Laporan Kasus Obgyn Kista Ovarium Terpuntir [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN KASUS



KISTA OVARIUM TERPUNTIR



Disusun oleh: Della Septa 030.15.053 Pembimbing: Letkol Laut (K) dr. Komang Arianto, Sp.OG



KEPANITRAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI RS TNI ANGKATAN LAUT DR. MINTOHARDJO PERIODE 14 DESEMBER – 1 JANUARI 2021



LEMBAR PENGESAHAN



LAPORAN KASUS



“KISTA OVARIUM TERPUNTIR”



Diajukan untuk memenuhi syarat Kepanitraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan RS TNI Angkatan Laut Dr. Mintohardjo Periode 14 Desember – 1 Januari 2021 Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti



Disusun oleh : Della Septa 030.15.053 Pembimbing, RS TNI Angkatan Laut Dr. Mintohardjo



Letkol Laut (K) dr. Komang Arianto, Sp.OG



ii



KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul "Kista Ovarium Terpuntir”. Penulisan laporan kasus ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat kepanitiaan klinik ilmu kebidanan dan kandungan di RS TNI AL Dr. Mintohardjo. Saya sangat berharap laporan kasus ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan ilmu pengetahuan kita mengenai kista ovarium. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan kasus ini terdapat kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna. Saya berharap kritik, saran dan masukan demi perbaikan laporan kasus yang telah saya buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran serta masukkannya yang membangun. Semoga laporan ini dapat dipahami dan bermanfaat bagi pembaca. Mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja dalam pengejaan kalimat serta penyebutan nama tempat, istilah serta nama orang. Wassalammuallaikum, wr. wb.



Jakarta, Desember 2020 Penulis



Della Septa 030.15.053



iii



DAFTAR ISI HALAMAN HALAMAN JUDUL ............................................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................................... ii KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. iii DAFTAR ISI............................................................................................................................................. iv BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................1 BAB II LAPORAN KASUS ................................................................................................................... 2 BAB III PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 15 3.1 Anatomi ..............................................................................................................................15 3.2 Histologi ............................................................................................................................ 16 3.3 Definisi .............................................................................................................................. 17 3.4 Epidemiologi ..................................................................................................................... 17 3.5 Etiologi .............................................................................................................................. 17 3.5.1 Kehamilan..................................................................................................................17 3.5.2 Riwayat Operasi Pelvis.............................................................................................18 3.5.3 Kista Ovarium............................................................................................................18 3.5.4 Tumor Ovarium.........................................................................................................20 3.6 Patofisiologi....................................................................................................................... 20 3.7 Diagnosis ...........................................................................................................................20 3.7.2 Anamnesis.................................................................................................................21 3.7.3 Pemeriksaan Fisik.....................................................................................................22 3.7.4 Pemeriksaan Penunjang............................................................................................22 3.7.4.1 Laboratorium................................................................................................22 3.7.4.2 Ultrasonografi...............................................................................................23 3.7.4.3 Computerized Tomography Scan..................................................................24 3.7.4.4 Magnetic Resonance Imaging...................................................................... 24 3.8 Diagnosis Banding..............................................................................................................24 3.9 Komplikasi..........................................................................................................................24 3.10 Tatalaksana........................................................................................................................24 BAB IV ANALISIS KASUS ..................................................................................................................27 BAB V KESIMPULAN...........................................................................................................................29 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................... 2



iv



BAB I PENDAHULUAN Ovarium mempunyai fungsi yang sangat penting pada reproduksi dan menstruasi. Ovarium adalah sepasang organ dengan panjang sekitar 4 cm, lebar 1.5 cm, dan tebal 1 cm, terletak di kiri dan di kanan dekat dengan dinding pelvis di fossa ovarika. Ovarium melekat pada lapisan belakang ligamentum latum (broad ligament) yang merupakan bagian dari peritoneum dengan mesovarium.1 Gangguan pada ovarium dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan, perkembangan dan kematangan sel telur. Gangguan yang paling sering terjadi adalah kista ovarium, sindrom ovarium polikistik, dan kanker ovarium.2 Kista adalah pertumbuhan berupa kantung (pocket, pouch) yang tumbuh dibagian tubuh tertentu. Kista ovarium adalah suatu kantung yang berisi cairan atau materi semisolid di dalam ovarium.2 Kista dengan ukuran 5 cm atau lebih memiliki risiko untuk terjadinya torsi ovarium. Torsi ovarium adalah suatu kegawatdaruratan ginekologi dimana terjadi puntiran sebagian atau seluruh bagian dari adnexa yang dapat disertai dengan iskemia jaringan. Faktor risko utama terjadinya torsi ovarium adalah terdapat massa pada ovarium seperti tumor maupun kista.3 Gejala klinis yang paling dirasakan oleh pasien torsi ovarium adalah nyeri pinggang yang mendadak (acute pelvic pain) dapat disertai dengan mual dan muntah. Pemeriksaan ultrasonografi (USG) dapat menunjang diagnosis kista ovarium namun sulit untuk menentukan apakah terdapat torsi atau tidak. Apabila terdapat torsi ovarium, maka pembedahan harus segera dilakukan untuk dilakukannya detorsi.3



1



BAB II LAPORAN KASUS RUMAH SAKIT TNI ANGKATAN LAUT DR. MINTOHARDJO ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN Jl. Bendungan Hilir 17A Jakarta Pusat 10210 Nama Mahasiswa



:



Della Septa



NIM



:



030.15.053



Dokter Pembimbing



:



Letkol Laut (K) dr. Komang Arianto, Sp.OG



1. IDENTITAS PASIEN



Nilai: ....................



Nama lengkap



: Ny. ES



Usia



: 36 tahun



Tempat/tanggal lahir



: Trenggalek/04-09-1983



Pekerjaan



: Ibu rumah tangga



Alamat



: Trenggalek, Jawa Timur



Jenis kelamin



: Perempuan



Pendidikan



: SMA



Status Pernikahan



: Menikah



No. Rekam Medis



: 228957



DPJP



: dr. Komang Arianto, Sp.OG



2. ANAMNESIS Autoanamnesis. Tanggal 06 Maret 2020/Pukul 09.00 WIB 1. Keluhan Utama



: nyeri perut kiri bawah sejak 2 hari SMRS



2. Keluhan Tambahan : mual, nafsu makan menurun, susah tidur 3. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke IGD RSAL Dr. Mintohardjo diantar oleh suaminya dengan keluhan nyeri perut kiri bawah yang mendadak sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Nyeri perut timbul pertama kali mendadak saat pasien sedang masak. Nyeri perut menjalar hingga ke punggung, terasa seperti diperas dan ditusuk-tusuk dengan skala nyeri 6/10. Nyeri dirasakan hilang-timbul selama 2 hari terakhir. Menghilang bila pasien berbaring istirahat dan timbul bila beraktivitas, dan sangat mengganggu aktivitas sehari-hari.



2



Dua jam sebelum pasien datang ke RS, nyeri perut kiri bawah timbul terus-menerus hingga pasien tidak bisa beraktivitas dan tidak bisa tidur. Nyeri tidak hilang dengan istirahat. Pasien juga merasa mual namun tidak ada muntah, nafsu makan menurun. Pasien juga mengeluh sulit tidur sejak 1 hari yang lalu karena nyeri semakin memberat dengan skala 8/10. Pasien memiliki riwayat hari pertama haid terakhir (HPHT) tanggal 10 Februari 2020. Riwayat pendarahan dari vagina diluar siklus menstruasi, keluhan nyeri dan perdarahan yang berlebih saat haid disangkal. Keluhan nyeri ulu hati, nyeri perut kanan bawah, dan konstipasi disangkal. Tidak ada riwayat gangguan BAB dan BAK, atau BAK berpasir dan batu saluran kemih sebelumnya. Tidak ada demam. Tidak ada riwayat keputihan. 4. Riwayat Penyakit Dahulu Pasien belum pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya. Pasien tidak memiliki riwayat alergi makanan ataupun obat-obatan. Tidak ada riwayat alergi, hipertensi, diabetes mellitus, asma, penyakit paru dan riwayat keganasan. 5. Riwayat Penyakit Keluarga Pasien tidak mempunyai riwayat hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, dan riwayat keganasan pada keluarga. 6. Riwayat Menstruasi Pasien memiliki riwayat menarke pada usia 12 tahun. Siklus haid teratur 30 hari, berlangsung 3-4 hari, jumlah pembalut 3-4 kali ganti dalam sehari, tidak ada riwayat nyeri saat menstruasi. Hari pertama haid terakhir (HPHT) yaitu tanggal 10 Februari 2020. Tidak ada pendarahan diluar siklus menstruasi. 7. Riwayat Pernikahan Menikah pada tahun 2004 hingga sekarang (16 tahun) dan merupakan pernikahan yang pertama. Suami juga merupakan pernikahan yang pertama. 8. Riwayat Obstetri No 1. 2. 3.



Umur Kehamilan 39 - 40 minggu 39 - 40 minggu 39 - 40 minggu



Tahun Persalinan 2005



Tempat



Jenis



Penolong



Penyulit



Jenis kelamin Laki-laki



BB (gr) 3300



PB (cm) 60



Klinik



Pervaginam



Bidan



-



2008



Klinik



Pervaginam



Bidan



-



Perempuan



3300



48



2016



Rumah Sakit



Secciocaesarian



Dokter



-



Perempuan



4000



50



Tabel 2.1 Riwayat Obstetri



3



9. Riwayat Ginekologi Riwayat tumor atau keganasan pada alat reproduksi disangkal. Belum pernah mendapatkan pengobatan atau operasi pada alat reproduksi sebelumnya. 10. Riwayat Kontrasepsi Jenis



Tahun Pemakaian



Durasi



Keluhan



1.



Suntik KB 1 bulan



2005



1 bulan



Mual hebat dan muntah



2.



Pil KB



2005 - 2008



3 tahun



Haid tidak teratur



3. 4.



Pil KB Steril



2008 - 2016 2016 - sekarang



8 tahun 4 tahun



Haid tidak teratur Tidak ada keluhan



No



Tabel 2.2 Riwayat Kontrasepsi



11. Riwayat Pengobatan Pasien tidak mempunyai riwayat konsumsi obat-obatan rutin. 12. Riwayat Kebiasaan Pasien memiliki kebiasaan makan 3 kali sehari, nafsu makan baik sebelum pasien sakit. Sering makan makanan dengan pengawet, pewarna, penyedap rasa hampir setiap minggu, jarang konsumsi sayur-sayuran maupun buah-buahan, pasien juga tidak rutin berolah raga. Tidak merokok, dan tidak mengkonsumsi alkohol. Pasien memiliki kebiasaan tidur 5-7 jam per hari, tidak ada gangguan tidur. 13. Riwayat Sosial Ekonomi Pasien merupakan ibu rumah tangga dengan sumber penghasilan cukup berasal dari suami yang bekerja sebagai TNI AL. Tinggal di perumahan anggota yang cukup bersih dan tidak padat penduduk. 3. PEMERIKSAAN FISIK 1. Keadan Umum Kesadaran



: GCS 15 (E4, M6, V5)



Keadaan umum



: Baik



Kesan sakit



: Tampak sakit sedang



Berat badan



: 48 kg



Tinggi badan



: 163 cm



Status gizi



: IMT 18,05 (normal WHO dan Asia-Pasifik)



4



2. Tanda Vital Tekanan darah : 110/80 mmHg Nadi



: 64x/menit, reguler, kuat angkat



Pernafasan



: 18x/menit, pola napas reguler



Suhu



: 36,6⁰ C



Saturasi



: 99% tanpa oksigen



3. Status Generalis Kepala



: Normocephali, tidak terdapat bekas trauma



Mata



: Pupil isokor 3mm/3mm, RCL +/+ RCTL +/+ konjunctiva tidak anemis, sklera tidak ikterik



THT



: Tidak ada sekret, tidak ada serumen, T1/T1, uvula ditengah



Leher



: Tidak ada pembesaran KGB atau tiroid



Thoraks •



Jantung Ø Inspeksi



: Ictus cordis di ICS V linea midclavicula sinistra



Ø Palpasi



: Ictus cordis teraba ICS V linea midclavicula sinistra



Ø Perikusi



: Batas paru jantung dalam batas normal



Ø Auskultasi : S1/S2 reguler, murmur (-), gallop (-) •



Paru Ø Inspeksi



: Gerak napas simetris saat statis dan dinamis



Ø Palpasi



: Gerak napas teraba simetris saat statis dan dinamis, vokal fremitus simetris, angulus subcostae 90⁰



Ø Perikusi



: Sonor di kedua lapang paru



Ø Auskultasi : Suara napas vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/Abdomen Ø Inspeksi



: Datar, luka bekas operasi di suprasimphisis (+)



Ø Auskultasi : Bising usus 1-3x per menit diseluruh regio Ø Palpasi



: Supel, nyeri tekan dan nyeri lepas pada regio illiaca sinistra, tidak teraba massa, ballotement (-), nyeri ketok CVA (-), McBurney (-)



Ø Perkusi



: Timpani di seluruh regio



5



Genitalia & Anus Ø Inspeksi



: Perdarahan (-), fluor albus (-), sikatrik (-), inflamasi (-)



Ekskremitas Ø Motorik



: 5555 │ 5555 5555 │ 5555



Ø Akral hangat



: +│+ +│+



Ø Oedem



: -│-│-



Ø CRT



: < 2 detik



Ø 4. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Laboratorium Ø Tanggal 29 Februari 2020 Jenis Pemeriksaan



Hasil



Satuan



Nilai rujukan



HEMATOLOGI Darah Rutin Leukosit



6.700



/uL



5000-10.000



Eritrosit



4.7



juta/uL



4,6-6,2



Hemoglobin



13.2



g/dL



14-16



Hematokrit



39



%



42-46



Trombosit



246.000



ribu/uL



150.000-450.000



Glukosa sewaktu



97



mg/dL



5 cm. Dengan insiden tertinggi pada ukuran 6 – 10 cm.10 Torsi juga dapat terjadi pada pre-menarke yang memiliki ligamentum infundibulum lebih panjang secara kongenital.3,4 3.6 Diagnosis 3.6.1 Anamnesis Gejala klinis pada torsi ovarium yang paling sering dikeluhkan adalah nyeri perut bagian bawah yang bersifat mendadak, disertai mual dan muntah.3 Beberapa pasien mengeluhkan mual yang hilang timbul tanpa disertai muntah, demam dengan suhu yang tidak tinggi. Sifat nyeri biasanya sedang-berat, seperti diperas atau tertusuk-tusuk, menjalar hingga ke punggung atau ke paha.4



21



Tabel 3.1 Karakteristik gejala pada torsi ovarium.4



Selain itu, pasien dengan torsi ovarium biasanya memiliki riwayat operasi pelvis sebelumnya. Jenis operasi yang paling sering adalah ligasi tuba. Riwayat kista atau massa pada ovarium sebelumnya. Riwayat pelvic inflammatory disease (PID) sebelumnya.6



3.6.2 Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan fisik biasanya tidak ditemukan temuan yang spesifik. Massa yang teraba saat palpasi pada salah satu sisi, disertai nyeri terjadi pada 50 - 90% kasus torsi ovarium.7 Namun, tidak terabanya massa bukan berarti diagnosis dari torsi ovarium tidak dapat ditegakkan.4 3.6.3 Pemeriksaan Penjunjang • Laboratorium Tidak ada marker spesifik yang dapat menentukan torsi ovarium. Beberapa pekeriksaan serum marker dapat menentukan jenis massa yang terdapat pada ovarium seperti human chorionic gonadotropin (hCG) dapat mendeteksi kehamilan maupun tumor sel germinal (germ cell tumor). Marker CA-125 dapat mengindikasikan keganasan pada ovarium atau endometrioma.7 Serum beta hCG dapat terdeteksi pada kehamilan ektopik dan kehamilan korpus luteum, dan dapat merupakan penanda tumor sel germinal.10



22



• Ultrasonografi Ultrasonografi (USG) merupakan alat penunjang yang utama. Ovarium yang mengalami torsi memperlihatkan gambaran ovarium yang lebih besar, bulat, dibandingkan dengan ovarium kontralateral yang disebabkan oleh edema dari pedikel vaskular ovarium yang terpuntir sehingga terdapat gambaran "whirpool sign".3,8 Dengan menggunakan Doppler juga dapat ditemukan penurunan ataupun tidak ada aliran darah pada torsi ovarium.8



Gambar 3.5 Perempuan 27 tahun dengan torsi ovarium kiri 360 derajat dengan teratoma pada usia gestasi 9 minggu. (A) massa bulat dengan gambaran target yang menunjukkan tumor ovarium dengan puntiran pedikel ovarium. (B) struktur vaskular sirkular menggambarkan puntiran pedikel ovarium ("whirpool ovarium").8



Berdasarkan gambaran USG dapat dibedakan jenis massa yang terdapat pada ovarium berdasarkan komponen, lokasi, densitas, Doppler, dan ukuran. Untuk mengidentifikasi jenis tumor berdasarkan pemeriksaan USG dapat menggunakan kriteria International Ovarian Tumor Analysis (IOTA) simple rules.9



Tabel 3.2 IOTA simple rules.9



23



• Computed-tomography scan (CT scan) Biasanya CT scan tidak digunakan untuk mendiagnosis torsi ovarium karena radiasi dan densitasnya namun pasien dengan akut abdomen atau nyeri panggul (pelvic pain) perlu dilakukan CT scan abdomen untuk menyingkirkan diagnosis appendicitis akut, divertikulitis, massa abdomen dan lainya.3 • Magnetic Resonance Imaging (MRI) Pemeriksaan MRI lebih mahal dibandingkan CT scan, namun dapat membantu penegakkan diagnosis torsi ovarium apabila temuan pada USG equivokal.3 3.7 Diagnosis Banding Torsi ovarium memiliki gejala klinis dan pemeriksaan fisik yang non spesifik sehingga sulit untuk menegakkan diagnosis torsi ovarium dan memungkinkan banyak diagnosis banding. Nyeri abdomen yang mendadak pada kuadran bawah abdomen dapat disebabkan oleh appendicitis, divertikulosis, inflammatory bowel disease, kolik renal, uretrolithiasis, kehamilan ektopik terganggu, endometriosis, adnexitis, abses tubo-ovarium, dan pelvic inflammatory disease.3,4 3.8 Komplikasi Komplikasi dari torsi ovarium antara lain adalah nekrosis jaringan, ruptur organ, perdarahan intraabdominal, peritonitis, adhesi, hingga sepsis dan infertilitas.3,6 3.9 Tatalaksana Tatalaksana gold standard pada torsi ovarium adalah pembedahan. Hanya dengan pembedahan dapat dikonfirmasi terjadinya torsi dan penyebab dari torsi tersebut. Terdapat dua metode pembedahan yaitu laparaskopi dan laparatomi. Laparaskopi adalah prosedur yang lebih modern dan minimal invasif yang dapat dilakukan apabila pasien sedang hamil. Apabila terjadi kecurigaan keganasan pada ovarium maka laparatomi adalah pilihan operasi. Saat dilakukan pembedahan, penting untuk menilai viabilitas dari ovarium untuk mempertahankan atau mengangkat ovarium tersebut melalui inspeksi secara langsung (gross anatomy).3,7



24



Gambar 3.6 (A) detorsi dengan laparaskopi (B) oophoropexy dengan menjahit bagian distal ke proksimal dari ligamentum utero-ovarium



Apabila ovarium membesar, berwarna biru kehitaman, kemungkinan besar ovarium tersebut telah mengalami kongesti vaskular dan limfatik yang membuat ovarium tersebut tidak dapat dipertahankan (non-viable).7 Terdapat berbagai macam operasi dan detorsi yang direkomendasikan dibandingkan dari salfingoooforektomi. Kistektomi ovarium seringkali dilakukan apabila massa dicurigai jinak dan salfingo-ooforektomi dilakukan apabila terdapat kecurigaan keganasan. Menurut beberapa penelitian, detorsi merupakan tindakan yang dapat menyelamatkan fungsi dari ovarium.3,10 Terdapat risiko terjadinya torsi berulang pada pasien yang dilakukan prosedur detorsi, namun insidennya belum diketahui. Terdapat beberapa penelitian yang menyebutkan



metode



pencegahan



salah



satunya



dengan



oophoropexy.



Oophoropexy adalah metode operasi dimana dilakukan suatu fiksasi ovarium ke dinding pelvis atau dinding abdomen posterior atau dinding posterior dari uterus. Dapat juga dilakukan plikasi dari ligamentum utero-ovarium atay pemendekan ligamentum utero-ovarium.10 Risiko terjadinya torsi berulang tergantung pada penyebab terjadinya torsi, seperti kista pada ovarium juga memiliki risiko untuk berulang. Beberapa penelitian menggunakan terapi kontrasepsi oral sebagai upaya untuk mensupresi pertumbuhan kista.3 Tatalaksana pada kista ovarium dapat dilakukan berdasarkan pemeriksaan diameter dari kista tersebut dan status premenopausal atau postmenopausal pada pasien.10



25



Tabel 3.3 Rekomendasi tatalaksana kista ovarium berdasarkan pemeriksaan imaging.1



26



BAB IV ANALISIS KASUS



Keluhan pasien diawali oleh nyeri perut kiri bawah mendadak yang tidak spesifik sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit dengan skala 6/10, lalu pasien merasakan nyeri dengan skala 8/10 disertai dengan mual, dan mengganggu aktivitas 2 jam sebelum masuk rumah sakit. Diketahui HPHT pasien tanggal 10 Februari 2020. Keluhan tersebut juga masih tidak spesifik mengingat banyak kemungkinan yang terjadi apabila terdapat nyeri pada perut kiri bagian bawah (regio illiaca sinistra) pada perempuan seperti appendicitis, divertikulosis, inflammatory bowel disease, kolik renal, uretrolithiasis, kehamilan ektopik terganggu, endometriosis, adnexitis, abses tubo-ovarium, dan pelvic inflammatory disease (PID). Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri tekan dan nyeri lepas pada regio illiaca sinistra, pemeriksaan lainnya dalam batas normal. Berdasarkan data anamnesis dan pemeriksaan fisik, belum bisa ditegakkan diagnosis maka diperlukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium darah rutin berdasarkan kadar hemoglobin untuk menyingkirkan anemia, perdarahan intraabdomen, kadar leukosit untuk menyingkirkan diagnosis banding infeksi yang dapat mengarah ke appendicitis, adnexitis, abses tubo-ovarium atau PID, pemeriksaan urinalisis dilakukan untuk menyingkirkan kelainan urologi. Pemeriksaan beta-hCG untuk menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik terganggu. Seluruh hasil pemeriksaan dalam batas normal dan beta-hCG negatif. Pemeriksaan radiologi BNO juga hanya ditemukan ileus lokal. Karena diagnosis pasien juga belum bisa ditegakkan, diagnosis sementara pasien adalah dengan kolik abdomen dan dirawat pada dokter spesialis bedah. Lalu, dilakukan pemeriksaan CT scan abdomen dengan kesan salfingitis kiri disertai hidrosalfing, kista ovarium kiri, cholelitiasis, simple cyst ginjal kiri kemudian pasien dikonsultasikan pada bagian obgyn. Dilakukan pemeriksaan USG dengan temuan kista ovarium kiri dengan ukuran 6.83 cm x 4.16 cm. Setelah ditemukan kista dengan ukuran tersebut, pasien direncanakan untuk operasi keesokan harinnya. Sementara menunggu operasi pasien mendapatkan terapi IVFD Ringer Lactate 20 tpm, inj. ceftriaxone 2 x 1 g, inj. Ketorolac 3 x 30 mg, dan inj. Omeprazole 1 x 40 mg.



27



Saat dilakukan operasi kistektomi, ditemukan kista ovarium kiri yang terpuntir yang berwarna merah kehitaman, sehingga dilakukan ooforektomi parsial sinistra, dan diagnosis pasca-operasi menjadi kista ovarium sinistra terpuntir. Dilakukan pemeriksaan histopatologi pada jaringan ovarium kiri untuk menentukan jenis kista. Pada pasien ini dapat terjadi puntiran dari kista ovarium kiri karena pasien telah memiliki kista ovarium dengan ukuran lebih >5 cm sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa bila ukuran >5 cm akan meningkatkan angka kejadian torsi ovarium. Berdasarkan anamnesis pasien, sesuai dengan teori bahwa terdapatnya kista ovarium tanpa torsi tidak akan menimbulkan gejala yang spesifik. Namun, pasien mengeluhkan nyeri hebat disertai dengan mual yang merupakan gejala dari torsi ovarium. Pada pemeriksaan fisik juga tidak ada temuan yang khas dari torsi ovarium sehingga perlu dilakukan pemeriksaan penunjang untuk menyingkirkan diagnosis banding satu per satu terhadap penyakit yang dapat menimbulkan gejala nyeri perut region illiaca sinistra. Setelah dilakukan perawatan, pasien kembali kontrol 5 hari pasca operasi dengan membawa hasil histopatologi yaitu berupa gambaran histologik sesuai dengan kista simpleks ovarium yang terpuntir, tidak tampak tanda ganas/khas. Maka tindakan kistektomi dan parsial ooforektomi yang dilakukan sudahlah sesuai karena kista jinak tidak ditemukan tanda-tanda keganasan. Penyebab munculnya kista simpleks pada pasien ini belum diketahui, pasien juga memiliki kista pada ginjal kiri. Karena ovarium pasien tidak diambil seluruhnya, masih terdapat kemungkinan munculnya kista kembali, maka prognosis ad sanationam pada pasien ini adalah dubia ad bonam, ad vitam bonam, ad functionam dubia ad bonam.



28



BAB V KESIMPULAN



Kista ovarium adalah suatu kantung yang berisi cairan atau materi semisolid di dalam ovarium.2 Kista dapat berupa fungsional sesuai dengan siklus menstruasi, dan non-fungsional dapat dibagi menjadi jinak dan ganas. Kista ovarium merupakan salah satu penyebab terjadinya torsi ovarium yang merupakan kegawatdaruratan di bidang ginekologi karena terjadi puntiran sebagian atau seluruh bagian adnexa yang dapat disertai dengan iskemia jaringan dan atau perdarahan akibat puntiran dari pembuluh darah disekitarnya.10 Torsi ovarium dapat terjadi bila massa yang terdapat pada ovarium terpuntir pada satu atau kedua ligamentum infundibulopelvikum dan atau ligamentum uteroovarium. Biasanya massa yang dapat menyebabkan puntiran adalah massa yang memiliki ukuran > 5 cm.10 Tidak terdapat gejala maupun pemeriksaan fisik yang spesifik/khas terhadap torsi ovarium sehingga dibutuhkan pemeriksaan penunjang seperti USG, atau dapat ditemukan dalam temuan intraoperatif.4 Komplikasi dari torsi ovarium antara lain adalah nekrosis jaringan, ruptur organ, perdarahan intraabdominal, peritonitis, adhesi, hingga sepsis dan infertilitas. Tatalaksana gold standard pada torsi ovarium adalah pembedahan. Hanya dengan pembedahan dapat dikonfirmasi terjadinya torsi dan penyebab dari torsi tersebut. Terdapat berbagai macam operasi dan detorsi yang direkomendasikan dibandingkan dari salfingo-ooforektomi. Kistektomi ovarium seringkali dilakukan apabila massa dicurigai jinak dan salfingo-ooforektomi dilakukan apabila terdapat kecurigaan keganasan. Terdapat beberapa penelitian yang menyebutkan metode pencegahan timbulnya kista ovarium salah satunya dengan oophoropexy.3,10



29



DAFTAR PUSTAKA



1. Netter, Frank H. Atlas Of Human Anatomy. Anatomy of Female Reproduction. Philadelphia, PA : Saunders/Elsevier 2011; 55-9 2. American College of Obstetricians, Gynecologists' Committee on Practice Bulletins - Gynecology. Practice Bulletin No. 174: Evaluation and Management of Adnexal Masses. Obstet Gynecol 2016; 128(5): e210-e226. 3. Huang C, Hong MK, Ding DC. A review of ovary torsion. Ci Ji Yi Xue Za Zhi. 2017;29(3):143–147. doi:10.4103/tcmj.tcmj_55_17 4. Mishra VV, Nanda S, Nawal R, Choudhary S. Unusual presentation of twisted ovarian



cyst.



J



Midlife



Health.



2016;7(1):31–33.



doi:10.4103/0976-



7800.179174 5. Mescher A. Junqueira's Basic Histology: Text and Atlas Thirteenth Edition. Histology of Female Reproduction. McGraw Hill Education 2013; 156-8 6. Rotoli JM. Abdominal pain in the post-menopausal female: Is ovarian torsion in the differential? J Emerg Med. 2017;52:749–52. 7. Bar-On S, Mashiach R, Stockheim D, Soriano D, Goldenberg M, Schiff E, et al. Emergency laparoscopy for suspected ovarian torsion: Are we too hasty to operate? Fertil Steril. 2010;93:2012–5 8. Wilkinson C, Sanderson A. Adnexal torsion – A multimodality imaging review. Clin Radiol. 2012;67:476–83. 9. Timmerman D, Van Calster B, Testa A, et al. Predicting the risk of malignancy in adnexal masses based on the Simple Rules from the International Ovarian Tumor Analysis group. Am J Obstet Gynecol 2016; 214:424–437. 10. Hoffman BL, Schorge JO, Bradshaw KD, Halvorson LM, Schaffer JI, Corton MM. Pelvic Mass in Williams Gynecology: Third Edition. McGraw Hill Education 2016;202-22.



30