Laporan Kasus Shoulder Impingement [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN STUDI KASUS PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA SHOULDER IMPINGEMENT SYNDROM SINISTRA



Oleh : Nama : NINUK KUSUMAWATI NIM : P27226018311



PRODI FISIOTERAPI PROGRAM PROFESI JURUSAN FISIOTERAPI POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA SURAKARTA 2019



HALAMAN PENGESAHAN



LAPORAN STUDI KASUS PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA SHOULDER IMPINGEMENT SYNDROM SINISTRA



Oleh : Nama : NINUK KUSUMAWATI NIM : P27226018311



Telah diperiksa dan disetujui Pembimbing / Clinical Educator Prodi Fisioterapi Program Profesi Jurusan Fisioterapi Poltekkes Kemenkes Surakarta



Mengetahui



Bandung ,



Januari 2019



Kaprodi Fisioterapi Program Fisioterapi



Pembimbing / Clinical Educator



Ftr. Saifudin Zuhri,SKM,M.Kes



Hartono, Ftr i



DAFTAR ISI Halaman Pengesahan ...................................................................................... Daftar Isi .......................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ A.Latar Belakang ................................................................................ B.Rumusan Masalah ............................................................................ C.Tujuan Penulisan ............................................................................. D.Manfaat penulisan ...........................................................................



i ii 1 1 1 2 2



BAB II KERANGKA TEORI.......................................................................... A.Deskripsi Kasus ................................................................................ B.Deskripsi Problematika Fisioterapi .................................................. C.Teknologi Intervensi Fisioterapi.......................................................



3 3 5 6



BAB III PENATALAKSANAAN STUDI KASUS ........................................ I. Keterangan Umum Penderita ............................................................ II. Data Medis ....................................................................................... III. Segi Fisioterapi ............................................................................... A.Pemeriksaan Subyektif ..................................................................... B. Riwayat Penyakit Dahulu ............................................ .................... C.Pemeriksaan Obyektif ....................................................................... D.Clinical Reasoning ............................................................................. E.Diagnosis Fisioterapi ......................................................................... F.Program Fisioterapi ........................................................................... G.Rencana Fisioterapi ........................................................................... H.Prognosis .......................................................................................... I.Pelaksaan Fisioterapi ......................................................................... J.Evaluasi dan Tindak Lanjut ................................................................ K.Hasil Evaluasi Terakhir ....................................................................



8 8 8 9 9 9 9 12 13 13 13 14 14 15 16



BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................... 17 A.Hasil .................................................................................................. 17 B.Pembahasan ...................................................................................... 17 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 19 A.Kesimpulan ....................................................................................... 19 B.Saran ................................................................................................. 19 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 20



ii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggota gerak atas merupakan bagian dari anggota gerak tubuh yang banyak berperan dalam menjalankan aktifitas sehari-hari, sehingga sangat rentan terjadi cidera. Sendi bahu (shoulder joint) merupakan salah satu anggota gerak yang memiliki mobilitas tinggi dan mudah mengalami cidera. Dalam praktek klinis sering dijumpai kumpulan gejala rasa nyeri pada bahu “Painful Shoulder Syndrome” (rotator cuff disease, impingement syndrome, shoulder instabilities) yang dapat menyebabkan keterbatasan gerak hingga gangguan fungsi (Kisner, Colby 2007) Menurut Neer shoulder impingement adalah menyempitnya celah diantara acromion dan tuberositas mayor caput humerus sehingga menyebabkan insertio dari tendon supraspinatus, biceps caput longum serta bursa subacromialis pada shoulder terjepit . B. Rumusan masalah 1. Apakah Ultrasound



bisa mengurangi nyeri dan dapat meningkatkan



kemampuan fungsional pada sindrom shoulder impingement? 2. Apakah TENS bisa mengurangi nyeri dan dapat meningkatkan kemampuan fungsional pada sindrom shoulder impingement ? 3. Apakah latihan stabilisasi dan traksi statik bisa menambah ROM dan meningkatkan kekuatan otot - otot shoulder pada sindrom shoulder impingement ? 1



C. Tujuan Penulisan 1. Mengetahui pengaruh US



dalam pengurangan nyeri dan peningkatan



kemampuan fungsional pada pada sindrom shoulder impingement 2. Mengetahui pengaruh TENS dalam pengurangan nyeri dan peningkatan kemampuan fungsional pada pada sindrom shoulder impingement 3. Mengetahui pengaruh latihan stabilisasi dan traksi statik untuk menambah ROM dan meningkatkan kekuatan otot - otot shoulder pada sindrom shoulder impingement D. Manfaat Penulisan 1. Untuk meningkatkan pelayanan fisioterapi yang professional 2. Sebagai acuan pelayananan fisioterapi berbasis evidence base



2



BAB II KERANGKA TEORI



A. Deskripsi Kasus 1. Patofisiologi Penyebab terjadinya Subacromial Impingement Syndrome dibagi menjadi dua faktor. Faktor intrinsik yaitu adanya penebalan tendon atau bursa karena sobekan parsial maupun komplit yang terjadi karena proses degeneratif dalam waktu yang lama dan berulang dalam melakukan aktivitas yang berlebihan (over use), ketegangan otot yang juga berlebih atau trauma yang terjadi pada tendon (Michener, et al, 2003), kelemahan otot rotator cuff, inflamasi kronik pada tendon rotator cuff dan bursa subacromialis, nyeri tendon rotator cuff akibat proses degeneratif, dan pemendekan posterior capsular sehingga mengakibatkan gerak translasi antero – superior dari caput humeri. Sedangkan faktor ekstrinsik adalah adanya peradangan dan degeneratif tendon yang terjadi akibat kompresi mekanik oleh stuktur eksternal terhadap tendon. Sebagai contoh : posisi curva atau hooked dari acromion, spurs pada acromion, dan kelainan postur tubuh. (Michener, et al, 2003). Pada faktor mekanisme biomekanik penyebab Subacromial Impingement Syndrome ekstrinsik, bahwa adanya penyempitan ruang subacromion yang menyebabkan tendon rotator cuff mengalami kompresi sehingga terjadi translasi dari caput humeri ke arah superior atau terjadinya gerakan menyimpang dari scapula yang mengakibatkan acromion bergerak kearah inferior, termasuk terjadi pemendekan dari kapsul sendi glenohumeral kearah posterior-inferior dan



3



kelemahan atau disfungsi atau penurunan kinerja dari otot rotator cuff sehingga dapat menyebabkan perubahan kinematika dari glenohumeral dan scapulathoracic 2. Pemeriksaan Fisioterapi a. Neer Tes Adalah tes untuk memprovokasi penekanan dari tuberositas mayor humeri terhadap acromion.



b. Hawkin - Kennedy Tes



4



c. VAS ( Visual Analog Scale ) VAS dapat merupakan pengukuran keparahan nyeri yang lebih sensitif karena klien dapat menidentifikasikan setiap titik pada rangkaian dari pada dipaksa memilih salah satu kata atau satu angka (Potter & Perry, 2005). d.



Painful Arch



Painful arc adalah nyeri atau perubahan pola gerakan akibat nyeri yang terjadi pada abduksi–elevasi 600-1200. Saat melakukan tes khusus ini, pasien dalam posisi duduk ataupun berdiri dan pasien diintruksikan untuk mengabdusikan lengannya. Saat abduksi lengan, pasien harus memberitahukan terapis apa yang sedang dirasakan. tes khusus ini akan bernilai positif apabila pasien merasakan nyeri sepanjang 600-1200 saat gerakan abduksi dan rasa nyeri akan berkurang setelah lebih dari 1200 (Flynn et al., 2008).



B. Deskripsi Problematika Fisioterapi 1. Impairment a.



Adanya spasme otot - otot gelang bahu



b.



Adanya penurunan nilai kekuatan otot – otot gelang bahu



c.



Nyeri gerak abduksi shoulder



2. Functional Limitation a.



Adanya keterbatasan gerak saat mengangkat lengan ke atas



b.



Adanya keterbatasan gerak saat memakai kaos dan bra



3. Disability / Participation Restriction a. Pasien terhambat untuk melaksanakan hobi berkebun



5



C. Teknologi Intervensi Fisioterapi 1. Ultrasound Pemberian terapi dengan menggunakan gelombang suara yang diperoleh dari generator yang menghasilkan arus bolak balik frekwensi tinggi 0,75 - 3 MHz, intensitas yang dipakai dalam praktek klinik 0,5 - 2 w/cm2. Manfaat Ultrasound : a. Efek Mekanik Bila gelombang ultrasound masuk ke dalam jaringan akan menimbulkan pemampatan dan peregangan jaringan yang dapat memicu proses inflamasi fisiologis b. Efek Biologis Efek biologis yang ditimbulkan adalah : 1. Meningkatkan sirukulasi darah 2. Relaksasi jaringan 3. Meningkatkan permeabilitas jaringan 4. Mempercepat proses penyembuhan jaringan 5. Mengurangi nyeri 2. TENS Adalah teknik stimulasi perifer non invasif yang digunakan untuk mengurangi nyeri. TENS bekerja dengan menstimulasi syaraf tipe αβ yang dapat mengurangi nyeri ( Corwin, 2009 ). Mekanisme kerjanya adalah dengan “ penutupan gerbang “ transmisi nyeri dari serabut syaraf kecil dengan menstimulasi serabut syaraf besar, kemudian 6



serabut syaraf besar akan menutup jalur pesan nyeri ke otak dan meningkatkan aliran darah ke area yang nyeri, serta menstimulasi produksi anti nyeri alamiah tubuh yaitu endorfin ( James et all, 2008 ) 3. Exercise Exercise yang diberikan berupa manual terapi yaitu traksi statik humerus ke arah inferior dan latihan stabilisasi dan fungsional bahu. Traksi



Humerus



Ke



Inferior



terjadi



peregangan



tendon



m.



supraspinatus dan tendon biceps caput longum. Traksi diberikan hingga terasa springy endfeel. Hasil yang diperoleh yaitu peregangan tendon yang membatasi jarak acromion dan caput humeri. Jenis traksi static – eksentrik (Kisner and Colby, 2012). Latihan stabilisasi adalah suatu bentuk latihan kontraksi otot dinamik yang dilakukan dengan mengembangkan control area proksimal tubuh yang stabil yang ditandai dengan respon bebas dan dapat diberikan beban tahanan yang digunakan berasal dari external force yang dapat berubahubah. Saat melakukan stabilisasi, biasanya dengan kontraksi otot static (isometrik)



7



BAB III PENATALAKSANAAN STUDI KASUS PROTOKOL STUDI KASUS NAMA MAHASISWA :



NINUK KUSUMAWATI



N.I.M



:



P27226018311



TEMPAT PRAKTIK



:



RS ADVENT-BDG



I.



II.



KETERANGAN UMUM PENDERITA Nama



:



NY. MS



Umur



:



61 tahun



Jenis Kelamin



:



Perempuan



Agama



:



Islam



Pekerjaan



:



IRT



Alamat



:



KP. Jabong



No. CM



:



367618



Diagnosis Medis



:



Frozen Shoulder sinistra



Catatan Klinis



: Accident naik motor 2 tahun lalu, retak bahu kiri



DATA MEDIS



tanpa operasi Medikamentosa



: Kaltrofen Gel



Rontgen



: Shoulder impingement dengan penyempitan acromioclavicular joint sinistra



8



III.



SEGI FISIOTERAPI A. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF



1. Keluhan Utama Dan Riwayat Penyakit Sekarang Keluhan Utama : Pasien datang dengan keluhan sakit di bahu kiri sudah beberapa lama. Pada gerakan - gerakan tertentu nyeri bertambah berat yaitu mengambil barang di jok belakang mobil dan saat meraih benda di atas. Pasien kesulitan saat memakai kaos dan bra 2. Riwayat Keluarga Dan Status Sosial Tidak ada riwayat keluarga yang berhubungan dengan sakitnya Aktivitas sosial



: Keterbatasan dalam melaksanakan hobi berkebun



B. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU Kecelakaan motor 2 tahun yang lalu. Ada retak di bahu kiri tanpa operasi



9



C. PEMERIKSAAN OBYEKTIF 1. Pemeriksaan Tanda Vital



2.



Tekanan darah



:



126 / 80 mmhg



Denyut nadi



:



80 kali / menit



Pernafasan



:



24 kali / menit



Temperatur



:



36 ˚C



Berat badan



:



68 Kg



Tinggi badan



:



172 cm



Inspeksi / Observasi a. Statik : Posisi berdiri : neck forward , kiposis thoracalis, asimetri bahu kiri lebih tinggi daripada kanan b. Dinamik



: Tampak nyeri sedang saat fleksi - abduksi elevasi



800- 1000 3.



Joint Test Shoulder Gerakan



4.



ROM



Nyeri



Flexi



Full



Painful Arch 800 - 1000



Abduksi



Full



Painful Arch 800 - 1000



Manual Muscle Test N0



Otot



Sinistra



Dextra



1



Supraspinatus



3 ( nyeri )



5



2



Infraspinatus



3 ( nyeri )



5



3



Subscapularis



3 ( nyeri )



5



4



Teres Minor



3 ( nyeri )



5



10



5. Pemeriksaan nyeri dengan skala VAS Nyeri Tekan



7/10 ( teres minor & anterior shoulder )



Nyeri Diam



5/10



Nyeri Gerak



7/10 ( abduksi elevasi )



6. Pemeriksaan Spesifik a. Neer Tes Prosedur, pasien duduk, terapis memfiksasi scapula pasien, kemudian lengan bawah diposisikan endorotasi selanjutnya lengan di elevasikan. Hasilnya positif, pasien mengeluh nyeri b. Hawkin - Kennedy Tes Prosedurnya, pasien duduk, posisi lengan fleksi 900, kemudian lengan bawah di gerakkan endorotasi dan exo rotasi. Hasilnya postif, pasien mengeluh nyeri



11



D.



CLINICAL REASONING



Inflamasi



Nyeri Gerak



Aktifitas lengan menurun



US + TENS



Nyeri Menurun



Penurunan Kekuatan Otot



Spasme Otot



Penurunan LGS



Strengthening exercise



US + TENS



Stretching Exercise



Peningkatan kekuatan Otot



Spasme berkurang



Peningkatan LGS



Kemampuan fungsional meningkat



12



E.



DIAGNOSIS FISIOTERAPI 1. Impairment a)



Adanya spasme otot - otot gelang bahu



b) Adanya penurunan nilai kekuatan otot – otot gelang bahu c)



Nyeri gerak abduksi elevasi shoulder



2. Functional Limitation a)



Adanya keterbatasan gerak saat mengangkat lengan ke atas



b) Adanya keterbatasan gerak saat memakai kaos dan bra 3. Disability / Participation Restriction a. Pasien terhambat untuk melaksanakan hobi berkebun C.



PROGRAM FISIOTERAPI 1.



Tujuan Jangka Pendek : a. Mengurangi nyeri b. Meningkatkan LGS c. Meningkatkan kekuatan otot gelang bahu



2.



Tujuan Jangka Panjang : a. Meningkatkan stabilisasi otot gelang bahu b. Meningkatkan kemampuan fungsional



D.



RENCANA FISIOTERAPI 1. Ultrasound 2. TENS 3. Manual terapi ( Traksi Humeri ke arah inferior) 4. Latihan stabilisasi (Pendulum Exercise)



13



E.



F.



PROGNOSIS 1. Quo ad vitam



:



baik



2. Quo ad sanam



:



baik



3. Quo ad cosmeticam



:



baik



4. Quo ad fungsionam



:



baik



PELAKSANAAN FISIOTERAPI 1. Ultrasound Pasien Berbaring telentang di tempat tidur. Ultrasound diberikan pada anterior shoulder sin yang sebelumnya telah diolesi ultrasound gel. Waktu terapi selama 7 menit sirkular dengan intensitas 0,8w/cm2 2. TENS Pasien berbaring telentang di tempat tidur. Tens di pasang di antero - posterior shoulder dengan menggunaakan elektrode vacum. Waktu terapi selama 15 menit 3. Manual Terapi ( Traksi Humerus ke arah inferior ) Lakukan traksi static terlebih dahulu selama 7 detik, Posisi Fisioterapis berada pada sisi samping pasien atau di sebelah bahu pasien, terapis memegang lengan atas pasien dengan kedua tangannya, dengan posisi kedua tangan pada proksimal humerus atau dekat dengan ketiak pasien, kemudian traksi dilakukan dengan menarik lengan ke inferior secara lembut menggunakan berat badan sampai terasa end feel sendi bahu sehingga terjadi pelonggaran ruang subacromialis dan mengurangi profokasi pada area tersebut. Lakukan dengan memberikan traksi selama 7 detik sebanyak 3 repitisi sebanyak 3 set. 14



4. Latihan Stabilisasi dan Fungsional Latihan Pendulum dilaksanakan pada posisi berdiri. Lumbal di flexikan 90 0 dan gunakan tangan yang sehat sebagai tumpuan pada kursi atau meja. Lengan yang mengalami Subacromial Impingement Syndrome menggantung, otot-otot regio scapulothoracalis dan regio sendi glenohumeralis dalam keadaan relaks. Gerakan harus lancar dan dilakukan selama 20 detik dalam satu arah. Ulangi selama 20 detik dengan arah sebaliknya. Pada permulaannya gerakan dilakukan dengan membuat lingkaran kecil, dan secara bertahap tingkatkan ke lingkaran yang lebih besar (Ellsworth, et al, 2006) G.



EVALUASI DAN TINDAK LANJUT 1. Evaluasi a)



Nyeri dengan skala VAS Tipe Nyeri



T1



T2



T3



T4



T5



Nyeri tekan



7



5



3



2



1



Nyeri diam



5



3



1



0



0



Nyeri gerak



7



5



3



2



1



T4



T5



b). Kekuatan otot dengan Manual Muscle Test (MMT) N 0



Otot



T1



T2



T3



S



D



S



D



S



D



S



D



S



D



Supraspinatus



3



5



4



5



4



5



4



5



5



5



Infra Spinatus



3



5



4



5



4



5



4



5



5



5



3



Subscapularis



3



5



4



5



4



5



4



5



5



5



4



Teres Minorr



3



5



4



5



4



5



4



5



5



5



1 2



15



c)Painful Arch Pinful Arch Nyeri 800 - 1200 T1



T2



T3



T4



T5



Fleksi



+



+



+



-



-



Abduksi



+



+



+



-



-



d) Pemeriksaan Spesifik T1



T2



T3



T4



T5



Neer Tes



+



+



+



-



-



Hawkin - Kennedy Tes



+



+



+



-



-



2. Tindak lanjut : Pasien sudah mengalami perbaikan bermakna, sudah mampu memakai kaos dan bra tanpa nyeri yang mengganggu, sudah mulai bisa berkebun dan melakukan aktifitas harian lainnya. Program latihan di rumah di lanjutkan untuk memperbaiki posture agar tidak terjadi cedera berulang.



16



H. HASIL EVALUASI AKHIR Seorang wanita usia 61 tahun, pertama kali datang mengeluh kesulitan mengangkat lengan kiri ke atas, kesulitan memakai kaos dan bra, setelah menjalani terapi selama 3 x didapatkan hasil nyeri berkurang signifikan, spasme otot gelang bahu berkurang, kekuatan otot gelang bahu bertambah, kemampuan fungsional bertambah.



Bandung, Desember 2018 Mengetahui, Pembimbing,



Praktikan,



Ninuk Kusumawati



Hartono Santosa,Ftr NRP. Catatan Pembimbing :



17



BAB IV PEMBAHASAN



A. Hasil Setelah mendapatkan penatalaksanaan fisioterapi dengan Ultrasound, TENS, manual terapi dan latihan stabilisasi dan fungsional sebanyak 3 kali terapi secara teratur dalam 2 minggu diperoleh hasil adanya peningkatan luas gerak sendi, peningkatan kekuatan otot dan peningkatan kemampuan fungsional. B. Pembahasan 1. Ultrasound Pemberian terapi dengan menggunakan gelombang suara yang diperoleh dari generator yang menghasilkan arus bolak balik frekwensi tinggi 0,75 - 3 MHz, intensitas yang dipakai dalam praktek klinik 0,5 - 2 w/cm2. Manfaat Ultrasound : a. Efek Mekanik Bila gelombang ultrasound masuk ke dalam jaringan akan menimbulkan pemampatan dan peregangan jaringan yang dapat memicu proses inflamasi fisiologis b. Efek Biologis Efek biologis yang ditimbulkan adalah : 1.



Meningkatkan sirukulasi darah



2.



Relaksasi jaringan



3.



Meningkatkan permeabilitas jaringan 18



4.



Mempercepat proses penyembuhan jaringan



5.



Mengurangi nyeri



2. TENS Adalah teknis stimulasi perifer non invasif yang digunakan untuk mengurangi nyeri. TENS bekerja dengan menstimulasi syaraf tipe αβ yang dapat mengurangi nyeri ( Corwin, 2009 ). Mekanisme kerjanya adalah dengan “ penutupan gerbang “ transmisi nyeri dari serabut syaraf kecil dengan menstimulasi serabut syaraf besar, kemudian serabut syaraf besar akan menutup jalur pesan nyeri ke otak dan meningkatkan aliran darah ke area yang nyeri, serta menstimulasi produksi anti nyeri alamiah tubuh yaitu endorfin ( James et all, 2008 ) 3. Exercise Exercise yang diberikan berupa manual terapi yaitu traksi statik humerus ke arah inferior dan latihan stabilisasi dan fungsional bahu. Traksi Humerus Ke Inferior terjadi peregangan tendon m. supraspinatus dan tendon biceps caput longum. Traksi diberikan hingga terasa springy endfeel. Hasil yang diperoleh yaitu peregangan tendon yang membatasi jarak acromion dan caput humeri. Jenis traksi static – eksentrik (Kisner and Colby, 2012). Latihan stabilisasi adalah suatu bentuk latihan kontraksi otot dinamik yang dilakukan dengan mengembangkan control area proksimal tubuh yang stabil yang ditandai dengan respon bebas dan dapat diberikan beban tahanan yang digunakan berasal dari external force yang dapat berubah ubah. Saat melakukan stabilisasi, biasanya dengan kontraksi otot static (isometrik) 19



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Pasien wanita usia 61 tahun, seorang IRT, mengeluh nyeri pada bahu kiri saat mengangkat lengan ke atas, kesulitan saat memakai kaos dan memakai bra. Ada riwayat kecelakaan motor retak di bahu kiri tanpa operasi. Setelah diberikan



program



fisioterapi berupa Ultrasound, TENS, manual traksi,



latihan stabilisasi dan fungsional sebanyak 3 kali dengan home program exercise, diperoleh hasil sebagai berikut : 1. Nyeri gerak fleksi, abduksi elevasi berkurang signifikan 2. Lingkup gerak sendi shoulder meningkat 3. Kekuatan otot shoulder meningkat. 4. Kemampuan fungsional membaik. B. SARAN 1. Saran untuk fisioterapis a. Hendaknya



benar-benar



melakukan



tugasnya



secara



professional, yaitu melakukan pemeriksaan dengan teliti sehingga dapat menegakkan diagnose dan problem fisioterapi yang tepat. Penegakan diagnosis adalah awal dari keberhasilan intervensi fisioterapi. b. Hendaknya



meningkatkan



ilmu pengetahuan serta pemahaman



terhadap hal-hal yang berhubungan dengan studi kasus karena tidak menutup kemungkinan adanya terobosan baru 20



dalam



suatu



pengobatan yang membutuhkan pemahaman lebih lanjut. 2. Saran kepada Pasien Hasil intervensi fisoterapi yang telah diperolah perlu ditingkatkan dengan melakukan sendiri program dan saran yang diberikan oleh fisioterapi. Keluarga harus terlibat dan selalu memberikan morivasi dan dukungan kepada pasien serta menciptakan lingkungan keluarga yang nyaman. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh pasien adalah sebagai berikut : a. Latihan aktif setiap hari b. Koreksi sikap tubuh c. Selalu memperhatikan asupan makanan yang bergizi dan cukup.



21



DAFTAR PUSTAKA 1. Armiger P, Martyn M. Stretching for Functional Flexibility. Baltimore: Lippincott Williams & Wilkins; 2010. pp. 3-10 10. 2. Corwin, EJ, 2009. Buku Saku Patofisiologi, Edisi Revisi 3, EGC, Jakarta 3. Ellsworth, A.A., Mullaney, M., Tyler, T.F., McHugh, M., Nicholas, S.J. 2006. Electromyography of selected shoulder musculature during un-weighted and weighted pendulum exercises.The Journal Sports Phys Ther; 1(2) : 73-79. 4. Hand, G.C., Athanasou, N.A., Matthews, T. 2007. The pathology of frozen shoulder. J Bone Joint Surg Br; 89: 928-932. 5. Hegedeus, E.J., Goode, A., Campbell, S., Morin, A., Tamaddoni, M., Moorman, C.T., Cook, C. 2008. Physical examination tests of the shoulder : a systematic review with meta-analysis of individual tests. The Journal Sports Med ; 42: 80- 92. 6. James, J, Baker, C & Swain, H, 2008. Prinsip-Prinsip Sains untuk Keperawatan, EMS, Jakarta 7. Jurgel, J., Rannama, L., Gapeyeva, H. 2005. Shoulder function in patients with frozen shoulder before and after 4-week rehabilitation. The Journal Medicina (Kaunas); 41: 30-38. 8. Kisner C, Colby LA. Therapeutic Exercise. 5th ed. Philadelphia: F.A. Davis Company; 2007. pp. 65-272 9. Magee, D.J. 2008. Orthopedic Physical Assessment. Fifth Edition. Sounders Elsevier : Philadelphia. 10. Neumann, D.A. 2010. Kinesiology of the musculoskletal system, Foundations for Rehabilitation. Second Edition. Missouri 63043 : Mosby Elsevier.



22