FISIOTERAPI PADA KASUS FLEKSIBILITAS SHOULDER LANSIa [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Al
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

FISIOTERAPI PADA KASUS FLEKSIBILITAS SHOULDER LANSIA MAKALAH



Disusun Oleh : 1. 2. 3. 4. 5.



Latifah Qonitah Muliana (1910306069) Sri Ulan Dari (1910306033) Radiyatul Adwiah (1910306104) Malik Nur Huda (1910306102) Sepriansyah (1910306100)



PROGRAM STUDI PROFESI FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA 2020



HALAMAN PENGESAHAN MAKALAH FISIOTERAPI PADA KASUS FLEKSIBILITAS SHOULDER PADA LANSIA



Disusun Oleh : 1. 2. 3. 4. 5.



Latifah Qonitah Muliana (1910306069) Sri Ulan Dari (1910306033) Radiyatul Adwiah (1910306104) Malik Nur Huda (1910306102) Sepriansyah (1910306100)



Untuk memenuhi tugas profesi fisioterapi pada stase geriatri. Program studi profesi fisioterapi Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta



Pembimbing : Deni Masfuroh S.Ftr Tanggal



: 18 Januari 2020



Tanda tangan : _________________



KATA PENGANTAR



Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah pada Stase Geriatri yang berjudul “Fisioterapi pada kasus fleksibilitas shoulder lansia”. Tujuan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas profesi pada Stase Geriatri.



Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu diperlukan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk perbaikan.



Pundong, Januari 2020



Penulis



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii KATA PENGANTAR .................................................................................. iv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................. 6 C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 7 D. Manfaat Penulisan ............................................................................. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Lansia ................................................................................ 13 B. Perubahan Fisiologi pada Lansia ................................................... 41 C. Definisi Fleksibilitas ...................................................................... 42 D. Perubahan Fisiologi Fleksibilitas pada Lansia .............................. 42 E. Faktor yang mempengaruhi Fleksibilitas....................................... 42 F. Peran Fisioterapi pada Penurunan Fleksibilitas Lansia ................. 42



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ...................................................................................... 62



DAFTAR PUSTAKA DOKUMENTASI



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Usia lanjut adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup (Effendi dan Makhfudli, 2009). Perubahan yang terjadi pada tubuh lansia yaitu terjadinya proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Proses menua merupakan proses yang terus-menerus berlanjut secara alamiah dimulai sejak lahir dan dialami oleh semua mahkuk hidup. Lanjut usia menurut Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998 adalah mereka yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas. Diseluruh dunia penduduk lansia (usia 60 tahun ke atas) tumbuh sangat cepat bahkan tercepat dibandingkan kelompok usia lainnya. Badan kesehatan dunia WHO menunjukan bahwa presentase penduduk lanjut usia akan mencapai 9,77 persen dari total penduduk pada tahun 2010 dan menjadi 11,34 persen pada tahun 2020 (Azizah, 2011). Lanjut usia sering dikaitakan dengan usia yang sudah tidak produktif, bahkan dikatakan menjadi beban bagi yang berusia produktif. Hal ini terjadi karena pada lansia secara fisiologis mengalami kemunduran fungsi-fungsi dalam tubuh yang menyebabkan lansia rentan terkena gangguan kesehatan. Memasuki lanjut usia akan mengalami kemunduran secara fisik, kemunduran secara fisik akan terjadi penurunan massa otot serta fleksibilitasnya. Sehingga, dapat mempengaruhi kemampuan lansia dalam memenuhi aktivitasnya. Kemunduran secara fisik akibat proses penuaan dapat dicegah pada lansia dengan melakukan berbagai komponen latihan. Komponen latihan pada lansia dapat diberikan dengan latihan fleksibilitas (Padila, 2013). Fleksibilitas dapat didefinisikan sebagai kemampuan dari sebuah sendi dan otot, serta tali sendi di sekitarnya untuk bergerak dengan leluasa dan nyaman dalam ruang gerak maksimal yang diharapkan.Fleksibiltas dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut adalah otot, tendon, ligamen, usia, jenis kelamin, suhu tubuh dan struktur sendi. Fleksibilitas yang kurang dapat menyebabkan gerakan lebih lamban dan rentan terhadapa cedera otot, ligamen, dan jaringan lainnya. Dengan



bertambahnya usia maka fleksibilitas seseorang akan berkurang. Cara terbaik meningkatkan fleksibilitas adalah dengan latihan peregangan (Herlina, 2015). Latihan peregangan penting untuk mencegah kemunduran massa otot. Latihan-latihan itu dibagi atas dua jenis latihan yaitu latihan peregangan statis dan latihan peregangan dinamis. Dengan melakukan kedua latihan ini maka dapat meningkatkan fleksibilitas.



B. Rumusan Masalah 1. Apa definisi dari Lansia ? 2. Apa definisi dari Fleksibilitas ? 3. Apa saja perubahan Fisiologi pada Lansia ? 4. Apa saja perubahan Fisiologi Fleksibilitas pada Lansia ? 5. Apa saja faktor yang mempengaruhi Fleksibilitas ? 6. Bagaimana peran Fisioterapi terhadap fleksibilitas pada Lansia ?



C. Tujuan Penulisan 1. Apa definisi dari Lansia ? 2. Apa definisi dari Fleksibilitas ? 3. Apa saja perubahan Fisiologis pada Lansia ? 4. Apa saja perubahan Fisiologi Fleksibilitas pada Lansia ? 5. Apa saja faktor yang mempengaruhi Fleksibilitas ? 6. Bagaimana peran Fisioterapi terhadap fleksibilitas pada Lansia ?



D. Manfaat Penulisan 1. Bagi masyarakat Memberikan pengetahuan serta informasi kepada masyarakat yang berkaitan dengan gangguan yang akan ditimbulkan oleh lansia 2. Bagi Program Studi Fisioterapi Sebagai bahan informasi keilmuan fisioterapi tentang terjadinya gangguan fleksibilitas pada lansia sehingga dapat dijadikan referensi penanganan, dan untuk menambah pustaka tentang terjadinya gangguan fleksibilitas.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Lansia a. Definisi Lansia Menurut Azizah 2011, Lanjut Usia (Lansia) adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua.Hal ini normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada ssat mereka mencapai uisa tahap perkembangan kronologis tertentu. Menurut Ismayadi 2007, Batasan usia lanjut menurut WHO meliputi (1) usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok 45-59 tahun, (2) lanjut usia (elder) antara 60-74 tahun, (3) lanjut usia tua (Old) antara 75-90 tahun, (4) usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun. Usia lanjut adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai umur panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun dan pada usia lanjut akan mengalami kemunduran Lansia bukan suatu penyakit melainkan tahap lanjut dari proses kehidupan yang ditandai penurunan kemampuan tubuh. Salah satu dari akibat dari penurunan kemampuan tubuh yaitu perubahan fungsi otot yaitu terjadinya penurunan elastisitas dan fleksibilitas otot. Disamping itu usia manusia dapat dibagi menjadi tiga , yaitu usia biologis, usia psikologis dan usia sosial. Usia biologis yaitu usia yang berkaitan dengan potensi jangka hidup seseorang, usia psikologis yaitu usia yang menunjukkan kemampuan seseorang untuk mengadakan penyesuaian-



penyesuaian kepada situasi yang dihadapi, sedangkan usia sosial yaitu usia yang menunjukkan peran-peran yang diharapkan atau diberikan masyarakat kepada seseorang sehubungan dengan usianya, situasi yang dihadapi, sedangkan usia sosial yaitu usia yang menunjukkan peran-peran yang diharapkan atau diberikan masyarakat kepada seseorang sehubungan dengan usianya (Kadir, 2007). 1. Perubahan Fisiologis pada Lansia Menurut Priyoto 2015, perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia yaitu: a. Sel 1) Lebih sedikit jumlahnya, lebih besar ukurannya. 2) Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler. 3) Menurunnya proporsi sel di otak, ginjal, darah, dan hati. b. Sistem Persyarafan 1) Berat otak menurun 10-20% (sel saraf otak lansia berkurang setiap hari). 2) Hubungan persarafan cepat menurun. 3) Lambat dalam respons dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stress. 4) Mengecilnya



saraf



pancaindra,



berkurangnya



penglihatan,



hilangnya pendengaran. Mengecilnya saraf pencium dan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin, serta kurang sensitif terhadap sentuhan.



c. Sistem Pendengaran 1) Presbikusis (gangguan pada pendengaran) 2) Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas umum 65 tahun 3) Membran timpani menjadi atropi, menyebabkan otosklerosis. 4) Terjadinya pengumpulan serumen dan dapat mengeras karena meningkatnya keratin. Pendengaran semakin menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa atau stres. d. Sistem Penglihatan 1) Sfingter pupil timbul sclerosis dan hilangnya respons terhadap sinar. 2) Kornea lebih berbentuk sferis (bola). 3) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, jelas menyebabkan gangguan penglihatan. 4) Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, dan susah melihat dalam cahaya gelap. 5) Hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapangan pandang: 6) berkuran luas pandangannyaMengecilnya saraf pencium dan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin, serta kurang sensitif terhadap sentuhan.



e. Sistem Pendengaran 1) Presbikusis (gangguan pada pendengaran) 2) Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas umum 65 tahun. 3) Membran timpani menjadi atropi, menyebabkan otosklerosis. Terjadinya pengumpulan serumen dan dapat mengeras karena meningkatnya keratin. Pendengaran semakin menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa atau stres. f. Sistem Penglihatan 1) Sfingter pupil timbul sclerosis dan hilangnya respons terhadap sina. 2) Kornea lebih berbentuk sferis (bola). 3) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, jelas menyebabkan gangguan penglihatan. 4) Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, dan susah melihat dalam cahaya gelap. 5) Hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapangan pandang: berkuran luas pandangannya. Kapasitas pernapasan maksimum menurun, dan kedalaman bernapas menurun. Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang. 1) O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg 2) CO2 pada arteri tidak berganti



3) Kemampuan untuk batuk berkurang, serta kemampuan pegas, dinding, dada, dan kekuatan otot pernapasan akan menurun seiring dengan bertambahnya usia. g. Sistem Integumen 1) Pada lansia, kulit akan mengeriput akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses keratinasi, serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis. 2) Mekanisme proteksi kulit menurun, ditandai dengan produksi serum menurun dan gangguan pigmentasi kulit. 3) Kulit kepala dan rambut pada lansia akan menipis berwarna kelabu, rambut dalam hidung dan telinga menebal. 4) Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan vaskularisasi. 5) Pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh serta kuku menjadi pudar dan tidak bercahaya. h. Sistem Muskuloskeletal 1) Pada lansia, tulang akan kehilangan densitas (kepadatan) dan makin rapuh. 2) Kapasitas pernapasan maksimum menurun, dan kedalaman bernapas menurun. Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang. 3) O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg. 4) CO2 pada arteri tidak berganti.



5) Kemampuan untuk batuk berkurang, serta kemampuan pegas, dinding, dada, dan kekuatan otot pernapasan akan menurun seiring dengan bertambahnya usia. i.



Sistem Integumen 1) Pada lansia, kulit akan mengeriput akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses keratinasi, serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis. 2) Mekanisme proteksi kulit menurun, ditandai dengan produksi serum menurun dan gangguan pigmentasi kulit. 3) Kulit kepala dan rambut pada lansia akan menipis berwarna kelabu, rambut dalam hidung dan telinga menebal. 4) Berkurangnya



elastisitas



akibat dari menurunnya



cairan dan



vaskularisasi. Pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh serta kuku menjadi pudar dan tidak bercahaya. j. Sistem Muskuloskeletal 1. Pada lansia, tulang akan kehilangan densitas (kepadatan) dan makin rapuh. 2. Terjadi kifosis 3. Pergerakan pinggang, lutut, dan jari-jari terbatas 4. Diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tinggi menjadi berkurang) 5. Persendian membesar dan menjadi kaku, tendon mengerut, dan mengalami sclerosis. Terjadi atropi serabut otot (otot-otot serabut mengecil) sehingga pergerakan menjadi lamban, otot-otot menjadi kram dan tremor.



2. Fleksibilitas a. Definisi Fleksibilitas Fleksibilitas adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dengan mudah, tanpa keterbatasan serta bebas dari rasa nyeri dalam range of motion. Fleksibilitas berkaitan dengan pemanjangan musculo tendinous unit yang baik, kemampuan jaringan atau otot untuk mengulur secara maksimal sehingga tubuh dapat bergerak dengan full range of motion tanpa disertai nyeri atau hambatan (Wismanto, 2011).. Menurut Nala (2011) fleksibilitas adalah kemampuan tubuh untuk mengulur diri seluas luasnya berhubungan erat dengan kemampuan gerak kelompok otot besar dan kapasitas kinerjanya yang ditunjang oleh luasnya gerakan pada sendi. b. Tipe Fleksibilitas Ada beberapa tipe fleksibilitas yang dikenal. Menurut Kurz (dalam Appleton, 2009), terdapat tiga tipe fleksibilitas,yaitu: 1) Fleksibilitas dinamis. Fleksibilitas dinamis yang disebut juga fleksibilitas kinetik merupakan kemampuan otot untuk melakukan gerakan dinamis di dalam membawa anggota gerak untuk bergerak hingga mencapai luas gerak sendi yang penuh. fleksibilitas dinamis dapat dilatih dengan perenggangan dinamis yang biasanya dilakukan dengan menggerak gerakan tubuh atau anggota anggota tubuh secara ritmis (berirama) dengan gerakan gerakan memutar atau memantul mantulkan anggota anggota tubuh sehingga otot otot terasa teregangkan , untuk secara bertahap meningkatkan secara progresif ruang gerak sendi sendi. 2) Fleksibilitas statis-aktif Fleksibilitas statis-aktif yang juga disebut fleksibilitas aktif merupakan kemampuan untuk memulai dan mempertahankan posisi hanya menggunakan ketegangan dari group otot agonis dan sinergis pada saat otot antagonis diulur.



3) Fleksibilitas statis-pasif Fleksibilitas statis-pasif yang juga disebut fleksibilitas pasif merupakan



kemampuan



untuk



memulai



suatu



gerakan



dan



mempertahankan posisi dengan menggunakan berat badan, bantuan anggota gerak atau bantuan dari luar. Fleksibilitas statis dapat dilatih dengan latihan perenggangan yang sering dilakukan sebelum dan sesudah melakukan aktifitas olahraga. c. Faktor yang mempengaruhi fleksibilitas Tiap individu memiliki fleksibilitas yang berbeda-beda. Perbedaan kemampuan fleksibilitas tubuh dipengaruhi beberapa faktor internal dan eksternal. Menurut Bompa yang dikutip oleh Ibrahim (2009), fleksibilitas tergantung pada struktur sendi, otot yang melewati sendi, usia, jenis kelamin, suhu tubuh, tonus otot, kekuatan otot, kelelahan dan emosi. Menurut Fox (1993) (dalam Airlambang, 2001) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi fleksibilitas tersebut adalah: 1) Struktur sendi dan jaringan tubuh. Struktur sendi dan jaringan tubuh yang dimaksud dalam hal ini adalah tulang, otot yang melewati sendi, ligament,kapsul sendi, dan diskus. Struktur tulang yang sehat akan mempermudah pergerakan sendi untuk mencapai lingkup gerak sendi yang maksimal. Massa otot yang terlalu besar juga dapat menghambat pergerakan sendi. 2) Keadaan psikis. Seseorang yang tidak termotivasi ataupun yang mengalami kelainan mental, sulit untuk mendapatkan fleksibilitas yang sebenarnya ia miliki. 3) Usia. Seiring dengan bertambahnya usia, fleksibilitas akan mengalami penurunan. Kondisi struktur tulang dan persendian pada usia lanjut akan berubah dan tidak sebaik pada usia muda. Perubahan-perubahan pada sistem muskuloskeletal akibat proses penuaan fisiologis seperti perubahan kolagen, degenerasi, erosi dan kalsifikasi pada kartilago serta kapsula sendi, dan penurunan kekuatan fungsional otot



menyebabkan sendi kehilangan fleksibilitasnya sehingga luas gerak sendi pun berkurang. 4) Jenis kelamin. Pada normalnya, wanita cenderung lebih fleksibel dibandingkan dengan pria. Meski demikian, wanita juga cenderung lebih banyak mengalami masalah dengan fleksibilitasnya. Ini diakibatkan oleh gaya hidup , daur hidup sebagai seorang wanita, maupun akibat dari bertambahnya usia. 5) Aktivitas olahraga. Aktivitas olahraga merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi fleksibilitas tubuh. Individu yang rutin berolahraga akan memiliki fleksibilitas yang lebih baik dibandingkan dengan individu yang tidak pernah melakukan olahraga. Kurangnya olahraga dapat menyebabkan fleksibilitas jaringan ikat menjadi kurang baik sehingga otot-otot maupun ligament mudah sekali menjadi sprain.



d. Perubahan Fisiologi Fleksibilitas pasa Lansia Perubahan fisiologi fleksibilitas pada lansia dikarenakan terjadinya degenerasi gen dan sel elastin, memendeknya ligamen, terjadinya



fregmentasi



struktur fibrosa di



jaringan ikat dan



pembentukan jaringan parut di kapsul sendi serta jaringan ikat (Miller, 2012), beberapa proses degeneratif tersebut yang mengakibatkan penurunan elastisitas suatuu jaringan sehingga fleksibilitas pada lansia mengalami penurunan (Kurnianto, 2015) B. Peran Fisioterapi Terapi latihan untuk meningkatkan fleksibilitas pada lansia yaitu dengan pemberian latihan peregangan (berdasarkan E-Book Exercise for Older Adults, Health Care Provider Edition, Lynn B dkk) Dosis : Latihan peregangan dilakukan dengan menahan peregangan tanpa memantul ke posisi yg ditentukan selama 15-30 detik. Pastikan tetap bernafas pada saat melakukan peregangan. melakukan peregangan setidaknya selama 2-3 hari / minggu, idealnya 5-7 hari / minggu. Peregangan dapat dilakukan pada saat menonton TV atau sebelum tidur di malam hari.



1. Latihan Peregangan untuk Otot Triceps  Angkat kedua lengan di atas kepala dan tekuk siku sehingga lengan bawah berada di belakang kepala, tetapi tidak diletakkan di atasnya.  Coba dan dapatkan siku kiri untuk menunjuk ke langit.  Pegang siku kiri dengan tangan kanan.  Biarkan tangan kiri jatuh ke tengah bilah bahu.  Rasakan peregangan di bagian luar lengan kiri atas.  Tarik perlahan siku kiri ke arah bahu kanan untuk memperdalam peregangan.  Ulangi pada lengan yang berlawanan.



2. Chest Stretch   



Genggam kedua tangan di belakang dengan jempol ke bawah. Rentangkan lengan ke belakang. Perlahan dan perlahan tarik lengan ke atas



3. Straight Arm Chest Stretch  Rentangkan lengan dan posisikan tangan pada struktur tetap setinggi bahu.  Putar badan dari posisi lengan.  Tahan regangan.  Ulangi dengan lengan yang berlawanan.



4. Shoulder Stretch  Duduk atau berdiri.  Bawa lengan pertama melewati dada.  Dengan menggunakan lengan kedua, tarik lengan pertama ke arah dada.  Peregangan harus dirasakan di otot bahu. 5. Shoulder Strech  Orang dewasa yang lebih tua juga bisa melakukan peregangan ini dengan berpegangan pada meja dengan kedua tangan.  Pertahankan sedikit tekukan lutut, tekuk pinggang dan regangkan bahu perlahan.  Kadang-kadang orang dewasa yang lebih tua mungkin merasa pusing ketika menundukkan kepala jadi pastikan untuk melakukannya  berhati-hatilah agar tidak bergerak terlalu cepat dan berpegang pada meja.



6. Shoulder Strech  Genggam tangan di belakang leher dan tekan perlahan siku ke belakang, tetapi pastikan untuk tidak mendorong atau menarik leher.



BAB III STATUS KLINIS



PROGRAM STUDI PROFESI FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA SCRENING GERIATRI NAMA MAHASISWA N.I.M. TEMPAT PRAKTIK



: : :



Tanggal Pembuatan Laporan : Kondisi/kasus : KETERANGAN UMUM PENDERITA Nama : Ny. Wrs Umur : 60 Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Pekerjaan : Tani Alamat : No RM :SEGI FISIOTERAPI A. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF



1. Keluhan Utama Dan Riwayat Penyakit Sekarang (Termasuk didalamnya lokasi keluhan, onset, penyebab, factor-2 yang memperberat atau memperingan, irritabilitas dan derajat berat keluhan, sifat keluhan dalam 24 jam, stadium dari kondisi)



Anamnesis



: Autoanamnesis



Keluhan utama



: Bahu sakit



RPS : nyeri pada bahu dirasakan menjalar sampai ke tangan sudah dirasakan sejak 3 bulan yang lalu dikarenakan sering digunakan untuk tumpuan menggendong pada saat di sawah, nyeri bertambah berat ketika digunakan mengangkat atau membawa beban berat, nyeri berkurang ketika untuk istirahat.



RPD



:-



B. PEMERIKSAAN OBYEKTIF



1. Pemeriksaan Tanda Vital (Tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, temperatur, tinggi badan, berat badan) BP : 140/80 RR : HR : TB : Temperatur : BB :



PEMERIKSAAN KHUSUS GERIATRI 7. Kebugaran (2 minute step test) ProsedurPemeriksaan:  



Timer selama 2 menit . Memposisikan lutut 90˚, dilakukan berulang kali dalam waktu 2 menit.



Hasil : 89x 8. Kekuatan otot a. 30 seconds chair stands Prosedur Pemeriksaan







Posisi duduk keberdiri dilakukan selama 30 detik secara berulang-ulang



Hasil : 8x



b. Arm Curl Prosedur Pemeriksaan :  Posisi duduk  Mengangkat barbell dengan posisi fleksi-ekstensi elbow dilakukan berulang-ulang selama 30 detik. Hasil : 17x 9. Fleksibilitas a. Sit and reach test



Prosedur Pemeriksaan :  



Posisi duduk dikursi dengan tangan meraih ibu jari kaki Untuk mendapatkan nilai fleksibilitas diukur dengan menggunakan midline dari ujung jari tangan ke ibu jari kaki



Hasil : Dapat melakukan b. Back Stretch Prosedur Pemeriksaan :  Posisikan kedua tangan dibelakang meraih satu sama lain  Untuk mendapatkan nilai fleksibilitas diukur dengan memegang midline Hasil : 10. Keseimbangan dan koordinasi (8 foot up and go) Prosedur Pemeriksaan  Posisikan ditempat duduk kemudian instruksikan kepada pasien untuk mengikuti garis yang ditentukan sampai duduk kembali Hasil : 11. Kemampuan fungsional



Barthel Index Aktivitas Makan 0 = tidak mampu 5 = memerlukan bantuan, seperti memotong makanan, mengoleskan mentega, atau memerlukan bentuk diet khusus 10 = mandiri/tanpa bantuan Mandi 0 = tergantung 5 = mandiri Kerapian/penampilan 0 = memerlukan bantuan untuk menata penampilan diri 5 = mampu secara mandiri menyikat gigi, mengelap wajah, menata rambut, dan bercukur Berpakaian 0 = tergantung/tidak mampu 5 = perlu dibantu tapi dapat melakukan sebagian 10 = mandiri (mampu mengancingkan baju, menutup resleting, merapikan) Buang air besar 0 = inkontinensia, atau tergantung pada enema 5 = kadang mengalami kesulitan 10 = normal Buang air kecil 0 = inkontinensia, harus dipasang kateter, atau tidak mampu mengontrol BAK secara mandiri 5 = kadang mengalami kesulitan 10 = normal Penggunaan kamar mandi/toilet 0 = tergantung 5 = perludibantutapitidaktergantungpenuh 10 = mandiri Berpindah tempat (dari tempat tidur ketempat duduk, atau sebaliknya) 0 = tidak mampu, mengalam gangguan keseimbangan 5 = memerlukan banyak bantuan (satu atau dua orang) untuk bisa duduk 10 = memerlukan sedikit bantuan (hanya diarahkan secara verbal) 15 = mandiri Mobilitas (berjalan pada permukaan yang rata) 0 = tidak mampu atau berjalan kurang dari 50 yard 5 = hanya bias bergerak dengan kursi roda, lebih dari 50 yard 10 = berjalan dengan bantuan lebih dari 50 yard 15 = mandiri (meskipun menggunakan alat bantu) Menaiki /menuruni tangga 0 = tidak mampu 5 = memerlukan bantuan 10 =mandiri Jumlah



Interpretasi : 0- 20 = Sangat Berat 21- 61 = Berat 62- 90 = Moderat 91- 99 = Ringan 100 = Mandiri



Skor



Normal Range of Scores Screening Geriatri Normal Range of Scores - Men Age 2-Min Step of steps) (no. 30 Seconds Chair stand (no. of stands) Arm Curl (no. of reps) Chair Sit-&-Reach (inches +/-) Back Scratch (inches +/-) 8-Ft Up-&-Go (seconds)



60-64



65-69



70-74



75-79



80-84



85-89



90-94



87 – 115



86 - 116



80 - 110



73 – 109



71 - 103



59 - 91



52 – 86



14 – 19



12 – 18



12 - 17



11 – 17



10 - 15



8 - 14



7 – 12



16 – 22



15 – 21



14 - 21



13 - 19



13 - 19



11 - 17



10 – 14



-2.5 - +4.0



-3.0 - +3.0



-3.5 - +2.5



-4.0 - +2.0



-5.5 - +1.5



-5.5 - +0.5 -6.5 - -0.5



-6.5 - +0.0



-7.5 - -1.0



-8.0 - -1.0



-9.0 - -2.0



-9.5 - -2.0



-10.0 - -3.0 -10.5 - -4.0



5.6 - 3.8



5.7 - 4.3



6.0 - 4.2



7.2 - 4.6



7.6 - 5.2



8.9 - 5.3 10.0 - 6.2



Normal Range of Scores – Women Age 60-64 2-Min Step (no. of steps) 75 – 107 30 Seconds Chair stand (no. of stands) 12 – 17 Arm Curl (no. of reps) 13 – 19 Chair Sit-&-Reach (inches +/-) -0.5 - +5.0 Back Scratch (inches +/-) -3.0 - +1.5 8-Ft Up-&-Go (seconds) 6.0 - 4.4



65-69



70-74



75-79



80-84



85-89



90-94



73 - 107



68 - 101



68 - 100



60 - 91



55 - 85



44 – 72



11 - 16



10 - 15



10 - 15



9 - 14



8 - 13



4 – 11



12 - 18



12 - 17



11 - 17



10 - 16



10 - 15



8 – 13



-0.5 - +4.5



-1.0 - +4.0



-1.5 - +3.5



-2.0 - +3.0



-2.5 - +2.5



-4.5 - +1.0



-3.5 - +1.5



-4.0 - +1.0



-5.0 - +0.5



-5.5 - +0.0



-7.0 - -1.0



-8.0 - -1.0



6.4 - 4.8



7.1 - 4.9



7.4 - 5.2



8.7 - 5.7



9.6 - 6.2



11.5 - 7.3



Kesimpulan Hasil Screening pada Lansia: No 1



Screening Kebugaran



Score Normal



Hasil Pemeriksaan



Keteranagn dan saran



2



Kekuatan otot



3



Fleksibilitas



4



Keseimbangan dan koordinasi



5



Fungsional



Kesimpulan:



Bantul ,



20



Mengetahui,



Pembimbing,



__________________________________



NIP.



Catatan Pembimbing:



Praktikan,



____________________________________



NIM.



BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Lansia adalah kondisi dimana semua sistem organ mulai menurun termasuk fleksibilitas. Dengan dilakukannya latihan peregangan yang tepat dan rutin dilakukan maka akan membantu meningkatkan fleksibilitas pada lansia sehingga dapat membantu menurunkan resiko cidera pada lansia serta mengoptimalkan kemampuannya.



DAFTAR PUSTAKA Herlina, W.