Laporan Kasus Taufiq Ikm DBD [PDF]

  • Author / Uploaded
  • agung
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT



LAPORAN KASUS



FAKULTAS KEDOKTERAN



OKTOBER 2016



UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR



Demam Berdarah Dengue



OLEH :



Taufiq Hidayat, S.Ked. 10542017210 PEMBIMBING : dr. Hatase Nurna



DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2016



1



KATA PENGANTAR



Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya serta petunjuknya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Demam Berdarah Dengue”. Laporan ini diajukan sebagai salah satu syarat/ kewajiban bagi setiap ko-ass untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik di bagian Ilmu kesehatan masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar di puskesmas. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala bantuan, bimbingan dan motivasi kepada yang terhormat : 1. dr. Mahmud Ghaznawie, Sp.PA(K),Ph.D selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar. 2. dr. Hatase Nurna, atas waktunya untuk membimbing Penulis selama ko-ass di puskesmas jongaya. 3. dr. Nungki, dr.Aminah, serta para pegawai dan staff puskesmas jongaya atas waktunya untuk membimbing Penulis selama ko-ass di puskesmas jongaya. 4. Bakordik Kepaniteraan Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan laporan kasus ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun.Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.



Makassar, Oktober 2016



Penulis



2



LEMBAR PENGESAHAN



Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa:



Nama



: Taufiq Hidayat, S.Ked.



Judul Lapsus : Demam Berdarah Dengue



Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.



Makassar,



Oktober 2016



Pembimbing/Supervor



dr. Hatase Nurna



3



BAB I PENDAHULUAN Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali tempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut.5 DHF terutama menyerang anak-anak dengan ciri demam



tinggi mendadak, kadang



dengan sakit kepala berat, mialgia, artralgia disertai manifestasi perdarahan dan bertendensi untuk menimbulkan renjatan dan kematian.2,3 dan bertendensi untuk menimbulkan renjatan dan kematian.1 DD dan DBD disebabkan oleh 4 virus dengue yang mempunyai permukaan antigen hampir sama.4 Infeksi oleh virus dengan serotipe yang sama menyebabkan imunitas yang cukup lama, tetapi tidak demikian dengan serotipe yang berbeda.9 Kasus DBD pertama kali dilaporkan di Surabaya tahun 1968. Dalam waktu relatif singkat DBD dilaporkan di berbagai daerah di Indonesia, sehingga sampai tahun 1984 seluruh propinsi di Indonesia telah terjangkit penyakit ini. Di seluruh dunia diasumsikan setiap tahun terdapat 50 – 100 juta penderita demam dengue (DD), 250 – 500.000 penderita demam berdarah dengue (DBD).8,9,10 Infeksi oleh virus dengue dapat merupakan penyakit self limitting, tetapi perjalanan klinis penyakitnya kadang – kadang tidak dapat diramalkan dan dapat menjadi berat. Manifestasi klinis infeksi virus dengue bervariasi, mulai dari



demam dengue (DD), demam berdarah dengue



(DBD) dan demam berdarah dengue dengan syok (sindrom syok dengue = SSD).7,8,9 Saat ini belum ada vaksin yang efektif terhadap virus ini, maka pemberantasan ditujukan pada manusia dan tempat vektornya dengan melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk DBD.10 Pengobatan DBD bersifat suportif. Tatalaksaana berdasar kelainan utama yang terjadi yaitu perembesan plasma sebagai akibat dari peningkatan permeabilitas kapiler.10



4



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Definisi Demam berdarah dengue merupakan suatu penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue.Virus ini dibawa oleh vektor penyakit (nyamuk Aedes aegypti) dengan masaa tunas (inkubasi) 1-7 hari. Penyakit ini seringkali berakibat fatal dan berat, dimana kematian terjadi 40%-50% penderita dengan syok.2,3 2.2 Epidemiologi Secara epidemiologi DBD banyak ditemukan di daerah tropis, dimana suhu yg hangat, adanya penyimpanan air untuk kepentingan sehari-hari dan samutasi yang kurang baik menyebabkan terdapatnya populasi Aedes aegypti yang permanen.2 Di Indonesia penyakit DBD ditemukan pertama di surabaya pada tahun 1968. Sejak itu penyakit tersebut menyebar ke berbagai daerah hingga tahun 1980 seluruh propinsi di Indonesia telah terjangkit penyakit. Sejak pertama kali ditemukan, jumlah kasus menunjukkan kecenderungan meningkat baik dalam jumlah maupun luas wilayah yang terjangkit dan secara sporadis selalu terjadi kejadian luar biasa (KLB) setiap tahun, dimana jumlah penderita meningkat lebih dari dua kali pada penderita yang sama.2 KLB DBD tersebar tahun 1998, dengan Incidence Rate (IR) = 35, 19 per 100.000 penduduk dan Case Fatality Rate (CFR) = 2%. Pada tahun 1999 IR menurun tajam sebesar 10,17%, namun tahun-tahun berikutnya IR cenderung meningkat yaitu 15,99 (tahun 2000); 21,66 (2001); 19,24 (2002); dan 23,87 (2003). Sejak januari sampai 5 maret 2004 total kasus DBD di seluruh propinsi di Indonesia mencapai 26,015, dengan jumlah kematian sebanyak 389 orang (CFR=1,53%), sehingga pada 16 februari 2004 demam berdara dinyatakan sebagai kejadian luar biasa nasional. 2 Meningkatkan jumlah kasus serta bertambanya wilayah yang terjangkit, disebabkan karena semakin baiknya sarana transportasi penduduk, adanya pemukiman baru, kurangnya



5



perilaku masyarakat terhadap pembersihan sarang nyamuk (PSN), terdapatnya vektor hampir diseluruh pelosok tanah air serta adanya tipe virus yang bersirkulasi sepanjang tahun.3 2.3 Etiologi Demam berdarah ( DHF ) disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue ini merupakan bagian dari family flaviridae. Virus dengue mempunyai 4 serotipe virus dengue yaitu : a.



DEN – 1



b.



DEN – 2



c.



DEN – 3



d.



DEN – 4 Infeksi dari salah satu serotif virus dengue ini akan menghasilkan imunitas sepanjang hidup



terhadap infeksi ulang oleh serotipe yang sama, tetapi hanya menjadi perlindungan sementara dan partial terhadap serotipe-serotiipe yang lain. Virus dengue menunjukan banyak karakteristik yang sama dengan flavivirus lain, mempunyai genom RNA rantai tunggal yang dikelilingi oleh nukleokapsid ikosahedral dan terbungkus oleh selaput lipid.4 Virion virus dengue mempunyai diameter kira-kira 50 nm. Genom flavivirus mempunyai panjang kira-kira II kb ( kilo basses ), dan urutan genom lengkap dikenal untuk mengisolasi ke4 serotip, megkode untuk nukleokapsid atau protein ini ( c ), protein yang berkaitan dengan membran ( m ), dan protein pembungkus ( e ), dan tujuh gen protein non struktural ( ns ). Domain-domain bertanggung jawab untuk netralisasi, fusi dan interaksi denagn reseptor virus berhubungan dengan protein pembungkus.4



Vektor Virus Demam Berdarah Agar virus-virus dengue ini dapat masuk kedalam tubuh hostnya yaitu manusia, maka virusvirus dengue tersebut harus memiliki penghubung vektor yang membawanya masuk kedalam tubuh manusia. Adapun yang menjadi fektor dari virus dengue ini adalah nyamuk Aedes Aegypti betina. Sebab nyamuk Aedes Aegypti ini merupakan spesies nyamuk tropis dan subtropis yang hidup pada garis diantara 35oLintang Utara ( LU ) dan 35o Lintang Selatan ( LS ), atau kira-kira berhubungan dengan musim isoterm 10oC.4 6



Penyebaran penyakit Aedes Aegypti ini dibatasi oleh ketinggian. Nyamuk Aedes Aegypti merupakan vektor yang paling efisien bagi virus-virus dengue yang merupakan kelompok aerbovirus. Sebab nyamuk ini sangat antropofilik dan hidupnya dekat dengan manusia.4 Nyamuk Aedes Aegypti ini hidup berkembangbiak pada tempat-tempat penampungan air bersih yang tidak langsung berhubungan dengan tanah, seperti : a. Bak Mandi / WC b. Tempat Minuman Burung dalam sangkar c. Air tandon d. Air dalam Tempayan / gentong yang tidak ditutup rapat. e. Kaleng-kaleng bekas yang dapat menampung air f. Ban-ban bekas yang dapat menampung air Di indonesia nyamuk Aedes Aegypti tersebarluas diseluruh pelosok tanah air baik dikotakota maupun didesa-desa, kecuali diwilayah yang ketinggiannya > 1000 m diatas permukaan air. Perkembangan nyamuk Aedes Aegypti dari telur hingga dewasa memerlukan waktu sekitar 10-12 hari. Hanya nyamuk betina yang menggigit dan menghisap darah serta memilih darah manusia untuk mematangkan telurnya. Sedangkan nyamuk jantan tidak bbisa menggigit atau menghisap darah, melainkan hidup dari sari bunga tumbuh-tumbuhan. Umur nyamuk Aedes Aegypti betina berkisar antara 2 minggu sampai 3 bulan rata-rata 0,5 bulan, tergantung dari suhu kelembapan udara disekelilingnya.4 Kemampuan terbang nyamuk ini berkisar antara 40-100 m dari tempat berkembang biaknya. Tempat istirahat yang disukainya adalah benda-benda yang tergantung yang ada dirumah. Seperti gorden, kelambu, dan baju atau pakaian dikamar yang gelap dan lembab.4 Kepadatan nyamuk ini akan meningkat pada musim hujan, dimana terdapat banyak genangan air bersih yang dapt menjadi tempat berkembangnya nyamuk Aedes Aegypti. Selain nyamuk aedes Aegypti,penyakit demam berdarah dapat ditularkan oleh nyamuk Ae Albopictus, yang kurang berperan dalam menyebarkan penyakit demam berdarah, jika dibandingkan dengan nyamuk Aedes Aegypti. Hai ini dikarena nyamuk Ae Albopictus hidup dan berkembang biak dikebun atau semak-semak, sehingga lebih jarang kontak dengan manusia dibandingkan dengan nyamuk Aedes Aegypti yang berada di dalam rumah manusia dan sekitar rumah.4



7



2.4 Patofisiologi Infeksi virus dengue



Aktivasi makrofag



Disfungsi endotel



Sekresi mediator inflamasi



Kebocoran plasma



Hemokonsentrasi meningkat



Fagositosis kompleks virus antibodi non netralisasi Produksi limfokin dan interferon gamma.



virus bereplikasi di makrofag



aktivasi T helper dan T sitotoksisk



Renjatan



Fenomena patologis yang utama pada penderita DHF adalah meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya pembesaran plasma ke ruang ekstra seluler.5 Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk kedalam tubuh penderita adalah viremiayang mengakibatkan penderita demam, sakit kepala, mual, nyeri sendi, dan otot-otot, pegal-pegal pada seluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie),hiperemis tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (hepatomegali) dan pembesarab limpa (splenomegali).5 Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi serta efusi dan renjatan. (syok) Hemokosentrasi (peningkatan hemotokrit 20%) menunjukan atau menggambarkan adanya kebocoran (pembesaran) plasma (plasma leakage) sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Oleh karena itu pada penderita DHF sangat dianjurkan untuk memantau hematokrit darah berkala untuk mengetahui berapa persen hemokonsentrasi terjadi.5 Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunujukan kebocoran plasma telah teratasi sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung. Sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Gangguan hematosis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan vaskuler, trombositopenia, dan gangguan koagulasi.5 8



Pada otopsi penderita DHF, ditemukan tanda-tanda perdarahan hampir diseluruh alat tubuh, seperti dikulit, paru, saluran pencernaan, dan koagulasi nekrosis pada daerah sentral atau para sentral lobilus hati.5 2.5 Faktor Resiko Secara garis besar kejadian DBD dipengaruhi oleh faktor individu (host), virus (agent) yang dibawa oleh nyamuk dan epidemiologi. Faktor individu meliputi umur, jenis kelamin, ras, status gizi, adanya infeksi lain dan respon penderita terhadap virus. Dari aspek epidemiologi DBD dipengaruhi oleh banyaknya orang yang rentan terhadap DBD, kepadatan vektor, sirkulasi virus dan endemisitas wilayah. Sedang faktor agent meliput keganasan (virulence) dan jenis virus (serotype).4,5 Berkaitan dengan pengendalian nyamuk sebagai vektor pembawa virus dengue, terdapat empat komponen yang mempengaruhi keberadaan nyamuk yaitu: jenis nyamuk (Aedes aegypti, Aedes albopictus), perilaku manusia/host (kebiasaan menguras tempat penampungan air, kebiaan menggantung pakaian), lingkungan fisik (tempat penampungan air, ketinggian tempat, iklim dan tata guna tanah), lingkungan biologis (tanaman sekitar rumah, tanaman hias, pemeliharaan ikan) dan lingkungan kimiawi (penggunaan pestisida dan abatisasi).4,5 Orang yang menguras tempat penampungan air dengan frekuens lebih dari seminggu mempunyai kemungkinan terkena DBD 2,8 kali dibandingan dengan orang yang melakukan pengurasan kurang dari seminggu sekali (95% Cl OR= 1,4-5,4) p = 0,002. Kebiasaan tidur siang mempunyai kemungkinan menderita DBD 4,8 kali (95% Cl OR= 1,2-15,2) p = 0,044 2.6 Manifestasi Klinis a. Demam Dengue Masa tunas berkisar antara 3-5 hari ( pada umumnya 5-8 hari ). Awal penyakit biasanya mendadak, disertai gejala prodormal seperti nyeri kepala, nyeri berbagai bagian tubuh, anoreksia, rasa mengigil & malaise. Dijumpai trias sindrom, yaitu demam tinggi, nyeri pada anggota badan, dan timbulnya ruam ( rash ). Ruam timbul pada 6-12 jam sebelum suhu naik pertama kali, yaitu pada hari sakit ke 3-5 berlangsung selama 3-4 hari. Ruam bersifat makulopapular yang menghilang pada tekanan.Pada lebih dari separuh pasien, gejala klinis timbul dengan mendadak, disertai kenaikan suhu, nyeri kepala hebat, nyeri dibelakang bola mata, punggung, otot, sendi dan 9



disertai rasa mengigil. Pada beberapa penderita dapat dilihat bentuk kurva suhu yang menyerupai pelana kuda atau bifasik, tetapi pada penelitian selanjutnya bentuk kurva ini tidak ditemukan pada semua pasien sehingga tidak dapat dianggap patognomonik.Kelainan darah tepi demam dengue ialah leucopenia selama periode pra demam dandemam, neutrofilia relative dan limfopenia, disusul oleh neutropenia relative dan limfositosis pada periode puncak penyakit dan pada masa konvalesens.Eosinofil menurun atau menghilang pada permulaan dan pada puncak penyakit, hitung jenis neutrofil bergeser ke kiri selama periode demam, sel plasma meningkat pada periode memuncaknya penyakit dengan terdapatnya trombositopenia.Darah tepi menjadi normal kembali dalam waktu 1 minggu.Komplikasi demam dengue walaupun jarang dilaporkan ialah orkhitis atau ovaritis,keratitis, dan retinitis. Berbagai kelainan neurologis dilaporkan, diantaranya menurunnyakesadaran, paralisis sensorium yang bersifat sementara, meningismus, dan ensefalopati. Diagnosis banding mencakup berbagai infeksi virus (termasuk chicungunya), bakteria dan parasit yang memperlihatkan sindrom serupa. Menegakkan diagnosis klinis infeksi virus dengue ringan adalah mustahil, terutrama pada kasus-kasus sporadic.6



b. Demam Berdarah Dengue Demam berdarah dengue



ditandai



oleh 4



manifestasi



klinis,



yaitu demam



tinggi,perdarahan terutama perdarahan kulit, hepatomegali, dan kegagalan peredaran darah (circulatory failure). Fenomena patofisiologi utama yang menentukan derajat penyakit dan membedakan DBD & DD ialah peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, trombositopenia & diathesis hemoragik. Patokan diagnosis DBD ( WHO, 1975 ) berdasarkan gejala klinis & laboraturium.6



Klinis: 1) Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari. 2) Manifestasi perdarahan, minimal uji turniket positif dan salah satu bentuk perdarahan lain (petekie, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi), hemetemesis dan ataumelena. 3) Pembesaran hati 4) Syok yang ditandai oleh nadi lemah dan cepat disertai tekanan nadi menurun (≤20mmHg ), tekanan darah menurun ( tekanan sistolik≤80 mmHg ) disertai kulit 10



yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki, pasien menjadigelisah, dan timbul sianosis di sekitar mulut. Laboratorium:Trombositopenia (≤ 100.000 / ul ) dan hemokonsentrasi yang dapat dilihat dari peningkatannilai Ht ≥ 20% dibandingkan dengan nilai hematokrit pada masa sebelum sakit atau masa konvalesen. Ditemukannya 2 atau 3 patokan klinis pertamai disertai trombositopenia dan hemokonsentrasi sudah cukup untuk klinis membuat diagnosis DBD. WHO ( 1975 ) membagi derajat penyakit DBD dalam 4 derajat: 



Derajat I : demam tidak khas, uji Tourniquet positif







Derajat II : derajat I + perdarahan spontan







Derajat III : kegagalan sirkulasi (gelisah, nadi cepat & lembut, tekanan darah turun ≥ 20mmHg,hipotensi, sianosis, akral dingin & lembab)







Derajat IV : syok berat, nadi tak teraba, tek.darah tak terukur



2.7 Diagnosis Banding Demam fase akut mencakup spectrum infeksi bakteri dan virus yang luas. Pada hari-hari pertama diagnosis DBD sulit dibedakan dari morbili dan idiopathic thrombocytopenic purpura (ITP ) yang disertai demam. Pada hari demam ke 3-4, kemungkinan diagnosis DBD akan lebih besar, apabila gejala klinis seperti manifestasi perdarahan dan pembesaran hati menjadi nyata.Kesulitan kadang-kadang dialami dalam membedakan syok pada DBD dengan sepsis dalam hal ini trombositopenia dan hemokonsentrasi disamping penilaian gejala klinis lain seperti tipe dan lama demam dapat membantu.6



11



2.8 Derajat Penyakit DBD Klasifikasi Derajat Penyakit Infeksi Virus Dengue DD/DBD Derajat Gejala DD



Laboratorium



Demam disertai 2 atau lebih tanda: sakit kepala, nyeri retroorbital, mialgia, atralgia



 Leukopenia  Trombositopenia (-)  Serologi dengue Positif



DBD



I



Gejala di atas bendung positif



DBD



II



Gejala di atas pendarahan spontan



DBD



III



Gejala di atas ditambah kegagalan



 Trobositopenia  Adanya kebocoran plasma  Trobositopenia  Adanya kebocoran plasma  Trobositopenia



sirkulasi (kulit dingin dan lemah



 Adanya



ditambah uji



ditambah



serta gelisah) DBD



IV



Syok



berat



plasma disertai



dengan



tekanan darah dan nadi tidak terukur



kebocoran



 Trobositopenia  Adanya



kebocoran



plasma



Tabel 1.2. Klasifikasi Derajat Penyakit DBD



2.9 Penatalaksanaan Pada dasarnya pengobatan DBD bersifat suportif, yaitu mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan sebagai akibat perdarahan.Pasien DD dapat berobat jalan sedangkan pasien DBD dirawat diruang perawatan biasa, tetapi pada kasus DBD dengan komplikasi diperlukan perawatan intensif.6 2.10 Pencegahan Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu :6 12



1. Lingkungan Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah. Sebagai contoh: 



Menguras bak mandi/penampungan air, sekurang-kurangnya sekali seminggu.







Mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali.







Menutup dengan rapat tempat penampungan air.







Mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah dan lain sebagainya.



2. Biologis Pengendalian



biologis



antara



lain



dengan



menggunakan



ikan



pemakan



jentik (ikan adu/ikan cupang), dan bakteri (Bt.H-14). 3. Kimiawi Cara pengendalian ini antara lain dengan: 



Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion), berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu.



 Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain. Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan 3M Plus, yaitu menutup, menguras, menimbun. Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk, memeriksa jentik berkala, dll sesuai dengan kondisi setempat.6



2.11 Peranan Keluarga Dalam Penanggulangan DBD Duvall ( 1985) menyatakan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota. 13



Undang-Undang No.10 tahun 1992 menyatakan bahwa keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri dan anak atau ayah, ibu dan anak. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1998) menyebutkan bahwa keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang tediri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.5,9 Tugas kesehatan keluarga dalam upaya pencegahan dan penanggulangan DBD adalah keluarga pertama kli harus mampu mengenal masalah yang berkaitan dengan penyakit DBD, keluarga dapat mengenal masalah DBD dengan beberapa cara seperti penyuluhan dari petugas kesehatan, informasi dari majalah ataupun peran aktif keluarga untuk mencari tahu informasi mengenai DBD. Kesadaran akan tumbuh pada tiap anggota keluarga untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap DBD jika keluarga sudah dapat mengenal masalah kesehatan yang berhubungan dengan DBD begitupun dalam penanggulangan penyakit ini.5,9 Tugas kesehatan keluarga selanjutnya adalah keluarga harus mampu memutuskan tindakan yang tepat jika salah satu anggota keluarga yang terkena penyakit DBD, keluarga harus dengan cepat memutuskan tindakan yang tepat pada anggot keluargana yang terkena DBD dengan membawanya ke Rumah Sakit. Keputusan harus diambil keluarga karena keluarga yang dapat memantau anggota keluarganya yang terkena DBD.5,9 Tugas kesehatan keluarga selanjutnya adalah keluarga harus dapat menciptakan lingkungan yang sehat. Kemampuan keluarga ini sangat erat kaitannya dengan pencegahan penyakit DBD karena nyamuk penyebab DBD dapat berkembang biak di lingkungan rumah yang tidak diperhatikan oleh keluarga. Keluarga dapat melakukan tindakan 3 M pada lingkungan rumahnya untuk mencegah terjadinya DBD.5,9 Tugas kesehatan keluarga yang terakhir adalah keluarga harus dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada untuk membantu anggota keluarganya yang terkena DBD. Pemerintah Indonesia telah membebaskan biaya untuk pasien DBD, jika tidak ada alasan bagi keluarga untuk tidak membawa anggotanya keluarganya yang terkena DBD karena penyakit ini akan menimbulkan kematian yang sangat cepat jika penderitanya tidak dibawa ke rumah sakit dengan segera.5,9



14



Perilaku keluarga yang dimaksud dalam pencegahan DBD adalah keterlibatan semua anggota keluarga baik tanggung jawab secara mental dan emosional. Pengelolaan sarana yang diadakan agar tetap terjamin dan terpelihara sehingga tidak menjadi tempat perkembangbiakan vektor penyakit DBD. Maironah (2005) dan Yatim (2001) mengatakan bahwa dalam melakukan pencegahan DBD keluarga perlu memerlukan beberapa metode yang tepat diantaranya: 1. Lingkungan, metode ini digunakan untuk mengendalikan perkembangbiakan nyamuk tersebut antara lain dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), memakai pakaian dengan lengan panjang untuk menghindari gigitan nyamuk penyebab DBD, menghindari tidur siang, menggunakan kelambu saat tidur, merapikan pakaian kotor yang bergantungan di balik pintu. 2. Biologi, pencegahan DBD dengan metode biologi antara lain keluarga dapat memelihara ikan pemakan jentik jika di rumah mereka terdapat kolam 3. Kimiawi, cara pencegahan DBD dengan menggunakan metode kimiawi antara lain keluarga dapat memberikan bubuk abate pada tempat-tempat penampungan air dengan dosis takaran 1 gram bubuk abate untuk 10 liter air dan keluarga juga dapat melakukan pengasapan atau fogging dan menggunakan obat nyamuk (obat nyamuk bakar, obat nyamuk semprot dan lotion anti nyamuk) Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa cara yang paling efektif dalam pencegahan dan penanggulangan DBD adalah dengan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk yaitu menguras, menutup dan mengubur serta tindakan lainnya seperti memberikan bubuk abate, memasang obat nyamuk, dan melakukan pemeriksaan jentik berkala.6



15



BAB III LAPORAN KASUS A. Anamnesis Identitas Pasien Nama



: A.Y



Jenis Kelamin



: Laki-laki



Tanggal lahir



: 29 mei 2012



Usia



: 4 tahun 4 bulan



Agama



: islam



Alamat



: JL. Bonto Duri 2



Pekerjaan



:-



Masuk puskesmas



: 10 oktober 2016



Identitas keluarga Nama Ayah



: Tn Mustajab



Nama Ibu



: Ny Nurlia



Umur



: 40 tahun



Umur



: 29 tahun



Pekerjaan



: buruh



Pekerjaan



: ibu rumah tangga



Anamnesis dilakukan tanggal 13 oktober 2016, pukul 10.00, secara alloanamnesis Keluhan Utama : demam Riwayat Penyakit Sekarang Pasien masuk ke Puskesmas jongaya diantar oleh ibunya dengan keluhan demam sejak tadi malam, terus menerus dan kadang mengigil. Selain itu pasien juga muntah dengan frekuensi 5x berupa air dan makanan. Nyeri kepala (+), dan kadang-kadang sesak. Nyeri perut (+), Kejang (-), BAB baik dan BAK lancar, nafsu makan menurun. Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ada



16



Riwayat Penyakit Keluarga dan Lingkungan Tidak ada Riwayat alergi : tidak ada Riwayat minum obat : belum pernah minum obat sebelumnya.



B. Pemeriksaan fisik Keadaan Umum



: lemas



Kesadaran



: composmentis



Tanda vital Nadi



: 120 x/menit, regular



RR



: 30 x / menit



Suhu



: 38,6 °C



Pemeriksaan status generalis : Anemia (-)



Telinga : otore (-)



Cyanosis (-)



Mata : cekung (-)



Tonus : baik



Hidung : Rhinore (-)



Ikterus (-)



Bibir : kering (-)



Turgor : Baik



Lidah : kotor (-)



Busung (-)



Sel. Mulut : stomatitis (-)



Kepala : tampak membesar



Leher : Kaku kuduk (-)



Muka : simetris kiri dan kanan



Kulit : vena nampak jarang



Rambut : hitam halus, tidak mudah



Tenggorok : hiperemis (-)



di cabut Ubun ubun besar: menutup (-)



Thorax



Jantung



Inspeksi :



Inspeksi:







Simetris kiri dan kanan







Retraksi dinding dada (-) Perkusi:







Ictus cordis tampak Palpasi :







Ictus cordis tidak teraba 17







Perkusi :



Sonor kiri dan kanan 



Auskultasi 



Bunyi Pernapasan : vesikuler







Bunyi tambahan: Rh -/- Whz -/-



Batas kiri : linea midclavicularis sinistra







Batas kanan : line parasternalis dextra







Batas atas ICS III sinistra Auskultasi :







Bunyi Jantung I dan II regular







Bising jantung (-)



Abdomen Inspeksi :



Alat kelamin :







Perut datar, ikut gerak napas







Massa tumor (-)







Anggota gerak : 



Palpasi :



Dalam batas normal



Dalam batas normal







Limpa : tidak teraba







Hati : tidak teraba



Tasbeh (-)







Nyeri tekan (-)



Col. Vertebralis : scoliosis (-)



Perkusi :



Gibbus (-)



Tympani (+)



KPR : +/+ kesan normal



Auskultasi



APR : +/+ kesan normal



 



Peristaltik kesan normal



C. Diagnosis Diagnosis



: DBD



18



D. Usulan pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan di puskesmas Jongaya terhadap kasus DBD ialah -



Lab : trombosit 58.000 O: 1/80 H: 1/80 NS 1 Ag: (+)



E. Penatalaksanaan i. Farmakologis  Paracetamol syr 2x1 cth  Amoxicillin syr 3x ¾ cth ii. Anjuran  Istirahat cukup  Banyak minum air  Biasakan tidur menggunakan lotion anti nyamuk  Makan makanan bergizi untuk meningkatkan imunitas



F.



Pencegahan  Rajin menguras bak mandi minimal seminggu sekali  Menutup rapat wadah penampungan air  Mengubur kaleng-kaleng bekas  Hindari menggantung pakaian yang menjadi tempat persembunyian nyamuk Pasien di rujuk ke rumah sakit labuang baji pada tanggal 12 oktober 2016 untuk mendapatkan penangan selanjutnya



19



G. Follow up Tanggal / TTV



Perjalanan Penyakit



Instruksi Dokter



13/10/2016



KU: lemah



IVFD K3B: 200cc



N : 120x/menit



S : Seorang anak laki-laki berusia 4 tahun



28 tetes per menit



P : 32x/menit



dirujuk dari puskesmas jongaya dengan



Paracetamol syr 3x1 cth



S : 36,6 °C



diagnosis DBD. Pasien datang dengan keluhan



Elkana syr 2x1 cth



utama demam terus menerus sejak 3 hari yang lalu. Riwayat muntah sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit dengan frekuensi 5 kali berupa makanan dan minuman. Nyeri perut, anak tidak ada riwayat demam maupun sesak. BAK lancar, BAB biasa, riwayat mendertia penyakit sebelumnya tidak ada, dan baru pertama kali mengalami hal ini. O : Paru : Bronchovesikuler, Rh-/- Whz-/CV : BJ I/II murni reguler. bising (-) Abd : Peristaltik (+) kesan normal, nyeri tekan (+) Met: Ikterus (-), edema (-) A: DBD 14/10/2016



KU: lemah



N : 126x/menitS : Demam (-), muntah (-), nyeri perut(+), bibir P : 38x/menit



kering, kadang batuk, BAB biasa, BAK lancar,



S : 37°C



nafsu makan kurang, anak malas minum



IVFD K3B 28 tpm Paracetamol syr 3x1 cth Elkana syr 2x1 cth



O: Paru : Bronchovesikuler Rh-/- Whz-/CV : BJ I/II murni reguler Abd : Peristaltik (+) kesan normal Met: Ikterus (-), edema (-) A: DBD



20



15/01/2016



KU: membaik



N : 136x/menitS : S: Demam tadi pagi, muntah (-),kejang (-), nyeri P : 32x/menit



perut berkurang, BAK lancar, nafsu makan



S : 36,8°C



kurang, anak malas minum



IVFD K3B 28 tpm Paracetamol syr 3x1 cth Elkana syr 2x1 cth



O: Paru : Bronchovesikuler Rh-/- Whz-/CV : BJ I/II murni reguler Abd : Peristaltik (+) kesan normal Met: Ikterus (-), edema (-) A: DBD 16/10-/2016



KU: membaik



N : 128x/menitS : demam(-), muntah (-),kejang (-), nyeri perut P : 30x/menit



berkurang, BAK lancar, nafsu makan kurang,



S : 36,6°C



anak malas minum



IVFD K3B 28 tpm Paracetamol syr 3x1 cth Elkana syr 2x1 cth



O: Paru : Bronchovesikuler Rh-/- Whz-/CV : BJ I/II murni reguler Abd : Peristaltik (+) kesan normal Met: Ikterus (-), edema (-) A: DBD



21



17/10-/2016



KU: membaik



N : 120x/menitS : demam(-), muntah (-),kejang (-), nyeri perut P : 28x/menit



berkurang, BAK lancar, nafsu makan kurang,



S : 36,5°C



anak malas minum



Aff infuse Paracetamol syr 3x1 cth Elkana syr 2x1 cth



O: Paru : Bronchovesikuler Rh-/- Whz-/CV : BJ I/II murni reguler Abd : Peristaltik (+) kesan normal Met: Ikterus (-), edema (-) A: DBD



Pada tanggal 18 Oktober 2016 pasien sudah diperbolehkan pulang.



22



BAB IV PEMBAHASAN



Penegakan diagnosis pada pasien ini berdasarkan anamnesis secara holistic yaitu, aspek personal, aspek klinik, aspek resiko internal, dan aspek resiko eksternal serta pemeriksaan penunjang dengan melakukan pendekatan menyeluruh dan pendekatan diagnosis holistik. a.Anamnesis Aspek Personal Pasien masuk ke Puskesmas jongaya diantar oleh ibunya dengan keluhan demam sejak tadi malam, terus menerus dan kadang mengigil. Selain itu pasien juga muntah dengan frekuensi 5x berupa air dan makanan. Nyeri kepala ada, , dan kadang-kadang sesak. Nyeri perut ada, Kejang (-), buang air besar baik dan buang air kecil lancar, nafsu makan menurun. Riwayat dalam keluarga menderita penyakit yang sama tidak ada, riwayat alergi tidak ada, riwayat penyakit sebelumnya tidak ada, dan riwayat minum obat tidak ada. Aspek Klinik 1) Demam sejak tadi malam terus menerus 2) Menggigil 3) Muntah 4) Nyeri kepala 5) Nyeri perut Aspek Faktor Resiko Internal Kurangnya pengetahuan tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan terutama mengenai pentingnya menguras bak mandi minimal seminggu sekali, mengubur kaleng-kaleng bekas yang mungkin bisa menjadi wadah perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti, menutup rapat wadah penampungan air dan hindari menggantung pakaian yang akan menjadi tempat persembunyian nyamuk penyebab DBD.



23



Aspek Faktor Resiko Eksternal. Keluarga tidak mengetahui bila ada teman ataupun orang lain di sekitar rumah pasien yang menderita demam berdarah Derajat Fungsional Pasien masih dalam masa kanak-kanak dan sedang mengenyam pendidikan taman kanak-kanak (TK) b. Pemeriksaan fisik Pemeriksan fisik pada saat di puskesmas jongaya yaitu keadaan umum lemas, kesadaran komposmentis, tanda vital: nadi 120 x/menit, regular, pernapasan 30 x / menit, dan suhu 38,6 °C Pemeriksaan fisik pada saat di rumah sakit labuang baji yaitu keadaan umum lemas, kesadaran komposmentis, tanda vital: tekanan darah 90/60 mmhg, nadi 132x/menit, pernapasan 48x/menit, dan suhu 38,3 °C



c. Pemeriksaan Penunjang -



Pemeriksaan penunjang yang dilakukan di puskesmas jongaya yaitu lab: trombosit 58.000, widal tes: O 1/80, H: 1/80, dan pemeriksaan NS 1 Ag positif



-



Pemeriksaan penunjang yang dilakukan di rumah sakit labuang baji yaitu pada tanggal 12 oktober 2016, lab darah rutin: leukosit 4,0, eritrosit 5,60, haemoglobin 13,9, hematokrit 42,4, trombosit 83.000



-



Pemeriksaan penunjang yang dilakukan di rumah sakit labuang baji yaitu pada tanggal 14 oktober 2016, lab darah rutin: leukosit 6,7, eritrosit 5,45, haemoglobin 13,3, hematokrit 39,5, trombosit 19.000



-



Pemeriksaan penunjang yang dilakukan di rumah sakit labuang baji yaitu pada tanggal 17 oktober 2016, lab darah rutin: leukosit 8,5, eritrosit 4,75, haemoglobin 11,5, hematokrit 35,4, trombosit 186.000



d. Diagnosis Demam berdarah dengue



24



e. Penatalaksanaan penanganan yang diberikan pada saat di puskesmas jongaya yaitu paracetamol syr 2x1 cth, amoxicillin 3x3/4 penanganan yang diberikan di rumah sakit labuang baji yaitu berupa IVFD K3B: 200cc 28 tetes per menit, paracetamol syr 3x1 cth, elkana Cl syr 2x1 cth. Kemudian pasien dirawat di rumah sakit sekitar 1 minggu dan diberikan obat pulang berupa paracetamol syr 3x1 cth, elkana Cl syr 2x1 cth.



f. Pencegahan 1. Rajin menguras bak mandi minimal seminggu sekali 2. Menutup rapat wadah penampungan air 3. Mengubur kaleng-kaleng bekas 4. Hindari menggantung pakaian yang menjadi tempat persembunyian nyamuk 5. Menggunakan kelambu dan lotion anti nyamuk ketika tidur 6. Lakukan larvasidasi, yaitu menambahkan bubuk jentik (abate 1G altosid, 1,3 G dan sumilarv 0,5 G) di tempat-tempat yang sulit dikuras atau didaerah yang sulit air



g. Hasil Kunjungan Rumah Kunjungan rumah dilaksanakan untuk melihat keadaan lingkungan sekitar pasien dan hubungan antara lingkungan dengan penyakit yang diderita. Dengan demikian pasien dan keluarga dapat memahami bagaimana pengaruh lingkungan terhadap suatu penyakit dan sebaliknya bagaimana suatu penyakit dapat mempengaruhi lingkungan



Biodata Personil Keluarga Ayah Nama



:Tn Mustajab



Umur



: 40 Tahun



Pekerjaan



: Wiraswasta



25



Ibu Nama



: Ny. Nurlia



Umur



: 29 Tahun



Pekerjaan



:Ibu Rumah Tangga



Profil Keluarga Pasien tinggal bersama kedua orang tuanya serta satu kakak laki-laki dan satu adik perempuan, yang merupakan keluarga inti. Selain itu, mereka tinggal bersama nenek dan saudara tiri pasien. Ayah bekerja sebagai buruh dan Ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga dan untuk menambah penghasilan, ibu pasien juga bekerja sebagai cleaning service di puskesmas jongaya. Dalam rumah tersebut ada 7 orang personil dalam rumah tersebut. Anggota keluarga yang lain tidak ada yang menderita ataupun pernah menderita DBD.



Status Sosial dan Kesejahteraan Keluarga Pasien adalah seorang murid di salah satu TK dekat rumahnya. Keadaan rumah yang ditinggali pasien kurang bersih. Di lantai bawah terdapat tiga kamar tidur, satu ruang tamu serta dapur, dimana letak dapur rumah pasien bersebelahan dengan kamar mandi. Peralatan rumah tangga cukup lengkap, tetapi pengaturannya kurang baik. Ventilasi di rumah pasien juga kurang baik, sehingga sirkulasi udara yang masuk tidak berjalan baik. Selain itu Masih banyak terdapat pakaian yang digantung sehingga memungkinkan nyamuk beristirahat. Karena situasi memasuki musim penghujan, padatnya sekitaran rumah dan rumah menghadap ke belakang sehingga rumah pasien memiliki pencahayaan yang kurang. Riwayat penyakit keluarga, tidak ada riwayat penyakit DBD di dalam keluarga atau penyakit lainnya yang berhubungan dengan kelainan darah. Pola konsumsi keluarga tersebut cukup baik sesuai dengan apa yang dibutuhkan, yaitu dengan mengkonsumsi makanan bergizi seperti nasi, telur, ikan, tahu, tempe,dan sayur secara rutin. 26



Lingkungan Lingkungan sekitar rumah cukup padat dan lembab disebabkan sekitar rumah berada dalam gang yang sempit dan mendapatkan pencahayaan yang kurang



Perilaku terhadap Nyamuk Dalam kesehariannya, diketahui bahwa pola prilaku keluarga dan pasien sendiri terhadap nyamuk kurang baik, hal ini dapat dinilai dengan 



Saat tidur tidak memakai kelambu







Saat tidur tidak menyalakan obat nyamuk/ elektrik pembunuh nyamuk Saat tidur tidak memakai baju, biasanya hanya menggunakan sarung



27



BAB V PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil studi kasus DBD yang dilakukan di Puskesmas Jongaya mengenai kedokteran keluarga, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis yang dilakukan, maka pasien atas nama A.Y menderita demam berdarah dengue 2. Kondisi rumah pasien nampak sanitasi yang kurang dan kelembaban yang tinggi serta pencahayaan yang kurang 3. Kurangnya pengetahuan tentang bahaya dari demam berdarah dengue serta cara mencegah demam berdarah dengue Saran 1. Kepada anak yang menderita DBD agar selalu menjaga kesehatan dan pola makan yang baik untuk meningkatkan imunitas pasien. 2. Sebaiknya peranan keluarga dalam memelihara kesehatan dan lingkungan sehat lebih ditingkatkan lagi dalam upaya pencegahan DBD terutama pada keluarga dengan anak yang menderita DBD. 3. Sebaiknya dilakukan pencegahan penyakit DBD disekitar wilayah kerja puskesmas dengan lebih intensif, terutama saat musim hujan. 4. Promosi kesehatan kepada masyarakat di wilayah kerja puskesmas berkaitan dengan gaya hidup, sanitasi dan lingkungan sekitar akan sangat membantu dalam penanggulangan penyakit DBD. 5. Pemerintah setempat sebaiknya memberikan perhatian lebih terhadap masyarakat yang tinggal di wilayah-wilayah yang rentan terhadap serangan penyakit DBD.



28



LAMPIRAN



Gambar 1. Rumah pasien



Gambar 2. Ruang tamu



29



Gambar 3. Kamar tidur nenek pasien



Gambar 4. Kamar tidur pasien beserta orang tua pasien



30



Gambar 5. Dapur beserta kamar mandi



Gambar 6. Kamar tidur saudara pasien



Gambar 7. Kamar tidur dari saudara tiri pasien 31



DAFTAR PUSTAKA



1. Hairani LK, Gambaran Epidemiologi Demam Berdarah di Indonesia.FKM UI. 2009 2. Wahono TD, Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan:2004 3. Anggia SD. Gambaran Klinis Penderita Demam Berdarah Dengue yang dirawat di Bagian Ilmu penyakit dalam periode 1 Januari-31 Desember 2005. Pekanbaru,2006: 2737 4. Suhendro, Nainggolan L, Chen K, Pohan HT. Demam Berdarah Dengue. Dalam Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III Edisi V. Editor : Sudoyo AW dkk. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta : 2007. 5. Lestari K. Epidemiologi dan pencegahan Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Farmaka. 2007 ; 5:12-29. 6. Sanford JP. Infeksi Arbovirus dalam Harrison prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 13. Volume 2. Jakarta : EGC, 1999 : 955-6. 7. Soedarto, Machfudz, Yuwono, Setokosoemo. Penelitian Entomologik Untuk Menentukan Peranan Sekolah sebagai Sumber Penularan Demam Berdarah Dengue di Kabupaten Ngawi Jawa Timur> Majalah Parasitologi Indonesia, 1991; 4 : 35 – 40. 8. Notoatmodjo S. Malnutrisi Energi Protein. Dalam : Sastrosubroto H, Hendarto T A, Santoso S, eds. Pedoman Pelayanan Medik Anak Rumah Sakit Dr. Kariadi. Swmrang : Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak FK UNDIP / RSDK, 1989; 13-9. 9. Sumarmo, Wydia MS. Dengue Hemorrhagic Fever Klinis, Dignosis dan Pengobatan. Dalam : Sumarmo, Tjokronegoro, editor Demam Berdarah Dengue Sepuluh Tahun Penelitian Pada Anak di Jakarta. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 1985: 1 – 17. 10. Hasyimi. Pemeriksaan Laboratorium Penderita Demam Berdarah Dengue:



Mengapa



Uji HI. Media Litbangkes, 1992; IV: 13 – 6. 11. Hendarwanto. Dengue. Di dalam : Sjaifoellah Noer, Sarwono Waspadji,



A Muin



Rachman dkk, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid 1. Edisi ketiga. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 1997 : 417-26.



32