunitas Semester I Profesi Bidan



Oleh : RAUSAH S.ST NIM:2082B0138



PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN IIK STRADA INDONESIA 2020



PERSETUJUAN Asuhan kebidanan pada ibu hamil trimester III di BPM Rausah S.ST Desa Pandu Senjaya Kecamatan Pangkalan Lada Kabupaten Kotawaringin Barat telah disetujui oleh pembimbing penyusunan asuhan pada : Hari/tanggal :



Tanggal



November



2020 Kediri , Mahasiswa TTD RAUSAH S.ST



MENGETAHUI Dosen pembimbing I



Anggrawati wulandari S.ST,M.Kes NIK.13.07.12.1.44



Pembimbing lahan II



Dasariyah S.Tr keb SKM NIP.197512142005012010



ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN (COC) PADA Ny.Ari Purnandari



1.



Asuhan Kehamilan Pengkajian Tanggal



: 01 januari 2021



Waktu



: 15.15 wib WIB



Tempat



:



a.



Data Subjektif 1) Biodata Nama ibu



: Ny. A



Umur



: 33 Tahun



Agama



: Islam



Pendidikan



: S1



Pekerjaan



: Pegawai Honorer



Alamat



: Ds. Pandu Senjaya RT 08/02



Identitas penanggung jawab Nama



: Tn. A



Umur



: 33 Tahun



Agama



: Islam



Pendidikan



: S1



Pekerjaan



: Pegawai Honorer



Alamat



: Ds. Pandu.Senjaya RT 08/02



2) Alasan datang Ibu mengatakan ingin memeriksakan Kehamilanya. 3) Keluhan utama Ibu mengatakan sering mengalami nyeri pada punggungnya sejak 1 minggu tanggal 01 januari 2021, jika dibuat istirahat nyerinya masih terasa dan mengganggu aktivitas. 4) Riwayat kesehatan yang lalu : a)



Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti PMS (gonorea atau sifilis), TBC, dan hepatitis.



b) Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menahun seperti jantung, paru-paru, dan ginjal. c)



Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menurun seperti diabetes mellitus, hipertensi, asma.



d) Ibu mengatakan tidak pernah menjalani operasi apapun. e)



Ibu mengatakan tidak memiliki alergi obat maupun makanan apapun.



5) Riwayat kesehatan keluarga : a)



Ibu mengatakan dalam keluarga ibu dan suami tidak ada yang menderita penyakit menular seperti PMS (gonorea atau sifilis), TBC, dan hepatitis.



b) Ibu mengatakan dalam keluarga ibu dan suami tidak ada yang menderita penyakit menahun seperti jantung, paruparu dan ginjal.



c)



Ibu mengatakan dalam keluarga ibu dan suami tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti diabetes mellitus, hipertensi dan asma.



d) Ibu mengatakan dalam keluarga ibu dan suami tidak ada yang memiliki keturunan kembar dan cacat bawaan. 6) Riwayat kesehatan sekarang : a)



Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menular seperti PMS (gonorea atau sifilis), TBC dan hepatitis.



b) Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menahun seperti jantung, paru-paru dan ginjal. a)



Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menurun seperti diabetes mellitus, hipertensi, dan asma.



b) Ibu mengatakan tidak sedang menjalani pengobatan apapun dan mengkonsumsi obat-obatan tertentu. 7) Riwayat pernikahan Ibu mengatakan menikah 1 kali pada usia 26 tahun, lama pernikahan 3 tahun, status pernikahan sah menurut agama dan undang-undang. 8) Riwayat obstetri a)



Riwayat haid (1) (2) (3) (4) (5) (6)



Menarche Lama Siklus Jumlah Dismenorrhoe Flour Albus



: 15 tahun : ± 7 hari : ± 28 hari : ± 3-2 kali ganti pembalut : tidak ada : tidak ada



(7) HPHT : 22 April 2020 b) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu Tabel 4.1. Riwayat Kehamilan, Persalinan Dan Nifas yang Lalu Tgl/t Umur N h Jenis Kehamila o partu partus n s 1. 2017 Aterm Spontan



c)



BBL Penolon Jenis Keadaan Umur Keadaan (gram g kelamin nifas anak anak ) Bidan



2700 perempu Baik an



3 tahun



Sehat



Riwayat kehamilan sekarang (1) GPA



:



Ibu



mengatakan



kehamilan



kedua,



ini sudah



pernah melahirkan satu kali dan belum pernah keguguran (2)



Umur kehamilan



:



(G2P1A0). Ibu mengatakan kehamilannya



(3) HPL (4) ANC (5) Tempat ANC (6) Imunisasi TT



usia



9 bulan (37



: :



minggu). 27 januari 2021. 10 kali, TM I 2X, TMII 5X,



: :



TM III 3X. Bidan, Puskesmas. TT1 : SD kelas 1 (BIAS). TT2 : SD kelas 2 (BIAS). TT3 : SD kelas 3 (BIAS). TT4 : Capeng (Puskesmas) TT5 : Hamil ini, UK 16



(7) Keluhan hamil muda



:



Minggu (Puskesmas). Ibu mengatakan saat hamil muda muntah



Mengalami sampai



mual umur



(8) Keluhan hamil tua



:



kehamilan 3 bulan. Ibu mengatakan sejak



1



minggu yang lalu ibu sering mengalami nyeri pada daerah (9) Mulai merasakan



:



gerakan janin



punggungnya. Ibu mengatakan



mulai



merasakan



janin



pada (10) Jumlah gerakan



:



janin dalam 2-3 jam (11) BB sebelum hamil (12) Terapi/obat/jamu



gerakan



umur



kehamilan



4



bulan. Ibu mengatakan merasakan gerakan janin 2-3 kali.



: :



yang dikonsumsi



55 Kg. Ibu mengatakan mengkonsumsi dari



bidan



hanya



obat-obatan dan



tidak



mengkonsumsi jamu. (13) Pengambilan



:



keputusan (14) Kekhawatiran



:



Suami. Tidak ada.



khusus (15) Pesan khusus



:



Tidak ada.



9) Riwayat KB : Ibu mengatakan menggunakan alat kontrasepsi suntik 3 bulan dan rencananya ibu ingin memakai alat kontrasepsi implan. 10) Pola kehidupan sehari-hari a)



Pola nutrisi



Tabel 4.2. Pola Nutrisi Sebelum hamil 3 X sehari 1 piring sedang Nasi, sayur, lauk pauk, dan buah Nasi, sayur (daun bayam, soup,kacang), lauk (tahu, tempe,ikan), buah (pisang, jeruk)



Makan Porsi Jenis



: : :



Macam



:



Keluhan Minum Jenis Keluhan



: : Tidak ada : ±4-5 gelas/ hari : Air putih, teh, kopi Tidak ada



Selama hamil 4 X sehari 1 piring sedang Nasi, sayur, lauk pauk, dan buah Nasi, sayur (soup,bayam,kacang) lauk (ayam,ikan laut,tahu, tempe), buah (jeruk, pisang, pepaya) Tidak ada ±8 gelas/ hari Air putih, teh Tidak ada



b) Pola eliminasi Tabel 4.3. Pola Eliminasi Sebelum hamil 2-3 hari sekali Lembek Kekuningan Khas Tidak ada 4-5 X sehari Bening ±1100 cc Khas Tidak ada



BAB Konsistensi Warna Bau Keluhan BAK Warna Jumlah Bau Keluhan



c)



Selama hamil 1X sehari Lembek Kuning kecoklatan Khas Tidak ada ±8 X sehari Bening ±1200 cc Khas Tidak ada



Pola personal hygiene Tabel 4.4. Pola Personal Hygiene Mandi Keramas Gosok gigi Ganti pakaian Ganti celana dalam



Sebelum hamil 2 x sehari 2 hari sekali 2 x sehari 2 X sehari 2 X sehari Dari depan



Selama hamil 3 x sehari 2 hari sekali 2 x sehari 3 X sehari 3-4 X sehari Dari depan



Cara cebok



kebelakang



kebelakang



d) Pola istirahat Tabel 4. 5. Pola Istirahat Tidur malam Tidur siang Keluhan



e)



Sebelum hamil 9 jam 1 jam Tidak ada



Selama hamil 4-5 jam 1 jam Nyeri pada punggung



Pola aktivitas Sebelum hamil : Ibu mengatakan aktivitas sebelum hamil yaitu melakukan aktivitas seperti ibu rumah tangga pada umumnya yaitu menyapu, mengepel, mencuci, memasak dan mengurus anak tanpa di bantu oleh suami ataupun keluarga. Keluhan : tidak ada Selama hamil : Ibu mengatakan selama hamil tetap melakukan pekerjaan rumah tangga namun dibantu oleh adik perempuannya Keluhan



:punggung ibu sering nyeri saat digunakan



untuk beraktivitas. f)



Pola hubungan seksual Sebelum hamil : ibu mengatakan melakukan hubungan suami istri seminggu sekali Keluhan : tidak ada Selama hamil : ibu mengatakan melakukan hubungan suami istri sebulan sekali Keluhan : tidak ada



11) Data psikologis Ibu mengatakan senang dengan kehamilannya, suami dan keluarga juga senang dan mendukung kehamilan ini. 12) Data sosial budaya Ibu mengatakan hubunganya dengan suami, keluarga dan masyarakat baik, dan ibu mengatakan tidak mengikuti tradisi seperti menggantungkan gunting kuku pada pakaian, dan tidak ada pantangan makanan tertentu. 13) Data ekonomi Ibu mengatakan penghasilan suami cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan ibu mengatakan memiliki kartu KIS untuk persiapan pembiayaan persalinan. 14) Data pengetahuan Ibu mengatakan sudah pernah mendapatkan mengenai tanda bahaya kehamilan TM III, persiapan persalinan, dan ibu mengatakan belum mengerti mengenai tanda-tanda persalinan dan IMD. b.



Data Objektif 1) Keadaan umum a)



Kesadaran



: Baik. : Composmentis.



b) Tanda-tanda vital : Tekanan Darah



: 100/60 mmHg.



Nadi



: 80 x/menit.



c)



Pernapasan



: 23 x/menit.



Suhu



: 36,50C.



Tinggi badan



: 155 cm.



d) Berat badan



: 63 Kg.



e)



: 26 cm.



LiLA



2) Status present a)



Kepala



: : bentuk



mesochepal,



kulit



kepala



bersih, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan. b) Rambut



: hitam, bersih, tidak rontok, lurus



c)



: tidak pucat, tidak oedema, tidak



Muka



ikterik, tidak ada cloasma gravidarum d) Mata



: simetris, conjungtiva tidak anemis, sclera berwarna putih (tidak ikterik), reflek pupil kanan (+) dan kiri (+).



e)



Hidung



: simetris, tidak ada pembengkakan, tidak ada secret, tidak ada nyeri tekan.



f)



Mulut



: bibir tidak pucat, tidak ada sariawan, lidah bersih, tidak ada caries gigi, tidak ada pembengkakan pada tonsil dan tidak ada radang.



g) Telinga



: simetris, bersih, tidak ada serumen, tidak ada nyeri tekan, pendengaran telinga kanan (+) dan telinga kiri (+).



h) Leher



: tidak ada nyeri tekan pada leher, tidak ada pembengkakan pada kelenjar thyroid, limfe, parotis dan vena jugularis.



i)



Dada



: simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada nyeri tekan, tidak terdengar ronchi ataupun whezing.



j)



Payudara



: simetris, areola menghitam melebar, puting menonjol, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan



k) Perut (1) Inspeksi



: : Perut membesar sesuai dengan usia kehamilan, tidak ada luka bekas operasi, terdapat strie, terdapat linea nigra, tidak ada nyeri tekan



(2) Palpasi Leopold I



: : TFU setinggi prosessus xifoideus teraba satu bagian bulat, lunak, tidak



melenting



(kemungkinan



bokong



janin) Leopold II



: kanan : teraba bagian-bagian kecil janin



(kemungkinan



ekstremitas



janin) Kiri



:



teraba



tahanan



keras



memanjang (kemungkinan punggung janin) Leopold III



: teraba



satu



melenting



bagian



bulat,



(kemungkinan



keras, kepala



janin) dan tidak bisa digoyangkan. Leopold IV



: Divergen



Penurunan bagian terbawah janin : 3/5 bagian (3) Auskultasi



: DJJ



frekuensi



11-12-12,



jumlah:



140x/menit, irama reguler, punctum maximum di perut kiri bawah pusat.



l)



(4) TFU



: 24 cm.



(5) TBJ



: (26 -11) x 155 = 2600 gram.



Punggung



: tidak



ada



kelainan



pada



tulang



belakang, tidak ada nyeri ketuk pada costo



vertebra



(CVAT-/-). m) Genitalia



: tidak dilakukan.



n) Anus



: tidak dilakukan.



angulus



tendernes



o) Ekstremitas



:



(1) Atas



: tidak ada edema, turgor kulit baik, kukutidak pucat dan tidak panjang



(2) Bawah



: tidak ada edema, tidak ada varises, kuku tidak panjang dan tidak pucat, pergerakan aktif.



(3) Patella refleks : kaki kanan (+), kaki kiri (+). 3) Pemeriksaan panggul luar : tidak dilakukan. 4) Pemeriksaan penunjang



:



Pemeriksaan laboratorium tanggal 1 Januari 2021



c.



Hb



: 11 g/dl



Golongan darah



: A Rhesus +



HbsAg



: Negatif



Protein Urine



: Negatif



Reduksi Urine



: Negatif



Assesment 1) Diagnosis Kebidanan G2P1A0 umur 33 tahun usia kehamilan 41 minggu tunggal hidup intra uterin letak bujur puki preskep U. 2) Masalah Nyeri punggung 3) Diagnosis/ masalah potensial dan antisipasi segera Tidak ada 4) Kebutuhan terhadap tindakan segera



Tidak ada d.



PLANNING 1) Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan 2) Beri KIE tentang nyeri punggung (ketidaknyamanan ibu hamil TM 3) 3) Ingatkan tentang tanda bahaya kehamilan lanjut 4) Ingatkan ibu kembali tentang tanda-tanda persalinan 5) Ingatkan ibu kembali tentang persiapan persalinan 6) Ingatkan ibu kembali tentang IMD 7) Anjurkan ibu untuk melanjutkan terapi yang diberikan bidan a)



Tablet FE



b) Kalk c)



Vitamin C



8) Beritahu ibu jadwal kunjungan ulang 1 minggu lagi pada tanggal 06 januari 2021 atau apabila ada keluhan.



Catatan Implementasi Tanggal Jam



JAM 15.15 WIB



15.20 WIB



: 01 Januari 2021 : 11.00 WIB Tabel 4. 6. Catatan implementasi IMPLEMENTASI JAM EVALUASI 1. Memberitahu tentang 15.17 1. Ibu sudah mengerti hasil pemeriksaan bahwa WIB bahwa kondisi ibu dan kondisi ibu dan janin baik janin baik 2. Memberikan KIE tentang 15.28 2. Ibu sudah mengerti nyeri punggung : WIB mengenai penyebab nyeri a. Faktor- faktor yang punggung dan dapat menyebabkan nyeri menyebutkan cara punggung yaitu: mengatasinya meningkatnya hormon progesteron, meningkatnya lengkung tulang belakang saat uterus terus membesar, penambahan ukuran payudara, keletihan, sikap tubuh yang kurang baik. b. Tanda dan gejala nyeri punggung yaitu nyeri/sakit yang dirasakan pada sepanjang punggung bawah, bokong dan sepanjang kaki, rasa sakit pada punggung yang sering saat memutar tulang belakang dan panggul kearah berlawanan, seperti saat mengganti posisi tidur. c. Hal-hal yang harus diwaspadai akibat nyeri punggung yaitu rasa nyeri hebat di abdomen, tidak bisa obstruksi, rasa nyeri di kuadran perut kanan bawah (appendicitis),



sakit menjalar ke betis dan kaki d. Cara menangani nyeri punggung yaitu 1) Postur tubuh yang baik 2) Mekanika tubuh yang tepat saat mengangkat beban 3) Hindari membungkuk berlebihan 4) hindari berjalan dan mengangkat beban tanpa istirahat. 5) miringkan punggung 6) hindari menggunakan sepatu bertumit tinggi 15.30 WIB



3. Mengingatkan tentang 15.35 3. Ibu sudah mengerti tanda bahaya pada WIB tentang tanda dan bahaya kehamilan lanjut yaitu: kehamilan dengan tanda gejala preeklamsia, ibu dapat menjelaskan gerakan janin kurang, kembali penjelasan bidan. perdarahan pervaginam, ketuban pecah dini, dan demam. a. Gejala preeklmasia yaitu pandangan mata kabur, sakit kepala yang berat dan menetap, nyeri ulu hati, bengkak pada muka dan tangan, dan bahayanya terhadap ibu yaitu kejang, kematian sedangkan janin akan terjadi gawat janin dan kematian. b. Gerakan janin yang berkurang dari 10x/12 jam dan bahayanya terhadap janin yaitu gawat janin dan



kematian dalam rahim. c. Perdarahan pervaginam baik bercak maupun mengalir yang bisa disebabkan karena solusio plasenta atau terlepasnya plasenta dari tempat penempelanya (disertai nyeri perut), plasenta previa atau plasenta menutupi jalan lahir (tidak disertai dengan nyeri perut) dan bahayanya terhadap ibu yaitu syok hemoragi/hipovolemik , kematian maupun janinnya yaitu gawat janin dan kematian. 15.38 WIB



4. Tanda-tanda persalinan: 15.40 4. Ibu sudah mengerti a. Perut terasa kenceng- WIB mengenai tanda-tanda kenceng lama dan persalinan dan dapat sering menyebutkanya serta ibu b. Keluar lendir darah juga bersedia datang ke c. Keluar air ketuban fasilitas kesehatan apabila menganjurkan kepada mendapati salah satu ibu agar segera datang ke tanda tersebut. tempat persalinan/fasilitas kesehatan bila mengalami salah satu tanda persalinan tersebut.



15.40 WIB



5. Mengingatkan ibu 15.42 5. Ibu sudah mengerti dan mengenai persiapan WIB dapat menyebutkan persalinan yaitu persipan persalinan dan Hal-hal yang perlu tanda-tanda persalinan: disiapkan menjelang a. penolong dan tempat persalinan persalinan (bidan dan a. Penolong persalinan puskesmas) yang aman (bidan, b. biaya menggunakan dokter kandungan) kartu KIS (kartu dan tempat indonesia sehat)



b.



c. d.



e.



f. g.



15.43 WIB



persalinan yang aman (rumah bersalin, puskesmas, rumah sakit). Biaya untuk persalinan spontan ±500 ribu sampai 1 juta, apabila operasi SC dana yang dibutuhkan ±5 juta keatas atau dapat menggunakan BPJS atau asuransi kesehatan lainya. Alat transportasi Donor darah lebih dari 1 orang yang memiliki golongan darah yang sama untuk mengantisipasi kegawatdaruratan. Perlengkapan ibu (baju ibu, jarit, celana dalam, BH, pembalut) dan bayi (baju, popok, gedong, topi, kaos kaki, sarung tangan) Memastikan stiker P4K sudah ditempel dirumah Merencanakan ibu untuk ikut ber KB setelah persalinan.



c. alat transportasi (motor pribadi) d. donor darah (keluarga) e. perlengkapan ibu dan bayi sudah dimasukkan kedalam tas f. stiker P4K sudah ditempel dirumah g. ibu tidak ingin menggunakan alat kontrasepsi.



6. Ingatkan ibu kembali 15.44 6. Ibu sudah mengerti tentang IMD yaitu WIB tentang IMD, dan ibu a. Pengertian IMD : dapat menjelaskan membiarkan bayi baru kembali tentang lahir berada di antara penjelasan bidan. kedua payudara ibu untuk mencari puting ibu secara mandiri, kontak kulit langsung selama 1 jam. b. Manfaat IMD: 1) Mempertahankan suhu bayi tetap hangat (mencegah



hipotermia) 2) Meningkatkan daya tahan tubuh bayi terhadap infeksi 3) Membuat bayi merasa tenang, sabil dan tidak stress 4) Mewujudkan keberhasilan pemberian ASI eksklusif karena bayi mendapatkan kolostrum 5) Mencegah perdarahan pada ibu karena isapan bayi merangsang hormon oxytosin. c. Langkah-langkah IMD yaitu: Tali pusat dipotong lalu diikat, tanpa di bedong bayi langsung ditengkurapkan didada ibu (skin to skin) diselimuti dan diberi topi untuk mencegah hipotermi, bayi dibiarkan untuk mencari puting ibu sendiri. d. Tahapan IMD yaitu 1) 30 menit pertama: bayi beradaptasi dengan proses kelahirannya. 2) 30-40 menit bayi kan mengeluarkan suara, melakukan gerakan menghisap dan memasukkan tangan ke mulut 3) Bayi akan mengeluarkan air liur dan kakinya akan menekan



perut ibu untuk bergerak ke arah payudara. 4) Bayi mengecap kulit ibu dan mendapat bakteri baik yang ada pada kulit ibu. Lalu bayi menghentak hentakkan tangan ke payudara ibu. 5) Bayi akan menyusu e. Kontraindikasi IMD pada ibu yaitu penyakit jantung, eklamsia dan PEB, infeksi akut dan aktif, karsinoma payudara, gangguan psikologi, gangguan hormon, TBC, Hepatitis. f. Kontraindikasi IMD pada bayi yaitu bayi kejang, bayi sakit berat (jantung/paruparu), cacat bawaan. 15.44 WIB



7. Menganjurkan ibu untuk 15.45 7. Ibu bersedia untuk tetap melanjutkan terapi WIB melanjutkan terapi yang (obat) yang diberikan diberikan oleh bidan oleh bidan secara teratur secara rutin dan teratur dan rutin sesuai anjuran bidan a. Tablet FE 1 x 60 mg b. Kalk 1 x 500 mg c. Vitamin C 1 x 300 mg



15.45 WIB



8. Menganjurkan ibu untuk 15.46 8. Ibu bersedia untuk melakukan kunjungan WIB melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi pada ulang 1 minggu lagi pada tanggal 06 januari 2021 tanggal 06 januari 2021 atau apabila ibu ada atau apabila ibu ada keluhan. keluhan



2. Asuhan Persalinan ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN NORMAL PADA Ny. A DI BPM RAUSAH S.ST Tanggal



: 04 januari 2021



Waktu



: 17.00 WIB



Tempat



: Ruang Bersalin Tabel 4.7. Persalinan Normal



Subjektif



Objektif



Ibu mengatakan ini kehamilan yang kedua, pernah melahirkan satu kali dan tidak pernah keguguran.



KU : Baik Kesadaran : Composmentis TTV : TD : 120/90 mmHg N : 80 x/menit S : 36,8o C P : 20 x/menit



Ibu Status mengatakan Obstetrikus: hari pertama a. Muka : tidak haid terakhir pucat, tidak pada tanggal oedema, ada 22 April 2020 cloasma gravidarum. Ibu b. Dada : tidak ada mengatakan retraksi dinding hari perkiraan dada, tidak ada



Catatan implementasi Pukul Implementasi Pukul Evaluasi Diagnosis 1. Beritahu ibu 17.00 1. Memberitahu ibu 17.05 1. Ibu sudah kebidanan bahwa WIB bahwa pembukaannya WIB mengetahui hasil G2P1A0 pembukaan sudah lengkap dan pemeriksaan dan usia 33 ya sudah sudah memasuki masa ibu siap untuk tahun, umur lengkap dan inpartu kala II atau persalinannya. kehamilan sudah persalinan. 41 minggu masuk janin inpartu kala tunggal, II. hidup, intra uterin, letak 2. Siap alat. 17.05 2. Menyiapkan alat 17.07 2. Alat partus set membujur, WIB partus set yaitu bak WIB sudah siap. preskep, instrumen yang berisi puki, ½ kocher 1 buah, U,inpartu gunting episiotomi 1 kala II. buah, klem 2 buah, gunting tali pusat 1 Masalah : buah, umbilikal klem tidak ada. 1 buah, gunting benang 1 buah, kassa Assesment



Planning



lahir pada tanggal 27 januari 2021. Ibu mengatakan mulai merasakan mulas sejak malam jam23.00 namun tidak sering dan hilang timbul. Ibu mengatakan mulai keluar darah sejak 1 jam yang lalu dan mulasnya semakin sering. Ibu mengatakan mulasnya semakin sering dan teratur yang dirasakan dari perut menjalar ke punggung.



suara tambahan seperti whezing, ronchi, payudara membesar, areola menghitam, tidak ada benjolan, puting susu menonjol, ASI berwarna kekuningan (colostrum) sudah keluar ±3 cc. c. Perut Terdapat striae gravidarum, terdapat linea nigra, tidak ada luka bekas operasi. Leopold: Leopold I: TFU 2 jari dibawah prosessus xifoideus, teraba satu bagian bulat, lunak, tidak melenting (kemungkinan bokong janin)



steril, kateter, bengkok 1 buah. Sarung tangan pendek steril, oksitosin 1 ampul dalam spuit 3 cc. Lidocain, jarum jahit, iodine (heating set). Slim seher bayi, pakaian bayi 1 setel yang diletakkan di atas meja yang disinari lampu 60 watt dengan jarak 60 cm, spuit vit K 0,1 mg, menyiapkan tempat plasenta (kendil), air klorin, air DTT, waslap, diapers dewasa, underpad dan kain bersih (jarit) 3 buah.



Diagnosis potensial : tidak ada. Antisipasi Tindakan Segera : tidak ada.



3. Siapkan fisik ibu



17.05 3. Menyiapkan fisik ibu 17.06 3. Ibu bersedia WIB dengan menganjurkan WIB minum saat tidak ibu untuk istirahat, ada kontraksi makan dan minum dengan bantuan saat tidak ada suami dan apabila kontraksi agar ada kontraksi ibu memiliki tenaga untuk bersedia untuk meneran dan bila ada meneran kontraksi anjurkan ibu untuk meneran.



Ibu mengatakan ingin buang air besar. Ibu mengatakan ada rasa ingin meneran. Ibu mengatakan masih merasakan gerakan janin. Ibu mengatakan makan terakhir 3 jam yang lalu. Ibu mengatakan minum terakhir 1 jam yang lalu. Ibu mengatakan aktivitas terakhirnya



Leopold II: Kanan: teraba bagian-bagian kecil janin (kemungkinan ekstremitas janin) Kiri: teraba tahanan keras memanjang (kemungkinan punggung janin) Leopold III: teraba satu bagian bulat, keras, melenting (kemungkinan kepala janin) Leopold IV: bagian bawah perut ibu sudah tidak dapat digoyangkan (divergen). Bagian bawah perut ibu sudah masuk PAP, Penurunan bagian bawah janin : 1/5 bagian.



4. Siapkan psikis ibu



17.07 4. Menyiapkan psikis ibu 20.07 4. Suami bersedia WIB dengan meminta WIB untuk suami untuk mendampingi, mendampingi, memberikan memberikan semangat, semangat, motivasi motivasi selama selama proses proses persalinan. persalinan. Dan ibu bersedia Menganjurkan ibu untuk berdoa saat untuk berdoa saat proses persalinan proses persalinan. dengan tanda ibu dapat menirukan doa yang dibacakan bidan. 5. Siapkan diri 17.09 5. Menyiapkan diri 17.09 5. APD sudah dan cuci WIB menggunakan APD WIB dikenakan dan tangan 6 (celemek, cap, sudah mencuci langkah masker, sandal tangan 6 langkah tertutup) mencuci tangan 6 langkah dengan sabun dan air mengalir. 6. Anjurkan ibu posisi senyaman mungkin



17.10 6. Menganjurkan ibu 17.10 6. Ibu mengatakan WIB posisi senyaman WIB nyaman dengan mungkin untuk posisi kedua kaki meneran. di tekuk lalu kedua telapak kaki menapak pada tempat tidur.



7. Ajari ibu cara



17.12 7. Mengajari ibu cara 17.12 7. Ibu WIB meneran yang benar WIB mengerti



sudah cara



yaitu menemani anak pertamanya tidur. Ibu mengatakan lupa mengetahui mengenai posisi dan cara meneran yang benar. Ibu mengatakan baru saja mengeluarkan cairan yang berbau amis dari jalan lahir (ngepyok).



TFU : 27 cm DJJ : 140x/menit, punctum maximum dibawah pusat kiri ibu HIS : 5x/10’/55” d. Genitalia : terdapat lendir darah, tidak ada tanda-tanda infeksi (seperti sifilis dan gonorea). Tanda inpartu kala II : Perineum menonjol Vulva membuka Periksa dalam (pukul: 20.00 WIB): Vulva vagina : tidak ada oedema, tidak ada varises. Effacement : 100% Pembukaan : 10 cm Kulit ketuban :



meneran yang benar saat ada kontraksi dan menganjurk an ibu untuk makan, minum saat tidak ada kontraksi



8. Pimpin ibu untuk meneran saat ada kontraksi, periksa DJJ saat tidak ada kontraksi 9. Siapkan pertolongan bayi baru lahir



yaitu saat ada meneran yang kontraksi, telapak kaki benar dan ibu menempel pada bersedia untuk tempat tidur, tangan makan dan memegang minum saat tidak pergelangan kaki, kaki kontraksi. dibuka lebar, kepala agak diangkat dan melihat perut, meneran tanpa mengeluarkan suara seperti orang sembelit. Dan apabila tidak ada kontraksi anjurkan ibu untuk makan, minum dengan dibantu oleh suami. 17.15 8. Memimpin ibu untuk 17.15 8. Ibu meneran WIB meneran saat ada WIB dengan cara yang kontraksi dengan cara benar dan saat ada meneran yang benar kontraksi. DJJ: dan posisi meneran 154x/menit. yang baik, dan Kepala tampak 5 memeriksa DJJ saat cm (crowning) tidak ada kontraksi. divulva. 17.20 9. Menyiapkan 17.22 9. Kain bersih sudah WIB pertolongan bayi baru WIB disiapkan didekat lahir yaitu ibu, underpad mendekatkan kain sudah terpasang bersih di dekat ibu dibawah bokong untuk mengeringkan ibu dan sarung bayi, memasang tangan pendek



sudah pecah (-), air ketuban ± 750 cc Warna ketuban jernih, bau khas. Presentasi : belakang kepala POD dan posisi POD : UUK dan posisi UUK arah jarum jam 12 Penurunaan BBJ : Hodge III+ Tanda – tanda moulage : tidak ada Bagian menumbung : tidak ada. e. Anus: tidak terdapat hemoroid, anus tampak menonjol. f. Ekstremitas: 1) Atas : tidak oedema, turgor kulit baik, kuku tidak pucat, tidak kuning. 2) Bawah : tidak



underpad di bawah steril sudah bokong ibu dan dikenakan. memakai sarung tangan pendek steril. 10. Lakukan 17.27 10. Melakukan 17.30 10. Tidak ada lilitan pertolonga WIB pertolongan bayi baru WIB tali pusat. n bayi baru lahir. Lindungi Bayi lahir lahir perineum dengan spontan jenis tangan kanan, kelamin sedangkan tangan kiri perempuan melindungi verteks untuk mencegah defleksi maksimal dan membantu lahirnya kepala. Menganjurkan ibu untuk meneran, dan saat diameter terbesar kepala sudah lahir menganjurkan ibu untuk bernafas dangkal dan cepat Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat, tunggu putaran paksi luar secara spontan. Memegang bayi secara biparietal. Dengan hati- hati gerakan kepala bayi ke bawah untuk melahirkan bahu depan dan keatas



oedema, tidak ada varises, kuku tidak pucat, tidak kuning.



11. Lakukan penilaian selintas



untuk melahirkan bahu belakang. Kemudian lakukan sangga susur yaitu memindahkan tangan kiri untuk menyusur lengan, dada, punggung sampai kedua kaki bayi lahir. 17.30 11. Melakukan penilaian 17.30 11. Bayi menangis WIB selintas yaitu: WIB kuat, bernapas apakah bayi spontan. menangis Bayi bergerak kuat/bernapas tanpa aktif. kesulitan? apakah bayi bergerak dengan aktif ?



12. Keringkan tubuh bayi



17.30 12. Mengeringkan tubuh 17.30 12. Bayi sudah WIB bayi dari muka, WIB dikeringkan dan kepala, dan bagian diganti kain tubuh lainnya (kecuali kering. kedua tangan) tanpa membersihkan verniks caseosa, lalu ganti kain basah dengan kain kering.



13. Periksa kembali uterus ibu untuk



17.30 13. Memeriksa kembali 17.30 13. Janin tunggal, WIB uterus ibu dengan cara WIB kandung kemih menekan uterus untuk teraba penuh. memastikan tidak ada



memastika janin kedua. n tidak ada janin kedua. 14. Beritahu 17.31 14. Memberitahu ibu akan 17.31 14. Ibu bersedia ibu akan WIB di suntikkan okitosin WIB untuk di agar uterus disuntikkan suntikan berkontraksi dengan oksitosin oksitositos baik dan mencegah in 10 IU perdarahan. 15. Suntikan oksitosin



17.31 15. Melakukan tindakan WIB aseptik dengan kapas alkohol pada 1/3 paha atas lateral dan menyuntikkan oksitosin 10 IU secara IM dengan sudut 900. 16. Lakukan 17.31 16. Melakukan katerisasi kateterisas WIB untuk mengeluarkan i urin ibu karena kandung kemih ibu teraba penuh dengan tujuan agar uterus dapat berkontraksi dengan baik dan plasenta segera lahir. Kateterisasi dilakukan dengan cara tangan kiri membuka vulva dan tangan kanan memasukkan selang kateter ke dalam



17.31 15. Oksitosin sudah WIB di suntikkan di paha ibu



17.31 16. Katerisasi telah WIB di lakukan, urin berwarna kuning jernih, volume ± 50 cc.



17. Jepit, gunting tali pusat



18. Lakukan IMD



uretra hingga urin keluar dan ditampung kedalam bengkok setelah kandung kemih teraba kosong keluarkan selang kateter secara hatihati. 17.32 17. Menjepit tali pusat WIB dengan umbilikal klem 3 cm dari pusar bayi. Dorong isi tali pusat ke arah ibu dan jepit kembali tali pusat dengan jarak 2 cm dari klem pertama. Melindungi perut bayi dengan tangan kiri, kemudian gunting tali pusat diantara kedua klem. 17.32 18. Melakukan IMD WIB dengan meletakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit ibu dan bayi. Luruskan bahu bayi sehingga dada bayi menempel didada ibunya. Meletakkan kepala bayi diantara kedua payudara ibu dengan menghadap ke



17.32 17. Tali pusat sudah WIB digunting dan di ikat dengan umbilikal klem (umbilical cord).



17.32 18. Bayi sedang di WIB IMD kan.



Ibu Status mengatakan Obstetrikus: perutnya terasa a. Perut mules TFU : setinggi pusat Kontraksi : keras b. Genitalia: Vulva : tali pusat berada di depan vagina, PPV : ± 30 cc



Diagnosis kebidanan : G2P1A0, usia 33 tahun, inpartu kala III. Masalah tidak ada.



:



salah satu payudara ibu. menyelimuti ibu dan bayi dengan kain bersih dan kering dan memasang topi pada bayi untuk mencegah hipotermi. 1. Lakukan 17.40 1. Melakukan 17.40 1. Manajemen aktif manajeme WIB manajemen aktif kala WIB kala III telah di n aktif III yaitu lakukan, terdapat kala III memindahkan klem 5tanda-tanda 10 cm didepan vulva, pelepasan meletakkan tangan plasenta, yaitu: kiri diatas perut 1) Tali pusat bawah ibu (diatas bertambah sympisis) untuk panjang mendeteksi kontraksi. 2) Uterus Setelah uterus globuler berkontraksi tangan (membulat) kanan memegang 3) Terdapat klem untuk semburan menegangkan tali darah. pusat ke arah bawah bentuk pelepasan sesuai dengan sumbu plasenta secara jalan lahir (sejajar Duncan yaitu lantai) dan tangan kiri terdapat semburan mendorong uterus darah terlebih kearah belakang atas dahulu sebelum (dorso cranial) secara plasenta lahir. hati-hati (untuk mencegah inversio uteri).



2. Lahirkan plasenta



17.41 2. Saat plasenta tampak WIB diintroitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada kendil. 3. Lakukan 17.42 3. Melakukan massase masase WIB uterus yaitu uterus meletakkan telapak tangan difundus dengan gerakan melingkar lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras). 4. Cek 17.42 4. Mengecek kelengkap WIB kelengkapan plasenta an yaitu keadaan selaput plasenta ketuban, jumlah dari sisi kotiledon, diameter maternal plasenta, tebal dan fetal plasenta, berat plasenta, insersi tali pusat, dan panjang tali pusat.



17.41 2. Plasenta lahir WIB spontan.



17.42 3. TFU : 2 jari WIB dibawah pusat PPV : darah segar ± 50 cc Kontraksi : keras



17.42 4. Plasenta lahir WIB dengan selaput ketuban utuh, kotiledon lengkap, diameter ±20 cm, tebal ±2cm, berat ±500 gram, insersi tali pusat lateral, panjang tali pusat ±70 cm.



5. Cek laserasi dan nilai perdaraha n. Ibu Keadaan umum : Diagnosis 1. Pastikan mengatakan baik kebidanan : uterus bahwa Kesadaran : P2A0, usia berkontrak perutnya masih composmentis 33 tahun, si dengan terasa mulas Status Obstetri inpartu kala baik Ibu Perut IV. (keras) mengatakan TFU : 2 jari bahwa ia dibawah pusat Masalah : 2. Bersihkan senang dengan Kontraksi : keras tidak ada. ibu, kelahiran Genitalia : tidak tempat anaknya terdapat luka persalinan laserasi dan PPV : darah segar rendam ± 50 cc alat



3. Pindahkan bayi dibawah lampu lakukan antropome tri, baritan vit K1 dan salep mata



17.42 5. Mengecek laserasi 17.42 5. Tidak terdapat WIB pada vagina, WIB laserasi, perineum dan menilai perdarahan ±10 perdarahan cc. 17.42 1. Memastikan uterus WIB berkontraksi dengan baik dengan cara meraba bagian fundus uteri dengan menggunakan telapak tangan. 17.43 2. Membersihkan ibu WIB dengan waslap dan air DTT, membersihkan tempat ibu dengan larutan klorin 0,5%, merendam alat dengan larutan klorin 0,5% selama 10 menit dengan keadaan terbuka. 17.43 3. Memindahkan bayi WIB dibawah lampu untuk mencegah hipotermi dan melakukan antropometri, memberikan vitamin K1 (phytonmenadion) dengan dosis 1 mg secara IM di paha kiri



17.42 1. Kontraksi keras, WIB tidak ada perdarahan yang berlebihan



17.43 2. Ibu dan tempat WIB bersalin sudah bersih, dan alat sudah direndam klorin



17.43 3. Bayi sudah WIB dipindahkan dan dihangatkan dibawah lampu 60 waatt dengan jarak 60 cm. Hasil pemeriksaan antropometri yang dilakukan:



bawah lateral untuk mencegah perdarahan pada otak bayi, memberikan salep mata (chloramphenicol 5 gram) pada kelopak bawah mata kanan dan kiri bayi dari ujung dalam kelopak hingga arah keluar.



By. Ny. A lahir pukul 17.30 WIB. Jenis kelamin: perempuan BB : 2700 gram PB : 47 cm LK : 33 cm LD : 32 cm LiLA : 10 cm AS : 9-10-10 Anus: (+), mekonium (-), pemberian salep mata (chloramphenicol) +/+, vit K1 (phytomenadion) 1 mg. 4. Evaluasi 17.56 4. Mengevaluasi kala IV 17.56 4. Hasil evaluasi kala IV 15 WIB 2 jam yaitu setiap 15 WIB kala IV pada 15 menit menit pada 1 jam menit pertama : pertama (1 pertama dan setiap 30 TD 110/60 jam menit pada 1 jam mmHg pertama) kedua N : 84 x/menit S: 36,90C TFU : 2 jari dibawah pusat Kontraksi uterus : keras Kandung Kemih : kosong PPV : 20cc.



5. Ajarkan ibu untuk memasase uterus



18.15 5. Mengajarkan ibu cara 18.15 5. Ibu sudah bisa WIB melakukan masase WIB melakukan uterus dan menilai masase uterus kontraksi. sendiri



6. Evaluasi 18.30 6. Mengevaluasi kala IV 18.16 6. Hasil evaluasi kala IV 15 WIB pada 15 menit kedua WIB kala IV pada 15 menit menit kedua : kedua TD : 100/70 mmHg N : 85 x/menit TFU : 2 jari dibawah pusat Kontraksi : keras Kandung kemih : kosong PPV : 15cc. 7. Evaluasi 18.45 7. Mengevaluasi kala IV 18.17 7. Hasil evaluasi kala IV 15 WIB pada 15 menit ketiga. WIB kala IV pada 15 menit menit ketiga : ketiga TD : 100/60 mmHg N : 84 x/menit TFU : 2 jari dibawah pusat Kontraksi uterus : keras Kandung kemih : kosong PPV : 15cc.



8. Evaluasi 19.00 8. Mengevaluasi kala IV 19.01 8. Hasil evaluasi kala IV 15 WIB pada 15 menit WIB kala IV pada 15 menit keempat dan menit keempat: keempat menyiapkan ruangan TD : 110/70 dan perawatan diruangan mmHg persiapkan nifas N : 83 x/menit ruang TFU : 2 jari untuk dibawah pusat perawatan Kontraksi uterus : nifas keras Kandung kemih : kosong PPV : 10cc Ruangan sudah dipersiapkan. 9. Beri 19.10 9. Memberi imunisasi 19.10 9. Imunisasi HB 0 imunisasi WIB HB 0 pada bayi WIB sudah di berikan HB 0 dengan dosis 0,5 cc pada bayi. di 1/3 paha atas kanan bagian luar (intra muskular). 10. Lengkapi 20.10 10. Mendokumentasikan 20.10 10. Dokumentasi dokumenta WIB dan mengevaluasi WIB pada partograf si kala IV pada 1 jam sudah dilengkapi partograf kedua yaitu setiap 30 dan hasil dan menit. evaluasi kala IV evaluasi pada 30 menit kala IV 30 pertama : menit TD : 110/80 pertama. mmHg (1 jam N : 86 x/menit kedua). S : 36,50C TFU : 2 jari



dibawah pusat Kontraksi : keras Kandung kemih : kosong Perdarahan : 10cc. 11. Evaluasi 20.40 11. Mengevaluasi kala IV 20.40 11. Hasil evaluasi kala IV 30 WIB pada 30 menit kedua. WIB kala IV pada 30 menit menit kedua : kedua TD : 120/70 mmHg N : 85 x/menit TFU : 2 jari dibawah pusat Kontraksi uterus : keras Kandung kemih : kosong PPV : 10cc.



3.



Asuhan Nifas ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS NORMAL PADA Ny. A 8 JAM POST PARTUM DI BPM RAUSAH S.ST



Tanggal



: 08 Februari 2021



Waktu



: 06.20 WIB



Tempat



: BPM RAUSAH S.ST Tabel 4.8. KF 1



SUBJEKTIF OBJEKTIF Ibu mengatakan saat ini perutnya masih Keadaan umum : baik terasa mulas. Kesadaran : composmentis TTV : Ibu mengatakan sudah BAK 1 kali saat 3 TD : 120/80 mmHg jam yang lalu, berwarna kuning jernih, N : 80x/menit tidak ada keluhan saat BAK. S : 36,8 C P : 21x/menit. Ibu mengatakan belum BAB Ibu mengatakan mengeluarkan darah dari Status Obstetrikus: jalan lahir seperti menstruasi, berwarna a. Muka : tidak pucat, tidak oedema, tidak ada merah, dan ibu sudah ganti diapers 2 kali. cloasma gravidarum. b. Payudara : simetris, payudara tampak Ibu mengatakan sudah makan 2 kali porsi membesar, areolla menghitam melebar, puting 1 piring sedang jenis (nasi, sayur, lauk), susu menonjol, tidak ada benjolan, colostrum macam (nasi putih, sayur soup,tempe), berwarna kekuningan ±5cc. ibu mengatakan tidak ada keluhan. c. Perut : tidak ada luka bekas operasi, ada strie gravidarum, ada linea nigra, tidak ada Ibu mengatakan dalam budayanya pembesaran organ, tidak ada nyeri tekan, TFU 2 terdapat pantangan makanan bagi ibu jari dibawah pusat, kontraksi keras, kandung nifas seperti tidak boleh makan-makanan kemih kosong. yang berbau amis (telur, ikan, daging). d. Genitalia : bersih, tidak oedema, lochea rubra jumlah lochea ± 100 cc, tidak terdapat luka



ASSESMENT Diagnosis kebidanan : P2A0 umur 33 tahun post partum 8 jam.



PLANNING 1. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan



Masalah : tidak ada



2. Beri KIE tentang tanda bahaya nifas.



Diagnosis potensial : tidak ada.



3. Beri KIE tentang ASI eksklusif.



Antisipasi tindakan segera : tidak ada



4. Beri KIE tentang teknik menyusui yang benar. 5. Beri KIE tentang nutrisi ibu nifas. 6. Beri therapy 4) Asmef 3x1 (500 mg) 5) SF (tablet tambah darah)



Ibu mengatakan sudah minum 5 gelas jenis (teh manis, air putih) dan tidak ada keluhan. Ibu mengatakan sudah minum obat yang diberikan oleh bidan sebanyak 4 buah. Ibu mengatakan ASInya sudah keluar dan ibu menyusui bayinya setiap kali bayi ingin menyusu, namun ibu belum mengetahui cara menyusui yang benar dilihat dari bayi sering rewel saat akan menyusu. Ibu mengatakan ibu dan keluarga senang dengan kelahiran anak ke duanya. Ibu mengatakan sudah tidur ± 2 jam setelah melahirkan namun sering terbangun karena bayinya menangis. Ibu mengatakan aktivitas yang dilakukan setelah melahirkan yaitu ibu sudah dapat berjalan kekamar mandi sendiri dan menyusui bayinya. Ibu mengatakan belum tentang tanda bahaya nifas.



mengetahui



jahitan. e. Ekstremitas : 1) Atas : kaki tidak oedema, turgor kulit baik, kuku tidak pucat dan tidak kuning. 2) Bawah : kaki tidak oedema, tidak terdapat nyeri pada tungkai, turgor kulit baik, tidak ada varises, kuku tidak pucat dan kuning, gerakan aktif.



3x1 (60 mg) 6) Amoxcilin 3x1 (500 mg) 7) Vit A 200.000 IU Dan anjurkan ibu untuk minum obat secara teratur. 7. Beritahu ibu bahwa akan dilakukan kunjungan pada tanggal 10 februari 2021 atau apabila ibu ada keluhan.



WAKT U 06.35 WIB



IMPLEMENTASI



Tabel 4. 9. Catatan Implementasi KF 1 WAKTU



EVALUASI



1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam kondisi baik dan nifasnya berjalan normal.



06.36 WIB



1. Ibu sudah mengerti tentang kondisinya.



06.36 WIB



2. Memberi KIE tentang tanda-tanda bahaya nifas yaitu a. Demam lebih dari 2 hari (infeksi). b. Ibu terlihat sedih, murung dan menangis tanpa sebab (depresi). c. Bengkak pada wajah, tangan, tungkai, sakit kepala, pandangan kabur dan kejang-kejang. d. Nyeri payudara, pembengkakan payudara, luka atau perdarahan puting. e. Nyeri perut berat (infeksi rahim). f. Perdarahan berlebih dari jalan lahir. g. Keluar cairan berbau dari jalan lahir. h. Nyeri pada tungkai, nyeri tekan, suhu meningkat, dan bengkak pada kaki, tungkai dan paha. Menganjurkan ibu untuk segera membawa ke tenaga kesehatan apabila menemukan salah satu tanda bahaya tersebut.



06.41 WIB



2. Ibu sudah mengerti tentang tanda bahaya nifas dengan tanda ibu dapat menjelaskan kembali penjelasan bidan, yaitu nyeri dan bengkak pada payudara, keluar darah banyak pada kemaluan, nyeri pada perut. Dan ibu bersedia untuk ke tenaga kesehatan apabila menemukan salah satu tanda tersebut.



06.41 WIB



3. Memberikan KIE tentang ASI eksklusif : a. Pengertian: ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 bulan, tanpa menambahkan atau mengganti dengan makanan atau minuman apapun. b. Manfaat: Bagi bayi: 1) ASI sebagai nutrisi (komposisi ASI seimbang sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan dan



06.48 WIB



3. Ibu sudah mengerti tentang ASI eksklusif yang ditandai dengan ibu dapat menjawab pertanyaan dari bidan yaitu pengertian ASI eksklusif (ASI yang diberikan 6 bulan dan tanpa diberi makanan lain), manfaat ASI (nutrisinya bayi terpenuhi, meningkatkan kecerdasan, lebih murah) dan ibu bersedia untuk memberikan ASI saja pada bayinya.



perkembangan bayi) 2) Bayi tidak mudah sakit, karena ASI meningkatkan daya tahan tubuh. 3) ASI meningkatkan kecerdasan. Bagi Ibu: 1) Mengurangi perdarahan setelah melahirkan. 2) Lebih murah. c. Jenis-jenis ASI: 1) Kolostrum yaitu ASI yang berwarna kekuningan yang keluar dari hari pertama sampai hari ke 4, banyak mengandung protein. 2) ASI transisi/peralihan yaitu ASI peralihan dari kolostrum sampai sebelum mature yang keluar pada hari ke-4 sampai hari ke-10, kadar protein rendah dan kadar karbohidrat,lemak tinggi. 3) ASI mature yaitu ASI yang keluar pada hari ke14 dan seterusnya, berwarna putih kekuningan, mengandung antibodi, protein dan hormonhormon. d. Komposisi ASI: 1) Foremilk : ASI yang keluar pada 5 menit pertama, dan lebih encer. 2) Hindmilk : ASI yang keluar pada akhir menyusui, mengandung lebih banyak lemak sehingga mengenyangkan bayi. Saat menyusui menggunakan payudara secara bergantian, satu payudara ±5-7 menit. e. Cara memperbanyak produksi ASI : 1) Pastikan bayi menyusu dengan posisi yang baik. 2) Minum setiap kali selesai menyusui. 3) Tingkatkan istirahat dan hindari stres.



06.48 WIB



4.



Memberi KIE tentang teknik menyusui yang benar yaitu a. Posisi badan ibu, posisi punggung tegak sejajar dengan punggung kursi dan kaki diberi penyangga sehingga tidak menggantung b. Menganjurkan ibu untuk mengoleskan sedikit ASI pada puting dan areola sebelum dan sesudah menyusui. c. Posisi bayi, posisi kepala dan badan bayi berada dalam satu garis lurus, badan bayi seluruhnya didekap dekat dengan tubuh ibu, bayi menghadap ke payudara dan hidung berhadapan dengan puting. d. Menompang payudara dengan telapak tangan untuk menyusukannya kepada bayi. e. Perhatikan tanda-tanda perlekatan yang baik (AMUBIDA) f. Areola tampak lebih banyak di atas mulut bayi, Mulut bayi terbuka lebar, Bibir bawah bayi terlipat keluar (dower), Dagu bayi menempel ke payudara ibu. g. Bayi akan melepaskan sendiri isapannya jika sudah kenyang atau dilepaskan dengan cara memasukkan jari kelingking melalui sudut mulut bayi atau menekan dagu bayi kebawah. h. Mengajarkan cara menyendawakan bayi dengan cara bayi digendong bersandar di bahu ibu atau tengkurapkan bayi dipangkuan ibu kemudian tepuk perlahan punggung bayi sampai bayi sendawa atau tunggu 10-15 menit. i. Hal- hal yang harus diperhatikan saat menyusui yaitu menyusui bayinya setiap bayi menginginkan (on demand) atau 2 jam sekali, susukan kedua payudara secara bergantian masing-masing ±5-7



06.58 WIB



4. Ibu sudah mengerti tentang teknik menyusui yang benar dengan tanda ibu dapat mempraktikannya dengan benar sesuai penjelasan bidan dan menjawab pertanyaan bidan yaitu hal-hal yang dilakukan untuk memperbanyak ASI (menyusui bayi setiap kali bayi menginginkan atau 2 jam, minum setelah menyusui dan menyusui dengan payudara secara bergantian ±5-7 menit).



menit, dan menganjurkan ibu untuk minum 3 liter/hari agar dapat menggantikan cairan tubuh yang hilang saat menyusui. 06.58 WIB



5. Memberi KIE tentang nutrisi pada ibu nifas yaitu ibu nifas harus makan makanan yang beraneka ragam yang mengandung karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayur dan buah-buahan. a. Karbohidrat berfungsi untuk sumber tenaga, dan pembentukan jaringan baru. Contoh: beras, kentang, jagung, ubi, tepung terigu. b. Protein berfungsi untuk sintesis hormon prolaktin dan oksitosin (untuk memperbanyak produksi ASI, memperlancar pengeluaran ASI), dan penggantian sel-sel yang rusak serta mempercepat pengembalian alat kandungan. Contoh: ikan, susu, telur, kacang dan tahu. c. Tablet tambah darah berfungsi untuk pembentukan sel, jaringan baru dan pembentukan hemoglobin pada sel darah merah. Dosis 1 kapsul/hari (60 mg) selama 3 bulan pasca persalinan. d. Asam folat berfungsi untuk pembentukan sel dan sistem syaraf termasuk sel darah merah. Contoh: sayuran-sayuran hijau. e. Kalsium berfungsi untuk meningkatkan produksi ASI dan mencegah pengeroposan tulang dan gigi. Contoh: susu, yogurt, keju, ikan teri, brokoli. f. Vitamin C berfungsi untuk membantu penyerapan tablet tambah darah. Contoh: jambu biji, jeruk, mangga. g. Vitamin D berfungsi untuk membantu penyerapan kalsium untuk pertumbuhan dan perkembangan tulang bayi. Contoh: ikan, susu, telur, mentega.



07.05 WIB



5. Ibu sudah mengerti tentang nutrisi pada ibu nifas dengan tanda ibu dapat menjawab pertanyaan bidan yaitu pengertian nutrisi pada ibu nifas (makan makanan yang bervariasi), akibat kekurangan nutrisi pada ibu nifas (ASInya keluarnya sedikit, mudah infeksi), dan ibu bersedia untuk makan makanan yang beraneka ragam tanpa ada pantangan makanan apapun.



h. Vitamin A berfungsi untuk sistem penglihatan, pembentukan kekebalan. Vitamin A yang diberikan pada ibu nifas sebanyak 2 kapsul, 1 kapsul dosisnya 200.000 IU yang diminum segera setelah lahir dan 24 jam setelahnya. i. Air berfungsi untuk membantu pencernaan, mambuang racun, sebagai penyusun sel, mengatur keseimbangan asam-basa dalam tubuh. Kebutuhan minum 6 bulan pertama 14 gelas/hari dan 6 bulan berikutnya 12 gelas/hari. j. Ibu nifas dilarang untuk ada pantangan makanan apapun kecuali yang dapat menyebabkan alaergi. k. Akibat dari kekurangan nutrisi pada masa nifas yaitu produksi ASI berkurang, proses pengembalian rahim terganggu, anemia, rentan infeksi. 07.05 WIB



6. Memberikan therapy a. Asmef 3x1 (500 mg) b. SF (tablet tambah darah) 1x1 (60 mg) c. Amoxcilin 3x1 (500 mg) dan menganjurkan ibu untuk meminumnya secara teratur.



07.06 WIB



6. Ibu bersedia untuk minum obat yang diberikan oleh bidan secara teratur.



07.06 WIB



7. Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan kunjungan pada tanggal 10 februari 2021 atau apabila ibu ada keluhan.



07.07 WIB



7. Ibu bersedia untuk dikunjungi pada tanggal 10 februari 2021 atau apabila ibu ada keluhan.



ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS NORMAL PADA Ny. A 6 HARI POST PARTUM DI BPM RAUSAH S.ST Tanggal



: 10 Februari 2021



Waktu



: 16.00 WIB



Tempat



: Rumah Ny.A. Desa pandu senjaya rt 08/02



SUBJEKTIF Ibu mengatakan tidak keluhan.



ada



Ibu mengatakan tidak ada tandatanda bahaya yang dirasakan selama nifas seperti nyeri pada payudara, nyeri perut, keluar darah banyak dari kemaluan. Ibu mengatakan hanya memberikan ASI saja pada bayinya tanpa memberi makanan tambahan apapun, menyusui setiap kali bayi menginginkan,dan dapat menyusui dengan tekhnik yang benar dilihat dari bayi tidak sering rewel. Ibu mengatakan makan makanan yang beranekaragam 3x sehari dengan porsi 1 piring sedang, dan tidak ada pantangan makanan



Tabel 4.10. KF 2. OBJEKTIF Keadaan umum : baik Kesadaran : composmentis TTV : TD : 110/80 mmHg N : 80x/menit S : 36,3 C P : 21x/menit.



ASSESMENT PLANNING Diagnosis kebidanan : 1. Beritahu ibu P2A0 umur 33 tahun post kondisinya dan partum 6 hari. pemeriksaan. Masalah : tidak ada



tentang hasil



2. Anjurkan pada ibu untuk cukup istirahat dan pemenuhan Diagnosis potensial : tidak cairan. ada Status Obstetrikus: 3. Ingatkan ibu untuk a. Muka : tidak pucat, tidak oedema, Antisipasi tindakan segera : melanjutkan mengkonsumsi tidak ada cloasma gravidarum. tidak ada obat yang diberikan bidan. b. Payudara : simetris, payudara tampak membesar, areolla 4. Beritahu ibu bahwa akan menghitam melebar, puting susu dikunjungi ulang pada tanggal menonjol, tidak ada benjolan, ASI 10 februari 2021 atau apabila sudah keluar jenis ASI peralihan ada keluhan. berwarna putih kekuningan. c. Perut : tidak ada luka bekas operasi, ada strie gravidarum, ada linea nigra, tidak ada pembesaran organ, tidak ada nyeri tekan, TFU pertengahan pusat dengan



apapun. Ibu mengatakan minum ± 6 gelas sehari. Ibu mengatakan pengeluaran darah nifas sedikit, berwarna merah muda. Ibu mengatakan membersihkan daerah kelamin dan sering mengganti pembalut apabila dirasakan sudah tidak nyaman, ibu mengganti pembalut 4-5 kali sehari. Ibu mengatakan aktivitasnya yaitu mengurus anak. Aktivitas seperti memasak, menyapu, mencuci dibantu oleh adik dan orangtua.



symfisis, kontraksi teraba keras, kandung kemih kosong. d. Genitalia : bersih, tidak oedema, PPV lokia sangunolenta ±5 cc, tidak terdapat tanda-tanda infeksi. e. Ekstremitas : 1) Atas : tidak oedema, turgor kulit baik, kuku tidak picat dan tidak kuning. 2) Bawah : kaki tidak oedema, tidak terdapat nyeri pada tungkai, turgor kulit baik, tidak ada varises, kuku tidak pucat dan kuning, gerakan aktif.



Tabel 4.11. Catatan Implementasi KF 2. WAKT IMPLEMENTASI WAKT U U 16.11 1. Memberitahu ibu bahwa hasil pemeriksaan seluruhnya normal 16.12 WIB dan keadaan ibu baik. WIB



EVALUASI 1. Ibu sudah mengerti tentang kondisinya dan hasil pemeriksaan.



16.12 WIB



2. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, yaitu 16.17 menyarankan ibu untuk kembali ke kegiatan rumah tangga WIB secara perlahan-lahan, sehingga tidak menyebabkan ibu kelelahan dan apabila bayi tidur ibu juga dapat istirahat. Minum minimal 3 liter/hari atau 12 gelas per hari agar ibu tidak kekurangan cairan dan agar produksi ASI lancar.



2. Ibu bersedia untuk istirahat yang cukup dan minum 3 liter/hari atau setara dengan 12 gelas per hari.



16.17 WIB



3. Mengingatkan ibu untuk tetap mengkonsumsi obat yang 16.18 diberikan oleh bidan yaitu SF (tablet tambah darah) 1x1 (60 WIB mg)



3. Ibu bersedia untuk tetap mengkonsumsi obat yang di berikan oleh bidan secara teratur.



16.18 WIB



4. Memberitahu ibu bahwa akan dikunjungi ulang pada tanggal 16.19 WIB 20 februari 2021 atau apabila ibu ada keluhan.



4. Ibu bersedia untuk dikunjungi ulang pada tanggal 20 februari 2021 atau apabila ada keluhan.



ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS NORMAL PADA Ny. A 2 MINGGU POST PARTUM DI BPM RAUSAH S.ST Tanggal



: 20 februari 2021



Waktu



: 16.00 WIB



Tempat



: Rumah Ny.A. Desa Pandu Senjaya RT 08/02 Tabel 4.12. KF 3.



SUBJEKTIF Ibu mengatakan tidak ada keluhan. Ibu mengatakan tidak ada tanda bahaya yang dirasakan ibu selama nifas seperti nyeri perut, nyeri pada payudra dan mengeluarkan darah banyak dari kemaluan.



OBJEKTIF Keadaan umum : baik Kesadaran : composmentis TTV : TD : 120/70 mmHg N : 80x/menit S : 36,4C P : 21x/menit.



ASSESMENT PLANNING Diagnosis kebidanan : 1. Beritahu ibu tentang P2A0 umur 33 tahun, 2 minggu kondisinya dan hasil post partum. pemeriksaan. Masalah : tidak ada Diagnosis potensial : tidak ada



2. Ingatkan ibu tentang nutrisi pada ibu nifas dan tidak boleh ada pantangan makanan.



Ibu mengatakan makan 3x sehari Status Obstetrikus : Antisipasi tindakan segera : tidak porsi 1 piring sedang . ibu a. Muka : tidak pucat, tidak oedema, ada 3. Beri konseling tentang mengatakan tidak boleh tidak ada cloasma gravidarum. KB pasca persalinan. mongkonsumsi kerang oleh orang b. Payudara : simetris, payudara tuanya dan tetangga-tetangganya tampak membesar, areolla 4. Anjurkan ibu untuk karena dapat menyebabkan ASI nya menghitam melebar, puting susu membuat akte kelahiran amis dan bayi sering mutah. menonjol, tidak ada benjolan, ASI sudah keluar. 5. Beritahu ibu bahwa Ibu mengatakan lebih sering minum c. Perut : tidak ada luka bekas akan dikunjungi ulang ± 10-12 gelas sehari. operasi, tidak ada pembesaran pada tanggal 27 organ, tidak ada nyeri tekan, TFU februari 2021 atau Ibu mengatakan mengeluarkan tidak teraba diatas symfisis, apabila ibu ada



bercak kecoklatan dan ibu mengatakan tidak ada keluhan pada jalan lahir termasuk tanda-tanda infeksi. Ibu mengatakan tidak ada keluhan pada pola BAB dan BAKnya, BAB 1x sehari, BAK ± 5-6 x sehari. Ibu mengatakan istirahatnya cukup yaitu ibu tidur apabila bayinya tidur. Ibu mengatakan aktivitasnya seharihari seperti mencuci, menyapu dibantu adiknya namun memasak dan mengurus anak ibu melakukan sendiri.



kandung kemih kosong. d. Genitalia : bersih, tidak oedema, PPV lokea serosa, tidak terdapat tanda-tanda infeksi. e. Ekstremitas : 1) Atas : tidak oedema, turgor kulit baik, kuku tidak pucat dan tidak kuning. 2) Bawah : kaki tidak oedema, tidak terdapat nyeri pada tungkai, turgor kulit baik, tidak ada varises, kuku tidak pucat dan kuning, gerakan aktif.



keluhan.



Tabel 4.13. Catatan Implementasi KF 3. WAKTU IMPLEMENTASI WAKTU 16.15 1. Memberitahu ibu bahwa kondisinya baik dan hasil 16.16 WIB pemeriksaan normal. WIB



EVALUASI 1. Ibu sudah mengerti tentang kondisinya dan hasil pemeriksaan.



16.16 WIB



2. Ingatkan ibu tentang nutrisi pada ibu nifas dan mengingatkan kembali kepada ibu bahwa tidak boleh ada pantangan makanan apapun selama nifas kecuali yang menyebabkan alergi. Nutrisi pada ibu nifas yaitu makanan yang beraneka ragam yang mengandung karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayur dan buah-buahan. Protein berfungsi untuk sintesis hormon prolaktin dan oksitosin (untuk memperbanyak produksi ASI, memperlancar pengeluaran ASI), dan penggantian sel-sel yang rusak serta mempercepat pengembalian alat kandungan. Contoh: ikan, susu, telur, kacang dan tahu.



16.21 WIB



2. Ibu sudah mengerti tentang nutrisi pada ibu nifas dengan bukti ibu dapat menjawab pertanyaan bidan yaitu manfaat protein (agar ASInya lancar dan mempercepat pemulihan alat kandungan) dan ibu bersedia untuk mengkonsumsi makanan yang beraneka ragam tanpa ada pantangan makanan apapun.



16.21 WIB



3. Memberi konseling tentang KB pasca persalinan yaitu a. Pengertian KB pasca persalinan adalah pemilihan metode kontrasepsi langsung setelah melahirkan dengan prinsip pemilihan alat kontrasepsi yang tidak mengganggu produksi ASI sehingga ibu dapat menyusui secara ekslusif. b. Manfaat : Pengatur jarak dan mencegah kehamilan agar tidak terlalu dekat (minimal 2 tahun), mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, meningkatkan dan menjaga kesehatan ibu, bayi, dan balita karena ibu yang terlalu sering hamil dengan jarak dekat risikonya lebih tinggi,



16.28 WIB



3. Ibu sudah mengerti tentang KB pasca persalinan di tandai dengan ibu dapat menjawab pertanyaan dari bidan yaitu manfaat KB (agar jarak kehamilannya tidak terlalu dekat karena dapat berisiko, menjaga kesehatan ibu dan anak), macam-macam KB jangka pendek (suntik, pil, kondom) dan ibu akan mendiskusikan pada suami mengenai KB yang akan digunakan.



selain itu ibu juga memiliki waktu dan perhatian cukup terhadap anak dan keluarga. c. Metode kontrasepsi : 1) Kontrasepsi jangka panjang. a) Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR/IUD) jangka waktu penggunaanya bisa sampai 10 tahun. Mencegah sperma dan sel telur bertemu sehingga tidak terjadi pembuahan. Efek samping : akan terjadi perubahan pola haid (akan lebih lama dan banyak, haid tidak teratur, dan nyeri saat haid). b) Implan/susuk jangkan waktu penggunaan bisa sampai 3 tahun. Implan dimasukkan dibawah kulit. Efek samping: perubahan pola haid, haid sedikit dan singkat, perubahan berat badan. 2) Metode kontrasepsi jangka pendek : a) Suntik, terdapat 2 jenis suntikan yaitu suntikan 1 bulan sekali atau suntikan 3 bulan sekali. Untuk ibu yang menyusui tidak dianjurkan untuk menggunakan suntik yang 1 bulan sekali karena dapat mengganggu ASI. b) Pil KB Pil KB diminum setiap hari Efek samping : perubahan pola haid, perubahan berat badan ,nyeri pada payudara. Dapat dihentikan kapanpun oleh ibu. c) Kondom, kondom adalah alat kontrasepsi yang terbuat dari karet. Apabila mempunyai alergi lateks maka tidak dianjurkan, sebelum menggunakan harus memastikan bahwa tidak ada kebocoran dan digunakan dengan benar.



Tidak terdapat efek samping dan dapat mencegah penyakit menular seksual. 16.28 WIB 16.29 WIB



4. Menganjurkan ibu untuk membuat akte kelahiran untuk bayinya. 5. Memberitahu ibu bahwa akan dikunjungi ulang pada tanggal 27 februari 2021 atau apabila ibu ada keluhan.



16.29 WIB 16.30 WIB



4. Ibu bersedia untuk membuat akte kelahiran untuk bayinya. 5. Ibu bersedia untuk dikunjungi ulang pada tanggal 27 februari 2021 atau apabila ibu ada keluhan.



ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS NORMAL PADA Ny. A 5 MINGGU POST PARTUM Tanggal Jam Tempat



: 27 februari 2021 : 09.00 WIB : Rumah Ny.A Desa Pandu Senjaya Rt 07/02 Tabel 4.14. KF 4.



SUBJEKTIF OBJEKTIF Ibu mengatakan tidak ada Keadaan umum : baik keluhan. Kesadaran : composmentis TTV : Ibu mengatakan makan 3x TD : 110/70 mmHg sehari porsi 1 piring sedang N : 80x/menit dengan makanan yang S : 36,8C beraneka ragam dan ibu tidak P : 20x/menit ada pantangan makanan apapun. Status Obstetrikus: a. Muka : tidak pucat, tidak oedema. Ibu mengatakan sudah tidak b. Payudara : simetris, payudara tampak mengeluarkan darah dari jalan membesar, areolla menghitam lahir hanya seperti keputihan melebar, puting susu menonjol, tidak dan ibu mengatakan tidak ada ada benjolan, ASI sudah keluar. keluhan pada jalan lahir c. Perut : tidak ada luka bekas operasi, termasuk tanda-tanda infeksi. tidak ada pembesaran organ, tidak ada nyeri tekan, TFU tidak teraba, Ibu mengatakan sudah kandung kemih kosong. berdiskusi dengan suami d. Genitalia : bersih, tidak oedema, PPV mengenai KB yang akan lokia alba, tidak terdapat tanda-tanda digunakan yaitu kondom. infeksi. e. Ekstremitas : Ibu mengatakan tidak 1) Atas : tidak oedema, turgor kulit menggunakan KB IUD atau baik, kuku tidak pucat dan tidak



ASSESMENT PLANNING Diagnosis kebidanan : 1. Beritahu ibu tentang P2A0, umur 33 tahun, 5 minggu kondisinya dan hasil post partum. pemeriksaan. Masalah : tidak ada



2. Beri konseling KB kondom.



Diagnosis potensial : tidak ada 3. Motivasi ibu untuk tetap Antisipasi tindakan segera : tidak memberikan ASI ada eksklusif pada bayinya.



implant karena mendengar pengalaman tetangganya yaitu haid tidak teratur dan mengalami kegemukan.



kuning. 2) Bawah : kaki tidak oedema, tidak terdapat nyeri pada tungkai, turgor kulit baik, tidak ada varises, kuku tidak pucat dan kuning, pergerakan aktif.



Tabel 4. 15. Catatan Implementasi KF 4. WAKTU IMPLEMENTASI WAKTU EVALUASI 09.15 1. Memberitahu ibu bahwa kondisinya baik dan hasil 09.16 1. Ibu sudah mengerti tentang kondisinya dan hasil WIB pemeriksaan normal. WIB pemeriksaan. 09.16 WIB



2. Memberikan konseling tentang KB kondom a. Pengertian : Kondom adalah alat kontrasepsi atau alat untuk mencegah kehamilan pada saat bersenggama. Kondom biasanya terbuat dari bahan karet dan karet yang dipakakikan pada alat kelamin pria. b. Mekanisme : Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara mengemas sperma diujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah kedalam saluran reproduksi perempuan. c. Efektivitas : Bila digunakan dengan benar, risiko kehamilan adalah 2 diantara 100 ibu dalam 1 tahun. d. Keuntungan bagi kesehatan: Mencegah penularan penyakit menular seksual. e. Risiko bagi kesehatan: Dapat memicu alergi pada orang-orang yang alaergi lateks. f. Beberapa orang menyukainya dikarenakan tidak ada efek samping hormonal, mudah didapat, dapat digunkan untuk metode sementara atau cadangan.



09.23 WIB



3. Memotivasi ibu untuk tetap memberikan ASI eksklusif pada bayinya tanpa diberi makanan apapun.



09.23 WIB



09.24 WIB



2. Ibu sudah mengerti tentang KB kondom, dengan tanda ibu dapat menjawab pertanyaan bidan yaitu pengertian KB kondom (alat kontrasepsi yang digunakan pada pria sebelum senggama dan mencegah kehamilan), keuntungan menggunakan KB kondom (mencegah penyakit menular seksual).



3. Ibu bersedia untuk memberikan ASI saja pada bayinya secara eksklusif tanpa diberi makanan tambahan apapun sebelum 6 bulan.



4. Asuhan Bayi Baru Lahir ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. A UMUR 11 JAM DI RAUSAH S.ST Tanggal



: 8 Februari 2021



Waktu



: 06.10 WIB



Tempat



: Rumah Ny.A desa pandu senjaya RT 08/02 Tabel 4.16. KN 1.



SUBJEKTIF Ibu mengatakan baru saja melahirkan bayinya secara normal pada tanggal 2021 pada pukul 17.30 WIB. Ibu mengatakan baru saja melahirkan bayinya yang berjenis kelamin perempuan dengan berat badan 2800 gram, panjang badan 48 cm, menagis kuat. Ibu mengatakan bayinya di IMD kan ±10 menit. Ibu mengatakan segera setelah lahir bayinya diberikan vitamin K1 dan salep mata. Ibu mengatakan bayinya sudah diimunisasi HB 0.



OBJEKTIF KU : Baik Kesadaran : Composmentis TTV : N : 131x/menit P : 34x/menit S : 36.7⁰C Antropometri BB : 2800 gr PB : 48 cm LK : 33 cm LD : 32 cm LiLA : 13 cm Status present: a. Kepala : simetris, tidak ada caput succedanium, cepal hematom, dan ubunubun datar. b. Rambut : tipis, warna hitam. c. Muka : tidak pucat, tidak kuning, tidak tampak sindrom down (wajah mongoloid). d. Mata : simetris, bersih, sklera tidak



ASSESMENT PLANNING Diagnosis Kebidanan : Bayi 1. Beritahu ibu tentang Ny. A umur 11 jam cukup hasil pemeriksaan. bulan. 2. Lakukan rawat gabung Masalah : tidak ada antara ibu dan bayi. Diagnosis potensial : tidak 3. Beri KIE tentang tanda ada bahaya BBL Antipasi tindakan segera : 4. Beritahu ibu cara tidak ada perawatan bayi seharihari. 5. Beritahu ibu bahwa akan dilakukan kunjungan ulang pada tanggal 10 Februari 2021



Ibu mengatakan bayinya sudah dibedong dengan kain bersih dan kering. Ibu mengatakan bayinya belum dimandikan sejak setelah lahir. Ibu mengatakan bayinya sudah BAB 1 kali pada 3 jam setelah lahir dan BAK 3 kali pada 1 jam setelah lahir, 3 jam setelah lahir dan 8 jam setelah lahir. Ibu mengatakan menyusui bayinya setiap kali bayinya menginginkan. Ibu mengatakan belum tahu mengenai cara menyusui dengan benar.



kuning, konjungtiva merah muda, tidak ada secret. e. Hidung : terdapat dua lubang +/+, hidung tampak jelas, tidak ada secret, tidak ada pernapasan cuping hidung. f. Mulut : bibir bersih, bibir berwarna merah muda, bibir tidak sumbing, tidak pucat, lidah bersih, tidak ada lubang di palatum, tidak ada lendir, reflek hisap baik. g. Telinga : simetris, tulang rawan berbentuk baik, tidak ada serumen berlebih, terdapat lubang telinga, lanugo sedikit. h. Leher : pendek, kulit berlipat, tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, ataupun vena jugularis i. Dada : pernapasan simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada suara tambahan seperti ronchi, stridor atau whezing. j. Perut : perut datar, turgor kulit baik, tidak kembung, tidak ada pembengkakan organ, tali pusat terbugkus kassa steril, tidak ada tanda-tanda infeksi dan perdarahan pada tali pusat. k. Genitalia : jenis kelamin laki-laki, testis sudah turun, skrotum berkerut, terdapat lubang pada ujung penis, BAK (+), Frekuensi 2 kali l. Anus : terdapat lubang anus, BAB (+) mekonium. m.Punggung : masih terdapat lanugo, tidak terdapat spina bifida, dan tidak terdapat kelainan pada tulang belakang.



n. Ekstremitas : a) Atas : masih terdapat verniks caseosa, simetris, jari-jari lengakap, gerakan aktif, tidak kekuningan, akral teraba hangat. b) Bawah : simetris, jari-jari lengkap, gerakan aktif, telapak kaki teraba hangat. o. Refleks : 1) Refleks moro (+) 2) Refleks rooting (+) 3) Refleks sucking (+) 4) Refleks grasping (+)



WAKTU 07.25 WIB



Tabel 4.17. Catatan Implementasi KN 1. IMPLEMENTASI WAKTU EVALUASI 1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa bayi 07.26 1. Ibu sudah mengerti tentang hasil pemeriksaan dalam keadaan baik. WIB bayinya.



07.26 WIB



2. Melakukan rawat gabung antara ibu dan bayi diruang nifas yaitu dengan meletakkan bayi di samping ibu



07.28 WIB



2. Bayi sudah dirawat gabung dengan ibu di ruang nifas. Bayi terlihat tenang dan Ibu terlihat bahagia.



07.28 WIB



3. Memberikan KIE tentang tanda bahaya BBL yaitu a. Bayi tidak mau menyusu, sulit minum atau malas minum. b. Bayi kejang. c. Bayi lemah. d. Bayi sesak napas atau bayi bernapas cepat. e. Bayi merintih atau menangis terus menerus (rewel). f. Tali pusat kemerahan sampai ke perut, berbau atau bernanah. g. Bayi mengalami demam atau panas tinggi. h. Mata bayi bernanah. i. Bayi mengalami diare atau BAB cair lebih dari 3 kali dalam sehari. j. Kulit dan mata bayi kuning. Manganjurkan ibu untuk segara membawa bayi ke tenaga atau fasilitas kesehatan jika bayi mengalami salah satu keluhan tersebut.



07.35 WIB



3. Ibu sudah mengerti tentang tanda bahaya pada BBL dengan tanda ibu dapat menjawab pertanyaan dari bidan tentang tanda bahaya bayi baru lahir yaitu bayi diare, kulit dan mata bayi kuning, bayi tidak mau menyusu, bayi rewel, dan ibu bersedia untuk membawa bayinya ke tenaga kesehatan apabila menemukan salah satu tanda bahaya tersebut.



07.35 WIB



07.43 WIB



4. Memberitahu ibu tentang cara perawatan bayi sehari-hari yaitu: a. Menjaga bayi tetap hangat dengan cara membedong bayi dan mengenakan topi, jangan meletakkan bayi didekat jendela, kipas angin dan jangan biarkan bayi berentuhan dengan benda dingin, mengganti baju/diapers jika basah, segera keringkan tubuh bayi setelah dimandikan, menempatkan bayi dilingkungan hangat, jauhkan dari jendela dan pintu. b. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara on demand atau setiap 2 jam sekali. c. Mengajarkan ibu cara merawat tali pusat bayi dengan benar yaitu jangan membungkus puntung tali pusat, atau memberikan cairan/ bahan apapun pada tali pusat, lipat popok dibawah puntung tali pusat, luka tali pusat di jaga tetap kering dan bersih sampai terlepas sendiri, jika puntung tali pusat kotor bersihkan dengan air DTT dan sabun lalu keringkan dengan kain bersih, perhatikan tanda-tanda infeksi tali pusat. d. Personal hygiene: memandikan bayi 2 kali sehari, yaitu dengan cara mempersiapkan ember yang berisi air hangat terlebih dahulu, lalu basahi tubuh bayi dengan air hangat secara perlahan dari wajah, leher, dada, lengan, punggung dan tungkai, berikan sabun yang sesuai dengan PH tubuh bayi secara merata, lalu bilas bayi hingga bersih dan keringkan dengan handuk. Memakaikan baju yang kering dan bersih, tidak memberikan bedak pada lipatan.



07.43 WIB



4. Ibu sudah mengerti mengenai cara perawatan bayi sehari-hari yaitu cara menjaga kehangatan bayi (membedong bayi, memakaikan topi, ganti diapers jika sudah basah, kringkan bayi setelah mandi), perawatan tali pusat (tidak memberikan apapun pada tali pusat, bersihkan dengan air bersih dan sabun), dan cara memandikan bayinya (bayi dimandikan 2 kali sehari dengan air hangat). Ibu bersedia untuk melakukanya dibuktikan dengan bayi sudah dipakaikan baju, bedong dan topi.



5. Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan kunjungan ulang pada tanggal 22 November 2020 atau apabila ada keluhan.



07.44 WIB



5. Ibu bersedia untuk dikunjungi ulang pada tanggal 22 November 2020 atau apabila ada keluhan.



ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. A UMUR 4 HARI



Tanggal



: 11 februari 2021



Waktu



: 15.15 WIB



Tempat



: Rumah Ny.A desa pandu senjaya rt 07/02



SUBJEKTIF Ibu mengatakan bayinya tidak ada 1. keluhan atau tidak ada tanda 2. bahaya pada bayi baru lahir 3. seperti bayi diare, bayi rewel, tidak mau menyusu, dan mata, kulit terlihat kuning. 4. Ibu mengatakan bayinya sudah dibedong dengan kain bersih dan kering, namun bayinya ditidurkan didekat kipas angin dan anak pertamanya sering menghidupkan kipas angin. 5. Ibu mengatakan saat pagi sampai sore hari bayinya ditidurka dikasur depan TV, dan ibu belum mempunyai kelambu untuk bayi. Ibu mengatakan bayinya hanya diberi ASI saja, menyusui setiap kali bayi menginginkan (tidak



Tabel 4.18. KN 2. OBJEKTIF Keadaan umum : baik Kesadaran : Composmentis TTV : N : 130x/menit P : 38x/menit S : 37,2⁰C Antropometri BB : 2800 gr PB : 48 cm LK : 33 cm LD : 32 cm LiLA: 13 cm Status Present : a. Kepala : Mesochepal dan ubun-ubun datar, tidak ada seborrhea. b. Muka : Tidak pucat, tidak kuning, tidak ada miliariasis. c. Mata : Sklera tidak kuning, tidak ada secret d. Hidung :



ASSESMENT Diagnosis kebidanan: BBL cukup bulan, lahir spontan, umur 4 hari. Masalah : tidak ada Diagnosis potensial : tidak ada Antisipasi tindakan segera : tidak ada



PLANNING 1. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan. 2. Ingatkan ibu untuk tetap menjaga kehangatan bayi. 3. Anjurkan ibu untuk menjaga keamanan bayi. 4. Anjurkan tentang perawatan bayi seharihari. 5. Beritahu ibu bahwa akan dikunjungi ulang pada tanggal 27 februari 2021



terjadwal) sehari ±10-12 kali atau setiap 2 jam sekali apabila bayi tidur dan teknik menyusuinya sudah benar yaitu kepala dan badan bayi berada pada satu garis lurus dan perlekatan mulut bayi dengan payudara sudah baik.



e. f. g. h.



i.



j.



k. l.



Tidak ada napas cuping hidung, tidak ada secret berlebihan Mulut : bibir berwarna merah muda, tidak kering dan pucat, lidah bersih, tidak ada oral trush. Telinga : Simetris, tidak ada serumen, tulang rawan sudah terbentuk sempurna. Leher : leher pendek, kulit berlipat, tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, ataupun vena jugularis. Dada : Tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada suara tambahan ronchi, stridor atau wheezing. Perut : perut datar, turgor kulit baik, tidak kembung, tidak ada pembesaran organ, tali pusat kering, masih terbungkus kassa steril, tidak ada tanda-tanda infeksi tali pusat. Genitalia : testis sudah turun, skrotum berkerut, terdapat lubang pada ujung penis, tidak ada fimosis, tidak ada diaper rush. Punggung : tidak ada kelainan tulang belakang, tidak ada pembengkakan atau cekungan. Ekstremitas : a) Atas : Gerakan aktif, kulit tidak kekuningan, tidak ada kelainan polidaktili, sindaktili, dan brakidaktili, kuku tidak pucat,



teraba hangat. b) Bawah : geraan aktif, tidak kuning, tidak ada kelainan polidaktili, sindaktili, dan brakidaktili, kuku tidak pucat.



Tabel 4. 19. Catatan Implementasi KN 2. WAKTU IMPLEMENTASI WAKTU EVALUASI 15.30 1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa bayi 15.31 1. Ibu sudah mengerti tentang hasil pemeriksaan WIB dalam kondisi baik. WIB bayinya. 15.31 WIB



2. Ingatkan ibu untuk tetap menjaga kehangatan bayinya 15.34 dengan cara tidak menidurkan bayi didekat kipas angin WIB karena bayi akan mudah kedinginan apabila terpapar langsung dengan udara sekitar yang lebih dingin. Menganjurkan ibu untuk menidurkan bayi ditempat yang jauh dari kipas angin.



2. Ibu sudah mengerti mengenai hal-hal yang harus dilakukan untuk menjaga kehangatan bayi yaitu jangan menidurkan bayi dekat dengan jendela, kipas angin.



15.34 WIB



3. Menganjurkan ibu untuk menjaga keamanan bayi yaitu 15.41 dengan menidurkan bayi ditempat yang aman terhindar dari WIB kabel listrik, mengawasi bayi apabila sedang tidur agar tidak terjatuh, dan memasang kelambu tidur untuk bayi agar menghindari dari gigitan nyamuk. 15.46 4. Menganjurkan ibu tentang perawatan bayi sehari-hari yaitu WIB a. Pola nutrisi Memberikan ASI saja pada bayi selama 6 bulan secara on demand atau setiap 2 jam. b. Personal Hygine yaitu mandikan bayi 2 kali sehari pada pagi hari dan sore hari dengan air hangat. c. Perawatan tali pusat yaitu dengan jangan membungkus puntung tali pusat, atau memberikan cairan/ bahan apapun pada tali pusat, lipat popok dibawah puntung tali pusat, luka tali pusat di jaga tetap kering dan bersih sampai terlepas sendiri, jika puntung tali pusat kotor bersihkan dengan air DTT dan sabun lalu keringkan dengan kain bersih, perhatikan tanda-tanda infeksi tali pusat.



3. Ibu sudah mengerti tentang menjaga keamanan bayi dengan tanda ibu dapat menjelaskan kembali penjelasan bidan yaitu jauhkan bayi dari asap rokok, memasang klambu bayi agar tidak digigit nyamuk, dan selalu mengawasi saat bayi tidur.



15.41 WIB



4. Ibu sudah mengerti tentang perawatan bayi seharihari yaitu tidak memberikan cairan apapun pada tali pusat, bersihkan tali pusat dengan air bersih dan sabun, memberikan asi eksklusif, memandikan bayi 2 kali sehari. Dan ibu bersedia untuk melakukanya dirumah.



15.46 WIB



5. Memberitahu ibu bahwa akan dikunjungi ulang pada tanggal 15.47 26 November 2020 atau apabila ada keluhan. WIB



5. Ibu bersedia untuk dikunjungi ulang pada tanggal 20 februari 2021 atau apabila ibu ada keluhan.



ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. A UMUR 10HARI Tanggal



: 17 februari 2021



Waktu



: 10.00 WIB



Tempat



: Rumah Ny.A Desa Pandu Senjaya Rt 08/02



SUBJEKTIF Ibu mengatakantidak keluhan. Ibu mengatakan tidak rewel.



ada 1. 2. 3. bayinya



Ibu mengatakan hanya 4. memberikan ASI saja tanpa makanan tambahan apapun termasuk susu formula, dan bayinya bisa menyusu dengan baik. 5. Ibu mengatakan bayinya BAB sebanyak ±5 kali sehari, warnanya kuning, encer dan seperti ada bijibijian. Ibu mengatakan bayinya BAK sebanyak ±10 kali sehari, berwarna kuning jernih.



Tabel 4.20. KN 3. OBJEKTIF Keadaan umum : baik Kesadaran : Composmentis TTV : N : 128x/menit P : 40x/menit S : 36,7⁰C Antropometri BB : 2700 gr PB : 48 cm LK : 33 cm LD : 32 cm LiLA: 14 cm Status Present : a. Kepala : Mesochepal dan ubun-ubun datar b. Muka : Tidak pucat, tidak kuning c. Mata : Sklera tidak kuning, tidak ada secret d. Hidung : Tidak ada napas cuping hidung, tidak ada secret berlebihan e. Mulut : bibir berwarna merah muda, tidak kering dan pucat, lidah bersih.



ASSESMENT PLANNING Diagnosis kebidanan: Bayi 1. ibu tentang hasil Ny. A umur 10 hari cukup pemeriksaan. bulan. 2. Ingatkan ibu untuk Masalah : tidak ada tetap menjaga keamanan bayi. Diagnosis potensial : tidak ada 3. Beri KIE tentang imunisasi dasar Antisipasi tindakan segera : lengkap pada bayi. tidak ada 4. Anjurkan ibu untuk mengimunisasi BCG, polio pada bayinya pada tanggal 17 April 2021.



Ibu mengatakan tali pusat bayinya sudah lepas (puput) pada usia 8 hari. Ibu mengatakan suaminya merupakan perokok aktif dan sering merokok didalam rumah.



f. Telinga : Simetris, tidak ada serumen, tulang rawan sudah terbentuk sempurna. g. Leher : leher pendek, kulit berlipat, tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, ataupun vena jugularis. h. Dada : Tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada suara tambahan ronchi, stridor atau wheezing. i. Perut : perut datar, turgor kulit baik, tidak kembung, tidak ada pembesaran organ j. Punggung : tidak ada kelainan tulang belakang, tidak ada pembengkakan atau cekungan. k. Ekstremitas : a) Atas : Gerakan aktif, kulit tidak kekuningan, kuku tidak pucat, akral teraba hangat. b) Bawah : Geraan aktif, tidak kuning, kuku tidak pucat, akral teraba hangat.



WAKTU 10.15 WIB



Tabel 4. 21. Catatan implementasi KN 3. IMPLEMENTASI WAKTU 1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa bayi 10.16 dalam kondisi baik WIB



EVALUASI 1. Ibu sudah mengerti tentang hasil pemeriksaan bayinya.



10.16 WIB



2. Mengingatkan ibu untuk tetap menjaga keamanan bayi 10.20 yaitu dengan WIB menjauhkan asap rokok dari bayi karena apabila sering terpapar rokok dapat mengakibatkan kerusakan dinding saluran napas yang mengakibatkan terjadinya bronkitis, asma, dan infeksi saluran napas pada bayi. Menganjurkan ibu untuk menidurkan bayi dikamar dan menasihati suami agar tidak merokok didekat bayi.



2. Ibu bersedia untuk menjauhkan bayi dari asap rokok dengan cara bayi ditidurkan dikamar dan menasihati suami agar tidak merokok didekat bayi.



10.20 WIB



3. Memberikan KIE tentang imunisasi dasar lengkap pada 10.25 bayi yaitu WIB a. Hepatitis B (HB) 0 pada umur ≤ 7 hari. b. BCG, Polio 1pada usia 1 bulan c. DPT-HB-Hib 1, Polio 2 pada usia 2 bulan. d. DPT-HB-Hib 2, Polio 3 pada usia 3 bulan e. DPT-HB-Hib 3, Polio 4 pada usai 4 bulan. f. Campak pada usia 9 bulan. Sebelum imunisasi pastikan bayi dalam kondisi sehat, tidak sakit.



3. Ibu sudah mengerti tentang imunisasi dasar lengkap pada bayi dengan tanda ibu dapat menjawab pertanyaan dari bidan yaitu waktu imunisasi BCG dan Polio (saat bayi umur 1 bulan), hal apa yang perlu diperhatikan sebelum mengimunisasi bayi (bayi sehat atau tidak sedang sakit) dan ibu bersedia untuk mengimunisasi bayinya sesuai jadwal imunisasi.



10.25 WIB



4. Menganjurkan ibu untuk mengimunisasi BCG, polio 1 10.32 pada bayinya pada tanggal 17 April 2021, adapun WIB tujuan imunisasi BCG dan Polio adalah a. BCG (Basil Calmette Guerin) adalah untuk mencegah bayi terserang penyakit TBC. Lokasi penyuntikan BCG yaitu pada lengan kanan atas dan pada umumnya tidak timbul efek samping setelah



4. Ibu sudah mengerti tentang imunisasi BCG dan Polio dan ibu bersedia untuk mengimunisasikan bayinya pda tanggal 17 April 2021.



penyuntikan, namun setelah penyuntikan akan timbul benjolan kecil dan bernanah seperti bisul dan seiring berjalannya waktu benjolan akan mengempis dan membentuk luka parut. b. Polio (OPV/IPV) adalah imunisasi yang bertujuan untuk pencegahan penyakit polimielitis, pemberian imunisasi polio dapat dengan 2 cara yaitu dengan diteteskan ke mulut atau disuntikan. Apabila dengan cara diteteskan dalam mulut, maka diberikan 2 tetes. Apabila pemberian dengan cara disuntik maka diberikan di berikan di lengan kiri. biasanya jarang sekali terjadi efek samping setelah pemberian imunisasi atau biasanya bengkak pada area bekas penyuntikan 1-2 hari.



Pembahasan Dalam melaksanakan “Asuhan kebidanan berkelanjutan (Continuity of Care) pada Ny. A G2P1A0 di Puskesmas Cepiring yang dilakukan dengan melaksanakan manajemen kebidanan menurut alur pikir Varney dan didokumentasikan dalam bentuk SOAP, maka penulis melakukan pembahasan untuk menemukan adanya kesenjangan antara teori dengan studi kasus selama penulis melakukan asuhan kebidanan berkelanjutan yang meliputi: 1. Asuhan Kehamilan TM III b.



Data Subjektif Menurut Manuaba (2008; h.210), reproduksi sehat untuk ibu hamil dan melahirkan berkisar antara 20-35 tahun. Jika terjadi kehamilan pada usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun maka akan berisiko terjadinya kematian 2-4 kali lebih tinggi dari reproduksi sehat.



Berdasarkan hasil anamnesis, Ny.A



mengatakan berusia 33 tahun, sehingga usia Ny.A tidak berisiko untuk hamil maupun melahirkan. Pada kasus Ny.A ibu mengatakan kehamilan yang lalu mengalami ketuban pecah dini (KPD) dan persalinannya dengan induksi. Menurut Kemenkes RI (2013; h. 123) wanita yang pernah mengalami KPD pada kehamilan atau menjelang persalinan maka pada kehamilan berikutnya akan lebih berisiko dari wanita yang tidak memiliki riwayat KPD karena komposisi membran yang menjadi rapuh dan kandungan kolagen yang semakin menuru. Menurut Kemenkes RI (2013; h. 34) kehamilan dengan masalah kesehatan yang membutuhkan rujukan adalah kehamilan yang disertai hipertensi, penyakit jantung, penyakit ginjal, DM, sifilis, TBC. Pada studi kasus Ny.A ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit hipertensi, jantung, ginjal, DM, sifilis, dan TBC.



Sehingga kehamilan Ny.A adalah kehamilan normal yang tidak memerlukan rujukan. Pada studi kasus Ny.A ibu mengatakan melakukan pemeriksaan selama kehamilan sebanyak 9 kali yaitu 2 kali pada TM I, 3 kali pada TM II dan 5 kali pada TM III. Menurut Kemenkes RI (2013; h. 22) kunjungan pemeriksaan antenatal minimal dilakukan 4 kali selama hamil yaitu 1 kali pada TM I, 2 kali pada TM II, dan 2 kali pada TM III. Sehingga kunjungan antenatal pada kasus Ny.A sudah melebihi standar dengan ketentuan minimal. Menurut Varney (2007; h. 542) nyeri punggung bawah merupakan nyeri punggung pada area lumbosacral, hal ini biasa terjadi pada kehamilan normal seiring bertambahnya usia kehamilan karena uterus yang membesar. Pada kunjungan pertama kehamilan TM III, Ny.A mengatakan nyeri pada punggungnya sehingga mengganggu aktivitas. Keluhan yang dirasakan ibu merupakan hal yang fisiologis yang sering terjadi pada kehamilan TM III. Pada kunjungan kedua kehamilan TM III, Ny. A mengatakan sering BAK dan mengganggu tidurnya. Hal ini merupakan hal yang fisiologis yang terjadi pada kehamilan TM III karena kandung kemih dipengaruhi oleh desakan penurunan kepala janin saat kehamilan tua yang menyebabkan kandung kemih cepat penuh sehingga akan meningkatkan frekuensi berkemih (Manuaba, 2010; h. 94). Menurut Kemenkes RI (2013; h. 31) pemberian imunisasi bagi ibu yang pernah mendapatkan TT adalah apabila pernah 1 kali (TT 1) maka TT 2 dilaksanakan 4 minggu setelah TT 1, TT 3 dilaksanakan 6 bulan setelah TT 2, TT 4 dilaksanakan 1 tahun setelah TT 3, dan TT 5 dilaksankan 1 tahun setelah TT 4, apabila pernah 5



kali (TT 5) maka tidak perlu TT lagi. Imunisasi TT adalah imunisasi yang diberikan untuk memperoleh kekebalan terhadap infeksi tetanus toksoid. Dari hasil wawancara yang telah di lakukan, Ny. A mengatakan sudah pernah imunisasi TT 5 kali yaitu TT 1 saat SD kelas 1, TT 2 saat SD kelas 2, TT 3 saat SD kelas 3, TT 4 dilakukan saat capeng, TT 5 hamil ini saat usia kehamilan 16 minggu. Ny. N telah mendapatkan imunisasi TT lengkap namun dengan waktu yang tidak sesuai sehingga untuk kekebalan yang didapatkan tentu berbeda dengan imunisasi dengan waktu yang sesuai. c.



Data Objektif Menurut teori Kemenkes RI (2012; h. 9) kehamilan normal yaitu kehamilan tanpa disertai tekanan darah tinggi/hipertensi, hipertensi pada kehamilan terjadi jika tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg, preeklamsi terjadi jika hipertensi disertai dengan oedemawajah dan proteinuria positif. Suhu normal ibu hamil yaitu 36,537,50 C, apabila suhu tubuh diatas normal merupakan suatu tanda peradangan atau infeksi. Pada studi kasus, Ny.A tidak mengalami kenaikan tekanan darah yang signifikan dan suhu tubuh dalam batas normal, tekanan darah Ny. A berkisar 110120 mmHg untuk sistol, diastol 80-90 mmHg, tidak disertai edema tangan dan wajah, dan suhu tubuh 36,3-36,5o C. Sehingga tidak ada yang mengarah pada tanda preeklamsi, peradangan dan infeksi. Pada kunjungan pertama saat penulis melakukan anamnesis didapatkan bahwa ibu mengatakan berat badan sebelum hamil adalah 55 kg dan pada pengukuran berat badan di dapatkan berat badan saat hamil 63 kg. Ny.A mengalami kenaikan berat badan sebanyak 8 kg. Pengukuran tinggi badan pada Ny.A didapatkan hasil



156 cm, sehingga didapatkan Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu 25,06 dengan kategori normal. Penambahan BB Pada kasus Ny.N tidak sesuai dikarenakan rekomendasi penambahan berat badan ibu hamil pada kategori normal adalah 11,516 kg (Cunningham, 2010; h. 110). Namun ketidak sesuaian penambahan BB ibu tidak mempengaruhi TBJ sesuai usia kehamilan yaitu 2400 gram pada usia kehamilan 37 minggu 5 hari. Ny. N tidak dicurigai mengalami panggul sempit/Cephalopelvic Disproportion (CPD) karena tinggi badan tidak kurang dari 145 cm dan Ny. A sudah pernah melahirkan spontan. Pada kasus Ny.A didapatkan hasil pengukuran LiLA yaitu 26 cm, sehingga Ny.A tidak mengalami kekurangan energi kronik (KEK). Kekurangan energi kronik merupakan suatu keadaan dimana status gizi seseorang buruk sehingga dapat memberikan dampak negatif pada ibu hamil dan janin, salah satunya yaitu kematian ibu, dan bayi dapat lahir dengan berat badan rendah. Salah satunya tandai ibu hamil mengalami KEK yaitu dengan pemeriksaan Lingkar Lengan Atas (LiLA) yang kurang dari 23,5 cm (Kemenkes RI, 2012; h. 21). Pada kasus Ny.A hasil pemeriksaan TFU pada usia kehamilan 37 minggu 5 hari yaitu berada setinggi processus xipoideus. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pada umur kehamilan 36 minggu sampai kurang dari 40 minggu, tinggi fundus uteri (TFU) berada setinggi processus xipoideus (Manuaba, 2009; h. 78). Menurut teori Kemenkes RI (2013; h. 26) pada pemeriksaan palpasi abdomen menggunakan manuver leopold I-IV untuk mengetahui letak janin pada uterus. Letak janin pada kehamilan normal yaitu membujur dan presentasi kepala. Pada kasus Ny. A didapatkan hasil pemeriksaan leopold ibu sesuai dengan letak janin



pada kehamilan normal yaitu membujur, punggung kiri dengan presentasi kepala dan sudah masuk PAP. Pada kunjungan pertama pemeriksaan DJJ Ny.A didapatkan hasil yaitu frekuensi 11-12-12, jumlah 140x/menit, dan irama reguler, pada kunjungan kedua yaitu frekuensi 11-11-12, jumlah 136x/menit dan irama reguler. Sehingga janin Ny.A dalam kondisi baik. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa penilaian kesejahteraan janin dapat dinilai dari pemeriksaan auskultasi DJJ, menggunakan fetoskop maupun doppler. Dalam kehamilan normal DJJ berkisar antara 120-160 kali per menit, bila denyut jantung bayi kurang dari 120 kali per menit disebut bradikardia, sedangkan jika denyut jantung lebih dari 160 kali per menit disebut takikardia yang mengindikasikan gawat janin (Manuaba, 2010; h. 120). Menurut teori Kemenkes RI (2013; h. 27-28) pemeriksaan laboratorium dilakukan dua kali selama kehamilan. Pemeriksaan laboratorium rutin (untuk semua ibu hamil) pada kunjungan pertama, pemeriksaan yang dilakukan (kadar hemoglobin, golongan darah, tes HIV, Rapid test atau apusan darah tebal dan tipis untuk malaria, pada trimester III lakukan pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi seperti urinalisis jika terdapat hipertensi, kadar hemoglobin pada trimester III apabila dicurigai anemia, pemeriksaan BTA apabila mempunyai riwayat batuk > 2 minggu atau LiLA < 23,5 cm, tes sifilis dan tes gula darah puasa. Pada kasus Ny. A berdasarkan data sekunder (buku KIA) ibu melakukan pemeriksaan laboratorium sebanyak satu kali yaitu pada trimester I, dikarenakan ibu tidak mengetahui kapan waktu harus dilakukannya pemeriksaan laboratorium. Hasil pemeriksaan tanggal 10 Februari HB 11 gr%, HIV (-), golongan darah A rhesus (+), protein urine (-), dan



reduksi urine (-). Sehingga terdapat ketidak sesuaian dengan teori mengenai waktu pemeriksaan laboratorium yang hanya dilakukan satu kali dan dengan hasil yang mengarahkan ibu mengalami anemia ringan, sesuai dengan teori Manuaba (2015; h. 38) derajat anemia pada ibu hamil yaitu anemia ringan (9-10 gr%), anemia sedang (7-8 gr%) dan anemia berat (kurang dari 7 gr%). d.



Assesment 1) Diagnosis Kebidanan Diagnosis ibu hamil meliputi GPA (Gravida Para Abortus),umur ibu, umur kehamilan (dalam hitungan minggu), janin tunggal, hidup, intra uterin, letak membujur, punggung kanan/kiri, presentasi kepala, sudah masuk PAP/belum. Kategori kehamilan normal adalah apabila keadaan umum baik yaitu tekanan darah kurang dari 140/90 mmHg, edema hanya pada ekstremitas, DJJ 120-160 kali/menit, dan merasakan gerakan janin (Kemenkes RI, 2013; h. 34). Pada studi kasus, diagnosis kehamilan ditulis sesuai dengan ketentuan format penulisan diagnosis. Pada kasus Ny. A, dilakukan 2 kali kunjungan hamil, diagnosis kebidanan pada kunjungan pertama yaitu G2P1A0 umur 33 tahun usia kehamilan 37 minggu janin tunggal hidup intra uterin letak membujur puki preskep U. Diagnosis pada kunjungan kedua yaitu G2PIA0 umur 26 tahun usia kehamilan 38 minggu janin tunggal hidup intra uterin letak membujur puki preskep U. sehingga penulisan diagnosis kehamilan sesuai dengan kriteria kehamilan normal. 2) Masalah Masalah sering kali berkaitan dengan bagimana ibu menghadapi kenyataan tentang diagnosisnya dan sering kali bisa diindentifikasikan berdasarkan



pengalaman bidan dalam mengenal masalah seseorang. Pada studi kasus Ny.A didapatkan masalah pada kunjungan ke 9 kehamilan TM III, bahwa pada kunjungan pertama Ny.A mengalami nyeri punggung hingga mengganggu aktivitas,



pada



kunjungan



kedua



Ny.A



mengalami



nokturia



hingga



mengganggu istirahatnya namun hal bersifat fisiologis. 3) Diagnosis potensial Manurut Varney (2007; h. 27-28), mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian diagnosis atau masalah yang sudah teridentifikasi. Berdasarkan temuan tersebut, bidan dapat melakukan antisipasi agar diagnosis atau masalah tersebut tidak terjadi. Pada studi kasus Ny.A tidak terdapat diagnosis potensial. 4) Antisipasi tindakan segera Pada kasus Ny.A tidak perlu adanya tindakan segera karena tidak munculnya diagnosis potensial. e.



Planning Pada studi kasus Ny.A penulis merencanakan asuhan yang diberikan selama melakukan dua kali kunjungan. Rencana asuhan yang diberikan penulis adalah memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan, memberi KIE tentang keluhan nyeri punggung dan nokturia, persiapan persalinan, tanda-tanda persalinan, IMD, serta menganjurkan ibu untuk meminum therapy dari bidan (tablet Fe, kalk, vitamin C). Rencana asuhan yang diberikan penulis sesuai dengan teori Kemenkes RI (2013; h. 33) yaitu memberikan therapy dan KIE sesuai kebutuhan. Implementasi yang dilakukan penulis pada Ny.A sudah terlaksana



sesuai



dengan perencanaan yang sudah dibuat. Evaluasi yang dilakukan penulis pada



kasus Ny.N dilakukan dengan dua cara yaitu segera setelah pemberian asuhan dan pada kunjungan berikutnya. Evaluasi yang diberikan segera seperti ibu mengerti tentang penjelasan bidan dan ibu dapat menjawab pertanyaan dari bidan, evaluasi pada kunjungan berikutnya yaitu keluhan ibu sudah mulai berkurang. 4.



Asuhan Persalinan a.



Kala II 1) Data Subjektif Menurut Kemenkes RI (2013; h. 36) persalinan dan kelahiran dikatakan normal jika usia kehamilan cukup bulan (37-42 minggu). Apabila usia kehamilan kurang dari 37 minggu dinamakan preterm dan apabila lebih dari 42 minggu dinamakan postterm/serotinus. Pada studi kasus, usia kehamilan Ny.A adalah 49 minggu 4 hari. Sehingga usia kehamilan Ny.A cukup bulan Menurut Prawirohardjo (2009; h. 341) kala II persalinan dapat dikenali dengan mendengar dan melihat tanda dan gejalanya yaitu ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran, ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina, Pada studi kasus, Ny.A sudah merasakan tanda kala II yaitu ibu mengatakan merasa mulas dan ingin BAB. 2) Data Objektif Pada kasus Ny.A pada saat dilakukan pemeriksaan tekanan darah didapatkan hasil 120/90 mmHg. Jika dibandingkan dengan tekanan darah sewaktu hamil tidak mengalami peningkatan sistolik, namun mengalami peningkatan diastolic yaitu 90 mmHg. Menurut Varney (2008; h. 287) bahwa tekanan darah meningkat selama kontraksi disertai dengan peningkatan sistolik



rata-rata 15 mmHg (10-20 mmHg) dan diastolik rata-rata 5-10 mmHg pada waktu diantara kontraksi tekanan darah kembali meningkat. Sehingga antara studi kasus dengan teori terdapat perbedaan. Menurut Kemenkes RI (2013; h. 27) letak janin normal apabila didapatkan presentasi kepala, dan bayi dapat lahir secara normal. Pada kasus Ny.A saat dilakukan pemeriksaan leopold didapatkan bahwa letak janin presentasi kepala. Sehingga Ny.A dapat bersalin secara normal. Pada pemeriksaan DJJ Ny.A didapatkan hasil yaitu 140x/menit. Sehingga janin Ny.A dalam kondisi baik. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa DJJ normal berkisar antara 120-160 kali per menit, bila denyut jantung bayi kurang dari 120 kali per menit atau lebih dari 160 kali per menit mengindikasi gawat janin (Manuaba, 2010; h. 120). Menurut Mochtar (2011; h. 56) pada kala II his terkoordinir kuat, cepat dan lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun dan masuk rongga panggul sehingga terjadi penekanan pada otot-otot dasar rongga panggul, pada waktu his kepala janin mulai terlihat, vulva membuka dan penineum meregang. Pada studi kasus Ny. A, ibu mengalami kontraksinya sebanyak 5x/10’/55”, saat dilakukan pemeriksaan terlihat perineum ibu tampak menonjol, vulva dan anus ibu tampak membuka, hasil pemeriksaan dalam didapatkan porsio tipis, effacement 100%, pembukaan 10 cm, kulit ketuban sudah pecah, presentasi belakang kepala, POD UUK posisi jam 12, penurunan kepala di bidang hodge III+, tidak ada tanda-tanda maulage dan tidak ada



bagian menumbung. Sehingga Ny. A dapat melakukan persalinan secara normal. 3) Asessment a)



Diagnosis Kebidanan Menurut Varney (2007; h. 691) diagnosis kebidanan yang dapat ditegakkan pada persalinan normal adalah gravida, paritas, abortus, umur ibu, umur kehamilan, jumlah janin, janin hidup atau tidak, intra uterin atau tidak, letak janin, letak punggung, presentasi dan inpartu. Pada studi kasus Ny. A di dapatkan diagnosis persalinan kala II yaitu G2P1A0 umur 33 tahun hamil 39 minggu 4 hari janin tunggal hidup intra uterin letak membujur puki preskep U inpartu kala II.



b) Masalah Dalam asuhan kebidanan digunakan istilah masalah dan diagnosis. Kedua istilah tersebut dipakai karena beberapa masalah tidak di definisi sebagai diagnosis, tetapi perlu pertimbangan untuk membuat rencana secara menyeluruh (Varney, 2007; h. 27). Pada studi kasus Ny. A tidak didapatkan masalah. c)



Diagnosis Potensial Pada kasus Ny. A tidak ditemukan kegawatan atau komplikasi karena tidak ada data subjektif maupun objektif yang mendukung munculnya diagnosis potensial.



d) Antisipasi Tindakan Segera Pada kasus Ny. A tidak dilakukan tindakan segera karena tidak ada diagnosis potensial. 4) Planning Menurut PPIBI (2016; h. 175) pada langkah ke 7 yaitu sebelum melakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin penolong membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari anterior (depan) ke posterior (belakang) menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi menggunakan air DTT. Pada studi kasus Ny. A sebelum melakukan periksa dalam penulis tidak membersihkan vulva dan perineum menggunakan kapas/kasa yang dibasahi air DTT, namun diganti dengan menggusap menggunakan kain bersih. Menurut PPIBI (2016; h. 176) pada langkah ke 18 yaitu pada saat melakukan pertolongan melahirkan bayi, penolong memakai sarung tangan panjang steril pada kedua tangan. Pada studi kasus Ny. A saat melakukan pertolongan persalinan penulis tidak menggunakan sarung tangan panjang steril, melainkan sarung tangan pendek steril dikarenakan sesuai protap Puskesmas, sarung tangan panjang steril hanya digunakan untuk menolong kasus kegawatdaruratan saja. Menurut JNPK-KP (2008; h.15) memakai APD lengkap dapat melindungi pertugas dari percikan yang dapat mengkontaminasi dan menyebabkan penyakit. Pada studi kasus Ny. A penulis belum menggunakan APD secara lengkap seperti sepatu boots, dikarenakan keterbatasan APD di BPM. Namun



dalam studi kasus penggunaan sepatu boots diganti menggunakan sandal yang tertutup. Menurut PPIBI (2016; h. 177) pada langkah 29 dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 IU (intramuskuler) di 1/3 distal lateral paha. Pada langkah tersebut tidak berisi keterangan bahwa menggunakan teknik aseptik sebelum dilakukan penyuntikan, dikarenakan larutan antiseptik memerlukan beberapa menit setelah dioleskan pada permukaan tubuh untuk menunggu kering, agar dapat mencapai manfaat yang optimal. Sehingga tidak perlunya tindakan aseptik untuk tindakan kecil dan segera seperti penyuntikan oksitosin. Pada studi kasus Ny.A, penulis tidak melakukan tindakan aseptik dengan menggunakan kapas alkohol sebelum melakukan penyuntikan oksitosin. disebabkan karena pada pelatihan APN setelah satu menit bayi lahir maka inj oxytocin segera diberikan , mengingat waktu kadar oxytocin dalam tubuh ibu akan menurun minimal 1 menit setelah bayi lahir Menurut PPIBI (2016; h. 177) pada langkah 31 tali pusat diikat menggunakan benang DTT/steril pada satu sisi kemudian lingkarkan lagi benang tersebut dan ikat tali pusat dengan simpul kunci pada sisi lainnya. Pada studi kasus Ny. A, penulis menggunakan umbilical cord clamp untuk menjepit tali pusat, karena sesuai protap BPM bahwa penjepitan tali pusat menggunakan umbilical cord clamp cenderung lebih steril, dan terbuat dari plastik anti alergen



sehingga



tidak



menimbulkan



dampak



berkembang



biaknya



mikroorganisme yang dapat mendorong terhadap terjadinya infeksi, sedangkan apabila menggunakan benang DTT/steril dengan perawatan yang tidak tepat



dapat menjadi lembab dan menyebabkan berkembangnya mikroorganisme yang dapat mendorong terjadinya infeksi. b.



Kala III 1) Data Subjektif Menurut Mochtar (2012; h. 73), kala III (kala pengeluaran uri) yaitu setelah bayi lahir, kontraksi rahim beristirahat sebentar. Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Pengeluaran plasenta di sertai dengan pengeluaran darah. Pada studi kasus Ny. A saat memasuki kala III, tanda gejala yang dirasakan ibu sesuai dengan teori yaitu ibu mengatakan perutnya mulas dan mengeluarkan darah tiba-tiba, kala III berlangsung selama 5 menit. 2) Data Objektif Pada studi kasus Ny. A terdapat semburan darah tiba-tiba ±50 cc dan tali pusat memanjang. Sesuai dengan teori JNPK-KP (2008; h. 96) tanda pelepasan plasenta yaitu semburan darah tiba-tiba, uterus tampak membulat dan tali pusat bertambah panjang. 3) Assesment a)



Diagnosis kebidanan Pada studi kasus Ny. A di dapatkan diagnosis persalinan G2P1A0 umur 33 tahun inpartu kala III.



b) Masalah Pada studi kasus Ny. A tidak terdapat masalah, karena tidak ada data yang menunjang baik dari data subjektif dan data objektif.



c)



Diagnosis potensial Pada kasus Ny. A tidak ditemukan diagnosis potensial.



d) Antisipasi tindakan segera Pada kasus Ny. A tidak dilakukan tindakan segera karena tidak terdapat diagnosis potensial. 4) Planning Menurut Saifuddin (2009; h. 115) manajement aktif pada kala III persalinan mempercepat kelahiran plasenta dan dapat mencegah atau mengurangi perdarahan post partum, manajement aktif kala III terdiri dari tiga langkah sebagai berikut: pemberian suntik oksitosin 1 menit setelah bayi lahir, melakukan penegangan tali pusat terkendali, masase fundus uteri. Sesuai dengan teori kala III, penulis melakukan penegangan tali pusat terkendali sehingga evaluasi yang didapatkan plasenta lahir spontan, utuh, dan tidak terjadi perdarahan. c.



Kala IV 1) Data Subjektif Pada kala IV setelah pengeluaran plasenta, fundus uteri mulai berkontraksi dan membuat sebagian besar myometrium tertutupi oleh serosa dan terlapisi oleh desidua basalis. Pada ibu multipara uterus berkontraksi sangat kuat pada interval tertentu dan menyebabkan nyeri setelah persalinan, yang mirip nyeri saat persalinan namun lebih ringan (Cunningham, 2014; h. 101). Sesuai dengan teori tersebut, pada kasus Ny. A ibu mengatakan masih merasakan mulas pada perutnya.



2) Data Objektif Menurut Mochtar (2011; h. 72) kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah proses tersebut. Observasi yang harus dilakukan pada kala IV salah satunya yaitu terjadi perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal jika jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc. Pada kasus Ny. N PPV: ±50 cc, dan tidak ada laserasi pada jalan lahir. Pada kasus Ny. N TFU 2 jari dibawah pusat. Hal ini sesuai dengan teori Mochtar (2011; h. 87) yang menyatakan tinggi fundus uteri setelah plasenta lahir 2 jari dibawah pusat. 3) Assesment a)



Diagnosis Kebidanan Diagnosis kebidanan yang dapat ditegakkan Pada kasus Ny.A sesuai dengan nifas normal yaitu para-abortus inpartu kala IV. Pada studi kasus Ny.A didapatkan diagnosis kebidanan nifas yaitu P2A0 inpartu kala IV.



b) Masalah Pada studi kasus Ny. A tidak terdapat masalah. c)



Diagnosis Potensial Pada kasus Ny. A tidak ditemukan diagnosis potensial.



d) Antisipasi Tindakan Segera Pada kasus bayi Ny.A tidak dilakukan tindakan segera karena tidak ada diagnosis potensial.



4) Planning Menurut Mochtar (2012; h. 74) kala IV adalah kala pengawasan selama 2 jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu, terutama terhadap



bahaya perdarahan postpartum (lebih dari 500 cc). Pada studi kasus Ny.A, kala IV berlangsung selama 2 jam dan perdarahan ±80 cc, TFU 2 jari dibawah pusat. Sehingga keadaan ibu normal. Menurut PPIBI (2016; h. 177) pada langkah 32 letakkan bayi tengkurap didada ibu untuk kontak kulit ibu-bayi. Biarkan bayi melakukan kontak kulit ke kulit



didada



ibu



paling



sedikit



1



jam,



hal



ini



untuk



mencegah



kadinginan/hypotermia pada bayi baru lahir dan lebih besar keberhasilan untuk menyusui eksklusif. Pada studi kasus Ny.N, bayi hanya di IMD selama ±10 menit, dikarenakan di Puskesmas ada pasien baru yang datang dengan pembukaan lengkap sehingga bidan harus mengambil tindakan segera. Bayi Ny.N berisiko terjadi hypotermia dan lebih sedikit kemungkinan keberhasilan menyusu eksklusif dikarenakan IMD tidak dilaksanakan secara optimal. 5.



Asuhan Nifas a.



Data Subjektif Berdasarkan pengkajian yang dilakukan penulis pada kasus Ny.A didapatkan bahwa ibu mengatakan masih merasa mulas pada 8 jam setelah persalinan. Hal ini merupakan kondisi normal yang dialami ibu nifas. Karena rasa mulas yang dirasakan ibu atau disebut after pains disebabkan oleh kontraksi rahim yang terus menerus pada uterus, banyak terjadi pada multipara dan biasanya terjadi pada 2-4 hari pasca persalinan (Saifuddin, 2011; h. 89). Lokia dalah cairan sekresi yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa nifas. Menurut Sofian (2011; h. 87) lokia dibagi menjadi: 1) Lokia rubra (cruenta) yaitu berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua,



verniks caseosa, lanugo dan mekonium, selama 2 hari pasca persalinan. 2) Lokia sanguilenta yaitu berwarna merah kuning, berisi darah dan lendir, hari ke-3 samapai ke 7 pasca persalinan. 3) Lokia serosa yaitu berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca persalinan. 4) Lokia alba yaitu cairan putih setelah 2 minggu. Pada kasus Ny. A, 8 jam post partum ibu mengatakan mengeluarkan darah dari jalan lahirnya seperti menstruasi berwarna merah segar, pada 6 hari post partum ibu mengatakan mengeluarkan darah berwarna kecoklatan, pada 2 minggu post partum dan 6 minggu post partum ibu mengatakan sudah tidak mengeluarkan sesuatu dari jalan lahir. Sehingga pengeluaran pervaginam yang ibu alami sesuai dengan pengeluaran lokia pada masa nifas. Ibu mengatakan bahwa ASI nya sudah keluar. Hal ini sesuai dengan teori Sofian (2011; h. 88) bahwa produksi ASI akan banyak pada 2-3 hari pasca persalinan. Menurut teori Depkes RI (2013; h, 51), kebutuhan nutrisi dan gizi ibu masa nifas yaitu mengkonsumsi tambahan 500 kalori/hari, diet makanan seimbang (cukup protein, mineral dan vitamin), minimal minum 3 liter/hari, suplemen besi diminum selama 3 bulan pasca bersalin, suplemen vitamin A 200.000 IU. Pada kasus Ny. A didapatkan hasil pengkajian bahwa ibu mengatakan minum penambah darah, ibu mengatakan minum 3 liter perhari dan ibu mengatakan diberi obat berwarna merah (Vitamin A) setalah bersalin, ibu mengatakan telah makan porsi sedang atau sebanyak 3 kali sehari dengan menu gizi seimbang, ibu mengatakan dalam budayanya terdapat pantangan makanan bagi ibu nifas, pada kunjungan



ketiga ibu mengatakan tidak boleh makan kerang oleh ibu mertuanya, sehingga pemenuhan protein tidak optimal. b.



Data Objektif Menurut Varney (2007; h, 961) perubahan fisik pada tanda-tanda vital normal ibu nifas adalah: Tekanan darah nifas normal adalah sistolik antara 90-120 mmHg dan diastolik 60-80 mmHg. Tekanan darah biasanya tidak berubah kemungkinan akan lebih rendah setelah melahirkan karena ada perdarahan atau yang lainnya. Tekanan darah takan tinggi bila terjadi preeklamsi postpartum. Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan suhu dan denyut nadi, bila suhu dan nadi tidak normal pernapasan juga akan mengikuti kecuali bila ada gangguan khusus pada saluran nafas. Bila pernapasan pada masa postpartum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok. Suhu badan dalam 24 jam postpartum akan meningkat sedikit (37,5C-38C), denyut nadi normal orang dewasa 60-80 kali/menit. Kunjungan pertama (KF I, 8 jam postpartum) pada kasus Ny. A diperoleh hasil tekanan darah yaitu 120/80 mmHg, dimana nifas normal tidak terjadi peningkatan tekanan darah setelah periode melahirkan. Nadi 80 kali/menit, pernapasan 22 kali/menit, suhu 36,8C. Kunjungan kedua (KF 2, 6 hari postpartum) hasil pemeriksaan TD: 110/80 mmHg, N: 80 kali/menit, S: 36, 3 0C dan pernapasan : 21 kali/menit. Kunjungan ketiga (KF 3, 2 minggu post partum) hasil pemeriksaan TD: 120/70 mmHg, N: 80 kali/menit, S: 36, 40C dan pernapasan : 21 kali/menit. Kunjungan keempat (KF 4, 5 minggu postpartum) hasil pemeriksaan TD: 110/70 mmHg, N: 80 kali/menit, S:36,80C dan pernapasan : 20 kali/menit. Hal ini dapat



disimpulkan bahwa tanda-tanda vital Ny. A normal (tidak ada tanda-tanda yang menagarah pada syok). Sesuai dengan teori Mochtar (2012; h, 87), pemeriksaan abdomen perlu dikaji untuk mengetahui bagaimana kontraksi uterus, setelah bayi lahir tinggi fundus uteri kira-kira setinggi pusat, setelah plasenta lahir tinggi fundus uteri ada kira-kira 2 jari dibawah pusat, setelah satu minggu postpartum menjadi pertengahan antara simfisis dan pusat, setelah 2 minggu post partum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas simfisis, setelah 6 minggu post partum tinggi fundus uteri bertambah kecil dan setelah 8 minggu post partum tinggi fundus uteri normal kembali serta usahakan kandung kemih kosong saat pemeriksaan. Pada kasus Ny.A, KF 1 TFU berada 2 jari dibawah pusat, KF 2 TFU pertengahan antara pusat dan symfisis, KF 3 TFU tidak teraba diatas syimfisis, KF 4 TFU tidak teraba. Sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori dan prakik. c.



Assesment 1) Diagnosis kebidanan. Menurut Kemenkes RI (2013; h. 50) diagnosis nifas tidak normal adalah apabila dalam masa nifas terdapat perdarahan berlebih, sekret vagina berbau, demam, nyeri perut bawah, kelelahan atau sesak, bengkak pada tangan, tungkai, sakit kepala dan pandangan kabur, nyeri payudara, pembengkakan payudara, luka atau perdarahan puting. Pada studi kasus Ny. A, ibu tidak mengalami salah satu tanda tersebut, sehingga nifas Ny. A adalah nifas normal. Diagnosis kebidanan dengan nifas normal adalah para-abortus, umur ibu, nifas hari ke, postpartum normal. Pada kasus Ny. A diagnosis yang ditegakkan sesuai.



2) Masalah Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Saifuddin (2009; h. 269) masalah yang sering muncul pada ibu nifas adalah bendungan payudara, apabila bayi belum bisa menyusu dengan baik, mastitis payudara, abses payudara, postpartum blues dan depresi postpartum. Pada kasus Ny.A, berdasarkan data subjektif dan objektif tidak terdapat hal-hal yang mengarah pada masalah masa nifas, sehingga tidak terdapat masalah pada nifas Ny.A. 3) Diagnosis potensial Pada kasus Ny. A tidak ditemukan diagnosis potensial, dikarenakan tidak ada data yang mendukung timbulnya diagnosis potensial. 4) Antisipasi tindakan segera Pada kasus Ny. A tidak dilakukan tindakan segera karena tidak ada kegawatan maupun komplikasi. d.



Planning Sesuai dengan teori Saifuddin (2011; h. N-24) asuhan yang diberikan KF I adalah pada 6-8 jam post partum untuk mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri, mendeteksi penyebab lain perdarahan serta melakukan rujukan jika perdarahan berlanjut. Melakukan konseling pada ibu dan keluarga jika terjadi masalah. Memfasilitasi pemberian ASI awal. Mengajarkan cara hubungan baik antara ibu dan bayi (bounding attachmant). Menjaga bayi tetap sehat dan hangat dengan cara mencegah hipotermi pada bayi. Memastikan ibu merawat bayi dengan baik (perawatan tali pusat, dan memandikan bayi). KF II pada 6 hari post partum untuk memastikan involusi uterus dengan normal, uterus berkontraksi baik, TFU, tidak ada perdarahan, lochea tidak berbau.



Mendeteksi adanya (demam, perdarahan abnormal, sakit kepala hebat. Memastikan ibu mendapat asupan (nutrisi, hidrasi dan istirahat cukup), memastikan ibu menyusui



dengan



baik



dan



tidak



memperlihatkan



tanda-tanda



penyulit.



Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari. Melakukan konseling KB secara mandiri. KF III pada 2 minggu post partum asuhan yang diberikan sama dengan asuhan KF II. Pada KF IV 6 minggu post partum menanyakan pada ibu apakah ada masalah atau penyulit yang dialami baik ibu maupun bayinya. Memastikan ibu telah memilih kontrasepsi efektif atau sesuai kebutuhan. Pada kasus Ny.A, perencanaan yang dilakukan pada KF I (8 jam post partum) memberitahu ibu hasil pemeriksaan, memberi ibu KIE tentang tanda bahaya masa nifas, mengajarkan ibu teknik menyusui yang baik dan benar, menganjurkan ibu untuk memberikan ASI ekslusif, memberi KIE tentang nutrisi, mengingatkan ibu untuk mengkonsumsi obat (asam mefenamat, tablet Fe, amoxcilin, dan vitamin A) yang diberikan oleh bidan dan mengingatkan ibu untuk kunjungan ulang. Penulis tidak memberikan asuhan mengenai pencegahan perdarahan dengan cara masase uterus dikarenakan asuhan tersebut telah diberikan pada kala IV persalinan, dan penulis memberikan KIE tentang nutrisi dikarenakan pada budaya ibu terdapat pantangan makanan pada ibu nifas sehingga ibu perlu diberi pengertian tentang nutrisi ibu nifas agar kebutuhan nutrisinya terpenuhi. KF II pada 6 hari post partum, perencanaan yang dibuat oleh penulis adalah memberitahu ibu hasil pemeriksaan, menganjurkan ibu untuk cukup istirahat dan



pemenuhan cairan, mengingatkan ibu untuk melanjutkan terapi yang diberikan, menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang. Penulis tidak memberikan konseling mengenai nutrisi dikarenakan pola nutrisi ibu sudah baik, penulis tidak memberikan KIE tentang perawatan bayi sehari-hari dikarenakan KIE tersebut diberikan pada kunjungan neonatal dan penulis belum memberi konseling KB secara mandiri pada kunjungan KF II karena sesuai dengan peraturan PPIBI konseling tersebut bisa diberikan pada KF III. KF III pada 2 minggu post partum perencanaan yang dibuat oleh penulis adalah memberitahu ibu hasil pemeriksaan, mengingatkan kembali pada ibu mengenai kebutuhan nutrisi dan tidak boleh ada pantangan makanan dikarenakan ibu mengatakan tidak boleh mengkonsumsi kerang oleh mertuanya dan takut untuk makan kerang karena dapat mengakibatkan ASI amis dan bayi sering muntah, memberi ibu KIE tentang KB pasca bersalin, menganjurkan ibu untuk segera membuat akte kelahiran dan menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang. Pada KF IV penulis melakukan kunjungan pada 5 minggu post partum, perencanaan yang dibuat oleh penulis adalah memberitahu hasil pemeriksaan, memastikan ibu untuk memilih untuk segara KB. Pada kunjungan KF IV ibu sudah memilih KB yaitu kondom, sehingga penulis memberikan konseling KB kondom agar ibu jauh lebih paham mengenai KB kondom. Implementasi asuhan yang diberikan pada kasus Ny.A sudah sesuai dengan perencanaan yang dibuat oleh penulis, evaluasi yang penulis lakukan dengan cara langsung dan pada kunjungan berikutnya. Evaluasi secara langsung seperti ibu paham dan dapat menjawab pertanyaan bidan, evaluasi pada kunjungan berikutnya



dibuktikan dengan ibu sudah menerapkanya sehari-hari dan dapat mengambil keputusan secara tepat. Menurut kemenkes RI, (2013; h. 51) kebutuhan zat besi pada ibu nifas yaitu sampai dengan 3 bulan pasca persalinanan. Pada kasus Ny.N, ibu hanya mendapatkan tablet Fe sebanyak 20 buah (10 buah dari Puskesmas dan 10 buah dari kunjungan rumah bidan desa). Sehingga Ny. A tidak mendapatkan tablet Fe sesuai kebutuhanya. Menurut Kemenkes RI (2013; h. 51) salah satu asuhan pada ibu nifas yaitu memberikan informasi dan mengajarkan tentang pentingnya latihan otot perut dan otot panggul. Pada studi kasus Ny.A penulis tidak memberikan informasi dan mengajarkan latihan otot perut dan panggul dikarenakan keterbatasan waktu saat penulis melakukan kunjungan sore hari. 6.



Asuhan Bayi Baru Lahir a.



Data Subjektif Menurut teori Kemenkes RI (2013 : 56), setiap bayi normal tidak terdapat tanda bahaya seperti, apakah bayi tidak mau minum atau memuntahkan ASI yang diberikan, bayi kejang, bayi bergerak jika hanya dengan diberikan rangsangan, apakah bayi diare. Pada kasus bayi Ny. A dari hasil anamnesis setiap kunjungan ibu mengatakan bahwa bayinya tidak terdapat tanda bahaya. Sehingga penulis menyimpulkan bayi dalam kondisi baik. Pada studi kasus bayi Ny. A, ibu mengatakan bahwa bayinya sudah mendapat suntik vitamin K1 dan sudah diberi salep mata segera setelah lahir. Sehingga bayi Ny. A sudah terhindar dari risiko terjadinya perdarahan dan infeksi mata, Karena



sistem pembekuan darah pada bayi baru lahir belum sempurna, maka semua bayi akan berisiko untuk mengalami perdarahan, tidak tergantung apakah bayi mendapatkan ASI atau susu formula, usia kehamilan dan berat badan lahir. Sehingga untuk mencegah kejadian tersebut dianjurkan setiap BBL diberikan suntikan vitamin K1 (Phytomenadione) sebanyak 1 mg dipaha kiri secara IM setelah 1 jam bayi dilakukan IMD, untuk mencegah infeksi mata, salep mata atau tetes mata diberikan segera setelah proses IMD . salep mata yang dianjurkan adalah salep mata antibiotik tetrasiklin 1% (Kemenkes RI, 2010; h. 13). Namun pemberian vitamin K1 dan salep mata tidak sesuai waktu yang ditentukan melainkan diberikan setelah 15 menit setelah bayi lahir. Sehingga terdapat perbedaan antara teori dan praktik. Menurut Kemenkes RI (2010; h. 14) imunisasi hepatitis B pertama (HB 0) diberikan 1-2 jam setelah pemberian vitamin K1 secara IM. Imunisasi ini bermanfaat untuk mencegah infeksi hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi. Pada kasus bayi Ny. N, ibu mengatakan bahwa bayinya sudah diberi imunisasi HB 0. Sehingga bayi sudah memiliki kekebalan dari risiko penularan infeksi hepatitis B. Menurut teori Kemenkes (2013; h. 19), pastikan bayi akan buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) pada 24 jam pertama. Pada kasus bayi Ny. A, ibu mengatakan bayi sudah BAB 3 jam setelah lahir dan sudah BAK 2 jam setelah lahir, sehingga saluran pencernaan dan perkemihan bayi dalam kondisi normal. Pada studi kasus bayi Ny. A, kunjungan pertama ibu mengatakan bahwa bayinya sudah dipakaikan baju, di bedong dengan kain bersih dan kering sehingga



bayi tidak kedinginan, namun pada kunjungan kedua ibu mengatakan bahwa bayinya ditidurkan didepan TV dan dekat dengan kipas angin. Sehingga hal dapat mengakibatkan bayi kedinginan. Sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa saat lahir, mekanisme pengaturan suhu pada BBL belum sempurna. Oleh karena itu apabila tidak segera dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas tubuh maka BBL dapat mengalami hypotermia, berisiko untuk mengalami sakit berat atau bahkan kematian. Hypotermia mudah terjadi apabila tubuh bayi dalam kondisi basah atau tidak segera dikeringkan dan bayi terpapar langsung dengan benda, udara disekitar yang lebih dingin (Kemenkes RI, 2010; h. 7). Menurut Kemenkes RI (2010; h. 13) mulai menyusui dilakukan segera setelah lahir, jangan berikan makanan ataupun minuman lain kepada bayi (misalnya air madu, larutan air gula, atau pengganti air susu ibu), berikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama hidupnya dan baru dianjurkan untuk memulai pemberian makanan pemdamping ASI setelah periode eksklusif tersebut, berikan ASI kepada bayi sesuai dorongan alamiah baik siang maupun malam (8-10 kali atau lebih dalam 24 jam) selama bayi menginginkan. Pada studi kasus bayi Ny. N, ibu mengatakan bayinya hanya diberi ASI saja tanpa makanan tambahan apapun, dan disusui setiap kali bayinya menginginkan tanpa terjadwal (±10-12 kali sehari) atau apabila bayi tidur dibangunkan setiap 2 jam, dan bayi tidak rewel. Sehingga nutrisi pada bayi Ny. A terpenuhi. Menurut kemenkes RI (2010; h. 118) bayi boleh dimandikan minimal 6 jam setelah lahir untuk memastikan bayi tetap segar dan bersih. Pada kasus bayi Ny. A, ibu mengatakan belum memandikan bayi dikarenakan di Puskesmas tidak



tersedianya fasilitas untuk memandikan bayi, namun penulis memberikan KIE tentang cara memandikan bayi sehingga ibu dapat segera memandikan bayi dan bayi kebersihanya terjaga. b.



Data Objektif Pada data objektif BBL, penulis akan membahas mengenai pemeriksaan fisik yang dilakukan yaitu TTV bayi, antropometri bayi, dan pemeriksaan fisik bayi. Sesuai dengan Kemenkes RI (2013; h. 18-20), ciri-ciri fisik bayi baru lahir normal adalah frekuensi denyut jantung normal 120-160 x/menit, suhu normal 36,5C-37,5C. Berdasarkan hasil pemeriksaan objektif pada setiap kunjungan didapatkan hasil pengukuran suhu tubuh ketiak dengan termometer adalah 36,737,2 C, hasil pemeriksaan nadi 128-132 kali/menit. Sehingga bayi Ny. A tidak mengalami hypotermia maupun demam dan bradikardi maupun takikardi. Menurut kemenkes RI (2013; h.53) yaitu berat badan normal bayi baru lahir adalah 2,5-4 kg. Panjang lahir 48-52 cm, lingkar kepala 33-37 cm. Dalam minggu pertama berat bayi mungkin akan turun dahulu baru kemudian akan naik, pada usia 2 minggu umumnya telah mencapai berat lahir. Penurunan berat badan bayi baru lahir cukup bulan maksimal 10% dari BB lahir sedangkan bayi kurang bulan maksimal 15 %. KN I (10 jam) pada kasus bayi Ny. A didapatkan hasil pemeriksaan antropometri berat badan lahir 2700 gram, panjang badan 48 cm, lingkar kepala 33 cm, lingkar dada 32 cm, LiLA 13 cm. Pada KN II (hari ke-4) kasus bayi Ny. A didapatkan hasil pemeriksaan yaitu berat badan 2700 gram, panjang 48 cm, lingkar kepala 33 cm, lingkar dada 32 cm dan LiLA 13 cm. Pada KN III (hari ke-10) hasil pemeriksaan berat badan 2700



gram, panjang badan 48 cm, lingkar kepala 34 cm, lingkar dada 35 cm, LiLA 14 cm, dapat disimpulkan BB bayi tidak mengalami penurunan pada minggu pertama melainkan mengalami kenaikan yaitu 300 gram, dikarenakan bayi dapat menyusu dengan baik dan produksi ASI banyak. Menurut kemenkes RI (2013; h. 53) keadaan bayi normal adalah pada wajah, bibir, selaput lendir, dan dada harus berwarna merah muda,



tanpa adanya



kemerahan atau bisul; Tidak ada tanda-tanda infeksi pada tali pusat; Terdapat lubang uretra pada ujung penis; Bayi memilki lubang anus; Tidak terdapat lubang/benjolan pada tulang belakang; Perut datar dan bayi akan bergerak aktif. Pada pemeriksaan yang sudah dilakukan terhadap bayi Ny. A didapatkan hasil wajah, bibir dan selaput lendir bayi berwarna merah muda; Tidak ada tarikan dinding dada bawah yang dalam; Perut bayi datar; Tali pusat tidak ada perdarahan, dan tanda infeksi; Punggung tidak terdapat lubang dan benjolan pada tulang belakang; Testis sudah turun ke dalam skrotum; Terlihat lubang anus; Pada ekstremitas bayi gerakan aktif, kulit tidak kuning. Sehingga pada studi kasus bayi Ny. A dalam keadaan normal.



c.



Assesment 1) Diagnosis kebidanan Diagnosis kebidanan yaitu diagnosis yang ditegakkan oleh bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan sesuai standart nomenklatur. Diagnosis bayi baru lahir meliputi: bayi Ny, umur bayi, cukup bulan. KN 1: Bayi Ny. A umur 10 jam cukup bulan, Pada KN 2: Bayi Ny. A umur 4 jam cukup bulan, Pada



KN 3: Bayi Ny. A umur 10 hari cukup bulan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada studi kasus bayi Ny. A tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik. 2) Masalah Menurut kemenkes RI (2010; h. 72-77) masalah yang sering dijumpai pada bayi baru lahir BAK dan BAB pada hari-hari pertama, bayi rewel, bayi kolok, gumoh, hidung tersumbat, craddlw cap (kerak topi normal terjadi pada minggu pertama), mongolian spot (bercak kebiruan), milia dan miliaria. Dari data dasar subjektif maupun objektif pada kasus bayi Ny. A tidak ada masalah yang terjadi pada bayi baru lahir. 3) Diagnosis potensial Pada kasus bayi Ny. A tidak ditemukan kegawatan atau komplikasi karena tidak ada data subjektif maupun objektif yang mendukung munculnya diagnosis potensial. 4) Kebutuhan Tindakan Segera Menurut varney (2007; h.27-28) bidan mengidentifikasikan perlu tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk konsultasi atau ditangani oleh tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien. Pada kasus bayi Ny. A tidak dilakukan tindakan segera karena tidak ada diagnosa potensial. d.



Planning Menurut Kemenkes RI (2010; h. 15) semua bayi baru lahir di fasilitas kesehatan harus segera mendapatkan tanda pengenal berupa gelang yang dikenakan pada bayi dan ibunya untuk menghindari tertukarnya bayi, sebaiknya dilakukan segera setelah



IMD. Gelang pengenal berupa identitas nama ibu dan ayah, tanggal, jam lahir dan jenis kelamin. Pada kasus Ny.A penulis tidak memberikan tanda pengenal berupa gelang karena tidak tersedianya gelang nama di BPM, sehingga antara teori dan praktik terdapat kesenjangan. Tetapi di BPM tidak diberikan identitas apapun Karen tidak ada bayi lain sehingga tidak mungkin bayi tertukar Menurut Kemenkes (2013; h. 56) perencanaan yang diberikan pada BBL meliputi memberi KIE mengenai tanda bahaya BBL, memastikan ibu memberi ASI eksklusif, meningkatkan kebersihan dengan merawat kulit, dan tali pusat dengan baik, mengingatkan orang tua untuk mengurus akte kelahiran bayinya, dan merujuk bayi untuk mendapatkan imunisasi pada waktunya. Pada kasus bayi Ny.A, penulis merencanakan asuhan antara lain melakukan rawat gabung antara ibu dan bayi, memberikan KIE tentang tanda bahaya BBL, KIE cara perawatan bayi sehari hari yang meliputi kebutuhan nutrisi, personal hygine dan perawatan tali pusat, KIE tentang menjaga kehangatan dan keamanan bayi, KIE tentang imunisasi dasar lengkap bayi. Penulis melakukan rawat gabung antara ibu dan bayi agar bayi selalu hangat, penulis tidak mengingatkan orang tua untuk membuat akte kelahiran dikarenakan asuhan tersebut telah diberikan penulis pada kunjungan nifas. Implementasi asuhan yang diberikan pada kasus Ny.A sudah sesuai dengan perencanaan yang dibuat oleh penulis. Pada kasus ini bayi Ny. A yang dilahirkan di BPM di pulangkan setelah 3 jam kelahiran dikarenakan pemulangan bayi di BPM dilakukan setelah 6 jam kelahiran mengingat kondisi ibu dan bayi sudah tidaka ada masalah dalam pemantauan 2 jam pertama. Sedangkan Menurut



Kemenkes RI (2010; h. 16) semua bayi yang lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama untuk dilakukan pemantauan sehingga mencegah risiko terbesar kematian bayi baru lahir (BBL) pada 24 jam pertama kehidupan. Namun sebelum pulang ibu dan keluarga di beri nasihat mengenai cara mengenali tanda bahaya bayi baru lahir dan memberitahu ibu bahwa penulis akan melakukan kunjungan ulang 1 hari kemudian. Pada kunjungan ketiga penulis mengingatkan ibu untuk menjaga keamanan bayi dari asap rokok dikarenakan asap rokok dapat mengakibatkan infeksi saluran napas, asap rokok mempunyai efek toksik lebih buruk daripada asap utama terutama dalam menimbulkan iritasi mukosa saluran napas. Sehingga orang tua yang merokok dapat mengakibatkan anaknya rentan terhadap pnemonia dan upaya untuk menghindari pajanan asap rokok sebaiknya dilakukan untuk mengurangi risiko terkena infeksi saluran pernapasan (Nastiti. 2008). Evaluasi yang dilakukan penulis yaitu secara langsung seperti ibu mengatakan paham dan mengerti mengenai penjelasan bidan dan ibu dapat menjawab pertanyaan dari bidan.



DAFTAR PUSTAKA Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka. Cunningham, F. G. 2012. Williams Obstetrics Volume 1. Jakarta: EGC. ________________. 2013. Williams Obstetri. Jakarta: EGC. Depkes RI.2014. Asuhan Kebidanan Normal. Jakarta: Depkes RI. Dinkes Provinsi Jawa Tengah. 2016. Buku Saku Kesehatan Triwulan 2 Tahun 2016. Semarang. Fraser, Diane M. 2009. Buku Ajar Bidan (Myles Textbook for Midwives). Jakarta: EGC. Hidayat, A. 2007. Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. ________________. 2010. Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif. Jakarta: Heath Book. Hernandez-Correa JC. Maternal Mortality And Risk Factors At The Community Level, Economic Working Paper. Departement Of Economics. Michigan: Western Michigan University. 2010. Kemenkes RI. 2010. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial. Jakarta. ________________. 2013. Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan Dasar Dan Rujukan. Jakarta. ________________. 2014. Profil Kesehatan Indonesia 2014. Jakarta. ________________. 2015. Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta. ________________. 2016. Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia 2016. Jakarta. ________________. 2015.Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. Jakarta. Kepmenkes RI Nomor 369/Menkes/SK/II/2007 Tentang Standar Profesi Nomor938/Menkes/SK/VIII/2007 Tentang Standar Asuhan Kebidanan.



Bidan.



Klein, Susan, et all. 2012. Buku Bidan, Asuhan Pada Kehamilan, Kelahiran dan Kesehatan Wanita. Jakarta: EGC. Manuaba, Ida Ayu. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: EGC. Mochtar, Rustam. 2012. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi. Jilid 1. Edisi 3. Jakarta: EGC.



Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: P.T Rineka Cipta. Nurjasmi, Emi. 2016. Buku Acuan Midwifery Update. Cetakan 1. Jakarta: Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia. Permenkes RI Nomor 25 Tahun 2014 Tentang Upaya Kesehatan Anak. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. _______________. Nomor 97 Tahun 2014 Tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, Dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi Serta Pelayanan Kesehatan Seksual. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. _______________. Nomor 28 Tahun 2017 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. _______________. 2011. Ilmu Kandungan. Edisi 3 Cetakan 1.Jakarta: Yayasan Bina Pustakan Sarwono Prawirohardjo. _______________. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustakan Sarwono Prawirohardjo. Saifuddin, Abdul Bari. 2011. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Edisi 1 Cetakan 5. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Sandall, Jane. The Contributor Of Continuity of Midwifery Care to High Quality Maternity Care. 11 April 2014. Di akses tanggal 25 Oktober 2017 pukul 21.45 didapatkan dari: http://www.rcm.org.uk.com. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. _______________. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sanusi, Anwar. 2012. Metodologi Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Medika. Sofian, Amru. 2011. Synopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. Jakarta: EGC. Varney, Kriebs, J.M. Gegor, C. L. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Volume 1. Edisi 4. Jakarta: EGC. _______________. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Volume 2. Edisi 4. Jakarta: EGC. Varney, Hellen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Volume 1. Edisi 4. Jakarta: EGC. _______________. 2011. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta:EGC.