Laporan Kasus Seminar Ca Serviks [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.S DENGAN CA SERVIKS DI RUANG POLI RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN TAHUN 2022 MAKALAH Disusun Untuk Menyelesaikan Praktik Klinik Keperawatan di RSUP Dr. Mohammad Hoesin



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.



EVA CICA SUSANTI FEBI TRY MENTARI FEBIOLA FERNIKA RESTIANI PRATI TRI ANGGRAINI PRISILA MONIKA PUTRI PUTRI DINANTI TIARA WULANDARI YUTI SARTIKA



NIM.22222023 NIM.22222024 NIM.22222025 NIM.22222026 NIM.22222051 NIM.22222052 NIM.22222053 NIM.22222073 NIM.22222080



INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI MUHAMMADIYAH PALEMBANG PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN TAHUN 2022/2023



KATA PENGANTAR



DAFTAR ISI



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan suatu kanker primer serviks yang berasal dari metaplasia epitel di daerah sambungan skuamo kolumnar (SSK) yaitu daerah peralihan mukosa vagina dan mukosa kanalis servikalis, dimana penyakit ini merupakan jenis kanker kedua terbanyak yang diderita wanita diseluruh dunia,biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun (Trifitriana,2018). Kanker serviks termasuk masalah kesehatan yang sangat serius dan menjadi perhatian dunia. Setiap tahun, lebih dari 300.000 wanita meninggal dunia. Lebih dari setengah juta wanita di diagnosis dan tiap menit seorang wanita didiagnosis Kanker ini menempati urutan keempat yang paling banyak diderita wanita di dunia. Diperkirakan 570.000 kasus baru pada tahun 2018, mewakili 6,6% dari semua kanker yang dialami wanita (WHO,2019). Di Indonesia, kasus kanker leher rahim menempati urutan pertama dengan jumlah kasus 14.368 orang. Dari jumlah itu, 7.297 di antaranya, meninggal dunia, dan prevalensi setiap tahunnya 10.823 orang Informasi tersebut memberikan arti bahwa dari jumlah kasus yang ada, (50,78%) mengalami kematian. Sementara jika mengacu pada prevalensi setiap tahunnya yang mencapai 10.823 kasus, berarti setiap tahunnya terjadi kematian 5.495 orang (Winarni,2020). Berdasarkan data Riskesdas, prevalensi tumor/kanker



diIndonesia



menunjukkan adanya peningkatan dari 1,4 per 1000 penduduk ditahun 2013 menjadi 1,79 per 1000 penduduk pada tahun 2018 (Riskesdas,2018). Kanker serviks disebabkan oleh adanya infeksi Human Papiloma Virus (HPV). HPV merupakan suatu virus DNA yang digolongkan berdasarkan sekuens DNA nya dan di bagi



menjadi



risiko



onkogenik



tinggi dan rendah. HPV onkogenik



risiko tinggi saat ini menjadi satu- satunya faktor yang sangat penting pada proses keganasan serviks. Dari segi patologi serviks, HPV tipe 16 dan 18 adalah yang paling penting dimana HPV 1 bertanggung jawab atas 60% kasus kanker serviks sedangkan HPV 18 mencakup 10% kasus. Beberapa tipe lainnya masing-masing berkontribusi pada kurang dari 5% kasus. Beberapa faktor lain yang berpengaruh yaitu perilaku seksual, seperti umur pertama kali melakukan hubungan seksual,aktivitas seksual yang sering berganti-ganti pasangan, jumlah paritas, sosial ekonomi yang rendah berkaitan dengan pendidikan yang rendah serta kebiasaan merokok (Haryani, 2016).



Sejauh ini, deteksi dini kanker leher rahim yang cukup dikenal masyarakat adalah pap smear yang dilakukan dengan mengambil sampel dari leher rahim. Tetapi bagi masyarakat nonperkotaan, pelaksanaan pap smear banyak terkendala dari segi biaya maupun tenaga spesialis patologi anatomi.Untuk itulah, dicari deteksi dini yang paling efektif bagi masyarakat yakni dengan metode IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat). Metode ini tergolong sederhana dan tidak membutuhkan laboratorium canggih ataupun petugas berpengetahuan dan keterampilan tinggi (Winarni, 2020). Kementrian kesehatan RI telah mengembangkan program pencegahan kanker serviks sejak tiga belas tahun yang lalu. Setiap Kabupaten dan Kota diIndonesia dapat melakukan deteksi dini terhadap kanker serviks dengan sasaran 80%. Menjalani tes kanker atau pra-kanker dianjurkan bagi semua perempuan berusia 30-50 tahun khususnya yang sudah melakukan hubungan seksual. Wanita yang termasuk dalam kelompok resiko tinggi yaitu mereka yang pertama kali melakukan hubungan seksual di usia muda (